• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Kelas 10 Semester 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Kelas 10 Semester 2"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN MATERI

BAHASA INDONESIA

SMK/MAK

Semua Program Kejuruan

(KELAS X SEMESTER GENAP)

Disusun oleh:

(2)

MENGUCAPKAN KALIMAT

DENGAN JELAS, LANCAR, BERNALAR

A. Artikulasi dan Alat Ucap Manusia

Artikulasi ialah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Artikulasi dibedakan atas: bunyi vocal a, i , u, e, o dan konsonan (Bilabial, laringal, veral, labio dentalalpico interdental/dental, spiral, uvular, dan apical.

1. Konsonan bilabial. Bila bunyi ujar yang dihasilkan dengan mempertemukan kedua bibir, seperti b, p, m.

2. Laringal, bila bunyi ujar yang terjadi karena pita suara terbuka agak lebar, seperti : h

3. Velar, apabila lidah bagian belakang (artikulator) bertemu dengan langit-langit lunak (titik artikulasi), seperti k,

g, ng, kh, q.

4. Labio dental, bunyi yang dihasilkan oleh pertemuan gigi atas dengan bibir bawah, seperti f, v, w.

5. Alpico interdental/dental, bunyi yang dihasilkan bila ujung lidah (artikulator) bertemu dengan daerah lengkung pipi (titik artikulator), seperti t, d, n.

6. Spiral, bila bunyi ujar dihasilkan dari udara yang keluar dari paru-paru yang mendapat halangan getaran lidah, seperti

s, z, sy.

7. Uvular, bila bunyi yang dihasilkan oleh anak tekak sebagai artikulator dengan lidah bagian belakan sebagai titik artikulasi, seperti r – tidak jelas.

8. Apikal, bila bunyi getar dihasilkan dengan mendekatkan lidah ke langit-langit lembut atau lengkung kaki gigi dengan system getar menimbulkan bunyi ujar, seperti r – jelas.

B. Melafalkan Kata Secara Baku dan Membedakannya dari Lafal Daerah.

Penulisan kata baku telah diatur dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Untuk penggunaan secara lisan, pelafalan harus disesuaikan dengan huruf yang membentuk kata tersebut dan tidak terpengaruh unsur lafal daerah. Contoh: Kantung bukan kantong, rabu bukan rebo, kebun bukan kebon, senin bukan senen, dan teman bukan temen.

C. Pelafalan Kata Serapan.

Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang diIndonesiakan. Penyerapan dapat terjadi atas dua hal, yaitu proses adaptasi

(3)

(sebuah kata secara utuh diserap tanpa adanya perubahan dan pelafalan, contoh; cofe break, money politics, superpower, reshuffle) dan asimilasi (bentuk kata asing yang diserap sesuai dengan pengucapan dan penulisan bahasa Indonesia, contoh; Contingent ditulis kontingen dan diucapkan kontingen, juga carier ditulis karier dan dilafalkan karir.

D. Tekanan Nada, Tempo, jeda, dan Intonasi

a. Nada  tekanan tinggi rendahnya pengucapan suatu kata. Contoh : Bukan adik yang membeli pisang goreng ini.

Pengucapan kata bukan lebih tinggi nadanya karena orang yang mengucapkannya ingin mementingkan kata tersebut daripada yang lainnya.

b. Tempo  cepat atau lambatnya pengucapan suatu bagian kalimat. Fungsinya untuk mementingkan suatu kata dalam bagian kalimat.

Contoh : Nama saya A-l-a-m. kata Alam diucapkan lebih lambat dengan maksud menimbulkan efek kejelasan bagi pendengarnya.

c. Jeda  perhentian lagu kalimat. Jeda terbagi dalam tiga jenis, yaitu : jeda pendek, jeda sedang, dan jeda panjang.

d. Intonasi  naik turunnya kalimat.

Contoh : 1. Pergi. (memberi tahu) (intonasinya datar) 2. Pergi ? (bertanya) (intonasinya naik)

(4)

MENGGUNAKAN KALIMAT

YANG TEPAT BAIK DAN SANTUN

A. Syarat-syarat Kalimat yang Baik dan Komunikatif:

1. Tidak menyimpang dari kaidah bahasa  cermat dari segi pemilihan kata, bentuk kata, maupun susunan kalimatnya memenuhi aturan sintaksis yang benar. Contoh tidak benar: Yang memiliki HP harap dimatikan. (Terkesan semua orang yang memiliki HP harus dimatikan).

2. Logis atau dapat diterima nalar. Contoh: Ini adalah

daerah bebas parkir  padahal maksudnya boleh parkir tanpa

bayar bukan bebas memarkirkan kendaraan semaunya.

3. Jelas dan dapat menyampaikan maksud dengan tepat. Contoh: Mereka mengantar iring-iringan jenazah salah karena yang dimaksud adalah mengiringi jenazah bukan mengantar jenazah yang beriring (dalam artian banyak jenazah).

B. Kalimat yang Komunikatif, tetapi Tidak Cermat:

1. Ketidaklengkapan unsur-unsurnya (minimal S-P). 2. Ketidaktepatan penempatan unsur-unsurnya. 3. Penggunaan unsur kalimat yang berlebihan. 4. Pilihan kata yang tidak tepat.

C. Kalimat yang Cermat, tetapi tidak Komunikatif:

(5)

1. Kalimat terlalu luas atau berbentuk kalimat majemuk yang kompleks.

2. Kalimat yang terperinci namun pengertiannya secara umum sudah diketahui. Contoh: Hari ini, Rudi menggunakan baju dengan kerah pendek yang biasa orang pakai untuk salat di masjid.

3. Kalimat tidak logis. Contoh: Pemenang terbaik ke-2 mendapatkan voucher belanja seharga dua juta rupiah.

D. Manggunakan Kalimat yang Efektif dan Santun

Dalam Komunikasi, bukan hanya penyampaian kalimat yang efektif dan komunikatif yang harus diperhatikan, tetapi juga kesantunan dalam berbahasa. Kalimat yang santun lebih ditujukan untuk penghormatan mitrabicara atau komunikasi.

Contoh:

Setelah membaca surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007 dengan nomor surat 122/PC-3/2007, maka kami kirimkan surat balasan… (bandingkan dengan)

Menjawab surat Saudara tertanggal 4 Juli 2007, Nomor 122/PC-03/2007, kami sampaikan bahwa …

1. Kalimat Efektif

Kalimat efektif adalah kalimat yang menginformasikan

pesan atau ide secara tepat (tidak terjadi salah tafsir). Ciri kalimat efektif diantaranya :

a) Minimal ada S-P Contoh :

Dia belajar S P

Bagi saya, hal itu sangat berarti K S P

Ayah mencintai kami S P O Sepanjang masa K

b) Logis atau masuk akal

Contoh : Mayat yang terpotong-potong itu mondar mandir dipasar baru.

Seharusnya : sebelum menjadi mayat yang terpotong-potong, ia mondar-mandir dipasar baru.

c) Hemat.

Pejabat dari pada Negara itu dirumahkan. Para hadirin dipersilahkan berdiri.

(6)

Catatan : kata bercetak tebal harus dihilangkan.

2. Kalimat Tidak Efektif

Kalimat tidak efektif atau kalimat nonbaku yang disebabkan oleh :

a. Rancu atau kacau yaitu penggabungan dua kalimat yang

benar akhirnya menjadi salah karena tidak sesuai dengan kaidah.

Contoh :

Dalam bahasa Indonesia tidak mengenal tensis. K P O Seharusnya :

Bahasa Indonesia tidak mengenal tensis. S p O Atau

Dalam bahasa Indonesia tidak dikenal tensis. K p O

b. Pemakaian preposisi yang tidak tepat,misalnya di, ke,

dari, untuk, dengan, dalam, pada, kepada, bagi, mengenai, akan, tentang, dan terhadap.

Contoh :

1) Di depan subjek

Dalam gua itu menyimpan nenek perawan. K P O

Seharusnya :

Gua itu menyimpan nenek perawan. S P O

(prep. Dalam dihilangkan) Atau

Dalam gua itu disimpan nenek perawan. K P S

(pred. dipasifkan)

2) Diantara predikat dan objek

(kalimat aktif transitif) Contoh :

Ia membicarakan tentang hari perkawinan. S P prep. O

(prep. Harus dihilangkan)

c. Salah penempatan keterangan aspek atau modalitas dalam bentuk pasif.

Keterangan aspek atau modalitas: ingin, mau, akan, telah, sudah, hendak.

Contoh :

Saya ingin bicarakan masalah itu kepada anda.

(7)

Seharusnya :

1. saya ingin membicarakan masalah itu kepada anda. ( aktif )

2. ingin saya bicarakan masalah itu kepada anda. ( pasif )

MENULIS

DENGAN MEMANFAATKAN KATEGORI/KELAS KATA

(8)

Kata adalah satuan bahasa terkecil yang berdiri sendiri serta memilki makna yang bebas. Dari pengertian tersebut ciri-ciri kata adalah :

a. Satuan bahasa terkecil,

b. Dapat berdiri sendiri dalam penggunaan bahasa, dan c. Memiliki makna yang bebas.

A. KELAS KATA

1. JENIS-JENIS KELAS KATA 1.1 KATA KERJA

Kata kerja (Verba) adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, atau keadan.

a. Ciri-ciri kata kerja adalah sebagai berikut :

• Kata kerja umumnya menepati fungsi predikat dalam kalimat.

Contoh :Kucing mengeong. (mengeong = kata kerja) S P

• Dapat didahului oleh kata keterangan akan, sedang, dan sudah.

Contoh : Mereka akan menempati rumah itu S P O

• Dapat didahului oleh kata tidak

Contoh : Tidak sehat, tidak makan

CATATAN : Penanda kata tidak dapat juga diterapkan pada

kata sifat, misalnya tidak indah, tidak putih. Bedanya, kata sifat dapat dibentuk kata ulang dengan disertai konfiks se-nya, contoh:seindah-indahse-nya, seputih-putihnya. Dalam kata kerja, cara tersebut tidak dapat dipergunakan.

b. Jenis-jenis kata kerja b.1 Berdasarkan bentuknya

Kata kerja bentuk dasar, contoh: makan, minum.

Kata kerja bentuk turunan, contoh: lari-lari, bolak-balik.

Kata kerja bentuk pemajemukan, contoh:bertanggung jawab, membagi rata.

Kata kerja bentuk pengimbuhan, contoh: membaca, mempermainkan.

b.2 Berdasarkan maknanya

• Transitif-intrasitif

Ditinjau dari hubungannya dalam kalimat, kata kerja dapat dibedakan atas:

(9)

1. Kata transitif, yakni kata kerja yang memerlukan objek atau pelengkap.

Contoh: Kucing itu menagkap burung merpati. S P O

2. Kata kerja intransitif yakni kata kerja yang tidak memerlukan objek ataupun pelengkap.

3. Kata kerja aktif, contoh: membaca. 4. Kata kerja pasif, contoh: diminum.

1.2 KATA BENDA

Kata benda (nomina) adalah kata yang mengacu pada manusia,binatang,benda,dan konsep atau pengertian.

Ciri-ciri:

1. Dalam kalimat yang berpredikat kata kerja, kata benda cenderung menduduki fungsi subjek, objek, atau perlengkapan, contoh : Ibu membelikan adik baju baru.

S P O Pel.

2. Kata benda tidak

dapat didahului oleh kata ingkar tidak.kata ibu, adik, dan

baju. Adalah kata benda sebab tidak dapat didahului oleh kata tidak.bentuk ingkar kata benda adalah kata bukan. Jadi, yang

benar adalah Bukan Ibu Yang Membelikan adik baju baru. Kalimat, “tidak ibu yang membelikan baju baru”mewrupakan contoh kalimat yang salah.

Kata benda dapat diikuti oleh kata sifat dengan menggunakan kata yang. Contoh : Ibu yang baik hati

Adik yang manis b. Jenis-jenis kata benda

b.1 Kata benda konkret dan abstrak

• Kata benda konkret adalah nama benda yang dapat ditangkap dengan panca indera.

Kata benda konkret terbagi dalam beberapa macam : Nama diri : Hasan, Bandung, Musi

Nama jenis : Binatang. Meja, ayam Nama himpunan : ASEAN, KONI, PBB.

Nama zat : emas, perak, minyak air, uap.

• Kata benda abstrak adalah nama-nama benda yang tidak dapat dapat ditangkap dengan panca indera, contoh : Kebahagiaan, pembelian, penghijauan.

b.2 Kata benda bentuk dasar dan kata benda turunan.

• Kata benda bentuk dasar, contoh : gambar Pisau

• Kata benda bentuk turunan

Contoh : Pengimbuhan Perulangan

Pemajemukan kendaraan

(10)

perumahan rumah-rumah darah daging

1.3 KATA SIFAT

Kata sifat (adjektiva) adalah kata yang dipakai untuk mengungkapkan sifat atau keadaan orang, binatang, atau benda. a. Ciri-ciri kata sifat

1. Dapat diberi keterangan pembanding,seperti lebih, kurang,paling.

Contoh : lebih besar, kurang paham, paling pandai 2. Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat,sekali

terlalu.

Contoh : sangat bagus, murah sekali, terlalu mahal 3. Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.

Contoh : tidak malas, tidak putih

4. Dapat diulang dengan awalan Se- dan akhiran –nya Contoh : sebaik-baiknya, secepat-cepatnya

4. Pada kata tertentu ditandai oleh akhiran –i, wi, iah,if.

Contoh : Insani Alamiah

Manusiawi Progresif b. Jenis-jenis kata sifat

b.1 Kata sifat bentuk dasar

Contoh : asin, cerah, kecil, malang b.2 Kata sifat bentuk turunan.

Pengimbuha

n Perulangan Pemajemukan

Alami

Kekanak-kanakan Berat lidah Insani

Kebelanda-belandaan Besar mulut

1.4 KATA KETERANGAN

Kata keterangan (adverbial) adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya.

a. Berdasarkan bentuknya

1. Kata keterangan bentuk dasar

Contoh : sangat, lebih, hanya, terlalu 2. Kata keterangan bentuk turunan

Contoh : diam-diam, agaknya, rupanya b. Berdasarkan letaknya

1. Mendahului kata yang diterangkan

Contoh : lebih tinggi, sangat indah, terlalu bodoh, hanya menulis

2. Mengikuti kata yang diterangkan Contoh : tampan nian, duduk saja

3. Dapat mengikuti atau mendahului kata yang diterangkan

(11)

Contoh : lekas-lekas pulang, pulang lekas-lekas

1.5 KATA GANTI (PRONOMINA)

Kata yang menggantikan kata benda atau kata yang

dibendakan. Kata ganti dibedakan atas berikut ini : a. Kata ganti orang

Perhatikan tabel berikut ini :

Person

a Tunggal Makna Jamak

Pertam

a Saya, Aku, Daku, ku Kami, kita Kedua Engkau, kamu, anda,

dikau, kau-, -mu. Kalian, kamu sekalian, anda sekalian Ketiga Ia, dia, beliau, -nya Mereka

b. Kata ganti penunjuk

1. Penunjuk umum : ini, itu

2. Penunjuk tempat : sini,sana, situ

3. Penunjuk ikhwal : begini,begitu

4. Penunjuk tak tentu : sesuatu,seseorang.

c. Kata ganti Tanya

Kata Tanya Yang Ditanyakan

Siapa Orang

Apa Barang

Mana Pilihan

Mengapa Alasan, sebab-sebab, pendapat

Kapan, bila, bilamana Waktu Di mana, ke mana, dari

mana Tempat

Bagaimana Cara

Berapa, ke berapa Jumlah, urutan

B. KATA TUGAS

1.1 KATA SANDANG (Artikula/artikel)

Kata yang fungsinya sebagai penentu bagi kata benda. Kata sandang terbagi dalam beberapa jenis berikut :

1. Mengacu pada makna tunggal, contoh : sang,. 2. Mengacu pada makna kelompok, contoh : para

(12)

3. Bermakna netral, contoh : si

4. Bermakna khusus. Contoh: hang, sri, dang

1.2 KATA SERU

Kata seru (intenjeksi) adalah kata yang mengungkapkan cetusan perasaan atau luapan emosi.kata seru ini digunakan untuk memperkuat rasa kagum,sedih,heran,jengkel.

Kata seru mengacu pada nada atau sikap berikut.

1. Bernada negatif, yakni cih, cis, bah, ih, idih, brengsek, sialan.

2. Bernada positif, yakni aduhai, amboi, asyik, alhamdulillah, subhanallah, hore

3. Bernada keheranan, yakni ai, lho, astagfirullah, masyaallah

4. Bernada netral, yakni ha ,halo ,he ,wahai ,wah, nah, ah, eh, oh, ya, aduh, hem

1.3 KATA BILANGAN

Kata bilangan (numeralia) adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya wujud (orang,binatang benda) dan konsep. Kata bilangan dapat dibedakan atas:

1. Kata bilangan pokok, contoh : nol, lima.

2. Kata bilangan tingkat, contoh : kesatu, kedua, ketiga 3. Kata bilangan pecahan, contoh : seperdua, setengah

1.4 KATA DEPAN (preposisi)

Kata depan atau preposisi adalah kata yang selalu berada di depan kata benda, kata sifat, atau kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposisional). Kata depan dibedakan atas:

1. Preposisi dasar: di, ke, dari, akan, antara, kecuali, bagi, dalam, daripada, tentang, pada, tanpa, untuk, demi, atas, depan, dekat.

2. Preposisi turunan, terdiri atas:

A. gabungan preposisi dan preposisi  di depan, ke belakang, dari muka.

B. Gabungan preposisi + prposisi + non-preposisi  di atas rumah, dari dalam kerumunan.

C. Gabungan preposisi + kelas kata + preposisi + kelas kata  dari rumah ke jalan, dari Bogor sampai Jakarta, dari pagi hingga petang.

3. Preposisi yang menunjukkan ruang lingkup: sekeliling, sekitar, sepanjang, seputar.

1.5 KATA HUBUNG (Konjungsi)

Kata hubung adalah kata yang menghubungkan dua kata atau kalimat. Kata ini terdiri atas:

(13)

1. Konjungsi penambahan: dan, dan lagi, tambahan lagi, lagi pula.

2. Konjungsi urutan: lalu, lantas, kemudian, setelah itu.

3. Konjungsi pilihan: atau.

4. Konjungsi lawan: tetapi, sedangkan, namun, sebaliknya.

5. Konjungsi waktu: ketika, sejak, saat, dan lain-lain.

6. Konjungsi sebab akibat: karena, karena itu, akibatnya, dll.

7. konjungsi persyaratan: asalkan, jikalau, kalau, dll.

8. Konjungsi pengandaian: andaikata, andaikan, seandainya, seumpamanya.

9. Konjungsi harapan/tujuan: agar, supaya, hingga.

10. Konjungsi perluasan: yang.

11. Konjungsi pengantar objek: bahwa.

12. Konjungsi penegasan: bahkan dan malahan.

13. Konjungsi pengantar wacana: adapun, maka, jadi.

1.6 PARTIKEL

Partikel adalah kategori atau unsure yang bertugas memulai, memulai, mempertahankan, atau mengukuhkan sebuah kalimat dalam komunikasi. Unsure ini digunakan dalam kalimat Tanya, perintah, dan pernyataan (berita). Macam-maca partikel: kah, kan, deh, lah, dong, kek, pun, toh, yah.

(14)

MEMBUAT BERBAGAI TEKS TERTULIS DALAM

KONTEKS BERMASYARAKAT DENGAN MEMILIH

KATA, BENTUK KATA, dan UNGKAPAN

1. KATA BENTUKAN

A. Kata Berimbuhan

Kata berimbuhan adalah kata yang mengalami proses pengimbuhan.

A.1. Imbuhan Indonesia

1. Awalan (prefiks) : ber-, se-, me-, di-, ke-, ter-, pe-, per-2. Sisipan (infiks) : -em-, -el-,

-er-3. Akhiran (sufiks) : -an, -i, -kan, -nya

4. Awalan dan akhiran (infiks) : ke-an, ber-an, per-an, pe-an, se-nya

1. Awalan (prefiks) a. Imbuhan

Bentuk: be-:

1) kata dasar berhuruf awal R: ber- + Roda  beroda

2) kata dasar bersuku awal mengandung er: ber- + kerja 

bekerja

bel-: khusus bertemu kata dasar ajar: ber- + ajar  belajar

ber-: selain hal-hal khusus di atas: ber- + doa  berdoa

fungsi: membentuk kata kerja  makna: 1. saling : berkelahi 2. menyebut : berabang 3. terdiri atas : berempat 4. melakukan : bermain 5. mempunyai : berambut 6. bertempat di : berkantor 7. menggunakan : bercelana

(15)

8. mengeluarkan : bertelur 9. berlaku menjadi : bertamu 10. dalam keadaan : bersedih

11. pekerjaan untuk diri sendiri

b. Imbuhan

Bentuk:

Fungsi: membentuk kata bilangan atau keterangan Makna: 1. satu :selembar

2. seluruh : sedesa 3. sama : seindah 4. setelah : sepulangs 5. sebanyak : semaumu c. Imbuhan Bentuk: me- : l.m, n, r, w, y, z mem- : b, f, p, v men- : c,d, j, t meny- : s meng- : vokal, g, h, k, q, x menge- : satu suku kata

me- bertemu dengan kata dasar berhuruf awal k, p, t, s maka huruf-huruf tersebut luluh atau hilang.

Sedangkan jika bertemu dengan kata dasar yang berupa gabungan konsonan kr, pr, tr, sy, st, sp.

Fungsi: membentuk kata kerja  makna: 1. menjadi : menguning 2. mencari : menumpuk 3. memberi : mengapur 4. membuat : menyambal 5. menuju ke : menepi 6. mengeluarkan : menncicit 7. menggunakan : mencatut 8. berlaku seperti : mengabdi

9. dalam keadaan : mengantuk

d. Imbuhan

Bentuk:

Fungsi: membentuk kata kerja pasif  makna: pekerjaan yang telah selesai :ditangkap

e. Imbuhan

Bentuk:

Fungsi: membentuk kata benda atau bilangan Makna: 1. yang di : ketua

2. bilangan tingkat : baris kedua 3. kumpulan : kelima anak itu

f. Imbuhan

(16)

Fungsi: membentuk kata kerja pasif

Makna: 1. sudah di- : tertutup 2. tidak sengaja : terbawa 3. tiba-tiba : teringat 4. dapat di- : terlihat 5. paling : tertua

6. dalam keadaan di- : terikat

7. dalam keadaan terus-menerus: terapung

g. Imbuhan

Bentuk: sejalan dengan imbuhan

Fungsi: membentuk kata benda  makna: 1. melakukan : membaca

2. pekerjaan : pengusaha

3. bekerja di- : pelaut 4. alat :

penggaris

5. memiliki sifat : pemalu 6. menyebabkan : pemanis

h. Imbuhan

Bentuk: sejalan dengan imbuhan Fungsi: membentuk kata benda

Makna: 1. membuat sesuatu jadi : perlambat 2. berprofesi dengan : petapa

3. membagi : perlima 4. membuat lebih : perbesar 5. yang menghasilkan : petelur

2. Sisipan (infiks) a. Imbuhan Bentuk:

Fungsi: membentuk kata benda  makna: mengandung sifat : gemuruh

b. Imbuhan

Bentuk:

Fungsi: membentuk kata benda Makna: alat untuk : telunjuk

c. Imbuhan

Bentuk:

Fungsi: membentuk kata benda  makna: banyak : gerigi

3. Akhiran (Sufiks) a. Imbuhan -an

Bentuk: -an

(17)

Fungsi: membentuk kata benda  makna: 1. tempat : belokan 2. alat : timbangan 3. hal : didikan 4. cara : pimpinan 5. sifat : asinan 6. sekitar : lima puluhan

b. Imbuhan -i

Bentuk: -i

Fungsi: membentuk kata benda Makna: 1. berkali-kali : cabuti

2. memberi : bumbui 3. menghilangkan : bului 4. membuat jadi : basahi

c. Imbuhan -kan

Bentuk: -kan

Fungsi: membentuk kata kerja

Makna: 1. perbuatan untuk orang lain : belikan 2. membuat jadi : putihkan 3. memasukkan ke : penjarakan 4. melakukan tindakan dengan : ikatkan 5. intensitas (kesungguhan) : dengarkan

d. Imbuhan –nya

Bentuk: -nya

Fungsi: membentuk kata keterangan Makna: 1. kesimpulan : akhirnya

2. hal : bentuknya 3. barangkali : kiranya

4. Awalan dan akhiran (konfiks)

a. Imbuhan ke-an

Bentuk: ke-an

Fungsi: membentuk kata benda dan kata kerja

Makna: 1. tempat/daerah : kelurahan 2. suatu hal : keberhasilan

3. dalam keadaan : kepanasan 4. dapat di : ketahuan 5. tidak sengaja : ketinggalan 6. sangat : kebesaran 7. agak : kebiru-biruan

b. Imbuhan ber-an

Bentuk: sebentuk dengan awalan Fungsi: membentuk kata kerja

Makna: 1. banyak pelaku : berdatangan 2. saling : bergandengan

c. Imbuhan per-an

Bentuk: sejalan dengan imbuhan Fungsi: membentuk kata benda Makna: 1. cara : pergaulan

(18)

2. tempat : perhentian 3. daerah : perkotaan

4. hasil perbuatan : pertahanan 5. perihal : peristilahan

6. berbagai-bagai : peralatan

d. Imbuhan per-an

Bentuk: sejalan dengan imbuhan Fungsi: membentuk kata benda

Makna: 1. hal yang berhubungan dengan : pendidikan 2. pembuatan/proses : pendaftaran 3. hasil : penyamaran 4. alat : penciuman 5. tempat : penampungan e. Imbuhan se-nya Bentuk: se-nya

Fungsi: membentuk kata keterangan

Makna: 1. superlatif/paling : sseputih-putihnya 2. setelah : setibanya

A.2 Imbuhan Asing

1. Imbuhan –is, -isme, -isasi a. Imbuhan –is

Fungsi: menandai kata sifat dan kata benda Makna: bersifat, berpaham, pelaku, atau latar

b. Imbuhan –isme

Fungsi: menandai kata benda Makna: ajaran, aliran atau paham

c. Imbuhan –isasi

Fungsi: menandai kata benda

Makna: bersangkutan dengan (proses peng-an)

2. Imbuhan –i, -wi, -iah

Fungsi: menandai kata sifat

Makna: bersifat (memenuhi syarat)

berhubungan dengan (mengenai)

3. Imbuhan man, wan, wati

a. Pembentukan Imbuhan man, wan, wati 1). Imbuhan man

Pembentukan: dilekatkan pada kata yang berakhir dengan vokal –i (penunjuk jenis laki-laki)

2). Imbuhan wan

Pembentukan: dilekatkan pada kata yang berakhir dengan vokal selain –i (penunjuk jenis laki-laki)

3). Imbuhan wati

Pembentukan: melekat sejalan dengan akhiran wan (penunjuk jenis wanita)

b. Fungsi Imbuhan –man, -wan, -wati  pembentukan kata benda

1). Dari kata benda: seni  seniman 2). Dari kata sifat: rupa  rupawan

c. Makna Imbuhan –man, -wan, -wati

1. orang yang ahli di bidang tertentu

(19)

2. orang yang bermata pencaharian di bidang tertentu 3. orang yang memiliki sifat khas

B. Kata Ulang

Kata ulang atau reduplikasi adalah kata yang mengalami proses perulangan, baik sebagian ataupun seluruhnya dengan disertai perubahan-perubahan bunyi ataupun tidak.

1. Jenis-Jenis Kata Ulang

a. Perulangan utuh

a) ulang kata dasar

perulangan terhadap kata dasar atau dwilingga. Contoh : anak-anak

Cepat -cepat b) ulang kata berimbuh

perulangan terhadap kata berimbuhan. Contoh : peraturan-peraturan

b. Perulangan berimbuhan

contoh : berlari = berlari-lari

memukul = pukul-memukul c. Perulangan berubahan bunyi atau salin suara

Perubahan bunyi itu ada pada bunyi vocal dan ada pula yang terjadi pada bunyi konsonan.perulangan berubah bunyi disebut pula dwilingga salin suara.

Contoh : warna = warna-warni Gerak = gerak-gerik

d. Perulangan sebagian,yakni perulangan yang hanya terjadi pada sebagian bentuk dasar.perulangan ini disebut dwipurwa. Contoh : leluhur, pepohonan.

Disamping keempat perulangan diatas,dikenal pula istilah kata ulang semu.

Contoh : kupu-kupu, kura-kura, dan ubur-ubur.

2. Makna Kata Ulang

Kata ulang memiliki beberapa makna, diantaranya adalah a. Banyak tak tertentu

Contoh : rumah-rumah anak-anak. b. Banyak dan bermacam-macam

Contoh : buah-buahan sayur-sayuran c. Menyerupai atau tiruan dari sesuatu

Contoh : mobil-mobilan kuda-kudaan

d. Agak atau melemahkan sesuatu yang disebut pada kata dasar.

Contoh : kekanak-kanakan pening-pening e. Intensitas kualitatif frekuentatif.

Contoh : sedalam-dalamnya secepat-cepatnya f. Perubahan resiprok atau saling berbalasan

(20)

Contoh : tolong-menolong bersalam-salaman g. Makna kolektif

Contoh : empat-empat h. Sering,berulang-ulang

Contoh : menggaruk-garuk melirik-lirik

C. Kata Majemuk

Kata majemuk ialah gabungan dua kata atau lebih yang hubungannya sangat erat sehingga menimbulkan pengertian baru. Kata majemuk dapat didefinisikan pula sebagai gabungan kata yang maknanya tidak sama dengan unsur-unsur pembentukan.

1. Ciri-ciri Kata Majemuk

1. komponen kata majemuk mengandung satu makna.

2. jika kata majemuk mendapat keterangan, keterangan tersebut harus menjelaskan keseluruhannya.

3. jika kata majemuk mendapat imbuhan ataupun pengulangan imbuhan atau pengulangan itu hatrus meliputi keseluruhan unsurnya.

4. unsur kata majemuk tidak dapat dipisahkan dengan kata lain.

2. Macam-macam Kata Majemuk

1. kata majemuk yang jenisnya berbeda dengan jenis kata unsur-unsur pembentukanNYA.

Contoh : lalu lintas ( kata benda ) → lalu = kata kerja

Lintas = kata kerja Jago merah ( kata benda ) → jago = kata sifat

Merah = kata sifat 2. kata majemuk yang jenisnya sama dengan jenis kata ( salah

satu ) unsur pembentuknya.

Contoh : meja hijau ( kata benda ) → meja = kata benda

Hijau = kata sifat Kumus kucing ( kata benda ) → kumis ( kata benda )

Kucing ( kata benda )

3. kata mejemuk bertingkat.

a) Pola diterangkan-menerangkan ( D-M) Contoh : putera mahkota

Meja hijau

b) Pola menerangkan-diterangkan Contoh : panjang tangan

Kecil hati

(21)

4. kata majemuk setara yaitu kata majemuk yang unsure-unsirnya memiliki kedudukan sederajat.

Contoh : pahit getir Hutan rimba

5. kata majemuk jadian yaitu kata majemuk yang salah satu unsurnya merupakan kata jadian.

Contoh : lapangan terbang Orang kebanyakan

2. UNGKAPAN DAN MAJAS

A. Ungkapan

Ungkapan adalah kelompok kata yang mempunyai erti kias/arti baru. Misalnya: kambing hitam (tertuduh), daftar hitam (daftar orang jahat), berbadan dua (mengandung), bawah tangan (tidak di muka umum).

B. Peribahasa

Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunanya, dan biasanya mengiaskan maksud tertentu. Yang termasuk peribahasa adalah:

Contoh:

Tong kosong nyaring bunyinya (orang yang tidak berilmu

banyak bicara)

Besar pasak daripada tiang (besar pengeluaran daripada

pemasukan)

Pagar makan tanaman (orang yang dipercaya malah

berkhianat)

C. Majas

Majas adalah bahasa yang mengandung makna kias yang dapat menghidupkan dan membangkitkan daya tarik.

1. Majas Perbandingan

a. Asosiasi/perumpamaan

Memberikan perbandingan terhadap sesuatu hal, menggunakan kata pembanding seperti bagaikan, laksana, dan bak.

Contoh: Mukanya pucat bagai bulan kesiangan Bibirnya seperti delima merekah

b. Metafora

membandingkan dua hala karena ada kesamaan sifat. Contoh: Bunga bangsa gugur di medan laga, dia adalah

pelita hatiku.

c. Alegori

memakai perbandingan langsung atau uth, keduanya bertautan langsung.

(22)

Contoh:

Hati-hatilah anda dalam mengarungi samudra yang penuh bahaya, gelombang, topan, dan badai. Apabila

nahkoda dan juru mudi senantiasa seiya sekata dalam

melayarkan bahteranya. Niscaya akan tercapai tanah tepi yang menjadi idaman,

d. Personifikasi

Memberikan perbandingandengan cara meletakan sifat-sifat orang pada benda mati.

Contoh: peluit kereta api itu menjerit; senja memanggil burung kesayangannya.

e. Tropen

Menggunakan kata kias secara tepat atau sejajar dengan sesuatu yang dimaksud.

Contoh: Pekerjaannya hanya mengukur jalan saja; sepanjang waktu Cecep hanya mengubur dirinya di kamar.

2. Majas pertentangan

a. Hiperbola

Menyatakan dengan cara berlebih-lebihan.

Contoh: suaranya membelah angkasa: sejuta kenangan mengusik pikiranku

b. Litotes

Contoh: Silhkan makan walaupun hanya dengan kecap

saja

c. Oksimoron

Contoh: pertahan yang paling baik adalah menyerang. d. Intermisis

Contoh: Semua warga sudah transmigrasi, kecuali keluarga Pak Wniarsono.

e. Antitesis

Contoh: Hidup dan mati di tangan Tuhan; Suka dan duka kami nikmati bersama

f. Paradok

Contoh: Badannya besar, tetapi nyalinya kecil; Hani merasa kesepian di tengah-tengah keramaian

g. Anakhronisme

Contoh: begitu lahir ia memanggil ibunya.

3. Majas Pertautan

a. Alusio

Contoh: Hati-hati jangan samapai peristiwa Madiun terjadi lagi; ah kamu itu gaharu cendana pula.

b. Metonimia

Contoh: Ia sedang menghisap gudang garam (rokok); ke sekolah naik kijang (mobil)

c. Pars prototo

(23)

Contoh: dia membeli tiga ekor lembu; setiap kepala dikenakan sumbangan seribu rupiah.

d. Totem pro parte

Contoh: Indonesia kahirnya menang 2-0 atas Malaysia. e. Eufimisme

Contoh: anak itu agak terganggu pikirannya (gila).

4. Majas Penegasan

a. Pleonasme

Contoh: mereka turun ke bawah gunung sambil bergandengan; aku melihat dengan mata kepalaku sendiri.

b. Repetisi

Contoh: sekali tidak takut, tetap tidak takut; betul, sungguh betul dia yang mengambilnya.

c. Paralelisme Contoh:

Anafora = Ikut hati mati Ikut mata buta Ikut rasa binasa

Epifora = Sabar itu baik Mengalah itu baik Diam itu baik d. Klimaks

Contoh: Mula-mula hanya mengeluh, kemudian

merintih, lalu menangis, akhirnya menjerit kesakitan.

e. Antiklimaks

Contoh: jangankan sepuluh ribu, lima ribu, seratus pun aku tak punya.

f. Koreksio

Contoh: orang itu sahabatku, oh bukan, bapakku. g. Asidenton

Contoh: meja, lemari, kursi, balai, berserakan di dalam kamar.

h. Polisindenton

Contoh: setelah ia pulang maka ia mengambil buku

dan sepeda, lalu menjenguk neneknya di kampong. 5. Majas Sindiran

a. Ironi

Contoh: Baru pukul dua malam, memangapa engkau sudah pulang. (yang dimaksud adalah sudah pukul dua malam mengapa baru pulang)

b. Sinisme

Contoh: dasar kalau omong tidak pernah diatur; dasar perut karet, apa pun masuk sampai ludes.

c. Sarkasme

Contoh: Jijik aku memandangmu yang tak jauh dari

(24)

MENGGUNAKAN KALIMAT TANYA TERTULIS

SESUAI SITUASI DAN KOMUNIKASI

1. Ciri-ciri Kalimat

a. Terdiri dari satu kalimat atau lebih b. Mengandung klausa atau tidak

c. ditandai oleh pemakaian intonasi akhir yang final. Intonasi akhir dalam ragam tulis suatu kalimat ditandai oleh pemakaian tanda titik ( . ), tanda tanya ( ? ), atau tanda seru ( ! ).

A. KALIMAT TANYA

Kalimat Tanya ialah kalimat yang dipergunakan dengan tujuan memperoleh reaksi berupa jawaban dari lawan bicara atau sebagai penguatan sesuatu yang telah diketahui oleh penanya. B. CIrir-ciri Kalimat Tanys

(25)

1. Penggunaan kata Tanya; apa, siapa, di mana, bagaimana, mengapa, dll.

2. Pemakaian kata bukan atau tidak. 3. Pemakaian klitika –kah pada predikat yuang diubah susunanya SP  PS.

4. pemakaian intonasi naik pada suku kata akhir.

C. Jenis Kalimat Tanya

1. Kalimat tanya

klarifikasi (penegasan) dan konfirmasi (penjernihan).

2. Kalimat Tanya

retoris  kalimat yang tidak memerlukan jawaban atau tanggapan langsung. Contoh: dalam khutbah, orasi, atau pidato.

3. Kalimat tanya

tersamar  kalimat Tanya dengan bermacam maksud, seperti: memohon, meminta, menyindir, membiarkan, mengajak, menegaskan, menyetujui, menggugah, melarang, merayu, dan menyuruh.

D. Kalimat Tanya biasa  bersifat menggali informasi dengan menggunakan kata tanya apa, di mana, siapa, kapan, mengapa, bagaimana (5W1H = what, where, who, when, why, how).

2. Wawancara Sebagai Penerapan Kalimat Tanya

Wawancara adalah Tanya jawab dengan maksud memperoleh data untuk keperluan tertentu. Tanya jawab itu dilkukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara, yakni orang mengajukan pertanyan-pertanyaan dan yang diwawancara (narasumber) yakni orang yang memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.

a. Jenis-Jenis Wawancara

1. Wawancara secara serta-merta, dilakukan secara

spontan dan dilakukan dalam situasi yang alamiah. Hubungan antara pewawancara denagn yang diwawawancarai berlangsung secara wajar. Pertanyaan dan Tanya jawab berjalan sebagaimana layaknya obrolan sehari-hari.

2. wawancara dengan petunjuk umum pewawancara

membuat kerangka atau pokok-pokok masalah yang akan ditanyakan dalam proses wawancara. Penyusunan pokok-pokok itu dilakukan sebelum wawancara dilangsungkan.

3. wawancara dengan menggunakan seperangkat

pertanyaan yang telah dibakukan, urutan, kata-kata, serta cara penyajian pertanyaan untuk jenis wawancara ini sudah ditetapkan. pewawancara tinggal

(26)

membacakan secara apa adanya atas pertanyaan-pertanyaan yang telah dipersiapkan itu.

b. Tahap-Tahap Pelaksanaan Wawancara 1. Tahap Pembukaan

Pewawancara memperkenalkan diri sekaligus mengemukakan maksud dan tujuannya.

2. Tahap Inti

Ajukanlah pertanyaan-pertanyaan secara sistematis. Kemukakan pertanyaan-pertanyaan secara jelas dan singkat. Jumlah pertanyaan hendaknya sesuai dengan situasi dan waktu. Disamping memerlukan kemampuan mendengar yang akuray, pewawancara hendaknya memiliki kemampuan berkomunikasi (bertanya) dengan baik.

3. Tahap Akhir

Akhir kegiatan wawncara dengan kesan yang baik dan menyenagkan. Tetaplah pelihara hubungan baik dengan nara sumber.

c. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan laporan hasil wawancara:

1. Penulisan hendaknya memperlihatkan kaidah-kaidah baku yang berlaku dalam laporan ilmiah.

2. Penulisan hendaknya tidak melakukan interpretasi yang terlalu jauh (berlebihan) atas hasil wawancara.

3. Pilihlah data atau keterangan yang penting danrelevan denagna masalah-masalah yang telah dirumuskan.

4. Penulisan hendaknya memelihara kerahasian dan menjaga nama baik naar sumber.

(27)

Membuat Parafrase dari Teks Tertulis

1. PARAFRASE

Parafrase dalam sastra ( terutama puisi ) adalah mengubah

bahasa sastra menjadi bahasa sehari-hari. Dalam parafrasee harus diperhatikan :

1. Makna denotasi 2. Makna konotasi 3. Makna lambang

4. Pemberian makna harus secara keseluruhan dan harus dibaca menyeluru dan berulang-ulang.

Cara Memparafrasa Wacana:

1. Bacalah teks secara keseluruhan.

2. Pahami topik/tema, serta alur jika teksnya adalah narasi.

3. Cari kalimat utama untuk menemukan ide pokok.

4. Catat gagasan pokok tiap pargraf. 5. Perhatikan kalimat penjelas.

6. Pilih kata atau kalimat yang efektif dalam menceritakan kembali.

7. Jika ada kalimat langsung, ubahlah menjadi kalimat tidak langsung agar lebih singkat.

8. Ceritakan atau uraikan kembali dengan bahasa yang lebih mudah.

2. MAKNA

Makna berarti maksud suatu kata atau isi pembicaraan atau pikiran, atau perpaduan antara bentuk dan referen (acuan). Seseorang mengetahui bentuk (kata), tetapi tidak mengetahui referennya dapat dikatakan bahwa seseorang itu tidak mengetahui makna kata terebut.

Makna suatu kata dapat berubah-ubah karena :

a) mendapat pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan. b) Penempatannya dalam kalimat.

c) Kondisi (waktu dan tempat) pemakaiannya.

2.1. JENIS-JENIS MAKNA KATA

2.1.1 Makna leksikal dan gramatikal

a. Makna leksikal, yakni makna yang didasarkan makna kampus, .makna ini terdapat didalam kata-kata yang belum

(28)

mengalmi proses perubahan bentuk ataupun kata yang belum digunakan dalam kalimat.

Contoh : bangunan untuk tempat tinggal

b. Makna gramatikal adalah makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses gramatikalisasi. Proses gramatikalisasi ini terdiri dari

1. Afiksasi ( pengimbuhan )

Contoh: berumah  memiliki rumah, perumahan 

kumpulan beberapa rumah.

2. Reduplikasi ( pengulangan )

Contoh: rumah-rumah  banyak rumah. 3. Komposisi

Contoh: rumah makan  restoran. 4. Kata tugas:

preposisi atau kata depan:di, ke, untuk, dll.konjungsi atau kata sambung: dan, atau, dll.interjeksi atau kata seru: amboi, wah, dll.artikel atau kata sandang: si, sang, dang, dll.partikel: lah, tah, kah, dll.

2.1.2 Makna denotasi dan konotasi:

a. Makna dennotasi: makna dasar atau umum atau netral, atau makna kata atau kelompok kata yang sesuai dengan konsep asal, apa adanya, dan tidak mengandung makna tambahan. Makna denotasi disebut juga makna konseptual, makna lugas, atau makna objektif.

Contoh: Ayam itu sudah mati.

b. Makna konotasi: makna tambahan berupa nilai rasa tertentu baik positif maupun negatif.

Kesan baik kesan buruk

Istri bini

Meninggal mati

Hamil bunting

Contoh: Kakekku gugur dalam perang itu (positif), Pencuri

itu mampus dihajar massa (negatif).

2.1.3 Makna lugas dan kias

a. Makna lugas: makna yang acuannya sesuai dengan makna kata yang bersangkutan (makna sebenarnya)

Contoh: Pria itu berbaju hijau (berwarna hijau).

b. Makna kias: makna yang acuannya tidak sesuai dengan makna kata yang bersangkutan sehingga membentuk ungkapan atau idiom, contoh: Gadis itu masih hijau (masih

muda).

2.1.4 Makna Kontekstual dan Makna Struktural

(29)

a. Makna structural, yakni makna yang dimiliki noleh suatu kata setelah digunakan dalam kalimat

Misalnya kata ayah dalam kalimat Ayah saya telah pergi ke kebun. Kata ayah bermakna “ orang

tua laki-laki yang pergi ke kebun”

b. Makna kontekstrual, yakni makna yangt terkandung suatu kata yang keberadaan maknanya itu

sangat bergantung pada situasi dan kondisi penggunaannya. Misalnya:

1. Pantas ia juara di kelasnya, karena ia anak rajin.

Betul-betul rajin kamu ini, nilai merahnya saja ada tiga.

Kalimat pertama, kata rajin bermakna giat, sedangkan pada kalimat kedua berarti malas.

3. Bentuk dan Hubungan Makna

Sinonim

Sinonim adalah dua kata atau lebih yang memiliki makna yang sama atau hampir sama. Ciri bahwa kata-kata itu bersinonim adalah kemampuannya untuk menggantikan.

Contoh : Telah = sudah Ceria = Cerah Antonim

Antonim adalah pertalian antara deua kata atau lebih yang maknanya saling berlawanan atau bertentangan.

Contoh : mati >< hidup sehat >< sakit Homonim

Homonim adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang bentuk penulisan dan cara pengucapannya sama, tetapi maknanya berbeda.

Contoh : Bisa ular itu bisa mematikan manusia. Homofon

Homofon adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang sama pengucapanya, tetapi bentuk penulisan dan maknanya berbeda.

Contoh : Bang Wanto bekerja di bank swasta. e. Homograf

Homograf adalah pertalian antara dua kata atau lebih yang sama bentuk penulisannya, tetapi cara pengucapan dan maknanya berbeda.

Contoh : pejabat teras itu dudk di teras kantor. Polisemi

Polisemi adalah gejala keragaman makna yang dimiliki oleh sebuah kata. Polisemi terbentuk karena pergeseran makna atau penafsiran yang berbeda.

Contoh : Kepala jawatan itu berkepala botak. g. Hipernim

(30)

Makna umum (superordinat). Contoh : Unggas  itik

 ayam  burung h. Hiponim

Makna khusus (subordinat) Contoh: Bunga  mawar

 melati  kenanga

Untuk lebih jelas, perhatikan tabel berikut ini.

Pengucapan Penulisan Makna

Sinonim Berbeda berbeda sama

Antonim Berbeda berbeda bertentangan Homonim Sama sama berbeda

Homograf Berbeda sama berbeda Homofon Sama berbeda berbeda Polisemi Sama sama beragam

Referensi

Dokumen terkait

Biasanya exploit mencari kelemahan dari variabel null ataupun variabel yang tidak terdefinisi untuk dimasukkan nilai lain sehingga terjadi error dan tidak membaca

Transportasi Udara : adalah proses gerak perpindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain yang menggunakan sarana angkutan udara.. Transportasi Laut : adalah

Hasil penelitian ini meliputi peta kepadatan penduduk Kecamatan Bantul, peta kepadatan permukiman Kecamatan Bantul, peta jarak terhadap sungai di Kecamatan

Prototipe sistem monitoring pengunaan daya listrik 3 fasa menggunakan sensor arus berbasis Arduino ini dirancang untuk mendapatkan informasi pemakaian daya listrik

Sehungga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul Perlindungan Hak-Hak Pekerja/Buruh Outsourcing Melalui Pengawasan Oleh Satuan Pengawasan

ditemukan seropositif MAP pada sapi perah dengan jumlah yang lebih banyak dari tahun sebelumnya bahkan diperoleh 2 isolat positif MAP yang tumbuh pada HEYM dan telah

Berdasarkan teori bahan baku yang digunakan oleh UD Barokah Abadi Beton adalah bahan baku yang akan diolah menjadi.. produk selesai, dapat ditelusur, dan menjadi bagian

Jadi, penulis menyimpulkan bahwa penerapan model scramble melalui media gambar dua dimensi untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak pada sentra agama