• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA : Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu i

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GRAFIK ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 13

F. Asumsi Penelitian ... 14

G. Metodologi Penelitian ... 15

BAB II KONSEP BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN TRANSAKSIONAL ANALISIS DAN KONSEP DIRI SISWA ... 16

A.Konsep Dasar Konsep Diri ... 16

B.Bimbingan Kelompok ... 27

C. Pendekatan Analisis Transaksional Dalam Bimbingan Kelompok ... 43

D. Penggunaan Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Dalam Mengembangkan Konsep Diri Siswa ... 59

E. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 61

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 63

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 63

B. Desain Penelitian ... 64

C. Langkah-Langkah Penelitian ... 66

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 67

(2)

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ii

F. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data ... 69

G. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data ... 71

H. Prosedur Pengolahan Data ... 77

I. Teknik Analisis Data ... 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 80

A. Hasil Penelitian ... 80

B. Pembahasan ... 104

C. Keterbatasan Penelitian ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 120

A. Kesimpulan ... 120

B. Rekomendasi ... 121

DAFTAR PUSTAKA ... 123

LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 128

(3)

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iii

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

3.1 Desain Penelitian ... 64

3.2 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri (Sebelum Uji Coba) ... 70

3.3 Hasil Uji Validitas... 74

3.4 Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri (Setelah Uji Coba) ... 74

3.5 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 76

3.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 76

3.7 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban ... 77

3.8 Kriteria Konsep Diri ... 78

4.1 Persentase Kategori Konsep Diri Siswa ... 80

4.2 Persentase Kategori Konsep Diri Siswa Per-Indikator ... 82

4.3 Hasil Penimbangan Pakar Terhadap Model Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional untuk Mengembangkan Konsep Diri ... 87

4.4 Jadwal Kegiatan Pelaksanaan model Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa... 88

4.5 Matrik Tahap Pelaksanaan model Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan Analisis Transaksional untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa... 89

4.6 Skor Konsep Diri Anggota Kelompok Sebelum Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional (Pre-Test) ... 92

4.7 Skor Konsep Diri Anggota Kelompok Setelah Pelaksanaan Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional (Post-Test) ... 102

(4)

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu iv

(5)

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu v

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Kategori Konsep Diri Siswa ... 81

Grafik 4.2 Tingkat Konsep Diri Siswa Per-Aspek ... 81

Grafik 4.3 Tingkat Konsep Diri Siswa pada Aspek Body Image ... 83

Grafik 4.4 Tingkat Konsep Diri Siswa pada Aspek Ideal Self ... 84

Grafik 4.5 Tingkat Konsep Diri Siswa pada Aspek Social Self ... 85

Grafik 4.6 Tingkat Konsep Diri Siswa pada Aspek Self Esteem ... 85

(6)

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vi

DAFTAR GAMBAR

(7)

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-surat Penelitian ... 128

Lampiran 2 Instrumen Penelitian... 129

Lampiran 3 Hasil Olah Data ... 130

Lampiran 4 Rumusan Model ... 131

(8)

1

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja, maka semakin bertambah tuntutan yang harus dihadapi, hal ini membuat remaja rentan terhadap segala gangguan yang dapat menimbulkan masalah dalam hidupnya baik secara pribadi maupun masalah-masalah sosial.

Masalah-masalah tersebut sebenarnya berasal dari dalam diri remaja. Remaja tanpa sadar memunculkan masalah yang bersumber dari masalah konsep dirinya. Dengan kemampuan berpikir dan menilai yang dimiliki terkadang membuat remaja memberikan penilaian yang tidak objektif terhadap diri sendiri dan orang lain, yang berdampak pada timbulnya masalah seperti inferioritas, kurang percaya diri, sering mengkritik diri sendiri, dan bahkan merasa diri tidak berharga. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh Pudjijogyanti (1995:1) bahwa terdapat banyak siswa yang mengalami kegagalan dalam pelajaran namun bukan disebabkan oleh tingkat intelegensi yang rendah atau keadaan fisik yang lemah, tetapi oleh perasaan tidak mampu dalam mengerjakan tugas.

(9)

2

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lingkungannya, mempengaruhi perilakunya, dan juga mempengaruhi tingkat kepuasan yang diperoleh dalam kehidupannya. Terdapat perbedaan konsep diri antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Menurut penelitian Glaeser (2002) diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan konsep diri sosial antara remaja laki-laki dan remaja perempuan. Remaja laki-laki-laki-laki memiliki konsep diri sosial yang lebih rendah dibandingkan remaja perempuan.

Konsep diri bukan merupakan faktor genetik tetapi terbentuk melalui proses belajar sejak masa kecil hingga dewasa, menurut Yusuf dan Nurihsan (2008:9) konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu “harapan orang tua, kondisi fisik, kematangan biologis, dampak media massa, tuntutan sekolah, pengalaman ajaran agama, masalah ekonomi keluarga, serta hubungan dalam keluarga”. Konsep diri juga mengalami perkembangan seiring dengan

(10)

3

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lingkungan di luar keluarga akan lebih mempengaruhi konsep diri individu, terutama pengaruh dari teman sebaya.

Pada masa remaja pengaruh teman sebaya sangat dominan. Remaja mendefinisikan dirinya tidak hanya dengan menggunakan standar yang ada pada dirinya tapi juga melibatkan pihak di luar dirinya yaitu teman sebaya. Penelitian yang dilakukan oleh Beyth-Marom, et al., 1993; Conger, 1991; Deaux, et al, 1993; Papalia & Olds, 2001 menghasilkan bahwa kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Ewintri, 2012). Dalam kelompok teman sebaya ada aturan-aturan yang harus dipatuhi untuk bisa diterima dalam kelompok tersebut seperti merokok, minum minuman keras, tawuran, menjadi anggota geng motor, memakai narkoba dan melakukan seks bebas agar dianggap gaul. Bahkan untuk mendapat pengakuan dari teman sebayanya remaja melakukan perilaku kenakalan seperti mencuri atau menjadi pekerja seks komersil untuk mendapatkan pakaian yang bagus dan menggunakan HP yang canggih, serta menyontek untuk mendapatkan nilai yang bagus.

Hasil survei bertajuk “Pengalaman dan Persepsi Mahasiswa ITB tentang

Tindakan Kecurangan Akademis”, yang dilakukan Eko Purwono. Menurut hasil

(11)

4

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil penelitian BNN bekerja sama dengan Puslitkes Universitas Indonesia yang dilakukan tahun 2006 sampai tahun 2007 (Wachyudi, 2011) menunjukkan dari 3,2 juta pengguna narkoba di Indonesia, ternyata 1,1 juta dialami oleh pelajar dan Mahasiswa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dari 1,1 juta pengguna narkoba dari kalangan pelajar dan mahasiswa, 40% pelajar SMP, 35% pelajar SLTA dan Mahasiswa sebanyak 25%. Menurut Wakil Ketua KPAI (Hindarto, 2011) “35% anak SMP sudah menjadi korban peredaran rokok”.

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian oleh BKKBN (Nafidah, 2010) mengenai seks bebas pada remaja yang dilakukan di 5 kota besar Indonesia. Pada penelitian tersebut Jawa Barat diwakili kota Tasikmalaya dan Cirebon. Hasilnya, 17% remaja Tasik mengatakan telah melakukan seks pra nikah, dan 6,7% remaja Cirebon mengaku penganut seks bebas. Di Bandung temuan penelitian BKKBN menyebutkan, sekitar 21-30% remaja melakukan seks pra nikah, menyamai DKI Jakarta dan Jogjakarta. Adapun aborsi, dari 400 ribu kasus aborsi yang terjadi di Jawa Barat setiap tahun, sebagian diduga dilakukan oleh remaja.

(12)

5

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sangat berpengaruh pada rasa percaya diri. Sementara itu Harter (Santrock, 2003:338) mengemukakan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara penampilan diri dengan harga diri secara umum yang tidak hanya terjadi sepanjang masa, tetapi juga sepanjang rentang kehidupan mulai dari masa anak-anak hingga masa dewasa madya.

Kondisi fisik dapat mempengaruhi konsep diri. Kondisi perkembangan fisik remaja yang kurang proporsional akan menyebabkan remaja tersebut memiliki konsep diri negatif. Hal ini terjadi karena remaja sangat tergantung pada penilaian orang lain tentang dirinya, ingin selalu diperhatikan, ingin menjadi pusat perhatian, dan memiliki persepsi yang ideal terhadap perkembangan fisiknya. Hasil penelitian Emine (2009) menunjukkan bahwa wanita dan pria memiliki perbedaan pandangan dalam hal cara mereka memandang dirinya dalam beberapa dimensi fisik. Wanita memperoleh skor lebih rendah pada diri fisik, sedangkan pria memperoleh skor lebih rendah pada kemampuan fisik.

(13)

6

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

munculnya depresi, bunuh diri, anoreksia nervosa, kenakalan (delinquency), dan masalah penyesuaian diri lainnya.

Penyebab munculnya masalah konsep diri negatif adalah faktor keyakinan atau pola pikir individu sendiri. Sementara sikap dan perlakuan orang-orang di sekitar individu (keluarga, teman dan guru) merupakan faktor yang sulit diubah, karena untuk mengubah lingkungan sama halnya dengan mengubah budaya, adat dan sistem. Penelitian ini berpusat pada perubahan pola pikir dan keyakinan siswa dan bukan pada perubahan lingkungan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMA Negeri 6 Bandung, siswa yang memiliki konsep diri negatif cenderung melakukan perilaku mal adaptif seperti menyontek, membolos, malu mengemukakan pendapat saat diskusi, tidak percaya diri, datang terlambat, berkelahi, dan melanggar tata tertib sekolah.

Pentingnya konsep diri positif pada remaja adalah untuk mengatasi dampak dan pengaruh buruk dari konsep diri negatif. Remaja yang memiliki konsep diri positif akan memiliki rasa percaya diri, memiliki dorongan kemandirian yang lebih baik, dapat mengenal, memahami dan menerima faktor-faktor yang bermacam-macam tentang diri sendiri serta mampu mengintrospeksi diri. Selain itu dapat menerima semua kelemahan dan kelebihan yang dimiliki dirinya sehingga dapat berperilaku efektif dalam berbagai situasi.

(14)

7

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri siswa. Implementasi bimbingan dan konseling di sekolah berorientasi dalam upaya memfasilitasi perkembangan potensi siswa, yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. Hal ini berdasarkan pada tujuan bimbingan dan konseling yaitu untuk memfasilitasi siswa dalam mencapai perkembangan optimal atau mencapai tugas-tugas perkembangannya (menyangkut aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan moral-spiritual), pengembangan perilaku yang efektif, dan peningkatan fungsi atau manfaat dalam lingkungannya. Semua perubahan perilaku tersebut merupakan proses pembelajaran individu, yakni proses interaksi antara individu dengan lingkungan melalui interaksi yang sehat dan produktif.

(15)

8

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Disamping program yang disusun secara komprehensif, adanya suatu teknik atau strategi khusus yang digunakan seorang konselor juga sangat penting. Karena dengan adanya teknik bimbingan yang tepat diharapkan hasilnya akan tepat sesuai dengan apa yang diharapkan. Penelitian ini akan memaparkan teknik bimbingan dalam bentuk kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional untuk mengembangkan konsep diri pada remaja.

Analisis Transaksional dikembangkan dari teori Psikoanalisis Sigmund Freud dan penemuan kinerja otak oleh Dr. Wilder Penfield. Analisis Transaksional merupakan pendekatan psikoterapi transaksional yang menekankan hubungan interaksional. Analisis Transaksional dapat digunakan dalam terapi individual, tetapi lebih diutamakan untuk digunakan dalam terapi kelompok. Pendekatan ini menitik beratkan pada aspek kontrak dan keputusan. Kontrak yang dikembangkan dengan jelas menyatakan tujuan dan arah proses terapi. Dalam proses terapi, diutamakan kemampuan konseli dalam membuat keputusan sendiri. Keputusan-keputusan baru yang dibuat dapat mengubah cara hidup konseli untuk kehidupan yang lebih baik (Corey, 2010:157).

(16)

9

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tujuan pendekatan analisis transaksional adalah otonomi. Dalam mencapai otonomi, individu mempunyai kapasitas untuk membuat keputusan baru (redecide), sehingga memberdayakan diri mereka sendiri dan mengubah arah hidup mereka. Sebagai bagian dari proses terapi, konseli belajar bagaimana mengenali tiga status ego yaitu Parent, Dewasa, dan Anak. Konseli juga belajar bagaimana perilaku mereka saat ini sedang dipengaruhi oleh aturan-aturan yang mereka terima dan termasuk pada status ego yang mana dan bagaimana mereka dapat mengidentifikasi life script yang menentukan tindakan mereka.

Salah satu teknik dalam analisis transaksional adalah analisis struktural. Analisis struktural membantu individu mengenali dan memahami jenis perwakilan ego (orang tua, dewasa dan anak) yang digunakan oleh individu tersebut dan orang lain dalam bertransaksi. Melalui analisis struktural diharapkan individu mencapai posisi “Saya oke – kamu oke”. Individu dapat menghargai dirinya dan

mampu menghargai orang lain dengan cara yang tepat.

Dalam pendekatan ini juga terdapat teknik analisis struktural yang dapat membantu konseli mencapai posisi “saya oke – kamu oke”, posisi ini menunjukkan dominasi status ego dewasa. Individu yang didominasi oleh ego dewasa akan memiliki konsep diri positif.

(17)

10

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat terwujud dengan baik maka anggota kelompok akan saling menolong, menerima dan berempati dengan tulus.

Bimbingan kelompok memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk dapat menerima dirinya dan orang lain, memberikan ide, perasaan, dukungan, bantuan alternatif pemecahan masalah, pengambilan keputusan yang tepat, melatih perilaku baru serta bertanggung jawab atas pilihan yang ditentukan sendiri. Suasana ini dapat menumbuhkan perasaan berarti bagi anggota yang selanjutnya juga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Diharapkan konsep diri positif yang dibentuk tidak hanya dengan pendekatan personal namun dengan pendekatan kelompok seperti dalam bimbingan kelompok akan lebih optimal, karena para siswa tidak merasa terhakimi oleh keadaan diri sendiri, siswa juga merasa mendapat pembinaan dan informasi positif untuk pengembangan konsep diri positif, apalagi masalah konsep diri merupakan masalah yang banyak dialami oleh remaja sehingga untuk mengefisienkan waktu bimbingan kelompok dimungkinkan lebih efektif dibandingkan layanan konseling individual. Oleh karena itu untuk membantu mengembangkan konsep diri positif siswa, maka penelitian ini difokuskan pada “Bimbingan Kelompok dengan Pendekatan

Transaksional Analisis untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012”.

(18)

11

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan latar belakang masalah, secara umum penelitian ini difokuskan untuk menjawab “Bagaimana efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional terhadap konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012”. Ringkasan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini diperinci dalam pertanyaan-pertanyaan berikut.

1. Seperti apa gambaran konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012?

2. Bagaimana layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional yang secara hipotetik efektif untuk mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012?

3. Bagaimana efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional dalam mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji keefektifan layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional dalam mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, terdapat tujuan khusus sebagai berikut.

(19)

12

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Merumuskan atau menyusun layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional yang secara hipotetik dapat mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

3. Mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional dalam mengembangkan konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas. (1) konsep diri sebagai variabel terikat; dan (2) layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional sebagai variabel bebas. 2. Definisi Operasinal

a. Konsep Diri

(20)

13

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

peningkatan konsep diri adalah membantu siswa sehingga memiliki persepsi yang positif terhadap gambaran tentang dirinya (body image), memiliki harapan yang positif terhadap diri idealnya (ideal self), mampu menilai dirinya secara rasional berdasarkan penilaian orang lain terhadapnya (social self) dan memiliki harga diri (self esteem) yang positif.

b. Bimbingan Kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional

Dalam penelitian ini, layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional didefinisikan sebagai layanan bimbingan melalui serangkaian kegiatan pemberian bantuan dari peneliti sebagai konselor kepada sekelompok siswa (konseli) secara berkesinambungan selama 9 kali pertemuan dengan menggunakan teknik-teknik analisis transaksional seperti analisis struktural, analisis transaksional, kursi kosong dan analisis skrip yang bertujuan untuk mengembangkan konsep diri siswa SMA Negeri 6 Bandung kelas X. Adapun sistematika pengembangan layanan mencakup: (1) rasional, (2) tujuan, (3) asumsi, (4) sasaran bimbingan, (5) kompetensi konselor, (6) struktur dan isi bimbingan, dan (7) evaluasi dan indikator keberhasilan.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoretis, manfaat penelitian ini memperkaya khasanah keilmuan Bimbingan dan Konseling dalam pengembangan layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan konsep diri siswa.

(21)

14

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Bagi guru Bimbingan dan Konseling/Konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu strategi dalam memberikan layanan bimbingan kelompok terutama dalam mengembangkan konsep diri negatif menjadi konsep diri positif.

2. Bagi kepala sekolah, layanan bimbingan kelompok ini hendaknya dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah, khususnya untuk mengembangkan konsep diri siswa.

3. Bagi akademisi dan peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan informasi dan acuan bagi peneliti selanjutnya untuk berbagai implikasi masalah konsep diri siswa.

F. Asumsi Penelitian

Penelitian ini berdasarkan pada asumsi-asumsi dasar sebagai berikut. 1. Konsep diri bukan merupakan faktor genetik, konsep diri juga mengalami

perkembangan seiring dengan bertambahnya pengalaman dan pengetahuan yang diperoleh individu melalui interaksi individu dengan lingkungan, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.

(22)

15

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tuntutan sekolah, pengalaman ajaran agama, masalah ekonomi keluarga, serta hubungan dalam keluarga. Dengan demikian konsep diri yang dimiliki setiap individu akan berbeda-beda.

3. Layanan bimbingan kelompok dapat menjadi media penyampaian informasi serta dapat membantu siswa menyusun rencana dalam membuat keputusan tepat yang diharapkan akan berdampak positif bagi siswa dalam mengembangkan konsep diri yang positif.

4. Analisis Transaksional menekankan aspek kognitif rasional-behavioral dan berorientasi kepada peningkatan kesadaran sehingga konseli akan mampu membuat putusan-putusan baru dan mengubah cara hidupnya.

5. Analisis Transaksional merupakan pendekatan yang direktif sehingga proses intervensinya tidak membutuhkan waktu yang lama..

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif sebagai penunjang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design dengan “Nonequivalent Group Pretest-Posttest”.

(23)

16

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan nonequivalent group pretest-posttest.

3. Populasi dan Sampel Penelitian

(24)

63

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan pendekatan utama dan pendekatan kualitatif sebagai penunjang. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengatahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional. Sedangkan pendekatan kualitatif digunakan pada tahap studi pendahuluan untuk mengetahui gambaran umum konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental Design. Creswell (2008:299) menyebutkan “in an experiment, you test an idea (or

practice or procedure) to determine whether it influences an outcome or

dependent variable”. Penelitian eksperimen bertujuan meneliti ide (baik praktek

maupun prosedur) untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil atau variabel

dependen. Oleh karena itu, langkah pertama dalam penelitian ekperimen ini ialah

menentukan ide (praktek atau prosedur) yang akan dieksperimenkan, selanjutnya

membantu individu atau kelompok sehingga mengalami pengalaman (praktek atau

prosedur) tersebut dan selanjutnya melihat dan menentukan apakah ide (praktek

atau prosedur) yang dialami oleh individu atau kelompok tersebut menunjukkan

hasil yang lebih baik dari pada individu atau kelompok yang tidak diberi

(25)

64

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hal ini senada dengan Margono (2007:110) yang menjelaskan bahwa

penelitian eksperimen merupakan penelitian percobaan, yaitu penelitian yang

membandingkan dua kelompok sasaran penelitian, satu kelompok (kelompok

eksperimen) diberi perlakuan tertentu dan satu kelompok (kelompok kontrol)

dikendalikan pada suatu keadaan yang pengaruhnya dijadikan sebagai

pembanding. Selisih tanggap antara kelompok eksperimen dengan kelompok

kontrol menjadi ukuran pengaruh perlakuan yang diberikan kepada kelompok

perlakuan tersebut.

Dengan demikian, penelitian eksperimen dilakukan ketika peneliti ingin

mengetahui kemungkinan sebab dan akibat antara variabel independent dan

variabel dependent.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental dengan nonequivalent group pretest-posttest. Desain penelitian ini dapat digambarkan

sebagai berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen Ο1 X1 Ο2

Kontrol Ο1 X2 Ο2

(26)

65

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

01 : tes awal (sebelum diberikan layanan bimbingan kelompok) pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

02 : tes akhir (setelah diberikan layanan bimbingan kelompok) pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

X1 : bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional

X2 : perlakuan konvensional/tanpa perlakuan

(Gall, Gall & Borg, 2003:385)

Berdasarkan rancangan eksperimen semu di atas, maka uji keefektifan bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional dapat dijabarkan dalam bagan berikut.

Gambar 3.1

Rancangan Treatment Eksperimen Semu

Penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok tersebut diberi pre-test dan post-test, perbedaan hasil atau variabel dependen pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat menunjukkan efektif atau tidaknya perlakuan (layanan

Pre-Test Treatment Post-Test

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol Teknik analisis

transaksional

(27)

66

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bimbingan kelompok) yang diberikan kepada kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan bimbingan kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional dan kelompok kontrol mendapatkan perlakuan konvensional atau tanpa perlakuan.

C. Langkah-langkah Penelitian

Berikut dipaparkan rincian langkah-langkah penelitian:

a. Studi pendahuluan, kegiatan yang dilakukan yaitu studi literatur berdasarkan

teori-teori yang berkaitan dengan konsep diri, dan studi empiris berdasarkan

fakta lapangan tentang gambaran konsep diri peserta didik serta deskripsi

mengenai pelaksanaan program bimbingan dan konseling di SMA Negeri 6

Bandung.

b. Penyusunan layanan hipotetik berdasarkan gambaran yang diperoleh dari

lapangan.

c. Validasi struktur layanan untuk mengetahui kelayakan layanan hipotetik.

Validasi ini dilakukan oleh pakar dan praktisi BK.

d. Revisi struktur layanan, yang dilakukan atas dasar validasi oleh pakar dan

praktisi BK sehingga diperoleh layanan akhir.

e. Melaksanakan eksperimen. Pelaksanaan eksperimen meliputi tahapan

prosedur yang tepat dengan pemilihan desain, yang terdiri dari:

1) Mengadministrasi pre test.

(28)

67

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Memonitori proses sehingga ancaman terhadap validitas internal

diminimalisir.

4) Mengadministrasi post test.

f. Mengorganisasi dan menganalisis data. Tiga aktivitas utama yang diperlukan

dalam menyimpulkan eksperimen: pengkodean data, analisis data, dan

penulisan hasil eksperimen.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi yang akan dijadikan tempat penelitian adalah SMA Negeri 6 Bandung di Jln. Pasir Kaliki no 51. SMA Negeri 6 Bandung dianggap representatif untuk dijadikan tempat penelitian karena belum memiliki program kegiatan yang khusus dilaksanakan untuk mengembangkan konsep diri peserta didik. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 348 peserta didik.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiono (2011) teknik simple random sampling

adalah cara pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak tanpa memperhatikan strata (tingkatan) dalam populasi tersebut.

(29)

68

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Natawidjaja, 1987 tentang perspektif bimbingan kelompok bahwa jumlah anggota kelompok yang efektif adalah 8 sampai 15 orang (Farida, 2011:183).

E. Definisi Operasional

1. Konsep Diri

Atwater (Desmita, 2010: 163) berpendapat bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan dirinya”. Sedangkan menurut Hurlock (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 7) Self-concept adalah “(1) persepsi, keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang terhadap dirinya; (2)

kualitas pensifatan individu tentang dirinya; dan (3) suatu sistem pemaknaan individu dan pandangan orang lain tentang dirinya”.

Konsep diri terbagi atas beberapa komponen. Atwater (Desmita, 2010: 164) mengemukakan bahwa komponen konsep diri terbagi atas tiga bentuk yaitu “Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya. Kedua, ideal self, yaitu

bagaimana cita-cita dan harapan-harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self yaitu bagaimana orang lain melihat dirinya”. Sementara itu, Hurlock

(Yusuf dan Nurihsan, 2008: 7) berpendapat bahwa terdapat tiga komponen self-concept yaitu “(a) perceptual atau physical self-concept; (b) conceptual atau

psychological self-concept; dan (c) attitudinal”. Sedangkan menurut Sunaryo

(30)

69

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

image), ideal diri (self ideal), harga diri (self esteem), peran diri (self role), dan

identitas diri (self identity)”.

Dalam penelitian ini konsep diri adalah gambaran secara menyeluruh tentang diri peserta didik SMA Negeri 6 Kelas X, yang meliputi persepsi, perasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang dianutnya terhadap body image, ideal self, social self, dan self esteem peserta didik tersebut. Dengan demikian,

peningkatan konsep diri adalah membantu peserta didik sehingga memiliki persepsi yang positif terhadap gambaran tentang dirinya (body image), memiliki harapan yang positif terhadap diri idealnya (ideal self), mampu menilai dirinya secara realistis berdasarkan penilaian orang lain terhadapnya (social self) dan memiliki harga diri (self esteem) yang positif.

2. Bimbingan Kelompok dengan pendekatan Analisis Transaksional

(31)

70

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

bimbingan, (5) kompetensi konselor, (6) struktur dan isi bimbingan, dan (7) evaluasi dan indikator keberhasilan.

F. Pengembangan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang dirancang untuk pengumpulan data dalam penelitian ini berbentuk angket, untuk mengetahui jenis konsep diri peserta didik. Bentuk skala penilaian yang digunakan adalah (4) Sangat Sesuai, (3) Sesuai, (2) Agak Sesuai, dan (1) Tidak Sesuai. Adapun kisi-kisi instrumen sebelum uji coba, sebagai berikut.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri (Sebelum Ujicoba)

Tujuan Aspek Indikator Nomor item Jumlah

1. Body Image yaitu

(32)

71

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tujuan Aspek Indikator Nomor item Jumlah soal (+) (-)

2. Ideal self yaitu

persepsi peserta

3. Social self yaitu

persepsi peserta

4. Self esteem yaitu

evaluasi dan

G. Uji Coba Instrumen Pengumpulan Data

(33)

72

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebelum instrumen diujicobakan, terlebih dahulu dilakukan uji validitas oleh tiga orang ahli (expert judgement). Validasi instrumen bertujuan untuk mengetahui kelayakan alat ukur dari segi konstruk, isi dan bahasa yang sesuai dengan kebutuhan. Apabila terdapat butir pernyataan yang tidak sesuai, maka butir pernyataan tersebut akan dihilangkan atau direvisi sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penelitian.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Validitas Instrumen

(34)

73

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sedangkan Dr. Mubiar Agustin, M.Pd menyatakan bahwa DOV masih perlu diperbaiki dan hindari penggunaan pernyataan yang bertolak belakang. Saran ini juga telah ditindak lanjuti dengan merevisi DOV dan memperbaiki pernyataan yang bertolak belakang. Tahap selanjutnya adalah mengujicobakan instrumen secara langsung ke lapangan. Instrumen diujicobakan kepada 100 peserta didik SMA Negeri 4 Bandung (tidak ada ketetapan tentang jumlah sampel uji coba).

Untuk menguji validitas instrumen ini digunakan rumus korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Person (Arikunto, 2002:146).

a

Pengujian nilai signifikansi validitas butir item menggunakan uji t, yaitu dengan rumus sebagai berikut.

2 1 1 1

2 1

n n Sgab

X X t

 

Keterangan :

t = harga thitung untuk tingkat signifikansi

(35)

74

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu dimana

Langkah selanjutnya adalah membandingkan thitung dengan ttabel untuk

mengetahui tingkat signifikansi dengan ketentuan thitung> ttabel. Dalam penelitian

ini, proses di atas dilakukan dengan bantuan SPSS, sebuah program komputer statistik dengan tingkat akurasi yang tinggi. Proses pengolahan dan hasil uji validitas dibantu dengan software komputer terpercaya dalam menghitung statistik yaitu program SPSS versi 16. Software tersebut mempermudah peneliti untuk menyingkat proses perhitungan secara akurat dalam waktu yang singkat dengan hasil yang diyakini kebenarannya.

Dari 60 item pernyataan konsep diri, diperoleh 7 item pernyataan yang tidak valid, sehingga total item pernyataan valid berjumlah 53 item. Berikut ini merupakan hasil uji validasi instrumen konsep diri peserta didik.

Tabel 3.3

(36)

75

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.4

Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri (Setelah Ujicoba)

Tujuan Aspek Indikator Nomor item Jumlah

soal

1. Body Image yaitu

gambaran mental

2 Ideal self yaitu persepsi

peserta didik tentang

3 Social self yaitu

(37)

76

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tujuan Aspek Indikator Nomor item Jumlah

soal (+) (-)

4 Self esteem yaitu

evaluasi dan kebiasaan

b. Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan instrumen sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas berkenaan dengan ketepatan hasil pengukuran. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang memadai, jika instrumen tersebut digunakan untuk mengukur aspek yang diukur beberapa kali hasilnya sama satau relatif sama. Pengujian reliabilitas yang dilakukan pada instrumen penelitian adalah dengan menggunakan internal consistency. Internal consistency menurut Sugiyono (2011:131) adalah pengujian yang hanya dilakukan

dengan mencobakan instrumen sekali saja, dimana selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik tertentu.

(38)

77

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tabel 3.5

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

0.80 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.60 – 0.799 Derajat reliabilitas tinggi 0.40 – 0.599 Derajat reliabilitas sedang 0.20 – 0.399 Derajat reliabilitas rendah

0.00 – 0.199 Derajat reliabilitas sangat rendah (Sugiono, 1999:149)

Uji reliabilitas instrumen konsep diri peserta didik hanya dilakukan pada butir item pernyataan yang telah memiliki tingkat validitas tinggi. Apabila rhitung >

rtabel, maka butir item pernyataan reliabel, sebaliknya bila rhitung < rtabel, maka butir

item pernyataan tidak reliabel.

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.919 .922 53

Berdasarkan Tabel sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai reliabilitas instrumen konsep diri sebesar 0,919 berada pada kategori sangat tinggi, artinya instrumen ini mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten.

H. Prosedur Pengolahan Data

(39)

78

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk diolah berdasarkan kelengkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban. Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar.

2. Penyekoran

Penyekoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala ordinal. Skala ordinal yaitu skala yang menunjukkan perbedaan tingkatan subjek

secara kuantitatif (Furqon, 1997:7). Skala ordinal didasarkan pada peringkat yang diurutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai jenjang terrendah atau sebaliknya.

Tabel 3.7

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Pemberian Skor Positif Negatif interval kriteria tersebut dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut.

Skor maksimum : 4 X 53 = 212

Skor minimum : 1 X 53 = 53

Rentang : 212 – 53 = 159

Panjang kelas interval : 159 : 2 = 80

(40)

79

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Persentase skor minimum (1 : 4) X 100% = 25% Rentang persentase skor = 100% - 25% = 75% Banyaknya kriteria = (Positif, Negatif)

Panjang kelas interval = rentang : banyaknya kriteria = 75% : 2 = 37.5%

Konsep diri diklasifikasikan ke dalam dua kriteria yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Penentuan rentang norma kriteria konsep diri dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 3.8 Kriteria Konsep Diri

Rentang Kriteria Deskripsi

134 - 212 Positif

Peserta didik yang masuk kriteria positif menunjukkan bahwa peserta didik telah memiliki a). pemahaman yang positif tentang body image (citra dirinya), b). harapan yang positif dan realistis tentang ideal self (dirinya), c). persepsi positif tentang social self (dirinya berdasarkan penilaian dari orang lain), dan d) self esteem (harga diri) yang positif.

53 - 133 Negatif

(41)

80

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode non parametrik, dengan menggunakan uji Wilcoxon karena mengacu pada

variabel data yang ada dalam penelitian ini adalah variabel data non parametrik, selain itu, uji Wilcoxon tidak menerapkan syarat-syarat mengenai parameter-parameter populasi penelitian. Uji Wilcoxon yaitu dengan mencari perbedaan mean pre-test dan post-test. Disamping menggunakan uji Wilcoxon, penelitian ini juga menggunakan analisis data deskriptif presentase.

Menurut Furqon ntuk mencari besarnya harga W, diambil harga yang terkecil dari W+ dan W-. hipotesis nol (Ho), jika �A – �B = 0 dapat ditolak dan menerima pembandingnya �A – �B ≠ 0, hanya jika W+ dan W- cukup kecil, dengan kata lain W juga cukup kesil. Sederhananya tolak Ho, jika W < Wtab dengan taraf signifikansi yang ditentukan sebelumnya. Pendekatan statisktik Wilcoxon W+ (atau W) menggunakan distribusi normal dapat dilakukan jika n

(42)

120

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Kesimpulan hasil penelitian untuk menguji keefektifan bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional untuk mengembangkan konsep diri siswa dipaparkan berikut ini.

1. Tingkat konsep diri siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandung secara umum berada pada kategori positif. Hal ini berarti bahwa sebagian besar siswa memiliki konsep diri positif pada setiap aspek konsep diri yang meliputi penilaian yang positif terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya (body image), memiliki harapan yang realistis terhadap dirinya (ideal self), mampu menerima penilaian orang lain tentang dirinya (social self), dan memiliki harga diri yang tinggi (self esteem). Sedangkan gambaran pada setiap indikator yang memiliki persentase tertinggi dengan kategori konsep diri negatif secara berturut-turut yaitu memiliki penilaian positif tentang ukuran tubuh, memiliki harapan realistis tentang dirinya, dan mudah bergaul dengan orang lain.

(43)

121

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Model bimbingan kelompok dengan pendekatan analisis transaksional yang disusun dan diterapkan efektif untuk mengembangkan konsep diri siswa. Hal ini dilihat dari perbedaan persentase pretest dan posttest konsep diri siswa.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian, maka diberikan rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait, sebagai berikut.

1. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling/Konselor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri positif ditandai dengan

posisi psikologis “saya oke – kamu oke”, oleh karena itu rekomendasi penelitian

untuk para guru antara lain :

a. Menggunakan status ego yang tepat saat berkomunikasi dengan siswa.

b. Memberikan “stroke” yang dibutuhkan siswa.

c. Menindak lanjuti hasil need assessment dan treatment pada siswa kelas X yang teridentifikasi berada pada kategori konsep diri negatif.

d. Mengaplikasikan pendekatan analisis transaksional sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan konselor sekolah untuk mengembangkan konsep diri siswa.

2. Bagi Kepala Sekolah

(44)

122

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggunakan profil konsep diri siswa ini sebagai salah satu timbangan dalam optimalisasi layanan pembelajaran dan bimbingan bagi para siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Keterbatasan proses dan hasil penelitian ini tidak dapat dipisahkan dari keterbatasan peneliti dalam mengelola kegiatan penelitian. Oleh karena itu, kepada peneliti selanjutnya direkomendasikan untuk:

a. Menguji premis-premis pendekatan analisis transaksional dalam upaya peningkatan konsep diri siswa pada jenjang pendidikan yang lain.

b. Melakukan eksplorasi terhadap semua teknik analisis transaksional yang dapat digunakan dalam meningkatkan konsep diri siswa pada jenjang pendidikan yang lain.

(45)

123

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Akar. (2011). Pengertian Dewasa [Online]. Tersedia: http://akar-bk.blogspot.com/2011/09/pengertian-dewasa.html [11 Juli 2012].

Alipoor, Sirus, Goodarzi, Ali Moazami, Nezhad, Maryam Zarra, dan Zaheri, Lale. (2009). Analysis of the Relationship between Physical Self-Concept and body Image Dissatisfaction in Female Students. Journal of Social Sciences [Online]. Tersedia: www.Questia.com/Online_Library [16 Februari 2012]. Alpay. (2008). Self Concept and Self Esteem [Online]. Tersedia:

http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?md5=E142D21946CC8A8E9326B07 70AB7247A [5 Oktober 2011].

Asmara, Tejo. (2007). Efektivitas Bimbingan Kelompok dengan Teknik Peer Group dalam Meningkatkan Konsep Diri Siswa Kelas III di SMP Mardissiswa I Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Skripsi. Semarang:Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNS.

Berne, Eric. (2011). Dr. Eric Berne, Psychiatrist and Creator of Transactional Analysis [Online]. Tersedia:www.ericberne.com [16 Februari 2012].

______ (2006). Detailed History and Description of Transactional Analysis [Online]. Tersedia:www.ericberne.com [16 Februari 2012].

Burns, R. B. (a.b Eddy). (1993). Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku). Jakarta:Arcan.

Calhoun. James: Acocella. Joan, Ross: alih bahasa Satrnoko. RS. (1995). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Semarang:MIP Semarang Press.

Corey, Gerald. (2008). Theory & Practise of group Counseling. USA:Brooks/Cole, Cengage Learning.

______ (2009). For Web Tutor For Theory & Practise of group Counseling [Online]. Tersedia: www.ebooksclub.org [29 Februari 2012].

(46)

124

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Creswell, Jhon W. (2008). Education Research: Planning, conducting, and evaluating quantitative and qualitative research. America:Person Prentice Hall.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Egbochuku & Aihie. (2009). Peer group counselling and school influence on adolescents' self-concept. Journal of Instructional Psychology. [Online]. Tersedia: www.Questia.com/Online_Library [16 Februari 2012].

Emine, Caqlar. (2009). Similarities and differences in physical self-concept of males and females during late adolescence and early adulthood. Adolescence. [Online]. Tersedia: www.Questia.com/Online_Library [16 Februari 2012].

Ewintri. (2012). Konseling Teman Sebaya (KTS). [Online]. Tersedia: http://ewintri.wordpress.com/2012/01/02/konseling-teman-sebaya-kts/ [21 April 2012].

Farida, Euis. (2011). Model Bimbingan Kelompok Untuk Membantu Siswa Mempersiapkan Diri Menghadapi Pernikahan Dan Berkeluarga Berdasarkan Pendekatan Perkembangan. [Online]. Tersedia: www.repository.upi.edu/desertasiview.php?no_disertasi=039798 [17 Maret 2012].

Furqon. (1997). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Gall, Meredith. D. Gall, Joyce. P. Borg, Walter. R. (2003). Educational Research An Introduction. USA:Pearson Education.

Glaeser, Barbara C. (2002). Self-concept: differences among adolescents by gender. Journal of Instructional Psychology. [Online]. Tersedia: www.Questia.com/Online_Library [16 Februari 2012].

Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung:Refika Aditama.

Hattie. (1992). Chapter 3. Self-concept enhancement approaches [Online]. Tersedia:

(47)

125

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hindarto, Stefanus Yugo. (2011). Hari Tanpa Tembakau Sedunia. 35% Pelajar

SMP Jadi Perokok Aktif [Online]. Tersedia:

http://news.okezone.com/read/2011/05/31/337/462977/35-pelajar-smp-jadi-perokok-aktif [3 Juli 2011].

Hlongwane, M.M, dan Basson, C.J. (1990). Self-concept Enhancement of Black Adolescents Using Transactional Analysis in a Group Context. School

Psychology International. Vol. 11. [Online].

Tersedia:www.SchoolPsychologyInternationalspi.sagepub.com [10 Mei 2012].

Irawan, Edy. (2010). Efektivitas Teknik Bimbingan Kelompok Untuk Menigkatkan Konsep Diri Remaja (Studi Pre-Eksperimen Pada Siswa Kelas X SMK Yapema Gadingrejo Lampung). Tesis. Bandung:UPI. Tidak diterbitkan.

Kaur, Jagpreet, Rana, JS & Kaur, Rupinder. (2009). Home Environment and Academic Achievement as Correlates of Self-concept among Adolescents. Department of educational. 3(1), 13-17.

Mahendratto, Isywara. (2011). Siswa SMA Suka Mencontek [Online]. Tersedia: http://servoclinic.com/2011/05/16/siswa-sma-suka-mencontek/ [6 Oktober 2011].

Margono. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan. Rineka Cipta:Jakarta.

Muro dan Kottman. 1995. Guidance and Counseling in the Elementary and Middle Schools. Madison:WCB Brown & Benchmark.

Nafidah, Siti. (2010). Jabar (masih) Darurat HIV/AIDS dan Seks Bebas [Online]. Tersedia:http://jabar.bkkbn.go.id/rubrik/217/ [3 Juli 2011].

Natawidjaja, Rochman. (2009). Konseling Kelompok Konsep Dasar & Pendekatan. Bandung:Rizqi Press.

Nurjanah, Neneng. (2010). Efektivitas Konseling Analisis Transaksional Untuk Meningkatkan Self Esteem Siswa (Studi Kasus Terhadap Siswa SMAN 1 Cikalongwetan Kabupaten Jawa Barat). Tesis. Bandung:UPI. Tidak diterbitkan.

(48)

126

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Palmer, Stephen. (2000). Introduction to Counselling and Psychoterapy The Essential Guide. London:Sage Publicatoin Ltd.

Prayitno. (2004). Seri Layanan L.6 L.7 Layanan Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang:Jurusan BK FIP UNP.

______ (1995). Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok Dasar Dan Profil. Jakarta:Ghalia Indonesia.

Prayitno dan Erman Amti. (2004). Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:Rineka Cipta.

Pudjijogyanti, Clara. R. (1995). Konsep Diri Dalam Pendidikan. Jakarta:Arcan. Purkey & William W. (1988). An Overview of Self-Concept Theory for

Counselors. [Online]. Tersedia: http://www.ericdigests.org/ [25 Februari 2012].

Puspitawati, Ira. (2006). Konsep Diri Remaja Yang Tinggal Di Panti Asuhan (Studi Kasus) [Online]. Tersedia:http://www.gunadarma.ac.id [6 Juli 2011].

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan Dan Konseling Kelompok Di Sekolah (Metode, Teknik dan Aplikasi). Bandung:Rizqi.

Rola, Fasti. (2006). Hubungan Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi pada

Remaja [Online]. Tersedia:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1938/1/06010309.pdf [10 Januari 2011].

Romlah, Tatiek. (2001). Teori dan Praktek bimbingan Kelompok. Malang:UM. Santrock, John. W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja.

Jakarta:Erlangga.

Sobur, Alex. (2011). Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia.

Solomon, Carol. (2003). Transactional Analysis Theory: the Basics. [Online]. Tersedia: http://www.carolsolomonphd.com/web_pdfs/Transact.pdf [29 Februari 2012].

(49)

127

Amalia Rizki Pautina, 2012

Bimbingan Kelompok Dengan Pendekatan Analisis Transaksional Untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa

: Studi Eksperimen Semu di Kelas X SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tersedia:https://docs.google.com/viewer?a=v&q=cache:r1p4cwkhaygJ:fip .unp.ac.id/bk/impact/11.Lilik_Sriyanti_Konseling_Directive_dan_NLP.pdf +pendekatan+direktif+dalam+konseling&hl=id&gl=id&pid=bl&srcid=AD

GEESgyEjGr8Vts0AHAuQfSsyTUR-Z9RHcIGI51XsANG1FOcXQu6lyLte5RkMHpZXTGuxYiOGPE2B03Uz xyDeoE_S0hY8EEVcmrMPu6nfMzauMljRpucPPrtf7D7X7wHIEqbaIlDs 5a&sig=AHIEtbQXN8XY0JfbmJCDNNMTR-ElNPnVdg [10 Juli 2012]. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung:Alfabeta.

______ (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&B). Bandung:Alfabeta.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta:EGC.

Sutataminingsih, Raras. (2009). Konsep Diri [Online]. Tersedia: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3622/1/09E01769.pdf [10 Januari 2011].

Tohirin. (2007). Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). Jakarta:PT. RajaGrafindo Persada.

Wachyudi, Adi. (2011). Awas Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Mengancam

Perkembangan Generasi Muda [Online]. Tersedia:

http://badandiklat.jatengprov.go.id/index.php?p=nw&m=dt&id=251 [3 Juli 2011].

Wingkel, WS. (2007). Bimbingan dan Konseling:di Institusi Pendidikan. Yogyakarta:Media Abadi.

Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika. (2008). Teori Kepribadian. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Zuhaeridah, Aneng Deni. (2006). Pelaksanaan Konseling Pendekatan Direktif Untuk Meningkatkan Disiplin Diri Siswa Kelas X.I Sma Negeri 1 Cisarua.

[Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel
Grafik 4.1  Persentase Kategori Konsep Diri Siswa .......................................
Gambar 3.1 Rancangan Treatment Eksperimen Semu  ................................. 65
Tabel 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

The objectives of this study was to answer two research problems: (1) the correlation between students competence in writing narrative texts in Bahasa Indonesia and their

Balobat adalah alat musik Karo yang dapat dimainkan secara solo maupun ensambel. Secara solo balboat biasanya dimainkan oleh masyrakat Karo untuk mngibur

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository

This is in particular true of the binary encodings, variable array size, local and reference frames and semantics concepts4. Summary of change:  Add clear examples and

Keluaran Tersedianya Laporan Keuangan Akhir Tahun 1 dokumen Hasil Meningkatnya sistem pelaporan capaian kinerja

Mekanisme secara kimia diawali dahulu dengan mekanise fisika, yaitu pada partikel- partikel adsorbat mendekat ke permukaan adsorban melalui gaya Van der waals atau

[4] Bode Haryanto and Chien-Hsiang Chang, “Removing Adsorbed Heavy Metal Ions from Sand Surfaces via Appying Interfacial Properties of Rhamnolipid”, Journal of Oleo

Sumatera Barat yang menyangkut kepegawaian sesuai kewenangan tugas dan fungsi Badan.. Kepegawaian Daerah Provinsi