• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN SISTEM ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES BELAJAR MENGAJAR : (Studi Deskriptif Analitik pada Beberapa Sekolah Dasar di Kabupaten Kepulauan Riau.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN SISTEM ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL GURU SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU DALAM MELAKSANAKAN PROSES BELAJAR MENGAJAR : (Studi Deskriptif Analitik pada Beberapa Sekolah Dasar di Kabupaten Kepulauan Riau."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN SISTEM ANGKA KREDIT JABATAN

FUNGSIONAL GURU SEBAGAI UPAYA UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU

DALAM MELAKSANAKAN PROSES

BELAJAR MENGAJAR

(Studi Deskriptif Analitik pada Beberapa Sekolah Dasar

di Kabupaten Kepulauan Riau)

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Administrasi Pendidikan

OLEH

ISMAI NIM.979730

PROGRAM PASCA SAF^fiJ*A^

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INB8KESIA

(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa karya tulis dengan judul

"Pengelolaan Sistem Angka Kredit Jabatan Fungsional Guru Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar" ini beserta seluruh isinya

adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penciplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran atas

etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 11 Februari 2000

Yang ^lepibua^pernyataan,

V

(3)

DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH PEMBIMBING TESIS

\/kw0U<U$**-PROF. DR. H. ABDUL AZIS WAHAB, MA

PEMBIMBING I

PROF. DR. H. MOHD. IDOCHI ANWAR, Mpd

PEMBIMBING II

PROGRAM PASCA SARJANA (S2) UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(UPI) BANDUNG

(4)

DISETUJUI OLEH

KETUA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA UPI BANDUNG

(5)

ABSTRAK

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 26 Tahun 1989, tanggal 2 Mei 1989 jo Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 84/ 1993 tentang Fungsionalisasi Jabatan Guru atau disebut juga Sistem Angka Kredit

Jabatan Guru merupakan upaya pengembangan kemampuan profesional guru atau

profesionalisasi tenaga pengajar yang dalam hal ini lebih menekankan pada

kemampuan profesional guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Sistem angka kredit jabatan fungsional guru tersebut memberikan kesempatan kepada

guru untuk meningkatkan kemampuan melaksanakan tugas, khususnya proses belajar

mengajar melalui kegiatan pendidikan/latihan, proses belajar mengajar, pengembangan profesi, dan pemmjang proses belajar mengajar. Untuk itu kepala

sekolah sebagai orang yang utama mengemban tugas pengelolaan harus dapat mengelola kegiatan-kegiatan yang merupakan wadah pengembangan profesional guru, khusunya tugas mengajar dengan sebaik-baiknya, jika tidak maka akan berpengaruh terhadap pelaksanaan pengajaran yang tentunya akan berdampak pada prestasi belajar

siswa di kelas. Selanjutnya pengelolaan yang baik dalam kegiatan-kegiatan

pengembangan kemampuan profesional guru melalui sistem angka kredit jabatan guru

akan mewujudkan prestasi kerja guru terutama dalam mengajar. Untuk itu perlu

dilakukan penilaian yang tepat dan diberikan angka kredit yang semestinya.

Hasil prasurvey ditemukan fenomena pengelolaan yang cenderung belum sesuai dengan petunjuk yang telah ditentukan. Penyebabnya kemungkinan kemampuan

pengelola yang masih terbatas, fasilitas penunjang manajemen yang belum memadai,

dan kemungkinan dana yang terbatas. Dalam posisi itu studi ini dilakukan dengan

maksud untuk melihat proses dan hasil pengelolaan sistem angka kredit jabatan

fungsional guru tersebut.

Secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran

tentang perencanaan , pelaksanaan, dan pengawasan pelaksanaan sistem angka kredit

jabatan guru, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam

melaksanakan proses belajar mengajar.

Sumber data dan informasi dalam penelitian ini antara lain kepala sekolah,

guru sekolah dasar dari ketiga SDN yaitu SDN Negeri 001 Tanjungpinang Timur, SDN 003 Tanjungpinang Timur, dan SDN 032 Tanjungpinang Timur dengan

karakteristik "baik, sedang, dan kurang". Sumber data dan informasi lain yang

merupakan "snowball sampling" adalah Kandepdikbud Kabupaten, Kandepdikbud

Kecamatan, Dinas P dan K Kabupaten/ Kecamatan, Gugus Sekolah.

Data tentang pengelolaan dihimpun melalui kegiatan wawancara, observasi,

studi dokumentasi dan analisis secara kualitatif dengan menggunakan metode

deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengelolaan kepala sekolah terhadap sistem angka kredit jabatan guru sebagai upaya untuk meningkatkan

(6)

kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar pada ketiga sekolah belum optimal. Efektivitas pengelolaan sistem tersebut bervariasi dari satu sekolah dengan sekolah yang lain. Hal ini terutama disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan keterampilan kepala sekolah dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai manajer di sekolah dalam kaitan pelaksanaan sistem angka kredit jabatan guru sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar

mengajar.

Di samping itu, kemampuan profesional guru yang masih rendah, keterbatasan

sarana dan fasilitas sekolah serta masih belum efektifnya koordinasi dengan pihak

terkait juga menjadi penyebab belum efektifnya pengelolaan sistem angka kredit jabatan guru yang dilakukan oleh kepala sekolah.

Di antara Sekolah Dasar Negeri yang diteliti dalam wilayah Kabupaten

Kepulauan Riau, terdapat SDN yang dinilai pengelolaan kepala sekolah terhadap sistem angka kredit jabatan guru sebagai upaya meningkatkan kemampuan mengajar

guru sudah efektif serta mampu memberikan dampak yang positif terhadap

meningkatnya kemampuan guru dalam mengajar yang dilihat dari kemampuan menyusun program pengajaran, melaksanakan pengajaran, melakukan evaluasi dalam mengajar, dan menguasai bahan pelajaran yakni SDN 001 Tanjungpinang Timur dan SDN 003 Tanjungpinang Timur. Sedangkan SDN 032 Tanjungpinang Timur,

pengelolaan kepala sekolah terhadap sistem tersebut belum optimal namun dinilai cukup efektif, akibatnya kemampuan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar masih belum optimal.

Implikasi dari hasil penelitian di atas adalah harus diupayakan agar tingkat efektivitas pengelolaan sistem angka kredit jabatan fungsional guru oleh kepala

sekolah perlu terus ditingkatkan sehingga lebih efektif dan kemampuan guru mengajar

semakin meningkat. Sedangkan kepala sekolah yang belum efektif pengelolaannya

diupayakan agar menjadi efektif serta kemampuan guru mengajar menjadi baik.

Tindak lanjut yang disarankan antara lain adalah agar kepala sekolah maupun

pihak-pihak terkait yang befungsi dalam pelaksanaan sistem angka kredit jabatan fungsional

guru tersebut dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, maka perlu dilakukan upaya pelatihan dan pemantauan secara berkesinambungan, sehingga upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru, khususnya dalam mengajar dapat

terwujud.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

PENGHARGAAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH iv

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR xii

ABSTRAK xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Fokus Penelitian 12

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 14

D. Paradigma Penelitian 16

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 21

A. Tinjauan Administrasi Pendidikan 21

B. Tinjauan Administrasi Pendidikan Sekolah Dasar 24

. C. Pengembangan Personil sebagai salah satu Fungsi

Manajemen Pendidikan 26

D. Konsep Jabatan Fungsional Guru 33

E. Sistem Angka Kredit Jabatan Guru sebagai

Sistem Pengembangan Personil Pendidikan 39

F. Kemampuan Profesional Guru 47

G. Manajemen Sistem Angka Kredit Jabatan Guru 49 1. Konsep Umum Sistem Angka Kredit Jabatan Guru 49 2. Kegiatan Pengelolaan SAKJG di Sekolah 52

a. Perencanaan Sistem Angka Kredit Jabatan Guru 52

1)Proses Penyusunan Rencana 52

2) Menentukan Kebutuhan 54

3) Mengorganisasikan Pelaksana 63

4) Menentukan Fasilitas 64

5) Menentukan Biaya 65

b. Pelaksanaan Sistem Angka Kredit 65 1) Koordinasi dengan Pihak Terkait 66

2) Relevansi Pelaksanaan Kegiatan 70

3) Penilaian Prestasi Kerja Pegawai 70 c. Pengawasan Kegiatan Sistem Angka Kredit Jab. Guru.. 72

1) Pelaksana Pengawasan 72

2) Pelaksanaan Pengawasan 73

(8)

3. Dampak Pengelolaan Sistem Angka Kredit Jabatan Guru

Terhadap Kelancaran Proses Belajar Mengajar 77 H. Mengukur Efektivitas Pengelolaan Sistem Angka Kredit

Jabatan Fungsional Guru 80

I. Kajian Penelitian Terdahulu yang Relevan 83

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 88

A. Metode Penelitian 88

B. Subjek dan Lokasi Penelitian 90

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 92

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data 96

E. Teknik Analisis dan Penafsiran Data 97

F. Pengujian Tingkat Validitas Data 99.

BAB.IV HASIL STUDI LAPANGAN DAN PEMBAHASAN 101

A. Hasil Studi Lapangan dan Temuan Penelitian 101

1. GambaranUmum 101

2. Pengelolaan Sistem Angka Kredit Jabatan Guru 107

a. Perencanaan Kegiatan Sistem Angka Kredit

jabatan Guru 107

1) Proses Perencanaan 107

2) MenentukanKebutuhan Ill

3) Mengorganisasikan Pelaksana 118

4) Menentukan Fasilitas 119

5) Menentukan Biaya 120

b. Pelaksanaan Sistem Angka Kredit Jabatan Guru 123

l)Koordinasi dengan Pihak Terkait 124 2) Relevansi Pelaksanaan Kegiatan dengan Program 128 3) Penilaian Prestasi Kerja Guru 132 c. Pengawasan dan Penilaian Pelaksanaan Sistem Angka

Kredit Jabatan Guru 133

1) Pelaksana Pengawasan 133

2) Pelaksanaan Pengawasan 135

3. Dampak Pengelolaan Sistem Angka Kredit Jabatan Guru

Terhadap Kelancaran Proses Belajar Mengajar 139

B. Pembahasan Penelitian 144

1. Pengelolaan Sistem Angka Kredit Jab. Fungsional Guru 145

a. Perencanaan Kegiatan Sistem Angka Kredit Jabatan

Guru 145

1) Proses Penyusunan Rencana 145

2) Menentukan Kebutuhan 146

3) Mengorganisasikan Pelaksana 147

(9)

4) Menentukan Fasilitas 148

5) Menentukan Biaya 149

b. Pelaksanaan Sistem Angka Kredit Jabatan Guru 150 1) Koordinasi dengan Pihak Terkait 150 2) Relevansi Pelaksanaan dengan Program 153 3) Penilaian Prestasi Kerja Guru 154

c. Pengawasan 155

1) Pelaksana Pengawasan 155

2) PelaksanaanPengawasan 157

2. Dampak Pengelolaan Sistem Angka Kredit Jabatan

Fungsional Guru terhadap Proses Belajar Mengaj ar 158

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 171

A. Kesimpulan 171

B. Implikasi Temuan Penelitian 172

C. Rekomendasi 174

DAFTAR PUSTAKA 178

LAMPIRAN-LAMPIRAN 182

Lampiran 1 Pedoman Wawancara 182

Lampiran2 PedomanDokumentasi 184

Lampiran 3 Pedoman Observasi 185

Lampiran 4 Foto-foto Penelitian 186

(10)

DAFTAR TABEL

~ , , Halaman

Tabel

1. Keadaan Personil SD Kab. Kep. Riau yang Mengikuti Diklat Angka

Kredit 5

2. Jenjang Jabatan, Pangkat, Golongan Ruang, dan Angka Kredit yang

disyaratkan 43

3. Rincian Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya 56

4. Nilai Angka Kredit Dilihat dari Lamanya Pelaksanaan 57

5. Karakteristik Sekolah Sampel 92

6. Keadaan Personil SD Kabupaten Kepulauan Riau 102 7. Sumber Dana Kegiatan pengelolaan Sistem Angka Kredit Jabatan

Guru 1998/1999 122

8. Fungsi Pihak Terkait dalam Pengelolaan Sistem Angka Kredit 127

9. Rekapitulasi Relevansi Pelaksanaan dengan Program Kerja Sistem

Pengelolaan Angka Kredit Jab. Guru dari ketiga SD yang menjadi

Obyek Penelitian Tahun 1998/1999 131

10. Analisis SWOT 166

11. Matrik Keberhasilan Pengelolaan Sistem Angka Kredit

Jabatan Guru 169

(11)

Gambar

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Paradigma Penelitian Sistem Angka Kredit Jabatan Guru

20

2. Kedudukan Pengelolaan Sistem Angka Kredit Jabatan Guru dalam

Lingkup Administrasi Pendidikan Sekolah Dasar

25

3. Model Proses Pengembangan 29

4. Tipologi Pengembangan

30

5. Model Sistem Angka Kredit Jabatan Guru 50

[image:11.595.156.441.281.562.2]
(12)
(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Upaya mewujudkan kualitas manusia Indonesia, antara lain dilakukan melalui

peningkatan mutu pendidikan, meskipun pada dasarnya masalah pendidikan di

Indonesia menghadapi persoalan bagaimana meningkatkan mutu pendidikan nasional.

C.E Beebby (1966) mengungkapkan bahwa kualitas dan kuantitas pendidikan

merupakan suatu dilema yang dihadapi negara yang sedang berkembang. Kendala

dalam meningkatkan pendidikan yang berkualitas diantaranya, karena masih

terbatasnya kemampuan guru di seluruh tanah air dalam berbagai aspek. Memang

dalam proses pendidikan terutama pendidikan formal menyangkut berbagai faktor

antara lain pendidik (guru), peserta didik (siswa), sarana prasarana, metode, tujuan,

dan lingkungan. Dari beberapa faktor tersebut gurulah yang memegang peranan

penting dalam proses pendidikan dalam arti mencapai kualitas pendidikan. Hartono

Kasmadi dalam mimbar pendidikan (1990 : 13 ) mengatakan : "Bahwa apapun yang

akan diperbaharui pada gilirannya faktor pendidik (guru) yang menentukan, karenanya

upaya pembinaan secara baik dan benar harus selalu dikembangkan." Pentingnya

faktor guru dalam menentukan pendidikan yang bermutu juga dikatakan oleh Castetter

(1981 : 4) bahwa "guru merupakan elemen yang paling krusial dalam proses

pendidikan" Begitulah pentingnya komponen guru yang sangat menentukan terhadap

terselenggaranya pendidikan yang bermutu, sehingga dalam sistem pendidikan

persekolahan, guru menempati posisi paling depan. Fakry Gaffar (1987 : 120)

mengatakan "guru adalah ujung tombak pelaksanaan pendidikan di sekolah".

Dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari guru tak henti-hentinya dihadapkan

kepada suatu tantangan dalam kondisi riil yang erat hubungannya dengan kebutuhan

(14)

dan kemajuan masyarakat. Menghadapi keadaan seperti ini guru tidaklah hanya cukup

berbuat dengan apa yang ada pada dirinya atau apa-apa yang telah digariskan dari atas.

Sebaliknya guru harus mampu mengembangkan kreativitas dan memperluas wawasan

dalam memberikan layanan yang bermutu kepada peserta didik. Untuk itu guru harus

memainkan fungsinya sebagai pembimbing, pembaharu, model atau contoh,

penyelidik, konselor, pencipta, yang mengetahui sesuatu, pembangkit pandangan,

pembawa cerita dan seorang aktor (Olivia F, Peter, 1989 : 10). Achmad Sanusi

(1991 : 20) berpendapat bahwa "dalam suasana iptek modern, hal paling sentral harus

dimiliki guru adalah kemampuan membelajarkan siswa untuk mengembangkan

kemampuan kognitif dan pemikiran nalaraya". Makaminan Makagiansar (1990 : 5)

berpendapat bahwa "untuk menghadapi masa depan yang penuh ketidakpastian, guru

harus mampu mengembangkan empat hal pada peserta didik; yaitu kemampuan

mengantisipasi (anticipate), mengerti dan mengatasi situasi (cope), mengakomodasi

(acomodate), dan mereorentasi (reorient)."

Oleh karena itu, sepatutnyalah guru diberi perhatian secara proporsional sesuai

dengan urgensi peranan guru dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Dalam hal ini pemerintah telah memberikan perhatian yang cukup besar terhadap guru,

khususnya bagi guru yang berstatus Pegawai Negeri SipU. Salah satu bentuk perhatian

pemerintah tersebut adalah upaya perbaikan dan perubahan sistem pengembangan

karier profesional guru. Langkah dalam kebijakan fungsionalisasi jabatan guru yang

diawali dengan menetapkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara

Nomor 26 Tahun 1989 Tanggal 2 Mei 1989 ini berkaitan dengan upaya peningkatan

mutu pendidikan nasional dan untuk menjamin pengembangan karier profesional guru.

Penegasan ini dapat dilihat pada konsideran Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara (Men PAN) Nomor 84Tahun 1993 ( Menimbang : poin b) sebagai

berikut : "bahwa untuk menjamin pembinaan profesi dan karier kepangkatan serta

(15)

Konsideran di atas menjelaskan bahwa fungsionalisasi jabatan guru merupakan fokus perhatian pemerintah dan merupakan langkah strategis bagi upaya peningkatan

mutu pendidikan di masa depan dengan pengembangan kemampuan profesional atau

profesionalisasi tenaga pengajar (guru) yang dalam hal ini merujuk kepada proses

peningkatan kualitas kemampuannya dalam melaksanakan proses belajar mengajar

yang merupakan kegiatan yang esensial pada setiap lembaga pendidikan (sekolah). Fungsionalisasi jabatan guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar

mengajar yang dilakukan oleh guru di kelas. Berkaitan dengan kemampuan yang perlu

dimiliki guru dalam perannya di kelas, Depdikbud (1992 :7) menjelaskan tentang

tanggung jawab guru sebagai berikut:

(1) Menguasai Garis-garis besar program pengajaran secara umum untuk tiap-tiap

mata pelajaran.

(2) Menyusuan program kegiatan mengajar untuk setiap caturwulan.

(3) Melaksanakan tata usaha dan pengelolaan kelas.

Selanjutnya menurut petunjuk Depdikbud (1995/1996:3) menyatakan tentang

kejelasan peran guru sebagai pengajar adalah :

(a) Menyusun program pengajaran selama kurun waktu tertentu secara berkelanjutan.

(b) Membuat persiapan mengajar dan rencana kegiatan belajar mengajar untuk tiap

bahan kajian yang akan diajarkan berkaitan dengan penggunaan metode tertentu.

(c) Menyiapkan alat peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar

mengajar yang efektif.

(d) Merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi belajar.

(e) Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran yang merupakan progaram

sekolah.

(f) Mengatur ruang kelas.

(g) Mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik serta

(16)

Pendapat lain yang dipaparkan oleh Proyek Pembinaan Pendidikan Guru (P3G)

mengenai kemampuan dengan mengutamakan kepentingan pengajaran, pada dasarnya

kompetensi guru bertolak dari analisis tugas guru, baik sebagai pengajar, pembimbing,

maupun seabagai administrator kelas. Kompeten tersebut meliputi : (1) menguasai

bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3) mengelola kelas, (4) menggunakan media/sumber belajar, (5) menguasai landasan kependidikan, (6) mengelola interaksi

belajar mengajar, (7) menilai prestasi belajar, (8) mengenai fungsi dan pelayanan

bimbingan dan penyuluhan, (9) memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna

keperluan pengajaran.

Dalam kaitannya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan

tugasnya, melalui Keputusan MENPAN Nomor 84/1993, Tentang Jabatan Fungsional

Guru dan Angka Kreditnya (1996/1997: 4), Pemerintah telah memberikan suatu

wadah berupa fungsionalisasi jabatan guru dengan pemekaran melalui empat bidang

kegiatan guru yang terdiri dari :

1. Pendidikan, meliputi:

a. mengikuti pendidikan sekolah dan memperoleh gelar/ijazah/akta;

b. mengikuti pendidikan dan pelatihan dan kedinasan dan memperoleh Surat

Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL)

2. Proses belajar mengajar atau bimbingan, meliputi:

a. melaksanakan proses belajar mengajar atau praktik atau melaksanakan

bimbingan dan konseling;

b. melaksanakan tugas tertentu di sekolah.

3. Pengembangan profesi, meliputi :

a. melakukan kegiatan karya tulis / karya ilmiah di bidang pendidikan;

b. membuat alat pelajaran / alat peraga atau alat bimbingan;

c. menciptakan karya seni,

(17)

4. Penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan, meliputi:

a. melaksanakan pengabdian pada masyarakat; b. melaksanakan kegiatan pendukung pendidikan.

Fungsionalisasi jabatan guru dalam kebijaksanaan sistem Angka Kredit Jabatan

Guru merupakan sesuatu yang seyogyanya dilaksanakan, bukan hanya merupakan

konsepsi belaka. Selanjutnya diharapkan agar pelaksanaan kebijaksanaan sistem angka

kredit jabatan guru benar - benar dapat menjamin usaha pemeliharaan dan

pengembangan profesional maupun pengembangan karier dalam hal kepangkatan guru

yang tetap merujuk kepada peraturan yang telah ditentukan.

Selanjutnya Kepala Sekolah dan guru perlu memiliki pemahaman tentang

sistem angka kredit jabatan guru. Sehubungan dengan itu pemerintah telah

melaksanakan pendidikan dan pelatihan (diklat) angka kredit jabatan guru, baik yang

dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pusat maupun dari pihak

Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi di seluruh

Indonesia. Diklat ini diadakan untuk guru dan kepala sekolah mulai dari SD, SLTP,

maupun tingkat SLTA. Di Kabupaten Kepulauan Riau sampai dengan Oktober 1998,

dari Sekolah Dasar 531, guru dan Kepala Sekolah Dasar yang telah mengikuti

[image:17.595.83.490.270.650.2]

pendidikan dan pelatihan sistem angka kredit jabatan guru sebagai berikut:

Tabel 1

Keikutsertaan Personil SD Kab. Kep. Riau dalam Diklat Angka Kredit

No Personil yang telah mengikuti yang belum mengikuti SklatAKJB Jumtah l 2 3 4 Kepala SD Guru Umum Guru Agama Guru Penjas 448 811 137 29 83 1891 397 101 531 2702 534 130

JUMLAH 1425 2472 3897

(18)

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa hampir semua Kepala Sekolah Dasardi

Kabupaten Kepulauan Riau telah mengikuti pendidikan dan pelatihan sistem angka

kredit jabatan guru. Begitu juga personil guru, sebagian mereka telah mengikuti

kegiatan diklat tersebut.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa Kepala Sekolah Dasar diharapkan

memiliki pemahaman tentang sistem angka kredit jabatan guru dan kondisi ini akan

semakin lebih baik, jika kepala sekolah mampu memanfaatkan tenaga guru yang telah

mengikuti pendidikan dan pelatihan dalam pengelolaannya, sehingga pelaksanaan sistem angka kredit jabatan guru di sekolah dasar dapat berjalan dengan baik.

Jika kebijaksanaan ini dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya, maka usaha

untuk meningkatkan kualitas kinerja guru dapat memberikan hasil yang diharapkan dan

pembinaan karier kepangkatan guru dapat terjamin. Kondisi seperti ini diharapkan

dapat mewujudkan kualitas proses belajar mengajar yang lebih baik yang pada

akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Sementara dalam melaksanakan tugas sehari-hari guru-guru banyak

menghadapi kendala-kendala sehingga belum dapat mengoptimalkan pelaksanaan

tugas mereka di kelas. Untuk itu perlu memberikan kesempatan yang memadai bagi

guru untuk meningkatkan kemampuan untuk melaksanakan proses belajar mengajar,

sehingga kemampuan mereka dalam menyusun program pengajaran untuk kurun

waktu tertentu akan semakin sempurna; meningkatnya kemampuan mereka dalam

melaksanakan proses belajar mengajar dan meningkatnya kemampuan guru dalam

menganalisis hasil evaluasi. Kesemua kegiatan tersebut juga merupakan unsur utama

dalam pengumpulan angka kredit.

Kendala-kendala yang dikemukakan di atas merupakan penghambat bagi

mereka dalam mengumpulkan angka kreditnya yangmgngaWbatkan mereka

berkesulitan untuk mengajukan kenaikan pangkat, sfipj^gtjjg: ^engelola sistem

angka kredit akan menghadapai dilematis antara objellin^s^^suTbjektifiks

(19)

Untuk memperbaiki keadaan yang demikian tentunya berkaitan langsung

dengan tugas kepala sekolah sebagai pengelola (manajer) di sekolah. Kepala sekolah

seharusnya merencanakan, melakukan pembinaan tugas guru, dan mengawasi

pelaksanaannya, sehingga dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam

pengelolaan yang antara lain pencatatan aktivitas prestasi kerja guru.

Dalam kaitan ini juga dijelaskan dalam Buku Petunjuk Teknis Ketentuan

Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka kreditnya (1997: 23) bahwa "Kepala

sekolah mengupayakan agar setiap guru mendapat kesempatan mengumpulkan angka

kredit yang disyaratkan untuk kenaikan pangkat/jabatan".

Karena guru-guru memiliki serba kekurangan dan kelemahan, maka dalam hal

ini kepala sekolah sebagai pengelola sistem angka kredit jabatan guru, tugas

pembinaan terhadap bidang tugas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar

harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Tugas ini juga telah dituangkan

dalam PP No. 28/1990 menyatakan dengan lugas bahwa "Kepala Sekolah bertanggung

jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan

guru dan tenaga kependidikan dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan

prasarana". Pernyataan ini menggambarkan bahwa tugas pembinaan kemampuan guru

menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah. Oleh karena itu Kepala Sekolah perlu

memikirkan suatu program pembinaan kemampuan guru dengan melibatkan semua

unsur terkait, dan dikoordinasikan/ dipadukan dengan program pembinaan kemampuan

yang dilakukan Pengawas, sehingga tidak saling tumpang tindih, melainkan suatu

kesatuan yang mengandung prinsip saling menunjang dan salingmelengkapi.

Gambaran dari hasil studi yang dilakukan oleh Syambasri Munaf (1992) dan Alwi K. Ismail (1993) mengungkapkan bahwa masih tingginya prosentase yang

mengatakan bahwa guru-guru masih menghadapi permasalahan (kendala) dalam proses

pengusulan kenaikan pangkat dengan sistem Angka Kredit Jabatan Guru. Kesimpulan

(20)

8

kemampuan pengelolaan Kepala Sekolah secara keseluruhan. Kondisi seperti ini tentu

akan mengganggu dalam pelaksanaan sistem angka kredit jabatan guru itu sendiri.

Penegasan di atas menunjukkan pentingnya peran Kepala Sekolah sebagai

pihak yang mengusahakan agar guru-guru dapat mengumpulkan angka kredit yang

diperlukan untuk bukti kenaikkan pangkat dan jabatan yang lebih tinggi berdasarkan

ketentuan yang berlaku.

Selanjutnya Kepala Sekolah juga harus dapat mengatur pelaksanaan tugas

guru-guru di sekolah, sehingga guru mempunyai kesempatan untuk melaksanakan

tugas-tugas yang memiliki nilai angka kredit yang diperlukan yang tentunya tidak

teriepas dari tugas Kepala Sekolah sebagai pengelola sistem fungsionalisasi jabatan

guru di sekolah. Dalam Buku Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya (1997:23), pengaturan kegiatan yang perlu

dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka pelaksanaan sistem fungsionalisasi jabatan

guru di sekolah adalah :

1. Pemberian kesempatan mengikuti pendidikan dan pelatihan, guru didorong dan

dianjurkan untuk mengikutinya.

a. Pendidikan sekolah yang lebih tinggi baik dalam tugas belajar maupun izin

belajar dari pejabat yang berwewenang dapat diikuti apabila :

1) sesuai dengan bidang pokok di sekolah;

2) tidak menggangu pelaksanaan tugas atau tugas tersebut dapat digantikan

guru lain (khusus pemberian tugas belajar).

b. Pelatihan kedinasan

1) sesuai dengan bidang tugas di sekolah

2) tidak mengganggu pelaksanaan tugas atau tugas tersebut dapat digantikan

oleh guru lain (khusus pemberian tugas belajar)

2. Pembagian kerja dalam proses belajar mengajar atau praktik atau bimbingan dan

(21)

a. Jumlah jam mengajar atau praktik

b. Tugas guru pembimbing

Jika membicarakan tugas kepala sekolah yang berkaitan dengan keperluan

untuk melaksanakan proses belajar mengajar, menurut Depdikbud (1995/1996 3-4),

hal-hal yang diperlukan guru adalah :

a. Menyusun program pengajaran selama kurun waktu tertentu secara berkelanjutan.

b. Membuat persiapan mengajar dan rencana kegiatan belajar mengajar untuk tiap

bahan kajian yang akan diajarkan berkaitan dengan penggunaan metode tertentu.

c. -Menyiapkan alat peraga yang dapat membantu terlaksananya kegiatan belajar

mengajaryang efektif.

d. Merencanakan dan menyiapkan alat evaluasi belajar.

e. Menyiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pelajaran yang merupakan progaram

sekolah.

f. Mengatur ruang kelas.

g. Mengatur tempat duduk siswa sesuai dengan kemampuan dan kondisi fisik serta

daya tangkap siswa terhadap pelajaran.

Selanjutnya dalam rangka menyelesaikan Daftar Usulan Penetapan Angka

Kredit Jabatan Guru (DUPAK) guru-guru di sekolah, pada petunjuk teknis yang sama

(1997:42) menjelaskan tentang pengajuan usul penetapan angka kredit, kepala sekolah

mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Kepala sekolah dengan dibantu guru senior pada sekolah yang bersangkutan

mencantumkan perkiraan angka kredit prestasi kerja guru tersebut sesuai dengan

prestasi yang disampaikannya.

2. Pencantuman perkiraan angka kredit setiap butir dilakukan secara berurutan

(22)

10

3. Kepala sekolah meneliti ulang kebenaran isinya dan kemudian menandatangani

formulir tersebut serta melengkapi bukti-bukti sebagaimana yang ditetapkan pada

angka V.1. tersebut di atas.

Selanjutnya pada halaman 43 bagian E pada buku yang sama mangatakan

bahwa "Penyampaian usul penetapan angka kredit diajukan oleh Kepala Sekolah baik

seacara kolektif atau perorangan".

Dengan demikian jelaslah bahwa kepala sekolah adalah orang yang

bertanggung jawab penuh terhadap pengelolaan sistem fungsionalisasi jabatan guru di

sekolah, karena sebagai pengelola sekolah, Kepala Sekolah merupakan pihak yang

pertama diserahi tugas

untuk merencanakan, melaksanakan dan mengawasi

pelaksanaan fungsionalisasi jabatan guru tersebut, sehingga upaya untuk

mengoptimalkan unjuk kerja guru yang disertai dengan angka kreditnya dan

pengusulan Daftar Usulan Penetapan Angka Kredit Jabatan Guru (DUPAK) dapat

dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Berkaitan dengan itu kajian ini

penulis fokuskan pada pengelolaan pelaksanaan sistem fungsionalisasi jabatan guru

yang pelaksanaannya dikelola oleh kepala sekolah.

Pelaksanaan tugas-tugas yang dikemukakan di atas tidak teriepas dan

pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah dasar yang pada hakekatnya meliputi

kegiatan-kegiatan menurut Engkoswara (1987:43) : "Perencanaan, Pelaksanaan dan

Pengawasan atau pembinaan dan evaluasi terhadap sumber daya yang meliputi

manusia, program pendidikan atau sumber belajar dan fasilitas".

Selanjutnya hasil prasurvey penulis di lapangan dengan surat izin Direktur PPS

IKIP Bandung No.835/K04.7/PL.06.05/1998 tanggal 8 Oktober 1998 nampaknya

pengelolaan sistem fungsionalisasi jabatan guru kurang efektif, hal ini terlihat dan

gejala-gejala sebagai berikut:

(23)

11

2. Masih kurang sempurnya perencanaan kepala sekolah tentang kebutuhan yang

diperlukan guru untuk melaksanakan proses belajar mengajar.

3. Masih kurang sempumanya perencanaan yang dibuat kepala sekolah tentang

kebutuhan yang diperlukan dalam melaksanakan pengembangan profesi.

4. Masih kurang sempumanya perencanaan yang dibuat kepala sekolah tentang

kebutuhan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas penunjang proses belajar

mengajar.

5. Masih kurang sempumanya perencanaan yang dibuat kepala sekolah tentang

kebutuhan fasilitas yang diperlukan.

6. Masih kurangnya koordinasi kepala sekolah dengan pihak terkait dalam

pelaksanaan pendidikan dan latihan kedinasan guru.

7. Masih kurang relevan antara kegiatan pelaksanaan dengan perencanaan yang telah

dibuat dalam pengelolaan sistem angka kredit di sekolah.

8. Masih adanya guru-guru yang mengikuti pendidikan sekolah yang tidak relevan

dengan bidang tugas guru di sekolah jika dikaitkan dengan sistem angka kredit

jabatan guru.

9. Masih kurang efektifnya penilaian angka kredit guru yang dilakukan kepala

sekolah.

10. Masih kurang efektifnya pengawasan penilaian prestasi kerja guru.

Kondisi yang demikian mengakibatkan pelaksanaan sistem angka kredit jabatan guru pada sekolah dasar sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan guru

mengajar tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Dari hasil pengamatan itu diduga terdapat beberapa faktor yang turut

mempengaruhinya. Besar kemungkinan akibat rendahnya kemampuan pengelolaan

Kepala Sekolah dalam pelaksanaan sistem angka kredit jabatan guru. Penulis merasa

tertarik untuk memilih masalah ini karena Pengelolaan Sistem Angka Kredit dalam

(24)

12

materi pokok Program Studi Administrasi Pendidikan, dan penulis juga berkeinginan

untuk mendalami manajemen terpadu secara utuh.

Jika permasalahan yang terdapat dalam pengelolaan sistem angka kredit jabatan

gum tidak diatasi dengan segera, maka dikhawatirkan pelaksanaan sistem angka kredit jabatan gum tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan sehingga akan berpengaruh

kepada kemampuan gum dalam melaksanakan proses belajar mengajar yang pada akhirnya akan berpengaruh pula kepada prestasi belajar siswa, sedangkan bangsa kita

sudah bertekat untuk mencerdaskan generasi muda temtama melalui pendidikan

formal.

B. Fokus Penelitian

Mengingat pengelolaan sistem angka kredit jabatan gum ini memiliki mang

lingkup dan bidang garapan yang komplek, bedasarkan gejala-gejala latar belakang

masalah sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

Bagaimanakah pengelolaan Sistem Angka Kredit Jabatan Guru dilaksanakan

sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar

mengajarpada Sekolah Dasar Kabupaten Kepulauan Riau ?

Berkenaan dengan pemmusan masalah di atas, penulis menghimpun data

empirisnya melalui jawaban atas pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pengelolaan Sistem Angka Kredit dilaksanakan di Sekolah

Dasar di Kabupaten Kepulauan Riau ?

Pertanyaan ini dirinci lebih lanjut sebagai berikut:

a. Apakah proses perencanaan Sistem Angka Kredit Jabatan Fungsional Gum disusun memperhatikan aspek-aspek yang dibutuhkan gum untuk melaksanakan

pendidikan dan pelatihan, proses belajar mengajar, pengembangan profesi, dan

penunjang pendidikan ?

b. Apakah perencanaan disusun memperhatikan kebutuhan gum dalam

(25)

13

c. Apakah perencanaan disusun memperhatikan kebutuhan gum dalam

melaksanakan proses belajar mengajar ?

d. Apakah perencanaan disusun memperhatikan kebutuhan gum dalam

melaksanakan tugas pengembangan profesi ?

e. Apakah perencanaan disusun memperhatikan kebutuhan gum dalam

melaksanakan tugas unsur penunjang proses belajar mengajar ?

f Apakah perencanaan disusun telah mengorganisasikan gum yang akan

melaksanakan pendidikan/pelatihan, proses belajar mengajar, pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang proses belajar mengajar ?

g. Fasilitas administrasi apa sajakah yang dirancang untuk menunjang pelaksanaan

Sistem Angka Kredit Jabatan Gum ?

h. Apakah perencanaan disusun telah menentukan biaya yang akan diperlukan

dalam pengeloalaan sistem angka kredit jabatan fungsional gum ?

2. Bagaimanakah pelaksanaan Sistem Angka Kredit Jabatan Gum di Sekolah Dasar

Kabupaten Kepulauan Riau ?

Perencanaan ini dapat dirinci sebagai berikut:

a. Bagaimanakah koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam pelaksanaan

pendidikan dan latihan kedinasan yang diperlukan gum dalam rangka

mendapatkan angka kreditnya dan apa fungsi pihak terkait tersebut ?

b. Bagaimanakah relevansi pelaksanaan kegiatan dengan program (rencana) yang

telah disusun dalam pengelolan sistem angka kredit tersebut ?

c. Bagaimanakah efektivitas pelaksanaan penilaian prestasi kerja gum yang

berkaitan dengan angka kreditnya ?

3. Bagaimanakah pengawasan terhadap pelaksanaan Sistem Angka Kredit Jabatan

Gum di Sekolah Dasar Kabupaten Kepulauan Riau ?

Pererncanaan ini dirinci sebagai berikut:

a. Siapakah yang bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan sistem

(26)

14

b. Sejauh manakah efektivitas pengawasan terhadap pelaksanaan sistem angka

kredit jabatan gum di sekolah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis

berdasarkan fenomena yang menjadi fokus permasalahan. Pokok masalah yang

dideskripsikan dan dianalisis, sehingga dapat ditemukan gambaran tentang pengelolaan

Sistem Angka Kredit Jabatan Gum sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan

gum dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Sekolah Dasar Kabupaten

Kepulauan Riau Propinsi Riau.

Bertitik tolak dari tujuan umum di atas, maka secara khusus penelitian ini

bertujuan sebagai berikut:

a. Kegiatan perencanaan pengelolaan sistem angka kredit jabatan fungsional

guru, meliputi:

1) Mendeskripsikan dan menganalis proses perencanaan Sistem Angka Kredit

Jabatan Gum disusun agar sesuai dengan aspek-aspek yang dibutuhkan gum untuk mengikuti pendidikan, melaksanakan proses belajar mengajar,

pengembangan profesi, dan unsur penunjang proses belajar mengajar

2) Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan yang sesuai dengan

kebutuhan gum dalam meningkatkan pendidikan dan latihan.

3) Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan yang sesuai dengan

kebutuhan gum dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

4) Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan yang sesuai dengan

kebutuhan gum dalam melaksanakan tugas pengembangan profesi.

5) Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan yang sesuai dengan

kebutuhan gum dalam melaksanakan tugas unsur penunjang proses belajar

(27)

15

6) Mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan yang mengorganisasikan gum yang akan melaksanakan pendidikan/pelatihan, proses belajar mengajar, pengembangan profesi, dan penunjang proses belajar mengajar.

7) Mendeskripsikan dan menganalisis fasilitas administrasi apa sajakah yang dirancang untuk menunjang pelaksanaan sistem angka kredit jabatan gum. 8) Mendeskripsikan dan menganalisis biaya yang dipergunakan dalam

pelaksanaan sistem angka kredit jabatan gum.

b. Pelaksanaan sistem angka kreditjabatanfungsionalguru, meliputi:

1) Mendeskripsikan dan menganalisis koordinasi dengan pihak-pihak terkait

dalam pelaksanaan pendidikan dan latihan kedinasan.

2) Mendeskripsikan dan menganalisis relevansi pelaksanaan kegiatan dengan program (rencana) yang telah disusun dalam pengelolan sistem angka kredit

tersebut

3) Mendeskripsikan dan menganalisis efektivitas pelaksanaan penilaian angka

kredit yang diberikan kepada gum.

c. Pengawasan terhadap sistem angka kreditjabatanfungsional guru, meliputi:

1) Mendeskripsikan dan menganalisis pelaksana yang bertugas melakukan pengawasan terhadap penilaian angka kredit yang diberikan kepada gum di

sekolah.

2) Mendeskripsikan dan menganalisis sejauh manakah efektivitas pengawasan

yang dilakukan terhadap penilaian angka kredit gum.

2. Manfaat Penelitian

Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan berpikir dan khzanah keilmuan, temtama dalam memperdalam dan memperluas kajian

pendayagunaan Sistem Angka Kredit Jabatan Gum dalam rangka menjadikan sistem

tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan gum dalam melaksanakan

proses belajar mengajar, sehingga proses belajar di sekolah dasar teriaksana secara

(28)

16

Secara peraktis hasil penelitian ini untuk menilai implementasi pengelolaan

Sistem Angka Kredit Jabatan Gum pada Sekolah Dasar Kabupaten Kepulauan Riau

yang dilakukan oleh Kepala Sekolah Dasar dalam merencanakan, melaksanakan, serta

proses pengawasan dalam mengelola kebijaksanaan tersebut. Temuan dan analisis

penelitian bermanfaat bagi pengelola dalam rangka memperbaiki dan menyempurnakan

kelemahan pelaksanaan pengelolaan dari fungsi dan garapan yang paling rawan

terhadap masalah.Bagi penulis sangat bermanfaat dalam rangka memperluas wawasan

penulisan karya ilmiah dalam kontek penelitian sosial kualitatif. Manfaat selanjutnya

sebagai dorongan untuk melakukan studi lebih lanjut tentang manajemen tenaga

kependidikan, khususnya di sekolah dasar.

D. Paradigma Penelitian

Agar proses belajar mengajar di Sekolah Dasar dapat terselenggara dengan

baik perlu memperhatikan sejumlah faktor yang dapat mempengamhi kegiatan belajar

mengajar itu sendiri.

Beberapa upaya dalam rangka mewujudkan harapan dimaksud, sistem

fungsionalisasi jabatan gum atau sistem angka kredit jabatan gum mempakan

kebijakan yang perlu dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, sehingga gum-gum dapat

memanfaatkan kesempatan ini dalam rangka meningkatkan kemampuan profesionalnya

terutama dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Kepala sekolah sebagai orang yang memegang peran utama sebagai pengelola

di sekolah dituntut untuk melaksanakan tugasnya sebagai administrator, supervisor,

dan pengembangan personal, baik tenaga administrasi, gum, dan murid. Pembinaan

atau pengembangan terhadap gum yang mempakan tugas

penting yang hams

dilakukan oleh kepala sekolah, mengingat gum sebagai pelaku utama terhadap

terselenggaranya tugas pokok sekolah yaitu proses belajar mengajar. Melalui

Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor

(29)

17

khusus dalam hal pembinaan atau pengembangan profesional gum khususnya

kemampuan gum dalam melaksanakan proses belajar mengajar maupun karier

kepangkatan gum. Namun pelaksanaan ini tetap memjuk kepada peraturan yang

berlaku.

Untuk mewujudkan harapan yang dikemukakan di atas kepala sekolah hams

mengelola sistem angka kredit jabatan gum tersebut dengan sebaik-baiknya, sehingga

gum-gum di sekolah dapat mengikuti pendidikan dan latihan yang lebih tinggi, dapat

melaksanakan proses belajar mengajar dengan baik, dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi dengan baik, dan dapat melaksanakan kegiatan penunjang

proses belajar mengajar dengan baik. Kondisi yang demikian akan dapat

meningkatkan prestasi kerja gum semaksimal mungkin dan mempakan pula

peningkatan jumlah angka kredit yang dapat diraih gum.

Kegiatan pengelolaan sistem angka kredit jabatan gum yang hams dilakukan oleh kepala sekolah tentunya dimulai dari kegiatan perencanaan yang meliputi;

merencanakan kebutuhan gum untuk mengikuti pendidikan / pelatihan, merencanakan

segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan proses belajar mengajar yang akan

dilakukan oleh gum, merencanakan segala sesuatu yang diperlukan gum untuk

melakukan kegiatan pengembangan profesi, dan merencanaan segala sesuatu yang

berkaitan dengan pelaksanakan kegiatan penunjang pendidikan. Begitu juga dengan

rancangan fasilitas apa saja yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan sistem

angka kredit jabatan gum di sekolah. Pada kegiatan pelaksanaa, kepala sekolah

akan melakukan kegiatan yang meliputi : kooordinasi dengan pihak-pihak- terkait

seperti Pengawas TK/SD, Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

(Sekretariat Tim Penilai Sistem Angka Kredit Jabatan Gum), Kantor Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kecamatan/ Kabupaten. Relevansi pelaksanaan kegiatan dengan

rencana yang telah dibuat dan Efektivitas penilaian prestasi kerja gum. Selanjutnya

kegiatan pengelolaan sistem angka kredit jabatan gum yang dilakukan oleh kepala

(30)

18

sebagai pelaksana pengawasan dan efektivitas pengawasan terhadap pelaksanaan

sistem tersebut di sekolah dasar.

Kenyataan yang ada menunjukkan penomena pengelolaan yang antara lain ;

dalam hal perencanaan memperlihatkan masih kurangnya perencanaan kepala sekolah

yang berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan gum, proses belajar mengajar, kegitan

pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang proses belajar mengajar. Perencanaan

dalam pengelolaan sistem tersebut juga kurang memperhatikan aspek fasilitas dan dana

yang diperlukan.

Dalam kegiatan pelaksanaan sistem angka kredit jabatan gum sebagai upaya

meningkatkan kemampuan gum dalam mengajar terlihar masih kurangnya koordinasi

yang hams dilakukan terhadap pihak terkait.' Masih kurangnya relevansi pelaksanaan

kegiatan dengan program yang telah ditentukan serta masih kurang efektifnya penilaian

prestasi kerja gum dalam kaitan dengan sistem angka kredit.Selanjutnya dalam

kegiatan pengawasan juga memperlihatkan masih kurang efektifnya kegiatan

pengawasan terutama dalam pelaksanaannya dalam rangka meningkatkan kualitas

kegiatan pelaksanaan sistem tersebut.

Dari gambaran pengelolaan sistem angka kredit yang sebaiknya dilakukan

menumt penjelasan yang telah dikemukakan di atas dengan penomena yang terjadi di

sekolah-sekolah, maka memperlihatkan adanya kesenjangan antara kenyataan dengan

harapan yang menunjukkan adanya suatu masalah "Bagaimanakah pengelolaan

sistem angka kredit jabatan guru yang profesional sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar di sekolah dasar ?.

Untuk menemukan suatu pengelolaan yang profesional terhadap sistem angka

kredit sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan gum dalam melaksanakan

proses belajar mengajar, maka dilakukan pengumpulan data pengelolaan yang terjadi di

sekolah dasar. Data dan informasi tersebut tentunya yang berkaitan dengan

keselumhan kegiatan pengelolaan yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap

(31)

19

tersebut yang didapat dari semua pihak terkait dan yang dapat memberikan infomasi

kegitan tersebut, terutama kepala sekolah dan gum-gum di sekolah dasar.

Perencanaan meliputi proses perencanaan yang dilakukan oleh kepala sekolah,

menentukan kebutuhan yang diperlukan oleh gum untuk mengkuti pendidikan dan

pelatihan (diklat), kebutuhan untuk melaksanakan proses belajar mengajar, kebutuhan

untuk melaksanakan kegiatan pengembangan profesi, dan kegiatan penunjang proses

belajar mengajar. Pada kegiatan perencanaan ini juga dilakukan pengorganisasian

gum-gum yang akan melaksanakan kegiatan yang tersebut di atas, menentukan

fasilitas administrasi yang mendukung pelaksanaan kegiatan dan menentukan sumber dana dan pemamfaatannya dalam kegiatan pengelolaan sistem tersebut. Pelaksanaan

kegiatan akan memaparkan koordinasi dengan pihak terkait, relevansi kegiatan,

penilaian prestasi kerja gum. Pengawasan meliputi pelaksana dan pelaksanaan kegiatan

pengawasan.

Analisis SWOT dalam mengkaji penomena-penomena kegiatan pengelolaan

yang terjadi selama ini, sehingga akan dapat diketahui kekuatan-kekuatan,

kelemahan-kelemahan, peluang serta ancaman yang dimiliki kepala sekolah dalam mengelola

kegitan tersebut. Semua ini akan mewujudkan suatu temuan ( hasil penelitian ) yang

nantinya akan dapat memberikan jawaban bagaimana mengelola sistem angka kredit

jabatan gum yang profesional sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan gum

dalam mengajar di sekolah dasar. Pengelolaan yang profesional tersebut akan

menghasilkan

suatu

peningkatan pendidikan/ pelatihan guru-guru,

lebih

meningkatnya efektivitas pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan

guru-guru,

meningkatnya

kemampuan

guru-guru

dalam

melaksanakan

tugas

pengembangan profesi, dan semakin baiknya pelaksanaan kegitan penunjang proses

(32)

20

KEPALA SEKOLAH

ADMINISTRATOR SUPERVISOR PENGEMBANGAN PERSONAL

SWOT

X

ADMINISTRASI

Penomena Pengelolaan;

PERENCANAAN:

Masih kurang sempumanya

perencanaan Kepala Sekolah yang berkaitan dengan diklat guru, pbm, pengembangan profesi, penunjang pdd, dan

terhadap fasilitas, dan dana yang diperlukan.

PELAKSANAAN:

Masih kurangnya koordinasi, relevansi kegiatan serta efek tivitas penilaian prestasi

kerja guru

PENGAWASAN:

Masih kurang efektifnya pe

ngawasan pelaksanaan sistem

angka kredit jabatan guru

i

GURU MURID

SISTEM

A K J G

Pengelolaan Sistem Angka

Kredit Jabatan Guru

PERENCANAAN:

Kebutuhan (Need assesment) :

• Pendidikan

• Proses Belajar Mengajar • Pengembangan Profesi • Penunjang Pendidikan • Fasilitas

• Keuangan

PELAKSANAAN:

• Koordinasi • Relevansi

• Penilaian Prestasi Kerja

PENGAWASAN:

• Pelaksanaan Pengawasan

• Efektivitas Pengawasan

MASALA1

Bagaimana pengelolaan SAKJB sebagai upaya meningkatkan

kemampuan guru mengajar

DATA Peningkatan: Diklat PBM Pengemb. Profesi Penunjang PBM

Gambar 1 : Paradima Penelitian Pengelolaan Sistem Angka Kredit

[image:32.595.65.523.68.662.2]
(33)
(34)

BAB i n

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian pertama, penelitian ini

mempergunakan pendekatan kualitatif. Hal ini berdasarkan kepada mmusan masalah

penelitian yang menuntut

peneliti untuk melakukan eksplorasi dalam rangka

memahami dan menjelaskan masalah yang diteliti melalui hubungan yang intensif

dengan sumber data. Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data yang bempa

uraian yang kaya akan deskrifsi mengenai kegiatan atau perilaku subyek yang diteliti

persepsinya atau pendapatnya dan aspek-aspek lain yang berkaitan yang diperoleh

melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Uraian seperti itu biasanya

sangat sulit untuk ditangani melalui prosedur statistik, tetapi menuntut prosedur

metode kualitatif. Yang dimaksud dengan metode kualitatif menumt Bogdan dan

Taylor (1975) adalah sebagai prosedur dasar peneUtian yang menghasilkan data

deskriptif bempa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang

diamati. Kemudian, menumt S.Nasution (1988:5) , "penelitian kualitatif pada

hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka,

bemsaha memahami bahasa dan tafsiran tentang dunia sekitarnya"

Lincoln dan Guba (1985 : 12), mengemukakan bahwa peneliti yang menggunakan pendekatan kualitatif disain penelitiannya bersifat "emergent design".

Hal ini disebabkan karena pada tahap awal penelitiannya, kemungkinan peneliti belum

memiliki gambaran yang jelas tentang aspek-aspek masalah yang akan ditelitinya. Ia

akan mengembangkan fokus penelitian sementara ia mengumpulkan data. Demikian

pula peneliti kualitatif tidak menghampiri masalah yang akan ditelitinya melalui

pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya untuk dicari jawabannyaatau

melalui pemmusan hipotesis untuk dibuktikan kebenarannya Bogdan dan Biklen

(35)

89

(1982 : 31) mengemukakan bahwa sebagai peneliti kualitaif ia akan menamh

perhatiannya untuk memahami perilaku, pandangan, persepsi, sikap dan lain-lainnya

berdasarkan pandangan subyek yang diteliti sendiri. Oleh karena itu, peneliti kualitatif

mengumpulkan datanya melalui kontak langsung dengan subyek yang diteliti di tempat

sehari-hari biasa berada dan biasa melakukan kegiatan.

Penelitian kualitatif memiliki sejumlah karakteristik yang membedakannya

dengan penelitian kuantitatif Bogdan dan Biklen (1982 : 27 - 30), mengemukakan

beberapa karaktyeristik penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and

the researcher is the key instmment. 2. Qualitative research is descriptive.

3. Qualitative researcher are concerned with process rather than simply with

outcomes or products.

4. Qualitative researchers tend to analyze their data inducticely. 5. "Meaning" is of essential concern to the qualitative approach.

Karakteristik-karaktristik tersebut di atas menjiwai penelitian ini. Karakteristik

pertama, peneliti sebagai instmmen utama mendatangi sendiri secara langsung sumber

datanya. Dalam penelitian ini , peneliti mempelajari fenomena sebagaimana adanya

yang tampak dan yang terjadi di lapangan. Karakteristik kedua, mengimplikasikan

bahwa data yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih cendemng dalam bentuk

kata-kata dari pada angka-angka. Jadi hasil analisisnya bempa suatu uraian. karakteristik ketiga, keempat dan kelima, menjelaskan bahawa penelitian kualitatif lebih menamh perhatian kepada proses, tidak semata-mata pada hasil; dan melaui analaisis induktif

peneliti mengungkapkan makna dari keadaan yang diamatinya itu.

Kemudian, Lincoln dan Guba (1985 : 39 - 44), mengemukakan karakteristik

penelitian kualitatif sebagai berikut:

1. Natural setting

2. Human instmment

3. Utilization of tacit knowledge 4. Qualitatif methods

(36)

90

6. Induktive data analysis 7. Grounded theory 8. Emergent design 9. Negotiated outcomes

10. Case study reporting model 11. Idiographic interpretation 12. Tentative aplication

13. Focus-determined boundaries

14. Special criteria for tmstworhiness

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam hal ini mengacu kepada populasi, sampel dan sumber

data yang peneliti hubungi di lapangan. Sesuai dengan pola penelitian dan maslah yang

diteliti, dalam penelitian ini kategori populasi atau sumber data adalah Kepala

Kandepdikbud Kabupaten/ Kecamatan (Pengawas TK/ SD), Kepala Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan/ Kecamatan, Kepala Sekolah Dasar, gum-gum, Ketua Gugus

Sekolah (PKG, KKG) di Kecamatan Tanjungpinang Timur.

Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif, sampel dalam penelitian ini adalah "purposif sampling" yang mempakan suatu cara pengambilan sampel

berdasarkan karakteristik tertentu yang dimiliki sampel sesuai dengan tujuan penelitian

Dalam sampel purposif, besar sampel ditentukan oleh pertimbangan data dan informasi. Dalam hubungan ini, S. Nasution (1988 : 32-33) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf "redudancy" (ketuntasan atau kejenuhan), artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan

informasi bam yang berarti.

(37)

91

dapat dihimpun secara lengkap , akurat dan valid sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh

karena itu pengambil subyek dalam penelitian ini dilakukan secara purposive (purposif

sampling) dengan karakteristik sebagai berikut :

1. Memilih sampel atau subyek penelitian yang mengetahui informasi tentang

permasalahan yang berkaitan dengan pengelolaan sistem angka kredit jabatan gum

sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan mengajar.

2. Data diambil langsung dari setting lapangan, yaitu menghimpun semua data dari

subyek penelitian , sedangkan peneliti sebagai instmmen utama.

Adapun subyek penelitian yang dijadikan sumber data dan informasi dalam

penelitian adalah :

1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Tingkat II Kabupaten

Kepulauan Riau sebagai pihak yang membina pengembangan profesional gum dan

menangani pengurusan kepangkatan gum.

2. Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kepulauan

Riau sebagai pihak yang menangani penailaian terhadap Daftar usulan Penetapan

Angka Kredit jabatangum (DUPAK)

3. Kepala Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan Tanjungpinang

Timur seabagai pihak yang mengelola tentang kepangkatan gum.

4. Kepala Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bintan Selatan yang

menangani tentang pelaksanaan pendidikan dan pelatihan gum serta pembinaan kemampuan mengajar gum sekolah dasar Kecamatan Tanjungpinang Timur.

5. Ketua-ketua Gugus Sekolah (PKG, KKG) dalam wilayah Tanjungpinang Timur

sebagai pihak yang menyelenggarakan pelatihan gum-gum sekolah dasar. 6 Kepala Sekolah Dasar Negeri yang dijadikan sampel dalam penelitian ini

7. Kepala Sekolah Dasar yang berada di wilayah penelitian.

(38)

92

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Dinas dan Kantor Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Tingkat II Kabupaten Kepulauan Riau, Propinsi

Riau. Objek penelitian ini menyangkut dengan Pengelolaan sistem angka kredit jabatan gum sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan gum dalam melaksanakan proses

belajar mengajar pada tiga Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Tanjungpinang Timur

-Kab. Kep. Riau.

Pemilihan sekolah sampel ditetapkan berdasarkan karakteristik tertentu oleh

instansi yang berwewenang. Dalam hal ini Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Daerah Tingkat II Kepulauan Riau (Baik, Sedang dan Kurang) serta besar

kecilnya sekolah tersebut dalam hal jumlah muridnya.

Keadaan karakteristik sekolah yang dijadikan objek dan sampel dalam

[image:38.595.90.491.284.551.2]

peneUtian ini sebagaimana terlihat dalam dalam tabel berikut:

Tabel 5

KARAKTERISTIK SEKOLAH SAMPEL

No. Nama Sekolah

Sekolah Dasar Negeri No. 001

Tanjungpinang Timur (SDN "A")

Sekolah Dasar Negeri No. 003

Tanjungpinang Timur (SDN "B")

Sekolah Dasar Negeri No. 032

Tanjungpinang Timur (SDN

"C") .

Kriteria

Tergolong "baik", dan berada

di ibukota Kecamatan.

Tergolong "sedang" dan

berada diibukota Kecamatan.

Tergolong "Kurang" dan

berada di ibukota Kecamatan.

Sumber : Dinas dan Kandep Dikbud Kab. Kepri (1999), disusun oleh peneliti

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian yang berdasarkan pokok-pokok pikiran kualitatif terdapat

(39)

93

studi dokumentasi dan kuesioner yang bersifat open-ended. Untuk dapat

mengumpulkan data secara cermat dan lengkap digunakan alat pengumpul data

seperti: (a) pedoman wawancara dan observasi serta alat bantu perekam wawancara.

Di samping itu pengumpulan data dilengkapi pula dengan dokumentasi bempa

foto-foto serta dokumen tertulis lainnya sebagai informasi pendukung. Pada penelitian

pengelolaan sistem angka kredit jabatan gum, teknik pengumpulan data dan informasi

dilakukan sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi mempakan aktivitas pengamatan yang sistematik terhadap

gejala-gejala baik yang bersifat fisikal maupun mental. Ditinjau dari intensitas pelaksanaan

observasi, maka observasi dapat dikategorikan ke dalam observasi penuh, sedang dan

pasif Kategorisasi ini berdasarkan pada tingkat intensitas interaksi peneliti (observer)

dengan situasi yang diobservasi. Observasi ini bermanfaat untuk melihat dan

menangkap gejala-gejala yang nampak di lokasi penelitian yang berhubugan dengan

masalah penelitian. Apa yang diperoleh melalui observasi akan diperkuat dengan

melakukan wawancara.

Untuk lebih memudahkan dalam melakukan observasi, peneliti melakukan

kegiatan magang (Sparadly, 1980) menyebutkan kegiatan ini sebagai observasi peran serta di lokasi penelitian selama penelitian, khusus di sekolah sampel.. Kegiatan ini

dilakukan berdasarkan pada apa yang dikemukakan Guba dan Lincoln (1981 :

191-193), yaitu (a) teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung, (b)

teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya, (c)

(40)

94

yang rumit, dan (e) untuk kasus-kasus tertentu dimana penggunaan teknik komunikasi

lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

2. Wawancara

Wawancara mempakan proses komunikasi antara peneliti dengan sumber data

dalam rangka menggali data yang bersifat world view untuk mengungkapkan makna yang terkandung dari masalah-masalah yang diteliti. Pertimbangan wawancara

ditetapkan sebagai teknik pengumpulan data yakni : Pertama, orang mempersepsi

obyek, peristiwa dan tindakan. Persepsi mengenai obyek, peristiwa dan tindakan.

Persepsi mengenai obyek, peristiwa dan tindakan tersebut dapat ditangkap maknanya dari pandangannya. Kedua, sumber data (orang) yang representatif dapat

mengungkapkan gambaran peristiwa, tindakan atau obyek yang telah lama dikenalnya.

Karena itu, wawancara terhadap orang yang representatif untuk suatu persoalan adalah

penting untuk mengungkapkan dimensi-dimensi masalah yang diteliti dalam penelitian

ini.

Di samping dua pertimbangan yang dikemukakan di atas, penggunaan teknik

wawancara ini berdasarkan pertimbangan karena memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

(a) peneliti dapat melakukan kontak secara langsung dengan responden sehingga

memungkinkan didapatkan jawaban seacara bebas dan mendalam, (b) hubungan dapat

dibina lebih baik sehingga memungkinkan responden bisa mengemukakan pendapat

secara bebas, (c) data dapat diperoleh secara lebih komprehensif, (d) sifat data primer,

(e) untuk pertanyaan atau pernyataan yang kurang jelas dari kedua belah pihak dapat

diulangi kembali (Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989 : 102).

Bentuk wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas (tak berstmktur).

Cara ini dipilih mengingat peneliti memiliki hubungan sosial yang cukup baik dengan

para responden. Kerlinger (1982 : 771) mengemukakan bahwa wawancara tak

(41)

95

pertanyaan yang diajukan, muatannya, dan mmusan kata-katanya disusun sendiri oleh

peneliti sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi mempakan kajian terhadap peristiwa, obyek dan tindakan

yang direkam dalam bentuk tulisan, slide, media lainnya. Penelitian pengelolaan sistem

angka kredit jabatan gum dapat menggunakan studi dukomentasi untuk

mengungkapkan peristiwa, obyek dan tindakan-tindakan yang dapat menambah

pemahaman peneliti terhadap gejala-gejala persoalan yang diteliti.

Studi dokementasi ini memungkinkan ditemukannya perbedaan atau

pertentangan antara hasil wawancara dan observasi dengan hasil yang terdapat dalam

dokumen. Bila hal ini terjadi, peneliti dapat mengkonfirmasikan dalam bentuk

wawancara. Dengan penggunaan ketiga teknik ini, data yang diperoleh diharapkan

betul-betul sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.

Instmmen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. S. Nasution (1988

: 55) mengemukakan ciri-ciri manusia sebagai instmmen penelitian yaitu : (1) Peneliti

sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang

hams diperkirakan bermakna, (2) Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri

terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka data sekaligus, (3) Tiap situasi mempakan suatu keselumhan (tidak ada suatu instmmen bempa tes atau angket yang dapat menangkap keselumhan situasi, kecuali manusia), (4) Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia tidak dapat dipahami dengan pengetahuan

semata-mata (untuk memahami kita perlu merasakannya, menyelami berdasarkan penghayatan

kita), (5) PeneUti sebagai instmmen dapat segera menganalisis data yang diperoleh dan

menafsirkannya, (6) Hanya manusia sebagai instmmen yang dapat mengambil

(42)

96

menggunakannya sebagai perbaikan untuk memperoleh penegasan , pembahan,

perbaikan dan penolakan.

Agar proses pengumpulan data dapat dilakukan secara terfokus, maka peneliti

menyusun pedoman pengumpulan data sebagaimana terlampir.

D. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, prosedur pengumpulan data tidak memiliki suatu

pola yang pasti, sebab disain serta fokus penelitian dapat mengalami pembahan yang

bersifat "emergent" akan tetapi untuk mempermudah peneliti dalam pengumpulan

data, peneliti mengikuti prosedur seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1988 : 33

- 34), yaitu :

1. Tahap Orientasi

2. Tahap Ekslorasi

3. Tahap Pengecekan

1. Tahap Orientasi

Pada tahap orientasi, kegiatan utama ditujukan untuk menentukan

permasalahan yang terjadi di lapangan. Hal yang dilakukan dalam kepentingan ini

sebagai berikut:

a. Melakukan prasurvey atau penjajakan lapangan untuk memperoleh gambaran permasalahan dan upaya menentukan subyek sejak dini.

b. Melakukan pendalaman masalah melalui sumber-sumber pustaka baik

konsep-konsep teoritis serta mempelajari studi pendahuluan yang relevan.

c. Memilih dan menetapkan lokasi penelitian.

d. Menyusun rancangan penenlitian sebagai salah satu langkah awal persiapan

(43)

97

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap eksplorasi, kegiatannya adalah menggali data secara empirik

dengan cara yang lebih mendalam dan meluas dengan fokus penelitian. Untuk

mendapatkan data yang akurat dan lengkap, perlu memperhatikan kaedah-kaedah

dan tata krama, menciptakan suasana keakraban dan kekeluargaan dengan

responden atau informan dan semua orang yang berada di lokasi penelitian. Kegiatan tersebut dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

3. Tahap Pengecekan

Dalam tahap ini, semua data dan informasi yang telah dikumpulkan dicek ulang

(penulis melakukan triangulasi), guna melihat sejauh mana kelengkapan atau

kesempumaan serta vaUditas yang dapat dipercaya. Pengecekan data-data ini

dilakukan dengan kegiatan antara lain :

a. mengecek ulang data-data yang sudah terkumpul, baik data bersumber dari

dokumen maupun melalui pengamatan dan wawancara;

b. meminta data informasi ulang kepada subyek penelitian apabila temyata data yang telah terkumpul tersebut belum lengkap. Proses pengumpulan dilakukan dengan

wawancara lanmgsung atau melalui telepon dan perantara lain;

c. meminta penjelasan pada pihak-pihak terkait tentang pelaksanaan kegaitan-kegiatan sistem angka kredit jabatan gum sebagai upaya meningkatkan

kemampuan gum melaksanakan proses belajar mengajar.

E. Teknik Analisis dan Penafsiran Data

Sebagaimana dijelaskan pada metode penelitian di atas, bahwa penelitian ini

bersifat deskriptif evaluatif, maka dalam upaya mengolah dan menafsirkan data yang

sudah terkumpul dilakukan proses membandingkan dengan teori-teori ataupun

(44)

98

meningkatkan kemampuan gum dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Untuk

kepentingan itu, peneliti melakukan pengolahan dan penafsiran data dengan teknik

analisis kualitatif.

Teknik kualitatif tersebut bertujuan untuk mengungkapkan persepsi kepala sekolah, gum-gum, serta pihak terkait yang berkaitan dengan pelaksanaan sistem

angka kredit jabatan gum sebagai upaya untuk meningkatakan kemampuan gum dalam

melaksanakan proses belajar mengajar. Selanjutnya juga dilakukan analisis untuk

melihat kelemahan dan kekuatan, temtama dengan pendekatan SWOT (kekuatan,

kelemahan, peluang, dan tantangan).

Tekanik pengolahan dan penafsiran data tersebut dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut:

(1) reduksi data; Pada tahap ini, data-data yang sudah terkumpul diolah dengan tujuan untuk menemukan hal-hal pokok dalam pengelolaan sistem angka

kredit.

(2) dispaly data; Pada tahap ini, peneUti membuat rangkuman temuan penelitian

dalam susunan yang sistematis sehingga pola dan tema sentral pengelolaan

sistem angka kredit jabatan gum mudah diketahui. Melalui kesimpulan ini

semua data itu diberi makna yang relevan dengan tema penelitian.

(3) verivikasi data; di sini peneliti melakukan pengujian atas kesimpulan yang telah

diambil dengan membandingkan teori-teori yang relevan serta panduan

pengelolaan sistem angka kredit jabatan gum sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan gum dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Pemantapan pengujian kesimpulan dihubungkan dengan data awal melalui

kegiatan member chek, sehingga menghasilkan suatu penelitian yang bermakna

(45)

99

F. Pengujian Tingkat Validitas data

Pengujian tingkat validitas data (tingkat kepercayaan) dalam studi kualitatif ini

berpedoman pada konsep Nasution (1988) dan Munghajir (1990) dengan mengutamakan kebermaknaan data sehingga mempunyai arti yang dapat dipercaya.

Proses pengujian kepercayaan tersebut dilakukan melalui kegiatan antara laian :

1. Kredibilitas

Dalam hal ini, peneliti melakukan kegiatan seperti : (1) mengecek kebenaran data

dengan membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, seperti

membicarakannya dengan kepala sekaolah dan gum-gum lain yang bukan termasuk subyek penelitian. (2) membicarakan dengan kolega guna memperoleh penajaman

analisis dan penafsiran data, seperti teman-teman kuliah atau mereka yang telah

menyelesaikan studi setingkat atau program doktoral, (3) menggunakan bahan

kepustakaan sebagai informasi untuk memahami konteks inti pengelolaan.

2. Transferabilitas

Fokus utama disini adalah mengetahui sampai sejauh mana hasil penelitian dapat

diaplikasikan dalam situasi lain. Kegiatana yang dilakukan pada tahap

transferabilitas bempa upaya mendeskripsikan dengan rinci tentang kemungkinan

penerapan penelitian ini di sekolah setempat , temtama dalam memberikan

rekomendasi pengelolaan sistem angka kredit jabatan gum sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan gum dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

3. Dependenbilitas

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap dependenbilitas yaitu memeriksa semua data dengan tingkat ketelitian tertentu yang dilakukakan sehingga timbul keyakinan

bahwa apa yang dilakukan dalam proses pengelolaan sistem angka kredit jabatan

gum sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan gum dalam melaksanakan

(46)

100

Rambu-rambu yang dituangkan dalam prosedur penelitian ini mempakan

panduan untuk melakukan analisis dan menafsirkan data sehubungan dengan

problematik yang telah diajukan pada bab terdahulu. Akan tetapi langkah-langkah

penelitian tersebut bisa saja diubah , sepanjang tidak mempengamhi proses

(47)
(48)

BABV

KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada bagian ini dikemukakan beberapa kes

Gambar

Gambar
Tabel 1Keikutsertaan Personil SD Kab. Kep. Riaudalam Diklat Angka Kredit
Gambar1
Tabel 5KARAKTERISTIK SEKOLAH SAMPEL

Referensi

Dokumen terkait

Hidung yang sederhana saiznya tanda berakal. Sangat mancung dan panjang tanda kurang akalnya. Hidung yang dan besar tanda suka mengikut hawa nafsu. Batang tudung yang nipis tanda

Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa

Pendekatan ini digunakan dalam proses yang bersifat on-line dan dikenal sebagai sistem klasifikasi ( classifier system ). Pada pendekatan Pittsburgh, kromosom

Dalam teori the code of television John Fiske, Level yang ketiga adalah ideologi, pada level ketiga ini mencakup kode-kode representasi dihubungkan dan

bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cimahi sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Cimahi Nomor 32 Tahun 2003 tidak sesuai lagi dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Istilah inang sejati (true host) sering digunakan untuk menandai suatu inang tunggal atau inang pilihan yang dianggap paling utama jika seandainya sutu jenis pinjal menempati

Kekuatan ionik dan pH juga merupakan parameter yang penting karena menentukan muatan residu asam amino dan dapat berpengaruh terhadap struktur berdimensi tiga

Lalu yang terakhir yaitu hasil penelitian dengan judul sejarah berkembangnya agama Islam di Tanah Karo Sumatera Utara pada tahun 1980-2010 menjelaskan bahwa Sejarah