DAFTAR ISI
LEMBARAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang Masalah ... ... 1
1.2.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
1.3.Tujuan dan Manfaat ... 8
1.4.Asumsi-Asumsi ... 9
1.5.Kerangka Berpikir ... 10
1.6.Hipotesis Penelitian ... 12
1.7.Definisi Operasional ... 14
1.7.1.Kepemimpinan (Leadership) ... 14
1.7.2.Sikap Profesional Widyaiswara ... 15
1.7.3.Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 18
1.7.4.Penjabaran Konsep Teoritis ke dalam Konsep Operasional….. 19
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 22
2.1.Teori dan Konsep Kepemimpinan ... 22
2.1.1.Teori Gen dan Sifat (Genetik Theory dan Trait Theory) ... 22
2.1.2.Teori Perilaku Pemimpin (Behavioral Theory) ... 23
2.1.3.Kepemimpinan Situasional (Contigency Theory) ... 29
2.1.4.Peran dan Fungsi Kepemimpinan ... 32
2.1.5.Kepemimpinan Widyaiswara ... 35
2.2.Sikap Profesional Widyaiswara ... 37
2.2.1.Konsep Dasar Sikap dan Perilaku ... 37
2.2.2.Sikap dan Perilaku Widyaiswara ... 41
2.2.3.Kompetensi Widyaiswara ... 46
2.2.4.Profesionalisme Widyaiswara ... 50
2.3.Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 53
2.3.1.Proses Pembelajaran Diklat... 53
2.3.2.Peranan Widyaiswara dalam Proses Pembelajaran………... 55
2.3.3.Peran P4TK BMTI sebagai Lembaga Diklat... 57
2.4. Hubungan Kepemimpinan dengan Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 60
2.5. Hubungan Sikap Profesional Widyaiswara dengan Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 63
2.6. Hubungan Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara terhadap Kepuasan Akademik Peserta Diklat ……... 66
2.7.Penelitian yang Relavan ……….… 68
BAB III. METODE PENELITIAN ... 69
3.1. Objek dan Metode Penelitian ... 69
3.1.2. Metode Penelitian ... 69
3.2. Penjelasan Variabel dan Indikator ... 70
3.2.1. Kepemimpinan ... 71
3.2.1. Sikap Profesional Widyaiswara ... 71
3.2.3. Kepuasan Akademik Peserta Diklat ... 72
3.3. Populasi dan Sampel ... 72
3.3.1. Populasi ... 72
3.3.2. Sampel ... 72
3.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 73
3.4.1. Menentukan Alat Pengumpulan Data Berupa Angket ... 73
3.4.2. Menyusun Alat Pengumpulan Data ... 73
3.4.3. Uji Coba Instrumen ... 75
3.4.4. Uji Validitas Instrumen ... 76
3.4.5. Uji Reliabilitas Instrumen ... 77
3.4.6. Teknik Analisa Data ... 77
BAB IV. HASIL PENELITIAN, PENGUJIAN HIPOTESIS, DAN PEMBAHASAN ... 79
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 79
4.2. Deskripsi Variabel Kepemimpinan ... 80
4.2.1. Kemampuan Mengarahkan Peserta Diklat ... 82
4.2.2. Kemampuan Mempengaruhi Peserta Diklat ... 82
4.2.3. Kemampuan Melakukan Pengembangan Peserta Diklat…... 83
4.2.4. Kemampuan Menjalin Hubungan dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran ... 84
4.3. Deskripsi Variabel Sikap Profesional Widyaiswara ... 84
4.3.1. Kemampuan Merumuskan Masalah Pembelajaran Peserta Diklat ... 86
4.3.2. Mampu Merumuskan Rencana Pembelajaran Sesuai Dengan Tujuan Pembelajaran ... 87
4.3.3. Mampu Melaksanakan Pengawasan terhadap Proses Pembelajaran, Diri Sendiri dan Peserta Diklat ... 88
4.3.4. Mampu Mengambil Keputusan Secara Sistematis Dengan Mem Perhatikan Waktu dan Risiko ... 89
4.4. Deskripsi Variabel Kepuasan terhadap Hasil Pembelajaran Diklat ... 89
4.4.1. Kepuasan terhadap Penugasan ... 91
4.4.2. Kepuasan Dalam Pembelajaran ... 92
4.4.3. Kepuasan terhadap Penilaian Hasil Belajar ... 93
4.4.4. Kepuasan Situasi Belajar di Tempat Diklat ... 93
4.4.5. Kerjasama dalam Pelaksanaan Tugas ... 94
4.4.6. Kepuasan dalam Pengembangan Diri ... 94
4.5. Hasil Pengujian Hipotesis ... 95
4.5.1. Pengujian Koefisien Determinasi ... 95
4.5.2. Melakukan Uji Multikolineritas ... 96
4.5.3. Uji Normalitas……….……….... 97
4.5.4. Pengujian Hipotesis ……….…….. 99
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... ... 107
Widyaiswara Terhadap Kepuasan Akademik Peserta
Diklat .. ... 112
4.6.3. Hubungan Dan Pengaruh antara Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara Terhadap Kepuasan Akademik Diklat... 115
4.7. Matrik Penelitian ... 118
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 120
5.1. Kesimpulan ... 120
5.2. Rekomendasi ... 123
DAFTAR PUSTAKA ... 127
LAMPIRAN ... 130
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebutuhan akan kualitas sumber daya manusia Indonesia sebagai negara
yang sedang membangun akan terus meningkat sesuai dengan pertumbuhan
perekonomian dan industri yang menuntut perlunya tenaga ahli yang mempunyai
kemampuan dalam menerapkan pengetahuan dan tenaga kerja yang terlatih untuk
dapat menyelenggarakan kegiatan tertentu. Masalahnya adalah kebutuhan yang
semakin meningkat sedangkan persediaan lulusan yang siap kerja belum
memadai. Oleh karena itu, peranan pendidikan menjadi sangat penting dalam
rangka peningkatan sumber daya manusia. Mengacu pada pasal 1 (1) UU No 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa.”
Untuk memenuhi permintaan tenaga kerja yang siap pakai, maka perlu
meningkatkan kualitas tenaga pengajar atau guru agar memiliki kompetensi,
keterampilan dan perilaku yang memadai melalui pendidikan dan pelatihan
(diklat). Lembaga diklat merupakan salah satu pintu utama untuk peningkatan
kualitas sumberdaya manusia. Melalui diklat yang bermutu akan melahirkan
sumberdaya manusia yang bermutu. Salah satu komponen diklat yang mempunyai
peranan penting adalah widyaiswara. Menurut Peraturan Menpan Nomor :
“Widyaiswara memiliki tugas pokok mendidik, mengajar dan melatih PNS.”
Pelatihan merupakan interaksi belajar mengajar, dimana peserta diklat
dibimbing dan diajarkan sesuatu guna memperbaiki atau meningkatkan
kemampuannya baik pengetahuan, sikap maupun keterampilannya. Hal ini berarti
bahwa keberhasilan suatu diklat tidak hanya terletak pada kemampuan peserta
tetapi juga merupakan tanggung jawab widyaiswara.
Pusat Pengembangan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Bidang Mesin dan Teknologi Industri (P4TK BMTI) Bandung, mempunyai peran
dalam meningkatkan mutu pendidik dan tenaga kependidikan; pengkajian dan
pelayanan program; layanan data dan informasi; dan pengendalian mutu serta
peningkatan kinerja SMK pada tingkat nasional. P4TK BMTI Bandung,
merupakan salah satu institusi yang mempunyai tugas dan fungsi untuk
meningkatkan kompetensi profesional yang dalam pencapaian tujuannya akan
mengacu pada standar kompetensi guru yang dikeluarkan BSNP. Peningkatan
kompetensi profesional dirancang dalam bentuk diklat leveling yang
diintegrasikan dengan uji sertifikasi kompetensi dengan pemberian sertifikat
kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi nasional dan atau
internasional. Hadiwaratama berpendapat bahwa :
“Pada hakekatnya profil kompetensi guru kejuruan harus mahir dalam ilmu
dan keterampilan kejuruan dan ia harus pula mahir dalam mengalihkan ilmu
dan keterampilan yang dimilikinya kepada peserta didik.” ( 2002 : 165)
Seorang guru harus menguasai dua profesi sekaligus, yaitu profesi
kejuruan dan profesi keguruan. Keberhasilan pengembangan pendidikan tidak
mendukungnya, melainkan juga ditentukan oleh kemampuan guru dalam proses
pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru senantiasa dituntut untuk berusaha
mengemban kemampuannya baik yang bersifat keterampilan maupun sikap yang
dapat diwujudkan untuk meningkatkan produktivitas dirinya dan organisasinya.
Menurut Matindra bahwa :
“Perhatian yang besar terhadap guru di sekolah didasari alasan bahwa mutu
pendidikan pada akhirnya bermuara pada kegiatan proses belajar mengajar, dan kunci dari keberhasilan proses belajar mengajar disekolah terletak pada
tersedianya guru yang bermutu dan jumlah yang cukup.” (2002 : 511)
Salah satu upaya peningkatan kemampuan, menurut Suyanto bahwa :
“Guru SMK yang mengajar mata diklat kejuruan selain memiliki kualifikasi
akademik diharapkan memiliki kompetensi kejuruan satu tingkat di atas
kompetensi lulusan SMK.” (Depdiknas,2004:41),
Dalam pelaksanaan diklat di P4TK BMTI Bandung, widyaiswara
memiliki kualifikasi sebagai pendidik yang berperan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Penunjukan widyaiswara dalam suatu program diklat di dasarkan
pada latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan jenjang pendidikan
dan pelatihan yang bersangkutan. Widyaiswara profesional memiliki kompetensi
mengajar dan kemampuan memfasilitasi proses pembelajaran. Widyaiswara yang
kompeten mampu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif serta
mampu mengelola kelas dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Ciri-ciri
profesional sebagaimana dikemukakan oleh More yaitu :
“Seorang profesional menggunakan waktu penuh dalam menjalankan pekerjaannya, terikat oleh norma kepatuhan dan perilaku, anggota organisasi profesi yang formal, menguasai pengetahuan dan keterampilan atas dasar latihan spesialisasi dan pendidikan yang sangat khusus, terikat oleh syarat-syarat kompetensi dan kesadaran pendidikan yang khusus, serta
memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi.”
Widyaiswara merupakan faktor dinamis yang diharapkan dapat
mengajarkan, mengarahkan, memotivasi dan mendinamisasikan pembelajaran
peserta didik dalam mendinamisasikan pembelajaran peserta didik dalam konteks
materi yang dilaksanakan guna mencapai tujuan pembelajaran. Efektifitas suatu
pelatihan terletak pada kegiatan proses pembelajaran yang dilakukan dalam diklat,
karena kegiatan kelas hampir sepenuhnya berada dalam inisiatif widyaiswara.
Oleh karena itu widyaiswara perlu memiliki bekal kemampuan yang mendasar
dalam hal pendidikan khususnya menyangkut konsep pembelajaran itu sendiri.
Kegiatan P4TK BMTI Bandung sesuai dengan tupoksi berperan sebagai
koordinator untuk meningkatkan kompetensi guru bekerjasama dengan industri
dan institusi terkait pada tataran nasional dan internasional. Program
pengembangan kompetensi guru yang dilakukan di industri merupakam satu
kesatuan dengan program yang dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung.
Menyangkut materi pokok (kejuruan) dilaksanakan di industri, dan materi
penunjang menyangkut materi kepribadian, sosial, pedagogi dan profesional
dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung. Kompetensi pedagogi, kepribadian, sosial
dan profesional merupakan upaya peningkatan kualitas peserta diklat.
Widyaiswara yang profesional akan tampil sebagai teladan yang mampu
menyelesaikan berbagai masalah dalam pekerjaan sehingga tidak akan terjadi
penundaan waktu pelaksanaan diklat, percepatan waktu pelaksanaan diklat dan
kekurangsiapan widyaiswara dalam memberikan pembelajaran yang dapat
mempengaruhi kepuasan pembelajaran peserta diklat. Dengan posisi widyaiswara
proses belajar mengajar yang dinamis dengan kemampuan yang kompeten dan
profesional berdasarkan prinsip belajar atau pendidikan orang dewasa. Ada
beberapa permasalahan yang perlu diangkat dalam penelitian ini, yaitu :
1) Kemampuan widyaiswara dalam mentransfer pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skill) dan kepribadian (attitude) melalui pendidikan dan
pelatihan, tidak cukup tanpa dilandasi dengan jiwa kepemimpinan dan sikap
profesional di dalam berperilaku dan bertindak agar mampu mencegah dan
mengatasi masalah sebagai upaya untuk peningkatan kualitas peserta diklat.
2) Widyaiswara sebagai pendidik, pelatih dan pengajar dalam bidang kejuruan
memegang peranan penting dalam peningkatan kompetensi profesional
widyaiswara dengan memberikan motivasi dan keteladanan yang baik.
3) P4TK BMTI Bandung sebagai lembaga diklat yang berperan dalam
memberikan pendidikan dan pelatihan serta pengajaran terhadap guru-guru
SMK di tanah air, belum memperlihatkan peran yang optimal dalam
pemantapan sikap profesional yang mengacu kepada keteladanan yang
berdampak kepada kualitas lulusan diklat.
4) Widyaiswara, penyelenggara dan peserta diklat belum sepenuhnya menjiwai
kompetensi profesionalisme
Timbul pertanyaan sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan sikap
profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat pada P4TK
BMTI Bandung ?. Dalam kenyataannya belum semua widyaiswara mampu
melaksanakan kegiatan belajar- mengajar sesuai dengan tuntutan yang diinginkan.
walaupun mereka telah mengikuti TOT dari LAN. Kepemimpinan sebagai pejabat
struktural sangat berbeda dengan kepemimpinan seorang widyaiswara dalam
proses belajar mengajar sehingga memberikan corak tersendiri terhadap kualitas
pembelajaran peserta diklat. Dalam hal ini tuntutan kualitas kepemimpinan dan
sikap profesional seorang widyaiswara menjadi sesuatu yang tidak bisa dihindari
dalam pembelajaran peserta diklat. Upaya ini harus dilaksanakan dengan
perencanaan yang matang, terpadu dengan komponen-komponen diklat lainnya
untuk memberikan kepuasan akademik bagi peserta diklat.
Dari kondisi obyektif tersebut, maka perlu dilakukan kajian ilmiah yang
berkaitan dengan : “Pengaruh Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara
terhadap Kepuasan Akademik Peserta Diklat di P4TK BMTI Bandung.”
1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan kajian di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa faktor yang
mempengaruhi kepuasan akademik peserta diklat. Obyek kepuasan akademik
peserta diklat ini dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu : (1) faktor internal,
seperti kepemimpinan, sikap profesional, pendidikan, dan pengalaman mengajar.
(2) faktor eksternal, seperti strategi pembelajaran, fasilitas, dan lingkungan kerja.
Yang menjadi bahan kajian dalam penelitian ini adalah sejauhmana pengaruh
kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik
sehingga dapat meningkatkan produktivitas individu yang pada akhirnya adalah
juga mempengaruhi produktivitas sekolah/lembaga pendidikan.
Dari uraian tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan yang
1) Bagaimana pengaruh antara kepemimpinan widyaiswara terhadap kepuasan
akademik peserta diklat.
2) Bagaimana pengaruh antara sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan
akademik peserta diklat.
3) Bagaimana pengaruh antara pendidikan widyaiswara terhadap kepuasan
akademik peserta diklat.
4) Bagaimana pengaruh antara pengalaman mengajar widyaiswara terhadap
kepuasan akademik peserta diklat.
5) Bagaimana pengaruh antara program diklat terhadap kepuasan akademik
peserta diklat.
6) Bagaimana pengaruh antara sarana terhadap kepuasan akademik peserta
diklat.
7) Bagaimana pengaruh antara fasilitas widyaiswara terhadap kepuasan
akademik peserta diklat.
8) Bagaimana pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kepuasan akademik
peserta diklat.
Mengingat kompleksnya faktor yang mempengaruhi kepuasan akademik
peserta diklat ini, dengan pertimbangan berbagai keterbatasan, maka ruang
lingkup penelitian ini diarahkan pada keterkaitan tiga variable saja, yaitu variabel
kepemimpinan, sikap profesional widyaiswara dan kepuasan peserta diklat yang
diselenggarakan oleh P4TK BMTI Bandung. Secara rinci permasalahan yang
menjadi obyek penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
diklat di P4TK BMTI Bandung.
2) Sejauhmana pengaruh sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan
akademik peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.
3) Sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara
secara bersama-sama terhadap kepuasan akademik pesera diklat di P4TK
BMTI Bandung.
1.3.Tujuan dan Manfaat
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini secara umum adalah
untuk mengungkapkan sejauhmana pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional
widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.
Tujuan yang ingin dicapai secara khusus dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan terhadap
kepuasan akademik peserta diklat.
2) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sikap profesional widyaiswara
terhadap kepuasan akademik peserta diklat.
3) Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemimpinan dan sikap
profesional widyaiswara secara bersama-sama terhadap kepuasan akademik
peserta diklat.
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memperoleh hasil antara lain :
1) Secara teoritik :
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan sebagai asumsi dan
2) Secara praktis :
a) Dapat digunakan untuk menentukan kebijakan dalam proses penerapan
kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswra dalam rangka
peningkatan kualitas pembelajaran peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.
b) Mengembangkan strategi-strategi yang perlu diterapkan untuk mengatasi
hambatan yang dihadapi dalam meningkatkan mutu diklat di P4TK BMTI
Bandung.
c) Sebagai informasi dapat digunakan untuk menentukan kebijak dijadikan
bahan kajian bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut
tentang masalah ini.
1.4. Asumsi-Asumsi
Seperangkat anggapan dasar (asumsi) yang menjadi landasan untuk
menopang penelitian ini, diambil beberapa pendapat yang terkait dengan
permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
1) Dalam rangka memberikan kepuasan akademik bagi peserta diklat, maka,
widyaiswara dituntut untuk melakukan tindakan pembelajaran yang lebih
memperhatikan aspek peserta daripada aspek pribadi widyaiswara dalam
menahan diri guna menghindari kesalahan dalam bertindak.
2) Dalam proses pembelajaran, seorang widyaiswara harus mampu memahami
metode pembelajaran andragogi yang didukung dengan moral, etika, akhlak,
spritual, mental dan tiga komponen moralitas, yaitu komponen afektif (moral
affect), komponen kognotif (moral reasoning),dan komponen perilaku (moral
mosional dan kecerdasan intelektual dalam proses pembelajaran.
3) Kompetensi kepribadian, sosial dan fungsional mendukung kepemimpinan
dan sikap profesional widyaiswara mempengaruhi kepuasan pembelajaran
peserta diklat
4) Dalam proses pembelajaran, kemampuan widyaiswara secara akademis harus
didukung oleh kemampuan mengajar (didaktik).
5) Kualitas pembelajaran mengacu pada upaya peningkatan kompetensi dan
pemecahan masalah sebagai instrumen input yang mampu menimbulkan
kadar perubahan pada aspek kognitif, apektif dan psikomotor.
6) Instrumen untuk mengukur keterkaitan antara kepemimpinan dan sikap
profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat, dapat
diukur dengan kualitas validitas dan reliabilitas yang signifikan. Semua
variabel dapat diukur dan dinyatakan dalam bentuk data kuantitatif.
1.5. Kerangka Berpikir
Dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang kompeten dan handal
untuk mengemban tugas pendidikan dalam pembangunan, di samping pendidikan
formal diperlukan pendidikan dan pelatihan (diklat), yang salah satu strateginya
adalah dengan meningkatkan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan
kepribadian (attitude) melalui diklat. Sebagai landasan untuk berperilaku dan
bertindak perlu memiliki kriteria : integritas moral, kepemimpinan, kerjasama dan
profesional. Untuk mendukung kriteria tersebut perlu pengembangan diri, yaitu
kejujuran, tanggung jawab, disiplin, ihklas, adil, peduli, sabar dan percaya diri.
diklat untuk meningkatkan kompetensi bagi guru SMK. Dalam pelaksanaan diklat
terdapat tiga komponen yaitu penyelenggara diklat, widyaiswara dan peserta
diklat. Widyaiswara merupakan salah satu komponen diklat yang strategis, karena
berhadapan langsung dengan obyek diklat, yaitu sumberdaya manusia.
Widyaiswara dituntut untuk memiliki kemampuan konseptual, analisis dan teknis,
sehingga pesan atau materi kediklatan yang disampaikan tidak hanya sekedar
bersifat transfer ilmu pengetahuan (knowge), tetapi mampu mempengaruhi pola
pikir, keterampilan(skill), sikap(attitude), dan perilaku (behaviour), serta moralitas
peserta diklat. Dalam hal ini kepemimpinan, dan sikap profesional widyaiswara
harus mampu merencanakan, dan melaksanakan secara terpadu dan terintegrasi
dengan komponen-komponen diklat lainnya dalam upaya peningkatan kualitas
diklat yang dapat memberikan kepuasan akademik bagi peserta diklat.
Widyaiswara mempunyai tugas mendidik, mengajar dan melatih peserta
diklat, serta melakukan pengkajian, inovasi, untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, kinerja, dan produktivitas sesuai dengan bidang keahlian yang
diampunya. Kemampuan widyaiswara secara akademis harus didukung dengan
kemampuan mengajar (didaktik) sehingga keduanya saling bersinergi untuk
digunakan dalam kegiatan diklat. Agar pelaksanaan diklat dapat memberikan hasil
yang baik perlu memperhatikan kurikulum diklat, model dan pola diklat, serta
strategi pembelajaran, dan kebutuhan peserta diklat. Selain variable input, variable
proses juga harus mendapat perhatian, meliputi pelayanan terhadap peserta,
layanan dalam proses pembelajaran dan strategi pembelajaran.
yang dicapai peserta diklat (akibat), tetapi terletak pada hal-hal yang mendorong
kepuasan pembelajaran itu sendiri, yaitu kepemimpinan dan sikap profesional
widyaiswara. Dalam proses pembelajaran ada dua faktor yang mempengaruhi,
yaitu (1) faktor intern adalah kepemimpinan, sikap profesional, pendidikan dan
pengalaman mengajar. (2) faktor ekstern adalah kebijakan pimpinan, fasilitas
kerja, dan lingkungan kerja.
Peneltian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan
sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan pembelajaran peserta diklat
yang diharapkan dapat berperan nyata dalam meningkatkan kualitas peserta diklat
[image:15.595.105.512.224.623.2]dalam rangka mensukseskan pembangunan sumberdaya manusia Indonesia.
Gambar 1.1. Kerangka Berpikir
1.6. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah atau sub
masalah yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian yang bersifat analitis. Hal
ini dijabarkan dari landasan teori atau tinjauan pustaka dan masih harus diuji
kebenarannya. Melalui penelitian ilmiah, hipotesis akan dinyatakan ditolak atau
E K S T E R
N Fasilitas Belajar
diterima karena adanya hubungan yang kuat dan signifikan.
Adapun pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan terhadap kepuasan
akademik peserta diklat.
2) Terdapat pengaruh yang signifikan antara sikap profesional widyaiswara
terhadap kepuasan akademik peserta diklat.
3) Terdapat pengaruh yang signifikan antara kepemimpinan dan sikap
profesional widyaiswara secara bersama-sama terhadap kepuasan akademik
peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.
Kepemimpinan (Variabel X1) dan Sikap Profesional Widyaiswara
(Variabel X2) sebagai variable independent serta Kepuasan Akademik Peserta
Diklat (Variabel Y) sebagai variable dependent, merupakan variable yang secara
teoritis diduga memiliki hubungan yang positif. Hubungan positif antara
variabel-variabel tersebut merupakan hubungan yang bermakna dan dapat diukur secara
statistik dengan menggunakan rumus korelasi dan regresi. Kerangka berpikir
[image:16.595.110.514.193.697.2]tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1.2. Diagram Hubungan Variabel
Kepemimpinan (X1)
Sikap Profesional Widyaiswara
(X2)
Kepuasan Akademik Peserta Diklat
1.7. Definisi Operasional
Dari rumusan variabel penelitian tersebut di atas, maka dapat ditentukan
definisi-definisi operasional sebagai berikut :
1.7.1. Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan atau leadership adalah upaya untuk mempengaruhi
kegiatan anggota atau pengikut baik secara perorangan maupun kelompok melalui
proses komunikasi untuk mencapai tujuan tertentu. Hersey dan Blanchard
memberikan definisi kepemimpinan sebagai berikut :
“Leadership is any time one attemps to impact the behavior of an individual
or group regardles of the reason. It my be for one s own goals or a frienda s goal. And they may not be cong ruent with organizational goals” (W.Setiawan 2000 : 20)
Pengertian tersebut menggambarkan bahwa kepemimpinan adalah setiap upaya
seseorang yang mencoba untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau
kelompok dengan tujuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tercapai
tidaknya tujuan organisasi tergantung pada kepemimpinan yang digunakan oleh
pemimpin.
Kepemimpinan widyaiswara merupakan kemauan dan kemampuan untuk
mengatur, mengarahkan dan mendorong peserta diklat untuk melakukan
perubahan, perbaikan secara optimal untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
digariskan serta mampu mengambil keputusan secara akurat dan bertanggung
jawab terhadap keputusan yang diambil.
Variabel kepemimpinan dalam penelitian ini meliputi indikator-indikator
- Kemampuan mengarahkan peserta diklat, untuk melakukan perubahan dan
kemajuan secara terus-menerus (Leadership).
- Kemampuan mempengaruhi peserta diklat untuk mendapat kesepakatan dan
komitmen terhadap solusi yang menguntungkan (Influencing Others).
- Kemampuan pengembangan diri dengan memotivasi, mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan peserta diklat melalui usaha yang sistematis dan
terencana (Developing People).
- Kemampuan menjalin hubungan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
(Relationship Building).
1.7.2. Sikap Profesional Widyaiswara
Sikap merupakan suatu perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas,
peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan
suka atau tidak suka pada yang dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target,
yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu.
Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian.
Sikap dikembangkan dalam tiga model (Azwar, 2000:26), yaitu afeksi,
kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang
mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah
indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah
pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap
individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. Kaitan antara sikap dan
perilaku seseorang yang tergantung pada faktor lain, bersifat irasional. Sebagai
mendonorkan darahnya. Hal ini masuk akal bila orang tersebut takut melihat
darah, yang akan menjelaskan irasionalitas tadi.
Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser
(1993) berargumen bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi secara
tidak langsung. Sebagai contoh, bila seseorang terlahir dengan kecenderungan
menjadi ekstrovert, maka sikapnya terhadap suatu jenis musik akan terpengaruhi.
Sikap seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan
atau kampanye mempengaruhi seseorang. Menurut Berkowitz, dalam Azwar
(2000:5) menerangkan bahwa :
“Sikap seseorang pada suatu objek adalah perasaan atau emosi, dan faktor kedua adalah reaksi/respon atau kecenderungan untuk bereaksi”.
Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif, yaitu senang
(like) atau tidak senang (dislike), menurut dan melaksanakan atau menjauhi/
menghindari sesuatu. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa sikap adalah
kecenderungan, pandangan, pendapat atau pendirian seseorang untuk menilai
suatu objek atau persoalan dan bertindak sesuai dengan penilaiannya dengan
menyadari perasaan positif dan negatif dalam menghadapi suatu objek.
Seorang widyaiswara harus memiliki sikap profesional dalam
melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Widyaiswara adalah jabatan
fungsional yang memiliki kualifikasi melaksanakan kegiatan diklat sesuai dengan
bidang keahliannya. Widyaiswara melaksanakan tugas mengajar, mendidik dan
melatih peserta diklat pada P4TK BMTI Bandung. Seorang widyaiswara harus
“Seorang professional menggunakan waktu penuh dalam menjalankan pekerjaannya, terikat oleh norma kepatuhan dan perilaku, anggota organisasi profesi yang formal, menguasai pengetahuan dan keterampilan atas dasar latihan spesialisasi dan pendidikan yang sangat khusus, terikat oleh syarat-syarat kompetensi dan kesadaran pendidikan yang khusus, serta memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi. (Depdiknas, 2006 : 41)
Tentunya sikap semacam ini harus tercermin dalam penampilan seorang
widyaiswara dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik khususnya
dalam proses pembelajaran di dalam kelas. Widyaiswara harus mampu
menampilkan dirinya sebagai contoh/teladan dalam bersikap, berprilaku secara
profesional. Menurut Jorlin Pakpahan (2002: 236) mengatakan bahwa :
“Sikap profesional adalah sesuatu yang tertanam dalam diri seseorang yang
mempengaruhi perilakunya, yaitu peduli kepada mutu (tidak asal jadi), bekerja cepat, tepat dan efisien tanpa atau dengan pengawasan orang lain,
menghargai waktu dan menjaga reputasi.”
Pembentukan sikap profesional bukan sesuatu yang hanya dapat diajarkan secara
teoritis, tetapi dibentuk melalui proses pembiasaan yang memerlukan waktu
hingga terinternalisasi pada diri seseorang. Sikap semacam ini merupakan
karakter yang disukai di dunia kerja. Profesional merupakan kemampuan
konseptual, analisis dan teknis dalam bekerja yang diperoleh melalui pendidikan
atau pelatihan yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, berorientasi
penghargaan dan kepuasan bersama sehingga keputusan dan tindakannya didasari
atas rasionalitas dan etika profesi.
Dalam variabel sikap profesional widyaiswara ini terdapat empat indikator
sebagai berikut :
- Kemampuan merumuskan masalah pembelajaran, dan mengintegrasikannya
- Kemampuan merumuskan rencana pembelajaran sesuai dengan tujuan diklat
(Planing Learning)
- Kemampuan melakukan pengawasan terhadap kegiatan, secara sistematis dan
kontinyu baik dalam proses maupun hasil belajar (Control).
- Kemampuan mengambil keputusan secara sistematis berdasar informasi,
dengan memperhitungkan waktu dan risiko (Decision Making).
1.7.3. Kepuasan Akademik Peserta Diklat
Kualitas pelaksanaan diklat merupakan kepuasan peserta diklat dalam
proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan diklat sesuai dengan standar
diklat yang sudah ditetapkan. Peningkatan mutu adalah upaya yang dilaksanakan
secara sistematis oleh lembaga pemerintah atau organisasi masyarakat yang
kompeten dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap bagi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Menurut Rolf P. Lynton & Udai Pareek, (Sudjana, 1992:218) bahwa :
“Keadaan dan interaksi pelatihan yang terperinci akan tumbuh suatu
suasana pelatihan umum. Gejala yang meresap secara umum ini banyak berkaitan dengan tingkat kemajuan menuju sasaran program dan kepuasan
yang dirasakan oleh para pelatih dan peserta dalam proses belajar”.
Dapat dijelaskan bahwa suasana yang baik akan berkembang bila
widyaiswara mempunyai perhatian terhadap kebutuhan dan kesulitan peserta, dan
mampu menerima peserta sebagai pribadi yang berharga. Para peserta
menanggapi hal ini dengan perasaan persahabatan, perasaan kebersamaan, saling
dekat dan antusias, ini merupakan suasana yang menguntungkan untuk belajar dan
Kepuasan pembelajaran peserta diklat meliputi penugasannya untuk
mengikuti proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, situasi di tempat
belajar, kerjasama dalam pelaksanaan diklat, untuk melakukan pengembangan diri
peserta diklat. Dalam pembahasan kepuasan akademik peserta diklat terdapat
enam indikator sebagai berikut :
- Kepuasan terhadap penugasan
- Kepuasan dalam pembelajaran
- Kepuasan terhadap penilaian hasil pembelajaran
- Situasi belajar di tempat diklat
- Kerjasama dalam pelaksanaan tugas
- Kepuasan dalam pengembangan diri
1.7.4. Penjabaran Konsep Teoritis ke dalam Konsep Operasional.
Berdasarkan uraian tersebut di atas selanjutnya dapat dirumuskan beberapa
pengertian sebagai penjabaran konsep teori ke dalam konsep operasional yang
[image:22.595.112.511.245.745.2]dideskripsikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 1.1
Penjelasan Variabel dalam Konsep Teoritis dan Operasional
Variabel Konsep Teoritis Konsep Operasional
Kepemimpinan
(Leadership)
1. Kemampuan mengarahkan
1.1. Kemampuan menjelaskan dan menerapkan materi
pembelajaran
1.2. Kemampuan menentukan metode dan persiapan mengajar 1.3. Kemampuan menerapkan
metode pembelajaran
Variabel Konsep Teoritis Konsep Operasional 2. Kemampuan mempengaruhi 3. Kemampuan melakukan pengembangan 4. Kemampuan menjalin hubungan
2.1. Kemampuan berkomunikasi dengan peserta diklat
2.2. Kemampuan menggunakan alat bantu dengan trampil
2.3. Kemampuan mempengaruhi dan merangsang peserta diklat
3.1. Mampu mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan peserta diklat.
3.2. Mampu memotivasi
pengembangan diri peserta 3.3. Melakukan pengembangan
melalui usaha yang sistematis dan terencana
4.1.Mampu menjalin hubungan dalam pencapaian tujuan diklat 4.2. Bertindak dan berperilaku
berdasarkan norma agama dan masyarakat Sikap Profesional Widyaiswara 1. Kemampuan memahami dan merumuskan masalah 2. Kemampuan merumuskan rencana kerja 3. Kemampuan melaksanakan pengawasan 4. Kemampuan mengambil keputusan
1.1.Memahami permasalahan peserta diklat
1.2. Mampu merumuskan permasalahan peserta diklat 1.3. Mampu mengintegrasikan
permasalahan dengan pendekatan yang sistematis
2.1. Mampu merumuskan rencana pembelajaran sesuai dengan tujuan diklat
2.2. Mampu menentukan kegiatan pembelajaran
3.1. Mampu melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal pelajaran 3.2. Mampu mengelola kelas
4.1.Mampu mengembil keputusan secara cepat dan tepat
Variabel Konsep Teoritis Konsep Operasional
Kepuasan Akademik Peserta Diklat
1. Kepuasan terhadap penugasan
2. Kepuasan dalam pembelajaran
3. Kepuasan terhadap penilaian hasil pembelajaran
4. Situasi belajar di tempat diklat
5. Kerjasama dalam pelaksanaan tugas
6. Kepuasan dalam pengembangan diri
1.1. Kesesuaian diklat dengan bidang keahlian
1.2. Kesesuaian waktu dengan pelaksanaan
1.3. Mempelajari keterampilan baru
2.1. Kemampuan widyaiswara memotivasi peserta diklat 2.2. Kepedulian terhadap kesulitan
yang dihadapi peserta
3.1. Hasil pelajaran dimonitor dan dievaluasi
3.2. Penilaian hasil praktek kerja sesuai dengan kinerja peserta
4.1. Ketersediaan dan kejelasan bahan ajar
4.2. Ketersediaan fasilitas dan pelaksanaan praktek
5.1. Kerjasama team work dan pengakuan terhadap gagasan
6.1. Mengembangkan sikap tenggang rasa
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Obyek dan Metode Penelitian.
3.1.1. Objek Penelitian
Obyek penelitian ini terdiri dari tiga variabel, yaitu : 1) Kepemimpinan
(Variabel X1); 2) Sikap Profesional Widyaiswara (Variabel X2);dan 3) Kepuasan
Akademik Peserta Diklat (Variabel Y). Variabel Kepemimpinan dan Variabel
Sikap Profesional Widyaiswara merupakan variabel bebas (disebut variabel
independen), sedangkan Variabel Kepuasan Akademik Peserta Diklat merupakan
variabel terikat (disebut variabel dependen).
Subyek dalam penelitian ini adalah guru-guru SMK yang sedang
mengikuti Diklat di P4TK BMTI Bandung. Adapun pertimbangan yang mendasari
pemilihan subyek penelitian ini adalah :
1) Dalam konteks peningkatan mutu lulusan SMK, maka guru-guru SMK perlu
meningkatkan kompetensi, keterampilan dan sikap profesional guru melalui
pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung.
2) Dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran peserta diklat, maka perlu
diketahui seberapa jauh pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional
widyaiswara dalam proses pelaksanaan diklat.
3.1.2. Metode Penelitian
Metode penelitian didasarkan pada cara ilmiah dalam pencarian dan
yang rasional, empiris dan sistetematis (Sugiono, 2006:1). Proses pengumpulan
dan analisis data yang dilakukan dilakukan secara sistematis dan logis untuk
mencapai tujuan tertentu (Sukmadinata, 2005:5)
Untuk dapat mengumpulkan data secara ilmiah sesuai dengan tujuan
penelitian yang akan dicapai, maka metode penelitian ini dikembangkan dalam
suatu rancangan penelitian sesuai sifat masalah dan tujuan yang ingin dicapai
yaitu untuk mendiskripsikan dan menganalisis pelaksanaan Diklat Peningkatan
Kompetensi Guru SMK yang dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung, dengan
mengidentifikasi kendala-kendala yang berhubungan dengan peningkatan kualitas
pembelajaran peserta diklat, serta mencoba menemukan suatu cara pelaksanaan
diklat yang lebih efektif dengan melakukan interpretasi, validasi, dan kategorisasi
melalui analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian tentang pengaruh
kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan akademik
peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.
Rancangan penelitian menggunakan metode diskriptif karena:
“Penelitian ini memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada
pada masa sekarang, dan pada masalah-masalah yang aktual.; dan data
yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalsis”.
(Surakhmad, 1978:132).
Oleh karena itu pula metode ini sering juga disebut metode analitis.
3.2. Penjelasan Variabel dan Indikator.
Agar data yang akan dikumpulkan dapat diperoleh lebih spesifik, maka perlu
menjelaskan variabel - variabel yang terlibat di dalam penelitian ini. Adapun
3.1.1. Kepemimpinan
Variabel kepemimpinan dalam penelitian ini meliputi indikator-indikator
sebagai berikut :
- Kemampuan mengarahkan peserta diklat, untuk melakukan perubahan dan
kemajuan secara terus-menerus (Leadership).
- Kemampuan untuk mempengaruhi peserta diklat untuk mendapat kesepakatan
dan komitmen terhadap solusi yang menguntungkan (Influencing Others).
- Kemampuan pengembangan diri dengan memotivasi, mengidentifikasi
kelebihan dan kekurangan peserta diklat melalui usaha yang sistematis dan
terencana (Developing People).
- Kemampuan menjalin hubungan dalam pencapaian tujuan pembelajaran
(Relationship Building).
3.1.2. Sikap Profesional Widyaiswara
Variabel sikap profesional widyaiswara dalam penelitian ini terdapat
empat indikator yaitu :
- Kemampuan merumuskan masalah pembelajaran dan mengintegrasikannya
dengan pendekatan yang sistematis (Conceptual Thinking).
- Kemampuan merumuskan rencana pembelajaran sesuai dengan tujuan diklat
(Planing Learning)
- Kemampuan melaksanakan pengawasan terhadap pembelajaran, secara
sistematis dan kontinyu baik terhadap proses maupun hasil belajar (Control).
- Kemampuan mengambil keputusan secara sistematis berdasarkan informasi,
3.1.3. Kepuasan Akademik Peserta Diklat
Dalam pembahasan kepuasan terhadap pembelajaran peserta diklat
terdapat enam indikator sebagai berikut :
- Kepuasan terhadap penugasan
- Kepuasan dalam pembelajaran
- Kepuasan terhadap penilaian hasil pembelajaran
- Situasi belajar di tempat diklat
- Kerjasama dalam pelaksanaan tugas
- Kepuasan dalam pengembangan diri .
3.3. Populasi dan Sampel
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan guna pemecahan
masalah dalam pencapaian tujuan penelitian, diperlukan data yang dapat
memberikan informasi mengenai masalah yang dibahas secara transparan dan
objektif. Sumber data yang dimaksud adalah populasi.
3.3.1. Populasi
Untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan guna memecahkan
masalah dalam pencapaian tujuan penelitian, dibutuhkan sumber data yang dapat
memberikan informasi mengenai masalah yang dibahas secara transparan dan
objektif. Adapun yang menjadi anggota populasi dalam penelitian ini adalah 36
orang guru SMK yang sedang mengikuti diklat di P4TK BMTI Bandung.
3.3.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
dalam populasi memiliki peluang yang sama menjadi unsur sampel. Berhubung
anggota populasi dalam penelitian ini hanya berjumlah 36 orang, maka semuanya
akan diambil sebagai sampel total. Sesuai dengan ungkapan Suharsimi Arikunto
(1992 : 312) menyatakan bahwa :
” Jika populasi suatu penelitian kurang dari 100, maka sebaiknya
keseluruhan populasi dijadikan sampel ”.
3.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data.
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara bagaimana data yang
diperlukan dapat diperoleh. Untuk itu ada beberapa langkah yang harus ditempuh
antara lain :
3.4.1. Menentukan Alat Pengumpulan Data Berupa Angket
Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis angket
dengan menggunakan skala Likert, karena skala Likert ini digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang
kejadian atau gejala sosial. (Akon, Sahlan Hadi, 2005: 118).
Responden diberi sejumlah pertanyaan yang menggambarkan hal-hal
yang ingin diungkapkan dari ketiga variabel tersebut disertai dengan alternatif
jawabannya. Kemudian responden diminta untuk merespon setiap item sesuai
dengan keadaan dirinya dan keadaan yang diketahui serta dirasakan dengan cara
membubuhkan tanda (√ ) pada alternatif jawaban yang telah disediakan.
3.4.2. Menyusun alat Pengumpul Data
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun angket adalah :
1. Menetapkan variabel kepemimpinan, sikap profesional widyaiswara, dan
2. Kepemimpinan sebagai variabel X1, Sikap Profesional Widyaiswara sebagai
variabel X2, dan Kepuasan Akademik Peserta Diklat sebagai variabel Y.
3. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan/pernyataan berdasarkan
indikator variabel
4. Menyusun item pertanyaan/pernyataan dan alternatif jawabannya
5. Menetapkan skor setiap jawaban untuk variabel X1, dengan menggunakan
skala likert yang diformulasikan dengan ukuran ordinal, karena objek yang
diteliti mempunyai peringkat dari lima rangkaian urutan yaitu; Tidak Mampu
(TM), Kurang Mampu (KM), Cukup Mampu (CM), Mampu (M), dan Sangat
Mampu (SM)
6. Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut : Untuk pernyataan positif :
- Sangat Mampu = 5
- Mampu = 4
- Cukup Mampu = 3
- Kurang Mampu = 2
- Tidak Mampu = 1
( Akdon & Sahlan Hadi, 118:2005 )
7. Menetapkan skor untuk setiap jawaban untuk variabel X2, dengan
menggunakan skala likert yang diformulasikan dengan ukuran ordinal, karena
objek yang diteliti mempunyai peringkat dari lima rangkaian urutan yaitu;
Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-Ragu (RR), Tidak Setuju (TS) dan
Sangat Tidak Setuju (STS).
8. Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut : Untuk pernyataan positif :
- Sangat Setuju = 5
- S e t u j u = 4
- Ragu-Ragu = 3
- Tidak Setuju = 2
Untuk pernyataan negatif :
- Sangat Setuju = 1
- S e t u j u = 2
- Ragu-Ragu = 3
- Tidak Setuju = 4
- Sangat Tidak Setuju = 5
( Akdon & Sahlan Hadi, 118:2005 )
9. Menetapkan skor untuk setiap jawaban untuk variabel Y, dengan
menggunakan skala likert yang diformulasikan dengan ukuran ordinal, karena
objek yang diteliti mempunyai peringkat dari lima rangkaian urutan yaitu;
Sangat Puas (SP), Puas (P), Cukup Puas (CP), Kurang Puas (KP) dan Tidak
Puas (TP).
10.Penetapan skala pengukuran, yaitu sebagai berikut : Untuk pernyataan positif :
- Sangat Puas = 5
- Puas = 4
- Cukup Puas = 3
- Kurang Puas = 2
- Tidak Puas = 1
(Akdon & Sahlan Hadi, 118:2005 )
3.4.3. Uji coba Instrumen
Setelah selesai menentukan dan menyusun alat pengumpul data, maka
langkah selanjutnya adalah mengadakan uji coba angket. Hal ini penting untuk
menilai angket yang disusun, apakah valid dan reliabel atau belum. Pengujian
validitas instriumen menurut Arikunto adalah untuk menjelaskan bahwa :
“Yang dimaksud dengan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkat kehandalan atau kesahihan suatu alat ukur”. (Akdon dan Sahlan Hadi, 2005:118)
Instrumen penelitian harus valid (tepat) sesuai dengan masalah dan
responden yang seharusnya, dan juga harus reliabel (tetap), yaitu memiliki nilai
yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula. Menurut Sugiyono dalam
(Akdon dan Sahlan Hadi, 2005 : 143).menyatakan bahwa :
”Jika Instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data itu valid berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.
3.4.4. Uji Validitas Instrumen
Untuk menguji validitas instrumen digunakan analisis faktor, yaitu
dengan mengkorelasikan skor tiap item dengan rumus Pearson Product Momen.
Sedangkan rumus yang digunakan untuk uji validitas instrumen angket ini adalah
sebagai berikut :
r hitung =
2 2 2 2 Y Y n X X n Y X XY nDimana : r hitung = Koefisien korelasi
∑ Xi = Jumlah skor item
∑Yi = Jumlah skor total (seluruh item)
n = Jumlah responden
Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan menggunakan rumus :
t hitung
=
21
2
r
n
r
Dimana : t = nilai hitung
r = Koefisien korelasi hasil r hitung n = jumlah responden.
Akdon & Sahlan Hadi, (2005:207)
Untuk keperluan pengujian validitas dalam perhitungannya digunakan
program Exel Microsoft XP 2007 dan SPSS versi 14.0. Setelah selesai melakukan
pengujian dan hasil analisisnya diperoleh, selanjutnya penulis menanyakan kepada
3.4.5. Uji Reliabilitas Instrumen
Instrumen penelitian yang baik, disamping valid (tepat) sesuai dengan
masalah dan responden yang seharusnya, juga harus reliabel (tetap), yaitu
memiliki nilai ketepatan dimana bila diujikan pada kelompok yang sama dalam
jangka waktu yang berbeda akan menghasilkan nilai yang sama pula. Menurut
Sugiyono dalam (Akdon & Sahlan Hadi, 2005 : 143), menyatakan bahwa :.
”Jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid, berarti instrumen tersebut
dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur”.
Untuk melakukan uji reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan
Metode Belah Dua (Split Half Method), yaitu dengan cara membelah atas
item-item awal dan item-item-item-item akhir, dengan setengah jumlah pada nomor-nomor awal
dan setengah jumlah pada nomor-nomor akhir. Untuk mengetahui reliabilitas
seluruh tes dengan menggunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut:
r11 =
b b
r
r
1
2
Akdon & Sahlan Hadi, (2005 : 148). Dimana : r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item
Rb = Korelasi Product Momen antara belahan (awal –akhir)
Hasil perhitungan korelasi dikonsultasikan dengan tabel r Product Momen
dengan menggunakan signifikansi 5%. Untuk keperluan pengujian reliabilitas
dalam perhitungannya menggunakan program Exel - Microsoft XP 2007 dan
SPSS versi 14.0.
3.4.6. Teknik Analisa Data
Akademik Peserta Diklat (Variabel Y); dan pengaruh Sikap Profesional
Widyaiswara (Variabel X2) terhadap Kepuasan Akademik Peserta Diklat
(Variabel Y); serta pengaruh Kepemimpinan dan Sikap Profesional Widyaiswara
(Variabel X1 dan Variabel X2 ) secara bersama-sama terhadap variabel Y adalah
dengan menggunakan rumus Uji Regresi Ganda :
2
2 2 1 1 , 2 , 1
y
y
x
b
y
x
b
R
x x yKemudian dilakukan uji signifikansi dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel
dengan menggunakan rumus:
2
2
1
1
R
m
m
n
R
F
hitung
Dimana: n = Jumlah responden m = Jumlah variabel bebas
Akdon & Sahlan Hadi, (2005:207)
Dalam pengambilan kesimpulan mengikuti kaidah pengujian signifikansi yaitu:
Jika Fhitung≥ Ftabel, maka tolak Ho artinya signifikan dan
Fhitung≤ Ftabel, terima Ho artinya tidak signifikan
Dengan taraf signifikan ά =0,05
Dengan menggunakan tabel F dicari Ftabel dengan rumus :
Ftabel = F { (1- ά )(dk pembilang = m), dk penyebut = n-m-1)} Untuk pengolahannya
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka dapat
ditarik kesimpulan, sebagai berikut :
a. Secara parsial hubungan kepemimpinan terhadap kepuasan akademik peserta
diklat memiliki nilai korelasi yang sangat kuat, yaitu 0,829 pada standar
signifikan(ά) = 0,000<0,05, berarti keeratan kedua variabel tersebut berkorelasi
positif dan signifikan, dengan Koefisien Determinasi (r2) = 0,687. Besarnya
pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan akademik peserta diklat adalah
βx1y = 0,549, pada nilai p-value 0,000 < 0,05 artinya signifikan, dan t-hitung
5,058 > t-tabel 2,04 signifikan. Berarti kepemimpinan widyaiswara berpengaruh
sangat kuat terhadap kepuasan akademik peserta diklat.
b. Hal ini mengungkapkan bahwa pengaruh kepemimpinan yang sangat kuat dapat
mendorong, mengarahkan, pengembangan diri dan menjalin hubungan yang
baik dengan menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menggunakan
komunikasi yang bersahabat dalam meningkatkan prestasi belajar peserta
diklat, sehingga mampu melakukan perubahan dan pengembangan untuk
mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran.
c. Kepemimpinan widyaiswara dalam mendorong dan mengarahkan peserta diklat
dengan menentukan metode pembelajaran; menentukan alat bantu belajar;
arah strategi pembelajaran; melakukan komunikasi yang efektif dengan
peserta; menggunakan alat bantu secara trampil; mengetahui keinginan
peserta diklat; penampilan pribadi yang diteladani; berlaku jujur, adil dan
tegas; dan menunjukkan tingkahlaku yang bertanggung jawab.
d. Kepemimpinan widyaiswara dalam menjalin hubungan untuk pengembangan
peserta dilakukan dengan, mampu mengidentifikasi perbedaan pemahaman
materi individu; memahami aspek kepribadian peserta; melakukan evaluasi
pembelajaran; bertindak dan berprilaku yang menimbulkan rasa empati dan
simpati baik kepada peserta diklat maupun kepada sesama widyaiswara; dan
mampu berkomunikasi dengan baik kepada peserta maupun penyelenggara
diklat. Jadi kepemimpinan dalam penelitian ini memberikan pengaruh yang
sangat kuat (68,7%) terhadap kepuasan akademik peserta diklat, dan sisanya
31,3% dipengaruhi oleh faktoryang lain oleh peneliti berikutnya.
e. Secara parsial hubungan sikap profesional widyaiswara terhadap kepuasan
akademik peserta diklat memiliki nilai korelasi yang kuat, yaitu 0,785 pada
standar signifikan (ά) = 0,003 < 0,05 yang berarti bahwa keeratan korelasi
kedua variabel tersebut kuat, dan berkorelasi positif dan signifikan, dengan
Koefisien Determinasi (r2) = 0,616. Besarnya pengaruh sikap profesional
widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat βx2y = 0,420 pada
nilai p-value 0,000< 0,05 artinya signifikan t-hitung 3,868 > t-tabel2,04 signifikan.
f. Hal ini menyatakan bahwa sikap profesional widyaiswara, secara parsial
berpengaruh sangat kuat terhadap kepuasan akademik peserta diklat. Sikap
hal yang berbeda dimana: ”Sikap profesional widyaiswara mengacu pada
dorongan dan upaya untuk memuaskan suatu keinginan atau tujuan, sedangkan
kepuasan mengacu pada pengalaman yang menyenangkan pada saat terpenuhi
suatu keinginan”. Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa sikap profesional
widyaiswara merupakan dorongan kearah pencapaian suatu hasil. Hasil
merupakan ukuran kepuasan. Dengan kata lain bahwa untuk mendapatkan hasil
yang tinggi diperlukan dorongan atau sikap profesional yang tinggi, dan jika
hasil yang dicapai rendah, maka tingkat kepuasan juga akan rendah.
g. Sikap profesional widyaiswara secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan
akademik peserta diklat, dalam mengintegrasikan setiap permasalahan
pembelajaran dengan peserta; merespon tanggapan peserta; dan kemampuan
menyelesaikan semua masalah yang dihadapi peserta; mampu menentukan
alokasi waktu dalam kegiatan pembelajaran; mampu merumuskan rencana
pembelajaran; melaksanakan tugas sesuai dengan jadwal yang sudah
ditetapkan; mampu menggunakan disiplin tepat waktu dan tepat sasaran;
meredam timbulnya konflik; mampu melakukan tindakan disiplin terhadap
perbuatan peserta yang salah; mampu mengambil keputusan dengan cepat dan
tepat; mampu menanggung risiko dari suatu perbuatan. Dari hasil penelitian
ini, sikap profesional widyaiswara telah memberikan pengaruh sangat kuat
(38.4%) terhadap kepuasan akademik peserta diklat hal ini berarti 61.6%
dipengaruhi faktor lain oleh peneliti berikutnya.
h. Pengaruh dari ketiga variabel bersama-sama diperoleh Fhitung = 59,981>Ftabel =
profesional widyaiswara dalam pelaksanaan diklat secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kepuasan akademik peserta diklat pada taraf signifikansi
ά = 5%. Berdasarkan hasil regresi ganda yang dilakukan dalam penelitian ini,
diperoleh persamaan : Ý = -36,120 + 0,671 (X1) + 0,833 (X2)
Persamaan regresi ini, memperkirakan bahwa, jika kepemimpinan dan sikap
profesional widyaiswara dalam pelaksanaan diklat ditingkatkan masing-masing
27 kali, maka diperoleh tingkat kepuasan peserta diklat sebesar : Ý = 40.60
Kepuasan ini dapat ditingkatkan sampai dengan maksimum 77,1 % pada
Adjusted R Square 0,771.
Untuk meningkatkan kepuasan akademik peserta diklat, maka perlu
meningkatkan kualitas akademik peserta diklat dengan aktivitas widyaiswara
yang dapat memberikan makna baik untuk diri sendiri maupun untuk
masyarakat, sehingga mendatangkan kepuasan bagi peserta diklat. Kepuasan
ini dipandang sebagai reinforcement atau motivasi berprestasi lebih baik.
Dengan kepemimpinan yang baik, widyaiswara mampu menciptakan kondisi
diklat yang menyenangkan sebagai teaching facility, untuk dapat membuat
peserta diklat akan lebih tertarik lagi melakukan kegiatan untuk mencapai
tujuan.
5.2. Rekomendasi
a. Melihat hubungan dan pengaruh kepemimpinan terhadap kepuasan akademik
peserta diklat adalah sangat kuat dan positif, maka disarankan kepada
penyelenggara diklat di P4TK BMTI Bandung agar memperhatikan pengaruh
berpengaruh dalam meningkatkan kualitas pelaksanaan diklat. Pengukuhan
terjadi apabila peserta diklat dapat dan mampu untuk memperlihatkan upaya
dalam keberhasilannya. Karena keberhasilan yang baik dan pengalaman yang
menyenangkan, cenderung membuat seseorang berusaha untuk mengulangi
pengalaman itu atau sebaliknya. Untuk itu pengalaman positif yang
mengukuhkan kegiatan pelaksanaan diklat di P4TK BMTI Bandung dapat
terpelihara dengan baik. Dalam pelaksanaan diklat reinforcement ini sangat
diperlukan untuk dapat mengetahui lebih jauh peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah setelah mengikuti diklat yang
dilaksanakan di P4TK BMTI Bandung.
b. Sikap profesional widyaiswara secara parsial berpengaruh terhadap kepuasan
akademik peserta diklat, dengan kemampuan widyaiswara dalam
mengintegrasikan permasalahan pembelajaran dengan peserta; merespon
tanggapan peserta; dan kemampuan menyelesaikan semua masalah yang
dihadapi peserta diklat; mampu menentukan alokasi waktu dalam kegiatan
pembelajaran; mampu merumuskan rencana pembelajaran; melaksanakan tugas
sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan; mampu menggunakan disiplin
tepat waktu dan tepat sasaran; meredam timbulnya konflik; mampu melakukan
tindakan disiplin terhadap perbuatan peserta yang salah; mampu mengambil
keputusan dengan cepat dan tepat; mampu menanggung risiko dari suatu
perbuatan.
c. Untuk ini disarankan kepada penyelenggara diklat di P4TK BMTI Bandung
suatu diklat sangat dipengaruhi oleh Kepemimpinan dan Sikap Profesional
Widyaiswara, akan tetapi untuk mengoptimalkan hasil yang dicapai masih
perlu dilakukan penelitian selanjutnya pengaruh kemampuan akademik
terhadap kepuasan peserta diklat di P4TK BMTI Bandung.
Karena dalam konsep pembelajaran kompetensi bahwa sikap profesional
widyaiswara dalam upaya peningkatan diklat adalah kompetensi kepribadian
dan kompetensi sosial. Kompetensi merupakan tindakan cerdas yang penuh
tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu
oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas tertentu. Kemampuan akademik
semestinya berkorelasi positif dengan kualitas pendidikan bersamaan dengan
faktor lain yang mempengaruhi sehingga dapat menunjukkan kualitas
pembelajaran peserta diklat secara optimal.
d. Secara bersama-sama pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional
widyaiswara terhadap kepuasan akademik peserta diklat adalah sangat kuat
(77,1 %) pada nilai korelasi 0,886 artinya masih ada 22,9 % faktor lain di luar
pengaruh kepemimpinan dan sikap profesional widyaiswara yang turut
mempengaruhi kepuasan terhadap hasil pelaksanaan diklat sehingga perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengoptimalkan hasil pelaksanaan
diklat di P4TK BMTI Bandung.
e. Widyaiswara harus memahami tentang moral, akhlak, etika, spritual, mental,
serta mampu mensosialisasikan Kode Etik Widyaiswara Tahun 2006 dan
Standar Kompetensi Wiyaiswara Tahun 2008. Widyaiswara hendaknya dapat
keterampilan, yaitu harus berusaha untuk mampu bersikap : a) Jujur dan
bertanggung jawab, b) Tegas, disiplin, percaya diri dan komitmen, c) Rendah
hati dan tidak membanggakan diri, d) Simpati dan empati, e) Terbuka terhadap
kritik dan saran, f) Proaktif, prakarsa dan kerjasama, g) Adil, obyektif dan
menghargai perbedaan, h) Berbudi pekerti dan menjadi panutan (keteladanan),
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (1992), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Akdon & Hadi S. (2005), Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi & Manajemen. Bandung: Dewa Ruchi.
Anaroga, Panji. (1998), Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2000), Sikap Manusia. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
David Suwito,S.Hut dan Dra. Nurmini Hasyim. (2009), Membangun Kemampuan
Berperilaku Asertif sebagai Upaya Meningkatkan Kompetensi
Kepribadian dan Sosial Widyaiswara. http;//tumpuknatat. wordpress. com/2009/05/10/ tulisan-widyaiswara
Hadiwaratama.(2002), Sejarah Perkembangan Politeknik di Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Hersey & Blanchard, D. Sudjana, Hidayat. (2001), Keterkaitan antara Strategi Pelatihan dan Gaya Kepemimpinan Kepala SKB dengan Motivasi Kerja Pamong Belajar di Jawa Barat. Bandung : Fakultas Pasca Sarjana, UPI.
Hasibuan, Malayu S.P. (2003), Organisasi dan Motivasi. Dasar Peningkatan Produktivitas. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Mar'at. (1981), Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Matindra. (2002), Sejarah Perkembangan Politeknik di Indonesia.Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Massofa. (2008), Teori Kepemimpinan. http;//massofa.wordpress.Com
Mulyasa, E. (2008), Menjadi Guru Profesional. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Moor, Depdiknas, Dirjen PMPTK. (2006), Naskah Revitalisasi PPPG Teknologi Bandung Menjadi P4TP BMTI Bandung, Jakarta.
Nasution, S. (1996). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung: Tarsito
Pakpahan, Jorlin. (2002), Sejarah Perkembangan Politeknik di Indonesia. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.
Ralp Stogdil, D.Sudjana,Setiawan,W. (2005), Hubungan Gaya Kepemimpinan Dengan Gaya Belajar Widyaiswara dengan Gaya Membelajarkan Dalam Pelatihan Badan Diklat Daerah Propinsi Jawa Barat. Bandung : Fakultas Pasca Sarjana, UPI.
Ronnie, M., Dani, (2005). Seni Mengajar dengan Hati. Jakarta: Alex Media Komputindo.
Rustantiningsih, (2007), Sikap dan Perilaku Guru Yang Profesional, Artikel Pendidikan Network,http;//re-searchehengines.com/0807rustanti.html
Siutao, (2005), Teori Kepemimpinan-Leadership, http;//community. Siutao/ Southread.phpt.
Sugeng, Dr, (2007), Kualitas Penyelenggaraan Diklat Aparatur Pemerintah, Website Resmi Badan Diklat Propinsi DIY.
Sugiono, (2006), Metode Penelitian Administrasi, Bandung : Alfabeta.
Suhartrislakhadi,Deddy,Med,Ir,(2009), Kajian Persepsi Moral Widyaiswara Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Lulusan Diklat Lingkup Departemen Kehutanan, http://kadarusmankhts.files.wordpress.com
Sujana (1991). Statistika untuk Ekonomi dan niaga. Bandung : Tarsito.
Sujana dan Ibrahim, (2001). Penelitian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru, Algensindo.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2004), Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung : Yayasan Kusuma Karya.
Singh, Andrew, Suprayitno, AR. (2006), Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Suyanto, Depdiknas,Dirjen PMPTK. (2006), Naskah Revitalisasi PPPG Teknologi Bandung Menjadi P4TP BMTI Bandung. Jakarta.
Usman, MU. (1997), Menjadi Guru Profesional. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Suprayitno, Adi Riyanto. (2009), Membangun Kompetensi Profesional Widyaiswara. Bersama Membangun Bangsa, Artikel
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional