Ayu Dwi Suprianti, 2013
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL
KOLB BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN APLIKASI SISWA SMK
PADA BIDANG REKAYASA PERANGKAT LUNAK (RPL)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Oleh :
AYU DWI SUPRIANTI
0902161
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Ayu Dwi Suprianti, 2013
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL
KOLB BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN APLIKASI SISWA SMK
PADA BIDANG REKAYASA PERANGKAT LUNAK (RPL)
Oleh :
Ayu Dwi Suprianti
0902161
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ayu Dwi Suprianti 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Ayu Dwi Suprianti, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
AYU DWI SUPRIANTI NIM. 0902161
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN EXPERIENTIAL
KOLB BERBANTU MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK
MENINGKATKAN KEMAMPUAN APLIKASI SISWA SMK
PADA BIDANG REKAYASA PERANGKAT LUNAK (RPL)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I,
Dr. Dedi Rohendi, M.T NIP. 196705241993021001
Pembimbing II,
Drs. Waslaluddin, M.T NIP. 196302071991031002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Implementasi Model Pembelajaran Experiential
Kolb Berbantu Multimedia Interaktif untuk
Meningkatkan Kemampuan Aplikasi Siswa SMK
pada Bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)
Ayu Dwi Suprianti, 0902161, [email protected]
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk 1) mengembangan multimedia interaktif, 2) mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan aplikasi siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah 3) mengetahui peningkatan kemampuan aplikasi siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah serta 4) mengetahui bagaimana respon siswa dengan diterapkannya model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Pre-ekperimen Design dengan design One-Group
pretest-posttest Design. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah siswa
kelas X RPL B SMK di Bandung. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kemampuan aplikasi siswa pada setiap kelompoknya dan peningkatan yang terbesar dimiliki oleh siswa kelompok atas dibandingkan dengan siswa kelompok tengah dan bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb berbantuan multimedia interaktif. Hal ini dapat dilihat dari hasil rerata nilai pretest siswa kelompok atas sebesar 14.29, kelompok tengah sebesar 15.28 dan kelompok bawah sebesar 11.36. Sementara untuk hasil rerata nilai posttest siswa kelompok atas sebesar 72.02, kelompok tengah sebesar 60.71 dan kelompok bawah sebesar 51.14. Sedangkan hasil nilai gain yang diperoleh dari masing-masing kelas, yaitu kelas atas memperoleh nilai gain sebesar 0.67, kelas tengah memperoleh nilai gain sebesar 0.54, dan kelas bawah memperoleh nilai gain sebesar 0.45. Dalam penelitian ini, siswa memberi respon yang cukup positif pada penerapan model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif. Hal ini dapat dilihat dari hasil angket yang diberikan kepada siswa pada tahap akhir dari penelitian.
Kata Kunci : Experiential Kolb, Multimedia Interaktif, Kemampuan
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Implementation of Experiential Kolb Learning Model With
Interactive
Multimedia to Improve Student’s
Application Ability of Vocational School
On Software Engineer Course
Ayu Dwi Suprianti, 0902161, [email protected]
ABSTRACT
This study aimed to 1) determine how interactive multimedia development, 2) determine whether there is an difference increase in the ability of the application between upper, middle, and lower groups of students 3) determine whether there is an increase in the ability of the application between upper, middle, and lower groups of students, and 4) determine how the student response to the application of Kolb's experiential learning model assisted interactive multimedia. The method used in this study was pre-experimental design method to design One-Group pretest-posttest design. Subjects in this study were students in 1st grade- software engineering course-of Vocational High Schools B in Bandung. Based on the results, it can be concluded that there are differences increase in students’ application ability on each group and the greatest increase is owned by the upper group students compared with the middle and lower groups of the learning using Kolb Experiential learning model-assisted interactive multimedia. It can be seen from the pretest mean score of the upper group students was 14.29, the middle group was 15.28 and the lower group was 11.36. While the results of posttest mean score of upper group was 72.02, the middle group was 60.71 and the lower group was 51.14. Based on the result of pretest and posttest, we can obtain the gain value of each group. The gain value of the upper group was 0.67, the middle group was 0.54, and the lower group was 0.45. In this study, the student response to the application of Kolb's experiential learning model-assisted interactive multimedia was quite positive. It can be seen from the results of a questionnaire given to students in the final stages of the study.
Key words: Experiential Kolb, Interactive Multimedia, Application
Ayu Dwi Suprianti, 2013
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Rumusan Masalah ... 5
C.Batasan Masalah ... 6
D.Tujuan Penelitian ... 6
E.Manfaat Penelitian ... 7
F.Hipotesis ... 7
G.Definisi Operasional ... 7
BAB II LANDASAN TEORI ... 9
A.Pengertian Model Pendidikan ... 9
B.Model Pembelajaran Experiential Kolb ... 10
C.Kemampuan Mengaplikasikan ... 13
D.Multimedia Interaktif ... 15
1.Pengertian Multimedia Interaktif ... 15
2.Tujuan Multimedia ... 17
3.Multimedia Pembelajaran ... 17
4.Manfaat Multimedia Pembelajaran ... 18
5.Pengembangan Multimedia Pembelajaran ... 19
Ayu Dwi Suprianti, 2013
BAB III METODE PENELITIAN... 22
A.Metode dan Desain Penelitian ... 22
B.Populasi dan Sampel ... 23
C.Prosedur Penelitian ... 24
1.Tahap Persiapan Penelitian ... 24
2.Tahap Pengembangan Media ... 25
3.Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 26
3.Tahap Akhir Penelitian ... 26
D. Instrumen Penelitian ... 26
E.Teknik Pengumpulan Data ... 26
1.Tes ... 27
2.Lembar Observasi ... 27
3.Angket ... 27
F.Teknik Pengolahan Data ... 28
1.Uji Validitas ... 28
2.Uji Reliabilitas... 30
3.Uji Daya Pembeda ... 32
4.Uji Tingkat Indeks Kesukaran... 33
G.Teknik Analisis Data Hasil Penelitian ... 35
1.Uji Normalitas ... 35
2.Uji Homogenitas ... 37
3.Uji Gain ... 37
4.Uji Anova ... 38
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
A.Hasil Judgement dan Uji Coba Instrumen Penelitian ... 44
1.Hasil Judgement Instrumen Penelitian ... 44
2.Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 45
a.Analisis Validitas ... 46
b.Analisis Reliabilitas ... 47
c.Analisis Daya Pembeda ... 47
d.Analisis Tingkat Kesukaran ... 48
Ayu Dwi Suprianti, 2013
1.Tahap Analisis ... 48
2.Tahap Desain ... 50
3.Tahap Pengembangan ... 53
4.Tahap Implementasi ... 57
5.Tahap Penilaian ... 58
C.Analisis Hasil Penelitian ... 60
1.Analisis Hasil Tes... 60
a.Uji Normalitas ... 60
b.Uji Homogenitas ... 62
c.Uji Anova Satu Jalur ... 63
d.Uji Tukey Kramer ... 64
e.Uji Gain ... 66
2.Analisis Hasil Angket... 67
E.Pembahasan Hasil Penelitian ... 69
BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI ... 75
A.Kesimpulan ... 75
B.Saran ... 75
C.Rekomendasi ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
LAMPIRAN ... 80
A.Lampiran A ... 81
B.Lampiran B ... 82
C.Lampiran C ... 83
D.Lampiran D ... 84
E.Lampiran E ... 85
Ayu Dwi Suprianti, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Desain Penelitian... 22
Tabel 3.2. Kriteria Koefisien Validitas ... 29
Tabel 3.3. Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 31
Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda ... 33
Tabel 3.5. Klasifikasi Indeks Kesukaran... 33
Tabel 3.6. Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi ... 38
Tabel 3.7. Sumber Varian ... 39
Tabel 3.8. Rekapitulasi Jawaban Angket dari 30 Responden ... 41
Tabel 3.9. Interpretasi Nilai Presentasi Angket ... 39
Tabel 4.1. Hasil Uji Instrumen Pretest... 45
Tabel 4.2. Hasil Uji Instrumen Posttest ... 46
Tabel 4.3. Hasil Penilaian Ahli Media ... 58
Tabel 4.4. Data Hasil Pretest dan Posttest ... 60
Tabel 4.5. Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 61
Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 62
Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Uji Anova Satu Jalur ... 63
Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Uji Tukey Kramer Data Posttest ... 65
Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Uji Tukey Kramer Data Gain ... 65
Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Uji Indeks Gain ... 66
Tabel 4.11. Analisis Data Angket ... 68
Ayu Dwi Suprianti, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1. Alur Pengembangan Multimedia sebagai Alat Bantu dalam
Implementasi Model Pembelajaran Experiential Kolb ... 25
Gambar 4.1. Bagan Flowchart Multimedia Interaktif ... 51
Gambar 4.2. Storyboard Menu Utama Multimedia ... 52
Gambar 4.3. Storyboard Pemberian Materi pada Multimedia ... 52
Gambar 4.4. Antarmuka Menu Utama ... 54
Gambar 4.5. Antarmuka Materi Pembelajaran ... 54
Gambar 4.6. Antarmuka Evaluasi Pembelajaran ... 55
Gambar 4.7. Antarmuka Soal Latihan... 55
Gambar 4.8. ActionScript Tombol pada Menu Utama ... 56
Gambar 4.9. ActionScript Pengisian Teks pada Evaluasi ... 57
Gambar 4.10. Interval Kategori Penilaian Multimedia ... 59
Gambar 4.11. Interval Kategori Perolehan Angket ... 69
Ayu Dwi Suprianti, 2013
DAFTAR DIAGRAM
Ayu Dwi Suprianti, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN – LAMPIRAN ... 80
LAMPIRAN A ... 81
Lampiran A.1.Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 82
Lampiran A.2.Modul Pembelajaran ... 94
Lampiran A.3. Kisi-kisi Soal Pretest, Posttest dan Angket ... 97
Lampiran A.4. Soal Pretest ... 108
Lampiran A.5. Soal Posttest ... 111
Lampiran A.6. Rubrik Soal Pretest ... 113
Lampiran A.7. Rubrik Soal Posttest ... 117
Lampiran A.8. Format Angket... 120
Lampiran A.9. Format Lembar Observasi ... 123
LAMPIRAN B ... 125
Lampiran B.1. Analisis Validitas Soal Instrumen ... 127
Lampiran B.2. Analisis Reliabilitas Soal Instrumen ... 127
Lampiran B.3. Analisis Daya Pembeda Soal Instrumen... 127
Lampiran B.4. Analisis Tingkat Kesukaran Soal Instrumen ... 128
LAMPIRAN C ... 129
Lampiran C.1. Flowchart Multimedia Pembelajaran ... 130
Lampiran C.2. Storyboard Multimedia Pembelajaran ... 131
Lampiran C.3. Format Judgemen Multimedia Pembelajaran ... 140
Lampiran C.4. Screenshoot Multimedia Pembelajaran ... 147
LAMPIRAN D ... 149
Lampiran D.1. Analisis Skor Pretest ... 150
Lampiran D.2. Analisis Skor Posttest ... 150
Lampiran D.3. Analisis Uji Normalitas Pretest ... 152
Lampiran D.4. Analisis Uji Normalitas Posttest ... 153
Lampiran D.5. Analisis Uji Normalitas Gain ... 155
Lampiran D.6. Analisis Uji Homogenitas Pretest ... 157
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Lampiran D.8. Analisis Uji Homogenitas Gain... 159
Lampiran D.9. Analisis Uji Anova Satu Jalur ... 159
Lampiran D.10. Analisis Uji Tukey Kramer ... 164
Lampiran D.11. Analisis Uji Gain ... 166
Lampiran D.12. Analisis Angket Siswa ... 170
LAMPIRAN E ... 172
Lampiran E.1. Surat Ijin Penelitian ... 173
Lampiran E.2. Surat Bukti Penelitian ... 174
Lampiran E.3. Hasil Judgemen Multimedia ... 175
Lampiran E.4. Hasil Judgemen Instrumen Pretest, Posttest, dan Angket... 187
Ayu Dwi Suprianti, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan pembelajaran di sekolah adalah kegiatan pendidikan pada
umumnya yang menjadikan siswa menuju keadaaan yang lebih baik. Proses
pendidikan tidak hanya sebagai proses pembekalan ilmu pengetahuan dan
pewarisan nilai-nilai yang diberikan oleh guru kepada siswa, tetapi juga harus
didukung dengan hasil belajar siswa dalam memahami berbagai pengetahuan
yang telah diajarkan di sekolah.
Pendidikan di sekolah tidak dapat lepas dari peran guru sebagai
fasilitator dalam penyampaian materi. Profesionalisme guru sangatlah
dibutuhkan untuk menciptakan suasana proses belajar mengajar yang efisien
dan efektif dalam pengembangan siswa yang memiliki kemampuan beragam.
Kualitas guru ditinjau dari dua sisi, yaitu segi proses dan hasil. Dari segi
proses guru dikatakan berhasil apabila mampu melibatkan sebagian besar
peserta didik secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses
pembelajaran. Selain itu, dapat dilihat dari gairah dan semangat mengajarnya,
serta adanya rasa percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, guru dikatakan
berhasil apabila pembelajaran yang diberikan mampu mengubah perilaku
peserta didik ke arah penguasaan kompetensi yang lebih baik (Mulyasa,
2005).
Metode pembelajaran yang dipakai oleh seorang guru, juga merupakan
aspek penting dalam proses belajar mengajar. Pemilihan metode pembelajaran
yang sesuai akan memberikan kontribusi yang penting bagi keberhasilan
sebuah kegiatan pembelajaran dan pendidikan (Baharuddin dan Wahyuni, E.
N., 2010). Berbagai macam pendekatan, model, dan metode mengajar dapat
digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar disesuaikan dengan
2
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Melihat kondisi permasalahan yang ada pada salah satu Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Bandung, peneliti melakukan wawancara pada
salah satu guru bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) bahwa di sekolah
tersebut proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan masih bersifat
teacher centre, dimana guru hanya menyampaikan sains dan teknologi
sebagai produk, dan siswa menghafal informasi faktual (Suyatno, 2009). Hal
ini dapat terlihat pada mata pelajaran Pemograman Web, mata pelajaran ini
tidak dapat disampaikan hanya dengan teori saja dan sedikit praktek.
Melainkan harus diperbanyak pengaplikasiannya, jadi siswa harus
diperbanyak praktek agar materi yang disampaikan guru menjadi lebih paham.
Menurut Arikunto (2009:295), terdapat istilah kedudukan siswa dalam
kelompok, yang dimaksud dengan kedudukan siswa dalam kelompoknya
adalah letak seseorang siswa di dalam urutan tingkatannya. Dengan kata lain,
didalam suatu kelas terdapat 3 kemampuan yang dimiliki oleh siswa yaitu
siswa dengan kemampuan tinggi, siswa dengan kemampuan sedang dan siswa
dengan kemampuan rendah. Tiap kemampuan memiliki perbedaan dalam
proses penyerapan materi yang diberikan oleh guru. Kesulitan dan kelemahan
belajar siswa memahami suatu materi pembelajaran yang dialami siswa tidak
semata-mata karena lemahnya proses berfikir siswa akan tetapi banyak faktor
yang menyebabkan kesulitan dan kelemahan tersebut yaitu mulai dari guru,
media yang digunakan sampai variansi model pembelajaran yang diterapkan
kepada siswa.
Perlu diingat bahwa tingkat kemampuan penyerapan siswa terhadap
informasi yang diberikan oleh guru itu berbeda-beda, baik oleh siswa yang
terdapat pada kelompok atas, tengah dan bawah. Penerapan pembelajaran di
ruang kelas merupakan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia
untuk menghadapi tantangan dunia global di masa depan. Guru bertugas
3
Ayu Dwi Suprianti, 2013
siswa. Di sini, ditekankan bahwa dalam pemilihan kegiatan pembelajaran
yang akan disampaikan harus ditunjukan untuk dapat mengembangkan
potensi siswa secara optimal. Oleh karena itu, dalam melakukan pembelajaran
di kelas, guru harus memberikan ruang bagi murid untuk berkreatifitas dan
terlibat secara aktif sepanjang proses pembelajaran.
Pembelajaran yang bersifat student center, dapat memberikan
kesempatan kepada siswa untuk dapat lebih berkreasi dalam membentuk
pengetahuan dan pemahaman apa yang sedang dipelajarinya. Dengan
demikian siswa mampu menerapkan pengetahuan yang diperolehnya dalam
berbagai kondisi, sehingga aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa pun
dapat berkembang maksimal secara bersamaan (Baharuddin dan Wahyuni, E.
N., 2010).
Untuk menggerakan motivasi belajar, proses belajar paling baik terjadi
ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum memperoleh bahan ajar
yang akan dipelajari (Deporter, 2000). Dengan kata lain, untuk menumbuhkan
minat pembelajar kita harus mendatangkan pengalaman umum yang dapat
diaplikasikan dalam pembelajaran. Banyak model pembelajaran yang dapat
merangsang siswa untuk belajar mandiri, kreatif, dan lebih aktif dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam
mengikuti kegiatan belajar di kelas. Salah satu model pembelajaran yang
dapat melibatkan siswa dalam proses pembelajarannya adalah dengan
menggunakan model pembelajaran aktif yaitu model pembelajaran
experiential Kolb.
Experiential Kolb mendefinisikan belajar sebagai proses di mana
pengetahuan diciptakan melalui transformasi pengalaman (experience).
Pengetahuan merupakan hasil perpaduan antara memahami dan
mentransformasikan pengalaman (Kolb, 1984). Baharuddin dan Wahyuni, E.
4
Ayu Dwi Suprianti, 2013
untuk mencapai sesuatu berdasarkan pengalaman secara terus-menerus
mengalami perubahan guna meningkatkan keefektifan dari hasil belajar itu
sendiri.
Model pembelajaran ini menyajikan empat tahap yaitu tahap
pengalaman konkrit (concrete experience), tahap kedua yaitu pengamatan
reflektif (reflective observation), tahap ketiga yaitu konsepsi abstrak (abstract
experimentation), kemudian diselesaikan melalui percobaan aktif (active experimentation) (Kolb, 1984).
Dengan melihat pernyataan diatas, model pembelajaran experiential
Kolb dapat memberikan solusi agar proses belajar mengajar lebih efektif dan
konkrit. Dengan demikian para siswa dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada ranah kognitif, misalnya cara mengaplikasian kemampuan dan potensi
yang dimiliki untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru. Menurut
Sudjana (1989:22) pada dasarnya hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Untuk mencapai hasil belajar yang baik diperlukan pemahaman dari siswa dan
mampu mengaplikasikan materi yang diajarkannya. Kemampuan aplikasi
siswa yaitu kemampuan siswa menerapkan materi pelajaran pada
kehidupannya atau mempraktekannya sendiri. Untuk itu selayaknya seorang
guru dalam proses belajar mengajar selalu mempertimbangkan metode
mengajar yang mampu meningkatkan kemampuan aplikasi siswa sehingga
siswa berperan aktif di kelasnya untuk memecahkan masalah.
Model pembelajaran yang dimaksud adalah model pembelajaran
experiential Kolb berbantu multimedia interaktif sebagai alat bantu dalam
proses belajar mengajar. Dengan menggunakan multimedia interaktif siswa
tidak hanya mendengar penjelasan guru, tetapi juga dapat mempraktekan
langsung (belajar mandiri), sehingga peserta didik tidak mengalami
5
Ayu Dwi Suprianti, 2013
siswa mengalami penurunan motivasi belajar. Berpijak kepada konsep
Magnesen(1993), bahwa pembelajaran dengan mempergunakan teknologi
audiovisual atau multimedia interaktif akan meningkatkan kemampuan belajar
menjadi sebesar 50% dari pada dengan tanpa mempergunakan media.
Oleh karena itu, media mempunyai kemampuan atau potensi yang
sangat baik untuk kita manfaatkan. Manfaat yang paling penting adalah media
dapat mengatasi kekurangan-kekurangan guru dalam menyampaikan
pelajaran. Media didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dapat merangsang
pikiran, perasaan dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga
proses belajar itu terjadi (Sardiman, 2002:6). Pemilihan media yang tepat,
yaitu sesuai dengan materi yang akan disampaikan dengan tujuan yang ingin
dicapai, merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pembelajaran
(Sunyoto, 2006). Berdasarkan paparan masalah tersebut, maka penulis
terinspirasi untuk melakukan kegiatan penelitian berkenaan dengan
“Implementasi Model Pembelajaran Experiential Kolb Berbantu Multimedia
Interaktif untuk Meningkatkan Kemampuan Aplikasi Siswa SMK pada
Bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana pengembangan multimedia interaktif untuk alat bantu
dalam implementasi model pembelajaran Experiential Kolb pada
siswa SMK bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL)?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan aplikasi antara
siswa kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model
6
Ayu Dwi Suprianti, 2013
3. Apakah terdapat peningkatan kemampuan aplikasi antara siswa
kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model
pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif?
4. Bagaimana respon siswa mengenai kegiatan pembelajaran dengan
implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu
multimedia interaktif?
C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini dilakukan di kelas X SMK Puragabaya Bandung.
2. Materi yang diujicobakan yaitu Pemograman HTML Dasar.
3. Pembuatan Multimedia yang dipakai menggunakan Adobe Flash CS3.
Dimana media tersebut hanya sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini untuk meneliti implementasi model pembelajaran
Experiential Kolb bagi siswa Sekolah Menengah Kejuruan, pada materi ajar
pemograman html dasar berbantu multimedia interaktif.
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengembangkan multimedia interaktif untuk alat bantu dalam
implementasi model pembelajaran Experiential Kolb pada siswa SMK
bidang Rekayasa Perangkat Lunak (RPL).
2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan kemampuan aplikasi siswa
antara kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model
pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif.
3. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan aplikasi antara siswa
kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model
7
Ayu Dwi Suprianti, 2013
4. Untuk mengetahui bagaimana respon siswa mengenai kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Experiential
Kolb berbantu multimedia interaktif.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui manfaat multimedia yang dikembangkan sebagai alat bantu
pada penerapan model pembelajaran Experiential Kolb berbantu
multimedia interaktif pada siswa SMK bidang Rekayasa Perangkat Lunak
(RPL), sehingga dapat mendukung proses belajar mengajar.
2. Mengetahui nilai hasil peningkatan kemampuan aplikasi antara siswa
kelompok atas, tengah dan bawah dengan implementasi model
pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif.
3. Mengetahui respon siswa mengenai kegiatan pembelajaran dengan
implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia
interaktif.
F. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap suatu permasalahan
penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah :
“Implemetasi Model Pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif dapat meningkatkan kemampuan aplikasi siswa SMK
pada siswa kelompok atas, tengah dan bawah pada bidang Rekayasa
Perangkat Lunak (RPL)”
8
Ayu Dwi Suprianti, 2013
1. Model pembelajaran Experiential Kolb adalah model pembelajaran yang
menyajikan situasi pembelajaran dalam bentuk suatu siklus dengan
mengadakan pengalaman konkrit (concrete experience) bagi siswa sebagai
awal pembelajaran dteruskan dengan pengamatan reflektif (reflective
observation) dan masuk pada tahap konsepsi abstrak (abstract experimentation) kemudian diselesaikan melalui percobaan aktif (active experimentation) dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan
eksperimen (Kolb, 1984).
2. Multimedia Interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan
alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga
pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya
(Sigit dkk, 2008 : 13). Multimedia ini diharapkan membantu dalam proses
penyampaian materi ajar pemograman html dasar. Multimedia interaktif
pada penelitian ini merupakan perangkat lunak komputer yang berisi slide
materi dengan bentuk dan desain.
3. Kemampuan aplikasi , aplikasi adalah kemampuan seseorang
menggunakan apa yang telah diperolehnya dalam situasi khusus yang
Ayu Dwi Suprianti, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Metode penelitian merupakan serangkaian strategi yang digunakan
oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian yang diperlukan untuk
mencapai tujuan penelitian dan menjawab masalah yang diteliti. Sesuai
dengan tujuan dan permasalahan penelitian ini, yaitu pengaruh implementasi
model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif dalam
meningkatkan kemampuan aplikasi siswa, maka metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan desain pre-ekperimen.
Desain ini masih dipengaruhi variabel luar terhadap terbentuknya variable
dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variable dependen itu bukan
semata-mata dipengaruhi oleh variable independen. Hal ini dapat terjadi
karena tidak adanya variable kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random
(Sugiyono, 2011:74).
Desain penelitian yang digunakan adalah One-Group pretest-posttest
design menurut Sugiyono (2011:74). Desain penelitian dapat digambarkan
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Desain Penelitian
O1 X O2
Keterangan :
O1 = Nilai Pretest
O2 = Nilai Posttest
X = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Experiential
23
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Penjelasan desain penelitian ini sebagai berikut :
Pada desain ini terdapat satu kelas eksperimen yang diberikan
perlakuan yaitu implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu
multimedia interaktif dalam proses pembelajaran. Yang dimaksud O1 yaitu
pemberian tes awal (Pretest) pada siswa sebelum diterapkan model
pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif sedangkan O2
yaitu pemberian tes akhir (Posttest) yang diberikan pada siswa setelah
diterapkan model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia
interaktif. Pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif sebagai acuan dasar penelitian, pengumpulan
dan pengolahan data.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Sugiyono (2011 :117) menjelaskan bahwa Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang diambil dalam penelitian ini
adalah siswa kelas X RPL B di SMK Puragabaya Bandung, Jl. H. Yasin
No.59 Terusan Pasteur, Bandung-Jawa Barat..
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011:118). Teknik penggambilan sampel dalam
penelitian ini adalah Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2011:85)
purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Dimana peneliti menetapkan satu kelas dalam penelitian ini.
Pertimbangan peneliti menetapkan satu kelas tersebut sebagai sampel
24
Ayu Dwi Suprianti, 2013
rekomendasi dari guru RPL, bahwa kelas tersebut memiliki keberagaman
kemampuan dan keaktifan siswa yang kurang. Kelas yang diambil sebagai
sampel dalam penelitian ini yaitu kelas X RPL B.
C. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian dimulai dari :
a. Menentukan sekolah yang akan dijadikan penelitian.
b. Membuat surat izin penelitian dari Jurusan Pendidikan Ilmu Komputer
dan Fakultas Pendidikan MIPA UPI.
c. Menghubungi pihak sekolah menengah kejuruan yang akan dijadikan
tempat penelitian.
d. Konsultasi dengan guru mata pelajaran produktif jurusan RPL di
tempat dilaksanakannya penelitian.
e. Melakukan studi lapangan.
Studi lapangan dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran di
lapangan, kondisi guru, siswa dan prasarana pembelajaran termasuk
alat-alat di lab komputer. Studi lapangan ini dilakukan untuk
menentukan masalah yang akan diteliti.
f. Studi Literatur.
g. Menyusun Bab I, II dan III
h. Menyusun rencana pembelajaran
i. Membuat media pembelajaran
j. Menyusun instrument penelitian
k. Melakukan uji coba instrument yang telah di-judgement oleh dosen
dan guru.
l. Melakukan analisis terhadap hasil uji coba dan melakukan perbaikan
25
Ayu Dwi Suprianti, 2013
2. Tahap Pengembangan Media
Alur pengembangan multimedia pembelajaran sebagai alat bantu pada
implementasi model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia
interaktif dapat dilihat dari gambar pada halaman selanjutnya :
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Tahap 4
Tahap 5
Gambar 3.1
Alur pengembangan Multimedia sebagai Alat Bantu dalam Implementasi Model Experiential Kolb
3. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Analisis
Studi Pendahuluan Studi Literatur
Desain
Pengembangan
Implementasi
Evaluasi
Flowchart
Storyboard
Antarmuka
Pengkodean
Menggunakan Multimedia sebagai Alat Bantu pada Model pembelajaran Experiential Kolb
Soal
Angket
Multimedia disesuaikan dengan
materi di RPP
Membuat Multimedia Pembelajaran
26
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Tahapan pelaksanaan penelitian dimulai dari :
a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.
b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian.
c. Memberikan tes awal(pretest) pada kelompok eksperimen
d. Melakukan pembelajaran mata pelajaran produktif-Pemograman Web
dimana peneliti bertindak sebagai guru pengajar dengan implementasi
model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia
interaktif.
e. Mengukur kemampuan akhir siswa dengan memberikan tes
akhir(posttest) untuk mengetahui kemampuan kognitif siswa setelah
diberi perlakuan.
4. Tahap Akhir Penelitian
Penelitian pada tahap akhit ini meliputi :
a. Analisis data observasi
b. Analisis data dan pembahasan hasil penelitian
c. Menarik kesimpulan
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Seperangkat tes prestasi belajar (pretest dan posttest) dalam bentuk tes
jenis perbuatan (performance test) sebanyak 5 item soal.
b. Lembar observasi untuk mengobservasi keterlaksanaan penggunaan model
pembelajaran Experiential Kolb selama proses pembelajaran berlangsung.
c. Angket siswa untuk melihat respon siswa terhadap model pembelajaran
Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan instrument yang telah disusun sebelumnya, yaitu :
27
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan inteligensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. (Arikunto,
2010: 193). Tes yang digunakan adalah tes awal (pretest) dan tes akhir
(postest). Pretest dilakukan untuk mengetahui kemampuan aplikasi siswa
sebelum pembelajaran Experiential Kolb dilakukan, sedangkan posttest
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan aplikasi
siswa setelah diterapkan model pembelajaran Experiential Kolb.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi dimaksudkan untuk mengetahui secara langsung
aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung. Observasi ini
berbentuk rating scale dimana observer hanya memberikan tanda cek (√) pada
kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi dan memuat kolom
komentar atau saran-saran terhadap aktivitas guru/peneliti selama
pembelajaran. Tujuannya untuk melihat perkembangan keterlaksanaan model
pembelajaran yang diujikan.
3. Angket
Angket termasuk alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau
informasi, pendapat, dan paham dalam hubungan kausal. (Arifin, 2012: 166).
Angket merupakan instrumen penelitian non-tes. Jenis instrumen angket
dipilih pada penelitian ini untuk mengukur variabel bebas, yaitu model
pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif. Pengukuran
yang dilakukan yaitu dengan melihat respon siswa terhadap pembelajaran
dengan menggunakan model Experiential Kolb. Kesimpulan mengenai
variable tersebut diambil dari hasil konfersi jawaban angket menjadi data
interval, dan akan didapat sebuah presentase. Dari presentase tersebut akan
28
Ayu Dwi Suprianti, 2013
terlebih dahulu, dikarenakan proses analisi data yang dilakukan hanya berupa
presentase tingkat persetujuan siswa saja, tidak dikupas secara mendalam.
F. Teknik Pengolahan Data
Instrumen penelitian yang akan digunakan sebagai alat pengumpul
data diujicobakan kepada kelas yang telah mempelajari materi tersebut. Hal
ini dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang valid dan reliable, serta
mengukur tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Data hasil uji coba
selanjutnya dianalisis untuk menyeleksi soal-soal yang telah dibuat, soal-soal
yang tidak memenuhi syarat diganti dengan soal lain atau perbaiki sehingga
dapat digunakan dalam penelitian.
1. Tes
Analisis yang dilakukan terhadap butir soal adalah :
1. Analisis Validitas Butir Soal
Pada penelitian ini uji validitas yang dilakukan yaitu dengan analisis
butir soal. Uji validitas internal dengan menggunakan analisis butir soal
dilakukan dengan mengkolerasikan skor yang ada pada butir soal dengan skor
total. Hal ini berdasarkan pada pernyataan Arikunto (2009:169) yang
menyatakan bahwa “untuk menguji validitas setiap butir soal maka skor-skor yang ada pada butir yang dimaksud (x) dikorelasikan dengan skor total (y)”.
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mampu mengevaluasi
apa yang seharusnya dan hendak di evaluasi (Arikunto, 2009:65). Untuk
menentukan validitas butir soal digunakan rumus korelasi produk moment,
yaitu :
2 2
2
2
xy
N XY X Y
r
N X X N Y Y
(3.1)
29
Ayu Dwi Suprianti, 2013
xy
r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N = Banyaknya siswa
X = Skor tiap butir soal
Y = Skor total
Untuk mengetahui tinggi rendahnya validitas suatu soal berdasarkan
hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka menurut Arikunto
(2009: 75) digunakan acuan seperti tabel klasifikasi validitas soal tes berikut :
Tabel 3.2
Kriteria Koefisien Validitas
Koefisien Korelasi Interpretasikan
0,80 < rxy≤ 1,00 Validitas sangat tinggi
0,60 <rxy≤ 0,80 Validitas tinggi
0,40 <rxy≤ 0,60 Validitas sedang
0,20 <rxy≤ 0,40 Validitas rendah
0,00 <rxy≤ 0,20 Validitas sangat rendah
rxy ≤ 0,00 Tidak valid
Setelah harga dari koefisien korelasi (r) didapatkan dengan
menggunakan rumus diatas (Rumus 3.1.), kemudian tahap selanjutnya adalah
menguji taraf signifikansi korelasi dengan menggunakan rumus seperti
dibawah ini :
2
1 2
r n r t
30
Ayu Dwi Suprianti, 2013
(Sugiyono, 2012: 230)
Nilai t yang didapat dari perhitungan rumus diatas (Rumus 3.2.) adalah
merupakan thitung. Selanjutnya bandingkan nilai thitung tersebut dengan nilai
ttabel dengan dk = n – 2, dan taraf signifikansi α = 5%. Apabila nilai >
, maka dapat disimpulkan soal tersebut valid, dan sebaliknya apabila
< dapat diambil kesimpulan bahwa soal tersebut tidak valid.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Suherman (2003:131), reliabilitas adalah suatu alat ukur atau
alat evaluasi yang dimaksudkan sebagai suatu alat yang memberikan hasil
yang tetap sama (konsisten). Hasil pengukuran itu harus tetap sama (relatif
sama) jika pengukurannya diberikan pada subjek dan tempat yang berbeda.
Hal tersebut tidak dipengaruhi oleh pelaku, situasi dan kondisi.
Jenis instrumen tes yang digunakan pada penelitian ini adalah berupa
tes praktikum yang skor dari setiap butir soalnya adalah skor berbentuk skala
nol sampai empat, maka rumus reliabilitas yang digunakan adalah rumus
alpha. Berikut rumus alpha yang digunakan :
2 2 111
1
t bk
k
r
(3.3)(Arikunto, 2010: 239)
Keterangan :
= reliabilitas instrumen
= banyaknya butir soal
2
b
= jumlah varians butir
= varians total
31
Ayu Dwi Suprianti, 2013
N N X X 2 2 2 (3.4) (Arikunto, 2009: 110)
Sedangkan untuk menghitung varians total digunakan rumus :
N N X
Xt t
t 2 2 2 (3.5)
(Arikunto, 2010: 227)
dimana :
t
X
= jumlah skor total
N = Jumlah responden
Hasil yang diperoleh kemudian dibandingkan dengan tabel r
product moment. Jika nilai > maka instrumen tersebut reliabel, sedangkan apabila nilai < maka instrumen yang digunakan tidak
reliabel. Selain dengan menggunakan tabel r product moment, kita juga dapat
[image:31.612.119.530.205.698.2]melihat apakah instrumen tersebut reliabel dengan melihat harga pada
tabel interpretasi reliabilitas berikut ini :
Tabel 3.3
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Koefisien korelasi Interpretasi
0,80 < ≤ 1,00 sangat tinggi
0,60 < ≤ 0,80 tinggi
0,40 < ≤ 0,60 sedang
0,20 < ≤ 0,40 rendah
0,00 < ≤ 0,20 sangat rendah
32
Ayu Dwi Suprianti, 2013
3. Uji Daya Pembeda
Menurut Suherman (2003:159), daya pembeda dari sebuah butir soal
menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu
membedakan antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, siswa yang
memiliki kemampuan sedang dan siswa yang memiliki kemampuan rendah.
Indeks daya pembeda dihitung atas dasar pembagian kelompok menjadi dua,
yaitu kelompok atas yang merupakan peserta tes dengan kemampuan tinggi
dengan kelompok bawah yaitu peserta tes yang berkemampuan rendah.
Pembagian yang digunakan adalah 27% kelompok atas dan 27% kelompok
bawah.
Untuk mengetahui daya pembeda soal berbentuk uraian, digunakan
rumus sebagai berikut :
̅ ̅ (3.6)
(Arifin, 2009 : 133)
Keterangan :
DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu
̅ = Rata-rata kelompok atas
̅ = Rata-rata kelompok batah
= Skor maksimum
Selanjutnya daya pembeda yang diperoleh diinterpretasikan dengan
menggunakan klasifikasi daya pembeda sebagai berikut (Arikunto, 2009 :
33
[image:33.612.121.527.186.696.2]Ayu Dwi Suprianti, 2013
Tabel 3.4
Kriteria Daya Pembeda Butir Soal Menurut Guilford
Daya Pembeda Interpretasi
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,70 < DP ≤ 1,00 Baik Sekali
Negatif Tidak baik
4. Tingkat Indeks Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat/indeks kesukaran dari tiap butir soal uraian,
digunakan rumus sebagai berikut :
Tingkat Kesukaran =
(3.7)
(Arifin, 2009:135)
Selanjutnya indeks kesukaran yang diperoleh dari perhitungan
diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria table berikut :
Tabel 3.5
Klasifikasi Indeks Kesukaran
Koefisien korelasi Interpretasi
IK = 0,00 Terlalu sukar
34
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Koefisien korelasi Interpretasi
0,30 < IK ≤0,70 Sedang
0,70 < IK ≤1,00 Mudah
IK = 1,00 Terlalu mudah
2. Angket
Bentuk angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk
angket berstruktur dan jawaban yang digunakan adalah bentuk jawaban
tertutup. Bentuk angket terstruktur, yaitu angket yang menyediakan beberapa
kemungkinan jawaban. (Arifin, 2012: 166). Sedangkan yang dimakasud
dengan jawaban tertutup yaitu jawaban yang sudah tersedia setiap
alternatifnya tanpa dimintai alasan mengapa memilih jawaban tersebut.
Pertanyaa/pernyataan yang diberikan berupa kalimat positif dan negative agar
responden mengisi angket tersebut dengan lebih serius. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan dan pencarian data dengan
menggunakan angket adalah sebagai berikut :
a. Menganalisis variable yang akan diukur dengan menggunakan
angket.
b. Membuat kisi-kisi angket dengan membaginya menjadi beberapa
aspek yang diukur, yaitu persepsi, motivasi, penampilan guru,
model pembelajaran, aktivitas siswa, dan kemampuan aplikasi
siswa.
c. Menyusun pertanyaan dengan mengacu kepada kisi-kisi yang telah
dibuat sebelumnya.
d. Memeriksa keterpaduan antara pernyataan satu dengan yang
35
Ayu Dwi Suprianti, 2013
e. Menyebarkan angket kepada siswa yang dijadikan sampel yang
mendapatkan perlakuan.
f. Memeriksa dan mengolah angket yang telah disebar.
g. Menarik kesimpulan dengan melihat besar presentasi hasil
pengolahan angket.
G. Teknik Analisis Data Hasil Penelitian
Data yang diperoleh dari hasil penelitian merupakan data mentah yang
belum memiliki makna yang berarti. Oleh karena itu, agar data tersebut dapat
lebih bermakna dan dapat memberikan gambaran nyata mengenai
permasalahan yang diteliti, maka data harus diolah dan dianalisis terlebih
dahulu, sehingga dapat memberikan arah untuk pengkajian lebih lanjut. Data
dalam penelitian ini berupa dara kuantitatif, maka cara pengolahannya
dilakukan dengan menggunakan teknik statistik.
1. Tes
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu pengujian data yang dilakukan untuk
mengetahui apakah data yang didapatkan berdistribusi normal atau tidak.
Apabila data yang didapatkan berdistribusi normal, maka selanjutnya akan
dilakukan uji homogenitas. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus
chi-square untuk menghitung uji normalitas. Salah satu fungsi dari chi-square
adalah uji kecocokan (goodness of fit).
Dalam uji kecocokan akan dibandingkan antara frekuensi hasil
observasi dengan frekuensi harapan/teoritis. Apakah frekuensi hasil observasi
menyimpang atau tidak dari freakuensi yang diharapkan. Jika nilai χ2
kecil,
berarti frekuensi hasil observasi sangat dekat dengan frekuensi harapan, dan
36
Ayu Dwi Suprianti, 2013
frekuensi hasil observasi berbeda cukup besar dari frekuensi harapan,
sehingga kesesuainya buruk.
Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk pengujian normalitas
adalah :
a. Menghitung rentang skor (r)
r = skor tertinggi – skor terendah (3.8)
b. Menentukan banyak kelas interval
k = 1 + 3,3 log n (3.9)
c. Menentukan panjang kelas interval (p)
(3.10)
d. Membuat table distribusi frekuensi
e. Mengitung rata-rata (mean X)
̅ ∑ (3.11)
f. Menghitung simpangan baku (SD)
√ ∑( ) ∑
(3.12)
g. Menentukan batas atas dan batas bawah kelas interval
h. Menghitung harga baku (Z)
̅
(3.13)
i. Menghitung luas daerah tiap-tiap interval ( )
Untuk luas daerah dilakukan dengan mencari selisih dari kedua
37
Ayu Dwi Suprianti, 2013
daerah ditentukan dengan menggunakan table luas daerah dibawah
lengkung normal standar dari 0 ke z. dan berikut adalah rumus dari
menghitung luas daerah tiap interval adalah sebagai berikut :
= Ztabel(2) – Ztabel(1) (3.14)
j. Menghitung frekuensi expetasi (frekuensi diharapkan)
Ei = n x l (3.15)
k. Menghitung chi kuadrat (χ2)
χ2
= ∑ (3.16)
l. Membandingkan nilai χ2
hitung yang didapat dengan nilai χ2tabel pada
derajat kebebasan dk= k-1 dan taraf kepercayaan 95%.
(Sudjana,2002:273)
b. Uji Homogenitas
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
variansi kedua sampel data yang didapatkan sama atau tidak. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan uji Barlett. Uji barlett digunakan apabila
kelompok-kelompok yang dibandingkan mempunyai jumlah sampel yang
tidak sama besar. Berikut adalah rumus yang digunakan untuk menghitung uji
homogenitas :
χ2
= ∑ (3.17)
dimana ln 10 = 2,303
Kelompok-kelompok yang dibandingkan dinyatakan homogeny
apabila < .
c. Uji Gain
Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan uji
38
Ayu Dwi Suprianti, 2013
digunakan untuk melihat peningkatan dari perlakuan yang telah diberikan.
Indeks gain <g> adalah gain ternormalisasi yang dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
(3.18)
(Meltzer, 2002:1260)
[image:38.612.117.530.162.691.2]Kriteria indeks gain menurut Meltzer adalah sebagai berikut :
Tabel 3.6
Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi
Nilai (g) Klasifikasi
0,7 ≤ (g) Tinggi
0,3 < (g) < 0,7 Sedang
(g) < 0,3 Rendah
d. Uji ANOVA
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan rumus anova satu jalur
untuk menghitung kecocokan dan perbedaan pada kelompok atas, tengah dan
bawah setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran
Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif.
Seperti yang diungkapkan Purwanto (2011:206), anova satu jalur
adalah anova untuk perbandingan beberapa kelompok yang mempunyai satu
jalur. Dan menurut Susetyo (2010:260) pengujian anova satu jalur
menggunakan satu faktor, yang memiliki beberapa level atau kategori dengan
menguji apakah terdapat perbedaan dalam varian antara berbagai macam
perlakuan. Uji satu factor ini disebut juga dengan uji anova desain random
39
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Pengujian hanya terhadap hipotesis untuk mengetahui apakah ada
tanda sama dengan untuk rata-rata yang beda, tanpa mengetahui rata-rata
mana saja yang berbeda. Pengujian hipotesis dilakukan terhadap varian, yaitu
varian kelompok dengan varian dalam kelompok melalui :
(3.19)
(Susetyo, 2010:261)
Keterangan :
SA2 = varian antar kelompok
SD2 = varian dalam kelompok
Berikut adalah rumus dari tabel sumber varian :
dkT = n – 1 (3.20)
dkA = k – 1 (3.21)
dkD = dkT – dkA (3.22)
JKT = ∑ ∑ (3.23)
JKA = ∑ ∑ ∑ ∑ (3.24)
[image:39.612.119.525.193.620.2]JKD = JKT - JKA (3.25)
Tabel 3.7
Sumber Varian
Sumber Varian Dk JK RJK F
Antar kelompok Dalam Kelompok Total
Keterangan :
dkT = derajat kebebasan total
dkA = derajat kebebasan antar kelompok
40
Ayu Dwi Suprianti, 2013
JKT = jumlah kuadrat total
JKA = jumlah kuadrat antar kelompok
JKD = jumlah kuadrat dalam kelompok
Hipotesis untuk uji Anova :
: = = …… =
: ≠ , i ≠ j
Setelah dilakukan uji Anova, apabila nilai dari Fhitung > Ftabel, berarti
terdapat perbedaan yang signifikan pada data tersebut. Uji selanjutnya yang
dilakukan apabila pada data terdapat perbedaan yang signifikan adalah uji
Tukey Kramer. Pengujian ini digunakan dengan alasan jumlah sampel setiap
kelompok berbeda. Berikut rumus yang digunakan menurut Purwanto
(2011:210) :
√
Keterangan :
BK = Beda Kritis
SR = Harga Studentized Range
RJK (DK) = Rerata jumlah kuadrat dalam kelompok
nj = Jumlah sampel kelompok I
nk = Jumlah sampel kelompok II
2. Angket
Angket yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengukuran sikap
responden terhadap proses pembelajaran yang berlangsung dengan
menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia
41
Ayu Dwi Suprianti, 2013
dalam bentuk symbol kuantitatif agar menghasilkan data interval. Pada setiap
jawaban akan diberikan skor berdasarkan pada kriteria tertentu.
Pada angket dibagi menjadi dua kategori sikap, yaitu
mendukung/positif dan menolak/negative. Skala sikap yang digunakan untuk
menganalisis data angket ini adalah berupa Skala Likert berbentuk cecklist.
Terdapat empat alternatif jawaban yang disediakan pada angket ini, yaitu
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju
(STS). Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka setiap alternative tersebut
diberikan skor sebagai berikut :
a. Untuk jenis pernyataan positif
1) Sangat Setuju (SS) diberikan skor 5
2) Setuju (S) diberikan skor 4
3) Ragu-ragu (R) diberikan skor 3
4) Tidak Setuju (TS) diberikan skor 2
5) Sangat Tidak Setuju (STS) diberikan skor1
b. Untuk jenis pernyataan negatif
1) Sangat Setuju (SS) diberikan skor 1
2) Setuju (S) diberikan skor 2
3) Ragu-ragu (R) diberikan skor 3
4) Tidak Setuju (TS) diberikan skor 4
5) Sangat Tidak Setuju (STS) diberikan skor5
Berikut merupakan langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan analisis
angket sebagaimana yang diuraikan oleh sugiyono (2011: 143-144) :
a. Memeriksa data angket dengan mentabulasikannya pada table
[image:41.612.118.531.151.595.2]rekapitulasi jawaban angket dari 30 responden.
42
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Rekapitulasi Jawaban Angket dari 30 Responden
No Responden Jawaban responden untuk item no :
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
b. Menghitung skor kriterium angket. Skor kriterium adalah
merupakan skor setiap butir apabila mendapatkan skor tertinggi
atau seandainya semua responden menjawab SS. Adapun rumus
yang digunakan untuk mencari skor kriterium tersebut adalah
sebagai berikut :
Skor kriterium = (skor tertinggi) X (jumlah responden) (3.26)
c. Menganalisi rata-rata jawaban setiap item soal dengan bersadarkan
scoring setiap jawaban dari responden. Menggunakan rumus :
Pernyataan positif :
SS = (jumlah responden yang menjawab SS) X 5 = ….
S = (jumlah responden yang menjawab S) X 4 = ….
R = (jumlah responden yang menjawab R) X 3 = ….
TS = (jumlah responden yang menjawab TS) X 2 = ….
STS= (jumlah responden yang menjawab TS) X 1 = ….
Jumlah Total = ….
Pernyataan negatif :
SS = (jumlah responden yang menjawab SS) X 1 = ….
S = (jumlah responden yang menjawab S) X 2 = ….
43
Ayu Dwi Suprianti, 2013
TS = (jumlah responden yang menjawab TS) X 4 = ….
STS= (jumlah responden yang menjawab TS) X 5 = ….
Jumlah Total = ….
d. Menghitung presentase tingkat persetujuan setiap item soal,
dengan rumus sebagai berikut :
% 100 kriterium)
(skor
soal) item jawaban rata
-rata ( n Persetujua
Tingkat (3.27)
e. Melakukan interpretasi nilai presentase angket yang didapat
dengan melihat table interpretasi nilai presentase angket menurut
[image:43.612.118.527.180.633.2]aturan Koentjaraningrat tahun 1990 (dalam Mastufah, 2010:51).
Tabel 3.9
Interpretasi Nilai Presentase Angket
Presentase Kategori
0% Tidak Ada
1% - 25 % Sebagian Kecil
26% - 49% Hampir Separuhnya
50% Separuhnya
51% - 75% Sebagian Besar
76% - 99% Hampir Seluruhnya
Ayu Dwi Suprianti, 2013
BAB V
KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Melihat dari hasil analisis data yang didapatkan, maka dapat
disimpulkan beberapa hal dibawah ini :
1. Pengembangan multimedia pembelajaran pada penelitian ini hanya
sebagai alat bantu pada proses penyampaian materi dalam implementasi
model pembelajaran Experiential Kolb. Dimana dalam pengembangannya,
multimedia pembelajaran ini berisi materi tentang HTML Dasar yang
ditujukan untuk siswa SMK kelas X RPL. Multimedia pembelajaran ini
dikembangakan dengan menggunakan Adobe Flash CS3 sebagai
perangkat lunak utama dan Camtasia sebagai media untuk pembuatan
video demonstrasi. Untuk proses pengembangannya, multimedia
pembelajaran ini dikembangkan oleh perangakat keras dengan spesifikasi
sebagai berikut : Prosessor intel Core i5, RAM 2 GB DDR 3, dan Hardisk
500 GB. Keseluruhan dari pembuatan antarmuka dan pengkodean
multimedia ini berdasarkan flowchart dan storyboard yang selanjutnya
multimedia pembelajaran akan digunakan pada komputer laboraturium
SMK dengan spesifikasi komputer sebagai berikut : Prosessor Pentium IV,
Memory RAM 1 GB, dan Hardisk 320 GB. Pada proses terakhir dilakukan
penilaian terhadap multimedia yang dibuat, penilaian dilakukan kepada
kedua orang ahli dengan aspek penilaian yang diambil dilihat dari aspek
umum, aspek rekayasa perangkat lunak dan aspek komunikasi dan visual.
2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan aplikasi siswa antara
kelompok atas, tengah dan bawah yang dalam pembelajarannya
menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia
76
Ayu Dwi Suprianti, 2013
3. Terdapat peningkatan kemampuan aplikasi antara siswa kelompok atas,
tengah dan bawah yang dalam pembelajarannya menggunakan model
pembelajaran Experiential Kolb berbantu multimedia interaktif.
Kelompok atas memiliki peningkatan yang lebih baik dibandingkan
dengan kelompok tengah dan kelompok bawah. Hal ini dapat dilihat dari
selisih hasil gain pada data pretest dan posstest.
4. Sebagian besar siswa merespon positif (ragu-ragu menuju setuju)
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Experiential Kolb
berbantu multimedia interaktif.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, maka penulis
merekomendasikan saran sebagai berikut :
1. Untuk peneliti yang selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian
berupa implementasi model pembelajaran Experiential Kolb pada dua
kelas yang berbeda agar kita dapat mengetahui model pembelajaran mana
yang lebih baik dalam meningkatkan kemampuan aplikasi siswa apabila
digunakan dalam pengimplementasian model pembelajaran Experiential
Kolb.
2. Pada penelitian selajutnya juga disarankan agar variabel yang diteliti dapat
dikembangkan atau diubah untuk mengetahui bagaimana dampak dari
implementasi model pembelajaran Experiential Kolb terhadap
kemampuan lain dari siswa selain kemampuan aplikasi.
C. Rekomendasi
Bagi peneliti selanjutnya yang merasa tertarik dengan model
pembelajaran Experiential Kolb hendaknya peneliti mampu memanagement
waktu yang tersedia, suapaya setiap langkah pembelajaran yang telah
Ayu Dwi Suprianti, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran cetakan keempat. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsimi . (2008). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan .Jakarta:Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2009). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik (Edisi Revisi 2010). Jakarta: Rineka Cipta.
Aunurrahman. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Arsyad. (2002). Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran Fisika. Skripsi Tidak Terpublikasi. Universitas Negeri Semarang: FKIP.
Baharuddin dan Wahyuni, E. N. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Chaeruman, U. A. (2009). Contoh Praktis Menerapkan Eksperiential
Learning. [Online]. Tersedia :
http://www.teknologipendidikan.net/?p=282 [14 Oktober 2013]
Deporter, dkk. (2000) . Quantum Learning. Jakarta: Kaifa.
78
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Kurikulum SMK Edisi 2004. Jakarta : Depdiknas.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Kolb, D. (1984). Experiential Learning. New Jersey : Prentice-Hall, Inc.
Magnesen. (1983); DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; Mourie, Sarah Siregar.(2000). Quantum teaching. Mempraktikan quantum
learning di ruang-ruang kelas. Bandung: PT. Mirza Pustka.
Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between Mathematics Preparation
and Conceptual Learning Gain in Physics : A possible „Hidden Variable‟ in Diagnostic Pretest Scores”. America Journal of
Physics. [Online]. Tersedia: http://www.physics.lastate.edu/per/docs/AJP-Des-2002-Vo70-1259-1268.pdf. [Juli 2013]
Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Penerbit Alfabet.
Poerwadarminta. (1985). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Purwanto, M Ngalim. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosadakarya.
Purwanto. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
79
Ayu Dwi Suprianti, 2013
Sardiman, A.M.(2007). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa.
Samodra, D.W. (2009). Pengertian Multimedia Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://jatengklubguru.com/index2.php?option-com_content&do_pdf-1&id-8 [14 oktober 2013]
Sigit, dkk. (2008). Pengembangan Pembelajaran dengan Menggunakan
Multimedia Interaktif Untuk Pembelajaran yang Berkualitas.
Karya Tulis Ilmiah, Universitas Negeri Semarang.
Smith, M. K. (2001). David a. Kolb on Eksperiential Learning. [Online]. Tersedia: http://www.infed.org/biblio/b-explrn.htm. [14 oktober 2013]
Sudjana. (1989). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Agresindo.
Sudjana. (2002). Metode Statistik. Bandung : Tarsito.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono.(2012). Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Suherman, E. (2003). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: Jurusan Pendidikan Matematika UPI.
Supriyatna. (2008). Penggunaan Multimedia Interaktif (Mmi) Model Drill
and Practice Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan Teknik Mesin (Dkktm).
Bandung: Tidak Diterbitkan.
Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian. Bandung : PT. Refika Aditam
Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.
Wijaya, P.Y. (2010). Pengertian Multimedia Interaktif. [Online]. Tersedia: