• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN DEPARTEMEN PERTANIAN

B. Sumber Biaya

Sumber biaya untuk melaksanakan kegiatan Fasilitasi Pemasaran Karet berasal dari APBN TA. 2016.

18 Kegiatan Fasilitasi Pemasaran Karet

Belanja Bahan

- Perbanyakan materi kegiatan - Perbanyakan materi laporan

Honor yang terkait dengan output kegiatan - Honor panitia

Belanja Jasa Profesi

- Honor Narasumber - Honor Moderator

Belanja perjalanan biasa

- Dalam rangka koordinasi dan pembinaan - Dalam rangka konsultasi ke pusat

Belanja perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

- Fasilitasi akses pasar komoditi perkebunan (karet) - Fasilitasi perjalanan Narasumber

19 Penjelasan tentang penggunaan dana kegiatan diatas, adalah sebagai berikut :

a. Biaya Belanja Bahan merupakan biaya yang digunakan untuk pembelian ATK, perbanyakan materi dan penggandaan laporan kegiatan.

b. Biaya honor yang terkait dengan output kegiatan merupakan biaya yang diberikan kepada staf Dinas Perkebunan yang ditugaskan dalam penyelenggaraan kegiatan.

c. Biaya Belanja Jasa Profesi merupakan biaya yang diberikan kepada Narasumber dan Moderator yang terlibat pada saat acara berlangsung.

d. Belanja Perjalanan Biasa merupakan biaya yang disediakan bagi Staf Dinas Perkebunan Provinsi dalam rangka melakukan koordinasi dan pembinaan ke Kabupaten dan Konsultasi ke Direktorat Jenderal Perkebunan (Pusat) terkait dengan kegiatan pemasaran komoditi karet.

20 e. Belanja Perjalanan Dinas Paket Meeting Luar Kota

merupakan biaya yang dipergunakan untuk pengadaan akomodasi dan konsumsi serta ruang meeting pertemuan kegiatan Fasilitasi Pemasaran Karet dan biaya perjalanan Narasumber kegiatan.

21 IV. PENUTUP

Semoga petunjuk teknis peningkatan akses pemasaran hasil perkebunan ini dapat menjadi acuan untuk melaksanakan kegiatan peningkatan akses pemasaran hasil perkebunan dengan seluruh pemangku kepentingan dan stakeholder yang terkait, sehingga diharapkan dari kegiatan itu akan dapat menghasilkan rumusan-rumusan konkrit dalam pemecahan permasalahan pemasaran hasil perkebunan serta berkembangnya jaringan dan akses pemasaran didaerah-daerah sentra produksi hasil perkebunan. Terbangunnya akses pemasaran antara produsen dengan konsumen atau user ataupun produsen dengan produsen, maka akan menghasilkan suatu hubungan yang baik dan pemasaran menjadi mudah yang menguntungkan bagi seluruh pihak yang terlibat didalamnya. Akhirnya diharapkan tidak ada disparitas harga yang tinggi antara petani/pekebun dengan industri pengolahan ataupun dengan konsumen akhir.

1 I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Efisiensi dibidang produksi dan pemasaran agar komoditas yang diperdagangkan bisa bersaing menjadi tuntutan pada era perdagangan di pasar bebas. Perdagangan komoditas perkebunan pada era globalisasi ekonomi saat ini, mengakibatkan terjadinya transparansi pasar yang sangat kuat.

Pada umumnya skala usaha komoditi perkebunan di Indonesia masih relatif rendah, tersebar, dengan kualitas produk yang beragam. Rantai tata niaga pemasaran produk perkebunan segar masih panjang, sehingga disatu sisi memberikan tekanan pada konsumen dalam bentuk harga yang tinggi dan berfluktuasi, di sisi lain tekanan pada produsen dalam bentuk proporsi harga yang diterima relatif rendah.

Disparitas harga antar daerah diakibatkan oleh, kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau yang dihubungkan oleh lautan dan selat, serta sentra produsen komoditas perkebunan yang banyak terletak di remote area dan daerah peripheral, sementara konsumen maupun industri terletak di pusat-pusat kota. Kondisi ini mengakibatkan terciptanya daerah surplus dan minus sebagai akibat dari ketidakseimbangan penawaran dan permintaan di sentra– sentra konsumen.

Ketidakseimbangan supply dan demand disuatu pasar seringkali mengakibatkan

2 terjadinya fluktuasi harga , baik di sentra produsen maupun sentra konsumen. Pada umumnya fluktuasi harga juga diakibatkan oleh ketidakseimbangan supply yang disebabkan oleh sifat komoditi yang sangat tegantung dari musim / iklim.

Keberhasilan pembangunan pemasaran komoditas pertanian sangat ditentukan oleh kualitas penyusunan kebijakan dan perencanaan pembangunan pemasaran, yang sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan kontinue. Untuk mendukung ketersediaan informasi pasar yang aktual, akurat dan terpercaya ini diperlukan pelayanan informasi pasar yang baik, sehingga diharapkan akan dimanfaatkan sebagai penyusunan kebijakan yang tepat sesuai dengan perkembangan pasar.

Kegiatan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) secara umum telah dilaksanakan sejak awal tahun 1970 pada Direktorat Bina Usaha Tani, di setiap Direktorat Jenderal, Departemen Pertanian. Pada kegiatan ini, data harga dikumpulkan oleh Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten seluruh Indonesia, dan dikirimkan ke Pusat Data secara mingguan melalui surat/pos, dengan tujuan untuk melakukan pendataan secara statistik.

Pada tahun 1979 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan mulai melaksanakan Pelayanan Informasi Pasar sistem harian yang mencakup sebagian besar komoditas tanaman pangan dan hortikultura, dengan tujuan untuk memberikan

3 informasi harga secara harian kepada para pelaku pasar melalui Radio. Sampai dengan tahun 1999 kegiatan ini sudah teralokasi di 27 propinsi, tetapi dengan terjadinya reorganisasi di Departemen Pertanian pada tahun 2000, kegiatan PIP di tingkat pusat tidak dapat terlaksana secara optimal, meskipun kegiatan ini masih dilaksanakan di daerah.

Pada tahun 2001–2005 kegiatan PIP di tingkat pusat dikoordinasikan oleh Subdit Pasar Domestik, pada masingmasing Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan, pada Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Sejak tahun 2006, kegiatan PIP dari seluruh sub sektor pertanian dikoordinasikan oleh Sub Direktorat Analisis dan Informasi pada Direktorat Pemasaran Domestik, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian.

Mulai tahun 2016, kegiatan PIP dikoordinasikan oleh masing – masing subsektor (Perkebunan, Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan) akibat dari dileburnya fungsi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ke Direktorat Jenderal Komoditi. Dan PIP hasil perkebunan akan dikoordinasikan oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan.

4 1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan pedoman teknis Pelayanan Informasi Pasar (PIP) Perkebunan ini adalah :

1. Memberikan panduan teknis tentang tata cara pelaksanaan kegiatan PIP.

2. Sebagai bahan acuan dalam

mengembangkan sistem pengumpulan data/informasi pasar disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah.

3. Menciptakan Sistem Pelayanan Informasi Pasar yang cepat, tepat, kontinyu, up to date dan dapat dipercaya agar langsung dapat dimanfaatkan oleh para pengguna informasi.

5 II. SISTEM PELAYANAN INFORMASI PASAR

Dokumen terkait