• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Safety Climate pada Petugas Pemadam Kebakaran Kota Cimahi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Safety Climate pada Petugas Pemadam Kebakaran Kota Cimahi."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil safety climate secara lebih rinci pada petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi yang terukur melalui sebelas dimensi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Sampel penelitian ini berjumlah 36 orang.

alat ukur yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat oleh peneliti berdasarkan teori M.D.Cooper (2000) yang terdiri dari 43 item. Berdasarkan uji validitas dengan menggunakan rumus Rank Spearman dan reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach, diperoleh 26 item valid, dengan validitas berkisar 0,301-0,790 dan reliabilitas 0,746.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi memiliki sebelas dimensi safety climate yang berada pada level good.

Berdasarkan pengukuran terhadap sebelas dimensi safety climate pada petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi, dimensi belief about accident causation yang dimiliki oleh petugas pemadam kebakaran memiliki presentase yang lebih tinggi (75,69%), sedangkan dimensi Management Commitment dengan presentase yang paling rendah yaitu (66,67%)

Saran yang diajukan untuk peneliti lain yang tertarik untuk meneliti mengenai safety climate agar menambahkan mengenai dinamika antar dimensi, mengidentifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi safety climate, dan membuat item alat ukur dengan jumlah yang seimbang banyaknya untuk setiap dimensi

(2)

ABSTRACT

This study aims to determine the profile of details description of safety climate fire officerss in Cimahi City which is measured through eleven dimensions. The research design used is descriptive method with survey technique. The sample of this study amounted to 36 people.

The measurement tools that researcher used is questionnaire which made by researcher based on to the Safety Climate theory by M.D.Cooper (2000), consisting of 43 items. Based on validity test using Rank Spearman formula and reliability with Alpha Cronbach formula, obtained 26 valid items, with validity ranges from 0.301 – 0.790 and relliability of 0.746.

Based on the research result, it can be concluded that eleven dimensions of safety climate fire officerss in Cimahi City is at a good level. Based on the measurement of eleven dimensions of safety climate at fire officerss in Cimahi City, The beliefs about accident causation of fire officerss has a higher percentage (75,69%), while Management commitment dimensions is the lowest percentage (66,67%).

Suggestion submitted to other researchers interested in researching about the safety climate to add on the dynamics between dimensions, identifying the factors that affect safety climate, and make measuring instrument items with balanced quantities for each dimensions.

(3)

ix Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Lembar Pengesahan ... ii

Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian ... iii

Pernyataan Publikasi Laporan Penelitan ... iv

Kata Pengantar ... v

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1. Maksud Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 9

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 9

1.5. Kerangka Pikir ... 9

1.6. Asumsi ... 19

(4)

2.1. Budaya Keselamatan Kerja (Safety Culture) ... 20

2.1.1. Definisi Budaya Keselamatan Kerja (Safety Culture) ... 20

2.1.2. Komponen Budaya Keselamatan Kerja (Safety Culture) ... 21

2.2. Safety Climate ... 22

2.4. Karakteristik Individu ... 32

2.4.1. Usia ... 32

2.4.2. Tingkat Pendidikan ... 33

2.4.3. Masa Kerja ... 33

2.4.4. Status Kepegawaian ... 33

Bab III Metodologi Penelitian ... 34

3.1. Rancangan Penelitian ... 34

3.2. Bagan Prosedur Penelitian ... 34

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 34

3.3.1. Variabel Penelitian ... 34

3.3.2. Definisi Operasional ... 35

3.4. Alat Ukur Penelitian ... 37

3.4.1. Alat Ukur Safety Climate ... 37

3.4.2. Data Pribadi dan Data Penunjang ... 42

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 43

(5)

xi Universitas Kristen Maranatha

3.4.3.2. Reliabilitas Alat Ukur ... 43

3.5. Populasi Penelitian ... 44

3.5.1. Populasi Sasaran ... 44

3.6. Teknik Analisis Data ... 44

Bab IV Hasil dan Pembahasan ... 46

4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian ... 46

4.1.1. Gambaran Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 46

4.1.2. Gambaran Responden Berdasarkan Masa Bekerja Sebagai Petugas Pemadam Kebakaran ... 47

4.1.3. Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 47

4.1.4. Gambaran Responden Berdasarkan Status Kepegawaian ... 48

4.1.5. Gambaran Kondisi APD ... 48

4.2. Hasil Penelitian ... 49

4.2.1. Profil Dimensi Safety Climate ... 49

4.3. Pembahasan ... 51

4.4. Diskusi ... 55

Bab V Simpulan dan Saran ... 56

5.1. Simpulan ... 56

5.2. Saran ... 57

5.2.1. Saran Teoritis ... 57

5.2.2. Saran Praktis... 57

Daftar Pustaka ... 59

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Alat Ukur Safety Climate ... 37

Tabel 3.2. Sistem Penilaian ... 42

Tabel 4.1. Gambaran responden berdasarkan pendidikan terakhir ... 46

Tabel 4.2. Gambaran responden berdasarkan lama bekerja sebagai petugas pemadam kebakaran ... 47

Tabel 4.3 Gambaran responden berdasarkan usia. ... 47

Tabel 4.4. Gambaran responden berdasarkan status kepegawaian ... 48

Tabel 4.5. Gambaran Kondisi APD ... 48

(7)

xiii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pikir ... 18 Bagan 2.1. Safety Culture Model ... 21 Bagan 3.1. Prosedur Penelitian ... 34

DAFTAR GRAFIK

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A LETTER OF CONCENT DAN ALAT UKUR

Lampiran A.1 Kata Pengantar dan Letter of Concent Lampiran A.2 Data Pribadi dan Data Penunjang Lampiran A.3 Alat Ukur Safety Climate

Lampiran A.4 Kisi-Kisi Alat Ukur

LAMPIRAN B UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR

Lampiran B.1 Hasil Uji Validitas Lampiran B.2 Hasil Uji Reliabilitas

LAMPIRAN C HASIL PENELITIAN

Lampiran C.2 Hasil Penelitian Dimensi Safety Climate Lampiran C.3 Data demografis responden

Lampiran C.4 Kondisi APD

LAMPIRAN D Tabulasi silang Data utama Data Penunjang

Data demografis responden

A. Tabulasi silang antara Usia dengan Safety Climate

B. Tabulasi silang antara Status kepegawaian dengan Safety Climate C. Tabulasi silang antara masa bekerja dengan Safety Climate D. Tabulasi silang antara Pendidikan terakhir dengan Safety Climate

PROFIL PEMADAM KEBAKARAN KOTA CIMAHI

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam melaksanakan suatu pekerjaan, masalah keselamatan kerja merupakan faktor penting yang harus menjadi perhatian semua pihak. Keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaan tidak hanya diukur dari selesainya pekerjaan tersebut. Banyak hal yang dijadikan sebagai parameter penilaian terhadap keberhasilan suatu pekerjaan. Pekerjaan dinilai berhasil apabila keselamatan dan keamanan semua sumber daya yang ada terjamin, dapat terselesaikan, memberikan keuntungan, dan memberikan kepuasan kepada semua pihak. Keselamatan kerja merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan maupun oleh manajemen. Masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditunjukkan dengan masih tingginya angka kecelakaan kerja. (www.academia.edu)

(10)

kebakaran dituntut untuk mampu mengenali jenis-jenis bahaya yang mungkin timbul pada saat bekerja (DEPDAGRI, 2005).

Kebakaran merupakan kejadian yang dapat menimbulkan kerugian pada jiwa, peralatan produksi, proses produksi dan pencemaran lingkungan kerja. Khususnya pada kejadian kebakaran yang besar dapat melumpuhkan bahkan menghentikan proses usaha, sehingga ini memberikan kerugian yang sangat besar. Oleh karena itu, Pemadaman kebakaran dituntut selalu siaga menghadapi setiap kejadian bencana, pasalnya bencana bisa datang tiba-tiba tanpa bisa diprediksi sebelumnya.

Tugas Pemadam kebakaran tidak hanya menangani kebakaran saja, tapi juga dituntut mampu menangani kejadian yang berkaitan dengan penyelamatan korban. Bahaya yang dihadapi petugas pemadam kebakaran antara lain seperti jatuh dari ketinggian selama bekerja dengan menggunakan tangga, menembus medan yang berasap dan terbakar sehingga mengganggu pasokan udara bersih, kehadiran gas CO2 dan hasil pembakaran lainnya di udara, menghirup bahan-bahan atau gas kimia beracun saat melakukan pemadaman, memasuki bangunan terbakar yang rawan runtuh, memasuki kawasan rawan listrik, dan sebagainya (International Labour Organization: ILO, 2000). Hal tersebut membuktikan bahwa keselamatan kerja (safety) merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh petugas pemadam kebakaran.

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha 50 kasus kebakaran. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 26 kasus. (www.Jabar.pojoksatu.id).

Berdasarkan data diatas, bencana kebakaran sifatnya bisa terjadi kapan dan dimana saja tidak mengenal tempat maupun waktu. Kebakaran yang terjadi di kawasan perkotaan seperti pada permukiman padat, gedung tinggi, atau lingkungan industri merupakan bencana yang senantiasa menimbulkan dampak yang sangat merugikan bagi masyarakat seperti kehilangan harta benda, gangguan terhadap kelestarian lingkungan, terhentinya proses produksi barang dan jasa, serta bahaya terhadap keselamatan jiwa manusia. Maka dari itu, petugas pemadam kebakaran wajib siaga 24 jam yang tidak mengenal hari libur dan siap memadamkan kebakaran dengan motto pantang pulang sebelum padam walaupun nyawa taruhannya.

Walikota Cimahi menjelaskan kebijakan kebakaran dan bencana dalam urusan pemerintahan telah diamanatkan dalam undang-undang nomor 23 tahun 2014 tentang pemerintahan daerah, bahwa kebakaran merupakan sub urusan bagian dari urusan bidang ketentraman dan ketertiban umum serta perlindungan masyarakat yang masuk dalam urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar. Dalam mengoptimalkan kinerja dan pelayanan terhadap masyarakat, maka terbentuklah Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pemadam kebakaran Kota Cimahi sebagai Lembaga Pemerintah yang melayani masyarakat dibidang bencana kedaruratan seperti kebakaran, banjir, dan rescue yang menuntut kesigapan para personel pemadam kebakaran untuk selalu siap disaat terjadinya bencana. (www.cimahikota.go.id)

(12)

Pemadam kebakaran yaitu meningkatkan peran dan fungsi satuan kerja dalam melaksanakan tugas dibidang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran atau bencana lain, dan mengembangkan manajemen sumber daya yang berhasil.

Pemadam kebakaran juga memiliki tugas pokok dan fungsi yang dikenal dengan panca dharma yaitu pencegahan dan pengendalian kebakaran, pemadaman kebakaran, penyelamatan, pemberdayaan masyarakat, dan penanganan kebakaran bahan berbahaya dan beracun. Saat ini petugas UPTD Pemadam Kebakaran Kota Cimahi berjumlah 36 orang yang terdiri dari 3 regu dimana setiap regu berjumlah 12 orang.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada kepala UPTD Pemadam kebakaran Cimahi, dalam bekerja personelnya wajib menggunakan APD lengkap dan bekerja sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku. Karena setiap pekerjaan yang dapat menimbulkan resiko harus dilakukan dengan prosedur yang ketat dan tetap untuk meniadakan atau mengurangi resiko/kesalahan. Apabila ada personelnya yang melanggar, maka akan diperingatkan secara langsung. Apabila APD milik petugas sudah tidak layak digunakan mereka akan mengajukan untuk diganti pada manajemen.

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha Pada tahun 2014, seorang personel Pemadam kebakaran Kota Cimahi mengalami luka bakar dibagian wajah saat memadamkan api disebuah pabrik. Resiko pekerjaan yang tinggi, maka dalam menanggulangkan bencana petugas pemadam kebakaran wajib menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti pelindung wajah, pakaian pelindung, sarung tangan, helm safety, masker, sepatu khusus, dan alat keselamatan lainnya.

Petugas pemadam kebakaran selain terlatih untuk menyelamatkan korban dari kebakaran atau melakukan pemadaman, juga dilatih untuk menyelamatkan korban-korban seperti kecelakaan lalu lintas, gedung runtuh, banjir, gempa bumi, dan sebagainya. Mereka juga ditugaskan untuk melakukan tugas-tugas penyelamatan yang tidak menyangkut adanya korban seperti evakuasi sarang tawon, menyelamatkan korban bunuh diri, menyelamatkan orang atau hewan yang terjebak, menanggulangi pohon tumbang, dll. Petugas pemadam kebakaran juga terkadang ditugaskan untuk memberi sosialisasi dan pendidikan kepada masyarakat tentang kebakaran dan cara menanggapinya. (www.wikipedia.com)

Menurut Cooper (2000: 92), pekerjaan apapun yang merupakan hubungan timbal balik antara orang, produksi, dan lingkungan kerja, penting untuk melakukan analisis, memeriksa dan mengidentifikasi bahaya serta resiko keselamatan kerja demikian pula pada potensi bahaya kebakaran.

(14)

kecelakaan saat bekerja, dan sebanyak 30% tidak merasa khawatir mengalami kecelakaan kerja.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada 10 orang petugas pemadam kebakaran, sebanyak 70% petugas tidak pernah mengalami kecelakaan saat bekerja, dan sebanyak 30% pernah mengalami kecelakaan saat melakukan penanggulangan. Sebanyak 10% yang pernah mengalami kecelakaan tersebut terjadi ketika kebakaran di pabrik pensil, hampir tertimpa bangunan 4 lantai yang akan runtuh, dan pernah tersetrum saat bekerja. Sebanyak 10% petugas mengalami kecelakaan ketika melakukan evakuasi korban tenggelam dalam sumur yang beracun, tali yang digunakan hampir putus dan kesulitan bernafas. Sebanyak 10% lainnya ketika melakukan evakuasi sarang tawon, sudah menggunakan APD lengkap namun petugas merasa bahwa sarung tangan yang digunakan tidak cukup tebal sehingga tersengat lebah.

Cooper (2000) menyebutkan bahwa, kecelakaan kerja merupakan kejadian atau peristiwa yang tidak diharapkan atau diduga sama sekali yang terjadi di tempat kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kesalahan manusia (unsafe act) yaitu sebesar 96% dan kondisi berbahaya yang disebabkan oleh peralatan (unsafe condition) sebesar 4%. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa perilaku manusia merupakan penyebab utama terjadinya kecelakaan ditempat kerja.

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha Fenomena kecelakaan diatas merupakan salah satu dari banyaknya kecelakaan kerja yang dialami petugas pemadam kebakaran. Braurer (1990); dalam Winarsunu, 2008) menyebutkan bahwa kecelakaan kerja adalah satu atau lebih peristiwa yang tidak diinginkan dan direncanakan yang disebabkan oleh perilaku berbahaya, kondisi berbahaya, atau keduanya yang dapat menyebabkan dampak langsung atau tidak langsung yang kurang menyenangkan. Salah satu cara untuk meminimalisir kecelakaan kerja tersebut adalah dengan membentuk keselamatan kerja yang diselenggarakan oleh manajemen.

Persepsi petugas pemadam kebakaran mengenai pentingnya keselamatan kerja dan keselamatan kerja yang diimplementasikan oleh manajemen di lingkungan kerja petugas pemadam kebakaran tersebut disebut safety climate (Cooper, 2000:204). Hal tersebut dilihat dari dimensi management commitment, management action, personal commitment to safety, perceived risk level, effect of the required work pace, beliefs about accident causation, effects

of job induced stress, effectiveness of safety communication within the organisation, the

effectiveness of emergency procedures, the importance of safety training, dan status of safety

people and safety committees within an organisation.

Persepsi yang positif terhadap iklim keselamatan kerja pada organisasi merupakan sarana yang tepat dalam menciptakan suasana yang dapat mendorong munculnya semangat dan mendorong para karyawan untuk berperilaku aman. Diharapkan dengan persepsi terhadap iklim keselamatan kerja kondusif akan meningkatkan perilaku keselamatan pada petugas. Sebaliknya persepsi yang negatif, terhadap iklim keselamatan kerja menyebabkan perilaku tidak aman sehingga menimbulkan kecelakaan kerja yang nantinya akan mempengaruhi produktifitasnya dalam bekerja.

(16)

untuk memperhatikan keselamatan kerja anggotanya. Upaya manajemen diatas merupakan bentuk keseriusan manajemen dalam meningkatkan keselamatan kerja anggotanya. Berdasarkan data diatas menunjukan betapa pentingnya safety climate bagi para petugas pemadam kebakaran. Hal ini menyebabkan peneliti tertarik untuk melihat gambaran persepsi dari para petugas pemadam kebakaran mengenai pentingnya keselamatan kerja, dan keselamatan kerja yang diimplementasikan oleh manajemen di dalam lingkungan kerja, yakni safety climate yang ada di UPTD Kota Cimahi saat ini.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui profil mengenai dimensi safety climate pada Petugas Pemadam Kebakaran Kota Cimahi.

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh data dan profil mengenai dimensi safety climate pada Petugas Pemadam Kebakaran Kota Cimahi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil dimensi safety climate secara lebih rinci pada petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi yang terukur melalui sebelas dimensi management commitment, management action, personal commitment to safety, perceived risk level, effect of the required work pace, beliefs about accident causation, effects

of job induced stress, effectiveness of safety communication within the organisation, the

effectiveness of emergency procedures, the importance of safety training, dan status of safety

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi dan wawasan mengenai profil dimensi safety climate pada bidang industri dan organisasi.

2. Memberikan sumbangan dan masukan informasi kepada peneliti lain yang tertarik untuk meneliti safety climate.

3. Mendorong dikembangkannya penelitian-penelitian lain yang berhubungan dengan topik serupa.

1.4.2. Kegunaan Praktis

a. Memberikan informasi kepada manajemen dan kepala pemadam kebakaran Kota Cimahi mengenai profil safety climate para petugas pemadam kebakaran, sebagai bahan evaluasi guna mengoptimalkan safety climate yang diharapkan berguna bagi pengembangan petugas pemadam, staff dan pihak lain yang terkait.

b. Memberikan masukan dan informasi pada para petugas pemadam kebakaran mengenai safety climate sehingga mereka dapat memahami permasalahan mengenai keselamatan

kerja dan untuk dijadikan bahan dalam meningkatkan kualitas kinerjanya agar produktivitas lebih optimal dan tujuan organisasi dapat tercapai.

1.5. Kerangka Pikir

(18)

satu cara untuk meminimalisir kecelakaan kerja tersebut adalah dengan membentuk keselamatan kerja yang diselenggarakan oleh manajemen.

Petugas pemadam kebakaran terdiri dari berbagai masa kerja, usia, status kepegawaian, dan pendidikan terakhir. Bekerja dengan sigap dan siap 24 jam, serta situasi yang berbeda oleh karena itu, kondisi lingkungan kerja berpengaruh terhadap resiko kecelakaan kerja yang tinggi bagi petugas pemadam kebakaran. Menurut Clarke (2006), yang mempengaruhi atau menghambat safety climate pekerja adalah lingkungan kerja, dan beberapa aspek demografis seperti usia, jabatan, masa kerja, dan pekerjaan itu sendiri. Kondisi lingkungan kerja petugas pemadam kebakaran sendiri berkaitan dengan perilaku aman mereka ditempat bekerja, pelatihan dan sosialisasi yang diberikan manajemen, serta kondisi APD yang tersedia.

Usia berkaitan erat dengan tingkat kedewasaan atau maturitas karyawan. Umumnya kinerja personil meningkat sejalan dengan peningkatan usia pekerja. Masa kerja menunjukan seberapa lama seseorang bekerja pada organisasi, makin lama pengalaman kerja seseorang, maka semakin terampil petugas tersebut. Siagian (1995) mengatakan bahwa semakin lama seseorang bekerja dalam suatu organisasi maka semakin tinggi motivasi kerjanya. Pada petugas pemadam kebakaran yang sudah bekerja cukup lama, diharapkan terlatih dalam bertindak dan mengambil keputusan. Serta memiliki pengalaman yang lebih banyak berkaitan dengan kebakaran dan evakuasi.

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha memberikan kedudukan tertentu pada orang yang melakukannya. Pada petugas pemadam kebakaran terdapat 2 golongan, ada PNS (Pegawai Negeri Sipil) dan ada THL (Tenaga Harian Lepas). Apabila ada kenaikan upah, pangkat atau bonus maka akan merubah perilaku dan perasaanya dalam bekerja.

Persepsi petugas pemadam kebakaran mengenai pentingnya keselamatan kerja dan keselamatan kerja yang diimplementasikan oleh manajemen di lingkungan kerja petugas pemadam kebakaran tersebut disebut safety climate (Cooper, 2000:204). Untuk melihat gambaran safety climate pada petugas pemadam kebakaran, harus pula dilihat dari dimensi management commitment, management action, personal commitment to safety, perceived risk

level, effect of the required work pace, beliefs about accident causation, effects of job induced

stress, effectiveness of safety communication within the organisation, the effectiveness of

emergency procedures, the importance of safety training, dan status of safety people and

safety committees within an organisation.

Dimensi yang pertama adalah management commitment yaitu persepsi petugas pemadam kebakaran terhadap kesungguhan manajemen dalam menciptakan lingkungan kerja yang aman. Petugas yang memiliki persepsi yang positif terhadap management commitment, melihat dan memaknai manajemen Pemadam kebakaran Kota Cimahi melakukan apel secara rutin setiap pagi, dan melakukan evaluasi setelah melakukan penanggulangan bencana. Hal tersebut akan berdampak pada komitmen petugas pemadam terhadap organisasi, lebih menerapkan prosedur safety yang telah disediakan dan diterapkan oleh manajemen. Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi yang negatif, melihat dan memaknai manajemen, kurang memperhatikan keselamatan kerja petugas seperti tidak memperhatikan kelayakan APD petugas.

(20)

kebakaran yang memiliki persepsi positif terhadap management action, melihat dan memaknai manajemen melibatkan petugas pemadam dalam pengambilan keputusan mengenai keselamatan kerja dalam bekerja sehingga petugas merasa dipedulikan dan dikontrol, memastikan petugas memahami dengan jelas mengenai tanggung jawab keselamatan kerja, dan secara konsisten mendorong petugas untuk mematuhi prosedur keselamatan kerja.

Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi negatif terhadap management action, melihat dan memaknai manajemen UPTD kurang peka terhadap tindakan-tindakan

yang tidak aman yang dilakukan oleh petugas, dan tidak memberikan teguran atau peringatan kepada petugas untuk melaksanakan prosedur keselamatan kerja (safety). Persepsi petugas tersebut akan berdampak pada aksi dalam bekerja. kurangnya perhatian dari manajemen akan berdampak pada petugas yang kurang terkontrol dalam bekerja, sehingga petugas kurang disiplin dalam penerapan prosedur safety.

Dimensi ketiga adalah personal commitment to safety, yaitu persepsi individu dan keterlibatan petugas pemadam kebakaran dalam aktivitas keselamatan kerja berdasarkan penerimaan yang kuat dan keyakinan dalam tujuan keselamatan kerja dalam organisasi dan kemauan untuk mengarahkan usaha dalam meningkatkan keselamatan di tempat kerja. Petugas pemadam kebakaran dengan personal commitment to safety yang tinggi, artinya petugas tersebut mempersepsi bahwa keselamatan kerja (safety) penting dalam bekerja, hal tersebut akan berdampak pada perilaku petugas pemadam kebakaran dalam bekerja, yakni petugas akan senantiasa menggunakan APD dan mematuhi seluruh prosedur safety yang telah dibuat oleh manajemen UPTD. Petugas dengan personal commitment to safety yang rendah, cenderung tidak akan memperdulikan keselamatan dalam bekerja, seperti penggunaan APD yang tidak lengkap.

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha bagi keselamatan kerja petugas pemadam kebakaran. Petugas pemadam kebakaran yang mempersepsi perceived risk level secara positif, melihat manajemen mengetahui resiko dari pekerjaan yang dilakukan oleh petugas dan memberikan pemahaman kepada petugas mengenai resiko tersebut, seperti dengan petugas pemadam kebakaran untuk selalu waspada dan tidak lupa menggunakan APD lengkap untuk meminimalisir kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Namun petugas pemadam kebakaran yang mempersepsikan perceived risk level secara negatif, petugas memaknai manajemen kurang peka terhadap resiko bahaya yang

ada di lingkungan kerja, seperti APD yang sudah tidak layak digunakan.

Dimensi kelima adalah effect of the required work pace yaitu persepsi petugas mengenai dampak dari diperlukannya kecepatan kerja terhadap perilaku aman dalam bekerja. Petugas pemadam kebakaran dengan persepsi yang positif terhadap effect of the required work pace, mempercayai bahwa kecepatan kerja yang dibutuhkan bagi produktivitas tidak

menjadi hambatan bagi petugas untuk berperilaku aman dalam bekerja, sehingga petugas tetap menggunakan APD yang lengkap saat bekerja. Petugas yang mempersepsikan effect of the required work pace secara negatif, mengabaikan keselamatan kerja, dan lebih

mengutamakan target produksi. Petugas akan cenderung ceroboh dalam bekerja, tidak menggunakan APD yang lengkap.

Dimensi keenam adalah beliefs about accident causation yaitu pemahaman dan keyakinan petugas pemadam kebakaran mengenai perilaku tidak aman dalam bekerja. Petugas pemadam kebakaran yang mempersepsi secara potitif mengenai beliefs about accident causation, memahami penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan kerja, sehingga petugas

(22)

Dimensi ketujuh adalah effects of job induced stress yaitu persepsi petugas pemadam kebakaran mengenai dampak stress kerja terhadap perilaku aman dalam bekerja, dan kesempatan yang diberikan oleh manajemen UPTD untuk dapat mengendalikan aktivitas kerja Pemadam kebakaran tersebut. Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi positif mengenai effects of job induced stress akan memaknai bahwa petugas pemadam kebakaran harus memiliki kontrol atas pekerjaan mereka, seperti mengarahkan energi agar dapat melakukan pekerjaan dengan simbang, agar tidak menjadi stress karena tuntutan kerja yang terlalu tinggi atau rendah. Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi negatif mengenai effects of job induced stress akan lebih cenderung tidak mau terlibat dalam diskusi untuk mengurangi pengaruh stress kerja yang berhubungan dengan kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja.

Dimensi kedelapan adalah effectiveness of safety communication within the organisation yaitu persepsi petugas pemadam kebakaran terhadap sistem komunikasi

mengenai keselamatan kerja yang diimplementasikan oleh manajemen UPTD di lingkungan pekerjaan petugas pemadam kebakaran tersebut. Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi positif mengenai effectiveness of safety communication within the organisation, maka informasi mengenai keselamatan kerja akan mengalir dengan baik, dari atasan ke bawahan, atau sesama petugas pemadam kebakaran, seperti informasi kelayakan APD yang digunakan.

(23)

15

Universitas Kristen Maranatha Dimensi kesembilan adalah the effectiveness of emergency procedures yaitu persepsi petugas pemadam kebakaran mengenai tindakan manajemen dalam mengatasi keadaan darurat yang mengancam keselamatan kerja petugas di lingkungan pekerjaan Pemadam kebakaran tersebut. Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi positif mengenai the effectiveness of emergency procedures memaknai bahwa manajemen memberikan fasilitas

untuk petugas pemadam kebakaran dalam menghadapi keadaan darurat, seperti menyediakan alat keselamatan atau P3K jika ada petugas pemadam kebakaran yang mengalami kecelakaan saat bekerja. Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi negatif mengenai the effectiveness of emergency procedures memaknai bahwa manajemen kurang memperhatikan

keselamatan kerja petugas pemadam kebakaran dalam keadaan darurat.

Dimensi kesepuluh adalah the importance of safety training yaitu persepsi petugas pemadam kebakaran mengenai tindakan manajemen dalam memberikan pelatihan mengenai keselamatan kerja terhadap petugas di lingkungan pekerjaannya. Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi positif mengenai the importance of safety training akan memaknai manajemen menyediakan pelatihan-pelatihan bagi petugas pemadam kebakaran, mensosialisasikan prosedur keselamatan kerja, seperti penanggulangan bencana, evakuasi korban, penggunaan APD, dan hal tersebut dapat diterima dan ditangkap dengan baik oleh petugas pemadam kebakaran. Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi negatif mengenai the importance of safety training memaknai manajemen tidak memberikan pelatihan yang up to date dan rutin bagi petugas pemadam kebakaran.

Dimensi kesebelas adalah status of safety people and safety committees within an organisation yaitu persepsi petugas pemadam kebakaran mengenai peran komite keselamatan

(24)

memaknai prosedur tetap yang telah dibentuk telah benar-benar sesuai, seperti kebijakan dan prosedur keselamatan kerja yang sesuai dengan standar dan hukum. Petugas pemadam kebakaran yang memiliki persepsi negatif mengenai status of safety people and safety committees within an organisation memaknai prosedur tetap tidak terlalu berperan dalam

keselamatan terhadap petugas pemadam kebakaran.

Kesebelas dimensi diatas yang diukur akan menghasilkan suatu profil kelompok safety climate yang dipersepsi oleh petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi. Profil safety climate

berdasarkan teori M.D Cooper berkisar dari alarming, poor, average, good, hingga excellent. Profil tersebut mencerminkan persepsi petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi terhadap 11 dimensi yang diukur.

Level alarming menandakan bahwa persepsi petugas pemadam kebakaran mengenai dimensi dari safety climate sangat mengkhawatirkan, dengan kata lain petugas pemadam kebakaran mempersepsi secara negatif. Petugas pemadam kebakaran tidak memaknai pentingnya keselamatan kerja dan tidak melihat adanya upaya yang telah dilakukan manajemen mengenai keselamatan kerja.

Level poor menandakan bahwa persepsi petugas pemadam kebakaran mengenai dimensi dari safety climate kurang adekuat atau kurang memenuhi syarat, dengan kata lain petugas pemadam kebakaran kurang melihat dan memaknai secara positif mengenai pentingnya keselamatan kerja dan upaya manajemen UPTD dalam hal keselamatan kerja.

Level average menandakan bahwa persepsi petugas pemadam kebakaran mengenai dimensi dari safety climate cukup adekuat atau memadai. Petugas pemadam kebakaran cukup memaknai pentingnya keselamatan kerja, dan melihat upaya manajemen dalam menangani keselamatan kerja.

(25)

17

Universitas Kristen Maranatha memaknai dimensi safety climate secara positif. Petugas pemadam kebakaran memaknai pentingnya keselamatan kerja, dan melihat secara positif upaya manajemen UPTD dalam menangani keselamatan kerja.

(26)

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

3. Personal commitment to safety

4. Perceived risk level

5. Effect of the required work pace

6. Beliefs about accident causation

7. Effects of job induced stress

8. Effectiveness of safety communication within the

organisation

9. The effectiveness of emergency procedures

10. The importance of safety training

(27)

19

Universitas Kristen Maranatha

1.6. Asumsi Penelitian

1. Petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi memiliki level safety climate yang berbeda-beda

2. Penyediaan fasilitas berupa APD untuk petugas pemadam kebakaran, merupakan upaya manajemen dalam mengoptimalkan keselamatan kerja petugas di lingkungan kerja

(28)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan simpulan mengenai hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya beserta saran yang bernilai praktis yang terarah sesuai dengan hasil penelitian.

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai dimensi safety climate yang dilakukan kepada 36 petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :

1. Disimpulkan bahwa seluruh dimensi safety climate pada petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi berada pada level good. Hal ini menandakan bahwa karyawan mempersepsi secara positif kesebelas dimensi dari safety climate. Karyawan memaknai pentingnya keselamatan kerja dan melihat secara positif upaya manajemen dalam menangani keselamatan kerja.

2. Dimensi belief about accident causation yang dimiliki oleh petugas pemadam kebakaran memiliki peringkat yang paling tinggi (75,69%), dan dimensi Management Commitment dengan peringkat yang paling rendah dibandingkan dengan dimensi

(29)

57

Universitas Kristen Maranatha

5.2.Saran

5.2.1. Saran Teoritis

1. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan jika ingin melakukan penelitian mengenai safety climate.

2. Bagi peneliti lain dapat meneliti aspek lain yang berhubungan dengan safety climate seperti safety system management dan safety behavior sehingga dapat mengukur budaya keselamatan kerja (safety culture)

3. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti safety climate, dapat menambahkan mengenai dinamika antar dimensi

4. Bagi peneliti lain yang ingin meneliti mengenai safety climate, dapat mengidentifikasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi safety climate dengan referensi-referensi yang lebih kaya dan mendalam.

5. Membuat item alat ukur dengan jumlah yang seimbang banyaknya untuk setiap dimensi

5.2.2. Saran Praktis

1. Memberikan informasi kepada UPTD Pemadam Kebakaran Kota Cimahi sebagai bahan evaluasi, perencanaan pengembangan petugas pemadam kebakaran, sebagai bahan pertimbangan untuk sosialisasi dan meningkatkan keselamatan kerja para petugas pemadam kebakaran.

2. Memberikan informasi kepada petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi agar dapat meningkatkan keselamatan kerja, dapat memahami permasalahan keselamatan kerja, agar produktivitas kerja lebih optimal dan visi misi dari organisasi dapat tercapai. 3. Memberikan informasi kepada UPTD, bahwa perlu meningkatkan dimensi

management commitment karena memiliki persentase yang paling rendah dibanding

(30)
(31)

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SAFETY CLIMATE PADA PETUGAS

PEMADAM KEBAKARAN KOTA CIMAHI

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh sidang sarjana pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha Bandung

Oleh :

LENI DWI HANDINI

NRP : 1130198

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(32)

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan rancangan penelitian yang berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Safety Climate pada Petugas Pemadam Kebakaran Kota Cimahi”.

Pada kesempatan kali ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih pada pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian penelitian ini, khususnya kepada :

1. Dr. Irene P Edwina, M.SI.,Psikolog. Selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

2. Dra. Fifie Nurofia, Psikolog.,MM, selaku dosen pembimbing utama, dan

Dra. Sumiarti Soemarno, Psikolog, selaku dosen pembimbing pendamping yang meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, banyak petunjuk, saran, dan kritik dalam penyusunan penelitian ini.

3. Kepada Taufik Deden Sanjaya, AP , selaku kepala kantor kesatuan bangsa di Pemerintahan Kota Cimahi. Yang telah memberikan dan membuatkan surat izin untuk melakukan survei awal.

4. Kepada Dodi Hartika, selaku kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknis Dinas) Pemadam Kebakaran Kota Cimahi.

5. Kepada seluruh petugas pemadam kebakaran Kota Cimahi.

6. Kepada Maria Hermawati, S.Psi, yang telah membantu dalam referensi, meluangkan waktu, dan memberikan banyak petunjuk pada peneliti mengenai penelitian ini.

7. Para pengurus perpustakaan yang telah membantu dalam mencari bahan referensi untuk penyusunan penelitian ini.

(33)

vi

9. Teman – teman di Fakultas Psikologi, Rahel, Kristin Kerina, Petronella, Mentari, Vensca, Sheina, Theofanny, Yuliani dan teman – teman psikologi angkatan 2011 yang

telah memberikan semangat kepada peneliti, dan sebagai teman diskusi dalam mengerjakan penelitian ini.

10. Serta pihak – pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu untuk segala kebaikan dan dukungannya dalam proses penelitian makalah ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan petunjuk yang dapat bermanfaat, menerima segala bentuk saran dan kritik dengan senang hati dalam memperbaiki penelitian ini. Akhir kata, peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukannya.

Bandung, Mei 2017

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, dkk (2014). Pengaruh Safety Climate Terhadap Kecelakaan Kerja dengan Safety Behavior Sebagai Variabel Intervening Pada Karyawan PT. PANCA WANA Indonesia di Krian. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan. Tahun 7.No 2.

Azwar. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Clarke, S. (2006). Safety Climate in an Automobile Manufacturing Plant: the effect of work environtment, Job Communication and Safety Attitudes on Accident and Unsafe Behavior. Personnel Review, 35, 413-430.

Cooper, M.D. (2000). Improving Safety Culture : A Practical Guide Measuring Safety Climate. London : J.Wiley & Sons, Chichester

Cooper, M.D, R.A. Philips. (2004). Exploratory Analysis of the Safety Climate and Safety Behavior Relationship. Journal of Safety Research. Vol.35, 497-512.

Cooper, D. (2002). Surfacing Your Safety Culture. Depth of Applied Health Science : Indiana University, USA

Dewi, dkk (2013). Pengukuran Budaya K3 pada Tingkat Non Manajerial Dengan

Menggunakan Cooper’s Reciprocal Safety Culture Model Di PT. X. J@TI Undip. Vol

VIII, No2.

Kumar, Ranjit. 2005. Research Metodology, A Step by Step Guide for Beginner. London : Sage Publications.

Purnamasari, Wulan (2016). Pengaruh Safety Climate Terhadap Safety Performance Dengan Safety Knowledge dan Safety Motivation Sebagai Variabel Intervening Studi pada Karyawan Operasional Departemen Produksi PT. Dok dan Perkapalan Surabaya (PEERSERO). Vol 1 No.A, Juni 2016.

(35)

60

Universitas Kristen Maranatha Robbins, Stephen P. (2008) . Perilaku Organisasi. Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat

Siagian, S. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta

Soeprihanto, J. 2000. Penilaian Kinerja dan Pengembangan Karyawan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset

(36)

DAFTAR RUJUKAN

Budy, Trisna. 2012. Hubungan Antara Karakteristik Individu, Psikologi Dan Organisasi Dengan Perilaku Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Unit Rawat Inap RS.MH Thamrin Purwakarta Tahun 2011 (Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia: Depok

damkar.cimahikota.go.id (diakses pada 1 September 2016)

http://damkar.cimahikota.go.id/profil/visi-dan-misi (diakses pada 7 September 2016)

Hidayat, Sianiwati S, dkk. 2013. Pedoman Penulisan Skripsi Sarjana. Edisi Revisi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

http://bandung.pojoksatu.id/read/2015/10/19/jumlah-penduduk-cimahi-meningkat-drastis/ (diakses pada 3 September 2016)

Maria H. 2013. Studi Deskriptif Mengenai Safety Climate pada Karyawan Bagian Produksi

PT. Pindad (Persero) Kota “X” (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha: Bandung

www.academia.edu/17886783/keselamatan_kesehatan_kerja_K3_ (diakses pada 7 april 2017)

www.bandung.pojoksatu.id (diakses pada 3 September 2016)

www.cimahikota.go.id (diakses pada 4 September 2016)

www.ilo.org (diakses pada 4 april 2017)

Gambar

Tabel 4.3 Gambaran responden berdasarkan usia. ..................................................................
Grafik 4.1. Profil Dimensi Safety Climate ..............................................................................

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Bakat Terhadap Peserta Didik Anak Kesulitan Belajar (Slow Learning) di SD Inklusi Purba Adhi Suta, Purbalingga (Studi Deskriptif di kelas 4A Sekolah Dasar Inklusi Purba

Skripsi berjudul Efek Penambahan Virgin Coconut Oil (VCO) dalam Pasta Gigi terhadap pH dan Viskositas Saliva telah diuji dan disahkan oleh Fakultas Kedokteran

Sistem ini akan memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan kualitas panggilan seperti dropped call, blocked call, kegagalan handover (handover failure),

Bagi Guru, dengan diketahui pengaruh Karakter Generasi Z dan Peran Guru dalam Pembelajaran terhadap Motivasi Belajar Akuntansi Siswa Kelas X Akuntansi SMK Negeri

Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang dibahas, maka fokus pada penelitian ini terbatas untuk menganalisis soal-soal Ulangan Akhir Semester matematika kelas

Pakaian atau sandang merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi dalam kehidupan rumah tangga, namun demikian, perlu diperhatikan masalah sandang dalam konsep

Tingkat Akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.. Fakultas Keperawatan Universitas