SKRIPSI
PROSES MORFOLOGIS PENGGABUNGAN GAIRAIGO
DALAM MAJALAH LIPS VOLUME 29
CENDY RILENCA 1101705012
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG
FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan anugerah-Nya skripsi yang berjudul “Proses Morfologis Penggabungan Gairaigo Dalam Majalah
Lips Volume 29” ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk
memenuhi salah satu syarat mendapat gelar Sarjana Sastra dalam ilmu bahasa Jepang di Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, saran, dan bimbingannya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Renny Anggraeny, S.S., M.Pd. selaku pembimbing pertama dan Ni Made Wiriani, S.S., M.Hum. selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, saran, dan masukan demi penyelesaian dan penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada I Nyoman Rauh Artana, S.S., M.Hum. selaku dosen penguji pertama, I Made Budiana, S.S., M.Hum. selaku dosen penguji kedua sekaligus pembimbing akademik, dan I Gede Oeinada, S.S., M.Hum. selaku dosen penguji ketiga yang telah memberikan saran-saran, sanggahan, dan koreksi dalam penyempurnaan skripsi ini.
iv
Budaya Universitas Udayana. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Ketua Program Studi Sastra Jepang Ni Luh Putu Ari Sulatri, S.S., M.Si. dan kepada seluruh dosen program studi Sastra Jepang yang telah memberikan ilmu, motivasi, serta dukungannya selama penulis menempuh pendidikan strata satu di Program Studi Sastra Jepang Universitas Udayana.
Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua terkasih, Ir. James Vansius Damanik, M.Si. dan Syno Maria Purba Tondang, kepada kakak Marilyn Meida Damanik, Amd dan kaha Daniel Karo-karo Kemit, S.H. kepada abang Roido Marton Damanik, S.T. dan eda Butet Arta Ulina Gultom, S.E. kepada saudari kembar sekaligus adik Cindy Rilenci Damanik yang telah memberikan dukungan, doa, dan motivasinya agar skripsi ini dapat diselesaikan. Juga kepada keponakan terlucu, Koresh Grazia Karo-karo Kemit yang selalu menghibur penulis.
v
ucapkan terima kasih atas dukungannya dan menjadi rekan-rekan seperjuangan selama kuliah kurang lebih empat tahun.
Demikian yang dapat penulis sampaikan, semoga Tuhan Yesus Kristus senantiasa memberikan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak dalam penyempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengharapkan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Denpasar, April 2016
vi ABSTRAK
Penelitian ini membahas “Proses Morfologis Penggabungan Gairaigo Dalam Majalah Lips Volume 29”. Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti pembentukan penggabungan gairaigo dan makna leksikal penggabungan gairaigo. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori compounding yang dikemukakan oleh O’Grady, Dobrovolsky, dan Katamba (1996) dan teori makna leksikal yang dikemukakan oleh Chaer (2009). Metode dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan teknik catat. Metode dan teknik analisis yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik alih bahasa. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode formal dan informal.
Hasil analisis menunjukkan bahwa semua gabungan gairaigo berasal dari bahasa Inggris. Ada 3 kategori penggabungan gairaigo, yaitu penggabungan gairaigo berkategori kata benda, penggabungan gairaigo berkategori kata kerja, dan penggabungan gairaigo yang berkategori kata sifat. Penggabungan gairaigo berkategori kata benda terbentuk dari gabungan kata benda dengan kata benda, gabungan dari kata sifat dengan kata benda, dan gabungan dari kata kerja dengan kata benda. Penggabungan gairaigo berkategori kata kerja terbentuk dari gabungan kata benda dengan kata kerja. Penggabungan gairaigo berkategori kata sifat terbentuk dari gabungan kata benda dengan kata sifat dan gabungan dari kata sifat dengan kata sifat. Makna penggabungan gairaigo dikelompokkan menjadi 3 kategori. Makna yang sesuai dengan dua kata asalnya, makna yang dihasilkan dari satu kata asalnya, dan makna yang tidak sesuai dengan dua kata asalnya.
vii 要旨
本論文 ピック リップス雑誌ボリューム29 外来語複合語 形態
論 あ 研究 目的 外来語複合語 形成 外来語複合語 意味を知
た こ あ こ 研究 O’GradyやDobrovolskyや Katamba (1996)
compounding 理論 Chaer (2009) 意味 基 い 分析
さ た ータ収集 い 時 観察技法 あ ータ 記述技法 翻訳
技術 使わ 分析さ た 最後 分析結果 形式的 非公式 あ
本論文 結果 全 外来語複合語 英語 来た あ 外来語
複合語 3カ ゴリ あ た そ 外来語複合語 3 カ ゴリ 名詞 外
来語複合語 動詞 外来語複合語 形容詞 外来語複合語 分類さ た
名詞 外来語複合語 名詞 名詞 組み合わせや 形容詞 名詞 組み合
わせや 動詞 名詞 組み合わせ 形成さ た 動詞 外来語複合語 名
詞 動詞 組み合わせ 形成さ た 形容詞 外来語複合語 名詞 形容
詞 組み合わせや 形容詞 形容詞 組み合わせ 形成さ た
外来語複合語 意味 分類 た 3 カ ゴリ あ た 言語 二
応 い 意味 言語 一 生成さ 意味 言語 二 応
い い意味こ あ
viii
1.7 Metode dan Teknik Penelitian ... 6
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data ... 6
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data ... 7
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis ... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI ... 9
2.1 Kajian Pustaka ... 9
2.2 Konsep ... 13
ix
2.2.2 Penggabungan ... 14
2.2.3 Gairaigo ... 14
2.3 Kerangka Teori ... 15
2.3.1 Penggabungan ... 15
2.3.2 Tipe-tipe Penggabungan ... 18
2.3.3 Makna leksikal ... 19
BAB III PROSES MORFOLOGIS PENGGABUNGAN GAIRAIGO DALAM MAJALAH LIPS VOLUME 29 ... 21
3.1 Nominal Compound (Penggabungan berkategori kata benda) ... 21
3.1.1 Penggabungan Gairaigo Yang Terbentuk Dari Kata Benda Dan Kata Benda ... 21
3.1.2 Penggabungan Gairaigo Yang Terbentuk Dari Kata Sifat Dan Kata Benda ... 29
3.1.3 Penggabungan Gairaigo Yang Terbentuk Dari Kata Kerja Dan Kata Benda ... 36
3.2 Verbal Compound (Penggabungan berkategori kata kerja) ... 45
3.2.1 Penggabungan Gairaigo Yang Terbentuk Dari Kata Benda Dan Kata Kerja ... 45
3.3 Adjectival Compound (Penggabungan berkategori kata sifat) ... 48
3.3.1 Penggabungan Gairaigo Yang Terbentuk Dari Kata Benda Dan Kata Sifat ... 48
3.3.2 Penggabungan Gairaigo Yang Terbentuk Dari Kata Sifat Dan Kata Sifat ... 53
BAB IV ANALISIS MAKNA PENGGABUNGAN GAIRAIGO DALAM MAJALAH LIPS VOLUME 29 ... 58
4.1 Makna Penggabungan Gairaigo yang Sesuai Dengan Dua Kata Asalnya ... 58
x
4.3 Makna Penggabungan Gairaigo yang Tidak Sesuai Dengan Dua Kata
Asalnya ... 67
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 71
5.1 Simpulan ... 71
5.2 Saran ... 73 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR UNDUHAN
DAFTAR KAMUS
LAMPIRAN
xi
DAFTAR SINGKATAN
A : Adjective
AKU : Akusatif
BTK LMP : Bentuk Lampau
GEN : Genetif
KOMP : Komplemen
KOP : Kopula
MLV29 : Majalah Lips Volume 29
N : Noun
NOM : Nominatif
PAR : Partikel
SHU : Shujoushi
Suf : Sufiks
TOP : Topik
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masyarakat Jepang dalam berkomunikasi selain menggunakan bahasa ibunya
juga tidak terlepas dari penggunaan kata serapan. Tidak adanya padanan kata
dalam bahasa Jepang untuk menjelaskan sesuatu hal atau benda atau kosakata
bermuatan budaya yang berasal dari luar budaya Jepang, seringkali membuat
kosakata baru dalam bahasa Jepang yang dikenal dengan istilah gairaigo. Selain
itu, pengaruh globalisasi juga merupakan penyebab suatu bahasa menyerap unsur
asing. Oshima (dalam Tomaszweska, 2015:8) mengemukakan, “Bahasa Jepang
telah meningkat dalam jumlah kosakata dengan menambahkan kata-kata serapan,
jadi ini sudah menjadi takdir orang Jepang, yaitu untuk tetap meningkatkan
gairaigo.” Hal ini dapat dilihat, karena banyak sekali kata serapan atau gairaigo
yang digunakan oleh penutur bahasa Jepang.
Bahasa Jepang banyak meminjam bahasa dari berbagai bahasa walaupun
dalam sejarah bahasa Jepang banyak menyerap kata-kata pinjaman dari bahasa
Mandarin dan bahasa Inggris. Selain itu, kata-kata pinjaman yang diserap dalam
bahasa Jepang juga berasal dari bahasa-bahasa Eropa seperti pada kata ‘ ン’
‘pan’ dan ‘タ コ’ ‘tabako’. Kata-kata pinjaman yang paling awal diserap oleh
bahasa Jepang terutama berasal dari bahasa Portugis yang berinteraksi sekitar
2
bangsa Jepang sekitar tahun 1609 (McClure, 2000:111). Pada era modern,
kata-kata pinjaman yang berasal dari bahasa Inggris yang paling sering digunakan.
Penggunaan kata serapan atau gairaigo di dalam bahasa Jepang dimaksudkan
untuk menyerap kosakata budaya-budaya asing. Gairaigo banyak diadaptasi dari
bahasa asing terutama dari bahasa-bahasa yang terdapat di benua Eropa. Sesuai
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Kobayashi (dalam Balukh, 2002:11)
bahasa Inggris merupakan bahasa yang paling banyak jumlahnya diserap
pembendaharaan kata pinjaman dalam bahasa Jepang mencapai 80% dari total
keseluruhan kata pinjaman bahasa Jepang. Selain itu, pemakaian bahasa asing di
berbagai bidang seperti teknologi, sosial, politik, ekonomi, budaya, seringkali
lebih dapat dimengerti daripada bahasa aslinya, yaitu bahasa Jepang. Namun,
pemakaian kata pinjaman dalam dokumen-dokumen kantor, politik, dan hukum
jarang digunakan dibandingkan dengan kata-kata pinjaman yang berhubungan
dengan mode, kosmetik, makanan, olahraga, musik, maupun seni banyak
ditemukan kata pinjaman (Loveday dalam Bordilovskaya, 2012:1362).
Pada masa kini, ketika membaca majalah Jepang khususnya pada majalah
wanita, ada banyak sekali kata gairaigo yang digunakan agar terlihat lebih
modern (Tomaszewska, 2015:8). Salah satunya adalah kata ‘shoes’ ditulis dengan
kata ‘シュー ’ ‘shuuzu’. Selain itu, ditemukan juga beberapa gairaigo yang
terlihat dalam majalah seperti kata ‘ホ プレー ’ ‘hotto pureeto’、dan ‘
カ ー ’ ‘posuto kaado’. Kata-kata tersebut bila diperhatikan merupakan
3
’ ‘posuto’ dan ‘カー ’ ‘kaado’ dan berasal dari bahasa Inggris, yaitu ‘hot
plate’ dan ‘post card’.
Menurut Tsujimura (1996:150) dalam banyak kasus, penggabungan atau
compounding terdiri dari dua morfem atau lebih. Sebagai contoh dalam bahasa
Inggris, yakni kata ‘bathroom’ dan ‘towel-rack’ terdiri atas dua kata. Selain itu,
McClure (2000:65) menyatakan beberapa contoh dari penggabungan gairaigo,
yakni ‘ イカー’ ‘maika-’ ‘mobil pribadi’, ‘ベフテキ’ ‘befuteki’ ‘daging sapi’,
‘ワイシャ ’‘wai shatsu’‘kaos putih’.
Penggabungan-penggabungan gairaigo tersebut dapat dikaji lebih mendalam
lagi dari segi pembentukan (morfologi) yang akan menghasilkan kategori yang
baru dari hasil pembentukan tersebut. Sebagai contoh, kata ‘ホ プレー ’
‘hotto pureeto’ terdiri atas kata ‘ホ ’ ‘hotto’ dan ‘プレー ’ ‘pureeto’. Kata
‘ホ プレー ’ berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘hot plate’. Dalam bahasa
Inggris masing-masing kata tersebut memiliki kategori kata sifat dan kata benda.
Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh O’Grady, Dobrovolsky, dan Katamba
(1996:151-155) kata sifat digabungkan dengan kata benda akan menghasilkan
kata benda. Selain itu, makna yang terkandung di dalamnya juga perlu diteliti
lebih lanjut sebagai akibat dari proses pembentukan penggabungan dari kata
tersebut. Kata ‘ホ ’ ‘hotto’ bermakna ‘panas’, sedangkan kata ‘プレー ’
‘pureeto’ bermakna ‘piring’. Makna yang dihasilkan tidak dapat diartikan sebagai
‘piring panas’. Oleh karena itu, pada penelitian ini diteliti dan dipelajari lebih
4
gairaigo dan membahas makna yang terjadi akibat dari proses pembentukan kata
atau proses morfologis tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dijabarkan, masalah-masalah yang
dibahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah proses morfologis pada penggabungan gairaigo yang
terdapat dalam Majalah Lips volume 29?
2. Bagaimanakah makna penggabungan gairaigo yang muncul setelah
proses penggabungan yang terdapat dalam Majalah Lips volume 29?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini terbagi menjadi dua adalah
sebagai berikut:
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menambah wawasan bagi
pembelajar bahasa Jepang dan sebagai referensi penelitian mengenai linguistik
bahasa Jepang khususnya mengenai proses morfologis dan makna penggabungan
gairaigo yang muncul setelah proses penggabungan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui proses morfologis penggabungan gairaigo yang terdapat
5
2. Mengetahui makna penggabungan gairaigo yang muncul setelah proses
penggabungan yang terdapat dalam Majalah Lips volume 29.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua,
yaitu:
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman mengenai ilmu
bidang linguistik bahasa Jepang dan dapat memberikan sumbangan data untuk
penelitian selanjutnya mengenai proses morfologis dan makna penggabungan
gairaigo. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan
dan perbandingan bagi penelitian-penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi, dapat
memberikan informasi dan manfaat bagi pembaca dan kepada pembelajar bahasa
Jepang, sehingga dapat memperkaya dan menambah wawasan untuk mempelajari
ilmu linguistik khususnya memahami proses morfologis dan makna
penggabungan gairaigo yang muncul setelah proses penggabungan.
1.5 Ruang Lingkup
Dalam sebuah penelitian, dibutuhkan adanya ruang lingkup agar pembahasan
6
dibatasi pada pembahasan tentang proses morfologis dan makna penggabungan
gairaigo yang terdapat dalam Majalah Lips volume 29.
1.6 Sumber Data
Data utama pada penelitian ini adalah berupa gairaigo yang terdapat dalam
majalah wanita, yaitu Majalah Lips volume 29 yang terbit pada bulan Mei 2014.
Majalah Lips ini memiliki ketebalan 204 halaman. Penelitian ini lebih
memfokuskan pada penggabungan gairaigo.
1.7 Metode dan Teknik Penelitian
Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, dan teknik adalah cara kerja
melaksanakan metode (Sudaryanto, 1993:9). Metode dalam penelitian ini, dibagi
ke dalam tiga bagian, yaitu: metode dan teknik pengumpulan data; metode dan
teknik analisis data; metode dan teknik penyajian hasil data.
1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode simak. Metode pengumpulan data ini diberi nama metode simak, karena
cara yang digunakan untuk memperoleh data dilakukan dengan menyimak
penggunaan bahasa. Istilah menyimak disini tidak hanya berkaitan dengan
penggunaan bahasa secara lisan, tetapi penggunaan bahasa secara tertulis (Mahsun,
2005:90). Data dalam penelitian ini adalah penggabungan gairaigo yang terdapat
dalam Majalah Lips volume 29. Selanjutnya, digunakan teknik catat. Teknik catat
7
2005:91). Data-data mengenai penggabungan gairaigo dan hal-hal penting yang
berkaitan dengan data dicatat dan selanjutnya dianalisis.
1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data
Pada metode analisis data digunakan metode kualitatif yang bersifat
deskriptif. Metode deskriptif, yaitu metode analisis yang dilakukan dengan cara
mendeskripsikan fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Langkah-langkah
penganalisisan data, yaitu: pertama, mengkategorikan penggabungan gairaigo
yang bertujuan bagaimana proses morfologis pada penggabungan gairaigo, dan
kedua, data-data yang sudah dikategorikan selanjutnya dianalisis dengan teori
penggabungan atau compounding dari O’Grady, Dobrovolsky, dan Katamba
(1996) dan makna leksikal yang dikemukakan oleh Chaer (2009). Data-data yang
telah didapatkan kemudian dianalisis, sehingga dapat menjelaskan mengenai
proses morfologis dan makna penggabungan gairaigo yang terdapat dalam
majalah Lips volume 29. Kemudian, metode ini didukung dengan teknik alih
bahasa. Penganalisisan data dilakukan secara induktif, yakni dikaji melalui proses
yang berlangsung dari data ke teori (Djajasudarma, 2006:14).
1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data
Pada tahap ini, hasil analisis disajikan dengan menggunakan metode formal
dan informal. Metode penyajian formal menurut Mahsun (2005:116) adalah
perumusan dengan tanda dan lambang-lambang. Hasil analisis mengenai proses
morfologis penggabungan gairaigo diuraikan dengan memakai simbol-simbol
tertentu dan menggunakan diagram yang diperlukan dalam penyajian. Selanjutnya,
8
perumusan dengan kata-kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis
sifatnya. Metode ini digunakan untuk memaparkan hasil analisis makna
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI
2.1` Kajian Pustaka
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses
morfologis, semantik atau makna, dan gairaigo dibahas dalam penelitian sebagai
berikut.
Suhartini (2013) membuat penelitian yang berjudul “Analisis penggunaan
Gairaigo yang diikuti verba ~suru”. Penelitian Suhartini dibahas mengenai asal
-usul, kategori, dan perbandingan gairaigo yang diikuti verba ~suru dengan
padanan kata yang disebut sebagai wago atau kosakata asli dalam bahasa Jepang.
Tujuan penelitian Suhartini untuk mengetahui kata gairaigo yang diikuti verba
suru dan untuk memahami perbandingannya dengan padanan kata yang ada.
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Hasil pembahasan penelitian Suhartini adalah semua gairaigo yang
diikuti verba ~suru merupakan kategori kata benda. Selain itu, gairaigo yang
diikuti verba ~suru yang memiliki padanan kata dalam wago (kosakata asli bahasa
Jepang) lebih sering digunakan, karena lebih populer dan mudah diucapkan.
Sebaliknya, gairaigo yang diikuti verba ~suru tidak memiliki padanannya dalam
bahasa Jepang disebabkan adanya pengaruh perkembangan teknologi, masuknya
budaya asing, dan semakin tinggi tingkat pendidikan di Jepang. Selain itu, asal
2
Penelitian Suhartini dan penelitian ini sama-sama dianalisis tentang gairaigo,
sedangkan penelitian ini terfokus pada proses morfologis pada gairaigo,
khususnya penggabungan gairaigo dan makna yang terdapat dalam Majalah Lips
volume 29. Manfaat yang didapat dari penelitian Suhartini dapat dijadikan sebagai
bahan dan acuan untuk meneliti mengenai gairaigo khususnya penggabungan
gairaigo.
Wahyuni (2014) menulis jurnal yang berjudul “Konstruksi Morfem
Wasei-Eigo: Kajian Morfologi” dianalisis tentang wasei-eigo yang terdapat dalam
Majalah Mini edisi Desember 2012 dan surat kabar Osaka Nichinichi Shinbun.
Tujuan penelitian Wahyuni adalah untuk mendeskripsikan asal-usul wasei-eigo
dalam bahasa sumbernya dan konstruksi morfem wasei-eigo. Metode yang
digunakan, yaitu dengan menggunakan metode deskriptif. Dalam penelitian
Wahyuni digunakan teori menurut Shibasaki, Tamaoka dan Takatori Yuki (2007)
tentang klasifikasi wasei-eigo. Hasil penelitian Wahyuni ditemukan klasifikasi
wasei-eigo diantaranya, wasei-eigo yang mengalami perubahan makna
(imizurekata), penyingkatan wasei-eigo dalam bahasa Jepang (tanshukukata), dan
wasei-eigo berupa gabungan beberapa morfem (eigo hyougen fuzaikata). Selain
itu, beberapa wasei-eigo berupa gabungan beberapa klasifikasi, yaitu wasei-eigo
yang mengalami penyingkatan dan perubahan makna (imizure to tanshuku
kumiawasekata) juga ditemukan dalam penelitian Wahyuni.
Penelitian Wahyuni dan penelitian ini sama-sama dianalisis tentang kajian
morfologi dan kata pinjaman, sedangkan objek yang diteliti berbeda. Wasei-eigo
3
ini. Selain itu, hanya arti dari kata asalnya secara singkat, yaitu bahasa Inggris
dibahas dalam penelitian Wahyuni, sedangkan makna pada penggabungan
gairaigo dengan menggunakan teori makna leksikal yang dikemukakan oleh
Chaer (2009) juga dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan
satu sumber data saja, yaitu majalah wanita, sehingga lebih terfokus. Selain itu,
manfaat yang didapat dari penelitian Wahyuni, yaitu dapat dijadikan sebagai
acuan untuk meneliti mengenai bidang ilmu morfologi atau pembentukan pada
penggabungan gairaigo dengan lebih mendalam.
Nishfullayli (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Proses Morfologis Pada
Gairaigo” dianalisis tentang pembentukan pada gairaigo dalam majalah wanita
‘CREA’ edisi Agustus 2005, Jurnal Bahasa Jepang ‘Nihon go Jaanaru’ edisi
Februari-September 2002, dan Jurnal Pendidikan ‘Kaigai Shijou Kyouiku’ No.
452 tahun 2010. Tujuan penelitian Nishfullayli adalah untuk dapat
mendeskripsikan proses-proses morfologis pada gairaigo dalam rangka
pembentukan kata sebagai penambah kekayaan kosakata bahasa Jepang. Teori
yang digunakan dalam penelitian Nishfullayli, yaitu dengan menggunakan teori
yang dikemukakan oleh Shibatani (dalam Tsujimura 2000) mengenai
pembentukan kata. Metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif. Berdasarkan
hasil penelitian Nishfullayli ditemukan tiga proses morfologis dari gairaigo
tersebut, yaitu afiksasi, penggabungan (compounding), dan pemendekan
(abbreviation). Pada penelitian Nishfullayli juga dibahas tentang perubahan kelas
4
Penelitian Nishfullayli dan penelitian ini sama-sama dianalisis mengenai
proses morfologis pada gairaigo, sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada
pembahasan mengenai penggabungan gairaigo dan makna yang terkandung,
sehingga lebih terfokus dan lebih mendalam pembahasannya. Selain itu,
digunakan satu sumber data dalam penelitian ini, yaitu majalah wanita saja.
Manfaat yang didapat dari penelitian Nishfullayli, yaitu dapat dijadikan sebagai
acuan untuk meneliti di bidang ilmu morfologi atau pembentukan pada
penggabungan gairaigo lebih mendalam.
Jayanti (2014) membuat penelitian dengan judul “Variasi Komposisi dan
Makna Kata Majemuk (Fukugougo) Dalam Buku Kumpulan Esai Hitori Zumou
Karya Sakura Momoko”. Penelitian Jayanti dianalisis tentang variasi komposisi
kata maupun kelas kata yang menghasilkan kata majemuk dan maknanya. Teori
yang digunakan dalam penelitian Jayanti, yaitu teori Shibatani (1990) untuk
membahas variasi kata majemuk dalam bahasa Jepang dan menggunakan teori
yang dikemukakan Chaer (2009) untuk membahas makna leksikal kata majemuk.
Tujuan penelitian Jayanti adalah untuk dapat memahami variasi komposisi kata
majemuk dan memahami makna yang dihasilkan dari pemajemukan dalam buku
kumpulan esai Hitori Zumou karya Sakura Momoko. Metode yang digunakan
adalah metode formal dengan teknik informal. Berdasarkan hasil penelitian
Jayanti, ditemukan 18 jenis variasi komposisi yang terbagi menjadi 3 kategori,
yaitu Native Compounds, Sino-Japanese Compounds, dan Hybrid Compounds.
Selain itu, ditemukan juga makna yang dihasilkan dari kata majemuk tersebut
5
dari kedua kata pembentuknya, kata majemuk yang maknanya dihasilkan dari satu
kata pembentuknya, dan kata majemuk yang maknanya tidak dihasilkan dari
kedua kata pembentuknya.
Penelitian Jayanti dan penelitian ini sama-sama dianalisis mengenai kata
majemuk atau penggabungan (compounding) dan makna dari proses
pemajemukan, sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada pembahasan
mengenai penggabungan gairaigo. Selain itu, penelitian ini juga dibahas
mengenai tipe-tipe penggabungan, yakni tipe endosentris dan tipe eksosentris
dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh O’Grady, Dobrovolsky, dan
Katamba (1996). Penelitian Jayanti memberikan kontribusi dalam penelitian ini,
karena dapat dipahami bagaimana cara menganalisis makna penggabungan
gairaigo, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini.
2.2 Konsep
Konsep adalah semua istilah atau kata kunci yang digunakan dalam suatu
karya ilmiah. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
sebagai berikut.
2.2.1 Proses Morfologi
Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’
dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu
mengenai bentuk’. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu mengenai
6
Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah
bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan
(dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan
(dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi)
(Chaer, 2008:25). Sejauh ini alat pembentuk dalam proses morfologi adalah afiks
dalam proses afiksasi, pengulangan dalam proses reduplikasi, penggabungan
dalam proses komposisi, pemendekan atau penyingkatan dalam proses
akronimisasi, dan pengubahan status dalam proses konversi (Chaer, 2008:27).
2.2.2 Penggabungan (Compounding)
Menurut Kridalaksana (1993:164), penggabungan atau compounding adalah
penggabungan dua bentuk bahasa atau lebih, sehingga dapat mempunyai fungsi
sendiri, misalnya penggabungan dua morfem, kata, frase, atau klausa, sehingga
membentuk satu konstruksi. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan
oleh Tsujimura (1996:150), penggabungan atau compounding adalah proses
penggabungan dua atau lebih kata.
2.2.3 Gairaigo
Menurut Sudjianto (2009:104) gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari
bahasa asing (gaikokugo) kemudian dipakai sebagai bahasa nasional (kokugo).
Kata-kata yang termasuk gairaigo bahasa Jepang pada umumnya adalah kata-kata
yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa tidak termasuk kango yang terlebih
dulu dipakai di dalam bahasa Jepang sejak zaman dulu kala. Kata-kata seperti
haikingu, teema, sonata, konto, kaosu, ego, noruma, chaachan, dan sebagainya
7
2.3 Kerangka Teori
Dalam sebuah penelitian diperlukan teori untuk memecahkan masalah yang
dibahas dan untuk menunjang penelitian. Kerangka teori yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain sebagai berikut.
2.3.1 Penggabungan (Compounding)
Teori compounding atau penggabungan pada penelitian ini, yaitu
menggunakan teori dari O’Grady, Dobrovolsky, dan Katamba (1996:151-155).
Ada beberapa cara untuk membentuk suatu kata salah satunya dengan
compounding atau dengan menggabungkan kata dengan kata.
Morfem yang berada paling kanan atau yang disebut dengan component
rightmost ialah yang menentukan kategorinya. Dengan demikian, kata
‘greenhouse’ berkategori kata benda. Kata ‘spoonfeed’ merupakan kata kerja,
karena kata ‘feed’ juga bagian dari kategori kata kerja. Kata ‘nationwide’
merupakan kata sifat, karena kata ‘wide’ juga merupakan kata sifat. Morfem yang
menentukan kategori seluruh kata disebut dengan head atau inti kata.
Penggabungan yang dihasilkan biasanya berkategori kata benda, kata kerja,
atau kata sifat, seperti pada diagram sebagai berikut.
2.3.1.1 Nominal Compound (Penggabungan berkategori kata benda)
Dalam kategori ini dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu sebagai berikut:
8
Pada contoh a) merupakan gabungan dari kata benda dengan kata benda,
sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata benda. Contoh
b) merupakan gabungan dari kata sifat dengan kata benda, sehingga menghasilkan
penggabungan yang memiliki kategori kata benda. Morfem yang berada paling
kanan ialah yang menentukan kategori, sehingga kata ‘house’ dan kata ‘bird’
dapat disebut sebagai head atau inti kata. Contoh c) merupakan gabungan dari
kata kerja dengan kata benda, sehingga menghasilkan penggabungan yang
berkategori kata benda. Morfem yang berada paling kanan atau yang disebut
sebagai component rightmost ialah yang menentukan kategori. Dengan demikian,
kata ‘nurse’ dan kata ‘suit’ dapat disebut sebagai head. Contoh d) pada diagram
tersebut merupakan gabungan dari preposisi dan kata benda, sehingga
menghasilkan penggabungan berkategori kata benda. Component rightmost pada
penggabungan ‘after thought’ adalah kata ‘thought’, sedangkan component
rightmost pada penggabungan ‘in laws’ adalah kata ‘laws’, sehingga dapat disebut
sebagai head atau inti kata dalam penggabungan tersebut.
2.3.1.2 Verbal Compound (Penggabungan berkategori kata kerja)
Dalam kategori ini dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu sebagai berikut:
a) V b) V c) V d) V
N V A V P V V V
9
Contoh a) dalam diagram tersebut merupakan gabungan dari kata benda dengan
kata kerja, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata kerja.
Kata ‘feed’ dan kata ‘roll’ merupakan morfem yang berada paling kanan dalam
penggabungan tersebut, sehingga menentukan kategori dan dapat disebut sebagai
head atau inti kata. Contoh b) adalah gabungan dari kata sifat dengan kata kerja,
sehingga menghasilkan kata kerja. Morfem yang berada paling kanan pada
penggabungan-penggabungan tersebut adalah kata ‘wash’ dan kata ‘clean’, sehingga
menentukan kategori dan dapat dijadikan sebagai head. Contoh c) merupakan
gabungan dari preposisi dengan kata kerja, sehingga menghasilkan penggabungan
yang memiliki kategori kata kerja. Kata ‘look’ dengan kata ‘estimate’ merupakan
morfem yang berada paling kanan dalam penggabungan-penggabungan tersebut,
sehingga menentukan kategori dan dapat dijadikan sebagai head. Contoh d) adalah
gabungan dari dari kata kerja dengan kata kerja. Dengan demikian, menghasilkan
penggabungan kata kerja.
2.3.1.3 Adjectival Compound (Penggabungan berkategori kata sifat)
Dalam kategori ini dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut:
a) A b) A c) A
10
menentukan kategori dan dapat disebut sebagai head. Contoh b) merupakan
gabungan dari kata sifat dengan kata sifat, sehingga menghasilkan penggabungan
yang memiliki kategori kata sifat. Contoh c) merupakan gabungan dari preposisi
dengan kata sifat, sehingga menghasilkan penggabungan berkategori kata sifat.
Kata ‘ripe’ dengan kata ‘grown’ merupakan morfem yang berada paling kanan,
sehingga menentukan kategori dan dapat disebut sebagai head dalam
penggabungan-penggabungan tersebut.
2.3.2 Tipe-Tipe Penggabungan (Types of Compounds)
Menurut O’Grady, Dobrovolsky, dan Katamba (1996:154-155) ada dua
macam tipe penggabungan, yaitu tipe endosentris dan tipe eksosentris. Menurut
Fabb (2001:67) tipe endosentris merupakan tipe penggabungan yang memiliki
head, sedangkan tipe eksosentris merupakan tipe penggabungan yang tidak
memiliki head.
Dalam banyak kasus, morfem yang berada di sebelah kanan atau yang
disebut the rightmost component yang mengidentifikasi kelas kata dan juga
merupakan makna inti dari keseluruhan penggabungan. Oleh karena itu, kata ‘dog
food’ merupakan jenis dari ‘food’, ‘cave man’ merupakan jenis dari ‘man’, dan
lain sebagainya. Penggabungan-penggabungan tersebut dinamakan endosentris.
Berikut contoh-contoh lain dari penggabungan endosentris.
Contoh Arti
Steamboat sebuah perahu yang bertenaga uap
Airplane sebuah kendaraan yang bergerak
melalui udara air hose
11
air field lapangan untuk tempat pesawat
mendarat
fire truck kendaraan yang digunakan untuk
memadamkan api
bath tub tempat untuk mandi
bath towel handuk yang digunakan setelah mandi
Ada sebagian kecil yang termasuk ke dalam tipe eksosentris, meskipun
makna kata per kata dari penggabungan tersebut tidak sesuai. Dengan demikian,
‘greenbottle’ bukan jenis dari sebuah ‘bottle’ melainkan jenis dari seekor lalat.
Sama halnya dengan kata ‘redneck’ bukan jenis dari ‘neck’ melainkan pekerja
orang kulit putih yang bekerja secara politik di daerah pedesaan. Selain itu, kata
‘sugar daddy’ juga yang dimaksud bukan ‘ayah bergula’ melainkan seorang
kekasih wanita yang dilimpahi hadiah dari seorang pria yang jauh lebih tua
darinya. Penggabungan-penggabungan tersebut dinamakan eksosentris.
2.3.3 Makna Leksikal
Menurut Chaer (2009:60) makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang
bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Karena itu dapat pula
dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna
yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang
sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Umpamanya kata tikus makna leksikalnya
adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat timbulnya penyakit tifus. Makna
ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing, atau dalam kalimat
Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada kedua kalimat
12
kalimat Yang menjadi tikus di gudang kami ternyata hitam bukanlah dalam
makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada