• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS BIMBINGAN MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENANGGULANGI PERILAKU BULLYING SISWA : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Perguruan Kristen Methodist Indonesia 1 (PKMI 1) Medan Sumatera Utara Tahun Ajaran 2012/2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS BIMBINGAN MELALUI TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENANGGULANGI PERILAKU BULLYING SISWA : Studi Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Perguruan Kristen Methodist Indonesia 1 (PKMI 1) Medan Sumatera Utara Tahun Ajaran 2012/2013."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR v

UCAPAN TERIMAKASIH vi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GRAFIK xiii

DAFTAR BAGAN xiv

DAFTAR LAMPIRAN xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah 8

C. Tujuan Penelitian 9

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian 10

E. Asumsi Penelitian 11

F. Metode Penelitian 12

BAB II PERILAKU BULLYING DAN TEKNIK ROLE PLAYING

A. Konsep Bullying 14

B. Konsep Role Playing 37

C. Role Playing Untuk Menanggulangi Perilaku Bullying Siswa 50

D. Hasil Penelitian Terdahulu 54

E. Hipotesis Penelitian 55

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 56

B. Desain Penelitian 57

C. Langkah-langkah Penelitian 59

D. Populasi dan Sampel Penelitian 60

E. Variabel dan Definisi Operasional 61

F. Teknik Pengumpulan Data 65 G. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data 66

H. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data 68

I. Prosedur Pengolahan Data 72

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 80

B. Pembahasan Hasil Penelitian 153

C. Keterbatasan Penelitin 166

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 167

B. Rekomendasi 168

DAFTAR PUSTAKA 170

LAMPIRAN-LAMPIRAN 176

(3)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

2.1 Jenis-Jenis Bullying 20

2.2 Karakteristik Pelaku Bullying Berdasarkan Jenis Kelamin 29

3.1 Desain Penelitian 57

3.2 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel 61

3.3 Kisi-Kisi Instrumen Identifikasi Perilaku Bullying (sebelum uji coba) 67

3.4 Hasil Uji Validitas 69

3.5 Kriteria Reliabilitas Instrumen 70

3.6 Hasil Uji Reliabilitas 70

3.7 Kisi-Kisi Instrumen Identifikasi Perilaku Bullying (setelah uji coba) 71 3.8 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban 73 3.9 Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang dengan Batas Aktual 74

3.10 Hasil Penghitungan Batas Aktual 74

3.11 Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 77 3.12 Uji Homogenitas Varians Skor Pre-Test dan Post-Test 78 4.1 Profil Umum Perilaku Bullying Siswa Kelas XI SMA PKMI 1

Medan Tahun Ajaran 2012/2013 80

4.2 Perbedaan Perilaku Bullying Siswa per-Apek Berdasarkan

Jenis Kelamin 91

4.3 Profil Umum Perilaku Bullying Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin 95 4.4 Perbedaan Perilaku Bullying Siswa per-Apek berdasarkan

(4)

4.5 Action Plan Pelaksanaan Bimbingan melalui Teknik

Role Playing untuk Menanggulangi Perilaku Bullying Siswa 112 4.6 Hasil Penimbangan Pakar Terhadap Pedoman Rasional

Program Bimbingan melalui Teknik Role Playing untuk

Menanggulangi Perilaku Bullying Siswa 126 4.7 Hasil Uji t Independen Data Gain Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol 151

4.8 Hasil Pengujian Efektivitas Teknik Role Playing terhadap

(5)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Hal

4.1 Perilaku Bullying Siswa per-Aspek 82

4.2 Persentase Bentuk Perilaku Bullying Fisik 83 4.3 Persentase Bentuk Perilaku Bullying Relasional 85

4.4 Persentase Perilaku Bullying Verbal 87

4.5 Persentase Perilaku Bullying Elektronik 89 4.6 Perbedaan Perubahan Perilaku Bullying pada Kelompok

Eksperimen dan Kontrol 153

4.7 Perbandingan Rata-rata Skor Perilaku Bullying Hasil

(6)

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu ukuran pencapaian sebuah bangsa yang diajukan oleh UNICEF adalah seberapa baik sebuah bangsa memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie & Jennifer, 2009). Hal inilah yang diharapkan dapat diimplementasikan secara nyata terutama dalam lingkungan sekolah, sehingga dengan demikian sekolah akan menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak untuk melakukan segala aktivitas belajar sehari hari.

Arahan untuk memelihara kesehatan dan keselamatan, kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anak guna menciptakan sebuah bangsa yang dikatakan berhasil, perlu diadopsi oleh dunia pendidikan termasuk Sekolah Menengah Atas. Arahan dari UNICEF tersebut sejalan dengan usaha negara dalam melindungi anak-anaknya di lingkungan sekolah yang dituangkan dalam Undang-undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002 pasal 54 yang berisi: “Anak di dalam dan di lingkungan sekolah wajib dilindungi dari tindakan

kekerasan yang dilakukan oleh guru, pengelola sekolah atau teman-temannya di dalam sekolah yang bersangkutan, atau lembaga pendidikan lainnya”. Dengan

(8)

bertanggung jawab dalam penyelengaraan pendidikan mempunyai tugas untuk melindungi siswa dari intimidasi, penyerangan, kekerasan atau gangguan.

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan tentang peranan sekolah sebagai lembaga yang membantu lingkungan keluarga, oleh karena itu sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang dibawa dari keluarganya. Idealnya sekolah merupakan tempat untuk menuntut ilmu yang dapat memberi rasa nyaman dan kegembiraan tersendiri bagi siswanya, karena di lingkungan sekolah inilah anak akan bertemu dengan teman sebayanya.

Pada kenyataannya, lingkungan sekolah bagi seorang pelajar ternyata tidak selalu menyenangkan, malah sebaliknya bisa membuat stress, cemas dan takut. Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi suatu fenomena di kalangan anak-anak sekolah. Fenomena ini ditandai dengan perilaku mengejek dan mengucapkan kata kasar dan kekerasan fisik kepada orang lain dengan maksud menyakiti orang lain yang dianggap lebih lemah, dan dilakukan dengan berulang-ulang. Hal ini akan berdampak semakin parah jika ejekan, atau penyerangan secara personal dan mempermalukan orang lain dilakukan di depan umum (Ross, 1998). Dalam bahasa Indonesia istilah untuk fenomena ini dinamakan intimidasi, atau dalam istilah yang lebih populer disebut sebagai bullying.

(9)

sendiri dapat berupa ejekan, hinaan, atau ucapan kata-kata kasar kepada siswa yang lain. Di Indonesia sendiri, kasus bullying sudah terjadi sejak lama, baik melalui kegiatan yang benama perpeloncoan, ospek, maupun kegiatan masa orientasi siswa.

Bullying merupakan bentuk agresivitas antar siswa yang memiliki dampak paling negatif bagi korbannya. Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan kekuasaan. Pelaku yang berasal dari kalangan siswa/siswi yang merasa lebih senior melakukan tindakan tertentu kepada korban yaitu siswa/siswi yang lebih yunior dan mereka merasa tidak berdaya karena tidak dapat melakukan perlawanan. Siswa yang tertindas umumnya tidak memiliki keberanian untuk melawan temannya yang lebih kuat sehingga mereka lebih banyak diam ketika dijahili, diejek, atau ketika mendapat kekerasan dari temannya (Coloroso, 2006). Saripah (2010) menyebutkan bahwa tidak semua bentuk kekerasan dapat dikatakan sebagai bullying. Kekerasan akan masuk ke dalam kategori bullying jika perilaku tersebut memiliki ciri-ciri: (1) purposeful; (2) imbalance of power; dan (3) continual.

(10)

kota besar di Indonesia yaitu, Yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta yaitu sebesar 67,9 persen di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), dan 66,1 persen di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Selanjutnya hasil studi pendahuluan yang dilakukan Saripah (2010) terhadap 526 orang siswa Sekolah Dasar (SD) di lima Kabupaten dan Kota di Jawa Barat menunjukkan bullying menjadi masalah terbesar yang dihadapi siswa Sekolah Dasar (SD) dalam bidang sosial, yakni sebesar 42,59 persen. Sebanyak 224 siswa mengaku sering diganggu, diejek, dimintai uang dan dikucilkan oleh teman atau kakak kelasnya. Sementara itu, siswa yang membentuk kelompok atau gang di sekolah mencapai 130 orang atau 24,71 persen.

Hasil observasi awal yang diperoleh dari SMA menunjukkan terdapat beberapa siswa yang melakukan bullying terhadap siswa lain, dan beberapa siswa membentuk kelompok sendiri. Konselor sekolah juga menginformasikan bahwa pihak sekolah berulang kali mendapati kasus siswa yang mengaku sering diganggu, diejek, dikucilkan, bahkan beberapa diantaranya mengaku sering dimintai uang oleh teman atau kakak kelasnya.

(11)

Gerungan (2002; dalam Saripah, 2010) mengemukakan faktor yang memengaruhi terjadinya bullying antara lain adalah karena latar belakang keluarga dan pola asuh orang tua. Terdapat korelasi antara pola pengasuhan orang tua yang tidak tepat dan pembentukan perilaku agresif pada anak. Penggunaan hukuman fisik, hukuman yang tidak konsisten dan dan pemanjaan yang berlebihan berkaitan dengan perilaku agresif anak (Parsons, 2005). Dengan kata lain siswa yang kerap mendapat hukuman fisik dari orang tua, atau pemanjaan yang berlebihan oleh orang tua dapat meningkatkan perilaku agresif anak sehinga memicu terjadinya perilaku bullying.

Faktor lain yang memicu terjadinya bullying menurut Parsons (2005) adalah perbedaan sosial ekonomi. Siswa yang memiliki perbedaan lain dalam hal sosial ekonomi, cenderung lebih rentan terhadap pelecehan. Craig & Pepler (1997) mengemukakan bahwa anak yang berasal dari strata ekonomi/kelompok sosial yang terpinggirkan atau dipandang negatif oleh lingkungan, rentan mengalami bullying. Dalam kasus bullying di sebuah sekolah di Jakarta, Prijanto (Kompas, 31 Oktober 2011) menyebutkan bahwa setelah diteliti, pelaku bullying biasanya dilakukan oleh anak-anak orang kaya.

(12)

banyak tiga atau empat kali dibandngkan dengan anak perempuan (Parsons, 2005).

Faktor-faktor tersebut diperkirakan mendukung terjadinya tindakan bullying di SMA. Hal ini didukung data dari konselor sekolah tentang adanya

kesenjangan ekonomi di antara siswa. Selain itu siswa juga berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda-beda.

Dilihat dari segi dampak yang ditinggalkannya, bullying meninggalkan dampak negatif bagi pihak yang ada di dalamnya, baik yang melakukan bully maupun yang menjadi korban bully itu sendiri. Dampak negatif tersebut berupa kesulitan dalam bergaul, tertekan, merasa takut datang ke sekolah, sulit konsentrasi, bahkan depresi dan berkeinginan untuk bunuh diri (Olweus, 1993; Djuwita, 2006; dalam Saripah, 2010). Dalam sebuah peristiwa bullying, pelaku dan korban sama-sama merupakan elemen kunci yang perlu mendapatkan perhatian khusus.

Perilaku bully, baik pelaku maupun korbannya adalah awal bagi perilaku/tindak kekerasan dan menampilkan hubungan yang signifikan antara perilaku ini dengan aktivitas kriminal pada kehidupan dewasa. Sekitar 24,60 persen anak yang teridentifikasi sebagai pelaku bullying tecatat sebagai pelaku kriminal pada masa dewasanya (Banks, 1997). Dampak negatif yang disebabkan oleh bullying menyebabkan pentingnya untuk mengenali perilaku ini.

(13)

pelaku. Di Indonesia beberapa upaya pencegahan bullying antar pelajar ini telah dilakukan oleh berbagai pihak, dari mulai sekolah itu sendiri, LSM, lembaga pemerintah, dan juga lembaga internasional. Salah satu cara yang dilakukan adalah menyelenggarakan pelatihan dengan tema anti kekerasan.

Pemerintah sendiri sejauh ini telah menetapkan berbagai Undang-undang dan peraturan dalam mengatur masalah kesejahteraan anak. Sejumlah buku juga menawarkan beragam saran untuk menghilangkan perilaku bullying di sekolah, mulai dari penerapan sanksi keras, sampai penyelesaian “tanpa menyalahkan siapa

pun.”

Mengingat pentingnya upaya untuk menanggulangi perilaku bullying di kalangan siswa, maka perlu adanya suatu solusi lain yang efektif untuk menanggulanginya, dan salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah melalui pendidikan khususnya bimbingan dan konseling.

Bimbingan dan konseling memiliki beberapa teknik yang dapat digunakan untuk membantu individu dalam mengatasi masalah tersebut, di antaranya adalah: bimbingan kelompok, konseling individual, dan konseling kelompok (Prayitno, 1999). Berkaitan dengan salah satu karakteristik usia anak Sekolah Menengah Atas yaitu lebih cenderung berkelompok (gank) maka penelitian ini menggunakan konseling kelompok dalam menanggulangi perilaku bullying dengan teknik role playing.

Role playing dalam penelitian adalah mendramatisasi tingkah laku untuk

(14)

masing-masing, serta pencarian solusi terhadap masalah yang dihadapi. Dalam pelaksanaannya, peneliti berperan sebagai fasilitator, serta membantu siswa membina hubungan dengan orang lain, mengembangkan empati, bertanggung jawab, dan mengendalikan diri. Role playing yang dirancang bertujuan untuk melatih siswa mengelola emosinya, sehingga perilaku bullying di kalangan siswa dapat ditanggulangi.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut.

Bullying di sekolah merupakan suatu bentuk kekerasan yang terjadi di kalangan siswa dan bertujuan untuk menyakiti siswa yang lebih lemah. Bagi korban, dampak adalah munculnya luka secara fisik maupun psikis, sehingga korban sering kali hidup dalam kekhawatiran dan ketidak nyamanan di sekolah. Bagi pelaku bullying itu sendiri, kebiasaan ini memunculkan anggapan bahwa mereka lebih berkuasa dan memiliki kontrol terhadap korban.

Terdapat tiga hal yang menjadi pemicu terjadinya bullying di sekolah, antara lain: (1) pola asuh orang tua yang cenderung membiasakan hukuman fisik yang tidak konsisten dan memanjakan anak secara berlebihan; (2) perbedaan sosial ekonomi dan; (3) jenis kelamin, anak laki-laki cenderung labih sering melakukan bullying.

(15)

sehingga sekolah akan menjadi tempat yang nyaman bagi semua pihak. Bullying merupakan masalah yang kompleks dan tidak hanya memiliki solusi tunggal yang efektif untuk menanggulanginya (Mellow, 2008; Sciarra, 2004; dalam Saripah, 2010). Oleh karena itu bimbingan melalui teknik role playing juga dipandang sebagai modus yang tepat untuk menanggulangi bullying.

Melakukan bimbingan melalui teknik role playing untuk menanggulangi perilaku bullying, membutuhkan sebuah teknik yang baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan optimal.

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka secara umum permasalahan penelitian dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut.

1. Bagaimana pola perilaku bullying di SMA dilihat dari aspek jenis kelamin dan tingkat sosial ekonomi keluarga?

2. Teknik role playing seperti apa yang paling sesuai untuk menanggulangi perilaku bullying siswa?

3. Bagaimana efektivitas bimbingan melalui teknik role playing dalam menanggulangi perilaku bullying siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan memperoleh gambaran mengenai hal-hal berikut.

(16)

2. Merumuskan teknik role playing yang paling sesuai untuk menanggulangi perilaku bullying siswa.

3. Mengukur dan mendeskripsikan efektivitas bimbingan dengan teknik role playing dalam menanggulangi perilaku bullying siswa.

D. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Signifikansi penelitian untuk menanggulangi perilaku bullying pada siswa sekolah menengah atas didasarkan pada kebutuhan dan pemikiran sebagai berikut. 1. Setiap perilaku agresif, apapun bentuknya, pasti memiliki dampak buruk bagi korbannya. Seringkali anak-anak yang menjadi korban bullying tidak mengetahui cara menghadapi perilaku agresif pelaku bullying.

2. Layanan BK memiliki tantangan dalam mengatasi masalah yang kerap menimpa anak masa remaja, tapi juga memiliki peluang untuk mengatasi masalah tersebut. Di satu sisi, fenomena bullying selalu menjadi perhatian khusus di sekolah-sekolah dan telah diupayakan solusi untuk menanggulanginya, namun di sisi lain, bullying tetap ada dan tidak dapat dihilangkan, bahkan fenomena ini cenderung meluas.

(17)

Hasil penelitian diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut. 1. Manfaat teoretik

Hasil penelitian diharapkan mempunyai manfaat dalam pengembangan ilmu maupun pelaksanaan bimbingan dan konseling, khususnya dalam jalur pendidikan formal.

2. Manfaat empirik

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi dalam menangani bullying di lingkungan sekolah. Secara spesifik, hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi: (a) pihak sekolah dalam hal ini kepala sekolah, agar memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada konselor di sekolah dalam rangka menanggulangi perilaku bullying siswa; (b) konselor agar mampu mampu melakukan bimbingan melalui teknik role playing sebagai salah satu alternatif yang terbukti efektif dalam usaha menanggulangi perilaku bullying siswa;; (c) peneliti selanjutnya, dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai rujukan dalam penelitian yang berkaitan dengan penanggulangan perilaku bullying.

E. Asumsi Penelitian

(18)

2. Selain bersifat preventif (mencegah), bimbingan dan konseling kelompok bersifat remediation (penyembuhan) dalam sebuah masalah atau kesulitan pada diri individu dengan dilaksanakan secara kelompok (Natawijaya, 1987).

3. Role playing merupakan intervensi yang dikembangkan yang berkaitan dengan penggunaan sistematis dari metode bermain oleh seorang konselor untuk membawa peningkatan dalam kemampuan siswa sampai kemampuan yang optimal di sekolah. Role playing berguna untuk mengatasi kesulitan anak, mengembangkan pola perilaku adaptif, mengendalikan agresifitas, meningkatkan kemampuan berempati, mengelola emosi, bertanggung jawab, memiliki interpersonal skill yang baik dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan bijaksana (Van Fleet, 2001).

F. Metode Peneitian

(19)
(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini. Pendekatan kuantitatif menghasilkan data penelitian berupa angka-angka dan analisis datanya menggunakan statistik. Penggunaan pendekatan kuantitatif juga bertujuan untuk mengetahui efektivitas bimbingan dengan teknik role playing.

Penelitian menggunakan metode penelitian eksperimen untuk mengetahui pengaruh suatu tindakan terhadap obyek yang diamati dan menguji hubungan sebab akibat. Atau dengan kata lain, metode eksperimen bertujuan meneliti ide (baik praktik maupun prosedur) untuk melihat pengaruhnya terhadap hasil atau variable dependen. Oleh karena itu, langkah pertama dalam penelitian ekperimen ini ialah menentukan ide (praktik atau prosedur) yang akan dieksperimenkan, selanjutnya membantu individu atau kelompok sehingga mengalami pengalaman (praktik atau prosedur) tersebut dan selanjutnya melihat dan menentukan apakah ide (praktik atau prosedur) yang dialami oleh individu atau kelompok tersebut menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada individu atau kelompok yang tidak diberi perlakuan (praktik atau prosedur) tersebut.

(21)

B. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian mengarah pada desain penelitian eksperimen semu (quasi experimental designs) yang dilakukan tanpa randomisasi, namun masih menggunakan kelompok kontrol. Dengan kata lain desain eksperimen semu mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.

Desain eksperimen kuasi memasukkan manipulasi satu atau lebih pada variabel bebas.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan maka desain penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Eksperimen Non R O1 X O2

Kelompok Kontrol Non R O3 - O4

(Heppner, 2008:183)

Keterangan:

O1 = pre-tes pada kelompok eksperimen O2 = post-tes pada kelompok eksperimen O3 = pre-tes pada kelompok kontrol O4 = post-tes pada kelompok kontrol

(22)

Berdasarkan rancangan kuasi eksperimen di atas, maka uji keefektifan bimbingan melalui role playing untuk menanggulangi perilaku bullying siswa dapat dijabarkan dalam bagan berikut.

Bagan 3.1

Rancangan Treatment Kuasi Eksperimen

Pengambilan sampel pada penelitian dilakukan dengan tanpa randomisasi pada setiap kelompok. Pemilihan desain ini dikarenakan selama eksperimen tidak mungkin dilakukan dalam satu kelas yang sama. Pre-test diberikan untuk mengetahui perilaku bullying yang biasa dilakukan siswa dan post-test digunakan untuk mengukur efektivitas perlakuan yang telah diberikan. Lebih lanjut dalam desain penelitian ini, kedua kelompok diberikan tes awal dengan tes yang sama. Setelah diberikan tes awal (pre-test), pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan (bimbingan melalui teknik role playing), pada kelompok kontrol diberikan perlakuan konvensional (program Bimbingan dan Konseling dari pihak sekolah). Kemudian sesuai dengan waktu yang telah disepakati, maka kedua kelompok diberikan tes yang sama sebagai tes akhir (post-test). Hasil tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) pada masing-masing kelompok

Pre-Test Treatment Post-Test

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol

Kelompok Eksperimen

Kelompok Kontrol Role Playing

(23)

diperbandingkan (diuji perbedaannya), demikian juga antara hasil dari kedua kelompok tersebut. Perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok eksperimen dan antara hasil tes dari kedua kelompok menunjukkan pengaruh dari perlakuan yang diberikan.

C. Langkah-langkah Penelitian

Berikut dipaparkan rincian langkah-langkah penelitian.

a. Studi pendahuluan, kegiatan yang dilakukan yaitu studi literatur

berdasarkan teori-teori yang berkaitan dengan perilaku bullying siswa, dan

studi empiris berdasarkan fakta lapangan tentang gambaran perilaku

bullying siswa serta deskripsi mengenai pelaksanaan program bimbingan

dan konseling di SMA PKMI 1 Medan.

b. Penyusunan program hipotetik berdasarkan gambaran yang diperoleh dari

lapangan.

c. Validasi program untuk mengetahui kelayakan. Validasi ini dilakukan oleh

pakar dan praktisi BK.

d. Revisi program, yang dilakukan atas dasar validasi oleh pakar dan praktisi

BK sehingga diperoleh program akhir.

e. Melaksanakan eksperimen. Pelaksanaan eksperimen meliputi tahapan

prosedur yang tepat dengan pemilihan desain, yang terdiri dari:

1) Mengadministrasi pre-test.

(24)

3) Memonitori proses sehingga ancaman terhadap validitas internal

diminimalisir.

4) Mengadministrasi post-test.

f. Mengorganisasi dan menganalisis data. Tiga aktifitas utama yang

diperlukan dalam menyimpulkan eksperimen: pengkodean data, analisis

data, dan penulisan hasil eksperimen.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah SMA Perguruan Kristen Methodist Indonesia (PKMI) 1 Medan yang berlokasi di Jl. Hang Tuah, Medan Polonia, Sumatera Utara.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA PKMI 1 Medan Tahun Ajaran 2012/2013 yang berjumlah 225 siswa.

Pengambilan sampel dalam penelitian dilakukan secara tidak acak (non random). Teknik pengambilan sampel penelitian mengacu pada sampling purposif atau sampel bertujuan. Pengambilan sampel penelitian dengan teknik sampling purposif dipilih karena sampel yang akan diberikan perlakuan adalah yang teridentifikasi sebagai pelaku bullying di sekolah.

(25)

Dalam menentukan sampel penelitian pada kelompok kontrol juga dilakukan hal yang sama dengan kelompok eksperimen. Setelah dapat diidentifikasi, maka jumlah sampel sebanyak 19 siswa atau sebanyak 8.44% dari jumlah siswa keseluruhan. Namun agar jumlah sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sama besar maka sampel yang dipakai berjumlah 18 orang. Masing-masing kelompok eksperimen beranggotakan 9 siswa dan kelompok kontrol beranggotakan 9 siswa. Kemudian sampel dalam kelompok eksperimen diberikan perlakuan dalam bentuk role playing, namun sampel dalam kelompok kontrol hanya mendapat perlakuan konvensional berupa program bimbingan konseling dari sekolah.

Tabel 3.2

Jumlah Anggota Populasi dan Sampel

Siswa Kelas XI SMA PKMI 1 Medan Tahun Ajaran 2012/2013

No. Kelas Populasi Sampel

1. 2. 3. 4. 5. 6.

XI IPS– 1 XI IPS– 2 XI IPA– 2 XI IPA– 3 XI IPA– 4 XI IPA– 5

37 39 38 37 39 36 3 5 3 3 2 3

Jumlah 225 19

E. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penelitian memiliki dua variabel yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas adalah role playing diberikan pada kelompok eksperimen, dan variabel terikat adalah perilaku

(26)

2. Definisi Operasional

Definisi operasional pada setiap variabelnya secara lebih rinci seperti yang dijelaskan sebagai berikut.

1. Bullying

Bullying dalam penelitian ini adalah sebuah perilaku agresif yang ditunjukkan oleh siswa kelas XI SMA PKMI 1 Medan, yang muncul karena merasa diri lebih superior dari pada orang lain, yang diekpresikan dalam bentuk kekerasan dan intimidasi baik secara fisik, verbal, sosial maupun elektronik, dan dilakukan secara berulang-ulang dengan tujuan melukai orang lain baik secara fisik maupun psikologis.

Berdasarkan jenis-jenisnya, perilaku bullying dalam penelitian ini terdiri dari empat jenis, sebagai berikut.

1. Bullying fisik, mencakup perilaku perilaku yang melibatkan aktivitas fisik yang jelas seperti memukul, menampar, menendang, mencubit, dan lain-lain.

2. Bullying verbal, mencakup aksi yang diungkapkan atau diucapkan dengan maksud menyerang dan menyakiti seseorang secara psikis. Aksi ini dapat berupa ancaman, ejekan, kritikan kejam, fitnah, dan lain-lain.

3. Bullying sosial/relasional, berupa keinginan dari pelaku untuk melemahkan harga diri seseorang melalui tindakan pengucilan, pengabaian, penghindaran, dan lain-lain.

(27)

atau menyudutkan korban secara psikis, melalui media elektronik dalam wadah social network, short message service (SMS) dan multimedia message service,

chatiing (MMS) dan sebagainya.

2. Role Playing

Teknik role playing merupakan serangkaian kegiatan pemberian bantuan oleh konselor yang terencana dengan secara sistematis, terarah dan terpadu kepada kepada sekelompok siswa SMA PKMI 1 Medan yang teridentifikasi memiliki perilaku bullying. Intervensi dilakukan sebanyak 7 kali pertemuan dengan mendramatisir tingkah laku dan tindakan yang berkaitan dengan perilaku bullying siswa di sekolah.

Sesuai dengan fungsinya, role play dalam penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan konsep diri yang positif; 2) menumbuhkan rasa empati siwa; 3) mampu mengelola emosi; 4) belajar bertanggung jawab.

Keempat tujuan role playing tersebut dioptimalisasi dalam pelaksanaannya sehingga tujuannya sebagai intervensi untuk menanggulangi perilaku bullying siswa kelas XI SMA PKMI 1 Medan dapat tercapai.

Dalam proses pelaksanaannya, role playing terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut.

(28)

2. Memilih peserta untuk memainkan peran. Dalam memilih peserta untuk memerankan sebuah peran, sangat penting untuk memilih individu yang memiliki karakter sesuai dengan peran yang akan dibawakan, sehingga dapat merasakan dan melihat dirinya sendiri dalam situasi-situasi yang diperankan. 3. Setting panggung. Pelaksanaan role playing dilakukan dengan perencanaan

singkat, dan tidak mempersiapkan dialog, yang dipersiapkan adalah garis besar topik bahasan secara umum. Para pemain bebas memutuskan dan mengeksplorasi peran yang dimainkan.

4. Menyiapkan penonton yang akan berpartisipasi sebagai pengamat.

5. Melakukan permainan. Dalam permainan seluruh pemain diharapka dapat memperagakan konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan, menyatakan sikap, dan sebagainya.

6. Diskusi dan evaluasi. Pemeran dan penilai atau penonton mendiskusikan hasil permainan setelah selesai penampilan yang dilakukan bersama-sama dengan konselor dengan acuan jurnal kegiatan. Diskusi lebih banyak diarahkan kepada masalah yang diperankan, sikap yang melatarbelakanginya, pengaruh ucapan dan ekspresi pemain, serta kemungkinan pemecahan-pemecahan masalah lainnya.

7. Memerankan ulang. Memberi kesempatan kepada peserta untuk memerankan ulang role playing yang dilakukan.

8. Mendiskusikan dan mengevaluasi pemeranan ulang, dan

(29)

Dalam proses pelaksanaan role playing, konselor berperan sebagai pemimpin yang punya peranan penting untuk menentukan topik atau masalah yang akan diperankan. Selain itu, konseor juga memilih siswa yang akan membawakan peran tertentu dan mengajak agar peran yang dimainkan benar-benar dihayati, agar proses pelaksanaannya berlangsung dengan baik, sehingga pada akhirnya siswa diharapkan mampu melakukan refleksi pribadi terhadap pendangan dan penilaian orang lain mengenai dirinya (konsep diri positif), mampu berempati, mampu mengendalikan amarah, dan bertanggung jawab. Keberhasilan role playing dalam mencapai tujuan yang diinginkan sangat bergantung pada konselor yang memimpin proses tersebut.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa angket, sebagai instrumen identifikasi kasus berupa daftar check list pada kolom jawaban yang bertujuan agar responden dapat dengan mudah mengisi jawaban sesuai dengan jawaban pilihannya. Di saat yang bersamaan angket identifikasi perilaku bullying juga berfungsi sebagai alat pengumpul data (pre-test) sebelum diberikan perlakuan berupa role playing dan sebagai pengumpul data (post-test) setelah diberikannya perlakuan.

Skenario role playing juga disusun untuk mempermudah pelaksananaan role playing berdasarkan tujuannya yaitu untuk menanggulangi perilaku bullying

(30)

dilakukan dan untuk mengetahui perkembangan siwa dalam usaha menanggulangi perilaku bullying di sekolah.

G. Pengembangan Instrumen Pengumpul Data

Penyusunan instrumen pengumpul data membutuhkan adanya kisi-kisi instrumen secara garis besar. Tujuan dari penyusunan kisi-kisi instrumen untuk memudahkan menyusun instrumen. Instrumen disusun berdasarkan dari variabel-variabel penelitian yang telah ditetapkan kemudian diberikan definisi operasional dan selanjutnya ditentukan indikator hingga pada akhirnya menjadi butir-butir pertanyaan atau pernyataan. Instrumen yang digunakan berupa instrumen identifikasi kasus perilaku bullying siswa dan jurnal kegiatan harian.

Insrumen berguna untuk mengungkap perilaku bullying siswa sesuai dengan jenisnya. Subyek penelitian ditetapkan berdasarkan jumlah intensitas perilaku pada setiap bentuk bullying yang diketahui melalui hasil yang diperoleh dari instrumen identifikasi kasus.

Bentuk instrumen penelitian adalah skala Likert dengan kategori jawaban Selalu (SL), Sering (SR), Jarang (JR), Kadang-kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP).

(31)

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Instrumen Identifikasi Perilaku Bullying (Sebelum Uji Coba)

TUJUAN Aspek INDIKATOR No.

Item Jumlah Soal Memperoleh gambaran perilaku bullying dan mengidentifi-kasi siswa yang menunjukkan perilaku bullying Fisik Verbal Sosial/ Relasi-onal

Perilaku menyakiti orang lain dengan menunjukkan agresi yang melibatkan fisik yaitu memukul, mencakar, menendang, menjambak, mencubit, mencekik, menggigit, menampar, meludahi, merusak serta menghancurkan barang milik orang lain, sengaja menabrak badan orang lain, melempar dengan benda, menginjak kaki, mendorong, mengancam dengan senjata, mengambil secara paksa barang milik orang lain.

Perilaku menyakiti orang lain secara psikis yang dilakukan melalui ucapan atau ungkapan seperti: memberi julukan pada orang lain, fitnah, kritikan tajam yang cenderung menyakitkan perasaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan atau pelecehan secara seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, gosip, mengolok-olok ras, jenis kelamin dan fisik seseorang, menantang seseorang untuk melakukan seseuatu yang berbahaya, memeras, mengancam untuk mengambil barang orang lain secara paksa, mengancam untuk melakukan kekerasan.

Perilaku menyakiti yang ditujukan pada seseorang dengan maksud untuk melemahkan harga diri seseorang secara sistematis melalui sikap-sikap tersembunyi melalui pandangan yang tidak menyenangkan, lirikan mata, helaan nafas,

(32)

Elek-tronik

cibiran, tawa yang mengejek, bahasa tubuh yang mengejek, mengabaikan seseorang, pengucilan, menghindari dengan sengaja, mempermalukan orang lain, menyebarkan isu kebencian, membuat orang lain tampak bodoh.

Perilaku menyakiti orang lain yang dilakukan melalui media elektronik misalnya handphone, komputer, internet, dll seperti, mengirim sms yang meneror orang lain, mengucapkan kata-kata yang tidak pantas saat chatting, membuat status atau komentar negatif dalam jejaring sosial, mengirim gambar-gambar, rekaman atau video yang menyakitkan, atau menyudutkan seseorang melalui e-mail atau mms.

61,62, 63,64 65,66, 67,68, 69,70, 71

11

H. Uji Coba Instrumen Pengumpul Data

1. Uji Kelayakan Instrumen

(33)

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a. Validitas Instrumen

Instrumen diujicobakan kepada 60 siswa kelas XI SMA PKMI 1 Medan. Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui ketetapan/kesahihan (validity) instrumen tersebut.

Uji validitas dilakukan berkenaan dengan ketetapan alat ukur terhadap konsep yang diukur sehingga benar-benar mengukur apa yang semestinya diukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mendapatkan data yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows.

[image:33.595.103.518.198.613.2]

Dari 71 item pernyataan perilaku bullying, diperoleh 6 item pernyataan yang tidak valid, sehingga total item pernyataan valid berjumlah 65 item. Berikut ini merupakan hasil uji validasi instrumen perilaku bullying siswa.

Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas

Keterangan Item ∑

Valid 1, 2, 3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 36, 37, 38, 39, 43, 44, 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 68, 69, 70, 71

65

Tidak Valid 4, 34, 35, 40, 41, 42 6

b. Reliabilitas Instrumen

(34)

relatif sama. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for Windows.

[image:34.595.125.513.225.537.2]

Kriteria untuk mengetahui reliabilitas, menggunakan klasifikasi kriteria yang dikemukakan oleh Arikunto (2004) yang tercantum pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Kriteria Reliabilitas Instrumen

0.91 – 1.000 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0.71 – 0.90 Derajat reliabilitas tinggi 0.41 – 0.70 Derajat reliabilitas sedang 0.21 – 0.40 Derajat reliabilitas rendah

<20 Derajat reliabilitas sangat rendah

(Arikunto, 2004:247)

Dari hasil uji reliabilitas pada butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut.

Tabel 3.6 Hasil Uji Reliabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.751 66

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai reliabilitas instrumen konsep diri sebesar 0,751 berada pada kategori tinggi, artinya instrumen ini mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten.

(35)

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Instrumen Identifikasi Perilaku Bullying (Setelah Uji Coba)

TUJUAN Aspek INDIKATOR No.

Item Jumlah Soal Memperoleh gambaran perilaku bullying dan mengidentifi-kasi siswa yang menunjukkan perilaku bullying Fisik Verbal Sosial/ Relasi-onal

Perilaku menyakiti orang lain dengan menunjukkan agresi yang melibatkan fisik yaitu memukul, mencakar, menendang, menjambak, mencubit, mencekik, menggigit, menampar, meludahi, merusak serta menghancurkan barang milik orang lain, sengaja menabrak badan orang lain, melempar dengan benda, menginjak kaki, mendorong, mengancam dengan senjata, mengambil secara paksa barang milik orang lain.

Perilaku menyakiti orang lain secara psikis yang dilakukan melalui ucapan atau ungkapan seperti: memberi julukan pada orang lain, fitnah, kritikan tajam yang cenderung menyakitkan perasaan, pernyataan-pernyataan yang bernuansa ajakan atau pelecehan secara seksual, terror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, gossip, mengolok-olok ras, jenis kelamin dan fisik seseorang, menantang seseorang untuk melakukan seseuatu yang berbahaya, memeras, mengancam untuk mengambil barang orang lain secara paksa, mengancam untuk melakukan kekerasan.

Perilaku menyakiti yang ditujukan pada seseorang dengan maksud untuk melemahkan harga diri seseorang secara sistematis melalui sikap-sikap tersembunyi melalui pandangan yang tidak menyenangkan, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa yang mengejek, bahasa tubuh

(36)

Elek-tronik

yang mengejek, mengabaikan seseorang, pengucilan, menghindari dengan sengaja, mempermalukan orang lain, menyebarkan isu kebencian, membuat orang lain tampak bodoh.

Perilaku menyakiti orang lain yang dilakukan melalui media elektronik misalnya handphone, komputer, internet, dll seperti, mengirim sms yang meneror orang lain, mengucapkan kata-kata yang tidak pantas saat chatting, membuat status atau komentar negatif dalam jejaring sosial, mengirim gambar-gambar, rekaman atau video yang menyakitkan, atau menyudutkan seseorang melalui e-mail atau mms.

56,57, 58,59, 60,61, 62,63, 64 65

10

I. Prosedur Pengolahan Data

1. Penyeleksian Data

Penyeleksian data bertujuan untuk memilih data yang memadai untuk diolah berdasarkan kelengkapan jawaban, baik identitas maupun jawaban. Jumlah angket yang terkumpul harus sesuai dengan jumlah angket yang disebar.

2. Penyekoran

Penyekoran instrumen dalam penelitian disusun dalam bentuk skala ordinal. Skala ordinal yaitu skala yang menunjukkan perbedaan tingkatan subjek

(37)
[image:37.595.113.509.105.648.2]

Tabel 3.8

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif Jawaban

Pemberian Skor

Selalu Sering Jarang

Kadang-kadang Tidak pernah

5 4 3 2 1

3. Pengelompokan Skor

Penentuan pengelompokkan skor digunakan sebagai standardisasi dalam menafsirkan skor yang ditujukan untuk mengetahui makna skor yang dicapai siswa dalam pendistribusian respon terhadap instrumen. Pengelompokan skor disusun berdasarkan skor yang diperoleh subjek uji coba pada setiap aspek maupun skor total instrumen. Untuk mengetahui dua kategori tesebut, dilakukan pembuatan kategori dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Menghitung skor total masing-masing responden.

b. Menghitung rata-rata dari skor total responden dengan menggunakan program SPSS 16.0 for windows.

c. Menentukan standar deviasi dari skor total responden dengan menggunakan program SPSS 16. 0 for windows.

(38)

Tabel 3.9

Konversi Skor Mentah Menjadi Skor Matang dengan Batas Aktual

Skala Skor Mentah Kategori Skor

___

X ≥ X + 1.5 SD Sangat Tinggi

___

X ≥ X + 0.5 SD Tinggi

___

X ≤ X – 0.5 SD Sedang

___

X ≤ X – 1.5 SD Rendah

[image:38.595.110.517.152.541.2]

Dari rumusan di atas, maka diperoleh hasil penghitungan sebagai berikut.

Tabel 3.10

Hasil Penghitungan Batas Aktual

___

X Ideal

Nilai Z SD Ideal Skala Skor

Mentah

91.24 + 1.5 23.24 126.1

91.24 + 0.5 23.24 102.86

91.24 - 0.5 23.24 79.62

91.24 - 1.5 23.24 56.38

Setiap kategori interval mengandung pengertian sebagai berikut.

a) Sangat tinggi : siswa pada level ini masuk dalam kategori siswa yang paling sering melakukan tindakan bullying baik dalam aspek fisik, verbal, relasional/sosial dan elektronik. Skor total siswa yang masuk dalam kategori ini adalah ≥ 126.

(39)

relasional/sosial dan elektronik. Skor total siswa yang masuk dalam kategori ini adalah 103 – 125.

c) Sedang : siswa pada level ini masuk dalam kategori siswa yang melakukan tindakan bullying tetapi tidak sesering siswa yang masuk dalam kategori sangat tinggi dan tinggi. Skor total siswa yang masuk dalam kategori sedang ini adalah 80 – 102.

d) Rendah : siswa pada level ini tidak termasuk dalam kategori pelaku bullying. Skor total siswa yang masuk kategori rendah adalah ≤ 79.

J. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini dirumuskan tiga pertanyaan. Secara berurutan, masing-masing pertanyaan dijawab dengan cara sebagai berikut.

1. Pertanyaan pertama mengenai profil perilaku bullying siswa kelas XI SMA PKMI 1 Medan berdasarkan jenis kelamin dan status ekonomi keluarga, akan dijawab melalui patokan skor ideal sehingga menghasilkan 4 kategori yaitu: sangat tinggi, tinggi, sedang dan rendah. Perhitungan kategorisasi jenjang untuk instrumen penelitian perilaku bullying siswa telah dilampirkan pada Tabel 3.9 dan hasilnya telah terlampir pada Tabel 3.10.

(40)

pre-test yang teridentifikasi memiliki perilaku bullying masuk kategori sangat tinggi. Hasil rancangan setelah proses judgement tersaji dilampiran.

3. Pertanyaan ketiga mengenai uji efektifitas bimbingan melalui teknik role playing untuk menanggulangi perilaku bullying siswa kelas XI SMA

PKMI 1 Medan.

Penelitian ini mengumpulkan data kuantitatif tentang perilaku bullying siswa kelas XI SMA PKMI 1 Medan dan data uji efektifitas bimbingan melalui teknik role playing untuk menanggulangi perilaku bullying siswa kelas XI SMA PKMI 1 Medan. Oleh karena itu teknik yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis data kuantitatif yang berfungsi untuk membandingkan hasil yang diperoleh dari pre-test dan post-test dalam setiap kelompok dan perbandingan hasil akhir dari kedua kelompok. Pengujuian efektivitas menggunakan desain eksperimen kuasi dalam bentuk non-equivalent control group pretest-postest design. Bentuk analisis yang dilakukan adalah membandingkan hasil pre-test dan

pots-tes perilaku bullying siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Desain ini hampir sama dengan pretest-postest control group design, hanya pada desain ini pemilihan sampel pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan secara random.

Pengujian efektivitas bimbingan melalui teknik role playing menggunakan teknik uji perbedaan dua kelompok berpasangan dari data rata-rata skor gains yaitu:

Hₒ : µ eksperimen = µ kontrol

(41)

a. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji data tersebut normal atau tidak atau menguji normalitas dan gains pada kedua kelompok. Pengujian data gains dilakukan dengan statistik uji Z Kolmogrov-Smirnov (p>0.05) dengan penggunakan SPSS 16.0 for Windows.

[image:41.595.109.519.232.602.2]

Hasil uji normalitas data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol baik sebelum dan seseudah melakukan intervensi, dapat dilihat pada Tabel 3.11 di bawah.

Tabel 3.11

Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Tahap Kelompok Z Nilai p Keterangan

Pre-Tes Eksperimen 0.168 0.20 Normal

Kontrol 0.126 0.20 Normal

Pos-Tes Eksperimen 0.150 0.20 Normal

Kontrol 0.143 0.20 Normal

(42)

2) Uji Homogenitas

Uji homogenitas untuk menilai apakah data hasil penelitian dari dua kelompok yang diteliti memiliki varians yang sama atau tidak. Jika data memiliki varians yang cenderung sama (homogen) maka bisa dikatakan bahwa sampel dari dua kelompok tersebut berasal dari sampel yang sama. Menguji homogenitas varians data gains kedua kelompok (p > 0.05) dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.12 di bawah.

Tabel 3.12

Uji Homogenitas Varians Skor Pre-Test dan Post-Test

Data Levene Df1 Df2 Sig. Ket.

Eksperimen 2.458 1 16 0.136 Homogen

Kontrol 0.151 1 16 0.703 Homogen

Tabel di atas menunjukkan bahwa varians data gain adalah homogen karena memiliki nilai p (sig) > 0.05 dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa varians data kedua sampel pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol homogen dapat dilanjutkan.

b. Uji Efektivitas

Pengujian efektivitas diuji dengan metode independent sample t-test dari data gain menggunakan software SPSS 16.0 for Windows. Dasar pengambilan keputusannya dengan melihat perbandingan nilai Sig. (2-tailed) α, yaitu jika nilai Sig. (2-tailed) < α (0.005) maka Hₒ ditolak.

(43)

1. Menentukan pasangan hipotesis nol dan tandingannya yang akan diuji, yaitu: Hₒ : µ eksperimen = µ kontrol

Kedua rata-rata gain populasi adalah identik (rata-rata gain populasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah tidak berbeda secara nyata).

H1 : µ eksperimen > µ control

Kedua rata-rata gain populasi adalah tidak identik (rata-rata gain populasi kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah berdeda secara nyata).

2. Dasar Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan nilau t hitung dengan t tabel atau dengan membandingkan nilai probabilitas yang diperoleh dengan α = 0.05.

Berdasarkan nilai t hitung, terima Hₒ jika –t 1-½ α < t hitung t 1-½α, t 1-½

diperoleh dari daftar tabel t dengan dk = (n1 + n2 – 1) dan peluang 1-½ α, untuk

harga-harga t lainnya, Hₒ ditolak.

Berdasarkan angka probabilitas (nilai p), ditentukan : a. jika nilai p < 0.05, maka Hₒ ditolak;

(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitan dan pembahasan, dapat disimpulan bahwa perilaku bullying banyak ditemukan pada siswa kelas XI SMA Perguruan Kristen Methodist Indonesia 1 (PKMI 1) Medan Tahun Ajaran 2012/2013. Perilaku bullying ditemui pada setiap siswa baik laki-laki maupun perempuan, dan siswa

dari kalangan ekonomi tinggi, sedang maupun cukup. Jenis perilaku bullying tersebut meliputi bullying fisik, verbal, sosial/relasional dan elektronik. Dari seluruh siswa Kelas XI, beberapa siswa diidentifikasi memiliki perilaku bullying sangat tinggi. Oleh karena itu, siswa tersebut diberikan intervensi berupa bimbingan melalui teknik role playing untuk menanggulangi perilaku bullying tersebut.

Rumusan teknik role playing dinilai layak sebagai suatu kerangka kerja untuk menanggulangi perilaku bullying siswa kelas XI karena telah divalidasi secara rasional oleh pakar bimbingan dan konseling dan telah terbukti secara empirik berdasarkan uji efektifitas program bimbingan.

Bimbingan melalui teknik role playing efektif untuk menanggulangi perilaku bullying siswa. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis terhadap hasi yang diperoleh siswa yang medapat intervensi berupa bimbingan melalui teknik role playing yang menyatakan bahwa perilaku bullying dapat diturunkan secara

(45)

B. Rekomendasi

Rekomendasi penelitian mengenai perilaku bullying siswa, ditujukan kepada beberapa pihak yaitu: 1) pihak kepala sekolah; 2) guru pembimbing; serta 3) peneliti selanjutnya.

1. Bagi Pihak Sekolah (Kepala Sekolah)

a. memberi fasilitas dan mengkordinir segenap kegiatan yang direncanakan, diprogramkan dan dilaksanakan di sekolah baik mencakup kegiatan belajar mengajar, pelatihan, dan bimbingan konseling sebagai sebuah kesatuan yang terpadu dalam proses pendidikan; dan

b. memberi ruang yang seluas-luasnya kepada konselor di sekolah dalam rangka menanggulangi perilaku bullying siswa.

2. Bagi Konselor Sekolah

a. mampu merancang,mengembangkan dan menjalankan bimbingan terutama dalam usaha menanggulangi perilaku bullying siswa, melalui teknik role playing sebagai salah satu alternatif yang terbukti efektif dalam usaha menanggulangi perilaku bullying siswa;

b. diharapkan dapat menyajikan bimbingan melalui teknik role playing dengan menarik dan menyenangkan bagi siswa; serta

c. diharapkan lebih mengembangkan kemampuan dalam menjalin hubungan yang baik dengan siswa, merefleksi dan mengevaluasi kegiatan role playing yang telah dilakukan sehingga tujuan diadakannya kegiatan dapat

(46)

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. melakukan penelitian serupa dengan desain eksperimen murni agar keefektifan bimbingan melalui teknik role playing untuk menanggulangi perilaku bullying siswa semakin terlihat jelas dan murni;

b. memperluas jangkauan penelitian sehingga pelaksanaan bimbingan melalui teknik role playing untuk menanggulangi perilaku bullying siswa tidak terbatas pada siswa kelas XI, tetapi dapat menjangkau populasi yang lebih luas; dan

(47)

DAFTAR PUSTAKA

ABKIN. (2008). Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan. Bandung: ABKIN.

Anesty, Esya. (2009). Konseling Kelompok Behavioral Untuk Mereduksi Perilaku Bullying Siswa Sekolah Menengah Atas (Penelitian Eksperimen Kuasi Terhadap Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 10 Bandung). Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2004). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Asriyanti, Intan. (2011). Efektifitas Teknik Bermain Peran (Role Playing) Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Di Sekolah (Penelitian Pra-Ekperimen Terhadap Siswa Kelas VIII di SMPN 1 Pameungpeuk Kab. Bandung Tahun Ajaran 2010/2011). Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Astuti, Retno. (2008). Meredam Bullying: 3 Cara Efektif Menanggulangi Kekerasan Pada Anak. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Banks. R. (1997). Bullying in School. Journal of Personality and Social

Psychology.

Beane, Allan L. (2008). Protect Your Child From Bullying. San Francisco: Josey-Bass.

Bee, Helen. (1994). Lifespan Development. USA: HarperCollins Collage Publisher

Borgm, Walter & Meredith Damien, Gall. (1983). Education Research and Introduction. 4th Edition. New York & London: Longman Inc.

Coloroso, Barbara. (2006). Penindas, Tertindas, dan Penonton (Resep Memutuskan Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah hingga SMU). Serambi Ilmu Pustaka.

Corey, G. (2005). Teori dan Praktek Konseling & Psikoterapi (penerjemah E. Koswara). Bandung: PT Refika Utama.

Corsini, R. J. (1996). Role Playing In Psychotherapy: A Manual. Cicago: Aldine Publishing.

(48)

Craig, W., & Pepler, D. (1997). Naturalistic Observations of Bullying and Victimization on the Playground. LaMarsh Centre for Research on Violence and Conflict Resolution, York University: Unpublished report. Craig. W. M., & Pepler. D. J. (1997). Observations of Bullying and Victimiation

In the School Yard. Canadian Journal Of School Psycology. 13, 41-59. Craig, W., & Pepler, D. (1998). Bullying and Victimization: What Cn We Do

About It? In S.Miller, J.Brodine, & T.Miller (Eds). Safe By Design: Planning for Peaceful School Communities. Seattle, WA: Committee for Children.

Detik News. Selasa 17 November 2009 (Peningkatan Peristiwa Bullying di Sekolah). http://www.detiknews.com.

Depdiknas. (2008). Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Depdiknas.

Downing, A. (1994). A Critical Examination of Role Playing As A Model Of Teaching. East Lansing, MI: National Center for Research on Teacher Learning.

Duncan, R.D. (1999). Peer and Sibling Aggression: An Investigation of Intra-and Extra-Familial Bullying. Journal of Interpersonal Violence.

Djuwita, Ratna. (2005). Kekerasan Tersembunyi di Sekolah: Aspek-aspek Psikososial dari Bullying. Makalah Workshop Bullying: Masalah Tersembunyi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia. Jakarta: 29 April 2006.

Eka, Nenden. (2008). Bimbingan Bagi Siswa Terisolir di Kelas Melalui Teknik Bermain Peran (Role Playing). Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Ellis, Rusnawati. (2012). Program Bimbingan Melalui Teknik Role Playing Untuk Meningkatkan Self-Efficaci Karir Peserta Didik (Penelitian Quasi Experiment Pada Peserta Didik Kelas X SMKN 1 Masohi Kabupaten Maluku Tengah Tahun Ajaran 2011/2012). Tesis di Pascasarjana Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Espelage, Dorothy & Swearer, Susan. (2004). Bullying ini American School A

Social Persepective on Prevention and Intervention. London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

(49)

Forero, et al. (1999). Bullying Behavior and Pshycosocial Healt Among School Student in New South Wales, Australia. Cross Sectional Survey.

Furqon. (2004). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Gangel, Kenneth. (Tanpa Tahun). Defenisi Bermain Peran. (online). Tersedia di http://www.lead.sabda.org. (28 Maret 2012).

Ginnot. (1961). Definisi dan Fungsi Bermain Peran. (online). Tersedia di http://www.lead.sabda.org. (28 Maret 2012).

Hamalik, Oemar. (2001). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara.

Harris, Sandra & Patrie, Garth F. (2003). Bullying The Bullies, The Victims, The Bystanders. USA: Scarecrow Press, Inc.

Hawkins, D. L., Pepler, D. J., & Craig, W. M. (2001). Naturalistic Observations Of Peer Invention In Bullying. Social Development, 10, 512-527.

Heppner, P. P., et al. (2008). Research Design in Counseling. 3rd ed. Belmont, CA: Thomson Brooks/Cole.

Hurlock, Elizbeth B. (1980). Developmental Psycology, A Life-Span Approach. 5th edition. New York: Mc Graw-Hill, Inc.

Jacobs, E,. et al. (2012). Group Counseling: Strategies and Skills. 7th edition. Australia, Belmont, CA: Brooks/Cole Cengage Learning.

Kaltiala-Heino, R., Rimpela, M., Marttunen, M., Rimpela, A., & Rantanen, P. (1999). Bullying Depression, and Suicidal Ideation in Finnish Adolescence: School Survey. British Medical Journal, 319, 348-351. Khairani, Ani. (2006). Modul Program Pendidikan : Pencegahan Perilaku

Bullying di Sekolah Dasar. Tesis di Pascasarjana Fakultas Psikologi UI Jakarta: Tidak diterbitkan.

Knight, et.al. (2002). Alcohol Abuse and Dependence Among U.S Coellege Students. Journal of Studies on Alcohol 2002. In press.

Komara, Endang. (2009). Model Bermain Peran (Role Playing) dalam Pembelajaran Partisipatif. (online). Tersedia di http://endangkomarasblog.blogspot.com. (29 Maret 2012).

Koran KOMPAS, Senin 31 Oktober 2011. Jakarta: KOMPAS. Koran KOMPAS, Jumat 23 Desember 2011. Jakarta: KOMPAS.

(50)

Natawijaya, Rochman. (1987). Pendekatan–Pendekatan Dalam Penyuluhan Kelompok. Bandung: CV. Diponegoro.

Noviani, Mia. (2011). Efektivitas Teknik Trans Teori untuk Mereduksi Perilaku Bullying Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Oktaviani, Ridha. (2008). Penggunaan Teknik Bermain Peran (Role Playing) untuk Mengembangkan Konsep Diri Siswa. Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Olweus, D. (1993). Bullying at School: What we know and what we can do. Oxford: Blackwell.

Olweus, D. (1997). Bullyvictim Problems In School: Facts and Interventions. Europan Journal of Psycology of Education, 12, 495-510.

Olweus, D. (2005). A Useful Evaluation Design, and Effects of the Olweus Bullying Preventions Program. Psycology, Crime & Law, 11, 389-402. Parsons, Les. (2009). Bullied Teacher Bullied Student. Guru dan Siswa yang

Terintimidasi. (Alih bahasa: Grace Worang). Jakarta: Penerbit Grasindo. Prayitno. (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Reineka Cipta. Prayitno, H,. Dr & Erman Amti, Drs. (1999). Dasar-Dasar Bimbingan dan

Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Randal, Peter. (1997). Adult Bullying Perpetrators and Victims. London: Routledge.

Rigby, K. (1999). What Harms Does Bullying Do?. Journal of Psychiatry.

Rigby, Ken. (2002). Counsequences of Bullying in School. Canadian Journal of Psychiatry.

Rigby, Ken. (2002). Stop The Bullying: A Hand Book For Schools. Australian: National Library of Australia Cataloguing.

Rigby, Ken. (2002). New Persepectives on Bullying. London and Philadelphia: Jessica Kingsley Publisher, Ltd.

Rigby, K. (2005). The Anty Bullying and Teasing Book. Gryphone House, Inc. Roestiyah, Dra. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

(51)

Ross, Peter N. (1998). Arresting Violence: A Resaource Guide for Schools and Their Communities. 5160 Orbitor Drive, Mississuaga, Ontario, Canada: Public School Teachers’ Federation.

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok di Sekolah (Teori dan Aplikasi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Salmivalli, C., Huttunen, A., & Lagarspetz, J. (2007). Peer Networks and Bullying in School. Scandinavian Journal of Psychology.

Santrock, John W. (1995). Child Development: Adolescence. 4th Edition. Brown & Benchmark (Madison, Wis).

Saripah, Ipah. (2010). Model Kognitif-Perilaku untuk Menanggulangi Perilaku Bullying (Model Konseling untuk Korban Bullying Pada Siswa Sekolah Dasar). Disertasi Pascasarjana di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak Diterbitkan. Shaftel and Shaftel. (1967). Role-Playing for Social Values. Decision-Making in

the Social Studies. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Smith, D.K. & Sharp, S. (1994). Tackling Bullying in Your School ; A Hand Book

for Teacher. London: Routledge.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta.

Sullivan, Keith. (2000). The Anti-Bullying Handbool. United Kingdom: Oxford Univesity Press.

Susanti, Inda. (2006). Bullying Bikin Anak Depresi dan Bunuh Diri. (online). Tersedia:

http://www.kpai.go.id/mnaccess.php,?to=2artikel&sub=kpai&artikelbd.ht ml. (02 April 2012).

Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisa Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama.

Undang-Undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 pasal 54 Tentang Perlindingan Anak.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UPI: UPI University Press.

(52)

Widoretno, Hayu. (2011). Efektivitas Teknik Role Playing Untuk Mengurangi Perilaku Bullying Siswa (Studi Pra-Eksperimen Terhadap Siswa Kelas VIII SMPN 9 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi di Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan. Widianti, Costrie. (2009). Fenomena Bullying di Sekolah Dasar Negeri di

Semarang: Sebuah Studi Deskriptif. Jurnal Psikologi Undip, Vol.5 No.2. Yayasan SEJIWA. (2007). Workshop Nasional. (Online). Tersedia:

http//www.sejiwa.org/workshop-nasional-2007. (16 Mei 2012).

Yayasan Semai Jiwa Aimini (SEJIWA). (2008). Bullying : Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar Anak. Jakarta: Grasindo.

Yusuf, Syamsu & Nurikhsan, A. Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Cetakan ke-1. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel
Grafik
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Jumlah Anggota Populasi dan Sampel
+6

Referensi

Dokumen terkait

Although the standard allows for GetFeatureInfo to return responses in different encodings, it however relies on a separate service such as WPS or a client application to transform

Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 72 huruf b mempunyai tugas melakukan urusan perencanaan, keuangan, akademik, kemahasiswaan, kepegawaian,

Untuk mempermudah kita dalam memahami cara kerja dari pemantau ruangan dan sistem keamanan ruangan penyimpanan barang-barang berharga dengan menggunakan mikrokontroler

(3) Anggota Senat yang berasal dari wakil dosen dari setiap fakultas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terdiri atas 3 (tiga) orang wakil dosen yang profesor

Catu daya atau power supply merupakan suatu rangkaian elektronik yang.. mengubah arus listrik bolak-balik menjadi arus

Meningkatkan hasil belajar peserta didik pada pembelajaran operasi hitung perkalian melalui metode discovery. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh keresahan peneliti terhadap maraknya perilaku korup yang seakan sudah membudaya dan mengakar dalam berbagai aspek kehidupan

Hasil: Berdasarkan uji hipotesis dengan metode Mc Nemar didapati nilai p sebesar 0,021 (CI 95%) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara kejadian limfadenitis TB pada