KESENIAN GAOK DI DESA KULUR KECAMATAN MAJALENGKA KABUPATEN MAJALENGKA PADA UPACARA BABARIT PARE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Seni Musik
Oleh
LIA FEBRIA KURNIANINGSIH 0807501
JURUSAN PENDIDIKAN SENI MUSIK FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
ABSTRAK
KESENIAN GAOK DI DESA KULUR KECAMATAN MAJALENGKA KABUPATEN MAJALENGKA PADA UPACARA BABARIT PARE
Kesenian Gaok merupakan kesenian tradisonal Kabupaten Majalengka. Kesenian Gaok ini selalu hadir mempertunjukan permainannya dalam berbagai upacara tradisi salah salah satunya yaitu dalam upacara babarit pare. Istilah Gaok diambil dari kata ngagorowok (berteriak) yang dinyanyikan secara ngagorowok dengan bentuk pupuh atau kakawen, sedangkan istilah babarit pare yaitu sebelum keluarnya padi atau ketika padi itu mulai berenas (berisi). Sama halnya dengan wanita yang sedang mengandung di usia tujuh bulan. Pertunjukan seni Gaok pada upacara babarit pare ini selalu rutin diadakan setiap tahunnya. Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan penelitian dari rumusan masalah.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu metode yang menganalisis dan menggambarkan data yang terkumpul dan digunakan untuk membuat kesimpulan yang dibutuhkan oleh peneliti.
Penelitian ini dibatasi pada struktur pertunjukan dan fungsi kesenian Gaok pada upacara babarit pare. Bentuk pertunjukan Seni Gaok pada upacara babarit
pare di Desa Kulur Kabupaten Majalengka pada dasarnya masih tetap terstruktur
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Metode Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Asumsi ... 9
G. Struktur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Kebudayaan dan Seni Tradisi ... 11
1. Kebudayaan ... 11
2. Kesenian ... 13
3. Seni Tradisi ... 14
B. Konsep Seni Pertunjukan ... 17
1. Upacara Adat ... 17
2. Seni Pertunjukan ... 17
3. Struktur Seni Pertunjukan ... 20
4. Fungsi Seni Pertnjukan ... 22
C. Kesenian Tradisonal Sunda ... 25
D. Gambaran Seni Gaok ... 26
BAB III METODE PENELITIAN ... 31
A. Metode Penelitian ... 31
B. Lokasi ... 32
C. Teknik Pengumpulan Data ... 32
1. Observasi ... 32
2. Wawancara ... 33
3. Studi Litelatur ... 36
4. Dokumentasi ... 38
D. Teknik Pengolahan Data ... 38
E. Prosedur Pengolahan Data ... 39
1. Reduksi Data ... 39
2. Penyajian Data ... 40
F. Langkah-Langkah Pelitian ... 41
1. Persiapan ... 41
2. Pelaksanaan Penelitian ... 41
3. Penyusunan Laporan penelitian ... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43
A. Hasil Penelitian ... 43
1. Gambaran Umum Kesenian Gaok ... 43
2. Gambaran Umum Kesenian Gaok Pada Upacara Babarit Pare ... ... 45
B. Pembahasan ... 47
1. Struktur Pertunjukan Kesenian Gaok Pada Upacara Babarit Pare Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka... 47
2. Tempat, Waktu Pertunjukan ... 74
3. Waditra ... ... 75
4. Wawacan ... ... 78
5. Tata Busana ... 81
6. Tata Cahaya Dan Soundsystem ... 82
7. Fungsi Kesenian Gaok Pada Upacara Babarit Pare Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Saran ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 92
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Para Pemain Gaok ... 47
4.2 Sesajen ... 54
4.3 Pembakaran Kemenyan di Dalam Parupuyan Sambil Membacakan Jampe-Jampe ... 55
4.4 Diibingan ... 69
4.5 Air Bunga Yang Akan Disiramkan Untuk Padi ... 73
4.6 Pertunjukan Seni Gaok di Balai Kampung Tarikolot ... 74
4.7 Buyung dan Songsong ... 76
4.8 Waditra Pada Saat Pertunjukan ... 77
4.9 Wawacan Sulanjana Saat Ini Berbahasa Sunda ... 80
4.10 Gambar Wawacan Sulanjana Berbahasa Arab Gundul .. 80
4.11 Busana Yang Dipakai ... 82
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lampiran Gambar ... 94
Lampiran 2 Lampiran Lagu... 98
Lampiran 3 Pedoman Wawancara... 127
Lampiran 4 Pedoman Observasi ... 130
Lampiran 5 Surat Perubahan Judul dan Perpanjangan Masa Bimbimbing Skripsi ... 133
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian ... 135
Lampiran 7 Profil Desa dan Kelurahan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMDPKB) Kabupaten Majalengka... 136
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Seni tradisional yang ada di Indonesia merupakan salah satu unsur
kebudayaan yang menjadi bagian hidup masyarakat dalam suatu kaum suku
bangsa tertentu. Seni tradisional tersebut berasal dari kebudayaan nenek moyang
terdahulu. Jawa Barat merupakan daerah yang sangat terkenal akan berbagai
ragam keseniannya. Selain itu Jawa Barat pun dikenal sebagai obyek pariwisata
mancanegara dan domestik dan berbagai keragaman jenis kesenian tradisional,
Keragaman kesenian tradisional ini disebabkan oleh kondisi geografis, sistem
kepercayaan dan adat istiadat yang berbeda-beda. Salah satu kesenian tradisonal
Jawa Barat tersebut adalah kesenian Gaok Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka
Kabupaten Majalengka.
Desa Kulur berada di sebelah Timur di wilayah Kabupaten Majalengka dan
tinggi rata-rata tempat wilayahnya berada antara 200-400 m dari permukaan laut.
Batas-batas wilayah Desa Kulur, yaitu sebelah Utara yang berbatasan dengan
Kecamatan Cigasong. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sindangkasih,
sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kawunghilir. Sedangkan sebelah Selatan
Desa Kulur ini berbatasan dengan Desa Cibodas. Mayoritas penduduk di Desa
Kesenian yang hidup di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka yaitu Kesenian Gaok yang berkembang di Majalengka. Sejak
masuknya agama Islam di Wilayah Kabupaten Majalengka sekitar abad ke-15
yang pada masa itu pangeran muhammad berusaha menyebarkan agama Islam di
Daerah Kabupaten Majalengka.
Sejak dahulu kesenian Gaok ini selalu hadir memepertunjukan
permainannya dalam berbagai upacara tradisi, misalnya ngayun (upacara 40 hari
kelahiran bayi dan pemberian nama) babarit pare (sebelum keluarnya padi),
muludan, halal bihallal, khitanan dan pernikahan. Kata babarit yang artinya
„selametan tujuh bulan yang sedang hamil‟ sedangkan kata pare yang artinya
„padi‟ (Kamus Bahasa Sunda-Bahasa Indonesia Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta (1994:72
& 325).
Upacara babarit pare dilaksanakan rutin setiap satu tahun sekali yaitu
pada bulan Desember dimana pada bulan ini musim kemarau berakhir
selanjutnya datang musim penghujan barulah padi mulai tumbuh berenas (berisi).
Naskah wawacan yang digunakan yaitu wawacan Sulanjana. Waditra pengiring
upacara babarit pare yaitu goong dan kempul, kendang ditambahkan kecrek yang
terbuat dari logam dan tarompet sebagai pelengkap dalam pertunjukan upacara
babarit pare.
Kesenian Gaok tersebut termasuk seni sastra mamacan yang artinya
membaca teks. Atau juga bisa disebut sebagi wawacan yakni singkatan wawar ka
orang-orang yang belum mengetahui. Sastra adalah seni yang menggunakan
bahasa sebagai alat ekspresi, baik lisan maupun tulisan. (Rosidi, 1966a:134-135)
selain Rosidi, Wellek dan Warren, (1995:3) menjelaskan bahwa “sastra adalah
sebuah kegiatan kreatif sebuah karya seni”.
Kesenian Gaok sampai saat ini masih terpelihara dan tetap terjaga. Proses
pewarisan di dalam kesenian Gaok ini yaitu secara turun temurun sejak tahun
1963 oleh kedua orang tua Abah Rukmin yang juga seniman Gaok. Untuk
mempertahankan keberadaanya maka seni Gaok diharapkan agar terus berkarya
serta mempertahankan kelestarian secara utuh.
Dari urian tersebut, maka peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian
terhadap kesenian tradisonal yang ada Di Desa Kulur yaitu kesenian Gaok pada
upacara babarit pare. Adapun judul yang peneliti ambil dalam peneilitian ini
adalah ”KESENIAN GAOK DI DESA KULUR KECAMATAN
MAJALENGKA KABUPATEN MAJALENGKA PADA UPACARA
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, peneliti perlu
mengidentifikasi dan membatasi masalah apa saja yang akan diteliti di dalam
“Kesenian Gaok di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka
Pada Upacara Babarit Pare”. Dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah
dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana struktur pertunjukan Kesenian Gaok di Desa Kulur Kecamatan
Majalengka Kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit Pare ?
2. Bagaimana fungsi Kesenian Gaok di Desa Kulur Kecamatan Majalengka
Kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit Pare ?
Agar penelitian ini sesuai dengan sasaran yang akan dicapai, maka
diperlukan adanya pembatasan istilah guna menghindari kesalahtafsiran terhadap
judul penelitian ini, maka peneliti memeberikan batasan-batasan istilah sebagai
berikut :
Kesenian : Nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi
hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati
dengan mata ataupun telinga (Kurniawan, 2012:114).
Gaok : Gaok yang diambil dari kata ngagorowok (berteriak)
yaitu jenis kesenian trdisional yang dinyanyikan
secara ngagorowok dengan bentuk pupuh atau
kakawen. Dalam buku profil kesenian Majalengka
Babarit pare : Sebelum keluarnya padi atau ketika padi itu mulai
berenas (berisi). Sama halnya dengan wanita yang
sedang mengandung di usia tujuh bulan. Alamat
keterangan dari Abah Rukmin (wawancara pada
tanggal 4 Oktober 2012).
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjawab berbagai
permasalahan yang ada pada penelitian yang dilakukan, antara lain mempunyai
tujuan untuk menjawab pertanyaan sebelumnya. Tujuan tersebut adalah :
1. Ingin mengetahui struktur pertunjukan Kesenian Gaok di Desa kulur
Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit Pare.
2. Ingin mengetahui fungsi Kesenian Gaok di Desa Kulur Kecamatan
Majalengka Kabupaten Majalengka Pada Upacara Babarit Pare.
D. Metode Penelitian
1. Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode desktiptif
dengan pendekatan kualitatif. Dengan menggunakan meode deskriptif pendekatan
kualitatif peneliti dapat menggambarkan kembali, menguraikan dan memaparkan
hal-hal, atau gejala-gejala sebagaimana adanya untuk mengidentifikasi tentang
ini menggunakan struktur pertunjukan dan fungsi kesenian Gaok di Desa Kulur
Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka pada upacara babarit pare.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi
nonpartisipan karena peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat
independen. Observasi dilakukan untuk mengamati hal-hal yang
berhubungan dengan objek penelitian, yaitu tentang struktur pertunjukan
dan fungsi dalam seni Gaok di Desa Kulur Kecamatan Majalengka.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang tidak didapatkan
dalam observasi, karena dalam observasi hanya sebatas melihat dan
mengamati. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur, karena peneliti menggunakan pedoman wawancara
yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya,
namun dalam pelaksanaannya lebih bersifat fleksibel.
c. Studi literatur
Studi literatur dilakukan peneliti untuk mendukung atau memperkuat
konsep-konsep yang dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam
d. Dokumentasi
Dokumentasi berfungsi sebagai data dalam bentuk fisik yang berbentuk
audio dan visual. Kesenian Gaok pada upacara babarit pare
didokumentasikan berupa foto dan rekaman video. Dari semua data yang
didapat, dipergunakan sebagai keterangan yang nyata untuk diolah.
3. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai sebuah
[image:13.595.114.513.239.629.2]proses mengolah data setelah semua data terkumpul seperti catatan, rekaman,
gambar-gambar maupun bentuk lainnya untuk kemudian dilakukan
tahapan-tahapan pengolahan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan dan mengelompokkan data-data berdasarkan jenis data hasil
penelitian.
2. Menyesuaikan dan melakukan perbandingan antara hasil data yang diperoleh
dari lapangan dengan literatur yang diperoleh, sebagai bahan kesimpulan
penelitian.
3. Mendeskripsikan hasil penelitian berupa kesimpulan dari hasil pengolahan
data dalam bentuk laporan tulisan.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian dilakukan untuk
mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan. Penelitian ini diharapkan juga
1. Peneliti
a. Dapat memberikan manfaat, wawasan, dan dapat dijadikan sebagai
masukan dan pengalaman yang bermanfaat untuk sekarang maupun dimasa
yang akan datang.
b. Sebagai salah satu kajian yang dapat memberikan informasi, kontribusi,
akademisi peneliti serta memperkaya bidang kajian dalam rangka
mengembangkan dan mengetahui kesenian Gaok di Desa Kulur Kecamatan
Majalengka Kabupaten Majalengka pada upacara babarit pare.
c. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang kesenian
tradisional dan dapat mengetahui lebih jauh tentang penyajian seni Gaok
pada upacara babarit pare di Desa Kulur Kecamatan Majalengka
Kabupaten Majalengka.
2. Lembaga Pendidikan dan Mahasiswa
a. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, sebagai masukan dalam upaya
pelestarian, pembinaan, dan pemeliharaan budaya daerah sebagai kekayaan
budayaan bangsa.
b. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), untuk memberikan referensi
kepustakaan dan sebagai dokumentasi kesenian khususnya kesenian Gaok
pada upacara babarit pare pada Jurusan Pendidikan Seni Musik.
c. Untuk menambah pembendaharaan bacaan dan dokumentasi bagi para
mahasiswa, serta menjadikan acuan untuk meningkatkan pemahaman
3. Masyarakat
a. Dapat mengetahui dan mengenal kesenian Gaok sehingga diharapkan
dapat memberikan motivasi kepada masyarakat untuk tetap melestarikan,
mengembangkan kesenian daerah khususnya kesenian Gaok.
b. Memberikan informasi kepada masyarakat luas khususnya bagi
pengembangan kebudayaan dan kesenian tradisional yang religius, yaitu
kesenian Gaok. Serta menjadi bahan masukan dan peningkatan mutu,
pengembangan popularitas kesenian di daerah Majalengka.
F. Asumsi
Anggapan dasar yang dijadikan penelitian ini adalah bahwa kesenian Gaok
pada pertunjukannya diawali dengan bacaan basmallah, sedangkan bahasa yang
disampaikan dengan bahasa sunda, sebagai media penyampaian pesan. Naskah
atau wawacan yang dibawakan yaitu wawacan Sulanjana. Kesenian Gaok ini
masih memiliki fungsi ritual, yaitu sebagai media upacara seperti upacara babarit
pare pada masyarakat Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka
yang cara penyajiannya masih lekat dengan kepercayaan animisme (roh nenek
moyang) dan sebagai sarana hiburan. Untuk memepertahankan keberadaannya
maka seni Gaok diharapkan agar terus berkarya serta mempertahankan kelestarian
G. Struktur Organisasi Skripsi
BAB I PENDAHULUAN
a. Latar Belakang Penelitian
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan Penelitian
d. Metode Penelitian
e. Manfaat Penelitian
f. Asumsi
g. Struktur Organisasi Skripsi
BAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Data-data mengenai kesenian Gaok pada upacara babarit pare di Desa
Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka adalah berupa data
kualitatif dimaksudkan untuk memaparkan permasalahan yang terkait, khususnya
ditujukan agar mampu menjawab permasalahan-permasalahan dalam melakukan
penelitian dan menggambarkannya sesuai dengan fakta yang ada seperti struktur
pertunjukan dan fungsi dari kesenian Gaok pada upacara babarit pare di Desa
Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka.
Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, maka untuk mendapatkan kualitas
penelitian yang baik, peneliti bermaksud menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan kualitatif. Metode deskriptif yang dimaksudkan yaitu dapat
menggambarkan kembali, menguraikan dan memaparkan hal-hal atau gejala
sebagaimana adanya untuk mengidentifikasi tentang berbagai data yang berhasil
dikumpulkan dari lapangan. Dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif hal
ini di dasarkan pada alasan bahwa data-data tentang kesenian Gaok pada upacara
babarit pare di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka
tersebut semuanya bersifat naturalistik, karena situasi lapangan penelitian bersifat
B. Lokasi
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Kulur Kecamatan Majalengka
Kabupaten Majalengka, karena kesenian Gaok yang akan diteliti hanya hidup dan
berkembang di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka
dikarenakan di daerah lain tidak terdapat kesenian Gaok yang dipimpin oleh Abah
Rukmin dalam pelaksanaan babarit pare.
Desa Kulur berada di sebelah Timur di wilayah Kabupaten Majalengka dan
tinggi rata-rata tempat wilayahnya berada antara 200-400 m dari permukaan laut.
Batas-batas wilayah Desa Kulur, yaitu sebelah Utara yang berbatasan dengan
Kecamatan Cigasong. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sindangkasih,
sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kawunghilir. Sedangkan sebelah Selatan
Desa Kulur ini berbatasan dengan Desa Cibodas. (Dalam Buku Profil Desa dan
Kelurahan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga
Berencana (BPMDPKB) Kabupaten Majalengka 2011:1-3)
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan untuk
memperoleh data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi atau pengamatan secara
langsung dan mencatat semua data yang diperoleh dari lokasi penelitian yang
Adapun yang dilakukan penulis dalam observasi ini adalah mengapresiasi
pertunjukan Seni Gaok pada upacara babarit pare untuk selanjutnya diolah
hingga menghasilkan sebuah kesimpulan penelitian.
Observasi pertama dilakukan pada tanggal 14 September 2012 yaitu
melihat lokasi dimana kesenian Gaok berada, selain itu juga berkenalan dengan
Abah Rukmin selaku narasumber sekaligus pimpinan dari kesenian Gaok dan
meminta izin untuk melakukan penelitian kepada kepala Desa Kulur Kecamatan
Majalengka Kabupaten Majalengka mulai pukul 10:00 s/d 15:00.
Observasi kedua pada tanggal 6 Desember 2012 mempersiapkan tanggal
acara pertunjukan kesenian Gaok pada upacara babarit pare Di Desa Kulur
Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka di kediaman rumah Abah Rukmin
yaitu di waktu senggang yakni antara pukul 13:00 sampai dengan 16:30, hal ini
dilaksanakan agar tidak mengganggu aktivitas para pemain Gaok yang mayoritas
para pemainnya bekerja sebagai petani.
Observasi ketiga pada tanggal 23 Desember 2012 mengamati struktur dari
awal hingga akhir pertunjukan yang dimulai pada pukul 20:00 s/d 23:00 di Balai
Kampung Tarikolot Desa Kulur Kecamatan majalengka Kabupaten Majalengka.
2. Wawancara
Teknik berikutnya yang dilakukan penulis dalam penelitian skripsi ini
adalah teknik wawancara. Teknik ini merupakan teknik yang paling penting
dalam penyusunan skripsi karena sebagian besar sumber diperoleh melalui
sejarah lisan, yang dilakukan dengan cara berkomunikasi dan berdiskusi dengan
beberapa tokoh yang terlibat atau mengetahui secara langsung maupun tidak
langsung bagaiman pertunjukan kesenian Gaok pada upacara babarit pare.
Wawancara yang dilakukan adalah teknik wawancara gabungan yaitu
perpaduan antara wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara
terstruktur atau berencana adalah wawancara yang terdiri dari suatu daftar
pertanyaan yang telah direncanakan dan disusun sebelumnya. Semua wawancara
yang diwawancarai diberi pertanyaan yang sama sengan kata-kata dan tata urutan
yang seragam. Sedangkan wawancara yang tidak terstruktur adalah wawancara
yang tidak mempunyai persiapan sebelumya dari suatu daftar pertanyaan dengan
susuna kata-kata dan tata urut yang harus dipatuhi peneliti.
Kebaikan dari penggabungan wawancara terstruktur dan tidak terstruktur
adalah agar tujuan wawancara lebih fokus. Selain itu agar data yang diperoleh
agar lebih mudah diolah dan yang terakhir narasumber lebih bebas
mengungkapkan apa saja yang dia ketahui. Dalam teknis wawancara penulis
mencoba mengkolaborasikan atara kedua teknik tersebut, yaitu dengan wawancara
terstruktur penulis membuat susunan pertanyaan yang sudah dibuat, kemudian
diikuti dengan wawancara yang tidak terstruktur yaitu penulis memberikan
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan pertanyaan sebelumya dengan tujuan
untuk mencari jawaban dari setiap pertanyaan yang brkembang kepada tokoh atau
pelaku sejarah.
Wawancara dilakukan pada tanggal 29 Oktober 2012 dikediaman beliau
No. 18 Kampung Tarikolot Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka tentang bagaimana sejarah kesenian Gaok pada upacara babarit pare.
Selanjutnya wawancara dengan anggota pemain Gaok pada tanggal 5 Desember
2012 dikediaman Abah Domo yang terletak di RT/09 RW/04 Blok Ahad Desa
Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka dan dikediaman Abah Kari
RT/03 RW/01 Blok Sabtu Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka mengenai awal mula mereka gabung dalam kesenian Gaok. Selain itu
juga wawancara dilakukan kepada beberapa pemain waditra, salah satunya adalah
Bapak Oman (pemain goong) pada tanggal 14 Januari 2013 mengenai ada berapa
macam pola pukulan dan awal mulai gabung dalam kesenian Gaok. Kemudian
dengan masyarakat setempat yaitu Bapak Wawan, Ukan, dan Edoh pada tanggal
20 Oktober 2012 mengenai bagaimana respon penonton jika pertunjukan seni
Gaok di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka
dipertunjukan.
Selain narasumber tersebut, wawancara juga dilakukan dengan pihak
pemerintahan Desa Kulur, yaitu Ibu Nyai Yunengsih selaku Kepala Desa Kulur
guna mendapatkan informasi yang tentang keberadaan seni Gaok pada upacara
babarit pare di Kabupaten Majalengka. wawancara terhadap beliau dilakukan
pada tanggal 14 Januari 2013 di Balai Desa Kulur Kecamatan Majalengka
Kabupaten Majalengka. Wawancara yang bersangkutan tersebut menggunakan
pedoman wawancara terlampir. Instrumen yang digunakan adalah alat tulis, media
3. Studi Litelatur
Studi litelatur dalam penelitian ini yaitu mengumpulkan data yang
diperoleh melalui sumber-sumber tertulis baik berupa buku, majalalah, surat
kabar, maupun hasil-hasil laporan penelitian yang memuat bahan menjadi sumber
dalam pengumpulan data yang telah diakui kebenarannya sumber-sumber tertulis
tersebut yang berkaitan dengan masalah yang sedang penulis peneliti yaitu
kesenian Gaok pada upacara babarit pare di Desa Kulur Kecamatan Majalengka
Kabupaten Majalengka yang dikaji dari beberapa teori pendapat serta
temuan-temuan berbagi media. Untuk mendapatkan data sebanyak-banyaknya yang lebih
akurat dilengkapi dengan data dari sumber yang sudah ada terlebih dahulu. Data
tersebut disusun, diolah, kemudian dianalisis sehingga dapat menunjang
kelancaran dan tujuan dari penelitian ini. Beberapa sumber yang digunakan dalam
penelitian ini diantaranya:
- Purnama Prima dengan judul Perkembangan Seni Tradisi Gaok di
Kabupaten Majalengka: Kajian Sosial-Budaya Tahun 1963-1966
(2010:126) memaparkan terjadi adanya akulturasi antara nilai-nilai
Keislaman dengan nilai tau unsur-unsur Hindu-Budha. Dampak
yang mungkin dapat dirasakan dari seni Tradisi Gaok bagi
masyarakat Kabupaten Majalengka pro dan kontra antara pihak
yang mendukung karena berfikir bahwa seni tradisi ini merupakan
suatu warisan yang harus dilestarikan dengan pihak yang menolak
dalam isi tulisan ini peneliti menekankan struktur seni pertunjukan
kesenian Gaok pada acara babarit pare dan fungsinya.
- Nono Sudarmono dengan judul Struktur Pertunjukan dan Fungsi
Sosiologis Tradisi Gaok Serta Model Pelestariannya (2009:7).
Berkaitan dengan kondisi seni tradisi Gaok pada saat sekarang.
Dalam tulisannya Sudarmono (2009:7) memaparkan bagaimana
kondisi suatu kesenian yang merupakan identitas diri dari suatu
masyarakat, pada saat sekarang mulai ditinggalkan dan bahkan
terancam punah.
- Muhammad Faezar Ibrahim dengan judul Pertunjukan Seni Gaok
Kombinasi Sinar Kiara Rambay Di Desa Kulur Kabupaten
Majalengka (2011:75) memaparkan perkembangan seni Gaok
terbagi menjadi beberapa aspek, pertama apabila dilihat dari
pertunjukannya saat ini seni Gaok bisa dikatakan stabil namun ada
beberapa yang berkembang. Struktur dari pertunjukan seni Gaok
Kombinasi Sinar Kiara Rambay masih tetap terjaga sampai saat ini,
langkahnya yaitu rancag, digaokeun, alok, dan kidung pangrajah.
Hanya saja ditambahkan sedikit pengembangan berupa alok
nembalan di dalam pertunjukanya agar menjadi lebih semarak.
Bahkan tak jarang penonton yang ingin menari pada saat alok.
Sedangkan dalam isi tulisan ini peneliti menekankan kepada
pare di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka.
4. Dokumentasi
Dokumentasi berfungsi sebagai data dalam bentuk fisik yang berbentuk
audio dan visual. Pertunjukan kesenian Gaok pada upacara babarit pare ini
didokumentasikan berupa foto dan rekaman video. Dari semua data yang didapat,
dipergunakan sebagai keterangan yang nyata untuk diolah. Alat bantu yang
digunakan adalah kamera digital sebagai penyimpan data yang dimulai dari bulan
Oktober 2012.
[image:24.595.109.514.244.609.2]Dokumentasi dilakukan pada saat observasi, diantaranya mengambil
gambar wawacan (naskah) yang digunakan, sesajen serta para anggota Kesenian
Gaok pada acara babarit pare. Video digunakan peneliti pada saat observasi untuk
merekam pertunjukan kesenian Gaok, dan hasil video diamati untuk membantu
proses penelitian. Dari semua data yang didapat, dipergunakan sebagai keterangan
yang nyata untuk diolah menjadi suatu karya ilmiah.
D. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai sebuah
proses mengolah data setelah semua data terkumpul seperti catatan, rekaman
audio dan visual, dan gambar-gambar untuk kemudian dilakukan tahapan-tahapan
1. Mengumpulkan dan mengelompokkan data-data berdasarkan jenis data hasil
penelitian.
2. Menyesuaikan dan melakukan perbandingan antara hasil data yang diperoleh
dari lapangan dengan literatur yang diperoleh, sebagai bahan kesimpulan
penelitian.
3. Mendeskripsikan hasil penelitian berupa kesimpulan dari hasil pengolahan
data dalam bentuk laporan tulisan.
E. Prosedur Pengolahan Data
Dalam penelitian kualitatif, proses pengolahan data dilakukan sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan. Artinya
peneliti harus mampu melihat gejala permasalahan dan informasi
sebanyak-banyaknya sebelum, selama dan setelah melakukan penelitian. Hal ini
dikarenakan pada penelitian kualitatif, permasalahan belum jelas. Setelah
melakukan studi pendahuluan, kemungkinan peneliti akan mendapatkan fokus
permasalahan. Prosedur dalam penelitian dibutuhkan untuk mengarahkan peneliti
melakukan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Proses reduksi data dalam penelitian ini terdiri dari pemilihan hal-hal yang
berhubungan dengan aspek-aspek penting. Sampai pada akhirnya peneliti
mereduksi data-data yang dianggap penting, dan membuang data-data yang tidak
diperlukan. Data-data yang diambil yaitu data mengenai struktur kesenian Gaok
2. Penyajian Data
Penyajianan data merupakan langkah kedua setelah reduksi data dilakukan
oleh peneliti. Penyajian data diikuti oleh proses mengumpulkan data-data yang
saling berhubungan satu sama lain melalui wawancara, pendokumentasian dan
pengamatan yang lebih mendalam. Hal ini dimaksudkan untuk memperkuat hasil
reduksi data untuk diolah lebih lanjut sehingga pada akhirnya akan menghasilkan
suatu kesimpulan.
Setelah data diperoleh berupa tulisan baik dari catatan maupun rekaman
yang sudah direduksi, data kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Data-data
yang saling berhubungan dikelompokkan sehingga terbentuk kelompok-kelompok
data yang selanjutnya akan disimpulkan.
3. Pengambilan Kesimpulan
Langkah terakhir dalam pengolahan data kualitatif yaitu penarikan
kesimpulan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tentang struktur pertunjukan Gaok
dan fungsinya. tetapi mungkin juga tidak, karena rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif bersifat sementara. Setelah peneliti menarik kesimpulan dari
hasil penelitian, peneliti mempelajari dan memahami kembali data-data hasil
penelitian, meminta pertimbangan kepada berbagai pihak mengenai data-data
F. Langkah-langkah Penelitian
1. Persiapan
a. Observasi awal
Peneliti melakukan observasi awal ke lokasi penelitian dengan tujuan untuk
mengetahui gambaran lokasi penelitian, mengenal pencetus kesenian Gaok, dan
mengetahui para anggota atau personilnya. Observasi awal ini dilakukan pada
tanggal 14 September 2012.
b. Merumuskan Masalah
Rumusan masalah sangat penting dalam sebuah penelitian. Peneliti harus
merumuskan masalah setelah melakukan beberapa studi pendahuluan. Dengan
adanya rumusan masalah, peneliti akan lebih terfokus dan mudah untuk membuat
laporan hasil penelitian.
c. Merumuskan Asumsi
Peneliti harus merumuskan asumsi atau anggapan sementara yang pada
akhir penelitian akan disesuaikan dengan hasil penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
Setelah melakukan persiapan, peneliti melaksanakan penelitian sesuai
dengan acuan pada metode penelitian. Selama penelitian, peneliti mengumpulkan
data-data yang diperoleh di lapangan kemudian mengolah data tersebut untuk
3. Penyusunan Laporan Penelitian
Setelah proses penelitian selesai dilaksanakan, peneliti membuat laporan
penelitian berupa hasil penelitian yang sebenarnya, yang diperoleh dari lapangan
seperti catatan-catatan, hasil wawancara, dokumentasi dan rekaman yang
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan dilapangan mengenai Kesenian Gaok Pada
Upacara Babarit Pare Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten
Majalengka, maka terdapat beberapa hal yang ingin penulis simpulkan. Yaitu
pertama, seni tradisi Gaok pada upacara babarit pare terlahir tidak diketahui pasti
dimana Gaok dilahirkan, proses terbentuknya, dan bagaimana hubungannya
upacara babarit pare dengan kesenian Gaok. Walaupun Kabupaten Majalengka
mengakui bahwa seni tradisi Gaok merupakan kesenian asli Majalengka namun
tidak dipungkiri terdapat beberapa daerah yang memiliki seni tradisi yang
menyerupai Beluk di Sumedang. Keberadaan Seni Gaok Di Desa Kulur
Kabupaten Majalengka diperkirakan antara abad ke-15 yaitu didirikan sekitar
tahun 1963. Seni tradisi terlahir secara turun temurun oleh orangtua Abah Rukmin
yang juga seniman Gaok.
Kesimpulan kedua, dilihat dari seni pertunjukannya saat ini seni Gaok pada
upacara babarit pare bisa dikatakan stabil dan rutin dilaksanakan setiap tahunnya.
Struktur dari pertunjukannya kesenian Gaok pada upacara babaarit pare masih
tetap terjaga sampai saat ini. Ada sedikit pengembangan yaitu beberapa penonton
yang ingin ikut menari pada saat alok.
Kesimpulan ketiga, perkembangan ini terjadi perubahan fungsi yang
Esa melalui perantara para leluhur (nenek moyang), namun sejak tahun 1980-an
sampai kini berangsur-angsur kesenian Gaok berubah dan berkembang menjadi
kesenian pertunjukan yang memiliki fungsi sebagai hiburan di masyarakat
Kabupaten Majalengka. Tak jarang apabila Gaok dalam hajatannya misalnya
dalam khitanan, pernikahan, dan ulang tahun hari jadi Majalengka.
Kesimpulan keempat terlihat dari perubahan waditra pengiring
menggunakan yang pada saat ini goong dan kempul, kendang, tarompet dan
kecrek yang terbuat dari logam. Walaupun pada saat ini tidak ada yang mampu
lagi meniup waditra buyung dan songsong, hal ini bisa juga terlihat dikarenakan
memang tidak ada usaha regenerasi terhadap generasi penerus dari para pemain
Gaok untuk memainkan waditra buyung dan songsong.
Kesimpulan kelima wawacan Sulanjana dalam seni Gaok pada upacara
babarit pare yaitu dengan menggunakan lagu-lagu tembang (pupuh) yang artinya
tidak mengikat pada aturan-aturan yang baku atau bebas aturan irama dan waditra
yang digunakan bisa ditambahkan dengan kacapi indung, kacapi rincik, suling,
rebab atau bisa juga ditambahkan dengan biola.
Selanjutnya kesimpulan keenam walaupun Seni Tradisi Gaok bisa
dikatakan sebagai kesenian tradisi yang diwariskan secara turun temurun dari satu
generasi ke generasi selanjutnya, namun dalam perkembangannya kesenian ini
masih belum dapat dikenal secara luas oleh masyarakat di Kabupaten Majalengka.
Seni Tradisi Gaok hanya dapat dikenal sebatas pada lingkungan pelaku dan
menerus bukan tidak mungkin akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan
dalam seni Gaok di Kabupaten Majalengka.
B. Saran
Sehubungan dengan kesimpulan pada bagian sebelumnya, maka penulis
akan memberikan beberapa hal yang ingin penulis sampaikan sebagai bahan dasar
pertimbangan dalam rangka melesatarikan Seni Tradisi Gaok sebagai warisan
leluhur masyarakat Majalengka dan memupuk nilai-nilai budaya lokal yang
terkandung di dalamnya, maka penulis memiliki beberapa msukan atau saran di
antaranya:
a. Agar pemerintah lebih memperhatikan organisasi-organisasi kesenian dan
dipandang perlu memberikan bantuan baik secara moral maupun material
dalam membina wadah-wadah seni Tradisi Gaok, baik dari segi pembinaan
untuk memperkaya bentuk pertunjukan maupun dari segi pengelolaan
wadah-wadah agar lebih dapat bersaing dan berdaya guna dalam perubahan
arus global.
b. Pengembangan dan pelestarian Seni Tradisi Gaok saat ini perlu dilakukan
dengan cara mensosialisasikan kepada masyarakat luas khususnya generasi
muda melalui Dinas Pendidikan dengan cara memasukan pengetahuan seni
tradisonal baik secara teori maupun praktek kedalam kurikulum mulai dari
tingkat Sekolah Dasar sampai tingkat Sekolah Menengah Atas.
c. Mengupayakan untuk mengadakan pementasan dari apresiasi melaui media
masa baik cetak maupun elektronik seperti televisi lokal, nasional untuk
d. Mengadakan pendokumentasian atau pendataan terhadap Seni Tradisi Gaok
di Kabupaten Majalengka secara periodik dan teliti, agar Seni Tradisi Gaok
tidak mengalami kepunahan. Hasil pendokumentasian dapat dibaca dan
dapat dipelajari oleh generasi selanjutnya.
e. Tiap-tiap grup di Kabupaten Majalengaka sebagai pelestarian Seni Tradisi
Gaok, hendaknya agar selalu tetap mempertahankan nilai keaslian dan juga
eksistensinya dalam memepertunjukan Seni Tradisi Gaok.
f. Kepada pelaku seni diantaranya ketua dan pimpinan Seni Tradisi Gaok
serta para personilnya, kiranya perlu dilakukan pembenahan sususnan
sajian dan penataan kembali manjemen organisasi dengan langkah-langkah
yang tepat sehingga penyajian keseluruhannya akan lebih menarik lagi.
g. Memberikan dan mengusahakan motivasi pengkaderan kepada generasi
DAFTAR PUSTAKA
Durachman, Yoyo C. (2009). Teater Tradisonal dan Teater Baru. Bandung STSI Press.
Ibrahim, Mukhamad Faezar. (2011). Perrtunjukan Seni Gaok Sinar Kiara Rambay
Di Desa Kulur Kecamatan Majalengka Kabupaten Majalengka. Skripsi
Sarjana pada UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Iswari, Yayu (2011). Pertunjukan Seni Bangkolung Di Kelurahan Argasari
Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Skripsi Sarjana pada UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Jojo, (2002). Seni Gaok Di Desa Sindangkasih. Skripsi Sarjana pada STSI. Bandung: tidak diterbitkan.
Kayam, Umar. (1981). Seni Tradisi Masyarakat. Jakarta: Sinar Harapan.
Koentjaraningrat. (1974). Kebudayaan, Mentalitet Dan Pembangunan. Jakarta: PT. Gramedia.
Komalasari, Elis. (2003). Kesenian Tabuh Bedug Dorban Di Pesantren Cipasung
Desa Cipakat Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi
Sarjana pada UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Kurniawan, Benny. (2012). Ilmu Budaya Dasar. Tangerang Selatan: Jelajah Nusa
Kusnadi, E. (2005). Profil Kesenian Daerah Majalengka. Majalengka: Kantor Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Majalengka.
Purnama, Prima. Perkembangan Seni Budaya Tradisi Gaok Di Kabupaten
Majalengka: Kajian Sosial-Budaya Tahun 1963-1996. Skripsi Sarjana
Pada UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (1999). Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Rinjani, Yayu Ananda. (2010). Penyajian Tutunggulan Dalam Acara Hiburan
Panen Padi Di Kampung Sembah Dalem Desa Puspasari Kecamatan Puspahiang Kabupaten Tasikmalaya. Skripsi Sarjana Pada UPI Bandung:
Rosidi, Ajip. 1966a. Dur Pandjak!. Bandung: Pustaka Sunda.
Santoso, Djojo. (2011). Profil Desa Dan Kelurahan. Majalengka: Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMDPKB).
Sedyawati, Edi. (1981). Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.
Soedarsono. (1999). Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Soepandi, Atik. (1985). Lagu Pupuh: Pengetahuan dan Notasinya. Bandung: Pustaka Buana.
Soepandi dan Atmadibrata. (1977). Khasanah Kesenian Daerah Jawa Barat. Bandung: Pelita Masa.
Sudarmono, Nono. (2009). Struktur Pertunjukan dan Fungsi Sosiologis Tradisi
Gaok Serta Model Pelestariannya Melalui Pembelajaran Sastra di SMA.
Tesis Magister pada Sekolah Pascasarjana UPI: tidak diterbitkan.
Sumantri, Maman (1994). Pusat Pembinaan dan Pengembangan Departemen Pendiddikan dan Kebudayaan. Kamus Bahasa Sunda-Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Sumardjo, Jakob. (2001). Seni Pertunjukan Indonesia. Bandung: STSI Press.