• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PEMENUHAN STANDAR PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI PEMENUHAN STANDAR PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PEMENUHAN STANDAR

PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS

(Studi kasus Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Teknik Arsitektur

Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI

Oleh

FADLI ILLAHI

0908852

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

(2)

EVALUASI PEMENUHAN STANDAR PENCAHAYAAN

ALAMI RUANG KELAS

Oleh Fadli Illahi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Fadli Illahi 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI

Bandung, Agustus 2013

Diajukan Kepada Dewan Penguji

Sidang Sarjana Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia

Pembimbing I :

Dr. H. Johar Maknun, M.Si. NIP : 19680308 199303 1 002

Pembimbing II :

Lucy Yosita, ST. MT. NIP : 19530411 198101 1 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK UPI Bandung

(4)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi Pemenuhan Standar Pencahayaan Alami Ruang Kelas ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara - cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya,saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2013 Yang membuat pernyataan,

(5)

ABSTRAK

EVALUASI PEMENUHAN STANDAR PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS FADLI ILLAHI : 0908852

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 3 Bandung memiliki 4 blok masa bangunan yang terdiri dari blok A,B,C, dan D. Setiap blok masa bangunan memiliki orientasi yang berbeda terhadap arah pergerakan matahari, sehingga mengakibatkan intensitas pencahayaan alami yang diterima ruang kelas pada setiap blok juga berbeda. Berdasarkan standar, intensitas pencahayaan alami yang dianjurkan untuk ruang kelas adalah 250 lux hingga 300 lux.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengevaluasi kondisi pencahayaan alami ruang kelas di SMPN 3 Bandung. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif evaluativ. Metode deskriptif digunakan untuk menghimpun data mengenai kondisi eksisting, sedangkan metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi data penelitian yang diperoleh yaitu berupa data pencahayaan yang didapat melalui pengukuran pada titik ukur dengan menggunakan Lux Meter. Ruang kelas yang dijadikan sampel peneltian adalah ruang kelas 9.8 (lantai 2 blok A), ruang kelas 8.6 (lantai 2 blok B), ruang kelas 8.2 (lantai 2 blok C), dan ruang kelas 8.1 (lantai 2 blok D). Penelitian dilakukan mulai pukul 08.00 sampai pukul 14.00.

Hasil penelitian menunjukan bahwa intensitas pencahayaan alami pada ruang kelas yang dijadikan sampel penelitian berbeda - beda. Pada ruang kelas 9.8 dan ruang kelas 8.6, semua area titik ukur ruang kelas memiliki intensitas pencahayaan alami yang tidak memenuhi standar. Pada ruang kelas 8.2 , kondisi pencahayaan alami terbaik di ruang kelas berada pada pukul 12.00 hingga pukul 14.00. Pada ruang kelas 8.1, kondisi pencahayaan alami terbaik berada pada pukul 08.00 hingga pukul 10.00 .Hal ini dipengaruhi oleh pergerakan matahari,orientasi ruang terhadap arah pergerakan matahari, dan besarnya bukaan pada ruang kelas.

Saran yang direkomendasikan untuk mengatasi permasalahan pada intensitas pencahyaan alami pada ruang kelas antara lain : penggunaan pencahayaan buatan jika ruang kelas memiliki intensitas pencahayaan alami dibawah standar. Pengguanaan overstek,sun shading,sun screen, dan tirai vertikal (vertical blind) jika ruang kelas memiliki intensitas pencahayaan alami diatas standar.

(6)

ABSTRACT

EVALUASI PEMENUHAN STANDAR PENCAHAYAAN ALAMI RUANG KELAS FADLI ILLAHI : 0908852

Junior High School ( SMP ) 3 Bandung has 4 times the building blocks consisting of

blocks A , B , C , and D. every future building blocks have a different orientation to the direction

of movement of the sun , resulting in natural lighting intensity received classroom in each block

is also different . By default , the recommended intensity of natural lighting for classrooms is 250

lux to 300 lux .

This Research aims to identify and evaluate the condition of natural lighting in

classrooms 3 SMP Bandung . This study used a qualitative approach with descriptive research

method evaluativ . Descriptive methods used to collect data on existing conditions , while the

evaluative methods used to evaluate the research data obtained in the form of lighting data

obtained through measurement at measuring point using the Lux Meter . Classrooms were

sampled from other research is classroom 9.8 ( 2nd floor block A ) , 8.6 classroom ( 2nd floor of

block B ) , 8.2 classroom ( 2nd floor of block C ) , and 8.1 classrooms ( 2nd floor of block D ) .

The study was conducted from 08.00 until 14.00 .

The results showed that the intensity of natural lighting in classrooms were sampled from

different studies - different . In the classroom 9.8 and 8.6 classrooms , all classrooms measuring

point area has natural lighting intensity that does not meet the standards . 8.2 In the classroom ,

the best natural lighting conditions in the classroom is at 12.00 until 14.00. 8.1 In the classroom

, the best natural lighting conditions are at 08:00 until 10:00 . This is influenced by the

movement of the sun , the orientation of the direction of movement of the sun room , and a large

area of the classroom .

Recommended suggestions to solve the problems on the intensity of lighting experience to

the classroom include: using of artificial lighting if classrooms have natural light intensity below

the standard . by using overstek , sun shading , sun screen , and vertical blinds ( vertical blinds )

if classrooms have natural light intensity above the standard .

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMAKASIH iii

DAFTAR ISI v

DAFRAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 3

1.3 Pembatasan Masalah 3

1.4 Rumusan Masalah 4

1.5 Penjelasan Istilah 4

1.6 Tujuan Penelitian 5

1.7 Manfaat Penelitian 6

BAB II LANDASAN TEORITIS 7

2.1 Teori Pencahayaan 7

2.1.1 Cahaya 7

2.1.2 Iluminasi dan Luminasi 8

2.1.3 Silau (glare) 8

2.2 Hubungan Cahaya dengan Manusia 10

2.3 Pencahayaan Alami 12

2.4 Pencahayaan Buatan 19

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 25

3.1 Metode Penelitian 25

3.2 Jenis Data 26

3.3 Variabel dan Paradigma Penelitian 27

3.4 Lokasi, Populasi, dan Sampel 27

3.5 Instrumrn Penelitian 28

3.6 Teknik Analisis Data 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 29

4.1 Deskripsi Lokasi 29

4.2 Kondisi Ruang Kelas dan Titik Ukur 37

4.2.1 Ruang kelas 9.8 38

4.2.2 Ruang kelas 8.6 40

4.2.3 Ruang kelas 8.2 42

4.2.4 Ruang kelas 8.1 44

4.3 Evaluasi Pencahayaan Alami Ruang Kelas 48

4.3.1 Ruang kelas 9.8 48

4.3.2 Ruang kelas 8.6 51

4.3.3 Ruang kelas 8.2 53

4.3.4 Ruang kelas 8.1 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 70

5.2 Saran 71

DAFTAR PUSTKA 81

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : Diagram matahari kota Bandung di bulan

Juni 2013 14

Gambar 2.2 : Tiga komponen cahaya langit yang sampai

Pada suatu titik bidang kerja 17

Gambar 2.2 : Tinggi dan lebar cahaya efektif 19

Gambar 4.1 : Lokasi SMPN 3 Bandung 33

Gambar 4.2 : (a) Tampak luar gedung SMPN 3 Bandung

(b) Tampak gedung blok C dan D SMPN 3 Bandung (c) Tampak gedung blok A SMPN 3 Bandung

(d) Tampak gedung blok B SMPN 3 Bandung 34 Gambar 4.3 : Pembagian blok gedung SMPN 3 Bandung 35

Gambar 4.4 : Denah lantai 2 SMPN 3 Bandung 36

Gambar 4.5 : Ilustrasi ruang kelas 9.8 dan orientasinya

terhadap arah mata angin 36

Gambar 4.6 : (a) Bukaan sisi Utara kelas 9.8 (b) Bukaan sisi Selatan kelas 9.8

(c) Kondisi ruang kelas 9.8 37

Gambar 4.7 : Ilustrasi ruang kelas 8.6 dan orientasinya

terhadap arah mata angin 38

Gambar 4.8 : (a) Bukaan sisi Timur kelas 8.6 (b) Bukaan sisi Barat kelas 8.6

(c) Kondisi ruang kelas 8.6 38

Gambar 4.9 : Ilustrasi ruang kelas 8.2 dan orientasinya

terhadap arah mata angin 39

Gambar 4.10 : (a) Bukaan sisi Selatan kelas 8.2 (b) Bukaan sisi Utara kelas 8.2

(10)

Gambar 4.11 : Ilustrasi ruang kelas 8.1 dan orientasinya

terhadap arah mata angin 40

Gambar 4.12 : (a) Bukaan sisi Barat daya kelas 8.1 (b) Bukaan sisi Timur laut kelas 8.1

(c) Kondisi ruang kelas 8.1 41

Gambar 4.13 : Denah ruang kelas 9.8 42

Gambar 4.14 : Titik pengukuran intensitas pencahayaan

alami ruang kelas 9.8 43

Gambar 4.15 : Bidang bukaan pada sisi Selatan ruang kelas 9.8 43 Gambar 4.16 : Bidang bukaan pada sisi Utara ruang kelas 9.8 43

Gambar 4.17 : Denah ruang kelas 8.6 44

Gambar 4.18 : Titik pengukuran intensitas pencahayaan

alami ruang kelas 8.6 45

Gambar 4.19 : Bidang bukaan pada sisi Barat ruang kelas 8.6 45 Gambar 4.20 : Bidang bukaan pada sisi Timur ruang kelas 8.6 45

Gambar 4.21 : Denah ruang kelas 8.2 46

Gambar 4.22 : Titik pengukuran intensitas pencahayaan

alami ruang kelas 8.2 47

Gambar 4.23 : Bidang bukaan pada sisi Barat ruang kelas 8.2 47 Gambar 4.24 : Bidang bukaan pada sisi Timur ruang kelas 8.1 47

Gambar 4.25 : Denah ruang kelas 8.1 48

Gambar 4.26 : Titik pengukuran intensitas pencahayaan

alami ruang kelas 8.1 49

Gambar 4.27 : Bidang bukaan pada sisi Barat ruang kelas 8.1 49 Gambar 4.28 : Bidang bukaan pada sisi Timur ruang kelas 8.1 49

Gambar 4.29 : Lux meter 50

Gambar 4.30 : Kamera Sony H200 51

Gambar 4.31 : Orientasi ruang kelas 9.8 terhadap

garis edar matahari 52

Gambar4.32 : Grafik nilai rata-rata pencahayaan alami

(11)

Gambar4.33 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 9.8

pada pukul 08.00 sampai pukul 14.00 54

Gambar 4.34 : Orientasi ruang kelas 8.6 terhadap

garis edar matahari 55

Gambar 4.35 : Grafik nilai rata-rata pencahayaan alami

ruang kelas 8.6 56

Gambar 4.36 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.6

pada pukul 08.00 sampai pukul 10.00 57

Gambar 4.36 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.6

pada pukul 11.00 sampai pukul 14.00 58

Gambar 4.37 : Orientasi ruang kelas 8.2 terhadap

garis edar matahari 59

Gambar 4.38 : Grafik nilai rata-rata pencahayaan alami

ruang kelas 8.2 60

Gambar 4.39 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.2

pada pukul 08.00 sampai pukul 09.00 61

Gambar 4.40 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.2

pada pukul 10.00 sampai pukul 11.00 62

Gambar 4.41 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.2

pada pukul 12.00 63

Gambar 4.42 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.2

pada pukul 13.00 64

Gambar 4.43 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.2

pada pukul 14.00 65

Gambar 4.44 : Orientasi ruang kelas 8.1 terhadap

garis edar matahari 66

Gambar 4.45 : Grafik nilai rata-rata pencahayaan alami

ruang kelas 8.1 67

Gambar 4.46 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.1

(12)

Gambar 4.46 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.1

pada pukul 09.00 69

Gambar 4.47 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.1

pada pukul 10.00 70

Gambar 4.48 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.1

pada pukul 11.00 71

Gambar 4.49 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.1

pada pukul 12.00 72

Gambar 4.50 : Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.1

pada pukul 13.00 dan pukul 14.00 72

Gambar 5.1 : Penggunaan shading pada bukaan sisi Utara dan penggunaan sunscreen pada bukaan sisi

Selatan di ruang kelas 9.8 72

Gambar 5.2 : Penggunaan overstek dan sunscreen pada

bukaan sisi Timur ruang kelas 8.6 73

Gambar 5.3 : Penggunaan sunscreen pada bukaan sisi

Barat ruang kelas 8.6 74

Gambar 5.4 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang

kelas 8.2 pada pukul 08.00 dan 09.00 75

Gambar 5.5 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang

kelas 8.2 pada pukul 10.00 dan 11.00 75

Gambar 5.6 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang

kelas 8.2 pada pukul 12.00 76

Gambar 5.7 : Penggunaan tirai vertikal (vertical blind)

di ruang kelas 8.2 pada bukaan sisi Utara 77 Gambar 5.8 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang

kelas 8.1 pada pukul 08.00 78

Gambar 5.9 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang

kelas 8.1 pada pukul 09.00 78

Gambar 5.10 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang

(13)

Gambar 5.11 : Penggunaan sunscreen pada bukaan sisi

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Tingkat pencahayaan alami yang direkomendasikan

Untuk sekolah 5

Tabel 3.1 : Gambaran proses penelitian 25

Tabel 4.1 : Nilai sudut azimuth,sudut altitude

di Kota Bandung pada tanggal 9 Juni 2013 51 Tabel 4.2 : Intensitas pencahayaan alami ruang kelas 9.8 52 Tabel 4.3 : Interpretasi intensitas pencahayaan alami ruang

kelas 9.8 terhadap batas pencahayaan alami

ruang kelas 53

Tabel 4.3 : Intensitas pencahayaan alami ruang kelas 8.6 55 Tabel 4.4 : Interpretasi intensitas pencahayaan alami ruang

kelas 8.6 terhadap batas pencahayaan alami

ruang kelas 56

Tabel 4.5 : Intensitas pencahayaan alami ruang kelas 8.2 59 Tabel 4.6 : Interpretasi intensitas pencahayaan alami ruang

kelas 8.2 terhadap batas pencahayaan alami

ruang kelas 60

Tabel 4.7 : Intensitas pencahayaan alami ruang kelas 8.1 66 Tabel 4.8 : Interpretasi intensitas pencahayaan alami ruang

kelas 8.1 terhadap batas pencahayaan alami

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 : Dokumentasi kegiatan peneltian 84

LAMPIRAN 2 : Hasil pengukuran intensitas pencahayaan

ruang kelas 85

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Cahaya matahari sebagai sumber pencahayaan alami merupakan salah satu sumber energi terbarukan yang sangat berlimpah di Indonesia. Sebagai negara yang melintang dari Barat sampai ke Timur di bawah garis khatulistiwa, negara ini sangat kaya akan energi yang dihasilkan oleh matahari. Kondisi geografis ini pulayang membawa pada stabilnya cahaya matahari yang diterima diseluruh wilayah di Indonesia sepanjang tahun (Parmonangan Manurung, 2012).

Salah satu peran yang yang diberikan cahaya alami pada manusia adalah dalam hal kenyamanan. Peran ini diberikan tidak hanya di dalam bangunan, tetapi juga diluar bangunan. Setidaknya ada dua macam kenyamanan yang dipengaruhi oleh cahaya alami pada diri manusia, yaitu kenyamanan visual dan kenyamanan termal. Kenyamanan visual terkait dengan cahaya alami yang membantu manusia dalam mengakses informasi visual tanpa mengganggu indera visual manusia. Kondisi visual yang terlalu gelap karena kurangnya cahaya akan menciptakan ketidaknyamanan bagi indera visual. Ketidaknyamanan ini juga akan mempengaruhi persepsi visual manusia terhdap lingkungan visualnya (Parmonangan Manurung, 2012).

Pencahayaan alami merupakan hal yang sangat dibutuhkan pada suatu bangunan, tidak terkecuali untuk bangunan sekolah. Bangunan sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses belajar mengajar harus memiliki sistem pencahayaan yang baik sehingga dapat menciptakan kenyamanan saat proses belajar mengajar.

(17)

2

lighting design, yaitu untuk menciptakan kenyamanan, suasana yang menyenangkan, dan ruang yang fungsional bagi setiap orang di dalamnya (Lam, 1977).

Pada interior bangunan , pencahayaan alami membantu memperjelas segala benda dalam ruangan menyangkut bentuk, warna, ukuran, dan susunannya dalam ruangan. Namun yang paling penting adalah mendukung berbagai aktivitas manusia dalam bangunan pada pagi sampai sore hari, dengan catatan ruangan mendapat cahaya matahari secara cukup memadai. Pencahayaan yang tidak tepat dapat merusak atmosfer ruang sehingga menimbulkan perasaan kurang nyaman, selain itu juga memberikan tekanan psikologis terhdap pengguna ruang, gangguan kesehatan, dan lainnya.

Kualitas pencahayaan alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas bukaan, maka akan semakin besar cahaya yang masuk ke dalam ruang. Kualitas pencahayaan alami yang baik juga dipengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah datangnya sinar matahari.

Ruang kelas sebagai salah satu ruang yang mengakomodir aktivitas belajar di sekolah memiliki arti penting bagi siswa dalam membantu kegiatan belajar sehingga mampu meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah tingkat kecerdasan. Selain itu kondisi ruang kelas sangat berperan penting dalam memberikan kenyamanan terhadap penggunanya. Keseimbangan cahaya langsung dan tidak langsung yang tersedia cukup dalam ruang kelas dapat mendukung siswa untuk mengerjakan tugas yang berorientasi pada kertas dan komputer dengan baik (Perkins, 2001).

(18)

3

Berdasarkan paparan tersebut maka penulis tertarik melakukan evaluasi mengenai pencahayaan alami ruang kelas di SMP Negeri 3 Bandung. SMP Negeri 3 berlokasi di Jalan Raden Dewi Sartika no.96, Bandung. Kondisi pencahayaan alami ruang kelas di SMP Negeri 3 cukup beragam. Beberapa kelas dianggap memiliki pencahayaan alami yang cukup, sedangkan beberapa kelas lainnya dianggap memiliki intensitas pencahayaan alami yang berlebih dan kurang. Hal ini menjadi dasar pelaksanaan penelitian mengenai evaluasi standar pencahayaan alami ruang kelas di SMP Negeri 3 Bandung. Evaluasi tersebut akan dijadikan dasar untuk mengembangkan prosedur perbaikan dalam upaya pemenuhan standar pencahayaan alami ruang kelas di SMP Negeri 3 Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Orientasi bangunan SMP Negeri 3 Bandung terhadap arah pergerakan Matahari.

2. Adanya perbedaan kondisi dan intensitas pencahayaan alami pada tiap blok ruang kelas.

3. Rumusan bentuk solusi arsitektur untuk pemenuhan standar pencahayaan alami di ruang kelas SMP Negeri 3 Bandung.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan sehingga objek yang akan diteliti dapat menjadi lebih jelas dan dapat menghindari kesalahpahaman.Dalam hal ini pembatasan masalah dibagi menjadi dua, diantaranya :

1. Objek penelitian

(19)

4

menjadi objek penelitian adalah pencahayaan alami di ruang kelas SMP Negeri 3 Bandung

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian adalah ruang kelas di SMP Negeri 3 Bandung

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah diatas, maka di rumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Bagaimana hasil evaluasi kondisi pencahayaan alami ruang kelas SMPN 3 Bandung ?

2. Bagaimana bentuk solusi untuk pemenuhan standar pencahayaan alami di ruang kelas SMPN 3 Bandung ?

1.5 Penjelasan Istilah

1. Pencahayaan alami

Pencahayaan alami adalah pencahayaan yang dihasikan oleh sumber cahaya alami yaitu matahari dengan cahaya yang kuat tetapi bervariasi menurut jam, musim, dan tempat.

2. Prosedur evaluasi pencahayaan

a. Melakukan pengamantan (observasi) ke lapangan. Hadi (1986), observasi sebagai metode ilmiah diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik fenomena yang diselidiki di lapangan. Hasil yang diperoleh berupa dimensi ruang, besar bukaan, material ruang, dan perspektif ruang. b. Melakukan pengukuran tingkat pencahayaan. Pengukuran

(20)

5

c. Pengolahan data penelitian. Hasil yang diperoleh berupa kesimpulan mengenai kondisi pencahayaan alami di SMP Negeri 3 Bandung.

d. Merancang desain ruang kelas yang memenuhi standar pencahayaan.

3. Standar pencahayaan

Tabel 1.1 Tingkat pencahayaan alami yang direkomendasikan untuk

sekolah

Sumber : SNI 03-6575-2001, Darmasetiawan dan Puspakesuma dalam

bukunya Good lighting for school (1991), Bean (2004)

1.6 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melaukan evaluasi pencahayaan alami ruang kelas di SMP Negeri 3 Bandung.

2. Merekomendasikan bentuk solusi arsitektur pemenuhan standar kenyamamanan pencahayaan alami ruang kelas SMP Negeri 3 Bandung.

1.7 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat ke semua pihak yang terlibat. Manfaat yang diperoleh dari diadakannya penelitian ini antara lain :

(21)

6

1. Mendapatkan data intensitas pencahayaan alami alami ruang kelas di SMP Negeri 3 Bandung.

2. Memberikan kesimpulan mengenai kondisi pencahayaan alami ruang kelas di SMPN 3 Bandung.

(22)

25

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan evaluatif. Metode deskriptif digunakan dalam penelitian awal untuk menghimpun dan memaparkan data tentang kondisi eksisiting. Metode evaluatif digunakan untuk mengevaluasi data penelitian yang diperoleh.

Gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh tentang seluruh aktivitas pengembangan produk berupa desain ruang kelas yang memenuhi standar pencahayaan yang tercakup pada penelitian ini tertera pada tabel

Tabel 3.1 Gambaran Proses Penelitian

Jenis Metode Langkah - langkah

penelitian Luaran (Output) Keterangan

(23)

26

Jenis Metode Langkah - langkah

penelitian Luaran (Output) Keterangan

Pencatatan bahan

(24)

27

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya. Data ini merupakan data yang harus ada yang akan digunakan dalam analisa yang akan dilakukan, jenis ini data geometri ruang dan data hasil pengukuran tingkat pencahayaan.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pelengkap yang diperlukan dalam melakukan analisis. Data pendukung ini dapat berupa kumpulan kajian teroritis.

3.3 Variabel dan Paradigma Penelitian

Variabel Penelitian dimaksudkan untuk memberikan batasan pembahasan didalam penelitian. Variabel penelitian yang diamati adalah sebagai berikut :

1. Dimensi dan Orientasi bukaan pada lokasi penelitian

Mengamati dan mengukur dimensi bukaan dan orienasinya terhadap arah lintasan lintasan matahari.

2. Orientasi bangunan dan arah datangya sinar matahari 3. Material penutup bukaan.

Sedangkan variabel penelitian yang akan dianalisa adalah sebagai berikut :

 Kekuatan penerangan = E (lux)

(25)

28

3.4 Lokasi, Populasi dan Sampel

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Kota Bandung yang berlokasi di Jalan Raden Dewi Sartika No.96, Bandung.

Populasi penelitian adalah seluruh ruang kelas yang ada di SMPN 3 Bandung.Sedangkan sampel adalah ruang kelas yang akan diteliti yang terdapat di tiap blok gedung.

3.5 Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan 2 (dua) instrumen yaitu pedoman pengukuran kondisi pencahayaan, dan panduan pengembangan desain ruang kelas berdasarkan standar kenyamanan pencahayaan.

3.6 Teknik Analisis Data

Pengolahan terhadap data hasil penelitian ini dilakukan sebagai berikut : 1. Data kualitatif kondisi lingkungan sekolah dilakukan dengan tahapan

pengelompokan, dan pengukuran.

2. Evaluasi terhadap data kondisi pencahayaan yang didapat dari proses pengukuran.

(26)

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil dari penelitian yang berjudul “Evaluasi Pemenuhan Standar Pencahayaan Alami Ruang Kelas, dengan studi kasus Gedung SMPN 3 Bandung” diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Ruang kelas 9.8 yang terletak di lantai 2 blok A gedung SMPN 3 Bandung memiliki orientasi fasad menghadap Utara dan Selatan. Pada pengukuran intensitas pencahayaan alami di ruang kelas 9.8 diperoleh hasil pada jam 08.00 hingga pukul14.00, intensitas pencahayaan alami ruang kelas 9.8 berada diatas standar (250 lux – 300 lux).

2. Ruang kelas 8.6 yang terletak di lantai 2 blok B gedung SMPN 3 Bandung memiliki orientasi fasad menghadap Barat dan Timur.Bukaan sisi Timur ruang kelas 8.6 langsung terkena sinar matahari pada pagi hari, sedangkan bukaan sisi Barat tidak terkena sinar Matahari secara langsung karena terhalang tritisan. Pada pengukuran intensitas pencahayaan alami di ruang kelas 8.6 diperoleh hasil bahwa pada jam 08.00 hingga pukul14.00, intensitas pencahayaan alami ruang kelas 8.6 berada diatas standar (250 lux – 300 lux).

3. Ruang kelas 8.2 yang terletak di lantai 2 blok C gedung SMPN 3 Bandung memiliki orientasi fasad menghadap Utara dan Selatan. Pada pengukuran intensitas pencahayaan alami di ruang kelas 8.2 diperoleh hasil bahwa pada pukul 12.00 hingga pukul 14.00 merupakan kondisi terbaik ruang kelas 8.2 dari segi intensitas pencahayaan alami karena sebagian besar area ruang kelas memiliki intensitas pencahayaan yang memenuhi standar.

(27)

41

intensitas pencahayaan alami di ruang kelas 8.1 diperoleh hasil kondisi pencahayaan alami terbaik pada ruang kelas berada pada pukul 08.00 hingga 10.00. 44,4% area ruang kelas memenuhi standar pencahayaan alami dan 55,6% area ruang tidak memenuhi standar. Kondisi pencahayaan alami terburuk berada pada pukul11.00 hingga pukul 14.00 karena seluruh area ruangan memiliki intensitas pencahayaan alami yang tidak memenuhi standar.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil peneltian yang diperoleh, maka peneliti dapat mengajukan beberapa saran, antara lain :

5.2.1. Ruang kelas 9.8

Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 9.8 pada pukul 08.00 hingga pukul 14.00 selalu berada diatas standar sehingga perlu dicari solusi agar kondisi pencahayaan alami ruang kelas 9.8 dapat memenuhi standar.

Peneliti mengemukakan beberapa solusi untuk mengatsi pencahayaan alami yang berlebih pada ruang kelas 9.8. Solusi ini berlaku pada semua ruang kelas yang berada di blok A.Solusi tersebut antara lain :

1. Penggunaan sunscreen pada bukaan sisi Utara dan bukaan sisi Selatan.

Sunscreen digunakan pada bukaan sisi Utara untuk

memantulkan cahaya matahari ke plafond , sehingga panas dan intensitas cahaya matahari yang masuk ke kelas menjadi berkurang. Sunscreen yang digunakan pada bukaan sisi Selatan adalah kertas

(28)

42

Gambar 5.1: Penggunaan shading pada bukaan sisi Utara dan penggunaan sunblast pada bukaan sisi Selatan di ruang kelas 9.8

Sumber : Dokumentasi pribadi

5.2.2. Ruang kelas 8.6

Kondisi pencahayaan alami ruang kelas 8.6 hampir sama dengan ruang kelas 9.8, perbedaan hanya terletak pada orientasi ruang . Orientasi fasad ruang kelas 8.6 yang menghadap Barat dan Timur, membuat ruang kelas 8.6 langsung terkena cahaya matahari dari Timur pada saat pukul 08.00 pagi. Sinar matahari langsung membuat pencahayaan alami dalam ruang kelas menjadi berlebihan, suhu menjadi lebih panas, dan terjadi silau. Untuk mengatasi hal ini peneliti mengemukakan solusi antara lain :

1. Penggunaan shading dan sunscreen pada fasad bagian Timur. SUNSCREEN

(29)

43

Shading yang digunakan adalah overstek plat beton dengan tebal 10 cm dan panjang 120 cm. Overstek dibuat agar sinar matahari langsung dapat dipantulkan dan tidak masuk ke dalam kelas. Sunscreen juga dipasang pada bukaan sisi Timur untuk mengurangi sinar matahari langsung masuk ke kelas agar intesitas pencahayaan di dalam kelas dapat memenuhi standar.

Gambar 5.2 : Penggunaan overstek dan sunblast pada bukaan sisi Timur ruang kelas 8.6

KELAS 8.6

OVERSTEK

SUNSCREEN SUNBLAST Sunblast

(30)

44

Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Penggunaan sunscreen jenis sunblast pada bukaan sisi Barat

Sunblast dipasang pada bukaan sisi Barat untuk mengurangi

intensitas cahaya matahari yang masuk ke ruang kelas 8.6.

Gambar 5.3 : Penggunaan sunblast pada bukaan sisi Barat ruang kelas 8.6

Sumber : Dokumentasi pribadi

5.2.3. Ruang kelas 8.2

Solusi yang peneliti kemukakan untuk kondisi pencahayaan alami pada ruang kelas 8.2 antara lain :

1. Penggunaan cahaya buatan

Pencahayaan buatan pada ruang kelas 8.2 hanya digunakan pada area yang memiliki intensitas pencahayaan alami yang dibawah standar. Jenis pencahayaan buatan yang digunakan pada masing -masing area titik ukur yang memilik intensitas pencahayaan alami dibawah standar adalah 2 lampu TL 40 watt.

 Pada pukul 08.00 dan 09.00 digunakakan pencahayaan buatan pada area titik ukur 1 sampai 8.

(31)

45

Gambar 5.4 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang kelas 8.2 pada pukul 08.00 dan 09.00

Sumber : Dokumentasi pribadi

 Pada jam 10.00 dan 11.00 digunakan pencahayaan buatan pada area titik ukur 1 sampai 6.

(32)

46

 Pada jam 12.00, pencahayaan buatan pada ruang kelas 8.2 hanya digunakan pada area titik ukur 3 dan 4.

Gambar 5.6 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang kelas 8.2 pada pukul 12.00

Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Penggunaan tirai vertikal

(33)

47

Gambar 5.7 : Penggunaan tirai vertikal (vertical blind) di ruang kelas 8.2 pada bukaan sisi Utara

Sumber : Dokumentasi pribadi

4.4.4 Ruang kelas 8.1

Solusi yang peneliti kemukakan untuk kondisi pencahayaan alami pada ruang kelas 8.1 antara lain :

1. Pencahayaan buatan

Pencahayaan buatan pada ruang kelas 8.1 hanya digunakan pada area yang memiliki intensitas pencahayaan alami yang dibawah standar. Jenis pencahayaan buatan yang digunakan pada masing -masing area titik ukur yang memilik intensitas pencahayaan alami dibawah standar adalah 2 lampu TL 40 watt.

(34)

48

Gambar 5.8 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang kelas 8.1 pada pukul 08.00

Sumber : Dokumentasi pribadi

(35)

49

Gambar 5.9 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang kelas 8.1 pada pukul 09.00

Sumber : Dokumentasi pribadi

 Pada pukul 10.00, digunakan pencahayaan buatan pada area titik ukur 1,4,8, dan 9.

Gambar 5.10 : Penggunaan pencahayaan buatan di ruang kelas 8.1 pada pukul 10.00

Sumber : Dokumentasi pribadi

2. Penggunaan sunscreen jenis sunblast pada bukaan sisi Timur laut Sunblast dipasang pada bukaan sisi Timur laut untuk

(36)

50

Gambar 5.11 : Penggunaan sunblast pada bukaan sisiTimur Laut ruang kelas 8.1

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta : Rineka Cipta

Bean, R. 2004. Lighting Interior And Exterior. Massachusets: Architectural Press

Darmastiawan, dan Puspakesuma, L. 1991. Good lighting for school.

Darmastiawan, dan Puspakesuma, L. 1991. Teknik Pencahayaan dan Tata Letak Lampu Jilid : Pengetahuan Dasar. Jakarta : Grasindo.

Dora, P.E. 2010. Optimasi Desain Pencahayaan Ruang Kelas SMA Santa Maria Surabaya. Jurusan Desain Interior Fakultas Seni dan Desain Universitas Kristen Petra Surabaya.

Egan, M.D. dan Olgyay, V. 1983. Architectural Lighting (2nd Edition). New York : Mc Graw-Hill

Frick, Et. Al. 2008. Ilmu Fisika Bangunan Pengantar Pemahaman Cahaya, Kalor, Kelembapan, Iklim, Gempa Bumi, Bunyi, dan Kebakaran. Yogyakarta : Kanisus

Frick, Heinz, dan Suskiyatno, B. 2009. Dasar – dasar Eko- Arsitekutr. Yogyakarta : Kanisus

Hadi, S. 1986. Metodologi Research II. Yogyakarta : ANDI

Kholiq, H.I. 2007. Analisa Nilai Pencahayaan Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar di Malang. Laporan Penelitian Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang.

Lam, W. 1977. Perception and Lighting as Formgivers for Architecture.

(38)

Lechner, N. 2007. Heating, Cooling, Lighting : Metode Desain untuk Arsitektur (Vol.2). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Lippsmeir, G. 1997. Bangunan Tropis. Jakarta : Erlangga

Manurung, P. 2012. Pencahayaan Alami dalam Arsitektur. Yogyakarta : ANDI

Meiliana, W. 2010. Intergrasi Sistem Pencahayaan Alami dan Buatan dalam Galeri. Skripsi pada Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UI Depok : diternitkan.

Michel, L. 1996. Light: The Shape of Space Designing with Space and Light. Toronto: John Wiley & Sons, Inc.

Moore, F. 1991. Concepts and Practice of Architectural Day Lighting. New York : Van Nostrand Reinhold.

Perkins, B. 2001. Elementary and Secondary School. Canada : John Wiley & Sons Inc.

Satwiko, P. 2005. Fisika Bangunan II. Yogyakarta : ANDI

Sihombing, F.A. 2008. Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami pada Beberapa Rancangan Ruang Kelas Perguruan Tinggi di Medan. Tesis pada Sekolah Pascasarjana USU Medan: diterbitkan.

SNI 03-2396-2001. 2001. Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami pada Bangunan Gedung.

SNI 03-6575-2001. 2001. Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Buatan pada Bangunan Gedung.

Soegijanto. 1999. Bangunan di Indonesia dengan Iklim Tropis Lembab Ditinjau dari Aspek Fisika Bangunan. Jakarta : Direktorat Pendidikan Tinggi

Gambar

Gambar 5.11 : Penggunaan sunscreen pada bukaan sisi
Tabel 1.1 Tingkat pencahayaan alami yang direkomendasikan untuk
Gambaran yang lebih jelas dan menyeluruh tentang seluruh aktivitas
Gambar 5.1: Penggunaan shading pada bukaan sisi Utara dan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tingkatan perilaku sticky cost akan dibandingkan dari ukuran perusahaan large , medium , dan small untuk melihat mana ukuran perusahaan yang memiliki tingkatan perilaku

OIeh karena itu, seorang wanita yang akan menghadapi masa menopause tersebut sangat diperlukan informasi yang obyektif, sering mendiskusiakan dengan teman-temanyang mengalami

Hubungan beban kerja dengan intensi berhenti bekerja karyawan contact.. center Garuda

shabu di Pusat Rehabilitasi PSPP Insyaf Medan tahun 2014, serta untuk melihat. hubungan antara volume, pH dan kadar ion kalsium pada saliva

Dengan Balanced Scorecard, tujuan suatu unit usaha tidak hanya dinyatakan dalam suatu ukuran finansial, melainkan dijabarkan lebih lanjut kedalam bagaimana unit usaha

Pada umumnya, karyawan contact center Garuda Indonesia area BandungB. memiliki beban kerja, kepuasan kerja, dan intensi berhenti bekerja

Penulisan ilmiah ini membahas tentang system akuntansi penjualan tunai pada Apotek Pondok Gede Farma, serta kemungkinan kemungkinan untuk melakukan pengembangan / perubahan

temporomandibular joint osteoarthritic changes related to age using cone beam..