• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN TAHUN 2016"

Copied!
575
0
0

Teks penuh

(1)

DUKUNGAN PENGOLAHAN

DAN PEMASARAN HASIL

PERKEBUNAN

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

MARET 2016

PEDOMAN TEKNIS

PENGEMBANGAN PENGOLAHAN

DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN

(2)

i Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

KATA PENGANTAR

Pedoman Teknis Kegiatan Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan tahun 2016 disusun dalam rangka memberikan acuan terhadap pelaksanaan kegiatan di daerah yang dilaksanakan dengan dukungan dana APBN Tahun Anggaran 2016 dalam bentuk Tugas Pembantuan di Provinsi/Kabupaten/Kota atau dana Dekonsentrasi.

Pedoman teknis ini menjelaskan mengenai

pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan di daerah terutama dalam kaitannya dengan penyediaan sarana pascapanen dan pengolahan serta bimtek untuk petani/kelompok tani/gapoktan. Alokasi kegiatan difokuskan untuk komoditi tebu, kakao, kopi, lada, pala, cengkeh, karet, kelapa dan

jambu mete. Selain itu juga dalam rangka memberikan

(3)

ii Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Untuk mendukung tercapainya pelaksanaan

kegiatan secara tertib, baik teknis maupun

administrasi, agar Dinas yang membidangi perkebunan dapat menjadikan pedoman teknis ini sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Apabila terdapat hal-hal yang bersifat spesifik daerah dan belum tertampung dalam pedoman ini, agar dijabarkan kedalam Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan.

Jakarta,31 Maret 2016

Direktur Jenderal Perkebunan

(4)

iii Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Sasaran Nasional C. Tujuan

1 13 16

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

B. Spesifikasi Teknis

18

35

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup B. Pelaksana Kegiatan C. Lokasi, Jenis, dan Volume D. Simpul Kritis

40 44 53 55

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

A. Pelaksanaan Pengadaan Barang B. Mekanisme Penyaluran Barang C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya

57 57 60

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN

PENDAMPINGAN 60

(5)

iv Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016 A. Jenis Laporan

B. Waktu Penyampaian Laporan

62 63

VII. PEMBIAYAAN 65

VIII. PENUTUP 66

(6)

v Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

(7)

1 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkebunan merupakan salah satu sektor andalan bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Selain sebagai penyumbang devisa negara, sektor perkebunan juga berkontribusi sebagai penyedia lapangan

kerja bagi masyarakat Indonesia.

Perkebunan sebagai sektor andalan

perekonomian Indonesia tidak lepas dari permasalahan yang harus dihadapi antara

lain masih rendahnya kualitas hasil

(produk) yang diperoleh dari usaha

perkebunan, baik itu produk primer maupun produk sekunder. Kualitas produk primer yang kurang baik akan berdampak

pada kualitas hasil pengolahan

sekundernya. Hal ini dapat mengakibatkan permasalahan dalam pemasaran produk komoditas perkebunan. Rendahnya mutu

selain karena pengaruh perlakuan

budidaya, juga karena penanganan

(8)

2 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Arah Kebijakan Umum Pembangunan

Perkebunan adalah mensinergikan seluruh sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi

aktif masyarakat perkebunan dan

penerapan organisasi moderen yang

berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik.

Peningkatan produk perkebunan berdaya saing diarahkan melalui penerapan sistem

jaminan mutu Good Agricultural Practices

(GAP), Good Handling Practices (GHP),

Good Manufacturing Practices (GMP)

penerapan standar mutu mulai dari kegiatan di lapangan hingga sampai ke

meja konsumen, dengan istilah from land

to table. Peningkatan mutu dan

standarisasi dilakukan melalui kebijakan Penerapan SNI wajib mulai dari tingkat petani dan pelaku usaha. Salah satu bagian dalam penerapan standar mutu yaitu

(9)

3 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Agricultural Practices (GAP), Good

Handling Practices (GHP), Good

Manufacturing Practices (GMP) dan

Sanitary and Phytosanitary (SPS) untuk

perkarantinaan pertanian, serta berbagai macam sertifikasi lainnya seperti Global

GAP, Organic Farming, Keamanan

Pangan/HACCP, serta Maximum Residue

Limit (MRL) untuk produk komoditas

strategis.

Industri hilir merupakan salah satu kunci sukses dalam meningkatkan daya saing

produk perkebunan. Selain itu,

peningkatan efisiensi produksi maupun distribusi produk antara lain melalui pengembangan dan penggunaan teknologi budidaya dan input yang lebih efisien,

kelembagaan petani yang menunjang

efisiensi produksi, konsolidasi lahan

pertanian dengan tujuan untuk

meningkatkan luas penguasaan lahan

(10)

4 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

liar dan perbaikan sarana infrastruktur informasi dan telekomunikasi.

Tingginya kebutuhan dan tuntutan akan informasi pasar pertanian yang meliputi harga, produksi dan jumlah permintaan produk oleh pelaku agribisnis mulai dari tingkat petani sampai konsumen secara cepat, tepat, akurat, lengkap dan dapat

dipertanggungjawabkan membutuhkan

sistem jaringan informasi pasar yang memadai. Pentingnya informasi pasar

khususnya harga komoditi unggulan,

menuntut pemerintah pusat dan daerah bekerja keras untuk membangun jaringan

informasi pasar melalui Pelayanan

Informasi Pasar.

(11)

5 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

inefisiensi yang timbul. Kebijakan tata niaga tarif/pajak/regulasi ekspor dan impor dilakukan untuk melindungi produk pertanian dalam negeri. Pengaturan bea masuk bagi produk-produk impor ke dalam negeri merupakan kebijakan sementara dalam jangka pendek sambil dilakukan pembinaan di dalam negeri terhadap produk sejenis agar nantinya memiliki standar kualitas sehingga bisa bersaing dengan kualitas produk impor. Selain itu

dapat juga menerapkan kebijakan non

tarif barrier yang tidak melanggar

konvensi internasional terkait

perdagangan.

Mekanisme kebijakan penetapan harga dasar/harga pembelian pemerintah (harga pasar yang berlaku) pada musim panen untuk melindungi produsen. Kegiatan

promosi produk perkebunan untuk

memperluas dan meningkatkan pangsa

pasar produk perkebunan unggulan

(12)

6 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Perusahaan Perkebunan Besar mempunyai peranan yang penting terutama sebagai

sumber pendapatan negara, sumber

teknologi dan manajemen, penyerapan

tenaga kerja, pemicu pengembangan

wilayah, mitra usaha perkebunan rakyat dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan

hidup. Dalam upaya menjaga

kesinambungannya, maka perlu dilakukan

pembinaan terhadap unit usaha

perkebunan.

Pembinaan usaha perkebunan dilakukan selain terhadap perusahaan perkebunan besar juga terhadap perkebunan rakyat dikarenakan masih banyak permasalahan

khususnya terkait perizinan usaha

perkebunan serta penyediaan lahan yang

semakin terbatas sehingga perlu diketahui data dan informasi sebenarnya penyediaan lahan yang tersedia dan diizinkan untuk usaha perkebunan.

Sesuai Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan yang saat ini telah disempurnakan dengan UU Nomor 39

(13)

7 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

menyatakan bahwa perusahaan

perkebunan yang melakukan usaha

budidaya tanaman perkebunan dengan luasan skala tertentu dan/atau usaha

pengolahan hasil perkebunan dengan

kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki izin usaha perkebunan.

Pemberian Izin Usaha Perkebunan

berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013

tentang Pedoman Perizinan Usaha

Perkebunan, dengan jenis izin usaha

perkebunan terdiri dari: Izin Usaha

Perkebunan Budidaya (IUP-B), Izin Usaha Perkebunan Pengolahan (IUP-P) dan Izin Usaha Perkebunan (IUP), yang diterbitkan

oleh pemberi izin yaitu Menteri/

Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Perusahaan perkebunan yang telah

(14)

8 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

mengelola sumberdaya alam secara lestari;

sistem pengendali kebakaran; sistem

pengendalian organisme pengganggu

tanaman (OPT); penerapan AMDAL atau UKL dan UPL; menyampaikan peta digital

lokasi IUP-B atau IUP; melakukan

kemitraan dengan pekebun, karyawan dan

masyarakat serta melaporkan

perkembangan usaha perkebunan kepada pemberi izin.

Pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan perkebunan dilakukan oleh gubernur atau bupati/walikota dalam

bentuk evaluasi kinerja perusahaan

perkebunan dan penilaian usaha

perkebunan. Penilaian usaha perkebunan

dilakukan sesuai dengan pedoman

penilaian usaha perkebunan.

Penilaian usaha perkebunan yang dilakukan secara periodik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/

OT.140/2/2009. Penilaian usaha

perkebunan mulai dilaksanakan pada tahun 2009, yang menjadi penilaian dalam usaha

(15)

9 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

manajemen, penyelesaian hak atas tanah, realisasi pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan, kepemilikan sarana dan prasarana serta sistem pencegahan dan

pengendalian organisme pengganggu

tanaman, kepemilikan sarana dan

prasarana serta sistem pencegahan dan

pengendalian kebakaran, penerapan

AMDAL, atau UKL dan UPL, penumbuhan dan pemberdayaan masyarakat/koperasi setempat dan laporan.

Sejak diterbitkannya Permentan No. 98 Tahun 2013 tersebut, beberapa hal yang dipertanyakan oleh dunia usaha dan pihak pemberi izin antara lain menyangkut

kewajiban pembangunan kebun

masyarakat diwajibkan kepada perusahaan perkebunan dengan batasan luas berapa, bagaimana penyediaan lahannya, siapa

yang layak sebagai peserta, serta

pembiayaan. Dan untuk usaha industri

pengolahan hasil perkebunan dalam

mendapatkan IUP-P harus memenuhi

(16)

10 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

sendiri dan kekurangannya wajib dipenuhi

dari kebun masyarakat/perusahaan

perkebunan lain melalui kemitraan

pengolahan berkelanjutan.

Pelaku usaha perkebunan harus melakukan usaha perkebunan secara berkelanjutan dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu ekonomi, sosial budaya, dan ekologi.

Pelaku usaha cenderung hanya

mempertimbangkan aspek ekonomi,

sedangkan aspek sosial budaya dan ekologi belum berjalan seperti yang diharapkan.

Hal tersebut telah mendapat perhatian dari berbagai pihak/masyarakat, baik

domestik maupun internasional yang

menuntut pengelolaan produk perkebunan berkelanjutan.

Sebagai upaya dalam penerapan

perkebunan berkelanjutan, telah

diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor 19/Permentan/ OT.140/3/2011

tanggal 29 Maret 2011 Pedoman

Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan

Indonesia (Indonesian Sustainable Palm

Oil/ISPO) yang telah disempurnakan

(17)

11 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Nomor 11/Permentan/OT.140/3 /2015

tanggal 17 Maret 2015 tentang Sistem

Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan. Selain komoditas kelapa sawit yang telah menerapkan perkebunan berkelanjutan dan saat ini sedang disusun pedoman perkebunan kopi berkelanjutan Indonesia.

Salah satu visi bangsa yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945 adalah pemanfaatan sumber daya alam (hutan dan perkebunan) secara adil. Kondisi yang ada saat ini,

menunjukkan bahwa terdapat

ketimpangan dalam pengelolaan dan

kebijakan sumber daya alam sehingga menyebabkan terjadinya korupsi. Dari total 41,69 juta hektar lahan hutan yang dikelola, hanya 1 persen yang diberikan kepada skala kecil dan masyarakat adat.

Sementara itu kerusakan hutan,

deforestasi terus terjadi dari tahun ke tahun.

Dalam kajian perizinan sumberdaya alam KPK tahun 2013 membuktikan bahwa kebijakan pengelolaan sumberdaya alam sangat rentan dengan korupsi. Akibatnya setiap proses perizinan penuh dengan

(18)

12 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

perdagangan, pemerasan, bahkan state

capture.

Komisi Pemberantasan Korupsi melalui kewenangan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menginisiasi

Nota Kesepakatan Bersama 12

Kementerian dan Lembaga (termasuk

Kementerian Pertanian) tentang

Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan Indonesia yang menyepakati pada tanggal 11 Maret 2013 dengan prinsip berkeadilan dan anti korupsi, membenahi regulasi dan

kebijakan terkait sumberdaya alam,

menyelaraskan proses perencanaan hutan, dan memastikan pelaksanaan penyelesaian konflik.

Penyelamatan sumberdaya kehutanan dan perkebunan merupakan tugas bersama semua elemen bangsa. Sebagai bagian dari pelaksanaan tugas monitor tersebut KPK

telah melakukan kegiatan Gerakan

Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Sektor Kehutanan dan Perkebunan di 24 provinsi.

(19)

13 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

perkebunan dan gerakan penyelamatan sumber daya alam, maka pada tahun 2016 pemerintah melalui Ditjen Perkebunan

mengalokasikan dana APBN melalui

kegiatan Tugas Pembantuan kepada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan untuk melaksanakan kegiatan Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan yang

terdiri dari kegiatan-kegiatan: a).

Koordinasi dan Supervisi Gerakan Nasional

Penyelamatan Sumber Daya Alam

(GNPSDA) Sub Sektor Perkebunan, b).

Pembinaan dan Monev Penerapan

Perkebunan Berkelanjutan pada Kelapa

Sawit, serta c). Sosialisasi Standar

Perkebunan Kopi Berkelanjutan Indonesia.

B. Sasaran Nasional

1) Mendukung Program Peningkatan

Produksi dan Produktivitas melalui kegiatan penanganan pascapanen dan

pengolahan di provinsi sentra

produksi;

2) Terfasilitasinya kebutuhan kelompok

(20)

14 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

3) Meningkatnya nilai tambah, daya saing

komoditas perkebunan dalam

memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor;

4) Terciptanya sistem Pelayanan

Informasi Pasar yang cepat, tepat,

kontinyu, up to date dan dapat

dipercaya serta langsung dapat

dimanfaatkan oleh para pengguna informasi;

5) Tersedianya data dan informasi pasar

yang berkualitas, akurat, up to date,

kontinyu dan lengkap;

6) Tersebarnya informasi pasar kepada

masyarakat luas;

7) Meningkatnya kualitas SDM pelaksana

kegiatan PIP;

8) Meningkatnya dukungan pengembangan

mutu dan standarisasi bidang

perkebunan;

9) Meningkatnya dukungan program

(21)

15 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

10)Meningkatnya kapasitas petugas dinas

provinsi/kabupaten/kota yang

membidangi pembinaan usaha dan perkebunan berkelanjutan;

11)Meningkatnya perbaikan tata kelola

sub sektor perkebunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum, kemitraan, pemerataan, peran

serta masyarakat, keterbukaan,

desentralisasi, akuntabilitas, dan

keadilan;

12)Perbaikan sistem pengelolaan

sumberdaya perkebunan untuk

mencegah korupsi, kerugian keuangan

negara dan kehilangan kekayaan

negara;

13) Meningkatnya monitoring pelaksanaan

(22)

16 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

C. Tujuan

Tujuan dari penyusunan Pedoman Teknis Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran hasil Perkebunan yakni memberikan petunjuk dan acuan bagi petugas di provinsi dan

kabupaten/kota dalam pelaksanaan

kegiatan Pengolahan dan Pemasaran hasil perkebunan untuk:

1) Meningkatkan nilai tambah,daya saing,

mutu dan standarisasi produk perkebunan;

2) Melakukan pembinaan/pengawalan

kegiatan agar dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran sehingga

agroindustri perkebunan dapat

berkembang di daerah;

3) Meningkatkan/membuka akses pasar

bagi poktan, gapoktan, dalam

memasarkan produk hasil perkebunan, memberikan harga yang transparan dan berkeadilan;

4) Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi

Pasar yang cepat, tepat, kontinyu, up to

(23)

17 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

dimanfaatkan oleh para pengguna informasi tepat waktu;

5) Meningkatkan kualitas data dan

informasi pasar sehingga lebih akurat,

up to date, kontinyu dan lengkap;

6) Meningkatkan kualitas sumber daya

manusia pelaksana kegiatan pelayanan informasi pasar;

7) Melakukan Pembinaan Usaha

Perkebunan dan Sosialisasi Legalitas

dan Peraturan Perizinan Usaha

Perkebunan;

8) Pembinaan, Monev Penerapan

Perkebunan Berkelanjutan Pada Kelapa Sawit;

9) Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi

Berkelanjutan Indonesia (Indonesian

Sustainable Coffee/ISCoffee) kepada

petugas Dinas yang Membidangi

Perkebunan Provinsi dan

Kabupaten/Kota dan pelaku usaha di bidang kopi dalam rangka menghimpun masukan untuk penyusunan Pedoman

Perkebunan Kopi Berkelanjutan

(24)

18 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

10) Koordinasi dan Supervisi Gerakan

Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Sub Sektor Perkebunan.

II. PRINSIP PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

A1. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

(TP)

1. Pascapanen Hasil Perkebunan

a)Pelaksanaan kegiatan ditempuh melalui

pendekatan kelompok/gabungan

kelompok pada satu wilayah pertanaman perkebunan dengan harapan para petani

mampu melakukan penanganan

pascapanen dan pengolahan dengan menghasilkan produk primer/sekunder (olahan) yang bermutu;

b)Kelompok tani/gabungan kelompok tani

(25)

19 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

dilakukan melalui seleksi oleh petugas dinas yang membidangi perkebunan

serta ditetapkan oleh Pemerintah

Daerah setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan;

c)Penggunaan lahan untuk pembangunan

UPH/sarana lainnya harus dilengkapi

dengan surat hibah/perjanjian

pemanfaatan lahan;

d)Paket bantuan yang diserah-terimakan

kepada kelompok tani/gapoktan harus

dilengkapi dengan surat perjanjian

pemanfaatan alat/sarana bantuan;

e)Paket bantuan yang akan diberikan

untuk kelompok tani/Gapoktan

dilakukan melalui proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh panitia/pejabat pengadaan di Dinas yang membidangi Perkebunan setempat;

f)Proses pengadaan barang/jasa yang

dilakukan harus berdasarkan Perpres No. 54 tahun 2010 dan No. 70 tahun 2012

beserta perubahannya tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

g)Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan

(26)

20 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

dilaksanakan dengan bimbingan dan pendampingan oleh petugas daerah yang ditunjuk;

h)Pelaksanaan kegiatan harus dilakukan

pencatatan secara tertib sebagai bahan penyusunan laporan akhir dan evaluasi;

2. Pengolahan Hasil Perkebunan

a)Penetapan calon penerima/calon lokasi

Verifikasi CP/CL untuk kegiatan tahun 2016 hendaknya sudah dilakukan pada tahun 2015. Apabila belum dilakukan, agar segera dilakukan pada awal tahun 2016. Surat Keputusan (SK) CP/CL ditetapkan oleh kepala dinas provinsi. Khusus untuk TP kabupaten (satker

mandiri) ditetapkan kepala dinas

kabupaten. SK CP/CL ditetapkan paling lambat akhir maret 2016. Kriteria

poktan/gapoktan calon penerima

sebagai berikut:

 Memiliki potensi bahan baku yang

memenuhi skala ekonomi;

 Sanggup menyediakan lahan untuk

(27)

21 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

 Mempunyai komitmen untuk

mengembangkan usaha pengolahan hasil perkebunan dengan mengisi formulir naskah ikatan kerjasama pengelolaan barang;

Verifikasi CPCL dilakukan pada tahun 2016 untuk kegiatan tahun 2017 yang dilakukan oleh petugas Provinsi dan

kabupaten. Verifikasi CPCL sesuai

dengan form verifikasi.

b)Pembentukan Tim Teknis

- Tim teknis dibentuk oleh kepala dinas

yang membidangi perkebunan;

- Tim Teknis adalah petugas/staf teknis

yang kompeten di bidang perkebunan, terdiri dari petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota (sesuai usulan Kepala

Dinas Kabupaten/Kota), apabila

diperlukan tim teknis dapat berasal dari Balai Penelitian, BPTP Dinas terkait dan Perguruan Tinggi;

- Tim Teknis bertugas melakukan

pemantapan CPCL, membantu

(28)

22 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

pengawalan, monitoring dan evaluasi terhadap kondisi sarana dan prasarana sampai dengan selesainya uji coba komersil;

- Untuk kegiatan yang ada dana bahan

running usaha komersial, tim teknis

bersama-sama dengan rekanan dan

pengelola unit usaha melakukan

running usaha komersial dan membuat

laporannya sebagai dasar berita acara serah terima barang dari dinas ke poktan/gapoktan.

c) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan

Kelompok (RUKK)

- RUKK disusun berdasarkan

kebutuhan kelompok sesuai

lampiran;

- Penyusunan RUKK dilakukan oleh

kelompok/gapoktan dibantu

pembina kabupaten dan Provinsi dan disetujui tim teknis serta ditetapkan

oleh Kepala Dinas Provinsi/

Kabupaten/Kota.

(29)

23 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Pengadaan gedung pengolah hasil

mengacu pada Perpres 70 tahun 2012 tentang Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa;

- Pembangunan UPH mengacu pada

Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/7/2008

tentang persyaratan dan penerapan cara pengolahan hasil pertanian asal

tumbuhan yang baik (Good

Manufacturing Practices);

- Luas bangunan menyesuaikan

standar harga biaya setempat

dengan pagu anggaran yang ada;

- Pengadaan bangunan termasuk

didalamnya pemasangan instalasi listrik dan penyambungannya.

e) Pengadaan alat dan mesin

- Pengadaan alat dan mesin

pengolahan hasil harus sesuai

dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor

35/Permentan/OT.140/7/2008

(30)

24 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

cara pengolahan hasil pertanian asal

tumbuhan yang baik (Good

Manufacturing Practices);

- Mesin pengolah hasil harus

memenuhi persyaratan SNI

(mempunyai sertifikat penggunaan tanda SNI/ SPPT SNI) atau minimal

memiliki test report yang

dikeluarkan oleh lembaga

berwenang. Beberapa mesin

pengolah hasil yang telah memiliki

test report dapat dilihat di

www.bpm-alsintan.com;

- Pengadaan alat yang tertuang dalam

RUKK harus sudah termasuk

pemasangan alat, mesin genset,

pelatihan petugas pengelola

(operasional, perawatan,

perbaikan), running test serta

jaminan/garansi selama 1 tahun;

- Contoh spesifikasi beberapa alat dan

(31)

25 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

f) Running usaha komersial

- Tahapan ini dilaksanakan pada

kegiatan yang mempunyai anggaran

running usaha komersial. Setelah alat

dan mesin terinstall, maka harus

dilakukan running usaha komersial

sampai alat dan mesin dapat

beroperasi optimal sesuai dengan spesifikasi teknis, yang dibuktikan dengan laporan;

- Berita acara serah terima barang

ditandatangani bila running usaha

komersial telah dilaksanakan dan berhasil memenuhi persyaratan sesuai dengan kelayakan teknis.

g)Naskah Ikatan Kerja Sama Pengelolaan

Barang

Gapoktan penerima harus

menandatangani naskah ikatan

kerjasama pengelolaan barang

(32)

26 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

h)Penyerahan kepada Gapoktan

Penyerahan alat, mesin, dan gedung dari dinas yang membidangi perkebunan di provinsi kepada gapoktan dilengkapi dengan Berita Acara Hasil Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Barang sesuai format pada lampiran pedoman ini.

i) Organisasi Usaha Kelompok

Kepemilikan usaha dan pengelolaan usaha:

1) Unit usaha dimiliki oleh gabungan

kelompok tani (Poktan/Gapoktan);

2) Pengelolaan usaha dilakukan secara

profesional oleh site

manager/pengurus poktan/gapoktan;

3) Dinas yang memiliki alokasi

anggaran site manager diharapkan

melakukan Recruitment Site

Manager dan Asisten Site Manager

(33)

27 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Berpengalaman dan mempunyai

jiwa wirausaha dan memiliki latar belakang pendidikan minimal SMA;

- Berasal/berdomisili dalam wilayah

dimana unit usaha kelompok

berada;

- Site manager tidak sebagai

pengurus poktan/gapoktan;

- Site manager dan asisten site

manager yang terpilih ditetapkan dengan SK kepala dinas provinsi.

j) Pengelolaan Unit Usaha

1)Bahan baku diutamakan berasal dari

anggota poktan/gapoktan;

2)Proses pengolahan hasil, pengemasan

dan penyimpanan dilakukan sesuai kaidah - kaidah penerapan jaminan mutu sehingga menghasilkan produk yang bermutu secara konsisten dan aman dikonsumsi;

3)Produksi yang dihasilkan dapat berupa

(34)

28 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

yang dihasilkan harus memenuhi

standar produk yang ingin dicapai secara konsisten;

k)Peningkatan Kompetensi SDM

Dalam rangka meningkatkan kinerja UPH, maka perlu dilakukan pelatihan

secara internal dan mengikuti

pelatihan eksternal yang relevan.

3. Kegiatan Pemasaran Hasil a. Pemasaran Domestik

1) Pengumpulan, pengolahan,

pengiriman, penganalisaan serta

penyebarluasan data/informasi

pasar;

2) Penyiapan SDM PIP adalah Petugas

PIP atau Pejabat Fungsional;

3) Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP)

tingkat terampil dan ahli baik di provinsi maupun kabupaten yang

mempunyai tugas pokok

menyiapkan, melaksanakan,

(35)

29 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

dan mengembangkan pelayanan di bidang pemasaran hasil pertanian;

4) Kegiatan Peningkatan Akses

Pemasaran Domestik Produk

Perkebuan:

- Kegiatan dilakukan dalam bentuk

pertemuan koordinasi antara

stakeholders/pemangku

kepentingan komoditas hasil

perkebunan yang sudah

mempunyai akses pasar maupun yang masih memerlukan fasilitasi pengembangan akses pemasaran;

- Peserta terdiri dari Petugas Dinas

Perkebunan Propinsi atau

Kabupaten sentra produksi,

pekebun/poktan/gapoktan

produsen hasil perkebunan baik segar dan olahan yang produknya

perlu penguatan dan

pengembangan pemasaran, pelaku usaha yang membutuhkan bahan baku hasil perkebunan baik segar

maupun olahan (industri

pengolahan, eksportir), serta dan lembaga pendukung lainnya seperti

lembaga pembiayaan, pelaku

(36)

30 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Pola pertemuan dalam bentuk :

Fasilitasi Pertemuan / Workshop Peningkatan Akes Pemasaran.

5) Kegiatan Penyusunan Bahan

Kebijakan Harga TBS dan komoditi karet dilaksanakan dalam rangka menyelaraskan harga di tingkat

pekebun/poktan/gapoktan dan

dapat dijadikan acuan bagi seluruh stakeholder perkebunan. Kegiatan ini juga mencakup desiminasi informasi melalui penyelenggaraan

workshop kebijakan harga di

sentra produksi;

6) Kegiatan Promosi Perkebunan dilaksanakan dalam rangka memfaslitasi petani/kelompok tani/gapoktan dan kelembagaan pemasaran dalam pemecahan masalah dan pemasaran hasil pertanian serta sebagai sarana pembelajaran bagi petani/kelompok tani/gapoktan dalam melakukan pemasaran hasil perkebunan. Untuk meningkatkan proporsi pemasaran hasil perkebunan nusantara di pasar domestic;

7) Dalam rangka pelaksanaan

Pembinaan dan Pengembangan

(37)

31 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Kesepakatan Rencana

Pengembangan Agrowisata;

8) Dalam pelaksanaan kegiatan

pengembangan kemitraan dan

kewirausahaan dilakukan

identifikasi kelompok-kelompok

petani yang potensial untuk

dimitrakan, Identifikasi

perusahaan calon mitra bagi

kelompok-kelompok petani yang

potensial serta melaksanakan

pertemuan dan merumuskan

konsep kemitraan yang dapat

dilaksanakan dan

penanda-tanganan MoU oleh para pihak.

b. Pemasaran Internasional

1) Pertemuan Fasilitasi Pengembangan

Akses Pasar Perdagangan

Internasional dilaksanakan dalam bentuk seminar, kunjungan lapang (filed trip) atau temu bisnis (bisnis

matching);

2) Peserta meliputi gapoktan

berorientasi ekspor, eksportir atau calon eksportir produk perkebunan,

(38)

32 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Provinsi/Kabupaten, Lembaga

Keuangan/Perbankan, Penyuluh

Pertanian, dan calon importer;

3) Materi pertemuan meliputi tata

cara/prosedur ekspor produk

perkebunan dan persyaratan impor di negara tujuan ekspor, peluang

dan potensi ekspor berbagai

komoditi ekspor di negara tujuan ekspor, kesepakatan yang dihasilkan dari forum perundingan bilateral, regional, multilateral dan kerjasama

komoditi, upaya pengembangan

ekspor produk perkebunan yang sedang dan akan dilakukan (di tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat);

4) Lingkup komoditi antara lain kopi

specialty, kakao olahan, teh

specialty, pala organic, lada

organic, mete atau komoditi

perkebunan laiannya yang

merupakankomoditi

(39)

33 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

4. Kegiatan Pembinaan Usaha a. Perkebunan Berkelanjutan

Melakukan koordinasi dengan instansi/ institusi terkait baik di tingkat pusat

maupun daerah antara lain:

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM), dinas yang membidangi

Perkebunan provinsi dan

kabupaten/kota dan perusahaan

perkebunan besar swasta dan negara.

b. Gerakan Nasional Penyelematan SDA (GNPSDA)

Melakukan koordinasi dengan

instansi/institusi terkait baik di tingkat pusat maupun daerah antara lain: KPK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan

Tata Ruang, Badan Informasi

Geospasial, dinas yang membidangi

(40)

34 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

kabupaten/kota dan perusahaan

perkebunan besar swasta dan negara.

A2.Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan (Dekon)

1. Kegiatan Standardisasi dan Mutu

Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI dilakukan di kelompok yang merupakan cikal bakal Unit Fermentasi Biji Kakao. Pelatihan dilaksanakan dengan pola penyampaian materi dan praktek pengujian biji kakao sehingga harus tersedia bahan praktek seperti biji kakao, alat ukur kadar air, timbangan digital dan alat untuk membelah biji kakao.

2. Penerapan Sistem Jaminan Mutu Dan Keamanan Pangan

Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan koordinasi, sosialisasi serta melakukan

pengawalan kegiatan Penerapan Sistem

(41)

35 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

B. Spesifikasi Teknis

1. Kegiatan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Perkebunan

Sarana (alat dan mesin) yang digunakan untuk penanganan pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.Perawatan dan pengoperasiannya

mudah;

b.Permukaan peralatan yang

berhubungan dengan bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas;

c.Tidak mencemari hasil seperti unsur

atau fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, tidak

bereaksi dengan produk, jasad

renik, dan lain-lain;

d.Mudah dikenakan tindakan sanitasi;

e.Memiliki test report atau SNI.

Spesifikasi alat dan mesin pascapanen perkebunan yang akan diberikan untuk

kelompok tani seperti pada lampiran.

(42)

36 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

mesin pascapanen untuk kelompok tani, dalam kegiatan penanganan

pascapanen tanaman perkebunan

terdapat kegiatan peningkatan

keterampilan dan kemampuan

kelompok tani melalui pertemuan teknis.

2. Pemasaran Hasil Perkebunan

a)Penyiapan SDM PIP adalah Petugas

PIP atau Pejabat Fungsional;

b)Bentuk kegiatan adalah Fasilitasi

Pertemuan/Workshop, field trip,

promosi dan koordinasi antar

stakeholders/pemangku kepentingan

komoditas hasil perkebunan yang berkaitan dengan pemasaran hasill perkebunan;

c)Peserta terdiri dari Petugas Dinas

Perkebunan Propinsi atau Kabupaten

sentra produksi,

pekebun/poktan/gapoktan produsen hasil perkebunan baik segar dan

olahan yang produknya perlu

penguatan dan pengembangan

pemasaran, pelaku usaha yang

(43)

37 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

perkebunan baik segar maupun

olahan (industri pengolahan,

eksportir), serta dan lembaga

pendukung lainnya seperti lembaga

pembiayaan, pelaku usaha

pengemasan, dan lain-lain;

5) Materi pertemuan meliputi tata

cara/prosedur ekspor produk

perkebunan dan persyaratan impor di negara tujuan ekspor, peluang

dan potensi ekspor berbagai

komoditi ekspor di negara tujuan ekspor, kesepakatan yang dihasilkan dari forum perundingan bilateral, regional, multilateral dan kerjasama

komoditi, upaya pengembangan

ekspor produk perkebunan yang sedang dan akan dilakukan (di tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat);

6) Lingkup komoditi antara lain kopi

specialty, kakao olahan, teh

specialty, pala organic, lada

organic, mete atau komoditi

(44)

38 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

merupakankomoditi

unggulan/potensial ekspor.

3. Pembinaan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan

Materi yang terkait dengan Pembinaan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan:

a)Undang-Undang Nomor 39 tahun

2014 tentang Perkebunan;

b)Peraturan Menteri Pertanian Nomor

98/Permentan/OT.140/9/2013

tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan;

c)Peraturan Menteri Pertanian Nomor

14 Tahun 2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit;

d)Peraturan Menteri Pertanian Nomor

07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian usaha Perkebunan;

e)Peraturan Menteri Pertanian Nomor

19 Tahun 2011 tentang Pedoman

Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia (ISPO) yang

telah disempurnakan dengan

(45)

39 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

(46)

40 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup

1. Pascapanen dan Pengolahan

Kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan di daerah meliputi:

a) Fasilitasi alat/mesin pascapanen,

bangunan UPH;

b) Peningkatan keterampilan dan

kemampuan kelompok

tani/gapoktan melalui pertemuan teknis;

c) Pembinaan, pengawalan, monitoring

serta evaluasi pascapanen dan

pengolahan hasil perkebunan;

d) Pertemuan kooordinasi teknis

pengolahan bokar bersih.

2. Pemasaran Hasil Perkebunan

a) Fasilitasi unit pemasaran

poktan/gapoktan;

b) Fasilitasi pertemuan dan koodinasi

harga TBS Kelapa Sawit;

c) Fasilitasi pemasaran karet;

d) Pengembangan peayanan informasi

(47)

41 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

e) Pengembangan agro industry

perkebunanan;

f) Pengembangan kemitraan dan

kewirausahaan;

g) Pengembangan dan pembinaan

agrowisata;

h) Fasilitasi pengembangan akses

perdagangan internasional.

3. Pembinaan Usaha

a. Ruang lingkup kegiatan Pembinaan

Usaha Perkebunan Berkelanjutan meliputi:

1) Sosialisasi peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan legalitas dan perizinan usaha

perkebunan kepada petugas

dinas yang membidangi

perkebunan di

provinsi/kabupaten/kota,

petugas instansi pemerintah

(48)

42 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

2) Sosialisasi perkebunan

berkelanjutan yang meliputi

sosialisasi Permentan No. 19 Tahun 2013 tentang Pedoman

Perkebunan Kelapa Sawit

Berkelanjutan Indonesia yang telah disempurnakan dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 11 Tahun 2015 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa

Sawit Berkelanjutan serta

sosialisasi Standar Kopi

Berkelanjutan Indonesia kepada petugas dinas yang membidangi

perkebunan di

provinsi/kabupaten/kota,

petugas instansi pemerintah terkait lainnya, dan petugas perusahaan perkebunan (PBS dan PTPN) serta pelaku usaha lainnya;

3) Pembinaan, pengawalan,

monitoring, dan evaluasi melalui

koordinasi dan kunjungan

(49)

43 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

kegiatan pembinaan usaha

perkebunan berkelanjutan.

b. Ruang lingkup kegiatan GNPSDA:

Pembinaan dan bimbingan teknis

kepada petugas Dinas yang

Membidangi Perkebunan di Tingkat

Provinsi/Kabupaten/Kota, petugas

instansi pemerintah terkait lainnya, dan petugas perusahaan perkebunan (PBS, PBSN danPBN).

c. Ruang lingkup kegiatan Standardisasi

dan mutu (Dekon):

1. Capacity Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI;

2. Bimbingan Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda Pendaftaran UFPBK; 3. Koordinasi, Sosialisasi , pembinaan

dan Bimtek Penerapan Sistem

(50)

44 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

B. Pelaksana Kegiatan

1. Pascapanen dan Pengolahan Hasil Perkebunan

Tugas dan fungsi petugas tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota sebagai berikut:

a. Kegiatan Tingkat Pusat

1)Penyusunan Pedoman Teknis;

2)Sosialisasi, Pembinaan dan

Pengawalan Kegiatan;

3)Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan;

4)Pelaporan Hasil Pelaksanaan

Kegiatan.

b. Kegiatan Tingkat Provinsi

1)Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak);

2)Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi

Calon kelompok Sasaran;

3)Penetapan Kelompok Sasaran

untuk alokasi APBN melalui TP Propinsi;

4)Pembinaan, pengawalan dan

pelaksanaan kegiatan;

(51)

45 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

6)Pelaporan hasil pelaksanaan

kegiatan.

c. Kegiatan Tingkat Kabupaten/Kota

1)Penyusunan Petunjuk Teknis

(Juknis);

2)Sosialisasi Kegiatan dan Identifikasi

Calon kelompok Sasaran;

3)Penetapan Kelompok Sasaran

untuk alokasi APBN melalui TP kabupaten/ kota;

4)Koordinasi/konsultasi ke provinsi

dan koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan, pelaksanaan,

pembinaan dan pengawalan

kegiatan;

5)Monitoring serta evaluasi;

6)Pelaporan hasil pelaksanaan

kegiatan.

2. Pemasaran Hasil Perkebunan a. Kegiatan Tingkat Pusat

1)Penyusunan Pedoman Teknis;

2)Pengumpulan data untuk

penyusunan bahan kebijakan;

3)Verifikasi dan Monitoring

(52)

46 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

4)Promosi produk perkebunan

unggulan;

5)Monitoring dan Evaluasi Kegiatan;

6)Menyelenggarakan pertemuan;

7)Pelaporan Hasil Pelaksanaan

Kegiatan.

b. Kegiatan Tingkat Provinsi

1)Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan

(Juklak);

2)Koordinasi/konsultasi ke pusat dan

koordinasi ke lokasi dalam rangka

persiapan dan pelaksanaan

kegiatan;

3)Pembinaan, pengawalan dan

pelaksanaan kegiatan;

4)Monitoring serta evaluasi kegiatan;

4)Pengumpulan data dan informasi

yang berkaitan dengan pemasaran hasil perkebunan;

5)Menyelenggarakan pertemuan;

6)Pelaporan hasil pelaksanaan

(53)

47 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

c. Kegiatan Tingkat Kabupaten/Kota

1)Penyusunan Petunjuk Teknis

(Juknis);

2)Koordinasi/konsultasi ke provinsi

dan koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kegiatan;

3)Monitoring serta evaluasi;

4)Pelaporan hasil pelaksanaan

kegiatan.

3. Pembinaan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan

Kegiatan Pembinaan Usaha dan

Perkebunan Berkelanjutan dilaksanakan

oleh Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan dan Dinas Provinsi yang menangani fungsi perkebunan, dengan tugas masing-masing sebagai berikut:

a. Tingkat Pusat

- Menyusun Pedoman Teknis;

- Melakukan koordinasi dengan Dinas

(54)

48 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Melakukan pembinaan, pengawalan

monitoring, dan evaluasi kegiatan

pembinaan usaha perkebunan

berkelanjutan;

- Menyiapkan materi sosialisasi;

- Bersama KPK menyelenggarakan

rapat koordinasi GNPSDA dengan mengundang instansi terkait tingkat pusat, asosiasi terkait perkelapa sawitan dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinsi prioritas;

- Bersama KPK menyelenggarakan

rapat evaluasi GNPSDA dengan mengundang instansi terkait tingkat pusat, asosiasi terkait perkelapa sawitan dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinsi prioritas;

- Menyusun laporan akhir kegiatan.

b. Tingkat Provinsi

- Menyusun Petunjuk Teknis kegiatan

pembinaan usaha perkebunan

berkelanjutan, meliputi: a).

Koordinasi dan Suprevisi Gerakan

Nasional Penyelamatan Sumber

(55)

49 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Perkebunan b). Pembinaan

dan Monev Penerapan Perkebunan Berkelanjutan pada Kelapa Sawit

dan c). Sosialisasi Standar

Perkebunan Kopi Berkelanjutan

Indonesia;

- Melakukan konsultasi/koordinasi

dengan Direktorat Pengolahan dan

Pemasaran Hasil Perkebunan,

Ditjen Perkebunan;

- Melakukan koordinasi dengan Dinas

Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dan instansi/lembaga

terkait di provinsi dan

kabupaten/kota;

- Melakukan koordinasi dengan

perusahaan perkebunan (PTPN dan

PBS) di provinsi dan

kabupaten/kota;

- Melaksanakan kunjungan lapangan

untuk memonitor dan mengevaluasi perusahaan perkebunan (PTPN dan PBS) serta kelompok tani kopi berkelanjutan;

- Melaksanakan sosialiasi peraturan

(56)

50 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

dengan perkebunan serta

sosialisasi pedoman perkebunan

berkelanjutan;

- Menyusun laporan Monitoring dan

Evaluasi kegiatan pembinaan usaha dan perkebunan berkelanjutan dan menyampaikannya ke Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan;

- Dinas yang membidangi perkebunan

di 8 provinsi prioritas melakukan penyiapan data perizinan dan data

spasial lokasi kebun melalui

monitoring dan evaluasi ke

kabupaten serta ke perusahaan perkebunan;

- Dinas yang membidangi perkebunan

di 8 provinsi prioritas melakukan pertemuan/rapat evaluasi terhadap hasil verifikasi pengumpulan data

GNPSDA, sesuai jadwal yang

disepakati bersama Ditjen

Perkebunan dan KPK.

(57)

51 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Pusat

Ditjen Perkebunan melakukan koordinasi dan melakukan pengawalan kegiatan terhadap:

 Sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;

 Pendampingan penyusunan dokumen

sistem mutu;

 Verifikasi penerapan Sistem Kendali Internal (SKI);

 Penyiapan sertifikasi/registrasi sistem mutu dan keamanan pangan.

- Daerah

 Dinas perkebunan provinsi penerima

dana dekonsentrasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan,

bertanggung jawab terhadap

pelaksanaan Bimbingan Teknis

Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan;

 Dinas perkebunan provinsi melakukan identifikasi pelaku usaha perkebunan sebagai calon penerap sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang pelaksanaanya dikoordinasikan dengan dinas perkebunan Kabupaten/kota;

 Fasilitator sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dinas perkebunan

kabupaten/Kota melakukan

(58)

52 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

sistem jaminan mutu dan keamanan pangan (sistem kendali internal);

 Calon Penerima/Calon Lokasi (CPCL)

yang telah ditetapkan oleh kepala

dinas perkebunan provinsi harus

menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan secara konsisten dan berkesinambungan;

 Dinas perkebunan Kabupaten/Kota

yang menjadi sentra bokar di provinsi penerima dana dekonsentrasi SJM

Bokar bertanggung jawab untuk

meregistrasi UPPB yang telah

melakukan sistem jaminan mutu

bokar;

 Dinas perkebunan kabupaten/kota

yang menjadi sentra kakao di provinsi

penerima dana dekonsetrasi

bertanggung jawab untuk meregistrasi

UFPBK serta mendampingi

poktan/gapoktan dalam mengajukan

permohonan sertifikasi jaminan

(59)

53 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

- Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D)

 Otoritas Kompeten Keamanan Pangan

Daerah (OKKP-D) sebagai lembaga pengawas mutu dan keamanan pangan

melakukan penilaian melalui

mekanisme sertifikasi jaminan

keamanan pangan kakao fermentasi dan sertifikasi GHP/GMP terhadap pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.

C. Lokasi, Jenis dan Volume

1. Kegiatan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Perkebunan

Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan

penanganan pascapanen dan

pengolahan hasil perkebunan tahun 2016 seperti pada Lampiran.

2. Kegiatan Pembinaan Usaha

a) Koordinasi dan Supervisi Gerakan

Nasional Penyelamatan SUmber Daya

Alam (GNPSDA) Sub Sektor

Perkebunan dilaksanakan di 8

(60)

54 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

b)Pembinaan, Monev Penerapan

Perkebunan Berkelanjutan pada

Kelapa Sawit.

Pembinaan, Monev Penerapan

Perkebunan Berkelanjutan pada

Kelapa Sawit dilaksanakan di 18 (delapan belas) provinsi.

c) Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi

Berkelanjutan (ISCoffee).

Sosialisasi standar perkebunan kopi

berkelanjutan(ISCoffee) dilaksanakan

di 6 (enam) provinsi sebagaimana tercantum dalam lampiran.

3. Kegiatan Pengembangan Agroindustri Perkebunan

Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan Pengembangan Agroindustri Perkebunan tahun 2016 serta detail pelaksanaan

kegiatan tertera dalam lampiran

pedoman ini.

4. Kegiatan Pemasaran Domestik dan Internasional

(61)

55 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

tahun 2016 serta serta detail

pelaksanaan kegiatan tertera dalam lampiran pedoman ini.

5. Kegiatan Fasilitasi Standarisasi Mutu Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan Fasilitasi Standardisasi Mutu tahun 2016 serta serta detail pelaksanaan kegiatan tertera dalam lampiran pedoman ini.

D. Simpul Kritis

Beberapa hal yang harus diperhatikan

yang menjadi simpul kritis dalam

pelaksanaan kegiatan:

a)Kelompok sasaran penerima bantuan

bukan kelompok yang baru dibentuk dan organisasinya berfungsi dengan baik sehingga bantuan yang diberikan dapat

dimanfaatkan dan dikelola secara

optimal serta meningkatkan nilai

tambah dan pendapatan

petani/kelompok tani/ gapoktan;

b)Proses pelaksanaan pengadaan

barang/jasa sesuai aturan dan tepat

(62)

56 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

keterlambatan pelaksanaan

program/kegiatan;

c)Penggunaan lahan untuk pembangunan

UPH/sarana lainnya dilengkapi dengan Surat hibah/perjanjian pemanfaatan lahan;

d)Penyerahan barang/sarana bantuan

kepada kelompok tani harus dilengkapi dengan berita acara serah terima

barang dan surat kesanggupan

pemanfaatan alat/sarana;

e)Peserta harus sesuai dengan kriteria

yang dipersyaratkan;

f) Pemilihan Narasumber berdasarkan

(63)

57 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN

Pengadaan alat/mesin/bangunan dilakukan melalui metode kontraktual.

A. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa

1. Proses pengadaan barang dan jasa yang

dilakukan harus mengacu kepada

Perpres no. 54 tahun 2010 berikut perubahannya (Perpres No. 70 tahun 2012) tentang Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa;

2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan

kegiatan, persiapan pengadaan barang dimulai dari Januari 2016 sekaligus pengumuman pelelangan;

3. Kontrak pengadaan alat/mesin paling

lambat harus sudah ditandatangani akhir triwulan I (bulan Maret) tahun 2016;

4.Pelaksanaan kegiatan pertemuan,

workshop, dan fieldtrip sesuai dengan

jadwal pelaksanaan kegiatan.

B. Mekanisme Penyaluran Barang

1.Pengelolaan dan penyaluran barang

(64)

58 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

2.Dalam rangka percepatan pelaksanaan

kegiatan, identifikasi serta penetapan kelompok sasaran penerima alat/mesin dilaksanakan pada bulan Januari 2016;

3.Penentuan kelompok tani terpilih

dilakukan melalui seleksi oleh petugas dinas yang membidangi perkebunan serta ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat atau Kepala Dinas yang membidangi Perkebunan;

Adapun kriteria penetapan kelompok tani sasaran adalah sebagai berikut:

a.Kelompok yang bersangkutan sudah

ada/telah eksis dan aktif,

berpengalaman, bukan bentukan

baru dan sudah terdaftar di

Bakorluh, dapat dipercaya serta

mampu mengembangkan usaha/

kegiatan melalui kerjasama

kelompok, dengan jumlah anggota minimal 20 orang;

b.Kelompok yang bersangkutan tidak

mendapat penguatan modal atau fasilitasi lain untuk kegiatan yang

sama/sejenis pada saat yang

(65)

59 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

pada tahun-tahun sebelumnya

kecuali kegiatan yang diprogramkan

secara bertahap dan saling

mendukung;

c.Kelompok yang bersangkutan tidak

bermasalah dengan perbankan,

kredit atau sumber permodalan lainnya;

d.Kelompok yang mengalami kesulitan

untuk mengakses sumber

permodalan, sehingga sulit untuk menerapkan rekomendasi teknologi

anjuran secara penuh dan

memanfaatkan peluang pasar.

4.Penyerahan bantuan

sarana/alat/mesin

pascapanen/pengolahan kepada

kelompok tani harus dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK pelaksana kegiatan dengan

Ketua Kelompok Tani yang

bersangkutan dengan dibubuhi Materai 6.000 rupiah.

5.Penyerahan bantuan

(66)

60 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

sudah dilakukan pada akhir triwulan 2 (bulan Juni) 2016.

C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya

Pelaksanaan kegiatan pendukung seperti sosialiasi dilaksanakan di awal kegiatan, sedangkan kegiatan pertemuan teknis

petani dilaksanakan setelah proses

pengadaan alat/mesin/bangunan selesai dan diserah terimakan kepada kelompok penerima.

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN PENDAMPINGAN

Pembinaan kelompok dilakukan secara

terorganisir dan berkelanjutan sehingga

kelompok mampu mengembangkan usahanya

secara mandiri. Untuk itu diperlukan

dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.

Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi

kaidah pengelolaan sesuai prinsip

pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good

governance) dan pemerintah yang bersih

(67)

61 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

kegiatan harus mematuhi prinsip-prinsip:

mentaati ketentuan peraturan dan

perundangan, membebaskan diri dari praktek

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),

menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan demokratisasi, memenuhi asas akuntabilitas.

Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan ini berada pada dinas/kantor perkebunan atau yang melaksanakan fungsi perkebunan lingkup kabupaten/kota. Tanggung jawab koordinasi pembinaan program berada pada Dinas perkebunan Provinsi. Tanggung jawab atas program dan kegiatan adalah Direktorat

Jenderal Perkebunan, Kementerian

Pertanian.

Pengendalian melalui jalur struktural

dilakukan oleh tim teknis kabupaten, tim pembina provinsi dan pusat, sedangkan

pengendalian kegiatan dilakukan oleh

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA). Proses

(68)

62 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan

dapat menerapkan prinsip-prinsip

partisipatif, transparansi dan akuntabel.

Pembinaan kepada pelaku usaha perkebunan dilakukan secara berkelanjutan sehingga mampu menerapkan peraturan perundangan yang berlaku.

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian nomor

31/Permentan/OT.140/3/2010 tanggal 19

Maret 2010 tentang Pedoman Sistem

Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan

Pembangunan Pertanian. Dinas yang

membidangi perkebunan kabupaten dan

provinsi wajib melakukan monitoring,

evaluasi dan pelaporan secara berjenjang

dilaporkan kepada Direktorat Jenderal

Perkebunan, dengan ketentuan sebagai

berikut:

(69)

63 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina Provinsi wajib membuat laporan tentang pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:

1.Sistem Monitoring dan Evaluasi

(SIMONEV) meliputi:

 Kemajuan pelaksanaan kegiatan

sesuai indikator kinerja;

 Perkembangan kelompok sasaran

dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;

 Permasalahan yang dihadapi dan

upaya penyelesaian di tingkat

kabupaten dan provinsi.

2. Laporan Perkembangan fisik yang sesuai

tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama petani/kelompok

tani/gapoktan, desa/kecamatan/

kabupaten, luas areal (target dan

realisasi), waktu pelaksanaan,

perkembangan, kendala dan

permasalahan, upaya pemecahan

(70)

64 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

3. Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan

yang berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun anggaran, permasalahan yang dihadapi dan usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang dibuat setelah program berakhir.

B. Waktu Penyampaian Laporan

1. Simonev dibuat setiap bulan dengan

ketentuan:

 Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan kabupaten ditujukan

kepada provinsi, disampaikan paling lambat tanggal 5 bulan laporan;

 Pelaporan dinas yang membidangi

perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal

Perkebunan, disampaikan paling

lambat tanggal 7 bulan laporan;

2. Laporan perkembangan fisik dibuat

pertriwulan ditujukan kepada Direktorat

Pengolahan dan Pemasaran Hasil

(71)

65 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 7 bulan laporan;

3. Laporan akhir ditujukan kepada

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2016.

Laporan pelaksanaan kegiatan tersebut dikirim melalui email dengan alamat:

pcpn.simregar@gmail.com,

pascapanen011@yahoo.com,

bimuspb.ditjenbun@gmail.com.

VII. PEMBIAYAAN

(72)

66 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran

Hasil Perkebunan Tahun 2016

VIII. PENUTUP

Pedoman Teknis kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan merupakan

acuan secara umum yang perlu

dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk

Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan

(73)

67

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LAMPIRAN 1

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL

(74)

68

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PENANGANAN PASCAPANEN PERKEBUNAN TAHUN 2016

A. Komoditas Kakao

No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT) 33

1 Aceh 1 Bireun 1

2 Pidie Jaya 1

3 Aceh Besar 1

2 Sumbar 4 Padang Pariaman 1

5 Lima Puluh Kota 1

3 Bengkulu 6 Bengkulu Utara 1

4 Jateng 7 Batang 1

5 Jatim 8 Ngawi 1

6 Bali 9 Buleleng 1

7 DIY 10 Gunung Kidul 1

11 Kulon Progo 1

8 NTT 12 Ende 1

13 Manggarai Timur 1

9 Kaltara 14 Nunukan 1

Kaltim Berau 1

10 Sulut 15 Bolaang

(75)

69

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)

16 Bolaang

Mongondow Utara 1

11 Sulteng 18 Kota Palu 1

12 Sulsel 19 Pinrang 1

20 Bone 1

21 Bantaeng 1

22 Luwu Timur 1

23 Bulukumba 1

13 Sulbar 24 Mamuju Tengah 1

14 Sultra 25 Kolaka 1

26 Kolaka Timur 1

27 Konawe Selatan 1

28 Buton 1

15 Gorontalo 29 Gorontalo Kab. 1

30 Boalemo 1

16 Papua 33 Nabire 1

34 Keerom 1

(76)

70

Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016

B. Komoditas Kopi

No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)

60

1 Aceh 1 Gayo Lues 1

2 Sumut 2 Simalungun 8

3 Dairi 6

4 Tapanuli Utara 6

5 Mandailing Natal 4

6 Humbang

Hasundutan 10

3 Sumbar 7 Lima Puluh Kota 1

4 Riau 8 Kep. Meranti 1

5 Sumsel 9 Lahat 1

6 Lampung 10 Lampung Barat 2

11 Tanggamus 2

7 Bengkulu 12 Rejang lebong 1

13 Kepahyang 1

8 Jabar 14 Kuningan 1

15 Bandung 1

16 Garut 3

9 Jateng 17 Kendal 1

Gambar

Tabel 1. Susunan Acara Utama
Table 1.
Table 1.
Tabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya untuk paket pekerjaan Perencanaan Pembangunan Pasar Rakyat Sangkalan dengan ini kami undang

If an increase of milk yield is anticipated as a result of PEG-feeding, it is clear that the production system exploiting Mamber goats is more resilient to this new practice (as it

Menunjuk pada ketentuan Dokumen Seleksi, bagi peserta yang oleh karena satu dan lain hal sehingga tidak bisa hadir, atau terlambat hadir, maka WAJIB menyampaikan secara

Average ®ber medullation in primary central and lateral follicles in Angora does subjected to low (L) or high (H) nutritional planes in different seasons: WS, winter solstice;

Mean number of uterine contrac- tions moving toward the oviducts was greater ( p <0.05) for the control ewes than the Days 32 or 52 ewes (Table 1).. There were more

Deskripsi tentang Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit yang kemudian seringkali dipakai untuk membangun kebanggaan sebagai pewaris dari kejayaan kerajaan-kerajaan

Barumun pada percobaan yang dilakukan antara Metode M2S crossover dengan CHUNK crossover adalah metode M2S crossover dengan nilai fitness yang lebih tinggi dan

Prinsip kerja pembangkit listik tenaga panas bumi secara singkat adalah sebagai berikut: Air panas yang berasal dari steam sumur uap akan disalurkan ke Steam receiving