• Tidak ada hasil yang ditemukan

EMAMPUAN MEMAHAMI INFORMASI FOKUS TERHADAP TEKS BACAAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA : Studi Pendalaman Bahan dan Pemberlakuan Model Membaca Total di Kelas V SD di Kalirejo Lampung Tengah.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EMAMPUAN MEMAHAMI INFORMASI FOKUS TERHADAP TEKS BACAAN BUKU AJAR BAHASA INDONESIA : Studi Pendalaman Bahan dan Pemberlakuan Model Membaca Total di Kelas V SD di Kalirejo Lampung Tengah."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

i

Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Daftar Isi ... iii

A. Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah Penelitian ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Metode Penelitian ... 5

E. Desain Penelitian ... 8

F. Hasil Temuan ... 9

G. Simpulan ... 29

H. Rekomendasi ... 31

I. Saran ... 33

J. Daftar Pustaka ... 33

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

Keterampilan membaca merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa, selain keterampilan menulis, berbicara, dan mendengar, yang perlu dikuasai oleh pemakai bahasa. Dengan menguasai keterampilan membaca, seseorang dapat menggali sebanyak-banyaknya informasi yang diinginkan dari bacaan tersebut. Oleh sebab itu, kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan sangat berkaitan erat dengan cara atau teknik seseorang dalam membaca.

Membaca merupakan hal yang sangat penting di kalangan siswa dan mahasiswa. Oleh sebab itu, sejak Taman Kanak-kanak sudah diperkenalkan membaca huruf-huruf abjad, sehingga ketika mereka masuk ke Sekolah Dasar, kesulitan mereka dalam membaca permulaan akan lebih teratasi. Membaca permulaan diajarkan di SD kelas satu dan dua. Membaca permulaan di SD sangat penting sebab hasilnya akan menjadi landasan untuk membaca lanjut dan memahami ilmu-ilmu yang amat luas, lebih khusus lagi untuk pengajaran bahasa Indonesia (Dardjowidjojo, 1995:19).

(3)

membaca cepat, (2) membaca bergantian, (3) presenter, (4) membaca teks pidato, (5) membaca berita, (6) membaca intensif, (7) membaca ekstensif, (8) membaca kritis, (9) membaca memindai, (10) memberi catatan bacaan, dan (11) mengubah bacaan ke dalam gambar (Anderson, 2003; Harmer, 2001; Suyatno, 2004; dalam

http://kamalinev.wordpress.com).

Pada dasarnya, teknik membaca dapat membantu siswa memahami isi bacaan dengan baik. Meskipun kenyataannya sudah ada beberapa teknik membaca yang dapat membantu siswa untuk mempermudah memahami isi bacaan tetapi beberapa penelitian tentang kemampuan membaca pemahaman terutama siswa SD, hasilnya masih belum pada tingkat yang diinginkan atau masih rendah. Rendahnya kemampuan membaca siswa SD di Indonesia dapat disebabkan oleh keterlambatan penugasan membaca mekanik (permulaan). Keterlambatan kemampuan membaca mekanik akan berakibat kurangnya minat membaca siswa karena minat membaca itu sebaiknya telah tumbuh sejak kelas I SD (Ermanto, 2003:30-31). Selanjutnya, Taufik (2002:238-239), berdasarkan hasil penelitiannya, menemukan faktor-faktor penyebab kesulitan membaca siswa kelas II dan III SD adalah: (1) faktor fisik, (2) faktor sosial ekonomi, (3) faktor psikologis, (4) faktor ketidakaktifan dan ketidakmampuan memusatkan perhatian, (5) faktor kematangan yang terlambat, dan (6) faktor tenaga kependidikan atau guru.

(4)

SD. Oleh karena kemampuan membaca pemahaman di SD merupakan fondasi yang sangat signifikan, guru juga perlu memikirkan model pembelajaran membaca yang cocok untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman untuk siswa SD.

Dalam penelitian Wasnilimzar (2002) tentang kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD, ditemukan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa kelas V SD masih jauh dari yang diharapkan, yakni: (1) kemampuan memahami makna kata dengan nilai besar atau sama dengan enam adalah 95,70 persen dengan nilai rata-rata 7,78; (2) kemampuan memahami makna kalimat dengan nilai besar atau sama dengan enam adalah 78,56 persen dengan nilai rata-rata, 7,04; (3) kemampuan memahami paragraf dengan nilai besar atau sama dengan enam adalah 77,13 persen dengan nilai rata-rata 6,59; (4) kemampuan memahami isi bacaan dengan nilai besar atau sama dengan enam adalah 88,56 persen dengan nilai rata-rata 7,54.

(5)

Berdasarkan laporan dari The International Association for the Evaluation

of Education Achievement yang dikutip oleh Ermanto (2003:26), terungkap juga

bahwa kemampuan membaca siswa sekolah dasar Indonesia menduduki peringkat ke-26 dari 27 negara sampel. Hasil penelitian tersebut mencerminkan bahwa standar membaca siswa SD di Indonesia masih rendah. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang memperlihatkan sebagian besar siswa yang diteliti memperoleh skor tes membaca pemahaman (bacaan naratif, ekspositorik, dan dokumen) yang sangat rendah dengan menjawab secara benar antara 30–40%. Sementara itu, siswa Indonesia yang memperoleh skor tertinggi secara signifikan masih jauh di bawah yang berskor tertinggi di semua negara lain. Dalam hal ini, siswa Indonesia merupakan salah satu sampel dari tiga sampel negara yang berskor terendah.

Persoalan kemampuan membaca pemahaman pada dasarnya seiring pula dengan kreativitas dan kekritisan siswa. Dalam hal ini, Sukestiyarno (2002:146), berdasarkan hasil penelitiannya, menemukan bahwa daya kreativitas dan kekritisan siswa kelas III SD di Semarang masih rendah. Beberapa faktor penyebabnya adalah: (1) padatnya kurikulum/banyaknya mata pelajaran maupun isi materi, (2) rendahnya pengetahuan dan keterampilan guru memilih metode pengajaran yang membuat jalan proses belajar mengajar terhambat dan monoton, (3) kurangnya perhatian guru dan orang tua terhadap kegiatan siswa baik secara mandiri maupun kelompok.

(6)

bahan ajar digunakan harus dikaji terlebih dahulu isinya. Apabila ditemukan masalah dalam bahan ajar tersebut, sebaiknya dicari solusinya agar bahan ajar tersebut layak digunakan. Jadi, perlu dilakukan studi pendalaman bahan. Dalam hal ini, agar bahan ajar tersebut benar-benar layak digunakan, tingkat keterbacaannya juga perlu dipertimbangkan.

Suryaman (2001), dalam penelitian untuk disertasinya yang berjudul “Model Pembelajaran Membaca Berbasis Bacaan dan Pembaca (Studi tentang bacaan Narasi dan Eksposisi dan tentang Pembaca siswa SLTP)”, telah membuktikan bahwa pembelajaran membaca akan efektif bagi siswa bila didasarkan pada bacaan yang memadai (tingkat kesulitan bahasa dan tingkat kesistematisan struktur karangan). Hasil penelitan itu juga menunjukkan bahwa ketika bahan bacaan yang dikembangkan di dalam buku pelajaran lebih banyak menggunakan konsep-kosep yang terlampau abstrak, kemampuan siswa untuk memahami bacaan tersebut ternyata rendah. Hal ini berarti kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan sangat dipengaruhi oleh tingkat keterbacaan bahan bacaan.

Berdasarkan temuan di lapangan dan informasi dari masyarakat, kemampuan membaca pemahaman siswa SD masih sangat rendah. Dalam hal ini, pemahaman isi bacaan yang berfokus pada menemukan ide pokok dan ide pendukung paragraf, dan menyimpulkan isi bacaan pun masih terabaikan oleh guru.

(7)

pada jawaban yang mengeksplorasi pemahaman literal (Ridhani Ar., 2004:73), sedangkan pemahaman informasi fokus yang melibatkan berbagai aspek sering terabaikan. Padahal, justru pemahaman informasi fokus inilah yang terpenting dalam membaca pemahaman. Oleh sebab itu, tentu saja guru perlu melatih siswa untuk menentukan dan memahami informasi fokus dengan menggunakan contoh-contoh yang baik dalam pembelajaran membaca pemahaman. Dengan demikian, pembelajaran membaca pemahaman perlu dibenahi.

Gaya belajar sesorang juga dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam memahami isi bacaan. Ada empat gaya belajar yang menurut Meier (2004:91) dapat digunakan untuk mempercepat proses pembelajaran, yaitu gaya

somatis, auditoris, visual, dan intelektual. Dalam hal ini, pembelajaran akan

meningkat dan berpengaruh besar bila seseorang dapat menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra. Oleh sebab itu, keempat cara atau gaya belajar di atas harus ada agar belajar dapat berlangsung secara optimal. Dengan demikian, keempat cara atau gaya belajar menurut Meier (2004) di atas dapat diterapkan dalam pembelajaran membaca pemahaman.

(8)

intelektual sangatlah tepat digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan.

Penelitian modern telah membuktikan betapa tidak akuratnya pendapat mengenai pemisahan tubuh dan pikiran itu. Pikiran dan tubuh bukanlah dua entitas yang terpisah, seperti yang kita pikirkan, melainkan satu keseluruhan yang terpadu dan tak terpisahkan. Sesungguhnya, pikiran itu tidak terbatas pada otak saja tetapi disebarkan ke seluruh tubuh. Dalam hal ini, tubuh mempengaruhi otak dengan berbagai cara. Oleh sebab itu, gerakan tidak hanya meningkatkan sirkulasi otak tetapi juga menghasilkan zat kimia yang penting bagi susunan saraf di dalam otak (Meier, 2004:68).

Hal di atas sejalan dengan pendapat Carla Hannaford dalam bukunya,

Smart Moves: Why Learning Is Not All In Your Head yang dikutip oleh Meier

(2004:69). Dia mengemukakan bahwa cupping depan otak, yang menonjol dalam pemikiran dan pemecahan masalah, juga memuat area motor primer yang mengontrol otot di seluruh tubuh. Dalam hal ini, berpikir dan bergerak dihubungkan di dalam otak.

(9)

Jika kita hubungkan dengan pembelajaran membaca pemahaman, gaya belajar yang menyatukan antara tubuh dan pikiran sangat cocok untuk digunakan. Dengan memanfaatkan semua indra yang ada dan menyatukan antara tubuh dan otak (pikiran), kita dapat mempercepat proses pembelajaran membaca pemahaman tersebut. Oleh sebab itu, gaya somatis, auditoris, visual, dan intelektual sangatlah cocok digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan.

Dalam pengertian yang benar-benar nyata, pikiran adalah tubuh dan tubuh adalah pikiran. Bila hal ini disadari oleh semua pendidik dan instansi pendidikan, proses pembelajaran akan lebih efektif daripada siswa harus dituntut untuk “Duduk diam, jangan bergerak, dan belajarlah!” Terlebih lagi dalam pembelajaran membaca, siswa sebaiknya diberi kebebasan dalam menggunakan gaya belajar yang dimilikinya terutama memanfaatkan semua indra yang melibatkan tubuh dan pikiran. Siswa harus dapat belajar dengan cara menyenangkan, sehingga mereka tidak jenuh di dalam proses pembelajaran. Gerakan fisik tidak hanya dianggap tidak penting tetapi juga mengganggu, dan dalam banyak kasus merupakan tanda kecerdasan yang rendah atau ketidakmampuan belajar bawaan.

(10)

juga. Hampir seluruh sekolah di Indonesia mematikan aktivitas berpikir anak dengan sistem sekolah yang baku. Ketika anak-anak belajar, mereka harus duduk diam, tidak boleh bergerak-gerak, dan tidak boleh bersuara ketika membaca.

Berdasarkan hasil prasurvei penelitian yang dilakukan peneliti di SD Negeri 3 Kalirejo Lampung Tengah pada tanggal 19, 21, dan 23 Maret 2005, terdapat tendensi bahwa siswa kelas 5 di sekolah tersebut sangat disiplin dan tertib mengikuti perintah gurunya. Ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa harus duduk dengan rapi dan diam, tidak boleh mengoyang-goyangkan tubuh serta tidak boleh bergerak-gerak. Terlebih lagi ketika mereka melaksanakan pembelajaran membaca, siswa selalu dituntut untuk membaca dalam hati, tidak boleh berisik, tidak boleh membaca bersuara atau nyaring (kecuali guru yang menyuruh satu atau dua orang siswa yang boleh membaca nyaring di depan kelas), dan tidak boleh bergerak-gerak. Setelah selesai membaca dalam hati, anak-anak diharuskan menjawab pertanyaan yang telah disajikan di dalam buku. Kemudian, guru menjelaskan sedikit isi bacaan tersebut dan menyamakan jawaban pertanyaan bacaan yang dibuat oleh guru dengan jawaban siswa. Di sini tampak bahwa pembelajaran membaca di SD tersebut sangat kaku dan kurang menyenangkan. Padahal, pembelajaran yang terbaik adalah justru siswa dituntut untuk lebih kreatif dan dapat menyatukan tubuh dengan pikiran (otak) dalam proses pembelajaran, sehingga hasil yang dicapai akan lebih baik dan siswa merasa senang dalam belajar.

(11)

mendiskusikan hasil temuan tersebut dengan guru kelas dan Kepala Sekolah untuk mendapat solusi. Hasilnya adalah perlu dilaksanakan penelitian tindakan kelas untuk memperbaiki pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan model membaca yang baru. Model tersebut berasal dari hasil analisis konseptual yang didasari oleh kajian literatur yang dianggap tepat sebagai konsep ideal menurut teori untuk mengatasi masalah yang ada di lapangan. Model baru ini dibuat dalam bentuk Model Hipotetik Membaca Total.

Model Hipotetik Membaca Total dalam penelitian ini adalah sebuah bentuk atau pola pembelajaran membaca pemahaman yang di dalamnya berisi tujuan, sumber belajar, kegiatan, dan evaluasi yang dapat dijadikan sebagai alat meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan. Membaca teks melalui model ini dengan cara atau teknik baca layap dan baca tatap. Selanjutnya, untuk memahami isi bacaan (informasi fokus) secara mendalam melalui model ini, membaca teks dengan melibatkan gaya somatis, auditoris, visual, dan intelektual. Kemudian, melalui model ini membaca ulang teks dengan cara baca pilih dan baca lompat untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan informasi fokus.

Model Hipotetik Membaca Total ini akan diaplikasikan dan dikembangkan dalam penciptaan model pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia untuk kelas V SD. Untuk selanjutnya, Model Hipotetik Membaca Total untuk pembelajaran membaca pemahaman dalam penelitian ini dinamakan dengan istilah Model

(12)

informasi fokus terhadap teks bacaan dan memperbaiki proses pembelajaran membaca pemahaman yang dianggap kaku dan membosankan menjadi menyenangkan.

Alasan utama dipilihnya SD Negeri 3 Kalirejo Lampung Tengah menjadi objek atau tempat penelitian karena berdasarkan keluhan dari masyarakat dan para guru yang mengajar di SD tersebut (yang menjadi sahabat peneliti) bahwa kemampuan siswa membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan di SD tersebut masih rendah atau jauh dari yang diharapkan dan siswa pun kurang menyenangi pembelajaran membaca pemahaman karena proses pembelajaran membaca masih kaku dan membosankan.

Berdasarkan fenomena (masalah) pembelajaran membaca pemahaman di SD yang telah dipaparkan di atas, peneliti berkeinginan melakukan penelitian terhadap kemampuan memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia dengan menggunakan model membaca yang baru pada siswa kelas V Sekolah Dasar.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.

(13)

2. Apa sajakah masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman sebelum diberi tindakan dalam penelitian ini?

3. Apa sajakah yang menjadi kebutuhan guru dan siswa sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki cara pembelajaran membaca pemahaman dan untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan?

4. Faktor pendukung apa yang ada di lapangan dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan?

5. Model pembelajaran membaca apa yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan yang sesuai dengan kondisi di lapangan?

6. Seperti apakah prosedur pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia untuk kelas V SD?

7. Hambatan apa saja yang terjadi pada pembelajaran membaca dengan menggunakan Model Membaca Total untuk memahami informasi fokus? 8. Perbaikan apa saja yang harus dilakukan jika ditemukan hambatan dalam

penggunaan Model Membaca Total untuk memahami informasi fokus?

(14)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk

(1) menemukan masalah yang terdapat dalam isi teks bacaan buku ajar bahasa Indonesia dan tingkat keterbacaannya dalam aspek membaca yang digunakan siswa kelas V Sekolah Dasar di Kalirejo Lampung Tengah; (2) menemukan masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran

membaca pemahaman sebelum diberi tindakan;

(3) menemukan kebutuhan guru dan siswa sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki cara pembelajaran membaca pemahaman dan untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan;

(4) menemukan faktor pendukung yang ada di lapangan dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan;

(5) menemukan model pembelajaran membaca yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan yang sesuai dengan kondisi di lapangan;

(6) menemukan prosedur pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan;

(15)

(8) menemukan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan jika ditemukan hambatan dalam penggunaan Model Membaca Total untuk memahami informasi fokus;

(9) menemukan tingkat kemampuan siswa kelas V SD dalam memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia dengan menggunakan Model Membaca Total.

Penelitian ini diharapkan dapat menjawab sebagian masalah yang ada dalam membaca pemahaman, khususnya memperbaiki cara pembelajaran membaca pemahaman dan meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan. Hasil penelitian ini juga akan dapat dipakai sebagai salah satu rujukan ilmiah untuk menyusun kurikulum Bahasa Indonesia untuk kelas V SD terutama pada aspek kompetensi bidang Membaca.

1.4Asumsi Penelitian

Penelitian ini didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut. (1) Reading is the heart of education (Roger Farr, 1984)

(2) Membaca dapat diartikan sebagai suatu kegiatan memahami pola-pola bahasa dalam penampilannya secara tertulis untuk memperoleh informasi darinya (Rusyana, 1984).

(16)

(4) Teks bacaan yang baik adalah teks bacaan yang isinya dapat dipahami oleh pembaca.

(5) Setiap orang memiliki strategi atau cara atau gaya yang berbeda dalam memahami isi bacaan.

(6) Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya menemukan berbagai informasi yang diperlukan yang terdapat dalam teks bacaan.

(7) Kemampuan memahami isi bacaan tergolong ke dalam kemampuan kognitif.

(8) Informasi fokus dapat ditemukan dalam setiap teks bacaan.

(9) Model pembelajaran merupakan suatu bentuk atau pola yang sangat penting diperhatikan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.

(10) Model pembelajaran membaca merupakan sebuah bentuk atau pola pembelajaran yang dijadikan sebagai alat untuk tujuan tertentu dalam pembelajaran membaca.

1.5 Definisi Operasional

(17)

1) Teks bacaan buku ajar bahasa Indonesia untuk kelas V SD, yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah bahan/materi bacaan untuk pembelajaran membaca pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini.

2) Studi pendalaman bahan, yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah kajian terhadap bahan ajar untuk menemukan ada tidaknya masalah yang terdapat di dalam bahan ajar tersebut dan mencari solusi yang tepat jika ditemukan masalah agar bahan bacaan tersebut layak digunakan sebagai bahan ajar dalam penelitian ini.

3) Tingkat keterbacaan teks, yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah keadaan teks bacaan yang digunakan dalam penelitian ini yang berkenaan dengan kemudahan teks tersebut untuk dibaca yang diukur dengan menggunakan tes Klos.

4) Kosakata baca, yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah kata-kata yang terdapat dalam bahan/materi bacaan untuk pembelajaran membaca pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini, berkenaan dengan jenis kata dan frekuensi keterpakaian kosakata baca tersebut dalam teks bacaaan.

5) Kalimat, yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah penggunaan kalimat dalam bahan bacaan untuk pembelajaran membaca pemahaman yang digunakan dalam penelitian ini, baik berkenaan dengan rata-rata jumlah kata dalam satu kalimat maupun susunan kalimatnya (kalimat tunggal dan kalimat majemuk).

(18)

Membaca Total untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan.

7) Kemampuan memahami informasi fokus, yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah kemampuan siswa memahami hal-hal terpenting atau informasi terpenting (fokus) yang terdapat dalam teks bacaan berupa kemampuan menemukan dan memahami ide pokok isi bacaan, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, dan kata-kata kunci atau hal-hal penting dalam bacaan, kemampuan untuk membuat simpulan akhir isi bacaan, dan kemampuan untuk membuat rangkuman isi bacaan dengan cara mengembangkan ide pokok bacaan berdasarkan pengalaman/skemata yang dimiliki dan menggunakan bahasa sendiri.

(19)

menjadi menyenangkan. Kemudian, membaca ulang teks dengan teknik atau cara baca pilih dan baca lompat untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan informasi fokus berupa menentukan ide pokok isi bacaan, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, dan kata-kata kunci atau hal-hal penting dalam bacaan.

9) Membaca teks dengan teknik atau cara baca layap (skimming), yang dimaksud dalam penelitian ini, adalah membaca teks dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagiannya. Isi umum dimaksud mungkin adalah informasi fokus, tetapi mungkin juga hanya sebagai dasar untuk menduga apakah bacaan atau bagian bacaan itu berisi informasi yang telah ditentukan. 10)Membaca teks dengan teknik atau cara baca tatap (scanning), yang dimaksud

dalam penelitian ini, adalah membaca teks dengan cepat dan dengan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan, dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti, sehingga informasi fokus itu ditemukan dengan tepat dan dipahami benar. 11)Membaca ulang teks dengan teknik atau cara baca pilih (selecting), yang

dimaksud dalam penelitian ini, adalah membaca teks untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dangan informasi fokus dengan cara memilih bagian bacaan yang dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang telah ditentukan.

(20)

atau melompati bagian-bagian lain untuk menemukan bagian-bagian bacaan yang relevan.

(21)

93

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan desain penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertipe penelitian tindakan kemitraan atau penelitian kolaboratif. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki cara pembelajaran membaca pemahaman dan meningkatkan kemampuan memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia untuk siswa kelas V SD melalui Model Membaca Total di SD Negeri 3 Kalirejo Lampung Tengah. Dalam hal ini, peneliti dan paraktisi (guru kelas V SD terteliti) akan berkolaborasi melakukan tindak pembelajaran membaca untuk meningkatkan kemampuan memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia untuk kelas V SD melalui Model Membaca Total. Walaupun jenis penelitian PTK ini hasilnya tidak dapat digeneralisasikan, tetapi dalam pengambilan simpulan akhir hasil penelitian ini, model yang baru ini akan tetap dapat digunakan di sekolah-sekolah yang lain apabila sekolah-sekolah yang bersangkutan memiliki permasalahan dan karakteristik yang sama atau minimal mirip dengan sekolah terteliti.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (classroom action

research) yang bertipe penelitian tindakan kemitraan atau penelitian kolaboratif.

(22)

menjembatani antara teori dan praktik. Kedua, penelitian tindakan kelas dapat mengkaji permasalahan secara praktis, bersifat situasional dan kontekstual, serta bertujuan menentukan tindakan yang tepat dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi (baca Elliot, 1991:70-71 dan Natawidjaja, 1997:3).

Penelitian ini melibatkan guru kelas V dan kepala sekolah SD terteliti sebagai praktisi dalam perencanaan maupun pelaksanaan tindakan kelas dalam pembelajaran membaca pemahaman untuk meningkatkan kemampuan memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia, serta merefleksi tindakan kelas yang dilakukan.

(23)

3.2Prosedur dan Teknik Pengolahan Data Penelitian

Dipandu oleh asumsi dan rumusan masalah penelitian, maka dilaksanakan tahap-tahap penelitian sebagai berikut.

(1) Peneliti mengkaji bahan atau teks bacaan buku ajar bahasa Indonesia untuk kelas 5 SD dan tingkat keterbacaannya yang digunakan sebagai bahan ajar dan bahan tes dalam penelitian ini.

(2) Peneliti melaksanakan prapenelitian dalam proses pembelajaran membaca pemahaman di sekolah terteliti dan menganalis hasilnya.

(3) Peneliti mendiskusikan hasil prapenelitian dengan Kepala Sekolah dan guru mitra dan merencanakan perbaikan proses pembelajaran membaca pemahaman untuk pembelajaran selanjutnya.

(4) Peneliti dan praktisi (guru) merencanakan dan menyusun model membaca yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan yang sesuai dengan kondisi di lapangan.

(5) Peneliti dan praktisi (guru) merencanakan dan menyusun prosedur pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus dengan menggunakan Model Hipotetik Membaca Total.

(6) Peneliti menatar guru mitra tentang pengetahuan memahami informasi fokus dan penggunaan Model Hipotetik Membaca Total untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan.

(24)

membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia.

(8) Peserta terteliti (siswa) melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia untuk kelas 5 SD dengan menggunakan Model Hipotetik Membaca Total pada siklus pertama. Masalah yang belum terselesaikan pada siklus pertama dilanjut pada siklus kedua dan seterusnya, hingga masalah yang dihadapi dapat teratasi secara tuntas.

(9) Peneliti dan praktisi (guru kelas) memberikan tes kemampuan memahami informasi fokus pada setiap akhir siklus tindakan (siklus satu, dan seterusnya) kepada terteliti (siswa).

(10) Peneliti menganalisis hasil proses pembelajaran membaca pemahaman (memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar) pada siklus pertama. Begitu juga dengan siklus selanjutnya. Berdasarkan data yang akan dianalisis, penelitian ini menggunakan teknik analisis data yang bercorak deskripsi terfokus (focused description). Metode deskripsi terfokus yang digunakan dalam penelitian ini ialah untuk mendapatkan ‘an in-deepth

look’, gambaran yang terinci dan mendalam dari individu, situasi, atau

(25)

Miles dan Huberman (1992) yang diawali dari reduksi data, penyajian data, verifikasi, dan penyimpulan data.

(11) Peneliti melakukan analisis data sejak penelitian tindakan dilakukan melalui refleksi tindakan kelas dalam pembelajaran pada setiap siklus, yaitu siklus satu, dua, dan seterusnya.

(12) Peneliti menguji keabsahan data dengan cara membuat instrumen tes kemampuan memahami informasi fokus terhadap teks bacaan dengan tepat, ketekunan observasi, dan diskusi dengan teman sejawat.

(13) Setelah data masing-masing siklus (siklus pertama, dan seterusnya) terkumpul dan dianalisis, peneliti membandingkan hasil kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan dari setiap siklus tersebut. Untuk mengetahui perbedaan gain (peningkatan) hasil kemampuan memhami informasi fokus antara prates dan tes siklus I serta antara siklus I dan siklus II, dan seterusnya, peneliti menggunakan rumus:

(26)

Selanjutnya, untuk melihat signifikansi gain dari hasil yang diperoleh setiap siklus, dalam teknik analisis data penelitian ini, peneliti menggunakan uji One Way Anova (Anova satu jalur) dengan memanfaatkan SPSS 13.0.

(14) Peneliti menentukan tolok ukur atau kriteria penilaian kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan sebagai berikut.

Tabel 3.1

Tolok Ukur Kemampuan Membaca Pemahaman

Interval Tingkat Penguasaan Keterangan

85 – 100 75 – 84 60 – 74 40 – 59 0 – 39

Baik Sekali Baik Cukup Kurang

Gagal

Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Sumber: modifikasi dari Nurgiyantoro (1995:393)

(14) Peneliti mendeskripsikan hasil penelitian, dan (15) Peneliti membuat simpulan hasil penelitian.

3.3Desain Penelitian

(27)

... Gambar 3.1 Desain Penelitian yang Digunakan

Berdasarkan desain penelitian tindakan kelas (PTK) di atas, yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Masalah

Analisis Kebutuhan

Analisis Konseptual

Diskusi Antara Peneliti dan Guru

Model Hipotetik Membaca Total

Perencanaan Langkah Tindakan Kelas 1, 2, 3

Implementasi Langkah Tindakan Kelas

Monitoring

(28)

1. Peneliti menemukan dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam proses pembelajaran membaca pemahaman.

2. Peneliti mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan guru dan siswa yang bekenaan dengan masalah (a) kemampuan membaca siswa, (b) guru di lapangan, (c) faktor pendukung yang ada di lapangan dalam kegiatan pembelajaran membaca pemahaman, dan (d) model pembelajaran membaca di lapangan, yang bertujuan memperbaiki cara pembelajaran membaca pemahaman yang selama ini dianggap kaku dan membosankan dan meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan.

3. Peneliti melakukan analisis konseptual yang bertujuan untuk mencari penyelesaian masalah yang tepat dalam pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus. Dalam hal ini, peneliti mengkaji literatur yang dianggap tepat sebagai konsep ideal menurut teori untuk mengatasi masalah yang ada di lapangan.

4. Peneliti mendiskusikan hasil temuan masalah dan analisis kebutuhan serta analisis konseptual bersama guru Bahasa Indonesia (Kepala Sekolah juga dilibatkan) dalam upaya menghasilkan model hipotetik.

(29)

6. Peneliti, dibantu juga oleh guru Bahasa Indonesia, membuat perencanaan langkah tindakan kelas melalui model membaca yang baru (Model Hipotetik Membaca Total) dalam proses pembelajaran membaca pemahaman.

7. Peneliti berkolaborasi dengan guru mengimplementasikan langkah tindakan kelas melalui model membaca yang telah direncanakan.

8. Peneliti melakukan pengawasan atau kontrol atau monitoring terhadap pelaksanaan tindakan kelas melalui model membaca yang baru (Model Hipotetik Membaca Total).

9. Peneliti bersama praktisi (guru) melakukan refleksi untuk meninjau kembali model membaca yang digunakan dalam tindakan kelas yang telah dilakukan. Dalam hal ini, peneliti mendiskusikan kelebihan dan kekurangan model membaca yang digunakan dalam tindakan kelas yang dilakukan.

(30)

3.4 Data Penelitian

Data penelitian ini berupa hasil tes kemampuan memahami informasi fokus) terhadap teks bacaan, hasil pengamatan (obersvasi), hasil wawancara, hasil angket, dan kumpulan catatan setiap siklus. Sumber data penelitian ini adalah peristiwa pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia untuk kelas V SD dengan menggunakan Model Membaca Total di kelas V SD terteliti. Dari peristiwa pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan tersebut dikumpulkan data proses dan hasil tindakan pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia untuk kelas V SD dengan menggunakan Model Membaca Total yang berlangsung selama beberapa siklus tindakan. Dalam hal ini, yang menjadi data utama atau data primer dalam penelitian ini adalah hasil tes kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan melalui Model Membaca Total.

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas V SD terteliti tahun pelajaran 2005/2006 yang berjumlah satu kelas (35 siswa) yang diambil secara random sampling (sampel acak) dari dua kelas V SD yang ada di sekolah terteliti dengan anggapan bahwa kedua kelas tersebut memiliki kehomogenitasan yang sama.

(31)

berbasis kompetensi. Dari buku tersebut diambil sampel berupa bahan bacaan yang membahas tentang kompetensi dasar atau pokok bahasan membaca yang ditandai oleh identitas kata Membaca Teks Bacaan. Pertimbangannya didasarkan atas kemudahan dalam pengukuran. Oleh sebab itu, teknik pengambilan sampel bahan bacaan yang digunakan adalah purposive sample, yaitu sampel yang diambil berdasarkan tujuan.

Berdasarkan teknik penyampelan bahan bacaan tersebut, dalam penelitian ini diambil bahan bacaan yang berbentuk wacana deskriptif-naratif seperti berikut ini.

a. Palajaran 1 adalah tentang Hiburan Sungguh Mangasyikkan dengan subjudul Membaca Teks Bacaan “Tong Kosong Nyaring Bunyinya” pada halaman 5-6; b. Pelajaran 2 adalah tentang Mari Membangun Desa dengan subjudul Membaca

Teks Bacaan “Penduduk Indonesia” pada halaman 23-24;

c. Pelajaran 3 adalah tentang Utamakan Keamanan dan Keselamatan dengan subjudul Membaca Teks Bacaan “Kepedulian Sosial” pada halaman 39-40; d. Pelajaran 6 adalah tentang Mengolah Tanah Harapan dengan subjudul

Membaca Teks Bacaan “Persiapan Wawancara” pada halaman 93-94;

e. Pelajaran 7 adalah tentang Selamatkan Lingkungan Sekitarmu dengan subjudul Membaca Teks Bacaan “Tinggal di Perumnas” pada halaman 111-112; dan

(32)

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan tes membaca pemahaman (memahami informasi fokus) dalam teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia untuk kelas V SD. Instrumen tes diambil dari instrumen tes yang tersedia dalam buku bacaan tersebut ditambah dengan instrumen yang dibuat oleh peneliti dan praktisi. Tes pemahaman isi bacaan ini adalah tes pemahaman tentang informasi fokus yang meliputi: (a) menemukan ide pokok isi bacaan/wacana, (b) menemukan ide pokok (pikiran pokok) paragraf, (c) menemukan ide pendukung (pikiran pendukung) paragraf, (d) menemukan ide pokok kalimat, (e), menemukan kata-kata kunci atau hal-hal penting dalam teks bacaan (f) membuat simpulan akhir isi bacaan, dan (g) membuat rangkuman isi bacaan sesuai dengan ide pokok bacaan dengan menggunakan bahasa sendiri.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa (1) tes, (2) obervasi, (3) wawancara, (4) angket, (5) pengumpulan catatan setiap siklus, dan (6) dokumentasi. Teknik utama untuk mendapatkan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan observasi, sedangkan teknik yang lainnya merupakan teknik pendukung untuk mendapatkan data lain yang relevan.

Teknik tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengungkapkan data

(33)

menemukan ide pendukung (pikiran pendukung) paragraf, (d) menemukan ide pokok kalimat, (e) menemukan kata-kata kunci atau hal-hal penting dalam teks bacaan, (f) membuat simpulan akhir isi bacaan, dan (g) membuat rangkuman isi bacaan dengan cara mengembangkan ide pokok bacaan berdasarkan skemata yang dimiliki dan menggunakan bahasa sendiri. Dengan demikian, permasalahan yang akan dites di atas sekaligus merupakan instrumen penelitian yang akan dikembangkan. Dalam hal ini, tes yang akan digunakan adalah tes objektif dan esai atau uraian terbatas. Namun, mengingat penelitian ini bersifat kualitatif, instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri.

Teknik observasi digunakan untuk mengungkapkan data tentang situasi,

kegiatan, dan perilaku membaca di kelas. Melalui teknik ini diharapkan data dapat diperoleh apa adanya. Teknik ini digunakan pada saat berlangsungnya pembelajaran membaca di kelas. Adapun teknik observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan.

Teknik wawancara digunakan untuk mengungkap data tentang

(34)

jawaban-jawaban yang diberikan informan tergantung kenyataan atau aktivitas yang mereka alami selama ini dalam pembelajaran membaca di kelas.

Teknik angket (kuesioner) dalam penelitian ini digunakan untuk

mengungkapkan data tentang kegiatan membaca dan strategi membaca pemahaman yang dilakukan siswa sebelum diadakan penelitian yang diperkirakan mempengaruhi kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan (informasi fokus). Penyusunan angket ini berpedoman pada indikator-indikator yang diukur, baik kegiatan membaca maupun penggunaan strategi atau siasat siswa dalam membaca pemahaman. Indikator-indikator tersebut dikembangkan menjadi pernyataan-pernyataan dengan menggunakan skala Likert yang memiliki lima butir skala, yakni sangat setuju (SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Untuk penentuan skornya, bagi yang berskala yang berarah positif, skornya adalah 5, 4, 3, 2,dan 1, sedangkan yang berarah negatif, skornya adalah 1, 2, 3, 4, dan 5.

Teknik pengumpulan catatan setiap siklus dalam penelitian ini digunakan

untuk mengetahui perkembangan dan kenyataan yang sebenarnya tentang kegiatan pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus melalui Model Membaca Total selama setiap siklus tindakan berlangsung. Teknik ini diharapkan dapat membantu peneliti untuk mendeskripsikan data penelitian berdasarkan apa adanya atau data yang terjadi di lapangan.

Teknik dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk menyimpan

(35)

bacaan buku pelajaran Bahasa Indonesia untuk sekolah dasar kelas 5. Mengingat data instrumen dalam bahan bacaan sudah tersedia, peneliti tidak lagi membuat instrumen untuk teknik yang digunakan ini.

3.7 Paradigma Penelitian

Membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kognitif yang berupaya menemukan berbagai informasi yang diperlukan yang terdapat dalam teks bacaan. Untuk menemukan informasi tersebut pembaca harus memiliki kemampuan dalam membaca terutama kemampuan memahami informasi fokus yang terdapat dalam teks yang dibaca. Oleh sebab itu, kemampuan membaca merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang pengembangannya memerlukan suatu proses yang tepat. Dengan demikian, seorang pembaca memerlukan model pembelajaran membaca yang tepat agar pembaca memiliki kemampuan yang baik dalam memahami isi bacaan terutuma memahami informasi fokus yang tersebar dalam teks bacaan.

(36)

keterbacaan bahan bacaan perlu dipertimbangkan atau diperhatikan oleh guru dalam proses pembelajaran membaca.

Berdasarkan uraian di atas, agar dalam proses membaca terdapat kesesuaian antara pembaca dan teks yang dibacanya, kita perlu melakukan penelitian terhadap keadaan pembaca dan teks yang dibacanya. Untuk membuktikan kesesuaian tersebut dapat diintervensi melalui proses pembelajaran membaca. Untuk mengintervensinya perlu diciptakan dan dikembangkan model pembelajaran membaca yang dapat memperbaiki proses pembelajaran membaca dan meningkatkan kemampuan pembaca memahami isi bacaan (memahami informasi fokus terhadap teks bacaan). Model baru yang dimaksud adalah Model

Membaca Total. Model ini diciptakan dan dikembangkan untuk meningkatkan

kemampuan siswa memahami informasi fokus yang tersebar dalam teks bacaan dan memperbaiki proses pembelajaran membaca yang kaku dan membosankan menjadi menyenangkan. Dengan menggunakan model yang diciptakan ini diharapkan dapat membantu mengatasi kesulitan siswa memahami makna-makna atau hal-hal terpenting yang tersebar dalam teks bacaan secara total, terutama dalam memahami informasi fokus yang diperlukan.

(37)

kemampuan membuat rangkuman isi bacaan dengan cara mengembangkan ide pokok bacaan dan menghubungkannya dengan skemata atau pengalaman yang dimiliki dengan menggunakan bahasa sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, paradigma penelitian ini dapat digambarkan seperti gambar 3.2 di bawah ini.

Gambar 3.2 Paradigma Penelitian

• Kemampuan Menemukan Ide Pokok Paragraf

(38)

3.8 Studi Pendalaman Bahan Ajar (Teks Bacaan)

Sebelum teks bacaan digunakan sebagai bahan ajar kita perlu mengkaji teks bacaan tersebut secara mendalam (melakukan studi pendalaman bahan ajar). Tujuan studi pendalaman bahan ajar tersebut adalah agar dapat diketahui ada tidaknya masalah atau fenomena yang terdapat dalam bahan ajar tersebut. Dengan demikian, kita perlu mengetahui kelebihan dan kelemahan bahan ajar tersebut dan apakah bahan tersebut layak atau tidak digunakan sebagai bahan ajar. Jika bahan ajar tersebut ditemukan masalah, solusi apa yang dapat dilakukan.

Kajian bahan ajar dalam penelitian ini difokus pada kajian keterbacaan bahan ajar yang meliputi tiga hal berdasarkan konsep Gilliland (1976:86), yaitu (a) kemudahan, (b) kemenarikan, dan (c) keterpahaman.

Kemudahan membaca teks yang terkait dengan keterbacaan dapat diukur melalui tingkat kesalahan membaca yang berhubungan dengan keterampilan membaca dan kejelasan tulisan. Kemenarikan di sini berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide pada bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan. Selanjutnya, keterpahaman yang dimaksud adalah tingkat keterbacaan yang berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti panjang-pendeknya dan frekuensi penggunaan kata atau kalimat, bangun kalimat, dan susunan paragraf. Dengan alasan teoretis, teksnis, dan praktis, keterpahaman sering digunakan sebagai dasar studi keterbacaan.

(39)

untuk memahami informasi fokus melalui model yang baru. Pertimbangan atas penggunaan bahan ajar didasari atas masalah atau fenomena yang ditemukan dalam kajian bahan ajar tersebut dan solusi yang dapat dilakukan. Oleh sebab itu, bahan ajar tersebut terlebih dahulu diukur tingkat keterbacaaannya.

Pengukuran tingkat keterbacaan bahan (teks) dalam penelitian ini menggunakan tes Klos (Cloze test). Peneliti menggunakan tes Klos karena dengan menggunakan tes Klos, selain kita dapat mengetahui tingkat keterbacaan teksnya, kita juga dapat mengetahui tingkat kemampuan pembaca dalam memahami isi teks bacaan tersebut.

Tes Klos biasa disebut tes integratif. Hal ini sesuai dengan pendapat Oller yang dikutip oleh Brown (1980:217-218) yang mengatakan bahwa kompetensi bahasa adalah global yang membutuhkan integrasi bagi pemakaian pragmatiknya dalam dunia nyata. Ini berarti tes tersebut melibatkan lebih dari satu keterampilan berbahasa. Adapun salah satu manfaat tes klos adalah untuk mengukur tingkat kesulitan teks (Oller, 1979:357).

Cara penyusunan tes klos ini adalah tiap kata ke-n dalam sebuah wacana atau teks dihapus dan harus ditemukan sendiri oleh para peserta tes (Mc Niel, Donant, dan Alkin, 1980:340). Dalam hal ini, menurut Oller (1979:357) agar jumlah kata yang dihapus kurang lebih 50 kata. Dengan demikian, bila n = 5, jumlah kata dalam teks itu akan terdiri atas kurang lebih 250 kata.

(40)

kata ke-7 (n = 7). Pertimbangannya didasarkan atas penyusunan tes klos yang umum digunakan khususnya untuk siswa kelas V SD. Djiwandono (1996:80) juga mengatakan bahwa jarak penghilangan atau pelesapan kata yang lazim dipakai berkisar antara n = 7 dan n = 10.

Selanjutnya, di bagian lain Oller (1979:367-368) menjelaskan untuk teknik penyekoran dengan menggunakan tes klos ada dua macam, yaitu teknik tepat kata dan tepat konteks. Teknik tepat kata adalah jawaban yang dianggap benar hanya jawaban yang sama dengan teks aslinya, sedangkan teknik tepat konteks adalah jawaban yang dianggap benar bervariasi dengan syarat sesuai dengan konteksnya atau tidak memiliki makna yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam teknik tepat konteks pengisian kata dengan sinonim dari kata yang dihilangkan diperbolehkan asal saja tidak mengubah makna. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik tepat kata. Hal ini berarti bahwa apabila peserta tes tidak bisa mengisi (menjawab) sama dengan kata yang terdapat dalam teks aslinya, peserta akan mendapat skor nol. Peneliti menggunakan teknik tepat kata dalam tes Klos ini karena peneliti ingin mengetahui tingkat keterbacaan teks bacaan yang sebenarnya sebagai bahan pertimbangan untuk bahan ajar.

3.9Rencana Konsep Model Hipotetik Membaca Total dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

(41)

Gambar 3.3 Model Hipotetik Membaca Total dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Memahami Informasi Fokus

Berdasarkan gambar 3.3 di atas, prosedur atau langkah-langkah pokok Model Hipotetik Membaca Total yang akan ditempuh untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan adalah sebagai berikut.

PENDAHULUAN

• Menjelaskan Konsep

• Membaca Teks

Baca Layap Baca Tatap

• Ide pokok isi bacaan

• Ide pokok paragraf

• Ide pendukung paragraf

• Ide pokok kalimat

• Kata-kata kunci atau hal-hal penting dalam bacaan

PENDALAMAN

Gaya Somatis, Auditoris, Visual,

dan Intelektual

Menjawab pertanyaan

• Baca Pilih

• Baca Lompat

• Membuat simpulan akhir isi bacaan

(42)

1. Guru membuka pembelajaran, melakukan apersepsi (menjelaskan konsep Model Hipotetik Membaca Total secara singkat berupa tujuan membaca pemahaman, pengertian informasi fokus, perbedaan antara kalimat topik dan kalimat pendukung, ide pokok dan ide pendukung paragraf, cara menentukan dan memahami informasi fokus), kemudian, meminta siswa untuk membaca teks yang telah disediakan.

2. Siswa diminta untuk membaca teks selama 2–3 menit dengan cara baca layap dan baca tatap. Membaca teks dengan cara baca layap (skimming), yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagiannya. Isi umum dimaksud mungkin adalah informasi fokus, tetapi mungkin juga hanya sebagai dasar untuk menduga apakah bacaan atau bagian bacaan itu berisi informasi yang telah ditentukan. Membaca teks dengan cara baca tatap (scanning) yaitu membaca dengan cepat dan dengan memusatkan perhatian untuk menemukan bagian bacaan yang berisi informasi fokus yang telah ditentukan, dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu ditemukan dengan tepat dan dipahami benar. Dalam hal ini, Siswa diminta untuk membaca teks dengan cara baca layap dan baca tatap secara berkesinambungan untuk menemukan dan memahami informasi fokus berupa ide pokok isi bacaan/wacana, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, kata-kata kunci atau hal-hal penting yang tedapat dalam teks bacaan.

(43)

intelektual dengan cara (a) siswa diminta untuk membaca dengan gaya somatis, yaitu membaca sambil menggerakkan anggota tubuh, misalnya, dengan cara menggerakkan kaki kiri bersamaan dengan tangan kanan atau tangan kiri bersamaan dengan kaki kanan secara berselang-seling, mengangguk-anggukkan kepala, dan menggarisbawahi kata-kata atau kalimat-kalimat yang penting (siswa diperbolehkan memilih salah satu atau beberapa cara membaca dengan gaya somatis sesuai dengan keinginannya); (b) siswa diminta untuk membaca dengan gaya auditoris, yaitu membaca dengan keras atau dengan bersuara apabila menemukan kata-kata dan kalimat-kalimat panjang yang sulit sekali dicerna; (c) siswa diminta untuk membaca dengan gaya visual, yaitu membaca dengan membayangkan, dalam hal ini, berhentilah sejenak untuk membayangkan begitu kita selesai membaca sebuah kalimat yang memberikan makna kepada kita, dan menghubungkannya dengan pengalaman atau skemata yang dimiliki; dan (4) siswa diminta untuk membaca dengan gaya intelektual, yaitu membaca dengan cara melakukan proses mengikat makna. Dalam hal ini, siswa diminta untuk menghubungkan kembali hasil pemahamannya terhadap isi bacaan dengan pengalaman atau skemata yang dimilikinya.

(44)

ulang teks bacaan dengan cara baca pilih (selecting), yaitu membaca dengan cara memilih bagian bacaan yang dianggap relevan, atau berisi informasi fokus yang telah ditentukan dan membaca dengan cara baca lompat (skipping), yaitu membaca dengan cara melampaui atau melompati bagian-bagian lain untuk menemukan bagian-bagian-bagian-bagian bacaan yang relevan.

5. Siswa diminta untuk membuat simpulan akhir bacaan dengan cara memberikan komentar atau tanggapan terhadap isi bacaan berupa kalimat pernyataan, saran, ajakan, atau himbauan yang sesuai dengan ide pokok bacaan.

6. Siswa diminta untuk membuat rangkuman isi bacaan dengan cara mengembangkan ide pokok bacaan dan menghubungkannya dengan pengalaman atau skemata yang dimiliki dengan menggunakan bahasa sendiri.

3.10

RencanaPembelajaran Membaca Melalui Model Hipotetik Membaca Total untuk Memahami Informasi Fokus terhadap Teks Bacaan

(45)

melibatkan gaya somatis, auditoris, visual, dan intelektual. Selanjutnya, kegiatan membaca ulang teks bacaan dengan cara baca pilih dan baca lompat untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan informasi fokus.

Model Hipotetik Membaca Total merupakan model pembelajaran membaca yang dapat membuat diri pembaca secara total mampu memahami makna-makna yang tersebar dalam teks bacaan, sehingga dapat mengingkatkan kemampuan pembaca memahami informasi fokus terhadap teks bacaan dan dapat memperbaiki proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan.

Pembelajaran membaca dengan menggunakan model baru ini direncanakan untuk beberapa siklus tindakan kelas, hingga masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara tuntas dan memenuhi kriteria hasil penelitian yang diinginkan, yaitu jika kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan melalui model membaca yang baru tergolong sangat tinggi atau

sangat baik, pelaksanaan siklus tindakan kelas akan dihentikan atau selesai.

(46)

I. Standar Kompetensi bidang membaca

Siswa mampu membaca dan memahami informasi fokus terhadap teks bacaan dengan berbagai teknik dan gaya membaca melalui membaca cepat, intensif dan ekstensif, sekilas , dan memindai.

II. Kompetensi Dasar

Membaca cepat teks melalui Model Hipotetik Membaca Total III. Hasil Belajar

Membaca cepat teks melalui Model Hipotetik Membaca Total dan memahami isinya serta dapat memahami informasi fokus terhadap teks tersebut.

IV. Indikator

• Membaca teks dengan cepat melalui Model Hipotetik Membaca Total.

• Mencatat hal-hal penting dalam bacaan.

• Menemukan dan menentukan ide pokok wacana (bacaan), ide pokok paragraf, dan ide pendukung paragaraf.

• Membuat simpulan dari isi bacaan.

• Membuat rangkuman isi bacaan dengan kata-kata sendiri. V. Materi Pokok

Teks bacaan deskriptif yang berjudul: a. Tong Kosong Nyaring Bunyinya b. Penduduk Indonesia

(47)

f. Si Jago Merah Mengamuk

Keterangan: Pertimbangan dipilihnya teks-teks bacaan tersebut sebagai materi pokok didasarkan atas kemudahan dalam pengukuran dan berdasarkan tujuan. Teks-teks bacaan tersebut sebelum digunakan sebagai bahan ajar terlebih dahulu dikaji isinya (studi pendalaman bahan) untuk menemukan masalah yang terdapat dalam teks tersebut dan menentukan solusi yang tepat agar teks tersebut layak digunakan dan teks tersebut juga dites tingkat keterbacaannya dengan menggunakan tes Klos. Selanjuntya, Pemakaian teks bacaan tersebut dapat digunakan secara acak dan disesuaikan dengan kebutuhan (tergantung jumlah siklus tindakan kelas) dan materi pendukung diambil dari buku SaSeBi (Saya Senang Berbahasa Indonesia) untuk Sekolah Dasar kelas V, penerbit Erlangga kerana buku ini juga selalu digunakan oleh guru mitra sebagai buku pendukung di sekolah terteliti.

VI. Langkah-langkah Pembelajaran

Langkah-langkah pembelajaran membaca melalui Model Hipotetik Membaca Total untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan adalah sebagai berikut.

1. Guru membuka pembelajaran.

(48)

Model Hipotetik Membaca Total untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan. Siswa dijelaskan secara singkat tujuan membaca pemahaman, pengertian informasi fokus, perbedaan antara kalimat topik dan kalimat pendukung, ide pokok dan ide pendukung paragraf, cara menentukan dan memahami informasi fokus.

3. Siswa diminta untuk membaca teks dengan cara baca layap dan baca tatap untuk menentukan dan memahami informasi fokus berupa ide pokok isi bacaan, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, dan kata-kata kunci atau hal-hal penting dalam bacaan. Dalam hal ini, siswa menggunakan cara di atas secara berkesinambungan.

4. Siswa diminta untuk memahami isi bacaan (informasi fokus) secara mendalam dengan melibatkan atau menggunakan gaya somatis, auditoris, visual, dan intelektual.

5. Siswa diminta untuk membaca ulang teks bacaan melalui baca pilih dan baca lompat untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan informasi fokus berupa ide pokok isi bacaan, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, dan kata-kata kunci atau hal-hal penting dalam bacaan.

(49)

7. Siswa diminta untuk membuat rangkuman isi bacaan dengan cara mengembangkan ide pokok bacaan dan menghubungkannya dengan pengalaman atau skemata yang dimiliki dengan menggunakan bahasa sendiri. 8. Guru mengevaluasikan kemampuan siswa memahami informasi fokus

terhadap teks bacaan melalui Model Hipotetik Membaca Total. VII. Sarana dan Sumber Belajar

Teks Bacaan yang berbentuk deskriptif, yang berjudul: a. Tong Kosong Nyaring Bunyinya

b. Penduduk Indonesia c. Kepedulian Sosial d. Persiapan Wawancara e. Tinggal di Perumnas f. Si Jago Merah Mengamuk VIII. Evaluasi

a. Bentuk Soal:

(1) Esai (Menjawab pertanyaan, termasuk di dalamnya membuat simpulan akhir isi bacaan)

(2) Menulis/mengarang (membuat rangkuman isi bacaan) b. Waktu Evaluasi:

(1) Prates (diberikan sebelum melaksanakan siklus tindakan kelas melalui model membaca yang baru)

(50)
(51)

332

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Penelitian ini berjudul “Kemampuan Memahami Informasi Fokus terhadap Teks Bacaan Buku Ajar Bahasa Indonesia (Studi Pendalaman Bahan dan Pemberlakuan Model Membaca Total di Kelas V Sekolah Dasar di Kalirejo Lampung Tengah). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang berdesain penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitan ini bertujuan untuk memperbaiki cara pembelajaran membaca pemahaman yang selama ini dianggap kaku dan kurang berhasil membuat siswa senang dalam pembelajaran membaca dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan dalam pembelajaran membaca pemahaman.

Penelitian ini hanya terdiri atas tiga siklus tindakan karena pada siklus III hasil kemampuan siswa memahami informasi fokus terhadap teks bacaan melalui Model Membaca Total telah memiliki peningkatan yang sangat berarti. Dengan demikian, penelitian ini diakhiri pada siklus III. Adapun pendeskripsian pembahasan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut.

5.1 Bahan Ajar (Teks Bacaan)

(52)

digunakan dalam pembelajaran membaca. Untuk mendapatkan hasil kajian atau studi pendalaman bahan yang benar-benar meyakinkan, sebaiknya dalam kajian atau studi pendalaman bahan tersebut difokuskan pada kajian bahan ajar yang meliputi tiga hal berdasarkan konsep Gilliland (1976:86), yaitu (a) kemudahan, (b) kemenarikan, dan (c) keterpahaman. Dalam hal ini, agar bahan ajar tersebut dapat diketahui tingkat keterbacaannya, teks bacaan buku ajar yang digunakan dalam penelitian ini dites dengan menggunakan tes Klos.

Keterbacaan teks bacaan adalah salah satu syarat yang perlu diperhatikan dalam pemilihan dan penyajian bahan ajar dalam pembelajaran membaca pemahaman. Tingkat keterbacaan sebuah teks dapat mempengaruhi kemampuan pembaca memahami isi bacaan, khususnya memahami informasi fokus. Oleh sebab itu, dalam pemilihan dan penyajian bahan ajar hendaknya perlu memperhatikan berbagai aspek yang mendasar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

Teks bacaan yang baik untuk siswa SD harus memiliki kemudahan membacanya, sehingga siswa dapat membaca teks tersebut dengan cepat. Dalam hal ini, ketika mata siswa melihat teks tersebut, dia merasa ingin untuk membacanya. Kemudahan membaca teks yang terkait dengan keterbacaan dapat diukur melalui tingkat kesalahan membaca yang berhubungan dengan keterampilan membaca dan kejelasan tulisan.

(53)

dengan lancar tulisan yang terdapat dalam teks bacaan tersebut, kecuali siswa yang memiliki gangguan pada mata.

Kemudahan teks bacaan yang terkait dengan keterbacaan teks dapat pula diukur melalui tes keterbacaan. Untuk mengetahui kemudahan teks, kita perlu melakukan tes tingkat keterbacaannya dengan menggunakan tes Klos. Tes ini juga bertujuan untuk mengetahui layak atau tidaknya teks bacaan digunakan sebagai bahan ajar. Berdasarkan hasil tes tingkat keterbacaan keenam teks bacaan buku ajar Bahasa Indonesia yang dilakukan oleh siswa kelas V SDN 3 Kalirejo Lampung Tengah didapat nilai rata-rata sebesar 41,77%. Dengan demikian, berdasarkan kriteria penilaian bahwa tingkat keterbacaan teks bacaan buku ajar tersebut masuk pada kategori sedang. Tingkat keterbacaan teks yang berkategori

sedang disebut juga dengan tingkat instruksional. Oleh sebab itu, tingkat

keterbacaan teks yang tergolong sedang ini dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam pembelajaran.

Pada dasarnya, masalah utama dalam keterbacaan teks bacaan buku ajar adalah masalah kosakata dan kalimat yang digunakan dalam teks tersebut. Dalam hal ini, pengarang buku ajar itu haruslah dapat mengukur atau memprediksikan sejauh mana tingkat penguasaan kosakata dan kalimat yang dimiliki oleh siswa yang akan menggunakan buku ajar tersebut. Oleh sebab itu, dalam menyusun buku ajar, pengarang harus memperhatikan karakteristik siswa, bakat, minat, dan bahan yang sesuai dengan usia dan kemampuan siswa.

(54)

yang isinya secara umum menggambarkan pengalaman yang pernah dimiliki oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari dan sesuai dengan karakteristiknya.

Solusi yang terbaik untuk mengetahui apakah sebuah teks bacaan dapat dijadi sebagai bahan ajar, tidaklah terlepas dari peran guru. Oleh sebab itu, guru harus kreatif untuk melihat kosakata baca dan kalimat yang terdapat dalam teks bacaan tersebut apakah sudah sesuai dengan karakteristik, pengalaman, dan kebutuhan siswa. Salah satu cara untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan tes tingkat keterbacaan teks tersebut, misalnya dengan tes Klos.

Kemenarikan bahan ajar juga merupakan salah unsur yang perlu diperhatikan dalam studi pendalaman bahan. Kemenarikan bahan ajar di sini berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide pada bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan.

Gaya penulisan teks bacaan juga perlu diperhatikan dalam mengkaji teks sebagai bahan ajar. Gaya penulisan teks harus dapat memotivasi siswa untuk berpikir secara aktif, kreatif dan imajinatif. Gaya penulisannya juga haruslah sederhana sesuai dengan kebutuhan siswa agar mudah dipahami dan disenangi siswa. Penulisan teks untuk tingkat SD sebaiknya dimulai dari penggambaran situasi atau suasana setempat, baru kemudian masuk ke dalam permasalahan yang sesuai dengan ide pokok bacaan.

(55)

Penulisan teks bacaan dikemas dalam bentuk cerita (deskripsi narasi) yang memiliki kepadatan isi dan kepadatan ide.

Untuk memahami isi bacaan yang berbentuk deskripsi narasi tidaklah semudah seperti yang kita pikirkan. Masalahnya adalah untuk memahami isi bacaan tersebut siswa harus dapat menentukan dan memahami ide pokok pengarangnya dan menghubungkannya dengan skemata atau pengalaman yang dimiliki siswa itu sendiri. Jadi, apabila siswa diminta untuk membuat rangkuman atau menceritakan kembali isi bacaan, siswa harus mampu membuat rangkuman atau menceritakan isi bacaan tersebut dengan bahasanya sendiri, bukan memindahkan tulisan seperti pada teks aslinya atau menghafal isi bacaan.

Berdasarkan masalah di atas, solusi yang dapat dilakukan adalah siswa harus dilatih menentukan dan memahami informasi fokus yang tersebar dalam teks bacaan tersebut. Siswa juga harus dilatih untuk membuat simpulan akhir isi bacaan dengan cara memberikan tanggapan, pernyataan, himbauan atau saran dalam bentuk kalimat berdasarkan ide pokok bacaan. Selain itu, siswa harus dilatih membuat rangkuman isi bacaan berdasarkan ide pokok bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Dari hasil rangkuman isi bacaan yang dibuat siswa tersebut dapat diketahui apakah siswa sudah menguasai isi bacaan tersebut dengan baik. Dengan cara demikian, siswa akan mampu memahami isi bacaan dengan baik.

(56)

yang berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti panjang-pendeknya dan frekuensi penggunaan kata atau kalimat, bangun kalimat, dan susunan paragraf.

Kosakata baca yang digunakan dalam teks bacaan sebagai bahan ajar di tingkat SD sebaiknya diambil dari istilah-istilah atau kosakata atau pun ungkapan yang biasa digunakan siswa dalam kehidupan sehari-hari dan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa. Kata-kata yang digunakan dapat berupa jenis kata benda, kata ganti, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan.

Teks bacaan sebagai bahan ajar yang digunakan dalam penelitian ini memiliki karakteristik kata yang mudah dikenal oleh siswa. Jenis kata yang digunakan adalah kata benda, kata ganti, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan. Dalam hal ini, jenis kata yang sering digunakan adalah kata benda dan kata kerja.

(57)

menghubungkan kata abstrak tersebut dengan pengalaman atau skemata yang dimiliki.

Berdasarkan jenis kalimat yang digunakan dalam teks bacaan, masalah yang mungkin akan dihadapi siswa adalah kalimat yang panjang atau kalimat kompleks yang terdapat dalam teks bacaan tersebut. Dalam hal ini, siswa akan sulit untuk memahami maksud kalimat tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut, siswa diminta untuk mencari ide pokok kalimat tersebut. Jadi, sepanjang apapun kalimatnya, apabila siswa berhasil menemukan ide pokok kalimatnya, siswa akan dapat memahami maksud kalimat tersebut.

Berdasarkan aspek komposisi karangan, teks bacaan yang dikaji dalam penelitian ini berjenis karangan deskripsi narasi. Bentuk teks bacaan seperti ini sangat tepat digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman untuk siswa kelas 5 SD karena memiliki fungsi ganda, yaitu selain mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dari para tokoh yang terdapat dalam teks bacaan, siswa juga mendapatkan hiburan. Siswa dapat memetik banyak manfaat dari teks bacaan yang berjenis deskripsi narasi. Rusyana (1984:211) menamakan jenis teks bacaan tersebut adalah deskripsi rekaan, yaitu sebuah bacaan yang berfungsi untuk menyampaikan informasi reka cipta. Teks bacaan yang berjenis deskripsi ini isinya menggambarkan pengindraan, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, kehausan, kelelahan, perasaan dan perilaku jiwa (seperti harapan, ketakutan, cinta, benci, tertekan).

(58)

membaca teks tersebut, siswa dapat berpikir secara kritis dan rasional, sehingga mampu memecahkan masalah yang dihadapinya. Oleh sebab itu, jenis teks bacaan seperti ini sangat cocok diberikankan kepada siswa kelas 5 SD karena dapat meningkatkan perkembangan mental dan kognitif siswa. Dengan menggunakan bahan bacaan yang berjenis deskripsi narasi, pembelajaran membaca pemahaman akan membawa manfaat dan pembelajaran pun akan lebih menyenangkan dan terhindar dari kejenuhan.

Berdasarkan jenis karangan dan susunan paragrafnya, ditemukan masalah yang dapat mempengaruhi kemampuan siswa memahami informasi fokus yang terdapat dalam teks bacaan. Masalahnya adalah siswa akan sulit menentukan ide pokok paragraf dalam bacaan yang berjenis karangan deskripsi narasi karena ada beberapa bagian dari paragrafnya memiliki ide pokok secara implisit atau tersirat (tersembunyi).

(59)

teks bacaan tersebut dengan tepat sesuai dengan ide pokok pengarangnya (paling tidak mendekati sama).

5.2Prosedur Pembelajaran Membaca Pemahaman untuk Memahami Informasi Fokus terhadap Teks Bacaan Buku Ajar Melalui Model Membaca Total

Model Membaca Total merupakan sebuah model baru dalam pembelajaran membaca pemahaman yang bertujuan agar siswa dapat memahami secara total atau secara menyeluruh makna-makna yang tersebar dalam teks bacaan dengan cara menentukan atau memahami hal-hal yang terpenting (informasi fokus) yang terdapat dalam teks bacaan. Melalui model ini, teks dibaca dengan teknik baca layap dan baca tatap. Kemudian, untuk memahami isi bacaan (informasi fokus) secara mendalam, model ini melibatkan gaya somatis, auditoris, visual, dan intelektual. Selanjutnya, melalui model ini, membaca ulang teks untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan informasi fokus dengan cara baca pilih dan baca lompat.

(60)

Gambar 5.1 Model Membaca Total dalam Pembelajaran Pemahaman untuk Memahami Informasi Fokus Terhadap Teks Bacaan

PENDAHULUAN

• Menjelaskan Konsep MMT

• Membaca Teks

Teknik Baca Layap Teknik Baca Tatap

(61)

Berdasarkan gambar 5.1 di atas, prosedur atau langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran membaca pemahaman untuk memahami informasi fokus terhadap teks bacaan melalui Model Membaca Total adalah sebagai berikut. 1. Guru membuka pembelajaran, melakukan apersepsi (menjelaskan konsep

Model Membaca Total secara singkat berupa tujuan membaca pemahaman, pengertian informasi fokus, perbedaan antara kalimat topik dan kalimat pendukung, ide pokok dan ide pendukung paragraf, cara menentukan informasi fokus berupa ide pokok isi bacaan/wacana, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, kata-kata kunci atau hal-hal penting yang terdapat dalam teks bacaan melalui baca layap dan baca tatap, cara membaca teks dengan melibatkan gaya somatis, auditoris, visual, dan intelektual, cara menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan informasi fokus melalui baca pilih dan baca lompat, cara membuat simpulan akhir isi bacaan dan cara membuat rangkuman isi bacaan), kemudian, meminta siswa untuk membaca sebuah teks yang telah disediakan.

(62)

fokus yang telah ditentukan, dan seterusnya membaca bagian itu dengan teliti sehingga informasi fokus itu ditemukan dengan tepat dan dipahami benar. Dalam hal ini, Siswa diminta untuk membaca teks dengan teknik baca layap dan baca tatap secara berkesinambungan untuk menemukan dan memahami informasi fokus berupa ide pokok isi bacaan/wacana, ide pokok paragraf, ide pendukung paragraf, ide pokok kalimat, kata-kata kunci atau hal-hal penting yang terdapat dalam teks bacaan.

Gambar

Tabel 3.1 Tolok Ukur Kemampuan Membaca Pemahaman
Gambar 3.1 Desain Penelitian yang Digunakan
Gambar 3.2 Paradigma Penelitian
Gambar 3.3 Model Hipotetik Membaca Total dalam Pembelajaran                               Membaca Pemahaman untuk Memahami Informasi Fokus
+7

Referensi

Dokumen terkait

(2011) yang menyatakan bahwa masalah terbesar personal hygiene pada siswa SD Negeri Jatinangor adalah aspek kebersihan mulut dan gigi (88,9% tidak hygiene dan 11,1% hygiene), aspek

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan tingkat pertama, yang dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan

Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara Pasal 1 ayat (10) menegaskan bahwa: sengketa tata

Hasil penelitian menunjukan bahwa hasil belajar passing bawah bola voli mini melalui pendekatan bermain boardball berdampak positif, hal ini terlihat pada hasil ketuntasan

Penelitian yang peneliti laksanakan di Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Kulon Progo mengenai evaluasi keterpakaian koleksi Motor Pintar di Perpustakaan Kabupaten Kulon

setting; dan Menentukan kedalaman pancing. Peningkatan kompetensi pada kedua unit tersebut akan meningkatkan produksi dengan bertambahnya hasil tangkapan tuna yang didapatkan sehigga

Grafik step respon hasil simulasi untuk sistem pengendalian kcc epatan putaran motor diesel high speed dengan menggunakan kontro l er logika fuzzy kctika motor dilakukan

Itulah alasan Kepala Sekolah menjadikan menu makanan yang berasal dari darat dan laut sebagai upaya agar murid-murid di Tomoe kebutuhan gizinya terpenuhi.Penanaman nilai