• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami Pada Beberapa Rancangan Ruang Kelas Perguruan Tinggi Di Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami Pada Beberapa Rancangan Ruang Kelas Perguruan Tinggi Di Medan"

Copied!
152
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA

BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS

PERGURUAN TINGGI DI MEDAN

TESIS

Ferry Anderson Sihombing : Studi Pemanfaatan Pencahayaan Alami Pada Beberapa Rancangan Ruang Kelas Perguruan Tinggi Di Medan, 2008

(2)

STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA

BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS

PERGURUAN TINGGI DI MEDAN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik dalam Program Studi Teknik Arsitektur

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

FERRY ANDERSON SIHOMBING

077020016/AR

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI DI MEDAN

Nama Mahasiswa : Ferry Anderson Sihombing Nomor Pokok : 077020016

Program Studi : Teknik Arsitektur

Menyetujui Komisi Pembimbing

(A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD) (Ir. N. Vinky Rahman, MT)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi Direktur

(Ir. Nurlisa Ginting, M.Sc) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B, M.Sc)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal: 5 Desember 2008

PANITIA PENGUJI TESIS:

Ketua : A/Prof. Abdul Majid Ismail, B.Sc, B.Arch, PhD Anggota : 1. Ir. N. Vinky Rahman, MT

2. Ir. Novrial, M.Eng

(5)

ABSTRAK

Pencahayaan alami pada ruang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan ruang akan cahaya. Kualitas ruang yang tidak sesuai dengan fungsi ruang menyebabkan kegiatan didalam ruang tersebut tidak berfungsi dengan baik. Isu yang berkembang menyatakan bahwa Kualitas Pencahayaan Alami dipengaruhi oleh distribusi cahaya yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi bukaan. Semakin luas bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk ke dalam ruang. Berdasarkan hal tersebut diperlukan kontrol terhadap jumlah cahaya yang masuk kedalam ruangan.

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mengetahui Permasalahan dalam Pemanfaatan Pencahayaan alami dalam Ruang Kelas Perguruan Tinggi yaitu Pengaruh letak Bukaan Pencahayaan Alami terhadap kualitas pencahayaan dalam Ruang Kelas, Kondisi Intensitas pencahayaan alami didalam Ruang Kelas, Kebutuhan pencahayaan alami didalam Ruang Kelas.

Ruang Kelas yang menjadi objek penelitian dipilih berdasarkan kondisi pencahayaan alaminya yaitu: Universitas HKBP Nomensen, Universitas Medan Area, Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia. Hasil Penelitian menyimpulkan bahwa Ruang Kelas yang memenuhi persyaratan Pencahayaan Alami adalah Ruang Kelas Universitas Medan Area. Ruang Kelas Universitas HKBP Nomensen dan Ruang Kelas Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia kurang memenuhi persyaratan.

(6)

ABSTRACT

Natural illumination at room meant to fulfill room requirement of light. Quality of room which disagree with room function cause activity in the room do not function better. Issue expanding to express that Quality of Natural Illumination influenced by light distribution which enter through the window and aperture orientation. Progressively wide of aperture hence will more and more light which come into room. Pursuant to the mentioned needed by control to amount of light which enter into room.

Intention of this Research is to know the Problem of Exploiting of natural Illumination in Class Room College that is Influence of Aperture situation of Natural Illumination to quality of illumination in Class Room, Condition of Natural Illumination Intensity in Class Room, Requirement of Natural Illumination in Class Room.

Class Room becoming research object selected pursuant to condition of Natural Illumination that is: University of HKBP Nomensen, University Medan Area, University Pembinaan Masyarakat Indonesia. Result of Research conclude that Class Room fulfilling conditions of Natural Illumination is Class Room University Medan Area. Class Room University of HKBP Nomensen and Class Room University Pembinaan Masyarakat Indonesia less is fulfilling of conditions.

(7)

KATA PENGANTAR

Sujud syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniaNya

sehingga Penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul: Studi Pemanfaatan

Pencahayaan Alami pada beberapa Rancangan Ruang Kelas perguruan tinggi di

Medan. Tesis ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Magíster Teknik

Arsitektur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari

bahwa isi tesis ini masih jauh dari sempurna dan pada kesempatan ini penulis dengan

segala kerendahan hati Sangat mengharapkan kritik dan saran.

Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam menyusun tesis ini. Ungkapan terima kasih penulis

kepada Rektor Universitas Sumatera Utara Bapak Prof. Chairuddin

P.Lubis,DTM&H. Sp.A(K) atas fasilitas yang diberikan dalam proses perkuliahan.

Terima kasih juga saya aturkan kepada Direktur Sekolah Pascasarjana Ibu Prof.Dr.Ir.

T Chairun Nisa B,MSc.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orang Tua saya B. Sihombing dan Zuriah Sitorus.

2. Keluarga saya, abang dan adik-adik saya.

3. Ibu Ir. Nurlisa Ginting, MSc, Ketua Program Studi.

4. Ibu Ir. Dwira N. Aulia, M.Sc.

(8)

6. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT, Pembimbing 2.

7. Teman-teman Pascasarjana Studi-studi Arsitektur dan Perkotaan.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga tesis ini bermanfaat bagi semua

pihak, pembaca dan pihak lain yang membutuhkannya. Amin ya robbal alamin.

Medan, Februari 2009

(9)

RIWAYAT HIDUP

DATA PRI BADI

Nama Lengkap : Ferry Anderson Sihombing, ST, MT

Tempat/ tanggal lahir : Medan/ 01 Mei 1981

Alamat : Jl. Pales Raya Gg. SD. Inpres No.26 Medan 20135

Telepon/ HP : (061) 77956269

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status : Belum Menikah

Agama : Islam

Kegemaran : Membaca dan music, olah raga

PENDI DI KAN FORMAL

SD : SD Negeri 060884 Medan 1992

SLTP : SMP Negeri 8 Medan 1995

SMU

SARJANA S-1

: SMU Negeri 17 Medan Medan 1998

: Institut Teknologi Medan Jurusan Teknik Arsitektur

2003

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3. Landasan Teori ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 4

1.5. Manfaat Penelitian ... 4

1.6. Kerangka Berfikir ... 5

(11)
(12)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 113

5.1. Kondisi Ruang Kelas dan Titik Pengukuran ... 113

5.2. Data Penelitian ... 124

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 129

6.1. Kesimpulan ... 129

6.2. Saran ... 129

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1. Hasil Pengukuran Illuminasi (L) pada lantai (ruang) ... 43

2. Nilai Faktor Langit untuk Bangunan Umum ... 65

3. Nilai Faktor Langit untuk Bangunan Sekolah ... 65

4. Nilai Faktor Langit Bangunan Tempat Tinggal ... 66

5. Nilai Faktor Langit dinyatakan dalam % ... 73

6. Hubungan antara tinggi tempat lubang cahaya dengan Nilai Faktor Langit relatif ... 78

7. Hubungan antara jarak ke samping dengan Nilai Faktor Langit Relatif ... 79

8. Nilai Indeks Kesilauan Maksimum Untuk Berbagai Tugas Visual dan Interior ... 83

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 5

2. Kekuatan Penerangan dititik P pada jarak c dari proyeksi L’ dari sumber cahaya L dalam permukaan kerja... 11

3. The Seasons are a consequence of the tilt of the earth’s axis of rotation ... 12

4. The Earth’s Axis of Rotation in tiltled to the plane of the elliptical orbit ... 13

5. Difraksi cahaya yang diterangkan oleh Prinsip Huygens ... 14

6. Stereographic Sun-Path Diagram ... 15

7. Definition of Altitude and Azimuth; Diffuse Radiation... 16

8. Lintasan Matahari per hari ... 17

9. Pantheon ... 22

10. Plan of the Carmel Mountain Ranch Library (M.W.Steele) ... 25

11. Section of the Carmel Mountain Ranch Library (M.W.Steele) ... 25

12. Exterior View of the Newton Library ... 26

13. View of an Atrium in the Center for British Art and Studies ... 27

14. Plans of the Type/Variant House ... 28

(15)

16. A university classroom with permanently-installed desk-

chairs and green chalkboards ... 31

17. Classroom in St. Eunan’s College, Letterkenny, Ireland ... 31

18. Clerestory Windows... 33

19. Shading and Windows Orientation ... 33

20. Hubungan sudut pandang dengan jarak objek pengamatan ... 40

21. Cara pengukuran Illuminasi dalam ruang ... 42

22. The Model of Test Site ... 44

23. Model Tes ... 44

24. Typical North Classroom pada Zack Elementary ... 45

25. Finelite Series 4 Pendant Fixture Demonstrating Bi-Level Control ... 46

(16)

36. Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik

di bidang kerja ... 57

37. Tinggi dan Lebar Cahaya Efektif ... 61

38. Penjelasan mengenai jarak d ... 62

39. Potongan Ruang Tangga ... 70

40. Cara mengukur persentase cahaya yang masuk kedalam ruangan ... 72

41. Prosedur Perancangan Sistem Pencahayaan Alami siang hari... 76

42. Pengaruh kedudukan lubang cahaya atas besarnya faktor langit ... 79

43. Samsung Digimax A40 2 Digital Camera ... 84

44. Alat Ukur Kyoritsu ... 85

45. Tampilan SoftwareDesign Grafis Archicad versi 9 ... 86

46. Skema penggunaan peralatan penelitian ... 87

47. Skema pengumpulan data penelitian ... 88

48. Letak Geografis Kotamadya Medan ... 90

49. Lokasi Penelitian di Kota Medan ... 91

50. Universitas HKBP Nomensen ... 92

51. Foto Udara Universitas HKBP Nomensen ... 93

52. Foto Udara Universitas HKBP Nomensen ... 93

53. Universitas Medan Area ... 94

(17)

55. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia ... 95

56. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia ... 95

57. Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia ... 96

58. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7 ... 97

59. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L.4.7 ... 97

60. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7 ... 98

61. Kondisi Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L.4.7 ... 98

62. Bagian Utara Ruang Kelas L.4.7... 99

63. Bagian Selatan Ruang Kelas L.4.7... 100

64. Tepi Timur Laut Ruang Kelas L.4.7 ... 100

65. Bagian Dalam ( koridor ) Ruang Kelas L.4.7 ... 101

66. Bagian Dalam Ruang Kelas L.4.7... 101

67. Bagian Utara Ruang Kelas L.4.7... 102

68. Bagian Timur Laut Ruang Kelas L.4.7 ... 102

69. Interface/Merupakan Bagian dari Bangunan ... 103

70. Sky is The Limit ... 103

71. Interface ... 104

72. Bentang antara sisi bangunan ... 104

73. Glare didalam Ruang Kelas L.4.3 ... 105

74. Silau/Dazzled dalam Ruang Kelas L.4.3 ... 106

(18)

76. Deflect Light didalam Ruang Kelas L.4.3... 107

77. Light Reflection diluar Ruang Kelas L.4.3 ... 107

78. Bentuk Permukaan bagian luar Ruang Kelas L.4.3 ... 108

79. Pencahayaan Alami Bagian dalam Ruang Kelas L.4.3 ... 108

80. Pencahayaan Alami Bagian dalam Ruang Kelas L.4.3 ... 109

81. Properti Ruang Kelas 4.3. ... 109

82. Properti Ruang Kelas 4.3. ... 110

83. Posisi Ruang Kelas 1.2. ... 111

84. Bagian Barat Ruang Kelas 1.2. ... 111

85. Koridor didepan Ruang Kelas 1.2. ... 112

86. Pemantulan cahaya pada permukaan lantai Koridor didepan Ruang Kelas 1.2. ... 112

87. Kondisi Eksisting dan Meubiler Ruang Kelas L 4.7. ... 114

88. Titik Pengukuran Ruang Kelas L 4.7. ... 115

89. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L 4.7. ... 116

90. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas L 4.7. ... 116

91. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L 4.7. ... 117

92. Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas L 4.7. ... 117

93. Titik Pengukuran Ruang Kelas I.2. ... 118

94. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas I.2. ... 119

95. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas I.2. ... 119

(19)

97. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas I.2. ... 120

98. Kondisi Eksisting dan Meubiler Ruang Kelas 4.3. ... 121

99. Titik Pengukuran Ruang Kelas 4.3. ... 122

100. Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas 4.3. ... 122

101. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Utara Ruang Kelas 4.3. ... 122

102. Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas 4.3. ... 123

103. Ukuran Bidang Bukaan pada Sisi Selatan Ruang Kelas 4.3. ... 123

104. Proses Pengumpulan Data Penelitian ... 124

105. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayaan Alami pada Ruang Kelas L.4.7. Universitas HKBP Nomensen ... 126

106. Grafik Nilai Rata-rata Pengukuran Menggunakan Pencahayaan Alami pada Ruang Kelas 4.3. Universitas Medan Area ... 127

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data Penelitian Universitas HKBP Nomensen ... 133

2. Data Penelitian Universitas Medan Area ... 136

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Fenomena pada objek dan ruang juga merupakan fenomena dari cahaya.

Secara umum, keseluruhan bagian tersebut merupakan fenomena bumi dan langit.

Langit sebagai asal cahaya dan bumi sebagai manifestasinya. Oleh karena itu cahaya

adalah kesatuan dari alam semesta. Selalu sama dan berbeda, cahaya menyatakan

sesuatu.

Di dalam arsitektur pemanfaatan Pencahayaan Alami selalu menjadi bagian

penting yang selalu diperhitungkan dalam perancangan. Pencahayaan Alami mampu

menciptakan ruang secara visual. Menurut Lechner perancang yang peka selalu

menyadari bahwa apa yang kita lihat merupakan suatu konsekuensi baik dari kualitas

rancangan maupun kualitas cahaya yang jatuh keatasnya.

Pencahayaan Alami pada ruang difungsikan untuk memenuhi kebutuhan

ruang akan cahaya, dan untuk segi estetika. Kualitas ruang yang tidak sesuai dengan

fungsi ruang berakibat pada tidak berjalannya dengan baik kegiatan yang ada. Ruang

dengan cahaya yang sedikit menyebabkan ruangan tersebut menjadi gelap dan dingin.

Pencahayaan yang terlalu terang akan menyebabkan silau dan kurang baik bagi mata.

Kenyamanan berada pada suatu ruang dapat diciptakan dari kualitas pencahayaan di

(22)

pencahayaan dapat dirancang untuk menonjolkan obyek, atau menambah daya tarik

khusus dari sudut-sudut ruang.

Isu yang berkembang tentang pembahasan Pencahayaan Alami menyatakan

bahwa Kualitas Pencahayaan Alami yang baik tidak terlepas dari distribusi cahaya

yang masuk melalui jendela (bukaan) dan orientasi arah bukaan. Semakin luas

bukaan maka akan semakin banyak cahaya yang masuk kedalam ruang. Untuk itu

diperlukan kontrol terhadap jumlah cahaya yang masuk ke dalam ruangan. Kualitas

Pencahayaan Alami yang baik juga dipengaruhi oleh letak bukaan terhadap arah

datangnya sinar matahari.

Ruang Kelas (untuk kegiatan perkuliahan) merupakan memiliki arti penting

bagi mahasiswa dalam membantu kegiatan belajar sehingga mampu meningkatkan

perkembangan ilmu pengetahuan serta menambah tingkat kecerdasan dalam berpikir

dan merespon perkembangan jaman.

Selain itu kondisi ruang kelas juga berperan penting dalam memberikan

kenyamanan bagi pemakainya. Dalam hal ini dari kebutuhan pencahayaan untuk

membantu penglihatan. Pengguna ruang dihadapkan kepada seberapa besar

kebutuhan pencahayaan ruang kelas. Beberapa referensi dapat digunakan untuk

mengetahui hal-hal yang mendasar tentang ruang kelas.

Dalam sebuah penelitian kita membutuhkan objek penelitian yang akan kita

gunakan sebagai studi kasus. Dalam penelitian ini penulis memakai ruang kelas

perguruan tinggi yang setiap harinya digunakan untuk belajar dan mengajar sebagai

(23)

permasalahan yang berbeda agar dalam pembahasan nantinya kita mendapatkan

masukan yang lebih beragam dari kasus yang kita ambil.

Untuk memperlancar proses penelitian (ketersediaan objek penelitian dan

waktu penelitian) dengan tidak mengurangi esensi dari penelitian ini maka digunakan

Studi Kasus Ruang Kelas pada beberapa perguruan tinggi di kota Medan yaitu:

Universitas HKBP Nomensen, Universitas Medan Area, Universitas Pembinaan

Masyarakat Indonesia.

Berdasarkan hal diatas ide pembahasan pencahayaan alami disarikan ke dalam

judul penelitian yaitu: STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI

PADA BEBERAPA RANCANGAN RUANG KELAS PERGURUAN TINGGI

DI MEDAN Studi Kasus: Universitas HKBP Nomensen, Universitas Medan Area,

Universitas Pembinaan Masyarakat Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Rumusan permasalahan yang menjadi pembahasan adalah:

1. Pengaruh Luas Bukaan Pencahayaan Alami terhadap kualitas pencahayaan

dalam Ruang Kelas.

2. Kondisi Intensitas pencahayaan alami didalam Ruang Kelas.

1.3. Landasan Teori

Dampak dari pencahayaan alami pada penampilan sekolah menjadi subyek

(24)

(pencahayaan buatan) menjadi lazim, secara umum diperkirakan bahwa semua ruang

sekolah akan menggunakan pencahayaan alami. Departemen Pendidikan California

mempunyai suatu proses tinjauan ulang yang ketat untuk rancangan arsitektural dari

kelas-kelas untuk memastikan bahwa standar penerangan alami telah dipenuhi.

Sebagai hasilnya, kelas-kelas di California yang dibangun pada tahun 1950 dan awal

1960 menjadi contoh-contoh sempurna tentang praktek pencahayaan alami. Cakupan

pencahayaan alami di dalam kelas-kelas sudah menjadi suatu fitur yang terkemuka

dari gerakan untuk “sekolah-sekolah berpenampilan tinggi,” yaitu. gedung sekolah

yang dapat berpotensi memperbaiki penampilan siswa, mengurangi biaya operasional

dan memperkecil dampak negatif pada lingkungan.

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui Pengaruh Letak Bukaan Pencahayaan Alami terhadap kualitas

pencahayaan Ruang Kelas.

2. Mengetahui Kondisi Intensitas Pencahayaan di dalam Ruang Kelas.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini baik dalam disiplin ilmu

arsitektur maupun disipiln ilmu pasti lainnya, yang bertujuan untuk mengetahui

(25)

dalam bangunan, dapat menjadikan penelitian ini sebagai masukan/studi banding

penelitian.

1.6. Kerangka Berfikir

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

STUDI PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA RANCANGAN RUANG

KELAS PERGURUAN TINGGI DI MEDAN

Studi Kasus : Universitas HKBPNomensen, Universitas Medan Area, Universitas

Pembinaan Masyarakat Indonesia

PERMASALAHAN

Pengaruh kualitas Pencahayaan Alami terhadap pencahayaan dalam

ruang kelas (kualitas visual)

STUDI KASUS

Rancangan Ruang Kelas : Universitas HKBPNomensen, Universitas Medan Area, Universitas Pembinaan

Masyarakat Indonesia

METODE PENELITIAN

Metode Pengukuran (Standar Nasional Indonesia) dan Alat Penelitian (Software dan Kamera

Di it l)

FINAL REPORT

Hasil dari Penelitian yang telah dilakukan :

Kesimpulan Teoritis

Hasil yang didapat dari pembahasan • Kesimpulan Praktis

Saran dan Rekomendasi yang dihasilkan

PEMBAHASAN

• Analisa Menggunakan Alat Ukur • Analisa menggunakan Metode

(26)

1.7. Struktur Penulisan Tesis

BAB I PENDAHULUAN

Pembahasan pada bagian ini berisi kerangka awal penelitian yang

terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Landasan Teori, Tujuan,

Kerangka Berfikir, Struktur Penulisan Tesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan pada bagian ini berisi tinjauan teori yang digunakan pada

penelitian yang terdiri dari pengertian cahaya, pengertian ruang kelas,

pemanfaatan cahaya dalam arsitektur, penerapan bukaan pada kelas, standar

yang digunakan sebagai acuan, preseden yang berkembang pada pembahasan

pencahayaan alami serta hubungannya dengan luas bukaan, studi banding

yang dilakukan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN/BAHAN DAN METODE

Pembahasan pada bagian ini berisi Bahan/Materi Penelitian/Peralatan

yang digunakan pada penelitian, Rancangan Penelitian, Variabel yang

(27)

BAB IV KAWASAN PENELITIAN

Pembahasan pada bagian ini berisi kawasan yang menjadi obyek

pembahasan (Studi kasus yang diangkat dalam penelitian) serta kondisi

eksisting bukaan yang ada pada kawasan penelitian.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan pada bagian ini berisi Data Penelitian dan Hasil yang

didapat dari analisa yang dilakukan terhadap permasalahan luas bukaan dan

kualitas pencahayaan pada ruang kelas. Pembahasan pada bagian ini berupa

analisa (pengukuran) dan membandingkan kualitas pencahayaan pada setiap

obyek (kasus).

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini berisi point-point kesimpulan dan saran yang didapat dari

pembahasan objek penelitian. Kesimpulan dan saran dapat digunakan dan

bermanfaat untuk penelitian sejenis atau penelitian lanjutan dari “STUDI

PEMANFAATAN PENCAHAYAAN ALAMI PADA BEBERAPA

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pencahayaan alami dapat juga diartikan sebagai cahaya yang masuk ke dalam

ruangan pada bangunan yang berasal dari cahaya matahari. Sebelum masuk kedalam

ruangan melalui bukaan, cahaya ini dapat diproses terlebih dahulu dengan

menggunakan ”shading”. Shading dimaksudkan sebagai penyaring cahaya yang

masuk kedalam ruangan sehingga menghasilkan kualitas pencahayaan pada ruang

yang diinginkan.

2.1. Pengertian Cahaya

Menurut The Concise Oxford English Dictionary

Cahaya didefinisikan sebagai unsur alam yang mampu merangsang indera

penglihat (mata) atau media atau kondisi dari ruang dimana memungkinkan

mata untuk melihat atau bagian dari spektrum elektromagnetik yang dapat

ditangkap oleh mata.

Cahaya didefinisikan sebagai bagian dari spektrum elektromagnetik yang

dapat ditangkap oleh mata. Cahaya yang nampak adalah cahaya yang dapat dirasakan

oleh mata. Penglihatan adalah kemampuan mata untuk merasakan cahaya. Cara

kerjanya dapat dianalogikan seperti cara kerja video kamera.

(29)

Semua cahaya yang terlihat seolah-olah terdiri dari kumpulan satu atau lebih

photon yang menyebar melalui ruang seperti gelombang elektromagnetik. Pada saat

gelap total, mata mampu untuk merasakan photon tunggal, tetapi secara umum apa

yang terlihat pada kehidupan sehari-hari adalah cahaya yang terbentuk dari milyaran

photon yang dihasilkan oleh sumber cahaya dan dari pantulan objek. Bila melihat ke

sekeliling ruangan, kemungkinan sumber cahaya di dalam ruang memproduksi

photon dan objek dalam ruang yang memantulkan photon tersebut. Mata dapat

menyerap beberapa dari photon ini mengalir melalui ruang dan inilah cahaya yang

terlihat.

Satuan kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya adalah lumen,

namun lumen tidak mendeskripsikan bagaimana keluaran cahaya didistribusikan.

Kandela (Candlepower) mendeskripsikan intensitas sinar pada semua arah. Lumen

dari suatu sumber cahaya akan menerangi permukaan, maka Iluminasi adalah satuan

dari jumlah kekuatan cahaya yang jatuh pada setiap meter persegi permukaan semu

suatu sumber cahaya atau suatu permukaan yang diterangi.

Pada saat gelombang cahaya menyentuh sebuah objek, apa yang terjadi padanya

tergantung energi yang terdapat pada gelombang cahaya tersebut.

Berdasarkan tiga faktor, empat hal yang berbeda dapat terjadi saat cahaya

menyentuh sebuah objek adalah sebagai berikut:

1. Gelombang dapat dipantulkan atau menyebar pada objek.

2. Gelombang dapat diserap oleh objek.

(30)

4. Gelombang dapat melewati objek tanpa ada efek dan lebih dari satu dari beberapa

kemungkinan dapat terjadi dengan segera.

5. Tranmisi adalah bila frekwensi atau energi dari gelombang cahaya berikutnya

lebih tinggi atau lebih rendah dari frekwensi yang dibutuhkan untuk membuat

elektron dalam material bergetar, kemudian elektron tidak akan menangkap

energi dalam cahaya dan gelombang akan melewati material tanpa berubah.

Sebagai hasil, material akan transparan pada frekwensi cahaya.

Untuk memperlihatkan hubungan antara kekuatan penerangan (E), arus

cahaya ( ), kekuatan cahaya dengan luas permukaan yang diterangi disini dapat

dipergunakan suatu persamaan-persamaan yang sederhana yaitu:

Untuk arus cahaya adalah jumlah cahaya yang dipancarkan setiap detik oleh

sebuah sumber cahaya.

Untuk kekuatan penerangan adalah arus cahaya yang jatuh pada sebuah satuan

(31)

Akan tetapi jika hendak menghitung kekuatan penerangan diukur pada satu titik yang

ditentukan dengan jalan menurunkan sebuah garis tegak lurus dari sumber cahaya

kepada permukaan kerja, maka persamaan yang digunakan adalah :

E =

E = kekuatan penerangan mendatar pada P dalam lux

I = kekuatan cahaya dari sumber cahaya ke arah P dalam cd

h = tinggi sumber cahaya L diatas permukaan kerja = sudut antara garis tegak lurus dari sumber cahaya pada permukaan kerja dan garis

L ke P

a

Gambar 2. Kekuatan penerangan dititik P pada jarak c dari proyeksi L’ dari sumber cahaya L dalam permukaan kerja

Luminasi adalah kekuatan cahaya per m 2

(32)

Untuk mengetahui berapa banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan

sebagai acuan memenuhi syarat atau tidak, dan bagaimana mengukurnya maka dapat

dilihat pada tabel 2.1. dan cara pengukurannya lihat Gambar 2.1.

2.2. Difraksi dan Diagram Matahari

Gambar 3. The seasons are a consequence of the tilt of the earth’s axis of rotation

Matahari sebagai sumber cahaya alami terbesar sangat berperan dalam

mengendalikan seluruh kehidupan manusia di bumi ini. Tidak terkecuali dalam

proses pencarian dan penciptaan ruang-ruang binaan yang dapat menampung segala

aktivitas kehidupan manusia. Matahari adalah sumber cahaya yang kaya untuk

menerangi bentuk-bentuk dan ruang-ruang di dalam arsitektur. Kualitas cahaya

berubah bersamaan dari waktu ke waktu, dan dari musim ke musim. Cahaya

memberikan warna-warna dari suasana langit dan cuaca sampai kepada

permukaan-permukaan dan bentuk-bentuk yang disinarinya. Dengan kata lain cahaya matahari

(33)

Gambar 4. The Earth’s Axis of Rotation in tilted to the plane of the elliptical orbit

Sifat-sifat cahaya adalah bergerak lurus ke semua arah. Buktinya adalah

manusia dapat melihat sebuah lampu yang menyala dari segala penjuru dalam sebuah

ruang gelap. Apabila cahaya terhalang, bayangan yang dihasilkan disebabkan cahaya

yang bergerak lurus tidak dapat berbelok, namun dapat dipantulkan. Keadaan ini

disebut sebagai pantulan cahaya.

Difraksi adalah penyebaran gelombang, contohnya cahaya, karena adanya

halangan. Semakin kecil halangan, penyebaran gelombang semakin besar. Hal ini

(34)

Gambar 5. Difraksi cahaya yang diterangkan oleh prinsip Huygens

Pada gambar diatas terlihat adanya pola gelap dan terang, hal itu disebabkan

wavelet-wavelet baru yang terbentuk di dalam celah sempit tersebut saling

berinterferensi satu sama lain.

Intensitas radiasi matahari ditentukan oleh energi radiasi absolut, hilangnya

energi pada atmosfir, sudut jatuh pada bidang yang disinari dan penyebaran radiasi.

Diagram matahari adalah cara paling mudah yang digunakan untuk mengetahui

pergerakan tahunan matahari pada kondisi langit cerah dengan diagram 2 dimensi.

Sudut azimuth dan altitude dapat terlihat secara langsung pada setiap hari. Dengan

(35)

sehingga pada proses perancangan sebuah bangunan dapat digunakan untuk

menentukan posisi shade untuk menghindari sinar matahari langsung

.

(36)

Gambar 7. Definition of Altitude dan Azimuth; Diffuse Radiation

Sudut jatuh ditentukan oleh posisi relatif matahari dan tempat pengamatan di

bumi serta tergantung pada sudut lintang geografis tempat pengamatan, musim dan

lama penyinaran harian yang ditentukan oleh garis bujur geografis tempat

pengamatan.

Menurut Lippsmeier untuk orientasi bangunan dan perlindungan terhadap

cahaya matahari, berlaku aturan-aturan dasar berikut:

1. Sebaiknya fasade terbuka menghadap ke selatan atau utara, agar meniadakan

radiasi langsung dari cahaya matahari rendah dan konsentrasi tertentu yang

menimbulkan panas

2. Pada daerah iklim tropika basah diperlukan pelindung untuk semua lubang

bangunan terhadap cahaya langsung dan tidak langsung, bahkan bila perlu

untuk seluruh bidang bangunan, karena bila langit tertutup awan, seluruh

(37)

3. Di daerah iklim tropika kering dalam musim panas diperlukan pelindung

untuk lubang-lubang pada dinding bangunan tertutup. Dalam musim dingin

kadang-kadang dibutuhkan juga

Sudut jatuhnya cahaya matahari dapat ditentukan melalui pengamatan

langsung, perhitungan matematis dan penggambaran grafis.

Gambar 8. Lintasan Matahari per hari

2.3. Hubungan Cahaya dan Manusia

Cahaya matahari dengan kecepatan rambat kira-kira 360.106 km/jam dan

energi kalor sebesar 6 juta kkal akan menciptakan energi dalam wujud dan bentuk

yang berbeda. Area pencahayaan melingkupi banyak cara. Tiap lapisan cahaya dapat

dijelajahi dan kembangkan. Infleksi (perubahan) cahaya dapat menjadi inspirasi dan

motivasi dalam ruang, mengantarkan imaginasi dan mensublimasi (menaikkan)

(38)

Perancangan pencahayaan yang baik harus diperuntukkan tidak hanya bagi

kebutuhan akan tampilan visual, tetapi juga untuk kebutuhan biologis manusia akan

cahaya yang juga berhubungan dengan gaya hidup dan kebudayaan.

Menurut William Lam beberapa kebutuhan biologis manusia terhadap cahaya

adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan akan orientasi spasial

Sistem pencahayaan harus dapat membantu menunjukkan tempat dan arah

2. Kebutuhan akan orientasi waktu

Sistem pencahayaan harus dapat memberikan feedback akan jalannya waktu

yang dibutuhkan oleh jam internal dalam tubuh manusia

3. Kebutuhan untuk mengerti bentuk struktur

Kebutuhan untuk mengerti bentuk fisik dapat dikacaukan oleh pencahayaan

yang bertentangan dengan realita fisik, dengan kegelapan yang pekat, maupun

dengan penerangan tersebar yang meratakan penampilan objek

4. Kebutuhan untuk fokus pada kegiatan

Pencahayaan dapat membantu membentuk susunan kegiatan dan dengan

memberikan penerangan lebih pada area kegiatan yang paling relevan

5. Kebutuhan untuk ruang personal

Cahaya dan daerah gelap pada ruang besar dapat membantu mendefinisikan

ruang personal bagi setiap individu

(39)

Suatu ruang terasa muram bila diharapkan terang, namun ternyata tidak. Maka

kombinasi dari cahaya langsung, tidak langsung dan aksentuasi cahaya dapat

menciptakan rancangan yang menarik dan menyenangkan

7. Kebutuhan untuk masukan visual yang menarik

Ruang yang membosankan tidak langsung terlihat menarik hanya dengan

meningkatkan level cahaya

8. Kebutuhan akan susunan pada lingkungan visual

Saat order diharapkan namun tidak didapatkan maka akan terlihat kekacauan

9. Kebutuhan untuk keamanan

Kegelapan merupakan keadaan dimana informasi visual yang diterima oleh

otak sangat kurang. Pada situasi yang dirasa membahayakan, kekurangan

informasi menyebabkan ketakutan

Vitalitas optikal adalah upaya pemasukan cahaya ke dalam ruangan dengan

kapasitas dan intensitas yang tepat berdasarkan kebutuhan dan kenyamanan

beraktivitas terutama kegiatan mengamati untuk mengapresiasi. Benda-benda

cemerlang yang disertai dengan pola cahaya yang dinamis terhadap gelap akan

menyebabkan terlihat lebih cerah dan dapat menampilkan aktivitas yang nyata.

Efek foto elektrik menyebabkan efek cahaya dramatis dan perubahan elektrik

dengan kemungkinan hubungan antara energisitas yang disaksikan dan permainan

cahaya juga material. Tidak dapat dibayangkan kenyamanan optikal itu sesuatu yang

dapat dipastikan secara mutlak, karena kekuatannya dapat dirasakan sebagaimana

(40)

2.4. Hubungan Cahaya dan Ruang

Ruang selalu melingkupi keberadaan manusia. Melalui pewadahan ruanglah

manusia bergerak, melihat bentuk-bentuk dan benda-benda, mendengar suara-suara,

merasakan angin bertiup, mencium bau semerbak bunga-bunga kebun yang mekar.

Itulah ruang seperti kayu atau batu, meskipun sifatnya tak berbentuk. Pada ruang,

bentuk visual, kualitas cahaya, dimensi dan skala ditentukan oleh batas-batas yang

telah ditentukan oleh unsur-unsur bentuk.

Ruang ada disebelah dalam dan luar bangunan, disekitar dan diantara

bangunan-bangunan. Itulah elemen dimana manusia bereaksi apabila mengalami

lingkungan mereka.

Maka dari itu, untuk menciptakan sistem pencahayaan yang berhasil,

perancang harus mengerti beberapa aspek dari persepsi manusia, sebagai berikut :

Relativity of Brightness

Nilai absolut untuk penerangan (brightness) adalah luminasi, namun manusia menilai

terang dari suatu objek relatif dengan penerangan dari sekelilingnya.

Brightness Constancy

Untuk membuat nalar dari lingkungan visual, otak harus melakukan penyesuaian

terhadap apa yang dilihat mata. Kemampuan otak untuk mengabaikan perbedaan

pencahayaan pada kondisi tertentu disebut brightness constancy

Color Constancy

Kemampuan otak untuk menghapus perbedaan warna yang disebabkan oleh

(41)

survival yang penting karena jika tidak maka tidak dapat mengenali rumah sendiri

bila pulang pada waktu yang berbeda. Namun color constancy tidak dapat digunakan

bila lebih dari satu tipe sumber cahaya digunakan secara simultan

Fenomena persepsi warna lainnya

Warna-warna hangat (merah, oranye dan kuning) terlihat lebih dekat pada mata,

sementara warna-warna dingin (biru, hijau dan abu-abu gelap) terlihat lebih jauh.

Maka pemilihan warna dinding dapat membuat ruang menjadi lebih luas atau lebih

sempit.

Efek Foreground

Otak selalu berusaha untuk memilah sinyal visual dari gangguan visual. Bila hal ini

menjadi sulit atau tidak mungkin, maka pemandangan tersebut dirasakan

mengganggu.

Teori Gestalt

Tujuan melihat adalah untuk mengumpulkan informasi. Otak senantiasa mencari

pola-pola yang dimengerti. Pencarian otak terhadap pengertian keseluruhan dari

bagian-bagian terpisah disebut teori gestalt. Sebuah rancangan pencahayaan yang

berhasil bukanlah bila setiap bagiannya dirancang dengan baik, namun bila

keseluruhan komposisi rancangan merupakan satu kesatuan utuh yang memiliki arti

(42)

2.5. Pemanfaatan Pencahayaan Alami Dalam Arsitektur

Pada masa Mesir Kuno, cahaya matahari dianggap hanya sebagai pemenuhan

kebutuhan biologis dan tidak dianggap sebagai elemen pembentuk ruang. Pada masa

Yunani Kuno, cahaya matahari mulai diperhitungkan sebagai pembentuk ruang dan

tidak hanya sebagai pemenuhan kebutuhan biologis semata. Kuil-kuil pada masa

Yunani Kuno selalu berorientasi ke Timur sehingga saat matahari terbit sinarnya

dapat menerangi patung didalam kuil sehingga mendapatkan efek dramatis. Pada

masa Romawi Kuno, perkembangan Arsitektur menyebabkan peningkatan

pemanfaatan pencahayaan alami. Bangsa Romawi membangun banyak bangunan

umum dan monumental serta mengembangkan beberapa strategi pemanfaatan cahaya

alami.

Gambar 9. Pantheeon

Pantheon merupakan bangunan pertama yang sungguh-sungguh

(43)

melalui lubang berbentuk lingkaran diujung dome, membentuk efek dramatis dalam

ruang.

Apabila matahari tengah bersinar, cahaya mampu menjadi suatu penggerak

(animator) yang sangat ampuh terhadap sifat-sifat bentuk dan skala sebuah bangunan,

sebuah hal bagi perancang yang sangat peka, kenali dan sering digunakan.

Bagaimanapun efek dari hari-hari mendung dan bahkan hujan pada bentuk dan skala

harus diketahui dan dipadukan ke dalam rancangan bangunan.

Cahaya pada interior bangunan lebih dapat dikendalikan oleh perancang,

melalui pengendalian cahaya alamiah. Efek dramatis dan juga keteraturan ruang dan

ketegasan skala, dapat dihasilkan dan ditingkatkan oleh pembedaan penggunaan dan

pengendalian cahaya. Pada bagian ini peranan arsitek sangat penting untuk bersama

ahli penerangan mengendalikan rancangan penerangan.

Disamping terlepas dari betapa efektif dan pekanya penerangan buatan

dipakai, hal itu tetap tidak dapat pernah menggantikan cahaya alamiah dari matahari.

Jika hal ini diabaikan maka untuk kehidupan sehari-hari akan kehilangan suatu rasa

waktu dan suatu rasa bidang apabila pertalian ini diputuskan. Sinar matahari adalah

suatu gaya dinamik yang bekerja pada bangunan dan bentuk lain dengan beberapa

tingkat kekuatan dan beberapa karakter yang dapat dikenal setiap hari.

Dipertimbangkan sebagai suatu prinsip perancangan, sinar matahari tidak

semata-mata menghias sendiri dengan pasif pada bentuk melainkan diperlukan untuk

(44)

2.6. Bentuk Dan Massa Bangunan

Menurut Mary Guzowski Rancangan Massa Bangunan yang bijaksana selalu

memperhatikan pemanfaatan pencahayaan alami untuk menghemat biaya, cara

perawatan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk iluminasi. Banyak preseden yang

berkembang pada bangunan sekolah dari abad 19 dan awal abad 20 yang

mengungkapkan strategi pencahayaan alami yang sukses melalui Massa Bangunan

yang tipis, atrium, lightwells dan courtyard. Strategi ini digunakan untuk

memanfaatkan pencahayaan alami, mengurangi kelebihan kontras dari cahaya secara

sepihak (satu-sisi), menambah distrbusi pencahayaan alami, dan memberikan view

yang baik. Beragam konfigurasi untuk pencahayaan diantaranya bentuk L, bentuk U,

Donut, dan bentuk tipis linear.

Bentuk Linear

Massa Bangunan dengan konfigurasi linear memiliki rasio panjang-lebar yang

menempatkan sidelighting dengan batasan yang cukup. Orientasi menjadi sangat

penting karena satu aspek dari bangunan lebih panjang dari aspek lainnya. Bila

panjang memiliki orientasi ke arah Timur-Barat, pencahayaan alami dapat

dipasangkan dengan pemanasan pasif atau pendinginan menurut musim. Berlawanan

apabila panjang memiliki orientasi ke arah sumbu Utara-Selatan, dapat membentuk

simetri, antara bentuk bangunan dan pergerakan matahari Timur-Barat, dimana

mengacu kepada pergerakan matahari harian. Pada orientasi yang lain, lokasi jendela

(45)

termal. Apabila Bentuk Linear memiliki aspek panjang dan pendek, kesempatan yang

berbeda pada setiap sisi bangunan. Tergantung kepada orientasi, iklim, arah mata

angin, dan program, setiap façade mungkin ditampilkan secara berbeda untuk

memasukkan atau mengendalikan pencahayaan, pemanfaatan matahari, dan ventilasi.

Gambar 10. Plan of the Carmel Mountain Ranch Library (M.W.Steele)

(46)

Gambar 12. Exterior view of the Newton Library

Bentuk Terpusat

Bentuk Terpusat memiliki internal core yang secara tipikal sebuah focal point

disekitarnya dimana ruang yang lain terorganisasi. Kecenderungan kepada fokus

internal, dimana melihat bagian sebaik melihat bagian dalam. Massa Bangunan yang

tebal dihasilkan dari pemusatan dimana secara umum sama dengan rasio

panjang-lebar. Biasanya untuk mengurangi kedalamna yang nyata dari bentuk terpusat dengan

memasukkan atrium, lightwells atau courtyard, secara keseluruhan cenderung

menjadi focal point dari bangunan. Bentuk Terpusat mungkin hanya menggunakan

satudari strategi ini, meskipun tidak biasa untuk menemukan atrium, lightwells atau

courtyard pada bangunan yang sama, profil bangunan yang tipis dan zoning aktivitas

luminasi secara hati-hati (penempatan wilayah servis, gudang dan sirkulasi pada

(47)

menyediakan pencahayaan. Dimana massa yang tebal dengan banyak lantai tidak

dapat dihindarkan pada lokasi, programmatic, estetika dan perhatian ekonomis,

Massa harus skulptur untuk memaksimalkan pencahayaan.

Gambar 13. View of an atrium in the Center for British Art and Studies

Bentuk Cluster

Bentuk Bangunan Cluster tidak terpisahkan lebih sedikit sulit untuk

pencahayaan alami dibandingkan Bentuk Bangunan Tebal. Karena Bentuk Cluster

(48)

wilayah permukaan yang luas sangat baik untuk toplighting atau sidelighting. Ruang

negative antara massa (bagian dalam dan bagian luar) dan sayap bangunan dapat juga

digunakan untuk menghasilkan dan membawa cahaya menuju ruang yang

bersebelahan.

(49)

Gambar 15. Façade detail of Rainbow Shores (Richard Stinger)

2.7. Pengertian Ruang Kelas (Ruang Perkuliahan)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Ruang didefinisikan sebagai sela-sela antara dua (deret) atau empat tiang;

rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang

Kelas didefinisikan sebagai Ruang tempat belajar disekolah.

Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia

Ruang Belajar adalah suatu ruangan tempat kegiatan belajar mengajar

dilangsungkan. Ruang belajar terdiri dari beberapa jenis sesuai fungsinya

(50)

1. Ruang kelas atau Ruang Tatap Muka, ruang ini berfungsi sebagai ruangan

tempat siswa menerima pelajaran melalui proses interaktif antara peserta

didik dengan pendidik, ruang belajar terdiri dari berbagai ukuran, dan

fungsi.

2. Ruang Praktik/Laboratorium ruang yang berfungsi sebagai ruang tempat

peserta didik menggali ilmu pengetahuan dan meningkatkan keahlian

melalui praktik, latihan, penelitian, percobaan. Ruang ini mempunyai

kekhususan dan diberi nama sesuai kekhususannya tersebut, diantaranya:

a. Laboratorium Fisika/Kimia/Biologi,

b. Laboratorium bahasa,

c. Laboratorium komputer,

d. Ruang keterampilan, dll

Menurut Wikipedia English

A classroom is a room in which teaching or learning activities can take place.

Classrooms are found in educational institutions of all kinds, including public

and private schools, corporations, and religious and humanitarian

organizations. The classroom attempts to provide a safe space where learning

(51)

Gambar 16. A university classroom with permanently-installed desk-chairs and green chalkboards

Gambar 17. Classroom in St. Eunan's College, Letterkenny, Ireland

Ruang Kelas pada bahasan ini yaitu ruang yang berfungsi sebagai tempat

mengadakan aktivitas belajar mengajar. Ruang Kelas ini lokasinya berada pada

bangunan perguruan tinggi. Untuk mendukung fungsinya tersebut maka pada

Ruangan Kelas dibutuhkan kualitas pencahayaan yang baik sebagai media yang dapat

(52)

Menurut Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia

Perguruan tinggi adalah satuan pendidikan penyelenggara pendidikan tinggi. Peserta

didik perguruan tinggi disebut mahasiswa, sedangkan tenaga pendidik perguruan

tinggi disebut dosen.

Di Indonesia, perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah

tinggi, institut, dan universitas. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan pendidikan

akademik, profesi, dan vokasi dengan program pendidikan diploma (D1, D2, D3,

D4), sarjana (S1), magister (S2), doktor (S3), dan spesialis.

2.8. Jendela Dan Ruang Kelas

Kata jendela “Window” berasal dari Old Norse vindauga, asal kata vindr

"wind" dan auga "eye". Kata "Vindauga" masih digunakan di Icelandic, dialek

bangsa Norwegia yang digunakan untuk menyebut window. Kata window dikenal

pada awal abad 13, dimaksudkan kepada lubang tanpa kaca pada bagian dalam atap.

Secara historis “windows” dirancang dengan permukaan paralel pada dinding vertikal

bangunan. Rancangannya membolehkan cahaya matahari dan panas menekan masuk

kedalam bangunan. Rancangan umum kemiringannya kira-kira 45 0 - 35 0 dari sudut

(53)

Gambar 18. Clerestory Windows

Gambar 19. Shading and Windows Orientation

Jendela/bukaan barangkali salah satu aspek paling kompleks dari lingkungan

kelas. Jendela dapat menyediakan suatu kelas dengan pencahayaan alami,

pandangan-pandangan, ventilasi dan komunikasi dengan dunia luar. Mereka dapat juga

membiarkan ketidak nyamanan termal, silau, kebisingan dan

(54)

untuk mengendalikan sifat yang kompleks dari jendela dengan termasuk pencahayaan

bagian atas di dalam studi yang akan memperkenalkan “kemurnian” pencahayaan

alami ke dalam suatu kelas tanpa semua isu dari pandangan, kebingungan, dan

komunikasi yang diperkenalkan oleh jendela.

Trend yang serupa terjadi seluruh negara, dan secara internasional, meskipun

demikian barangkali tanpa pergeseran yang dramatis dalam praktek desain di

California. Memperhatikan kecenderungan pada sekolah-sekolah, dan semua tipe dari

bangunan, tanpa jendela, Belinda Collins dari National Bureau of Standards

menyelenggarakan suatu literatur review yang utama pada studi dari jendela pada

tahun 1974. Collins menemukan bahwa banyak peneliti dari waktu adalah dismissive

’salah arti’ dari pentingnya jendela, mengutip ketiadaan bukti dari manfaat-manfaat

mereka dan bukti yang mudah dari penghematan biaya. Dia menyimpulkan penelitian

yang diselesaikan mulai dari 1974 menyuarakan pentingnya jendela, hanya yang

belum selesai:

“Banyak, meskipun demikian belum keseluruhan, bukti dari studi-studi kelas

tanpa jendela adalah belum selesai, atau tidak cukup, selagi bahwa dari

pabrik-pabrik tanpa jendela adalah circumstantial, yang didasarkan pada

perkataan, dibanding penelitian. Sebagai hasilnya, hanya

kesimpulan-kesimpulan yang bersifat sementara dapat ditarik sekitar kualitas dari ruang

yang tanpa jendela yang membuat mereka sedikit banyaknya tertarik kurang

(55)

Ketertarikan terbaru bangkit kembali di dalam pentingnya jendela untuk

kedua-duanya kebutuhan pencahayaan alami dan nilai dari pandangan melalui suatu

jendela, terutama dari keindahan alam. Studi-studi yang diselenggarakan oleh

Heschong Mahone Group, yang digambarkan di dalam bagian berikut, adalah

langkah yang pertama untuk menunjukkan dan mengukur satu asosiasi antara

kehadiran dari pencahayaan alami dan peningkatan penampilan siswa. Pada waktu

yang sama, penelitian terbaru di dalam ilmu psikologi dan photobiologi

digarisbawahi asas pentingnya ritme-ritme circadian di dalam kesehatan dan fungsi

mental. Ritme-ritme circadian ini, yang tidak bisa dipisahkan di dalam semua bentuk

kehidupan di atas bumi, yang ditingkatkan untuk menanggapi pola alami dari cahaya

terang sepanjang hari dan melengkapi kegelapan pada malam hari. Riak gelombang

dari cahaya di dalam daerah spektrum yang biru, sangat serupa dengan spektrum dari

langit yang biru, telah ditunjukkan saling berhubungan dengan produksi melatonin

hormon yang mengendalikan banyak siklus-siklus tidur dan kewaspadaan mental.

Peneliti-peneliti hanyalah memulai untuk memilih kepentingan yang berhubungan

dari pengaturan waktu, jangka waktu, intensitas dan spektrum di dalam

kebutuhan-kebutuhan kita akan pencahayaan setiap hari untuk menjaga pola kesehatan.

Menurut Mary Guzowski rancangan dan bentuk jendela adalah pertimbangan

yang paling akhir. Ukuran, posisi, karakteristik seksional, dan berhubungan dengan

permukaan lainnya akhirnya mendefinisikan pengalaman luminasi di dalam ruang.

Jendela memainkan banyak peran dan mengambil banyak tugas. Jendela dapat

(56)

banyak lainnya. Banyak program, estetika dan faktor pengalaman dipertimbangkan

dalam menentukan bentuk jendela yang sesuai. Perhatian tertentu adalah ukuran

jendela, lokasi dan detail.

Ukuran Jendela

Perhatian selalu kepada ukuran jendela (atau Glazing Area/daerah kaca)

karena dampak dari daerah kaca pada konsumsi energi. Ukuran jendela dan

pengaruhnya pada pencahayaan alami harus selalu dipertimbangkan dari perspektif

yang lebih luas dimana mungkin termasuk hubungan pada lokasi, potensi lokasi atau

mood dari cahaya, kenyamanan manusia, wayfinding, artikulasi dari bentuk, dan relief

visual. Dalam tugas untuk menentukan ukuran jendela harus kembali kepada program

objektif dan kriteria seperti seberapa banyak cahaya yang dibutuhkan? Apakah tinggi

atau rendahnya level iluminasi telah sesuai? Selanjutnya bagaimana kebutuhan

cahaya didistribusikan? Haruskah distribusi cahaya dilakukan secara seragam?

Terakhir apakah potensi dari cahaya tersebut?

Jendela yang kecil secara tipikal menciptakan kutub yang berbeda dari

pencahayaan yang menghadirkan ruang dengan irama dari cahaya dan bayangan.

Jendela yang kecil mendefinisikan batasan antara bagian dalam dan bagian luar yang

mana ditekankan oleh kontras antara Massa dan Dinding dan daerah kecil dari kaca.

Apabila ukuran jendela ditambah akan bersesuaian dengan pengurangan keduanya

kontras cahaya dan bayangan dan batasan antara bagian dalam dan bagian luar.

(57)

hubungan pada bagian luar, fokus perhatian pada tampilan lingkungan yang spesial

atau unik. Sebaliknya ukuran jendela yang besar menciptakan kekurangan batasan

diskriminasi antara bagian luar dan bagian dalam-hal itu memasukkan lokasi dan

landscape kepada interior.

Posisi Jendela

Posisi jendela pada dinding atau plafon berpengaruh bagaimana cahaya akan

didistribusikan dan hubungan apa yang akan terjadi dengan pekerjaan, aktivitas dan

pengalaman dalam ruang. Jendela rendah, sebagai contoh, menyediakan kesempatan

untuk mengambil keuntungan dari pemantulan cahaya dari tanah, yang mana dapat

dilangsungkan kembali dari permukaan eksterior dan lantai untuk membawa cahaya

kedalam ruang (mengasumsikan bahwa warna-cahaya permukaan digunakan dan

lantai tidak dihalangi oleh objek). Posisi jendela yang rendah, kesempatan yang

terbaik untuk memberikan hubungan visual langsung kepada lokasi dan landscape.

Posisi jendela yang sedang sangat populer untuk mengkombinasikan pemandangan,

pemantulan cahaya, dan optimalisasi lokasi untuk ventilasi dalam yang dekat dengan

penghuni. Apabila tinggi jendela ditambah, menjadi sangat privasi. Jendela yang

tinggi menggantikan hubungan visual dari bumi menuju langit, yang juga

membolehkan cahaya untuk menekan kedalam pada ruang. Harus lebih hati-hati

dengan jendela yang tinggi karena permukaan dibawah jendela mungkin keluar dari

(58)

dinding. Iluminasi bilateral atau pemantulan permukaan dapat digunakan untuk

mengalahkan pengaruh ini (dilakukan pada Aalto’s Seinajoki Library).

Detail Jendela

Detail Jendela memperhatikan kedalaman jendela, karakteristik seksional dan

material. Kedalaman jendela memiliki dampak signifikan kepada hubungan antara

bagian luar dan bagian dalam-jendela yang lebih kedalam pembeda yang lebih baik.

Apabila kedalaman jendela ditambah, adalah juga kesempatan yang terbaik untuk

menggunakan seksi jendela untuk merubah, memantulkan, atau mendistribusikan

ulang pencahayaan alami. Sebaliknya, apabila Massa Bangunan dikurangi, cahaya

menjadi lebih mudah dipantulkan dari permukaan ruang yang bersebelahan lebih dari

sekitar jendela. Penyaring cahaya tambahan menjadi menambah pentingnya untuk

banyak programdan iklim dengan mengurangi Massa Dinding.

2.9. Persepsi

Menurut Kamus Inggris-Indonesia

Perception (noun/kata benda) adalah penglihatan, tanggapan daya memahami

(59)

Dalam ilmu psikologi dan cognitif, persepsi diartikan sebagai sebuah proses untuk memperoleh, menginterpretasi, memilih dan mengorganisasi informasi yang berhubungan dengan panca indera (stimulus).

Kata persepsi “perception” berasal dari bahasa Latin “capere” yang berarti "to

take" atau mengambil makna awal secara lengkap "completely."

Persepsi (perception) merupakan salah satu elemen dalam proses komunikasi

yang berarti makna lisan atau tulisan yang diberi oleh penghantar kepada penerima,

dipengaruhi perkara yang dilihat, pengalaman, sistem nilai dan tahap kematangan

seseorang.

Jenis-jenis persepsi

1. Amodal perception

Amodal perception adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan persepsi

struktur fisik secara penuh disaat hanya sebagian yang dipersepsikan.

Sebagai contoh meja akan dipersepsikan sebagai struktur volumetrik yang

lengkap meskipun hanya sebagian dari meja yang terlihat.

2. Colour perception

Colour perception adalah kemampuan mempersepsi warna yang ada pada tubuh

mamalia melalui color receptors yang berisi pigmen-pigmen dengan spectral

(60)

3. Depth perception

Depth perception adalah kemampuan visual untuk mempersepsi dunia dalam

wujud tiga dimensi. Depth perception memberikan kemampuan untuk melihat

gambaran objek pada jarak tertentu secara akurat.

Hubungan sudut pandang dengan jarak objek pengamatan amat berpengaruh

sekali bagi pengguna ruang kelas. Hal ini berhubungan langsung dengan tingkat

kenyamanan visual dan apresiasi pengguna ruang kelas.

Gambar 20. Hubungan sudut pandang dengan jarak objek pengamatan

2.10. Studi Banding

Bangunan Akademis pada University of Petroleum and Minerals

University of Petroleum and Minerals terletak di Dhahan Saudi Arabia oleh

arsitek Caudill Rowlett Scott dan memanfaatkan jasa Benjamin H. Evans, AIA

sebagai daylighting consultant. Model tes digunakan untuk menentukan ukuran

skylight dan jenis skylight. Bagian tipikal dari bangunan dipilih sebagai eksperimen.

Model dibuat dengan skala 1 : 20. karakteristik light – reflecting pada dinding, lantai,

(61)

Bagian kaca pada interior kantor disimulasikan dengan cat abu-abu yang memiliki

pemantulan 25 %.

Model yang ditampilkan hanya sebagian dari keseluruhan bangunan. Untuk

percobaan, area ini telah dilengkapi dengan penutup berupa enclose untuk mencegah

masuknya cahaya yang tidak dibutuhkan. Dinding penutup, disepanjang sisi samping

dari model dicat untuk mencapai pemantulan 25 % untuk mensimulasikan cahaya

pada ruang terbuka. Skylight pada model dibuat dengan skala, dengan diameter

membuka 1,2 meter dan pada bagian atas ditutup dengan flat plastik transparan yang

memiliki nilai transmisi 49 %. Material flat ini mendekati bentuk kubah skylight dari

plastik padat.

Tes diadakan dinegara bagian Blackburg, Virginia yang dapat disamakan

dengan Saudi Arabia. Untuk memperkirakan matahari dan langit Saudi yang

diperkirakan akan menghasilkan iluminasi 12.000 footcandles pada bidang horizontal

dibagian atap, faktor perkalian diterapkan pada level cahaya yang diukur pada model.

Hasil pada tes daylighting ditunjukkan pada tabel

1. Kolom 1 memberikan ukuran level cahaya dengan model dasar (skylight Ø 1,2

meter; lapisan transmisi skylight 49 %) dengan iluminasi dari matahari dan langit

pada atap horizontal (Eh) 6000 foot candles

2. Kolom 2 mengindikasikan jumlah level cahaya pada model untuk bidang atap,

level iluminasi 12.000 footcandles

(62)

4. Kolom 4 mengindikasikan level cahaya yang dihasilkan bukaan skylight lebih

kecil dan faktor transmisi skylight lebih rendah 69 %

(63)

Tabel 1. Hasil Pengukuran Illuminasi (L) pada lantai (ruang)

DAYLIGHT TEST RESULTS – University of Petroleum and Minerals

11:20 A.M. Solar Time – October 29

41o True Sun Altitude

Eh = Illumination on horizontal roof t = Transmission factor of skylight

d = Diameter of skylight

(64)

Gambar 22. The Model of Test Site

(65)

Zach Elementary School

(Fort Collins, Colorado)

Report of Daylighting Measure Impacts

Gambar 24. Typical North Classroom pada Zach Elementary

Zach Elementary School berlokasi di Fort Collins, Colorado, Amerika Serikat,

dibuka tahun 2002 dan menampilkan rancangan ruang kelas dengan prinsip

pencahayaan alami. Pencahayaan Buatan/Electric lighting dikendalikan satu dari dua

(66)

atau Selatan. Ruang kelas memiliki tinted view dan clerestory windows, dengan

overhangs membentuk shade pada bagian Selatan clerestory windows.

Pemandangan Jendela pada sisi Utara dan clerestory windows pada sisi

Selatan memiliki Venetian blinds; Pemandangan Jendela pada sisi Selatan memiliki

peneduh melengkung yang berlubang/perforated roller shades. Slop langit-langit

berada pada jendela untuk menambah reflektivitas ke dalam ruang kelas.

Rancangan Bangunan yang membagi penggunaan listrik pada empat ruang

kelas. Ruang 121 dan 133 terletak pada lantai ke dua pada sisi bagian Utara bangunan

dan dikendalikan oleh photo sensor. Ruang 140 dan 141 adalah yang terbesar, ruang

kelas Tk di ground-floor terletak pada sisi Selatan bangunan dan dikendalikan oleh

kendali photosensor sisi Selatan. Pencahayaan untuk setiap ruang kelas berisi bank of

windows pada satu dinding, parallel dengan dinding ini, empat baris lampu OSI

T8/841.

(67)

Lampu ini terdapat didalamnya 4' 2-lamp 277V Finelite Series 4

direct/indirect fluorescent pendant fixtures dengan with static ballasts dan lubang

reflector dari besi/perforated metal reflector "sayap" yang secara langsung uplight

menuju langit-langit. Lampu dioperasikan dengan kendali photosensor two-stage dan

dua switches, disiapkan kendali dua lapis/bi-level control pada setiap fixture.

Switch pertama mengoperasikan baris lampu manual. Switch kedua

mengoperasikan baris lampu photocontrol, yang mana akan aktif tergantung pada

jumlah cahaya matahari yang tersedia. Secara khusus, photosensors akan mematikan

baris exterior atas perasa jumlah pencahayaan alami yang cukup (kendali level 1),

dan akan mematikan baris interior sebagai peningkatan pencahayaan alami (kendali

level 2).

(68)

Gambar 27. Typical Switching Diagram

(69)

Pada ruang 140 dan 141, yang terbesar, ada dua baris tambahan lampu

manual, dan switches terpisah untuk setiap baris lampu photo-control.

High Performance Schools Workshop Twenhofel Middle School

Gambar 29. Twenhofel Middle School

(70)

Gambar 31. Floor Plan

(71)

Gambar 33. Typical Classroom

(72)

Keuntungan Berpenampilan Tinggi/Lebih Baik:

1. Penampilan siswa yang lebih baik

2. Meningkatkan kehadiran rata-rata per hari

3. Meningkatkan kepuasan dan daya ingat guru

4. Mengurangi biaya energi dan operasional

5. Memberi pengaruh positif kepada lingkungan

6. Kemampuan untuk menggunakan fasilitas sebagai alat mengajar

HIGH PERFORMANCE DESIGN FEATURES:

1. DaylightingDesign

2. Mechanical Platform / Geothermal / Commissioning

3. Curriculum Integration

4. Rainwater CatchmentSystem

5. Vital Signs SystemSolar Panel Design

7. LEED Certification

8. Cost Data

Rancangan Pencahayaan Alami

Bangunan didirikan pada sumbu Utara-Selatan untuk menyediakan rancangan

pencahayaan alami yang optimal. Gymnasium, perpustakaan, Ruang yang bersifat

umum dan semua ruangan kelas adalah menggunakan pencahayaan alami dengan

glass clearstories. Memberikan pencahayaan alami 70% setiap waktu, jadi

(73)

glass didalam gymnasium untuk mengelapkan untuk penampilannyya. Pencahayaan

alami dari ruang kelas kualitas kesehatan udara ruang dalam diperhatikan secara kritis

untuk menyediakan lingkungan belajar yang efektif. Penelitian sudah menunjukkan

pencahayaan alami didalam ruang kelas meningkatkan prestasi siswa dan

meningkatkan kepuasan staf. Penelitian ini menunjukkan prestasi meningkat 20 %

untuk matematika dan 26 % dalam membaca lebih dari periode satu tahun.

Gambar 35. Academic Wing Section

2.11. Studi Literatur/Tata Cara Perancangan Sistem Pencahayaan Alami Pada Bangunan Gedung/Standar Nasional Indonesia

1. Ruang Lingkup

Standar tata cara perancangan sistem pencahayaan alami pada bangunan

gedung ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi para perancang dan pelaksana

pembangunan gedung di dalam merancang sistem pencahayaan alami, dan bertujuan

(74)

kesehatan, kenyamanan dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan lain yang berlaku.

Standar ini mencakup persyaratan minimal sistem pencahayaan alami siang hari

dalam bangunan gedung.

2. Acuan

a) SNI. No. 03-2396-1991: Tata cara perancangan Penerangan alami siang hari

untuk rumah dan gedung.

b) Natuurkundige Grondslagen Voor Bouurvorrschriften, 1951, Deel 11,

”Dagvertichting Van Woningen (NBG II 1951).

c) Hopkinson (et.al), 1966, Daylighting, London.

d) Adhiwiyogo. M.U. 1969 ; Selection of the Design Sky for Indonesia based on the

Illumination Climate of Bandung. Symposium of Environmental Physics as

Applied to Building in the Tropics.

3. Istilah dan Definisi

1. bidang lubang cahaya efektif

bidang vertikal sebelah dalam dari lubang cahaya.

2. faktor langit

angka karakteristik yang digunakan sebagai ukuran keadaan pencahayaan

alami siang hari diberbagai tempat dalam suatu ruangan.

3. langit perancangan

langit dalam keadaan yang ditetapkan dan dijadikan dasar untuk

(75)

4. lubang cahaya efektif untuk suatu titik ukur

bagian dari bidang lubang cahaya efektif lewat mana titik ukur itu melihat

langit.

5. terang langit

sumber cahaya yang diambil sebagai dasar untuk penentuan syarat-syarat

pencahayaan alami siang hari.

6. titik ukur

titik di dalam ruangan yang keadaan pencahayaannya dipilih sebagai

indikator untuk keadaan pencahayaan seluruh ruangan.

4. Kriteria Perancangan

1. Ketentuan Dasar

Pencahayaan Alami Siang Hari yang Baik

Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila:

a) pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu setempat,

terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam ruangan.

b) distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak menimbulkan

kontras yang mengganggu.

Tingkat Pencahayaan Alami dalam Ruang

Tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan ditentukan oleh tingkat

pencahayaan langit pada bidang datar di lapangan terbuka pada waktu yang sama.

Perbandingan tingkat pencahayaan alami di dalam ruangan dan pencahayaan alami

(76)

a) hubungan geometris antara titik ukur dan lubang cahaya.

b) ukuran dan posisi lubang cahaya.

c) distribusi terang langit.

d) bagian langit yang dapat dilihat dari titik ukur.

Faktor Pencahayaan Alami Siang Hari

Faktor pencahayaan alami siang hari adalah perbandingan tingkat

pencahayaan pada suatu titik dari suatu bidang tertentu di dalam suatu ruangan

terhadap tingkat pencahayaan bidang datar di lapangan terbuka yang merupakan

ukuran kinerja lubang cahaya tersebut.

a) Faktor pencahayaan alami siang hari dari 3 komponen meliputi:

1. Komponen langit (faktor langit-fl) yaitu komponen pencahayaan langsung

(77)

Gambar 36. Tiga Komponen cahaya langit yang sampai pada suatu titik di bidang kerja

2. Komponen refleksi luar (faktor refleksi luar) yaitu komponen pencahayaan

yang berasal dari refleksi benda-benda yang berada disekitar bangunan yang

bersangkutan

3. Komponen refleksi dalam (faktor refleksi dalam) yaitu komponen

(78)

ruangan, dari cahaya yang masuk ke dalam ruangan akibat refleksi

benda-benda di luar ruangan maupun dari cahaya langit

b) Persamaan-persamaan untuk menentukan faktor pencahayaan alami

Faktor pencahayaan alami siang hari ditentukan oleh persamaan-persamaan

berikut ini:

L = lebar lubang cahaya efektif.

H = tinggi lubang cahaya efektif.

D = jarak titik ukur ke lubang cahaya.

(fl) = faktor langit jika tidak ada penghalang.

Lrata-rata = perbandingan antara luminasi penghalang dengan luminasi rata-rata

langit.

kaca = faktor transmisi cahaya dari kaca penutup lubang cahaya, besarnya

tergantung pada jenis kaca yang nilainya dapat diperoleh dari katalog

yang dikeluarkan oleh produsen kaca.

Gambar

Gambar 5. Difraksi cahaya yang diterangkan oleh prinsip Huygens
Gambar 6. Stereographic Sun-Path Diagram
Gambar 8. Lintasan Matahari per hari
Gambar 9. Pantheeon
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam latar pendidikan seumur hidup, proses belajar mengajar di sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya 2 misi, yaitu membelajarkan peserta didik

Aplikasi Metode HVSR pada Perhitungan Faktor Amplifikasi Tanah di Kota Semarang 4 Orang (Windu Partono, Masyur Irsyam, Sri Prabandiyani RW., Syamsul Maarif) penulis pertama/

temporomandibular joint osteoarthritic changes related to age using cone beam..

[r]

mercubuana-yogya.ac.id sehingga layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan skala yang lebih luas; (2) Hasil pengembangan yang berupa media pembel- ajaran

Promotion (Promosi), strategi yang digunakan Rumah Batik Anto Djamil yaitu menggunakan penerapan strategi promotion mix, yaitu: 1) Periklanan (Advertising) menggunakan

Pengelolaan kawasan Desa Sukarara secara ekowisata dapat dikatakan berhasil memberikan dampak positif baik bagi warga desa, kehidupan social warga desa, perekonomian

20 Sumber data sekunder pada penelitian ini merujuk pada buku-buku yang khusus membahas tentang Pajak Bumi dan Bangunan serta perpajakan secara keseluruhan serta