DUKUNGAN PENGOLAHAN
DAN PEMASARAN HASIL
PERKEBUNAN
DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
MARET 2016
PEDOMAN TEKNIS
PENGEMBANGAN PENGOLAHAN
DAN PEMASARAN HASIL PERKEBUNAN
i Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
KATA PENGANTAR
Pedoman Teknis Kegiatan Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan tahun 2016 disusun dalam rangka memberikan acuan terhadap pelaksanaan kegiatan di daerah yang dilaksanakan dengan dukungan dana APBN Tahun Anggaran 2016 dalam bentuk Tugas Pembantuan di Provinsi/Kabupaten/Kota atau dana Dekonsentrasi.
Pedoman teknis ini menjelaskan mengenai
pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan di daerah terutama dalam kaitannya dengan penyediaan sarana pascapanen dan pengolahan serta bimtek untuk petani/kelompok tani/gapoktan. Alokasi kegiatan difokuskan untuk komoditi tebu, kakao, kopi, lada, pala, cengkeh, karet, kelapa dan
jambu mete. Selain itu juga dalam rangka memberikan
ii Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Untuk mendukung tercapainya pelaksanaan
kegiatan secara tertib, baik teknis maupun
administrasi, agar Dinas yang membidangi perkebunan dapat menjadikan pedoman teknis ini sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan. Apabila terdapat hal-hal yang bersifat spesifik daerah dan belum tertampung dalam pedoman ini, agar dijabarkan kedalam Petunjuk Teknis dan Petunjuk Pelaksanaan.
Jakarta,31 Maret 2016
Direktur Jenderal Perkebunan
iii Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Sasaran Nasional C. Tujuan
1 13 16
II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
B. Spesifikasi Teknis
18
35
III. PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Ruang Lingkup B. Pelaksana Kegiatan C. Lokasi, Jenis, dan Volume D. Simpul Kritis
40 44 53 55
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN
A. Pelaksanaan Pengadaan Barang B. Mekanisme Penyaluran Barang C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
57 57 60
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN
PENDAMPINGAN 60
iv Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016 A. Jenis Laporan
B. Waktu Penyampaian Laporan
62 63
VII. PEMBIAYAAN 65
VIII. PENUTUP 66
v Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
1 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkebunan merupakan salah satu sektor andalan bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Selain sebagai penyumbang devisa negara, sektor perkebunan juga berkontribusi sebagai penyedia lapangan
kerja bagi masyarakat Indonesia.
Perkebunan sebagai sektor andalan
perekonomian Indonesia tidak lepas dari permasalahan yang harus dihadapi antara
lain masih rendahnya kualitas hasil
(produk) yang diperoleh dari usaha
perkebunan, baik itu produk primer maupun produk sekunder. Kualitas produk primer yang kurang baik akan berdampak
pada kualitas hasil pengolahan
sekundernya. Hal ini dapat mengakibatkan permasalahan dalam pemasaran produk komoditas perkebunan. Rendahnya mutu
selain karena pengaruh perlakuan
budidaya, juga karena penanganan
2 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Arah Kebijakan Umum Pembangunan
Perkebunan adalah mensinergikan seluruh sumber daya perkebunan dalam rangka peningkatan daya saing usaha perkebunan, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk perkebunan melalui partisipasi
aktif masyarakat perkebunan dan
penerapan organisasi moderen yang
berlandaskan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi serta didukung dengan tata kelola pemerintahan yang baik.
Peningkatan produk perkebunan berdaya saing diarahkan melalui penerapan sistem
jaminan mutu Good Agricultural Practices
(GAP), Good Handling Practices (GHP),
Good Manufacturing Practices (GMP)
penerapan standar mutu mulai dari kegiatan di lapangan hingga sampai ke
meja konsumen, dengan istilah from land
to table. Peningkatan mutu dan
standarisasi dilakukan melalui kebijakan Penerapan SNI wajib mulai dari tingkat petani dan pelaku usaha. Salah satu bagian dalam penerapan standar mutu yaitu
3 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Agricultural Practices (GAP), Good
Handling Practices (GHP), Good
Manufacturing Practices (GMP) dan
Sanitary and Phytosanitary (SPS) untuk
perkarantinaan pertanian, serta berbagai macam sertifikasi lainnya seperti Global
GAP, Organic Farming, Keamanan
Pangan/HACCP, serta Maximum Residue
Limit (MRL) untuk produk komoditas
strategis.
Industri hilir merupakan salah satu kunci sukses dalam meningkatkan daya saing
produk perkebunan. Selain itu,
peningkatan efisiensi produksi maupun distribusi produk antara lain melalui pengembangan dan penggunaan teknologi budidaya dan input yang lebih efisien,
kelembagaan petani yang menunjang
efisiensi produksi, konsolidasi lahan
pertanian dengan tujuan untuk
meningkatkan luas penguasaan lahan
4 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
liar dan perbaikan sarana infrastruktur informasi dan telekomunikasi.
Tingginya kebutuhan dan tuntutan akan informasi pasar pertanian yang meliputi harga, produksi dan jumlah permintaan produk oleh pelaku agribisnis mulai dari tingkat petani sampai konsumen secara cepat, tepat, akurat, lengkap dan dapat
dipertanggungjawabkan membutuhkan
sistem jaringan informasi pasar yang memadai. Pentingnya informasi pasar
khususnya harga komoditi unggulan,
menuntut pemerintah pusat dan daerah bekerja keras untuk membangun jaringan
informasi pasar melalui Pelayanan
Informasi Pasar.
5 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
inefisiensi yang timbul. Kebijakan tata niaga tarif/pajak/regulasi ekspor dan impor dilakukan untuk melindungi produk pertanian dalam negeri. Pengaturan bea masuk bagi produk-produk impor ke dalam negeri merupakan kebijakan sementara dalam jangka pendek sambil dilakukan pembinaan di dalam negeri terhadap produk sejenis agar nantinya memiliki standar kualitas sehingga bisa bersaing dengan kualitas produk impor. Selain itu
dapat juga menerapkan kebijakan non
tarif barrier yang tidak melanggar
konvensi internasional terkait
perdagangan.
Mekanisme kebijakan penetapan harga dasar/harga pembelian pemerintah (harga pasar yang berlaku) pada musim panen untuk melindungi produsen. Kegiatan
promosi produk perkebunan untuk
memperluas dan meningkatkan pangsa
pasar produk perkebunan unggulan
6 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Perusahaan Perkebunan Besar mempunyai peranan yang penting terutama sebagai
sumber pendapatan negara, sumber
teknologi dan manajemen, penyerapan
tenaga kerja, pemicu pengembangan
wilayah, mitra usaha perkebunan rakyat dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan
hidup. Dalam upaya menjaga
kesinambungannya, maka perlu dilakukan
pembinaan terhadap unit usaha
perkebunan.
Pembinaan usaha perkebunan dilakukan selain terhadap perusahaan perkebunan besar juga terhadap perkebunan rakyat dikarenakan masih banyak permasalahan
khususnya terkait perizinan usaha
perkebunan serta penyediaan lahan yang
semakin terbatas sehingga perlu diketahui data dan informasi sebenarnya penyediaan lahan yang tersedia dan diizinkan untuk usaha perkebunan.
Sesuai Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan yang saat ini telah disempurnakan dengan UU Nomor 39
7 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
menyatakan bahwa perusahaan
perkebunan yang melakukan usaha
budidaya tanaman perkebunan dengan luasan skala tertentu dan/atau usaha
pengolahan hasil perkebunan dengan
kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki izin usaha perkebunan.
Pemberian Izin Usaha Perkebunan
berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 98/Permentan/OT.140/9/2013
tentang Pedoman Perizinan Usaha
Perkebunan, dengan jenis izin usaha
perkebunan terdiri dari: Izin Usaha
Perkebunan Budidaya (IUP-B), Izin Usaha Perkebunan Pengolahan (IUP-P) dan Izin Usaha Perkebunan (IUP), yang diterbitkan
oleh pemberi izin yaitu Menteri/
Gubernur/Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
Perusahaan perkebunan yang telah
8 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
mengelola sumberdaya alam secara lestari;
sistem pengendali kebakaran; sistem
pengendalian organisme pengganggu
tanaman (OPT); penerapan AMDAL atau UKL dan UPL; menyampaikan peta digital
lokasi IUP-B atau IUP; melakukan
kemitraan dengan pekebun, karyawan dan
masyarakat serta melaporkan
perkembangan usaha perkebunan kepada pemberi izin.
Pembinaan dan pengawasan terhadap perusahaan perkebunan dilakukan oleh gubernur atau bupati/walikota dalam
bentuk evaluasi kinerja perusahaan
perkebunan dan penilaian usaha
perkebunan. Penilaian usaha perkebunan
dilakukan sesuai dengan pedoman
penilaian usaha perkebunan.
Penilaian usaha perkebunan yang dilakukan secara periodik berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 07/Permentan/
OT.140/2/2009. Penilaian usaha
perkebunan mulai dilaksanakan pada tahun 2009, yang menjadi penilaian dalam usaha
9 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
manajemen, penyelesaian hak atas tanah, realisasi pembangunan kebun dan/atau unit pengolahan, kepemilikan sarana dan prasarana serta sistem pencegahan dan
pengendalian organisme pengganggu
tanaman, kepemilikan sarana dan
prasarana serta sistem pencegahan dan
pengendalian kebakaran, penerapan
AMDAL, atau UKL dan UPL, penumbuhan dan pemberdayaan masyarakat/koperasi setempat dan laporan.
Sejak diterbitkannya Permentan No. 98 Tahun 2013 tersebut, beberapa hal yang dipertanyakan oleh dunia usaha dan pihak pemberi izin antara lain menyangkut
kewajiban pembangunan kebun
masyarakat diwajibkan kepada perusahaan perkebunan dengan batasan luas berapa, bagaimana penyediaan lahannya, siapa
yang layak sebagai peserta, serta
pembiayaan. Dan untuk usaha industri
pengolahan hasil perkebunan dalam
mendapatkan IUP-P harus memenuhi
10 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
sendiri dan kekurangannya wajib dipenuhi
dari kebun masyarakat/perusahaan
perkebunan lain melalui kemitraan
pengolahan berkelanjutan.
Pelaku usaha perkebunan harus melakukan usaha perkebunan secara berkelanjutan dengan memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu ekonomi, sosial budaya, dan ekologi.
Pelaku usaha cenderung hanya
mempertimbangkan aspek ekonomi,
sedangkan aspek sosial budaya dan ekologi belum berjalan seperti yang diharapkan.
Hal tersebut telah mendapat perhatian dari berbagai pihak/masyarakat, baik
domestik maupun internasional yang
menuntut pengelolaan produk perkebunan berkelanjutan.
Sebagai upaya dalam penerapan
perkebunan berkelanjutan, telah
diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 19/Permentan/ OT.140/3/2011
tanggal 29 Maret 2011 Pedoman
Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Indonesia (Indonesian Sustainable Palm
Oil/ISPO) yang telah disempurnakan
11 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Nomor 11/Permentan/OT.140/3 /2015
tanggal 17 Maret 2015 tentang Sistem
Sertifikasi Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan. Selain komoditas kelapa sawit yang telah menerapkan perkebunan berkelanjutan dan saat ini sedang disusun pedoman perkebunan kopi berkelanjutan Indonesia.
Salah satu visi bangsa yang tertuang dalam Pasal 33 UUD 1945 adalah pemanfaatan sumber daya alam (hutan dan perkebunan) secara adil. Kondisi yang ada saat ini,
menunjukkan bahwa terdapat
ketimpangan dalam pengelolaan dan
kebijakan sumber daya alam sehingga menyebabkan terjadinya korupsi. Dari total 41,69 juta hektar lahan hutan yang dikelola, hanya 1 persen yang diberikan kepada skala kecil dan masyarakat adat.
Sementara itu kerusakan hutan,
deforestasi terus terjadi dari tahun ke tahun.
Dalam kajian perizinan sumberdaya alam KPK tahun 2013 membuktikan bahwa kebijakan pengelolaan sumberdaya alam sangat rentan dengan korupsi. Akibatnya setiap proses perizinan penuh dengan
12 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
perdagangan, pemerasan, bahkan state
capture.
Komisi Pemberantasan Korupsi melalui kewenangan yang diatur oleh Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 menginisiasi
Nota Kesepakatan Bersama 12
Kementerian dan Lembaga (termasuk
Kementerian Pertanian) tentang
Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan Indonesia yang menyepakati pada tanggal 11 Maret 2013 dengan prinsip berkeadilan dan anti korupsi, membenahi regulasi dan
kebijakan terkait sumberdaya alam,
menyelaraskan proses perencanaan hutan, dan memastikan pelaksanaan penyelesaian konflik.
Penyelamatan sumberdaya kehutanan dan perkebunan merupakan tugas bersama semua elemen bangsa. Sebagai bagian dari pelaksanaan tugas monitor tersebut KPK
telah melakukan kegiatan Gerakan
Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Sektor Kehutanan dan Perkebunan di 24 provinsi.
13 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
perkebunan dan gerakan penyelamatan sumber daya alam, maka pada tahun 2016 pemerintah melalui Ditjen Perkebunan
mengalokasikan dana APBN melalui
kegiatan Tugas Pembantuan kepada Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan untuk melaksanakan kegiatan Pembinaan Usaha Perkebunan Berkelanjutan yang
terdiri dari kegiatan-kegiatan: a).
Koordinasi dan Supervisi Gerakan Nasional
Penyelamatan Sumber Daya Alam
(GNPSDA) Sub Sektor Perkebunan, b).
Pembinaan dan Monev Penerapan
Perkebunan Berkelanjutan pada Kelapa
Sawit, serta c). Sosialisasi Standar
Perkebunan Kopi Berkelanjutan Indonesia.
B. Sasaran Nasional
1) Mendukung Program Peningkatan
Produksi dan Produktivitas melalui kegiatan penanganan pascapanen dan
pengolahan di provinsi sentra
produksi;
2) Terfasilitasinya kebutuhan kelompok
14 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
3) Meningkatnya nilai tambah, daya saing
komoditas perkebunan dalam
memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor;
4) Terciptanya sistem Pelayanan
Informasi Pasar yang cepat, tepat,
kontinyu, up to date dan dapat
dipercaya serta langsung dapat
dimanfaatkan oleh para pengguna informasi;
5) Tersedianya data dan informasi pasar
yang berkualitas, akurat, up to date,
kontinyu dan lengkap;
6) Tersebarnya informasi pasar kepada
masyarakat luas;
7) Meningkatnya kualitas SDM pelaksana
kegiatan PIP;
8) Meningkatnya dukungan pengembangan
mutu dan standarisasi bidang
perkebunan;
9) Meningkatnya dukungan program
15 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
10)Meningkatnya kapasitas petugas dinas
provinsi/kabupaten/kota yang
membidangi pembinaan usaha dan perkebunan berkelanjutan;
11)Meningkatnya perbaikan tata kelola
sub sektor perkebunan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan memperhatikan aspek keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum, kemitraan, pemerataan, peran
serta masyarakat, keterbukaan,
desentralisasi, akuntabilitas, dan
keadilan;
12)Perbaikan sistem pengelolaan
sumberdaya perkebunan untuk
mencegah korupsi, kerugian keuangan
negara dan kehilangan kekayaan
negara;
13) Meningkatnya monitoring pelaksanaan
16 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan Pedoman Teknis Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran hasil Perkebunan yakni memberikan petunjuk dan acuan bagi petugas di provinsi dan
kabupaten/kota dalam pelaksanaan
kegiatan Pengolahan dan Pemasaran hasil perkebunan untuk:
1) Meningkatkan nilai tambah,daya saing,
mutu dan standarisasi produk perkebunan;
2) Melakukan pembinaan/pengawalan
kegiatan agar dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran sehingga
agroindustri perkebunan dapat
berkembang di daerah;
3) Meningkatkan/membuka akses pasar
bagi poktan, gapoktan, dalam
memasarkan produk hasil perkebunan, memberikan harga yang transparan dan berkeadilan;
4) Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi
Pasar yang cepat, tepat, kontinyu, up to
17 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
dimanfaatkan oleh para pengguna informasi tepat waktu;
5) Meningkatkan kualitas data dan
informasi pasar sehingga lebih akurat,
up to date, kontinyu dan lengkap;
6) Meningkatkan kualitas sumber daya
manusia pelaksana kegiatan pelayanan informasi pasar;
7) Melakukan Pembinaan Usaha
Perkebunan dan Sosialisasi Legalitas
dan Peraturan Perizinan Usaha
Perkebunan;
8) Pembinaan, Monev Penerapan
Perkebunan Berkelanjutan Pada Kelapa Sawit;
9) Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi
Berkelanjutan Indonesia (Indonesian
Sustainable Coffee/ISCoffee) kepada
petugas Dinas yang Membidangi
Perkebunan Provinsi dan
Kabupaten/Kota dan pelaku usaha di bidang kopi dalam rangka menghimpun masukan untuk penyusunan Pedoman
Perkebunan Kopi Berkelanjutan
18 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
10) Koordinasi dan Supervisi Gerakan
Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Sub Sektor Perkebunan.
II. PRINSIP PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
A1. Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan
(TP)
1. Pascapanen Hasil Perkebunan
a)Pelaksanaan kegiatan ditempuh melalui
pendekatan kelompok/gabungan
kelompok pada satu wilayah pertanaman perkebunan dengan harapan para petani
mampu melakukan penanganan
pascapanen dan pengolahan dengan menghasilkan produk primer/sekunder (olahan) yang bermutu;
b)Kelompok tani/gabungan kelompok tani
19 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
dilakukan melalui seleksi oleh petugas dinas yang membidangi perkebunan
serta ditetapkan oleh Pemerintah
Daerah setempat atau Kepala Dinas yang membidangi perkebunan;
c)Penggunaan lahan untuk pembangunan
UPH/sarana lainnya harus dilengkapi
dengan surat hibah/perjanjian
pemanfaatan lahan;
d)Paket bantuan yang diserah-terimakan
kepada kelompok tani/gapoktan harus
dilengkapi dengan surat perjanjian
pemanfaatan alat/sarana bantuan;
e)Paket bantuan yang akan diberikan
untuk kelompok tani/Gapoktan
dilakukan melalui proses pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan oleh panitia/pejabat pengadaan di Dinas yang membidangi Perkebunan setempat;
f)Proses pengadaan barang/jasa yang
dilakukan harus berdasarkan Perpres No. 54 tahun 2010 dan No. 70 tahun 2012
beserta perubahannya tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
g)Seluruh tahapan kegiatan yang dilakukan
20 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
dilaksanakan dengan bimbingan dan pendampingan oleh petugas daerah yang ditunjuk;
h)Pelaksanaan kegiatan harus dilakukan
pencatatan secara tertib sebagai bahan penyusunan laporan akhir dan evaluasi;
2. Pengolahan Hasil Perkebunan
a)Penetapan calon penerima/calon lokasi
Verifikasi CP/CL untuk kegiatan tahun 2016 hendaknya sudah dilakukan pada tahun 2015. Apabila belum dilakukan, agar segera dilakukan pada awal tahun 2016. Surat Keputusan (SK) CP/CL ditetapkan oleh kepala dinas provinsi. Khusus untuk TP kabupaten (satker
mandiri) ditetapkan kepala dinas
kabupaten. SK CP/CL ditetapkan paling lambat akhir maret 2016. Kriteria
poktan/gapoktan calon penerima
sebagai berikut:
Memiliki potensi bahan baku yang
memenuhi skala ekonomi;
Sanggup menyediakan lahan untuk
21 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Mempunyai komitmen untuk
mengembangkan usaha pengolahan hasil perkebunan dengan mengisi formulir naskah ikatan kerjasama pengelolaan barang;
Verifikasi CPCL dilakukan pada tahun 2016 untuk kegiatan tahun 2017 yang dilakukan oleh petugas Provinsi dan
kabupaten. Verifikasi CPCL sesuai
dengan form verifikasi.
b)Pembentukan Tim Teknis
- Tim teknis dibentuk oleh kepala dinas
yang membidangi perkebunan;
- Tim Teknis adalah petugas/staf teknis
yang kompeten di bidang perkebunan, terdiri dari petugas Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota (sesuai usulan Kepala
Dinas Kabupaten/Kota), apabila
diperlukan tim teknis dapat berasal dari Balai Penelitian, BPTP Dinas terkait dan Perguruan Tinggi;
- Tim Teknis bertugas melakukan
pemantapan CPCL, membantu
22 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
pengawalan, monitoring dan evaluasi terhadap kondisi sarana dan prasarana sampai dengan selesainya uji coba komersil;
- Untuk kegiatan yang ada dana bahan
running usaha komersial, tim teknis
bersama-sama dengan rekanan dan
pengelola unit usaha melakukan
running usaha komersial dan membuat
laporannya sebagai dasar berita acara serah terima barang dari dinas ke poktan/gapoktan.
c) Penyusunan Rencana Usulan Kegiatan
Kelompok (RUKK)
- RUKK disusun berdasarkan
kebutuhan kelompok sesuai
lampiran;
- Penyusunan RUKK dilakukan oleh
kelompok/gapoktan dibantu
pembina kabupaten dan Provinsi dan disetujui tim teknis serta ditetapkan
oleh Kepala Dinas Provinsi/
Kabupaten/Kota.
23 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Pengadaan gedung pengolah hasil
mengacu pada Perpres 70 tahun 2012 tentang Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa;
- Pembangunan UPH mengacu pada
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 35/Permentan/OT.140/7/2008
tentang persyaratan dan penerapan cara pengolahan hasil pertanian asal
tumbuhan yang baik (Good
Manufacturing Practices);
- Luas bangunan menyesuaikan
standar harga biaya setempat
dengan pagu anggaran yang ada;
- Pengadaan bangunan termasuk
didalamnya pemasangan instalasi listrik dan penyambungannya.
e) Pengadaan alat dan mesin
- Pengadaan alat dan mesin
pengolahan hasil harus sesuai
dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor
35/Permentan/OT.140/7/2008
24 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
cara pengolahan hasil pertanian asal
tumbuhan yang baik (Good
Manufacturing Practices);
- Mesin pengolah hasil harus
memenuhi persyaratan SNI
(mempunyai sertifikat penggunaan tanda SNI/ SPPT SNI) atau minimal
memiliki test report yang
dikeluarkan oleh lembaga
berwenang. Beberapa mesin
pengolah hasil yang telah memiliki
test report dapat dilihat di
www.bpm-alsintan.com;
- Pengadaan alat yang tertuang dalam
RUKK harus sudah termasuk
pemasangan alat, mesin genset,
pelatihan petugas pengelola
(operasional, perawatan,
perbaikan), running test serta
jaminan/garansi selama 1 tahun;
- Contoh spesifikasi beberapa alat dan
25 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
f) Running usaha komersial
- Tahapan ini dilaksanakan pada
kegiatan yang mempunyai anggaran
running usaha komersial. Setelah alat
dan mesin terinstall, maka harus
dilakukan running usaha komersial
sampai alat dan mesin dapat
beroperasi optimal sesuai dengan spesifikasi teknis, yang dibuktikan dengan laporan;
- Berita acara serah terima barang
ditandatangani bila running usaha
komersial telah dilaksanakan dan berhasil memenuhi persyaratan sesuai dengan kelayakan teknis.
g)Naskah Ikatan Kerja Sama Pengelolaan
Barang
Gapoktan penerima harus
menandatangani naskah ikatan
kerjasama pengelolaan barang
26 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
h)Penyerahan kepada Gapoktan
Penyerahan alat, mesin, dan gedung dari dinas yang membidangi perkebunan di provinsi kepada gapoktan dilengkapi dengan Berita Acara Hasil Pemeriksaan dan Berita Acara Serah Terima Barang sesuai format pada lampiran pedoman ini.
i) Organisasi Usaha Kelompok
Kepemilikan usaha dan pengelolaan usaha:
1) Unit usaha dimiliki oleh gabungan
kelompok tani (Poktan/Gapoktan);
2) Pengelolaan usaha dilakukan secara
profesional oleh site
manager/pengurus poktan/gapoktan;
3) Dinas yang memiliki alokasi
anggaran site manager diharapkan
melakukan Recruitment Site
Manager dan Asisten Site Manager
27 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Berpengalaman dan mempunyai
jiwa wirausaha dan memiliki latar belakang pendidikan minimal SMA;
- Berasal/berdomisili dalam wilayah
dimana unit usaha kelompok
berada;
- Site manager tidak sebagai
pengurus poktan/gapoktan;
- Site manager dan asisten site
manager yang terpilih ditetapkan dengan SK kepala dinas provinsi.
j) Pengelolaan Unit Usaha
1)Bahan baku diutamakan berasal dari
anggota poktan/gapoktan;
2)Proses pengolahan hasil, pengemasan
dan penyimpanan dilakukan sesuai kaidah - kaidah penerapan jaminan mutu sehingga menghasilkan produk yang bermutu secara konsisten dan aman dikonsumsi;
3)Produksi yang dihasilkan dapat berupa
28 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
yang dihasilkan harus memenuhi
standar produk yang ingin dicapai secara konsisten;
k)Peningkatan Kompetensi SDM
Dalam rangka meningkatkan kinerja UPH, maka perlu dilakukan pelatihan
secara internal dan mengikuti
pelatihan eksternal yang relevan.
3. Kegiatan Pemasaran Hasil a. Pemasaran Domestik
1) Pengumpulan, pengolahan,
pengiriman, penganalisaan serta
penyebarluasan data/informasi
pasar;
2) Penyiapan SDM PIP adalah Petugas
PIP atau Pejabat Fungsional;
3) Analis Pasar Hasil Pertanian (APHP)
tingkat terampil dan ahli baik di provinsi maupun kabupaten yang
mempunyai tugas pokok
menyiapkan, melaksanakan,
29 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
dan mengembangkan pelayanan di bidang pemasaran hasil pertanian;
4) Kegiatan Peningkatan Akses
Pemasaran Domestik Produk
Perkebuan:
- Kegiatan dilakukan dalam bentuk
pertemuan koordinasi antara
stakeholders/pemangku
kepentingan komoditas hasil
perkebunan yang sudah
mempunyai akses pasar maupun yang masih memerlukan fasilitasi pengembangan akses pemasaran;
- Peserta terdiri dari Petugas Dinas
Perkebunan Propinsi atau
Kabupaten sentra produksi,
pekebun/poktan/gapoktan
produsen hasil perkebunan baik segar dan olahan yang produknya
perlu penguatan dan
pengembangan pemasaran, pelaku usaha yang membutuhkan bahan baku hasil perkebunan baik segar
maupun olahan (industri
pengolahan, eksportir), serta dan lembaga pendukung lainnya seperti
lembaga pembiayaan, pelaku
30 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Pola pertemuan dalam bentuk :
Fasilitasi Pertemuan / Workshop Peningkatan Akes Pemasaran.
5) Kegiatan Penyusunan Bahan
Kebijakan Harga TBS dan komoditi karet dilaksanakan dalam rangka menyelaraskan harga di tingkat
pekebun/poktan/gapoktan dan
dapat dijadikan acuan bagi seluruh stakeholder perkebunan. Kegiatan ini juga mencakup desiminasi informasi melalui penyelenggaraan
workshop kebijakan harga di
sentra produksi;
6) Kegiatan Promosi Perkebunan dilaksanakan dalam rangka memfaslitasi petani/kelompok tani/gapoktan dan kelembagaan pemasaran dalam pemecahan masalah dan pemasaran hasil pertanian serta sebagai sarana pembelajaran bagi petani/kelompok tani/gapoktan dalam melakukan pemasaran hasil perkebunan. Untuk meningkatkan proporsi pemasaran hasil perkebunan nusantara di pasar domestic;
7) Dalam rangka pelaksanaan
Pembinaan dan Pengembangan
31 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Kesepakatan Rencana
Pengembangan Agrowisata;
8) Dalam pelaksanaan kegiatan
pengembangan kemitraan dan
kewirausahaan dilakukan
identifikasi kelompok-kelompok
petani yang potensial untuk
dimitrakan, Identifikasi
perusahaan calon mitra bagi
kelompok-kelompok petani yang
potensial serta melaksanakan
pertemuan dan merumuskan
konsep kemitraan yang dapat
dilaksanakan dan
penanda-tanganan MoU oleh para pihak.
b. Pemasaran Internasional
1) Pertemuan Fasilitasi Pengembangan
Akses Pasar Perdagangan
Internasional dilaksanakan dalam bentuk seminar, kunjungan lapang (filed trip) atau temu bisnis (bisnis
matching);
2) Peserta meliputi gapoktan
berorientasi ekspor, eksportir atau calon eksportir produk perkebunan,
32 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Provinsi/Kabupaten, Lembaga
Keuangan/Perbankan, Penyuluh
Pertanian, dan calon importer;
3) Materi pertemuan meliputi tata
cara/prosedur ekspor produk
perkebunan dan persyaratan impor di negara tujuan ekspor, peluang
dan potensi ekspor berbagai
komoditi ekspor di negara tujuan ekspor, kesepakatan yang dihasilkan dari forum perundingan bilateral, regional, multilateral dan kerjasama
komoditi, upaya pengembangan
ekspor produk perkebunan yang sedang dan akan dilakukan (di tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat);
4) Lingkup komoditi antara lain kopi
specialty, kakao olahan, teh
specialty, pala organic, lada
organic, mete atau komoditi
perkebunan laiannya yang
merupakankomoditi
33 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
4. Kegiatan Pembinaan Usaha a. Perkebunan Berkelanjutan
Melakukan koordinasi dengan instansi/ institusi terkait baik di tingkat pusat
maupun daerah antara lain:
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), dinas yang membidangi
Perkebunan provinsi dan
kabupaten/kota dan perusahaan
perkebunan besar swasta dan negara.
b. Gerakan Nasional Penyelematan SDA (GNPSDA)
Melakukan koordinasi dengan
instansi/institusi terkait baik di tingkat pusat maupun daerah antara lain: KPK, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Agraria dan
Tata Ruang, Badan Informasi
Geospasial, dinas yang membidangi
34 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
kabupaten/kota dan perusahaan
perkebunan besar swasta dan negara.
A2.Prinsip Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan (Dekon)
1. Kegiatan Standardisasi dan Mutu
Kegiatan Capacity Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI dilakukan di kelompok yang merupakan cikal bakal Unit Fermentasi Biji Kakao. Pelatihan dilaksanakan dengan pola penyampaian materi dan praktek pengujian biji kakao sehingga harus tersedia bahan praktek seperti biji kakao, alat ukur kadar air, timbangan digital dan alat untuk membelah biji kakao.
2. Penerapan Sistem Jaminan Mutu Dan Keamanan Pangan
Maksud dari kegiatan ini adalah melakukan koordinasi, sosialisasi serta melakukan
pengawalan kegiatan Penerapan Sistem
35 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
B. Spesifikasi Teknis
1. Kegiatan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Perkebunan
Sarana (alat dan mesin) yang digunakan untuk penanganan pascapanen dan pengolahan hasil perkebunan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.Perawatan dan pengoperasiannya
mudah;
b.Permukaan peralatan yang
berhubungan dengan bahan yang diproses tidak boleh berkarat dan tidak mudah mengelupas;
c.Tidak mencemari hasil seperti unsur
atau fragmen logam yang lepas, minyak pelumas, bahan bakar, tidak
bereaksi dengan produk, jasad
renik, dan lain-lain;
d.Mudah dikenakan tindakan sanitasi;
e.Memiliki test report atau SNI.
Spesifikasi alat dan mesin pascapanen perkebunan yang akan diberikan untuk
kelompok tani seperti pada lampiran.
36 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
mesin pascapanen untuk kelompok tani, dalam kegiatan penanganan
pascapanen tanaman perkebunan
terdapat kegiatan peningkatan
keterampilan dan kemampuan
kelompok tani melalui pertemuan teknis.
2. Pemasaran Hasil Perkebunan
a)Penyiapan SDM PIP adalah Petugas
PIP atau Pejabat Fungsional;
b)Bentuk kegiatan adalah Fasilitasi
Pertemuan/Workshop, field trip,
promosi dan koordinasi antar
stakeholders/pemangku kepentingan
komoditas hasil perkebunan yang berkaitan dengan pemasaran hasill perkebunan;
c)Peserta terdiri dari Petugas Dinas
Perkebunan Propinsi atau Kabupaten
sentra produksi,
pekebun/poktan/gapoktan produsen hasil perkebunan baik segar dan
olahan yang produknya perlu
penguatan dan pengembangan
pemasaran, pelaku usaha yang
37 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
perkebunan baik segar maupun
olahan (industri pengolahan,
eksportir), serta dan lembaga
pendukung lainnya seperti lembaga
pembiayaan, pelaku usaha
pengemasan, dan lain-lain;
5) Materi pertemuan meliputi tata
cara/prosedur ekspor produk
perkebunan dan persyaratan impor di negara tujuan ekspor, peluang
dan potensi ekspor berbagai
komoditi ekspor di negara tujuan ekspor, kesepakatan yang dihasilkan dari forum perundingan bilateral, regional, multilateral dan kerjasama
komoditi, upaya pengembangan
ekspor produk perkebunan yang sedang dan akan dilakukan (di tingkat kabupaten, provinsi maupun pusat);
6) Lingkup komoditi antara lain kopi
specialty, kakao olahan, teh
specialty, pala organic, lada
organic, mete atau komoditi
38 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
merupakankomoditi
unggulan/potensial ekspor.
3. Pembinaan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan
Materi yang terkait dengan Pembinaan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan:
a)Undang-Undang Nomor 39 tahun
2014 tentang Perkebunan;
b)Peraturan Menteri Pertanian Nomor
98/Permentan/OT.140/9/2013
tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan;
c)Peraturan Menteri Pertanian Nomor
14 Tahun 2009 tentang Pedoman Pemanfaatan Lahan Gambut Untuk Budidaya Kelapa Sawit;
d)Peraturan Menteri Pertanian Nomor
07 Tahun 2009 tentang Pedoman Penilaian usaha Perkebunan;
e)Peraturan Menteri Pertanian Nomor
19 Tahun 2011 tentang Pedoman
Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia (ISPO) yang
telah disempurnakan dengan
39 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
40 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
III. PELAKSANAAN KEGIATAN A. Ruang Lingkup
1. Pascapanen dan Pengolahan
Kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan di daerah meliputi:
a) Fasilitasi alat/mesin pascapanen,
bangunan UPH;
b) Peningkatan keterampilan dan
kemampuan kelompok
tani/gapoktan melalui pertemuan teknis;
c) Pembinaan, pengawalan, monitoring
serta evaluasi pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunan;
d) Pertemuan kooordinasi teknis
pengolahan bokar bersih.
2. Pemasaran Hasil Perkebunan
a) Fasilitasi unit pemasaran
poktan/gapoktan;
b) Fasilitasi pertemuan dan koodinasi
harga TBS Kelapa Sawit;
c) Fasilitasi pemasaran karet;
d) Pengembangan peayanan informasi
41 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
e) Pengembangan agro industry
perkebunanan;
f) Pengembangan kemitraan dan
kewirausahaan;
g) Pengembangan dan pembinaan
agrowisata;
h) Fasilitasi pengembangan akses
perdagangan internasional.
3. Pembinaan Usaha
a. Ruang lingkup kegiatan Pembinaan
Usaha Perkebunan Berkelanjutan meliputi:
1) Sosialisasi peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan legalitas dan perizinan usaha
perkebunan kepada petugas
dinas yang membidangi
perkebunan di
provinsi/kabupaten/kota,
petugas instansi pemerintah
42 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
2) Sosialisasi perkebunan
berkelanjutan yang meliputi
sosialisasi Permentan No. 19 Tahun 2013 tentang Pedoman
Perkebunan Kelapa Sawit
Berkelanjutan Indonesia yang telah disempurnakan dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 11 Tahun 2015 tentang Sistem Sertifikasi Perkebunan Kelapa
Sawit Berkelanjutan serta
sosialisasi Standar Kopi
Berkelanjutan Indonesia kepada petugas dinas yang membidangi
perkebunan di
provinsi/kabupaten/kota,
petugas instansi pemerintah terkait lainnya, dan petugas perusahaan perkebunan (PBS dan PTPN) serta pelaku usaha lainnya;
3) Pembinaan, pengawalan,
monitoring, dan evaluasi melalui
koordinasi dan kunjungan
43 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
kegiatan pembinaan usaha
perkebunan berkelanjutan.
b. Ruang lingkup kegiatan GNPSDA:
Pembinaan dan bimbingan teknis
kepada petugas Dinas yang
Membidangi Perkebunan di Tingkat
Provinsi/Kabupaten/Kota, petugas
instansi pemerintah terkait lainnya, dan petugas perusahaan perkebunan (PBS, PBSN danPBN).
c. Ruang lingkup kegiatan Standardisasi
dan mutu (Dekon):
1. Capacity Building Penilaian Mutu Biji Kakao sesuai SNI;
2. Bimbingan Teknis Petugas Registrasi Surat Tanda Pendaftaran UFPBK; 3. Koordinasi, Sosialisasi , pembinaan
dan Bimtek Penerapan Sistem
44 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
B. Pelaksana Kegiatan
1. Pascapanen dan Pengolahan Hasil Perkebunan
Tugas dan fungsi petugas tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota sebagai berikut:
a. Kegiatan Tingkat Pusat
1)Penyusunan Pedoman Teknis;
2)Sosialisasi, Pembinaan dan
Pengawalan Kegiatan;
3)Monitoring Dan Evaluasi Kegiatan;
4)Pelaporan Hasil Pelaksanaan
Kegiatan.
b. Kegiatan Tingkat Provinsi
1)Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak);
2)Sosialisasi kegiatan dan Identifikasi
Calon kelompok Sasaran;
3)Penetapan Kelompok Sasaran
untuk alokasi APBN melalui TP Propinsi;
4)Pembinaan, pengawalan dan
pelaksanaan kegiatan;
45 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
6)Pelaporan hasil pelaksanaan
kegiatan.
c. Kegiatan Tingkat Kabupaten/Kota
1)Penyusunan Petunjuk Teknis
(Juknis);
2)Sosialisasi Kegiatan dan Identifikasi
Calon kelompok Sasaran;
3)Penetapan Kelompok Sasaran
untuk alokasi APBN melalui TP kabupaten/ kota;
4)Koordinasi/konsultasi ke provinsi
dan koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan, pelaksanaan,
pembinaan dan pengawalan
kegiatan;
5)Monitoring serta evaluasi;
6)Pelaporan hasil pelaksanaan
kegiatan.
2. Pemasaran Hasil Perkebunan a. Kegiatan Tingkat Pusat
1)Penyusunan Pedoman Teknis;
2)Pengumpulan data untuk
penyusunan bahan kebijakan;
3)Verifikasi dan Monitoring
46 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
4)Promosi produk perkebunan
unggulan;
5)Monitoring dan Evaluasi Kegiatan;
6)Menyelenggarakan pertemuan;
7)Pelaporan Hasil Pelaksanaan
Kegiatan.
b. Kegiatan Tingkat Provinsi
1)Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak);
2)Koordinasi/konsultasi ke pusat dan
koordinasi ke lokasi dalam rangka
persiapan dan pelaksanaan
kegiatan;
3)Pembinaan, pengawalan dan
pelaksanaan kegiatan;
4)Monitoring serta evaluasi kegiatan;
4)Pengumpulan data dan informasi
yang berkaitan dengan pemasaran hasil perkebunan;
5)Menyelenggarakan pertemuan;
6)Pelaporan hasil pelaksanaan
47 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
c. Kegiatan Tingkat Kabupaten/Kota
1)Penyusunan Petunjuk Teknis
(Juknis);
2)Koordinasi/konsultasi ke provinsi
dan koordinasi ke lokasi dalam rangka persiapan dan pelaksanaan kegiatan;
3)Monitoring serta evaluasi;
4)Pelaporan hasil pelaksanaan
kegiatan.
3. Pembinaan Usaha dan Perkebunan Berkelanjutan
Kegiatan Pembinaan Usaha dan
Perkebunan Berkelanjutan dilaksanakan
oleh Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan dan Dinas Provinsi yang menangani fungsi perkebunan, dengan tugas masing-masing sebagai berikut:
a. Tingkat Pusat
- Menyusun Pedoman Teknis;
- Melakukan koordinasi dengan Dinas
48 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Melakukan pembinaan, pengawalan
monitoring, dan evaluasi kegiatan
pembinaan usaha perkebunan
berkelanjutan;
- Menyiapkan materi sosialisasi;
- Bersama KPK menyelenggarakan
rapat koordinasi GNPSDA dengan mengundang instansi terkait tingkat pusat, asosiasi terkait perkelapa sawitan dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinsi prioritas;
- Bersama KPK menyelenggarakan
rapat evaluasi GNPSDA dengan mengundang instansi terkait tingkat pusat, asosiasi terkait perkelapa sawitan dan kepala dinas yang membidangi perkebunan di provinsi prioritas;
- Menyusun laporan akhir kegiatan.
b. Tingkat Provinsi
- Menyusun Petunjuk Teknis kegiatan
pembinaan usaha perkebunan
berkelanjutan, meliputi: a).
Koordinasi dan Suprevisi Gerakan
Nasional Penyelamatan Sumber
49 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Perkebunan b). Pembinaan
dan Monev Penerapan Perkebunan Berkelanjutan pada Kelapa Sawit
dan c). Sosialisasi Standar
Perkebunan Kopi Berkelanjutan
Indonesia;
- Melakukan konsultasi/koordinasi
dengan Direktorat Pengolahan dan
Pemasaran Hasil Perkebunan,
Ditjen Perkebunan;
- Melakukan koordinasi dengan Dinas
Kabupaten/Kota yang membidangi perkebunan dan instansi/lembaga
terkait di provinsi dan
kabupaten/kota;
- Melakukan koordinasi dengan
perusahaan perkebunan (PTPN dan
PBS) di provinsi dan
kabupaten/kota;
- Melaksanakan kunjungan lapangan
untuk memonitor dan mengevaluasi perusahaan perkebunan (PTPN dan PBS) serta kelompok tani kopi berkelanjutan;
- Melaksanakan sosialiasi peraturan
50 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
dengan perkebunan serta
sosialisasi pedoman perkebunan
berkelanjutan;
- Menyusun laporan Monitoring dan
Evaluasi kegiatan pembinaan usaha dan perkebunan berkelanjutan dan menyampaikannya ke Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Ditjen Perkebunan;
- Dinas yang membidangi perkebunan
di 8 provinsi prioritas melakukan penyiapan data perizinan dan data
spasial lokasi kebun melalui
monitoring dan evaluasi ke
kabupaten serta ke perusahaan perkebunan;
- Dinas yang membidangi perkebunan
di 8 provinsi prioritas melakukan pertemuan/rapat evaluasi terhadap hasil verifikasi pengumpulan data
GNPSDA, sesuai jadwal yang
disepakati bersama Ditjen
Perkebunan dan KPK.
51 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Pusat
Ditjen Perkebunan melakukan koordinasi dan melakukan pengawalan kegiatan terhadap:
Sosialisasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;
Pendampingan penyusunan dokumen
sistem mutu;
Verifikasi penerapan Sistem Kendali Internal (SKI);
Penyiapan sertifikasi/registrasi sistem mutu dan keamanan pangan.
- Daerah
Dinas perkebunan provinsi penerima
dana dekonsentrasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan,
bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan Bimbingan Teknis
Penerapan Sistem Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan;
Dinas perkebunan provinsi melakukan identifikasi pelaku usaha perkebunan sebagai calon penerap sistem jaminan mutu dan keamanan pangan yang pelaksanaanya dikoordinasikan dengan dinas perkebunan Kabupaten/kota;
Fasilitator sistem jaminan mutu dan keamanan pangan dinas perkebunan
kabupaten/Kota melakukan
52 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
sistem jaminan mutu dan keamanan pangan (sistem kendali internal);
Calon Penerima/Calon Lokasi (CPCL)
yang telah ditetapkan oleh kepala
dinas perkebunan provinsi harus
menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan secara konsisten dan berkesinambungan;
Dinas perkebunan Kabupaten/Kota
yang menjadi sentra bokar di provinsi penerima dana dekonsentrasi SJM
Bokar bertanggung jawab untuk
meregistrasi UPPB yang telah
melakukan sistem jaminan mutu
bokar;
Dinas perkebunan kabupaten/kota
yang menjadi sentra kakao di provinsi
penerima dana dekonsetrasi
bertanggung jawab untuk meregistrasi
UFPBK serta mendampingi
poktan/gapoktan dalam mengajukan
permohonan sertifikasi jaminan
53 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
- Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D)
Otoritas Kompeten Keamanan Pangan
Daerah (OKKP-D) sebagai lembaga pengawas mutu dan keamanan pangan
melakukan penilaian melalui
mekanisme sertifikasi jaminan
keamanan pangan kakao fermentasi dan sertifikasi GHP/GMP terhadap pelaku usaha yang sudah menerapkan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.
C. Lokasi, Jenis dan Volume
1. Kegiatan Pascapanen dan Pengolahan Hasil Perkebunan
Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan
penanganan pascapanen dan
pengolahan hasil perkebunan tahun 2016 seperti pada Lampiran.
2. Kegiatan Pembinaan Usaha
a) Koordinasi dan Supervisi Gerakan
Nasional Penyelamatan SUmber Daya
Alam (GNPSDA) Sub Sektor
Perkebunan dilaksanakan di 8
54 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
b)Pembinaan, Monev Penerapan
Perkebunan Berkelanjutan pada
Kelapa Sawit.
Pembinaan, Monev Penerapan
Perkebunan Berkelanjutan pada
Kelapa Sawit dilaksanakan di 18 (delapan belas) provinsi.
c) Sosialisasi Standar Perkebunan Kopi
Berkelanjutan (ISCoffee).
Sosialisasi standar perkebunan kopi
berkelanjutan(ISCoffee) dilaksanakan
di 6 (enam) provinsi sebagaimana tercantum dalam lampiran.
3. Kegiatan Pengembangan Agroindustri Perkebunan
Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan Pengembangan Agroindustri Perkebunan tahun 2016 serta detail pelaksanaan
kegiatan tertera dalam lampiran
pedoman ini.
4. Kegiatan Pemasaran Domestik dan Internasional
55 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
tahun 2016 serta serta detail
pelaksanaan kegiatan tertera dalam lampiran pedoman ini.
5. Kegiatan Fasilitasi Standarisasi Mutu Lokasi, Jenis dan Volume kegiatan Fasilitasi Standardisasi Mutu tahun 2016 serta serta detail pelaksanaan kegiatan tertera dalam lampiran pedoman ini.
D. Simpul Kritis
Beberapa hal yang harus diperhatikan
yang menjadi simpul kritis dalam
pelaksanaan kegiatan:
a)Kelompok sasaran penerima bantuan
bukan kelompok yang baru dibentuk dan organisasinya berfungsi dengan baik sehingga bantuan yang diberikan dapat
dimanfaatkan dan dikelola secara
optimal serta meningkatkan nilai
tambah dan pendapatan
petani/kelompok tani/ gapoktan;
b)Proses pelaksanaan pengadaan
barang/jasa sesuai aturan dan tepat
56 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
keterlambatan pelaksanaan
program/kegiatan;
c)Penggunaan lahan untuk pembangunan
UPH/sarana lainnya dilengkapi dengan Surat hibah/perjanjian pemanfaatan lahan;
d)Penyerahan barang/sarana bantuan
kepada kelompok tani harus dilengkapi dengan berita acara serah terima
barang dan surat kesanggupan
pemanfaatan alat/sarana;
e)Peserta harus sesuai dengan kriteria
yang dipersyaratkan;
f) Pemilihan Narasumber berdasarkan
57 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN
Pengadaan alat/mesin/bangunan dilakukan melalui metode kontraktual.
A. Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
1. Proses pengadaan barang dan jasa yang
dilakukan harus mengacu kepada
Perpres no. 54 tahun 2010 berikut perubahannya (Perpres No. 70 tahun 2012) tentang Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa;
2. Dalam rangka percepatan pelaksanaan
kegiatan, persiapan pengadaan barang dimulai dari Januari 2016 sekaligus pengumuman pelelangan;
3. Kontrak pengadaan alat/mesin paling
lambat harus sudah ditandatangani akhir triwulan I (bulan Maret) tahun 2016;
4.Pelaksanaan kegiatan pertemuan,
workshop, dan fieldtrip sesuai dengan
jadwal pelaksanaan kegiatan.
B. Mekanisme Penyaluran Barang
1.Pengelolaan dan penyaluran barang
58 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
2.Dalam rangka percepatan pelaksanaan
kegiatan, identifikasi serta penetapan kelompok sasaran penerima alat/mesin dilaksanakan pada bulan Januari 2016;
3.Penentuan kelompok tani terpilih
dilakukan melalui seleksi oleh petugas dinas yang membidangi perkebunan serta ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat atau Kepala Dinas yang membidangi Perkebunan;
Adapun kriteria penetapan kelompok tani sasaran adalah sebagai berikut:
a.Kelompok yang bersangkutan sudah
ada/telah eksis dan aktif,
berpengalaman, bukan bentukan
baru dan sudah terdaftar di
Bakorluh, dapat dipercaya serta
mampu mengembangkan usaha/
kegiatan melalui kerjasama
kelompok, dengan jumlah anggota minimal 20 orang;
b.Kelompok yang bersangkutan tidak
mendapat penguatan modal atau fasilitasi lain untuk kegiatan yang
sama/sejenis pada saat yang
59 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
pada tahun-tahun sebelumnya
kecuali kegiatan yang diprogramkan
secara bertahap dan saling
mendukung;
c.Kelompok yang bersangkutan tidak
bermasalah dengan perbankan,
kredit atau sumber permodalan lainnya;
d.Kelompok yang mengalami kesulitan
untuk mengakses sumber
permodalan, sehingga sulit untuk menerapkan rekomendasi teknologi
anjuran secara penuh dan
memanfaatkan peluang pasar.
4.Penyerahan bantuan
sarana/alat/mesin
pascapanen/pengolahan kepada
kelompok tani harus dilengkapi dengan Berita Acara Serah Terima Barang antara PPK pelaksana kegiatan dengan
Ketua Kelompok Tani yang
bersangkutan dengan dibubuhi Materai 6.000 rupiah.
5.Penyerahan bantuan
60 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
sudah dilakukan pada akhir triwulan 2 (bulan Juni) 2016.
C. Pelaksanaan Kegiatan Lainnya
Pelaksanaan kegiatan pendukung seperti sosialiasi dilaksanakan di awal kegiatan, sedangkan kegiatan pertemuan teknis
petani dilaksanakan setelah proses
pengadaan alat/mesin/bangunan selesai dan diserah terimakan kepada kelompok penerima.
V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN, DAN PENDAMPINGAN
Pembinaan kelompok dilakukan secara
terorganisir dan berkelanjutan sehingga
kelompok mampu mengembangkan usahanya
secara mandiri. Untuk itu diperlukan
dukungan dana pembinaan lanjutan yang bersumber dari APBD.
Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi
kaidah pengelolaan sesuai prinsip
pelaksanaan kepemerintahan yang baik (good
governance) dan pemerintah yang bersih
61 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
kegiatan harus mematuhi prinsip-prinsip:
mentaati ketentuan peraturan dan
perundangan, membebaskan diri dari praktek
korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN),
menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transparansi dan demokratisasi, memenuhi asas akuntabilitas.
Tanggung jawab teknis pelaksanaan kegiatan ini berada pada dinas/kantor perkebunan atau yang melaksanakan fungsi perkebunan lingkup kabupaten/kota. Tanggung jawab koordinasi pembinaan program berada pada Dinas perkebunan Provinsi. Tanggung jawab atas program dan kegiatan adalah Direktorat
Jenderal Perkebunan, Kementerian
Pertanian.
Pengendalian melalui jalur struktural
dilakukan oleh tim teknis kabupaten, tim pembina provinsi dan pusat, sedangkan
pengendalian kegiatan dilakukan oleh
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Kuasa
Pengguna Anggaran (KPA). Proses
62 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Pengawasan dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku agar penyelenggaraan kegiatan
dapat menerapkan prinsip-prinsip
partisipatif, transparansi dan akuntabel.
Pembinaan kepada pelaku usaha perkebunan dilakukan secara berkelanjutan sehingga mampu menerapkan peraturan perundangan yang berlaku.
VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
Sistem Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan dilaksanakan berdasarkan Keputusan Menteri
Pertanian nomor
31/Permentan/OT.140/3/2010 tanggal 19
Maret 2010 tentang Pedoman Sistem
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan
Pembangunan Pertanian. Dinas yang
membidangi perkebunan kabupaten dan
provinsi wajib melakukan monitoring,
evaluasi dan pelaporan secara berjenjang
dilaporkan kepada Direktorat Jenderal
Perkebunan, dengan ketentuan sebagai
berikut:
63 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Tim Teknis Kabupaten/Kota dan Tim Pembina Provinsi wajib membuat laporan tentang pelaksanaan kegiatan yang terdiri dari:
1.Sistem Monitoring dan Evaluasi
(SIMONEV) meliputi:
Kemajuan pelaksanaan kegiatan
sesuai indikator kinerja;
Perkembangan kelompok sasaran
dalam pengelolaan kegiatan lapangan berikut realisasi fisik dan keuangan;
Permasalahan yang dihadapi dan
upaya penyelesaian di tingkat
kabupaten dan provinsi.
2. Laporan Perkembangan fisik yang sesuai
tahapan pelaksanaan kegiatan dengan materi meliputi: nama petani/kelompok
tani/gapoktan, desa/kecamatan/
kabupaten, luas areal (target dan
realisasi), waktu pelaksanaan,
perkembangan, kendala dan
permasalahan, upaya pemecahan
64 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
3. Laporan Akhir, berisi realisasi kegiatan
yang berhasil dilaksanakan hingga akhir tahun anggaran, permasalahan yang dihadapi dan usulan tindak lanjut yang perlu dilakukan, yang dibuat setelah program berakhir.
B. Waktu Penyampaian Laporan
1. Simonev dibuat setiap bulan dengan
ketentuan:
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan kabupaten ditujukan
kepada provinsi, disampaikan paling lambat tanggal 5 bulan laporan;
Pelaporan dinas yang membidangi
perkebunan provinsi ditujukan kepada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal
Perkebunan, disampaikan paling
lambat tanggal 7 bulan laporan;
2. Laporan perkembangan fisik dibuat
pertriwulan ditujukan kepada Direktorat
Pengolahan dan Pemasaran Hasil
65 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 7 bulan laporan;
3. Laporan akhir ditujukan kepada
Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan, disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2016.
Laporan pelaksanaan kegiatan tersebut dikirim melalui email dengan alamat:
pcpn.simregar@gmail.com,
pascapanen011@yahoo.com,
bimuspb.ditjenbun@gmail.com.
VII. PEMBIAYAAN
66 Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran
Hasil Perkebunan Tahun 2016
VIII. PENUTUP
Pedoman Teknis kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan merupakan
acuan secara umum yang perlu
dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan
67
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LAMPIRAN 1
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN DUKUNGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL
68
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
LOKASI DAN VOLUME KEGIATAN PENANGANAN PASCAPANEN PERKEBUNAN TAHUN 2016
A. Komoditas Kakao
No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT) 33
1 Aceh 1 Bireun 1
2 Pidie Jaya 1
3 Aceh Besar 1
2 Sumbar 4 Padang Pariaman 1
5 Lima Puluh Kota 1
3 Bengkulu 6 Bengkulu Utara 1
4 Jateng 7 Batang 1
5 Jatim 8 Ngawi 1
6 Bali 9 Buleleng 1
7 DIY 10 Gunung Kidul 1
11 Kulon Progo 1
8 NTT 12 Ende 1
13 Manggarai Timur 1
9 Kaltara 14 Nunukan 1
Kaltim Berau 1
10 Sulut 15 Bolaang
69
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)
16 Bolaang
Mongondow Utara 1
11 Sulteng 18 Kota Palu 1
12 Sulsel 19 Pinrang 1
20 Bone 1
21 Bantaeng 1
22 Luwu Timur 1
23 Bulukumba 1
13 Sulbar 24 Mamuju Tengah 1
14 Sultra 25 Kolaka 1
26 Kolaka Timur 1
27 Konawe Selatan 1
28 Buton 1
15 Gorontalo 29 Gorontalo Kab. 1
30 Boalemo 1
16 Papua 33 Nabire 1
34 Keerom 1
70
Pedoman Teknis Kegiatan Dukungan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Tahun 2016
B. Komoditas Kopi
No. PROVINSI KABUPATEN JUMLAH (KT)
60
1 Aceh 1 Gayo Lues 1
2 Sumut 2 Simalungun 8
3 Dairi 6
4 Tapanuli Utara 6
5 Mandailing Natal 4
6 Humbang
Hasundutan 10
3 Sumbar 7 Lima Puluh Kota 1
4 Riau 8 Kep. Meranti 1
5 Sumsel 9 Lahat 1
6 Lampung 10 Lampung Barat 2
11 Tanggamus 2
7 Bengkulu 12 Rejang lebong 1
13 Kepahyang 1
8 Jabar 14 Kuningan 1
15 Bandung 1
16 Garut 3
9 Jateng 17 Kendal 1