Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI
ANAK CEREBRAL PALSY
DI SDN TUNAS HARAPAN
( Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastik di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Khusus
Oleh :
NIKKI SARAH YULIANA
0901653
JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI
ANAK CEREBRAL PALSY
DI SDN TUNAS HARAPAN
( Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastik di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Oleh :
Nikki Sarah Yuliana
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Nikki Sarah Yuliana 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Nikki Sarah Yuliana
0901653
KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI ANAK CEREBRAL PALSY
DI SDN TUNAS HARAPAN
( Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastik di Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
Pembimbing I
Dr. Musyafak Assjari, M.Pd
NIP. 19550516 198101 1 001
Pembimbing II
Drs. Sunaryo, M.Pd
NIP. 19560722 198503 1 001
Diketahui Oleh
Ketua Jurusan Pendidikan Khusus
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia
Drs. Sunaryo, M.Pd
i
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK
KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI ANAK CEREBRAL PALSY DI SDN TUNAS HARAPAN
( Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastik di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
OLEH : NIKKI SARAH YULIANA (0901653)
Penelitian ini dilakukan di SDN Tunas Harapan Bandung dengan tujuan mendeskripsikan penyesuaian diri anak cerebral palsy. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Subyek dalam penelitian ini adalah seorang anak cerebral palsy berinisial DV. Fokus penelitian yaitu untuk mengkaji penyesuaian diri yang meliputi : penyesuaian diri dalam pembelajaran, diluar pembelajaran serta di rumah subyek DV, hambatan serta solusi bagi hambatan yang dialami oleh subyek DV.
Hasil penelitian penyesuaian diri DV di dalam pembelajaran berdasarkan tiga aspek : keutuhan pribadi, adaptabilitas, serta kecakapan bekerja sama dan menaruh minat pada orang lain. DV menunjukkan keutuhan pribadi belum secara utuh karena dia hanya mengetahui kelemahannya pada 2 mata pelajaran yaitu matematika dan bahasa indonesia, namun masih membutuhkan bantuan untuk mengetahui kelebihannya. Sikap adaptabilitas DV masih membutuhkan proses lebih lama untuk khususnya dalam pembelajaran di kelas yang suasananya berisik dan kurang kondusif. DV sebenarnya memiliki minat untuk bekerja sama dengan teman-temannya, tetapi dalam beberapa kondisi ada beberapa temannya yang memilih-milih teman, sehingga membuat DV kurang berminat dalam kegiatan berkelompok. Minatnya pada orang lain pun membutuhkan pendekatan dan pertemuan yang lebih sering, selain itu kenyamanan DV pun ikut andil dalam hubungan sosial antara DV dengan lingkungan sosialnya.
Penyesuaian diri diluar pembelajaran didasari oleh lima aspek yaitu : pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri, obyektivitas diri dan penerimaan diri, pengendalian diri dan perkembangan diri, tujuan dan arah yang jelas, dan memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain. Dari lima aspek tersebut, ditemukan satu aspek yang masih membutuhkan banyak bantuan,yaitu pengendalian diri dan perkembangan diri. Maka dalam aspek tersebut, DV harus diberikan penjelasan ataupun penguatan mengenai konflik yang sering dialami oleh dirinya. Sejak kelas satu sampai kelas tiga, cukup banyak konflik yang dialami oleh DV. tanggapan teman-teman yang pernah membuatnya menangis, tatapan beberapa orang yang kadang membuatnya malu dan konflik lainnya.
Penyesuaian diri di rumah didasari oleh dua aspek yaitu : rasa tanggung jawab dan perkembangan kebiasaan yang baik. DV karena hambatan motoriknya tidak diberikan tanggung jawab yang besar di rumahnya. DV hanya diberikan jadwal untuk belajar saja. Sedangkan, dalam perkembangan kebiasaan yang baik, DV lebih diberikan penguatan untuk menerima kondisinya, sehingga DV berusaha untuk belajar mandiri dalam setiap kesempatan. Hambatan yang dihadapi oleh DV saat proses penyesuaian diri dibagi menjadi hambatan internal dan hambatan eksternal. Hambatan internal bersumber dari aspek motorik,sedangkan hambatan eksternal bersumber dari lingkungan sekitar anak. Solusi bagi hambatan tersebut antara lain adalah : melakukan penyusunan program yang disesuaikan dengan masalah penyesuaian diri anak, mengadakan pendekatan dengan anak, serta memberikan penguatan-penguatan positif dalam diri anak.
ii
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
SELF ADJUSTABILITY OF CHILD WITH Cerebral Palsy AT TUNAS HARAPAN PRIMARY SCHOOL
(Case Study of DV Spastic Cerebral Palsy Children at School Inclusive Education Provider)
BY: NIKKI SARAH YULIANA (0901653)
The research was conducted at Tunas Harapan primary school Bandung in order to describe the adjustment of the child with cerebral palsy. This research is a descriptive case study approach. The subjects in this study was a cerebral palsy child's initials DV. The focus of this study was to examine the adjustment include: adjustment in learning, learning outside the home as well as in subjects DV, barriers and solutions to the barriers experienced by the subject of DV.
The results DV adjustment in learning based on three aspects: personal integrity, adaptability, and the capacity to work together and take an interest in others. DV demonstrate personal integrity has not completely because he only knows his weakness in 2 subjects mathematics and Indonesian, but still need help to find out the excess. DV adaptability attitudes still need more time to process, especially in a classroom atmosphere conducive and less noisy. DV in fact have interest to cooperate with his friends, but in some cases there are some friends who pick and choose their friends, so that makes DV is less interested in group activities. His interest in other people and the approach requires more frequent meetings, in addition to the convenience of DV also contribute to the social relationships between DV with their social environment.
Outside the learning, adjustment based on five aspects: knowledge and insight about yourself, objectivity and self acceptance, control and self-development, a clear purpose and direction, and has a great interest in work and play. From five aspects, i found one aspect that still needs a lot of help, that aspect is self-control and self-development. So in that aspect, DV or reinforcement should be given an explanation of the conflict that is often experienced by himself. From grade one to grade three, quite a lot of conflict experienced by DV. response to friends who've made her cry, some people stare sometimes make him embarrassing and other conflicts.
iii
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
problems, approached the child, as well as providing positive strengthening in children.
v
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian... 6
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 6
BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Penyesuaian Diri ... 8
1. Pengertian Penyesuaian Diri ... 8
2. Karakteristik Penyesuaian Diri ... 18
3. Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri ... 23
4. Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy ... 25
B. Konsep Dasar Cerebral Palsy ... 29
1. Pengertian Cerebral Palsy ... 29
vi
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Karakteristik Cerebral Palsy dan Dampaknya Terhadap Penyesuaian
Diri ... 32
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 40
B. Metode Penelitian………. 42
C. Instrumen Penelitian... 44
D. Teknik Pengumpulan Data ... 48
E. Pengujian Keabsahan Data………. ... 59
F. Teknik Analisis Data ... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ……….. ... 64
1. Penyesuaian Diri didalam Kegiatan Pembelajaran ... 64
2. Penyesuaian Diri diluar Kegiatan Pembelajaran ... 77
3. Penyesuaian Diri di Rumah ... 87
4. Hambatan yang dialami selama proses Penyesuaian Diri ... 89
5. Upaya dalam Mengatasi Hambatan dalam Proses Penyesuaian Diri 94
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………. ... 95
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 103
B. Rekomendasi ... 105
DAFTAR PUSTAKA……….. 107
LAMPIRAN ……… 110
vii
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Kisi-kisi Penelitian ... 46
Tabel 2 : Pedoman Pengamatan Penyesuaian Diri ... 49
Tabel 3 : Pedoman Wawancara Penyesuaian Diri ... 53
Tabel 4 : Teknik Pengumpulan Data ... 58
Tabel 5 : Aspek Penyesuaian Diri di dalam Kegiatan Pembelajaran ... 65
Tabel 6 : Hasil Pengamatan Penyesuaian Diri di dalam Kegiatan Pembelajaran 71 Tabel 7 : Aspek Penyesuaian Diri diluar Situasi Pembelajaran ... 77
Tabel 8 : Hasil Pengamatan Penyesuaian Diri diluar Kegiatan Pembelajaran 80 Tabel 9 : Aspek Penyesuaian Diri di Rumah ... 86
Tabel 10 : Hasil Pengamatan Penyesuaian Diri di Rumah ... 88
viii
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Surat-surat Izin ………. .... 110
Lampiran 2 : Dokumen Pribadi Subjek DV……….. 115
1
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Sejak awal kehidupannya, manusia dilahirkan belum bersifat sosial, dalam
artian belum memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan pengalaman
bergaul dengan orang-orang dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi dengan
orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, di saat itu mereka telah mampu
mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai
mampu membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah dan kasih
sayang.
Hubungan sosial (sosialisasi) ialah proses yang membantu individu melalui
belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berfikir
kelompoknya, agar dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya (Susanto
1983:12). Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas,yang didasari
oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan
manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga
berkembang amat kompleks. Dari pendapat tersebut dapat dimengerti bahwa
semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks perkembangan sosialnya,
dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa
manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka
butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan
kodrati yang dimiliki oleh manusia. Kebutuhan tersebut pun tentu dimiliki oleh
anak berkebutuhan khusus, seperti anak cerebral palsy.
Anak cerebral palsy merupakan salah satu anak berkebutuhan khusus yang
termasuk dalam kategori anak tunadaksa atau dikenal juga dengan anak yang
mengalami hambatan motorik. Anak cerebral palsy dalam kehidupan sehari-hari
2
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disandangnya, namun juga cenderung mengalami masalah dalam melakukan
interaksi dan penyesuaian diri di tengah-tengah lingkungannya.
Pada usia sekolah, masa-masa perkembangan anak cerebral palsy tidak
selalu sama dengan anak pada umumnya. Anak cerebral palsy juga memiliki
kesempatan yang sama untuk menjalani kehidupan bersama orang lain, seperti
dengan guru dan teman yang seusia dengannya. Anak pada umumnya akan
memiliki kemampuan penyesuaian diri yang baik. Kemampuan penyesuaian diri
yang baik juga banyak dipengaruhi oleh lingkungan yang menerima keberadaan
mereka sebagai individu yang hidup di lingkungan sosial.
Qadarsih,L (2012) menyatakan bahwa untuk mencapai kematangan sosial, anak harus belajar tentang cara-cara menyesuaikan diri dengan orang lain. Kemampuan ini diperoleh anak melalui berbagai kesempatan atau pengalaman bergaul dengan orang-orang di lingkungannya, baik orangtua, saudara, teman sebaya ataupun orang dewasa lain. Penyesuaian dapat diartikan sebagai adaptasi, pertahanan eksistensi, dan dapat mengadakan relasi yang memuaskan sesuai tuntutan sosial.
Surya (1985: 16) menyatakan bahwa penyesuaian diri dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu :
a. kondisi jasmaniah, yang meliputi pembawaan susunan jasmaniah, kelenjar otot, dan kesehatan.
b. perkembangan, kematangan dan penyesuaian diri yang meliputi perkembangan dan kematangan sosial moral dan emosional.
c. penentu psikologis yang meliputi pengalaman belajar, kebiasaan determinasi diri, frustasi dan konflik.
d. kondisi lingkungan yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
e. faktor budaya dan agama.
Dari pendapat tersebut, dapat dilihat bahwa kondisi jasmaniah seseorang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Hal ini pun
dialami oleh seluruh anak termasuk anak cerebral palsy. Hambatan motorik yang
dialami oleh anak cerebral palsy memberikan dampak pada kurangnya
kepercayaan diri yang menyebabkan munculnya konsep diri negatif dalam diri
anak. Konsep diri yang negatif ini ditunjukkan oleh sikap menutup diri, tidak mau
bergaul, serta berbagai sikap negatif lainnya. Banyak anak cerebral palsy yang
mengalami kesulitan untuk bersosialisasi dengan teman seusianya, karena merasa
3
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif, memberikan kesempatan bagi anak
berkebutuhan khusus, termasuk anak cerebral palsy untuk memperoleh
pendidikan yang layak sesuai dengan haknya serta belajar menyesuaikan dirinya
dengan tuntutan yang ada di lingkungan sosialnya.
Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bukan hanya
memberikan bimbingan dalam pembelajaran, namun juga dapat menjadi salah
satu tempat untuk mengembangkan potensi anak, baik yang menyangkut aspek
moral, spiritual, emosi, maupun sosial. Lingkungan sekolah haruslah menciptakan
budaya yang tidak menganggap bahwa anak berkebutuhan khusus tidak mungkin
dan tidak akan pernah dapat berdiri sendiri tanpa pertolongan orang lain. Budaya
sekolah haruslah menciptakan suasana yang mampu saling menerima satu sama
lain di ditengah-tengah lingkungan sosial. Namun pada kenyataan nya, masih
banyak hal yang belum terealisasi sesuai dengan yang diharapkan. Sekolah,
penyelenggara pendidikan inklusif dengan berbagai kebijakan di dalamnya, belum
mampu memberikan kemajuan yang sesuai dengan harapan orangtua tanpa adanya
keinginan dari diri anak cerebral palsy tersebut untuk mau menyesuaikan dirinya
dengan berbagai tuntutan yang ada di lingkungan sosialnya.
Berdasarkan hasil observasi serta pengamatan di SDN Tunas Harapan
Bandung, diantara 37 anak berkebutuhan khusus yang bersekolah disana, terdapat
seorang anak cerebral palsy di kelas tiga berusia sembilan tahun mengalami
hambatan dalam aspek sosial, terutama dalam hal penyesuaian diri. Perilaku
seperti menarik diri, jarang berkomunikasi dengan teman sekelasnya, terlihat takut
untuk mengenal orang yang baru dikenalnya serta terlalu bergantung dengan
keberadaan guru pendamping. Perilaku seperti itu semakin tampak jelas, saat anak
lebih sering berkomunikasi dengan guru pendamping kelas daripada dengan
teman-teman sekelasnya. Semenjak kelas tiga, anak tersebut belajar pada dua
kondisi berbeda. Saat sekolah pagi, anak belajar di ruang bimbingan, sedangkan
saat sekolah siang, anak belajar bersama dengan teman-teman sekelasnya. Hal ini
disebabkan oleh penempatan kelas, saat sekolah pagi yang terdapat di lantai 2.
4
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sosial dalam diri anak. Ini dapat dilihat dari sikap tertutup yang ditunjukkan oleh
anak terhadap teman sebayanya.
Penyesuaian diri memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.
Karena manusia sejak lahir telah dihadapkan dengan lingkungan yang
menuntutnya untuk selalu dapat melakukan penyesuaian dimanapun manusia
berada. Kegagalan penyesuaian diri akan memberikan dampak bukan hanya pada
saat kegagalan tersebut terjadi, namun juga akan menjadi salah satu pemicu
kegagalan penyesuaian diri di masa selanjutnya. Sehingga permasalahan dalam
penyesuaian diri perlu disikapi lebih lanjut. Terlebih jika hal tersebut dialami oleh
anak cerebral palsy yang masih pada usia perkembangan sekolah. Sehingga anak
cerebral palsy memiliki tuntutan yang sama untuk dapat menyesuaikan dirinya
dengan lingkungan sekitarnya, baik itu di rumah, sekolah, ataupun lingkungan
sosial lainnya.
Berbagai hal yang dialami oleh anak cerebral palsy saat menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan, akan menjadi satu hal menarik bagi berbagai pihak.
Bagi pihak sekolah, saat anak cerebral palsy menyesuaikan dirinya, akan ada
beberapa hal positif serta negatif yang dialaminya selama berada di sekolah. Hal
tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk sekolah dalam memberikan
pelayanan bagi anak berkebutuhan khusus, termasuk anak cerebral palsy. Bagi
pihak keluarga, dalam hal ini orangtua, akan menjadi satu informasi baru
mengenai kemampuan anak dalam menyesuaikan diri di lingkungan sosial.
Apabila di dalamnya terdapat kekurangan, maka pihak keluarga dapat mengetahui
mengapa hal tersebut dapat terjadi.
Dari berbagai kondisi tersebut, peneliti memiliki ketertarikan untuk banyak
mengkaji bagaimana anak tersebut menyesuaikan diri di lingkungan sekolah. Hal
ini disebabkan agar dapat terlihat, saat anak menyesuaikan dirinya di dalam kelas
yaitu dalam situasi pembelajaran, serta saat anak menyesuaikan dirinya di luar
situasi pembelajaran. Selain itu, untuk dijadikan perbandingan, peneliti pun akan
5
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, peneliti melakukan
penelitian dengan judul “ KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI ANAK
CEREBRAL PALSY DI SDN TUNAS HARAPAN”.
B. Fokus Penelitian
Fokus masalah dalam penelitian ini yaitu :
“ Kemampuan Penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN Tunas Harapan” Selanjutnya, fokus masalah tersebut dirinci ke dalam beberapa pertanyaan
penelitian, yaitu sebagai berikut :
1) Bagaimanakah penyesuaian diri anak cerebral palsy di dalam kegiatan
pembelajaran SDN Tunas Harapan Bandung?
2) Bagaimanakah penyesuaian diri anak cerebral palsy di luar situasi
pembelajaran SDN Tunas Harapan Bandung?
3) Bagaimanakah penyesuaian diri anak cerebral palsy di rumah ?
4) Apa saja hambatan yang dialami anak cerebral palsy dalam proses
penyesuaian diri di SDN Tunas Harapan Bandung?
5) Bagaimanakah upaya dalam mengatasi hambatan yang dialami selama
proses penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN Tunas Harapan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian tentang penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN
Tunas Harapan ini terbagi atas tujuan umum dan tujuan khusus.
a) Tujuan umum
Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui lebih lanjut
dan memperoleh informasi dalam mengetahui sejauh mana anak dapat
menyesuaikan dirinya di dalam situasi pembelajaran, di luar situasi
pembelajaran serta di rumah.
6
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Mengetahui penyesuaian diri anak cerebral palsy saat berada di
dalam kegiatan pembelajaran SDN Tunas Harapan Bandung.
2) Mengetahui penyesuaian diri anak cerebral palsy saat berada
diluar kegiatan pembelajaran SDN Tunas Harapan Bandung.
3) Mengetahui penyesuaian diri anak cerebral palsy saat berada di
rumah.
4) Menganalisis hambatan atau kesulitan apa saja yang dihadapi
oleh anak cerebral palsy dalam proses penyesuaian diri di SDN
Tunas Harapan Bandung.
5) Mengetahui upaya-upaya dalam mengatasi hambatan yang
dialami oleh anak cerebral palsy selama proses penyesuaian diri
di SDN Tunas Harapan Bandung.
D. Kegunaan Penelitian
Keberhasilan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kegunaan sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis :
1) Sebagai karya ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
umumnya dan bagi lembaga pendidikan khusus.
2) Untuk menambah wawasan dan pemahaman mengenai permasalahan
penyesuaian diri anak cerebral palsy di Sekolah Penyelenggara
Pendidikan Inklusif, khususnya di SDN Tunas Harapan Bandung.
b. Manfaat Praktis :
1) Bagi Penulis
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan
pemahaman mengenai penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN
Tunas Harapan Bandung.
2) Bagi Guru
Untuk menambah wawasan dan juga masukan dalam meningkatkan
7
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
anak-anak berkebutuhan khusus yang bersekolah di SDN Tunas
Harapan Bandung.
3) Bagi Orang tua
Sebagai referensi untuk menambah pengetahuan, wawasan dan
pemahaman tentang pentingnya kemampuan penyesuaian diri dalam
diri anak berkebutuhan khusus, termasuk anak cerebral palsy.
4) Bagi Sekolah
Sebagai pertimbangan untuk memperhatikan pelayanan dan fasilitas
umum di sekolah untuk memfasilitasi kemampuan penyesuaian diri
anak berkebutuhan khusus, termasuk anak cerebral palsy.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini struktur organisasi yang digunakan
terdiri dari lima bab, yaitu :
1) Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, fokus
penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.
2) Bab II Kajian Teoritis.
3) Bab III Metode penelitian berisi penjabaran yang dirinci mengenai
metode penelitian, termasuk beberapa komponen di dalamnya,
yaitu : Lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, metode
penelitian, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik
pengumpulan data, dan analisis data.
4) Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan terdiri daru dua hal utama
yaitu : pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan
berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan
penelitian, dan pembahasan dan analisis temuan.
40
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Tunas Harapan Bandung,
Jalan Cijerah no. 114 Bandung. Alasan peneliti memilih sekolah ini karena
SD Tunas Harapan Bandung adalah salah satu sekolah dasar yang ditunjuk
sebagai sekolah inklusif dan sebelum isu pendidikan inklusif populer, sekolah
ini telah menerima anak berkebutuhan khusus untuk menjadi siswa disini.
Anak-anak berkebutuhan khusus yang belajar di Sekolah Dasar Negeri Tunas
Harapan mencapai 37 siswa dengan berbagai hambatan baik permanen
maupun temporer, sehingga tepat sekali menjadi lokasi penelitian untuk
menjelaskan bagaimana penyesuaian diri anak cerebral palsy dalam
kesehariannya di SDN Tunas Harapan.
Subyek penelitian merupakan unsur yang paling penting untuk
memperoleh informasi yang diperlukan dalam melakukan penelitian. Subjek
Penelitian dalam penelitian ini terdiri dari satu orang, yaitu
1. Anak Cerebral palsy ( 1 orang )
‘DV’ adalah seorang anak cerebral palsy yang bersekolah di SD Negeri Tunas Harapan Bandung.’DV’ lahir di bandung, 8 Juni 2003. ‘DV’ adalah seorang anak laki-laki yang merupakan anak tunggal di keluarganya. Semenjak dilahirkan, ‘DV’ tinggal bersama keluarga besar papanya di Jalan Caringin no : 91 Bandung.
41
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
merangkak seperti bayi pada umumnya. Kemudian dengan berkonsultasi pada beberapa dokter, barulah keluarga ‘DV’ mengetahui bahwa ‘DV’ mengalami cerebral palsy. Setelah mengetahui keadaan yang dialami oleh ‘DV’ seluruh keluarganya saling menguatkan satu sama lain, termasuk mama ‘DV’ yang begitu sabar dan rutin memeriksakan keadaan ‘DV’ ke beberapa dokter serta
mendaftarkannya untuk diterapi di salah satu tempat di kawasan pasteur. Keluarga besar ‘DV’ tidak pernah menggunakan suara keras untuk berkomunikasi satu dengan lainnya, sehingga ‘DV’ terbiasa dengan suara yang lembut. Sampai ia bersekolah di SD Negeri Tunas Harapan, disinilah
banyak tantangan yang mulai timbul dari keadaan fisik dan motorik yang dialami oleh ‘DV’. Pada awal masuk sekolah, ‘DV’ tidak mau apabila ditinggal oleh mamanya. Dia ingin selalu melihat mamanya, bahkan tak jarang ‘DV’ menangis apabila merasa tidak nyaman dengan keadaan di sekeliling kelasnya. Jika melihat kondisi yang dialami oleh ‘DV’, dengan
hambatan fisik dan motorik yang dialaminya, saat mulai masuk ke kelas 1 SD
Negeri Tunas Harapan, tentu saja ada rasa minder yang mendominasi dirinya, sehingga yang dilakukan oleh ‘DV’ selama berada di kelas hanyalah duduk di tempat duduknya, dan merasa takut untuk berkeliling sekolah. Selain itu pula
keberadaan guru pembimbing sangatlah dibutuhkan oleh ‘DV’ pada saat itu.
Subjek DV diambil menjadi satu subjek yang diteliti proses
penyesuaian dirinya selama berada dalam situasi pembelajaran, di luar situasi
pembelajaran serta di rumah subjek DV. Dengan hanya mengamati perilaku
serta berinteraksi lebih banyak dengan subjek DV untuk mengetahui sejauh
mana penyesuaian dirinya, peneliti akan mengambil kesimpulan-kesimpulan
sesuai dengan apa yang dikatakan, apa yang ditunjukkan serta apa pendapat
42
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berikut ini merupakan data dari responden guru yang terdiri dari guru
pembimbing khusus ( 1 orang ), guru pembimbing (2 orang), guru kelas (1
orang) dan guru olahraga ( 1 orang):
1) Guru Pembimbing Khusus
Nama : ST
Pendidikan yang ditempuh : S-1 Pendidikan Luar Biasa
2) Guru Pembimbing
Guru Pembimbing I
Nama : TI
Pendidikan yang ditempuh : S-1 PGPAUD
Guru Pembimbing II
Nama : NI
Pendidikan yang ditempuh : S-1 Pendidikan Luar Biasa
3) Guru Kelas
Nama : BI
Pendidikan yang ditempuh : S-1 Pendidikan Bahasa Inggris
4) Guru Olahraga
Nama : CE
Pendidikan yang ditempuh : S-1 Pendidikan Luar Biasa
Sedangkan responden siswa diambil 3 orang. Yaitu :
1) Teman Sebangku subjek DV di kelas 1
Nama : MS
Pendidikan yang ditempuh : Kelas 3 Sekolah Dasar
2) Teman Sebangku subjek DV di kelas 3
Nama : EG
Pendidikan yang ditempuh : Kelas 3 Sekolah Dasar
43
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Nama : AZ
Pendidikan yang ditempuh : Kelas 3 Sekolah Dasar
B. Metode Penelitian
Penelitian mengenai penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN
Tunas Harapan ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
menggunakan pendekatan studi kasus (Case Study Research). Penelitian ini
dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang
masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini,
serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya (given).
Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, institusi atau masyarakat.
Penelitian case study merupakan studi mendalam mengenai unit sosial
tertentu dan hasil penelitian tersebut memberikan gambaran luas serta
mendalam mengenai unit sosial tertentu. Subjek yang diteliti relatif terbatas,
namun variabel-variabel dan fokus yang diteliti sangat luas dimensinya
(Danim, 2002 ).
Sastradipoera (2005) berpendapat bahwa studi kasus digunakan
sebagai suatu penjelasan komprehensif yang berkaitan dengan berbagai aspek
seseorang , suatu kelompok, suatu organisasi, suatu program, atau suatu
situasi kemasyarakatan. Masalah/ kasus yang diteliti merupakan situasi
khusus yaitu penyesuaian diri anak cerebral palsy di SDN Tunas Harapan,
atau yang banyak dikenal sebagai sekolah penyelenggara pendidikan inklusif.
Studi kasus merupakan suatu penjelasan yang komperehensif, maka peneliti
disini bukan hanya akan melihat dan mengamati perilaku penyesuaian diri
yang ditunjukkan saat ini (saat anak di kelas 3), Namun peneliti juga akan
berusaha mengungkapkan bagaimanakah penyesuaian diri anak cerebral palsy
sebelumnya. Peneliti akan berusaha memperoleh informasi bukan hanya dari
pihak sekolah, namun juga dari orangtua anak cerebral palsy tersebut
44
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Moleong (2004: 3) mengemukakan lima karakteristik utama penelitian
kualitatif, yaitu:
(1) peneliti sendiri sebagai instrument utama untuk mendatangi secara
langsung sumber data, (2) mengimplikasikan data yang dikumpulkan dalam
penelitian ini lebih cenderung dalam bentuk kata-kata daripada angka, (3)
menjelaskan bahwa hasil penelitian lebih menekankan kepada proses, tidak
semata-mata kepada hasil, (4) melalui analisis peneliti mengungkap makna
dari keadaan yang diamati, (5) mengungkap makna sebagai hasil yang
esensial dari pendekatan kualitatif.
Alasan menggunakan penelitian kualitatif antara lain karena (1)
metode ini telah digunakan secara luas dan dapat meliputi lebih banyak segi
dibanding dengan metode penyelidikan lain, (2) metode ini banyak
memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan melalui pemberian
informasi keadaan mutakhir, dan dapat membantu mengidentifikasi factor
yang berguna untuk pelaksanaan percobaan, (3) dapat digunakan dalam
menggambarkan keadaan yang mungkin terdapat dalam situasi tertentu, (4)
data dikumpulkan dianggap sangat bermanfaat dalam membantu untuk
menyesuaikan diri, atau dapat memecahkan masalah yang timbul dalam
kehidupan sehari-hari, (5) membantu mengetahui bagaimana caranya
mencapai tujuan yang diinginkan, dan (6) dapat diterapkan pada berbagai
masalah.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Untuk itu
peneliti disini sebagai human instrument, yang berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan
data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat
45
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian menjadi jelas yaitu untuk meneliti penyesuaian diri anak cerebral
palsy di SDN Tunas Harapan, maka peneliti akan mengembangkan instrumen
penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan
membandingkan data yang telah ditemukan melalui observasi, wawancara
dan dokumentasi.
Peneliti selanjutnya akan merumuskan kisi-kisi penelitian berdasarkan
teori dari Schneiders (1964). Teori dari Schneiders ini menyebutkan bahwa
ada 16 ciri penyesuaian yang sehat (well adjustment) yaitu :
1) pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri,
2) obyektivitas diri dan penerimaan diri,
3) pengendalian diri dan perkembangan diri,
4) keutuhan pribadi,
5) tujuan dan arah yang jelas,
6) perspekstif skala nilai dan filsafat hidup yang memadai,
7) rasa humor,
8) rasa tanggung jawab,
9) kematangan respon,
10) perkembangan kebiasaan yang baik,
11) adaptabilitas,
12) bebas dari respon-respon yang simptomatis,
13) kecakapan bekerja sama dan menaruh minat kepada orang lain,
14) memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,
46
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 16) orientasi yang menandai terhadap realitas
Keseluruhan ciri/kriteria penyesuaian yang sehat (well adjustment)
kemudian di kerucutkan menjadi 10 saja yang akan diteliti. Hal ini
disesuaikan dengan usia perkembangan subjek DV. Penyesuaian diri
merupakan suatu proses sepanjang hayat (life long process). Bagi gambaran
penyesuaian diri subjek DV sebagai anak cerebral palsy sendiri bukan hasil
mutlak yang ingin diamati tetapi proses yang diamati dan digambarkan.
Sehingga peneliti hanya meneliti :
1) pengetahuan dan tilikan terhadap diri sendiri,
2) obyektivitas diri dan penerimaan diri,
3) pengendalian diri dan perkembangan diri,
4) keutuhan pribadi,
5) tujuan dan arah yang jelas,
6) rasa tanggung jawab,
7) perkembangan kebiasaan yang baik.
8) adaptabilitas,
9) kecakapan bekerja sama dan menaruh minat kepada orang lain,
10)memiliki minat yang besar dalam bekerja dan bermain,
Berikut ini adalah kisi-kisi intrumen penelitian mengenai penyesuaian
diri anak cerebral palsy di SDN Tunas Harapan :
Tabel 3.1
47
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Fokus Penelitian Aspek yang diungkap Indikator
1. Penyesuaian Diri di
dalam situasi
pembelajaran
Keutuhan Pribadi Mengenal dan mengetahui
siapa dirinya, apa saja
kebutuhannya saat ini.
Adaptabilitas Mampu beradaptasi
terhadap pembelajaran di
kelas reguler dan di kelas
bimbingan.
2 Penyesuaian Diri di
luar situasi
pembelajaran
Pengetahuan dan
tilikan terhadap diri
sendiri
Mengetahui kelebihan dan
kekurangannya.
Obyektivitas diri dan
penerimaan diri,
Menerima kondisi
kekurangan dan kelebihan.
Pengendalian diri dan
perkembangan diri Mampu mengendalikan diri
dari emosi dan Mengetahui
48
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tujuan dan Arah yang
jelas. Memiliki cita-cita dan
rencana ke depannya.
3 Penyesuaian Diri di
Rumah
Rasa tanggung jawab
Mengetahui hak dan
kewajibannya di rumah.
Perkembangan
kebiasaan yang baik Membiasakan hidup teratur
dan terbiasa hidup sesuai
aturan yang ada di rumah.
49
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu diri anak cerebral
palsy
D. Teknik Pengumpulan Data
Peneliti bertindak sebagai observasi partisipatif, sehingga peneliti
bertindak langsung untuk mengungkap fenomena yang terjadi. Peneliti
memilih observasi partisipatif agar subjek DV tidak merasa bahwa dia sedang
diteliti. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
a. Observasi
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati objek secara langsung. Pengumpulan data ini akan dicatat
dengan persiapan yang matang dilengkapi dengan pedoman observasi tentang “Penyesuaian diri anak cerebral palsy di dalam kelas meliputi aspek pengamatan penyesuaian diri dalam situasi pembelajaran.
Sedangkan penyesuaian diri anak cerebral palsy di luar situasi
pembelajaran meliputi aspek pengamatan penyesuaian anak saat tiba di
sekolah, saat bermain bersama teman-temannya, saat berinteraksi dengan
guru pendamping dan saat pulang sekolah. Selain itu, penyesuaian diri
anak cerebral palsy di rumah meliputi aspek pengamatan penyesuaian diri
anak terhadap aturan keluarga.
Pengamatan yang dilakukan oleh peneliti memang hanya
menggunakan mata peneliti, namun dalam melakukan observasi, peneliti
sangat memperhatikan hal-hal :
50
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2) Mencatat pengamatan
3) Ketetapan pengamatan
4) Hubungan antar pengamat dengan yang diamati
Tabel 3.2
Pedoman Pengamatan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy
di SDN Tunas Harapan
Aspek yang diungkap Perilaku yang ditunjukkan
Ya Tidak
Keutuhan Pribadi a. Anak menunjukkan minat
terhadap satu hobi.
b. Anak menunjukkan
kepercayaan diri sesuai
dengan usianya.
c. Anak mengetahui
kebutuhannya seperti :
makan, minum, berteman
dll.
Adaptabilitas d. Anak menunjukkan
sikap terbuka terhadap
orang-orang di
berbagai lingkungan
(sekolah maupun
rumah)
e. Anak mampu
beradaptasi dengan
situasi pembelajaran di
kelas reguler.
51
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
beradaptasi dengan
untuk menjadi bagian
inti dari sebuah
Obyektivitas diri dan
penerimaan diri,
n. Anak menerima
kekurangan dan
kelebihan yang ada
52
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengendalian diri dan
perkembangan diri
untuk bermain dengan
53
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Perkembangan
kebiasaan yang baik
u. Anak mengerti
mengenai peraturan
semenjak kecil.
v. Anak mampu
mengerjakan suatu
pekerjaan yang
ditugaskan kepadanya
baik di sekolah
maupun di rumah.
Rasa tanggung jawab w. Anak diberikan
tanggung jawab
semenjak kecil oleh
keluarganya.
x. Anak mau
bertanggung jawab
atas apa yang
diucapkan dan
dilakukan olehnya.
b. Wawancara,
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
wawancara tak terstruktur karena wawancara disesuaikan dengan dengan
keadaan responden dan pelaksanaan tanya jawab mengalir seperti dalam
percakapan sehari-hari.
Wawancara dilakukan kepada guru kelas, guru pendamping ,GPK,
orangtua, dan teman sekelas anak cerebral palsy sampai data yang
54
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan alat perekam/ tape recorder agar data yang didapat dari
responden mudah untuk didokumentasikan.
Tabel 3.3
Pedoman Wawancara Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy
di SDN Tunas Harapan
Responden Pertanyaan
Guru Kelas a. Bagaimanakah kemampuan
subjek DV dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran?
b. Bagaimanakah kemampuan
interaksi sosial subjek DV
ketika dilibatkan dalam
kegiatan belajar kelompok di
kelas?
c. Menurut ibu/bapak apa saja
hambatan yang sering dialami
oleh subjek DV dalam proses
menyesuaikan diri saat
pembelajaran dan di luar
55
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
GPK dan Guru
Pendamping
a. Bagaimanakah kemampuan
subjek DV dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran?
b. Bagaimanakah kemampuan
interaksi sosial subjek DV
ketika dilibatkan dalam
kegiatan belajar kelompok di
kelas?
c. Menurut ibu/bapak apa saja
hambatan yang sering dialami
oleh subjek DV dalam proses
menyesuaikan diri saat
pembelajaran dan di luar
pembelajaran?
a. Bagaimanakah upaya bapak
untuk mengatasi hambatan yang
dialami oleh subjek DV selama
proses penyesuaian diri?
Guru Olahraga Bagaimanakah cara bapak/ibu untuk
melibatkan subjek DV dalam pelajaran
56
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Orangtua Subjek DV
a. Bagaimanakah pola didikan
yang diterapkan kepada subjek
DV selama berada di rumah?
b. Bagaimanakah interaksi subjek
DV di lingkungan rumahnya?
c. Bagaimanakah kemampuan
subjek DV dalam melaksanakan
tugas-tugas di rumah?
d. Aturan apa saja yang Bapak/Ibu
terapkan kepada subjek DV?
e. Setelah pulang sekolah, apa saja
kegiatan yang kamu lakukan?
f. Menurut ibu/bapak apa saja
hambatan yang sering dialami
oleh subjek DV dalam proses
57
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Subjek DV a. Pernahkah kamu mengerjakan
tugas secara berkelompok
dengan subjek DV? Jika iya,
bagaimanakah peranmu dalam
kegiatan kelompok?
b. Apa saja pelajaran yang kamu
sukai?
c. Apakah kamu mengalami
kesulitan dalam beberapa
pelajaran? Jika iya, pelajaran
apa yang menurutmu sulit?
d. Apakah kamu mengalami
kesulitan untuk berteman
g. Apakah kamu suka membantu
orangtuamu di rumah? Jika iya,
pekerjaan apa saja yang
biasanya kamu lakukan?
h. Bagaimanakah pendapatmu
mengenai aturan di
keluargamu?
e. Apakah kamu mengalami
kesulitan saat harus belajar
kelompok dengan teman-teman
di kelasmu? Jika iya, kesulitan
apa saja yang kamu hadapi?
f. Apa saja yang kamu biasa
lakukan saat jam istirahat?
g. Apakah kamu suka bermain
58
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
saat jam istirahat?
h. Tempat-tempat apa saja yang
biasa kamu kunjungi saat jam
istirahat?
i. Apakah kamu mengalami
kesulitan untuk mengunjungi
tempat-tempat tersebut?
j. Hambatan apa saja yang sering
kamu alami selama proses
penyesuaian diri saat
pembelajaran, di luar
pembelajaran (misalkan saat
jam istirahat) serta saat berada
59
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teman Subjek DV a. Bagaimanakah pendapatmu
terhadap kehadiran anak
berkebutuhan khusus di
kelasmu?
b. Apakah ada kesulitan untuk
bermain dengan subjek DV?
Jika ada, sebutkan
kesulitannya?
c. Pernahkah kamu bertemu
dengan subjek DV di kantin?
Jika iya, bagaimanakah sikap
DV saat ingin membeli
makanan atau minuman di
kantin?
d. Pernahkah subjek DV meminta
pertolongan ketika dia
membutuhkan sesuatu? Jika iya,
bagaimana cara subjek DV
meminta tolong?
c. Studi dokumentasi.
Studi dokumentasi dalam penelitian ini yaitu pengumpulan data
yang sudah tersedia dalam catatan dokumen (Basrowi dan Suwandi 2008
: 158). Dokumentasi tersebut merupakan data yang dapat dimanfaatkan
sebagai data tambahan untuk data wawancara dan observasi. Dokumen
yang dimaksud yaitu berupa dokumentasi pribadi seperti buku harian
ataupun surat-surat ataupun Dokumen resmi yang dihasilkan oleh suatu
60
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mengenai subjek DV serta berbagai dokumen lainnya dikumpulkan oleh
peneliti agar data yang diolah semakin lengkap dan dapat menjawab
fokus penelitian yang ada.
Tabel 3.4
Teknik Pengumpulan Data
Aspek Teknik Responden
1. Penyesuaian diri
anak cerebral palsy
dalam situasi
pembelajaran
Wawancara, Observasi, Guru Kelas Guru
Pendamping
GPK
Subjek DV
2. Penyesuaian diri
anak cerebral palsy
selama berada di luar
situasi pembelajaran . Wawancara, Observasi Guru Kelas Guru
Pendamping
GPK
61
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Penyesuaian diri
anak cerebral palsy
saat berada di rumah. Wawancara, Observasi Orangtua Subjek DV
Subjek DV
4. Hambatan yang
dialami anak cerebral
palsy dalam proses
5. Upaya beberapa pihak
terkait dalam mengatasi
hambatan yang dialami
selama proses
penyesuaian diri anak
cerebral palsy
E. Pengujian Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan
62
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepercayaan atau kreadibilitas dapat digunakan beberapa teknik keabsahan
data yaitu : (1) perpanjang ke ikut sertaan, (2) ketekunan pengamatan, (3)
triangulasi, (4) pengecekan sejawat, (5) kecukupan refensial, (6) kajian
kasus negatif, (7) pengecekan anggota. (Moleong 2008 :327).
Dalam penelitian ini uji derajat kepercayaan atau kreadibilitas
digunakan dengan cara :
1. Ketekunan Pengamatan
Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan
unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau
isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal
tersebut secara rinci (Moleong 2008 :329)
Pengamatan dilakukan seteliti mungkin pada kegiatan yang
terjadi, kemudian hasil dari pengamatan ditelaah secara mendalam
agar peneliti paham dan dapat menguraikan isi pengamatan yang
dilakukan. Pengamatan sendiri akan dibagi sesuai dengan apa yang
menjadi fokus penelitian. Pengamatan tersebut akan banyak
dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui bagaimana penyesuaian
diri anak cerebral palsy saat berada di kelas, berada di luar kelas,
serta saat anak cerebral palsy berada di rumah.
2. Triangulasi
Menurut Moleong (2008 : 330) menyatakan “triangulasi
adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu.
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
63
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu
dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif ( Patton dalam
Moleong 2008 : 330).
Pada triangulasi sumber menurut Moleong (2008 330-331)
dapat dicapai dengan jalan :
1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi
3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu
4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan
berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada,
orang pemerintahan.
5) Membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang
berkaitan.
Pada penelitian ini data yang didapat dari observasi akan
dibandingkan dengan data hasil wawancara, kemudian data tersebut
akan di triangulasikan dengan data yang didapat dari observasi.
3. Pengecekan sejawat
Pengecekan sejawat ini dilakukan cara mengekspos hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
dengan rekan yang dianggap mampu memberi masukan . Pemeriksaan
64
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memiliki pengetahuan yang sama dengan peneliti. sehingga diskusi
yang dilakukan akan bersifat terbuka.
F. Teknik Analisis Data
Patton (1980) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 91) menyatakan
bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan ukuran dasar
. Analisis data bermaksud untuk mengorganisasikan data. Pekerjaan analisis
data dalam hal ini adalah mengatur, mengurutkan, mengelompokan,
memberikan kode dan mengkategorikannya.
Dari berbagai pendapat tersebut dapat di garis bawahi bahwa analisis
bertujuan untuk mengatur dan mengorganisasikan data yang diperoleh dari
lapangan. Adapun proses berjalannya analisis data menurut Sieddel dalam
Moleong (2008 : 248) adalah sebagai berikut :
1) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
2) Mengumpulkan, memilah milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar , dan membuat indeksnya. 3) Berpikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.
Dengan demikan disimpulkan bahwa teknik analisis data adalah
pengolahan data yang didapat sehingga data yang diperoleh dapat
menghasilkan informasi. adapun langkah-langkah yang di pakai dalam
analisis data pada penelitian ini adalah:
1. Penyusunan data
Data yang didapat disusun sesuai kategori berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan dan sesuai dengan apa yang terjadi di lapangan
65
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Mengelompokan data, memilah dan memilih data berdasarkan sub-sub
atau kualifikasi sehingga memudahkan memahami apa yang terjadi.
3. Membuat kesimpulan
Tahap ini dilakukan dari mulai penelitian hingga akhir penelitian yang
mempermudah peneliti untuk mendapatkan makna dari data yang sudah
dikumpulkan.
4. Vertifikasi data
Vertifikasi data adalah proses perumusan makna dari hasil penelitian
yang diungkapkan dengan kalimat yang singkat-padat dan mudah dipahami,
serta dilakukan dengan cara yang mudah dipahami,serta dilakukan dengan
103
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Kesimpulan mengenai hasil penelitian merupakan jawaban dari
fokus masalah dalam mengetahui gambaran penyesuaian diri anak
cerebral palsy di SDN Tunas Harapan Bandung. Adapun pembahasannya
mengenai penyesuaian diri di dalam situasi pembelajaran, diluar situasi
pembelajaran, di rumah, hambatan dan upaya mengatasi hambatan yang
dialami oleh anak cerebral palsy selama proses penyesuaian diri. Dari
hasil penelitian yang dilakukan di SDN Tunas Harapan Bandung, peneliti
paparkan kesimpulan hasil penelitian, sebagai berikut :
1. Penyesuaian diri anak cerebral palsy dalam situasi pembelajaran yang
digambarkan berdasarkan tiga aspek yaitu : keutuhan pribadi,
adaptabilitas, kecakapan bekerja sama dan menaruh minat pada orang
lain. DV menunjukkan keutuhan pribadi belum secara utuh karena dia
hanya mengetahui kelemahannya pada dua mata pelajaran yaitu
matematika dan bahasa indonesia, namun masih membutuhkan
bantuan untuk mengetahui kelebihannya. Sikap adaptabilitas DV
masih membutuhkan proses lebih lama untuk dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekitarnya, khususnya dalam pembelajaran di kelas yang
suasananya berisik dan kurang kondusif. DV sebenarnya memiliki
minat untuk bekerja sama dengan teman-temannya, tetapi dalam
beberapa kondisi ada beberapa temannya yang memilih-milih teman,
sehingga membuat DV kurang berminat dalam kegiatan berkelompok.
104
Nikki Sarah Yuliana, 2013
Kemampuan Penyesuaian Diri Anak Cerebral Palsy Di SDN Tunas Harapan (Studi Kasus Pada DV Anak Cerebral Palsy Spastic Di Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif)
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pertemuan yang lebih sering, selain itu kenyamanan DV pun ikut andil
dalam hubungan sosial antara DV dengan lingkungan sosialnya.
2. Penyesuaian diri anak cerebral palsy diluar situasi pembelajaran yang
meliputi beberapa aspek yaitu : pengetahuan dan tilikan terhadap diri
sendiri, obyektivitas diri dan penerimaan diri, pengendalian diri dan
perkembangan diri, tujuan dan arah yang jelas serta memiliki minat
yang besar dalam bekerja dan bermain. Keseluruhan aspek sebenarnya
memiliki masalah yang beberapa pihak menganggapnya tidak terlalu
mengganggu anak. Sikap ketergantungan anak terhadap satu teman
dekat saja menjadikannya sebagai anak yang kurang berinisiatif untuk
bersosialisasi dengan teman-teman sekelasnya. Sehingga, secara tidak
langsung anak seperti menjaga jarak dengan teman-teman sekelasnya.
Namun, dalam hal tilikan terhadap diri sendiri, obyektivitas terhadap
diri sendiri serta penerimaan terhadap dirinya, DV menunjukkan sikap
sesuai dengan harapan. DV mampu menerima kekurangan, namun
masih membutuhkan bantuan dari lingkungan untuk memberikan
pengalaman yang dapat mengembangkan potensinya di bidang musik.
3. Penyesuaian diri anak saat berada di rumah diamati dan juga dikaji
melalui beberapa aspek yaitu : a) perkembangan kebiasaan yang baik
dan b) rasa tanggung jawab. Melalui hasil wawancara dan pengamatan
dalam kedua aspek tersebut anak menunjukkan sikap yang positif.
Anak jauh lebih periang dan terbuka saat berada di rumahnya. Sikap
anggota keluarga yang menerima kekurangan anak, membuat anak
nyaman berada di rumahnya. Namun, suasana rumah yang sepi
ternyata menjadi alasan mengapa anak tidak begitu menyukai tempat
keramaian. Selain itu, pemberian tugas rumah terhadap anak tidak
diberikan. Anak hanya mengerjakan tugas, bermain game atau
menonton bersama keluarganya saat berada di rumah. Hal ini didasari