• Tidak ada hasil yang ditemukan

lapppm penuntasan resolusi konflik 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "lapppm penuntasan resolusi konflik 2012"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK

PEl-IUNTASAN RESOLUSI

KOFIFLIK

MULTIKULTURAL

DI

INDONESIA

(Ferband!ngan Model Resolusi

Konflik

Sampit

Kotav*arirgin

Tinrur

dengan Ambcn Maluku)

Oleh:

Dr. $uharno,

M.Si..

dkk.

FAKULTAS

ILMU

SOSIAL

UNIVERSITAS

NEGERI YOGYAKAF.'TA

TAHUN 2012

Feneiitian in!

clibial"ai

deng.ri

dar;a DIFA

Fakultas ilmu Sosial dan

llkc*emi

[Jniversitas

l.legeri

Yogyakarta-iiit]un

?01? berElasar

Surat

Fer!;rnjian
(2)

ABSTRAK

Penelitian

ini

bertujuan

untuk:

1) Menemukan

kunci

keberhasilan resolusi

konflik

multikultural

di

Sampit,

Kotawaringin

Timur,

Kalimantan Tengah yang

sangat fenomenal

keberhasilannya

sekaligus

mampu

mempreservasi suasana

damai.

2)

memberikan sebuah resolusi

konflik

yang bersifat

tuntas

di

Ambon

Maluku

dengan mengacu dan belajar dari pencapaian resolusi

konflik

yang telah

dicapai oleh Sampit Kotawaringin

Timur (Kotim)

Kalimantan Tengah.

Penelitian

ini

bersifat

kualitatif

dengan metode

content

analysislanalisis

konten/analisis

isi,

untuk

mengungkap makna

simbolik

beberapa pesan. Dalam

hai

ini

analisis konten

dilakukan

atas Peraturan Daerah

Kotim

Nomor

5

Tahun

2004 tentang Penanganan Penduduk Dampak

Konflik

di

Kabupaten

Kotim

untuk

Kasus

Sampit. Kontekstualisasi

dan

pemaknaan

kemudian dilakukan

untuk

membaca resolusi

konflik

pada Kasus Ambon

Maluku.

Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

bahwa: Pertama,

instrumen

utama

penyelesaian

konfllik

adalah Perda

Kotawaringin Timur,

No.5

tahun

2004 tentang Penanganan Penduduk Dampak

Konflik

Etnik.

Beberapa kelebihan Perda;

1)

Perda merupakan gabungan antara

pendekatan kemanusiaan

dengan pendekatan keamanan.

2)

Perumusan Perda

melalui

suatu proses

yang

sangat

partisipatif

dengan mengakomodasi

hasil-hasil

dari

berbagai musyawarah dan

kongres adat.

3)

Penyusunan Perda

ini

telah memenuhi tahapan-tahapan proses perumusan kebijakan yang

baik.

Kedua, belajar

dari

resolusi

konflik

di

Sampit,

beberapa

langkah yang

dapat

dipolakan

di

Ambon

adalah sebagai

berikut:

i)

Penekanan

politik

rekognisi bagi berbagai

pihak

yang

terlibat

dalam

konflik.

2) Proses

kultural

dalam resolusi

konflik

sangat dibutuhkan sebelum penuangannya

dalam kebijakan publik/peraturan daerah.

3)

Secara teknis, penyelesaian

konflik

harus

dituangkan

dalam

bentuk dokumen kebijakan

publik.

4)

Peleburan

kehidupan

sosial

secara

lintas kelompok dapat

meminimalisasi

ketegangan

kultural

yang sangat sering muncul.

Kata

Kunci:

Politik rekognisi, resolusi konflik, kasus Sampit, kasus Ambon

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana proses penegakan hukum Indonesia dalam perspektif filsafat hukum yang ditinjau dari tujuan hukum dengan studi kasus Lanjar Suryanto..

Panduan ini intinya memuat VISI, MISI, tujuan PENDIDIKAN serta Peraturan- peraturan yang mengatur Sistem Penyelenggaraan Pendidikan Evaluasi Keberhasilan,

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berupa masukan bagi pemerintah maupun lembaga perbankan dalam rangka melaksanakan

Gejalanya adalah Anemia karena kekurangan zat besi dan rendahnya kadar protein di dalam darah bisa terjadi akibat perdarahan usus.penularanmelalui larva cacing yang terdapat di

Nilai koefisien regresi untuk variabel Motivasi pada persamaan regresi menunjukkan nilai positif sebesar 0,538, hal ini dapat diartikan bahwa jika Motivasi mengalami

Struktur Organisasi Pada Bagian Kepegawaian Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera

(1) Dalam rangka pelaksanaan kebijakan di bidang keuangan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (4), Pemerintah Daerah diberikan kewenangan untuk melakukan

Segala agitasi mestilah cocok dengan keadaan tiap-tiap daerah. Penerangan terhadap seorang buruh industri tak boleh disamakan dengan seorang tani sebab keduanya mempunyai