• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PERTANIAN

3) Eksportir (harga pembelian dari petani apabila melakukan pembelian langsung

2.2. Pengiriman, Penyebarluasan dan Pelaporan Data

2.2.2. Penyebarluasan Informas

Di tingkat propinsi, data/informasi harga grosir, harga produsen dan eceran komoditas unggulan daerah disebarluaskan secara kontinyu melalui berbagai media daerah yaitu:

a. Radio (RRI, Radio Pemda dan atau Radio Swasta)

b.T e l e v i s i ( T V R I d a n T V S w a s t a ) c. Surat Kabar, Tabloid, atau majalah d.Papan Harga

e. W e b s i t e

f. H a n d p h o n e N o k i a L i f e t o o l s

g. P u s a t I n f o r m a s i K o m o d i t a s ( P I K )

2.2.3. Pelaporan

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa seluruh petugas PIP harus melaporkan data harga secara harian dan data produksi/tonase secara bulanan ke Pusat (Subdit Pemasaran Hasil

20 Perkebunan, Dit. Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan). Petugas PIP juga harus mengirimkan Buletin Pemasaran atau Laporan Tahunan kepada Pusat PIP secara periodik (bulanan atau tahunan).

2.3. Sarana dan Kelembagaan PIP

2.3.1. Sarana

Dalam rangka melaksanakan Kegiatan PIP diperlukan prasarana/peralatan yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, mengolah data, mengirimkan data serta menyebarluaskan data. Sarana tersebut adalah sebagai berikut:

a.Sepeda motor b.Kalkulator

c.Perlengkapan kerja lapangan (Jas Hujan, sepatu boot, helm)

d.Telepon/faxcimile e.Handphone

f. K o mp u t e r / L a p t o p

2.3.2. Kelembagaan

Dalam melaksanakan kegiatan PIP diperlukan petugas khusus (Petugas PIP dan atau Pejabat fungsional APHP) yang secara rutin bertugas untuk mengumpulkan, mengolah serta menganalisa data informasi pasar. Petugas PIP dan atau Pejabat

21 fungsional APHP adalah pegawai tetap pada dinas perkebunan propinsi dan atau kabupaten pada Subdinas yang menangani kegiatan pemasaran.

Jabatan fungsional Analisis Pasar Hasil Pertanian (APHP) ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Nomor 6 Tahun 2012 tentang Jabatan Fungsional Analisa Pasar Hasil Pertanian Dan Angka Kreditnya.

Ketentuan pelaksanaan jabfung APHP diatur berdasarkan Peraturan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 59/PERMENTAN/OT.140/09/2012 dan Nomor 10 Tahun 2012 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Menteri PAN dan Reformasi Birokrasi tentang Jabatan Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian.

2.4. Sumber Dana

Sumber dana kegiatan PIP berasal dari APBN, APBD I dan APBD II. Untuk dana APBN TA 2016, dana PIP perkebunan terdapat pada Program

Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Tanaman Perkebunan Berkelanjutan, yang

dialokasikan untuk pelaksankan pertemuan petugas dan Pembina PIP di Pusat dan didaerah melalui dana dekonsentrasi yang dialokasikan pada Dinas lingkup Perkebunan di 31 Propinsi , dengan rincian sebagai berikut:

22 2.4.1. Kegiatan PIP di Pusat

Kegiatan yang dilaksanakan oleh pusat merupakan pertemuan koordinasi yang akan diikuti oleh petugas informasi pasar dari tingkat Provinsi dan Kabupaten serta Pembina PIP.

a. Metoda Pelaksanaan

Kegiatan ini dilakukan dalam bentuk pertemuan koordinasi dengan Peserta terdiri dari Petugas Informasi Pasar dari tingkat Provinsi, Kabupaten dan Pembina dari Dinas Perkebunan Propinsi. Pola pertemuan dalam bentuk workshop dengan tatap muka langsung dengan narasumber yang menyampaikan materi.

b. Tahapan Persiapan Kegiatan

Tahapan untuk melakukan pertemuan Petugas Informasi Pasar adalah sebagai berikut :

1) Pengumpulan data primer dan sekunder terkait dengan PIP dari daerah sentra produksi.

2) Identifikasi peserta dan narasumber

Peserta dari kegiatan pertemuan hasil perkebunan adalah Petugas Informasi Pasar dari tingkat Provinsi, Kabupaten dan Pembina PIP. Narasumber dari pertemuan Petugas Informasi Pasar adalah Pembina PIP perkebunan dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Pusat Data dan Informasi Pertanian, dan Stakeholder lainnya.

23 3) Persiapan kegiatan pertemuan

- Penyusunan Jadwal dan atau materi kegiatan

- Surat Undangan peserta, narasumber dan moderator dan lain-lain

- Sambutan Pembukaan dan arahan pimpinan - Perlengkapan ATK, dll.

- Administrasi pelaksanaan kegiatan 4) Koordinasi dengan instansi terkait

Perlu dilakukan koordinasi dengan instansi terkait didaerah maupun pusat dan stakeholder ataupun dinas diluar Perkebunan yang terkait untuk membantu pelaksanaan kegiatan pertemuan sehingga kegiatan dapat dilakukan dengan baik untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

5) Penyusunan dan pelaporan kegiatan

Setelah kegiatan dilaksanakan, pelaksana kegiatan akan melaporkan hasil kegiatan ke Direktur Jenderal Perkebunan.

6) Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan Pertemuan Petugas Informasi Pasar hasil perkebunan akan dilaksanan pada tahun 2016.

Adapun Rincian dana kegiatan yang mendukung pertemuan PIP di Pusat adalah sebagai berikut: Belanja bahan

24

- Administrasi , fotocopy,dll

- Penggandaan laporan Informasi pasar domestik perkebunan

Honor Output kegiatan

- Honor panitia Belanja jasa profesi

- Honor narasumber

- Honor moderator Belanja perjalanan biasa

- Perjalanan dalam rangka Identifikasi dan sinkronisasi informasi pasar.

-

Belanja Perjalanan Dinas paket Meeting Luar Kota

- Dalam rangka pertemuan petugas informasi pasar dan Pembina

- Perjalanan dalam rangka pertemuan petugas PIP dan Pembina

25

2.4.2. Kegiatan di Provinsi

Belanja bahan

- ATK komputer supplies, penggandaan, dll Honor yang terkait dengan output kegiatan - Operasional pengumpulan dan pengiriman data - Operasional entry dan pengolahan data

- Fasilitasi pengiriman data (Petugas PIP) pulsa dan langganan internet

Belanja barang non operasional lainnya

- Penyusunan dan Pengiriman database harga , BUT dan Biaya Pemasaran

- Penyebaran Informasi Pasar melalui media massa - Penyusunan Buletin informasi pasar

Belanja perjalanan lainnya (DN) - Pembinaan ke Kabupaten

- Pertemuan Koordinasi PIP Tingkat Pusat - Pertemuan Petugas PIP

26 - Pengadaan alat komunikasi untuk

pengumpulan data/ informasi

2.4.3. Kegiatan di kabupaten

Honor yang terkait dengan output kegiatan

- Operasional pengumpulan dan pengiriman data

Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat

- Pengadaan alat komunikasi untuk pengumpulan data/ informasi

Belanja barang non operasional lainnya - Fasilitasi pengiriman data (Petugas PIP)

pulsa dan langganan internet

- Penyusunan dan Pengiriman Data Base harga, BUT dan Biaya Pemasaran

Belanja Perjalanan Lainnya (DN)

- Pertemuan Petugas PIP tingkat nasional Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat

27 - Pengumpulan data ke lokasi

Uraian Penggunaan Dana

Uraian tentang penggunaan dana diatas, adalah sebagai berikut :

Pusat

1. Belanja bahan adalah biaya yang dipergunakan untuk biaya bahan pertemuan seperti fotocopi, penggandaan laporan, dll 2. Belanja jasa profesi adalah biaya yang

dipergunakan untuk membiayai honor narasumber dan moderator kegiatan pertemuan PIP.

3. Belanja perjalan biasa adalah biaya perjalanan yang akan dilakukan untuk melakukan identifikasi dan sinkronisasi informasi pasar ke daerah sentra produksi

4. Belanja perjalan Dinas Paket meeting Luar Kota

adalah biaya yang dipergunakan untuk akomodasi dan konsumsi maupun ruang pertemuan, serta biaya perjalanan dinas petugas dari Direktorat Jenderal Perkebunan pada pertemuan PIP di daerah dan biaya perjalanan narasumber kegiatan.

28 Propinsi dan Kabupaten

1. Belanja bahan adalah biaya yang dipergunakan untuk biaya bahan – bahan yang diperlukan dalam kegiatan PIP di daerah.

2. Biaya perjalanan pertemuan koordinasi dan pertemuan petugas PIP, merupakan biaya yang digunakan untuk memfasilitasi perjalanan dinas pembina PIP dan petugas PIP untuk menghadiri pertemuan yang dilaksnakan oleh Pusat.

3. Belanja Peralatan dan Mesin, merupakan biaya yang digunakan untuk pengadaan fasilitasi alat pengolahan data dan komunikasi.

4. Honor operasional pengumpulan dan pengiriman data merupakan honor yang diberikan per bulan kepada petugas PIP untuk pengumpulan data informasi pemasaran komoditas pertanian (harga, dan lain-lain) ke lokasi serta biaya pengiriman data melalui SMS Sender.

5. Honor operasional entry dan pengolahan data merupakan honor yang diberikan per bulan kepada petugas entry data dan petugas pengolah data PIP

6. Biaya Penyusunan dan Pengiriman Data Base , BUT dan Biaya pemasaran adalah biaya yang digunakan Petugas PIP untuk melaksanakan

29 kegiatan tersebut.

7. Biaya penyebaran Informasi pasar melalui media massa merupakan biaya yang diperguanakan untuk penyebaran PIP di media massa

8. Biaya penyusunan Buletin Informasi Pasar merupakan biaya yang dipergunakan dlam rangka penyusunan Buletin informasi pasar

30 III. PENUTUP

Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Informasi Pasar merupakan acuan dalam melaksanakan kegiatan PIP pada Dinas lingkup Perkebunan baik tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota. Diharapkan dengan adanya Pedoman Teknis ini dapat menyamakan persepsi para petugas dan pembina PIP sehingga tercipta sistem pelayanan informasi pasar yang cepat, tepat, akurat, lengkap, kontinyu dan up to date. Dengan demikian diharapkan jaringan informasi pasar di pusat dan daerah akan semakin kuat dan pelayanan informasi pasar yang cepat, lengkap, tepat sasaran dan waktu serta berkesinambungan dapat terlaksana sehingga peningkatan kegiatan pemasaran hasil komoditas perkebunan bagi masyarakat luas dan secara khusus stake holder terkait dapat terwujud.

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 1 I. TEMU USAHA KEMITRAAN

Keberhasilan usaha agribisnis ditentukan terutama oleh 4 faktor atau 4 pilar penunjang usaha agribisnis yaitu (1) Faktor sumber daya (termasuk sumber daya alam, sumber daya manusia dan kelembagaan usaha); (2) Modal; (3) Teknologi dan (4) Akses pasar atau pemasaran. Salah satu strategi untuk memperkuat faktor-faktor tersebut adalah melalui pengembangan kemitraan baik kemitraan antar para petani itu sendiri dalam kelembagaan Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani atau Koperasi maupun kemitraan antar petani/ kelompok tani/gabungan kelompok tani/ koperasi dengan Perusahaan Swasta ataupun BUMN. Sasaran kemitraan diharapkan pada sisi petani dapat memperkuat keempat faktor tersebut di atas, sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi petani, sedangkan pada sisi Perusahaan Mitra bertujuan antara lain dalam rangka efisiensi dan keberlanjutan dari usahanya. Dengan adanya kemitraan usaha diharapkan dapat tercipta suatu sistem yang dikelola secara bersama berdasarkan prinsip : saling membutuhkan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan antara stakeholder untuk menjamin keberlanjutan usaha melalui upaya peningkatan nilai tambah dan penciptaan produk yang berdaya saing. Selanjutnya melalui kewirausahaan diharapkan dapat mereposisi petani menjadi wirausaha pertanian yang profesional dan mandiri.

Secara umum telah terbangun kelembagaan kemitraan usaha pertanian antara petani baik secara individu maupun kelompok dengan perusahaan di bidang agribisnis, namun belum terbangun kelembagaan kemitraan yang saling membutuhkan, saling memperkuat dan saling menguntungkan serta tidak

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 2 berkelanjutan. Kelemahan mendasar yang ada antara lain adalah rendahnya komitmen antara pihak-pihak yang bermitra,

bargaining position yang tidak seimbang, serta kurangnya

transparansi dalam penetapan harga dan pembagian nilai tambah/keuntungan. Selain itu kendala lain adalah adanya ketimpangan antara pelaku usaha agribisnis di tingkat masyarakat yang masih banyak berada di sub sistem agribisnis hulu on farm dengan pihak lain yaitu pelaku usaha di sub sistem yang lain.

Beberapa permasalahan dalam membangun kelembagaan kemitraan agribisnis dari segi teknis, ekonomis dan sosial/ kelembagaan adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan dan penguasaan teknologi baik budidaya maupun panen dan pasca panen pada petani dan aparat masih kurang

2. Dukungan teknologi informasi masih lemah sehingga dalam penentuan harga lebih didominasi oleh pihak Perusahaan Mitra (pemilik modal)

3. Biaya investasi relatif mahal

4. Belum ada jaminan pemasaran, terutama pada waktu produksi melimpah

5. Harga yang berfluaktuasi terutama saat-saat panen raya. 6. Sistem pembayaran relatif lambat

7. Persaingan yang tidak sehat antara petani produsen dalam menjual hasil

8. Konsolidasi kelembagaan di tingkat petani masih lemah 9. Perusahaan yang bersedia sebagai avalis dalam kemitraan

agribisnis masih terbatas

10. Komitmen yang dibangun diantara pihak-pihak yang bermitra masih belum optimal

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 3 11. Kelembagaan usaha petani relatif masih banyak yang

bersifat informal.

Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan kewirausahaan Indonesia:

1. Jiwa ambtenaar masih mewarnai tingkah laku dan kebiasaan masyarakat Indonesia.

2. Masih banyak masyarakat yang lebih mementingkan gengsi dibandingkan kerja keras untuk berprestasi.

3. Masih banyak masyarakat yang lebih memperhatikan materi tanpa memperhatikan makna dari pekerjaan yang harus ditangani.

4. Fungsi manajemen tidak berperan baik sehingga pola manajemen dan mekanisme organisasi tidak bisa

terkendali. 5. Kurangnya modal dalam pengembangan usaha.

6. Kurangnya infrastruktur penunjang pengembangan kewirausahaan seperti akses penghubung (jalan) dan akses pemasaran.

Pada APBN Tahun 2016 Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan-Ditjen Perkebunan melalui Program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Komoditi Perkebunan membiayai kegiatan Temu Usaha Kemitraan. Melalui kegiatan tersebut diharapkan dapat mendorong para petani/pelaku usaha perdesaan membentuk kelembagaan tani yang kuat dalam rangka mengembangkan kemitraan usaha, sehingga dapat mengembangkan usahanya secara lebih profesional dengan jiwa kewirausahaan yang kuat, untuk

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 4 menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah dan berdaya saing tinggi.

A. Tujuan

Kegiatan Temu Usaha Kemitraan bertujuan antara lain: Memfasilitasi terbentuknya dan/atau peningkatan kemitraan usaha antara Poktan/Gapoktan dengan Perusahaan Mitra.

B. Sasaran

Terbentuknya dan/atau meningkatnya kemitraan usaha antara Poktan/Gapoktan dengan Perusahaan Mitra serta berkembangnya kewirausahaan dan ekonomi kreatif pada Poktan/Gapoktan pada 24 satker di 24 Provinsi di Indonesia sebagaimana terlampir.

C. Output

Terbentuknya kemitraan antara Poktan/Gapoktan dengan Perusahaan Mitra yang ditandai dengan adanya MoU antara para pihak tersebut.

D. Outcome

Meningkatnya akses pasar teknologi permodalan dan capacity building.

Petunjuk Teknis Pengembangan Kemitraan dan Kewirausahaan 2016 Page 5 E. Metode Pelaksanaan

a. Identifikasi kelompok-kelompok petani yang potensial untuk dimitrakan.

b. Identifikasi perusahaan calon mitra bagi kelompok- kelompok petani yang potensial

c. Melaksanakan pertemuan dan merumuskan konsep kemitraan yang dapat dilaksanakan dan penanda- tanganan MoU oleh para pihak.

Dokumen terkait