• Tidak ada hasil yang ditemukan

BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BALOK DALAM MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI: Studi Eksperimen Kuasi pada Kelompok B Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan anak usia dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut.

Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada PAUD merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam. Kebijakan pemerintah akan ikut menentukan nasib anak serta kualitas anak di masa depan. Masa depan yang berkualitas tidak datang dengan tiba-tiba, oleh karena itu lewat PAUD kita pasang pondasi yang kuat agar di kemudian hari anak bisa berdiri kokoh dan menjadi sosok manusia yang berkualitas.

(2)

the golden age (usia emas) dalam tahapan perkembangan hidup manusia

seutuhnya. Masa emas yang dimaksud bahwa pada masa ini tidak kurang dari 100 miliar sel otak siap untuk dirangsang agar kecerdasan seseorang dapat berkembang secara optimal. Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik.

PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Sebagaimana diketahui, bahwa setiap manusia yang lahir ke dunia ini selalu membawa keunikan dan kekhasan sendiri.

(3)

3

potensi/kemampuan, bakat, gaya, emosi, kondisi kejiwaan termasuk didalamnya kecenderungan minat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya pendidikan usia dini. Tapi hal ini belum terlaksana secara sempurna oleh seluruh masyarakat Indonesia. Jumlah anak usia dini di Indonesia yang terlayani oleh program pendidikan, data tahun 2005 menunjukkan bahwa dari 28 juta anak usia lahir-6 tahun, sebanyak 73 persen atau sekitar 20,4 juta anak belum mendapatkan pendidikan usia dini; sedangkan sisanya 27 persen atau sekitar 2,7 juta anak sudah mengenyam pendidikan usia dini di lembaga pendidikan nonformal seperti kelompok bermain, tempat penitipan anak, dan taman kanak-kanak.

Berdasarkan data tersebut yang cukup memprihatinkan bahwa rasio layanan lembaga pendidikan anak usia dini terhadap anak yang dapat dilayani baru mencapai perbandingan 1:86. Melalui gerakan pengembangan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal telah terjadi peningkatan terutama pada program kelompok bermain jumlah anak yang terlayani mencapai 150.501 sebelumnya hanya sekitar 4800 anak dan di taman penitipan anak ada 15.305 sebelumnya hanya sekitar 9200 anak (Jalal, 2005:3-4).

(4)

melalui bermain sebagai pendekatan dalam pelaksanaan proses belajar anak usia dini di Indonesia. Dalam acuan tersebut dijelaskan bahwa bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan anak usia dini, dengan menggunakan strategi, metode, materi/bahan, dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan benda-benda disekitarnya.

Pembelajaran yang berpusat pada anak untuk sementara ini masih jauh dari yang diinginkan. Hal ini dibuktikan dengan kenyataan di lapangan, seperti yang diungkapkan oleh Arief (2004: 9) bahwa “proses belajar mengajar disekolah sampai saat ini masih berpusat pada guru (teacher centered) dan belum pada anak (student centered)”. Hal ini dapat dimaknai bahwa proses pembelajaran di sekolah cenderung tidak mengembangkan cara berpikir kritis, kreatif, dan inovatif tetapi hanya memperkokoh kemampuan otak sebelah kiri. Fenomena yang tampak adalah banyak guru mendidik anaknya agar duduk manis, diam, dan menjadi pendengar saja. Anak kreatif yang selalu bergerak dan banyak bertanya justru dipandang sebagai anak nakal dan memusingkan.

Masih banyak orang dewasa yang menganggap bermain tidak penting, apalagi untuk dilakukan di sekolah, walaupun berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa bermain merupakan aktivitas yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini mengingat bermain dianggap sebagai aktifitas yang dilakukan hanya untuk bersenang-senang.

(5)

5

penyelenggaraan layanan pendidikan bagi anak. Bahkan dikalangan masyarakat, tidak hanya kurang memahami tentang pentingnya bermain bagi perkembangan anak usia dini, tetapi kesadaran tentang pentingnya memberikan layanan pendidikan bagi anak usia dini juga masih sangat rendah.

Pendapat di atas didukung oleh hasil penelitian Musthafa (2005) bahwa terdapat beberapa permasalahan pembelajaran yang terjadi di kelas yaitu: (1) peran guru yang masih sangat dominan, hal ini dibuktikan dengan kegiatan utama guru di dalam kelas hanyalah menyampaikan informasi yang bersifat satu arah sehingga anak cenderung pasif, (2) sebagian besar guru menyandarkan pemilihan bahan ajarnya pada buku teks yang telah baku sehingga peserta didik kurang mendapatkan perspektif yang realistik dan berdayaguna bagi pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari, (3) adanya pengaturan tempat duduk dan penugasan yang cenderung mengisolasi satu anak dengan anak lainnya sehingga mempersulit komunikasi dan pertukaran pikiran antar peserta didik, (4) pertanyaan yang dilontarkan lebih banyak bersifat konvergen sehingga melumpuhkan kreativitas anak (dis-empowering).

Melihat kenyataan tersebut maka diperlukan adanya suatu terobosan untuk memberdayakan dan mensinergikan semua potensi yang telah ada di masyarakat dalam rangka tercapainya layanan terhadap tumbuh kembang anak secara utuh, menyuluruh, dan terintegrasi.

(6)

pada setiap anak perlu dikenali, dipupuk, dan dikembangkan sejak dini melalui stimulasi yang tepat agar kreativitas anak dapat terwujud. Ekspresi tertinggi dari keberbakatan adalah kreativitas yang ditampilkan oleh individu dapat diobservasi saat anak melakukan kegiatan bermain karena bermain adalah dunia anak dan umumnya terjadi secara alamiah. Melalui kegiatan bermain anak mampu mengembangkan potensi kreativitas yang tersembunyi di dalam dirinya secara aman, nyaman, dan menyenangkan.

(7)

7

bermain selalu dikaitkan dengan berbagai sarana bermain yang harus disediakan oleh orang dewasa.

Upaya-upaya pendidikan yang diberikan oleh pendidik hendaknya dilakukan dalam situasi yang menyenangkan. Menggunakan strategi, metode, materi/bahasan media yang menarik, serta mudah diikuti oleh anak, maka dengan sendirinya kreativitas akan muncul pada anak, sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak.

Konsep bermain sambil belajar serta belajar sambil bermain pada pendidikan anak usia dini merupakan pondasi yang mengarahkan anak pada pengembangan kemampuan yang lebih beragam. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengan anak sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Bermain bagi anak merupakan proses kreatif untuk bereksplorasi, dapat mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Ketika bermain mereka membangun pengertian yang berkaitan dengan pengalamannya. Disini pendidik memilki peranan penting dalam pengembangan bermain anak.

(8)

area akademik. Bermain juga membantu anak-anak yang bermain secara pasti memperlihatkan kreatif dalam pemecahan masalah dengan kreatif.

Bermain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan spontan sehingga hal ini memberikan rasa aman secara psikologis pada anak. Pendekatan pembelajaran dengan menggunakan media balok merupakan salah satu kegiatan bermain anak yang dapat mengembangkan kreativitas anak, karena bermain aktif anak akan memperoleh kesempatan yang luas untuk melakukan eksplorasi guna memenuhi rasa ingin tahunya, anak bebas mengekspresikan gagasannya melalui bermain konstruktif, yang salah satu bermain dengan media balok.

Salah satu bentuk bermain yang dapat membantu pengembangan kreativitas dan berhitung anak adalah bermain balok. Penggunaan balok dalam pendidikan anak usia dini dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai kemampuan anak selain memberikan kesempatan bereksplorasi bagi anak. Belajar berhitung permulaan sangat perlu diperkenalkan kepada anak sejak dini agar anak matang ketika ketika memasuki usia sekolah. Sayangnya, banyak anak yang tidak suka belajar berhitung. Mungkin karena metode pengajarannya tidak menyenangkan dan terlalu dipaksakan, sehingga anak menemui banyak kesulitan. Minat untuk belajar berhitung akan tumbuh apabila diterapkan metode bermain, mewarnai, cerita (dongeng), dan ilustrasi yang menarik.

(9)

9

Namun bagi sebagian pihak lain calistung bagi anak usia dini merupakan sesuatu yang tidak menyalahi. Calistung merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki anak agar dapat memperoleh berbagai kemampuan selajutnya, semakin awal seorang anak memperolehnya akan semakin baik.

Persoalan membaca, menulis, dan berhitung atau calistung memang merupakan fenomena tersendiri. Kini menjadi semakin hangat dibicarakan para orang tua yang memiliki anak usia taman kanak-kanak (TK) dan sekolah dasar karena mereka khawatir anak-anaknya tidak mampu mengikuti pelajaran di sekolahnya nanti jika sedari awal belum dibekali keterampilan calistung. Kekhawatiran orang tua pun makin mencuat ketika anak-anaknya belum bisa membaca menjelang masuk sekolah dasar. Hal itu membuat para orang tua akhirnya sedikit memaksa anaknya untuk belajar calistung, khususnya membaca. Terlebih lagi, istilah-istilah “tidak lulus”, “tidak naik kelas”, kini semakin menakutkan karena akan berpengaruh pada biaya sekolah yang bertambah kalau akhirnya harus mengulang kelas.

(10)

Akan tetapi, pada perkembangan terakhir hal itu menimbulkan sedikit masalah, karena ternyata pelajaran di kelas satu sekolah dasar sulit diikuti jika asumsinya anak-anak lulusan TK belum mendapat pelajaran calistung. Karena tuntutan itulah, akhirnya banyak TK yang secara mandiri mengupayakan pelajaran membaca bagi murid-muridnya. Berbagai metode mengajar dipraktikkan, dengan harapan bisa membantu anak-anak untuk menguasai keterampilan membaca dan menulis sebelum masuk sekolah dasar. Beberapa anak mungkin berhasil menguasai keterampilan tersebut, namun banyak pula di antaranya yang masih mengalami kesulitan. Paradigma belajar perbedaan definisi belajar menjadi pangkal persoalan dalam mempelajari apa pun, termasuk belajar calistung. Selama bertahun-tahun belajar telah menjadi istilah yang mewakili kegiatan yang begitu serius, menguras pikiran dan konsentrasi. Oleh karena itu, permainan dan nyanyian tidaklah dikatakan belajar walaupun mungkin isi permainan dan nyanyian adalah ilmu pengetahuan.

(11)

11

terbebani jika pelajaran calistung diajarkan pada anak-anak di bawah 7 tahun. Alih-alih ingin mencerdaskan anak, akhirnya anak-anak malah memiliki persepsi yang buruk tentang belajar dan menjadi benci dengan kegiatan belajar setelah mereka beranjak besar.

Pesan yang ditangkap dari teori Piaget sering kali berhenti pada “larangan belajar calistung”, namun tidak banyak orang memahami alasannya. Padahal perkembangan dalam pembelajaran di era informasi sekarang ini sebenarnya sudah semakin jauh berubah. Topik pelajaran bukanlah persoalan yang akan menghambat seseorang, pada usia berapapun, untuk mempelajarinya. Syaratnya hanyalah mengubah cara belajar, disesuaikan dengan kecenderungan gaya belajar dan usianya masing-masing sehingga terasa menyenangkan dan membangkitkan minat untuk terus belajar.

Belajar membaca, menulis, berhitung, dan bahkan sains kini tidaklah perlu dianggap tabu bagi anak usia dini. Persoalan terpenting adalah merekonstruksi cara untuk mempelajarinya sehingga anak-anak menganggap kegiatan belajar mereka tak ubahnya seperti bermain dan bahkan memang berbentuk sebuah permainan. Memang benar jika calistung diajarkan seperti halnya orang dewasa belajar, besar kemungkinan akan berakibat fatal. Anak-anak bisa kehilangan gairah belajarnya karena menganggap pelajaran itu sangat sulit dan tidak menyenangkan.

(12)

sama dengan cara kita memandang pelajaran lain, seperti motorik dan kecerdasan bergaul ataupun musikal. Penganut behaviorisme memang mencela pembelajaran baca-tulis dan matematika untuk anak usia dini. Mereka menganggap hal itu sebuah pembatasan terhadap keterampilan.

Namun, sesungguhnya pelajaran calistung bisa membaur dengan kegiatan lainnya yang dirancang dalam kurikulum TK tanpa harus membuat anak-anak terbebani. Adakalanya tidak diperlukan waktu ataupun momentum khusus untuk mengajarkan calistung. Anak-anak bisa belajar berhitung lewat poster-poster bergambar yang ditempel di dinding kelas. Biasanya dinding kelas hanya berisi gambar benda-benda. Bisa saja mulai saat ini gambar-gambar itu ditambahi poster-poster angka dengan ukuran huruf yang cukup besar dan warna yang mencolok. Demikian halnya dengan pelajaran berhitung. Mengenalkan kuantitas benda adalah dasar-dasar matematika yang lebih penting daripada menghafal angka-angka, dan hal itu sangat mudah diajarkan pada anak usia dini. Poster berbagai benda berikut lambang bilangan yang mewakilinya bisa kita tempel di dinding kelas. Sambil bernyanyi, guru bisa mengajak anak-anak berkeliling kelas untuk membaca dan melihat bilangan.

(13)

13

Terlepas dari kontraversi di atas mengajarkan calistung pada anak usia dini, khususnya berhitung dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan, sesuai dengan bakat dan minat anak, serta tidak menuntut hasil yang instan pada anak. Sehingga diharapkan anak dapat menyukai berhitung dan memiliki bakat sejak dini.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan adalah sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Mengingat demikian pentingnya kedua hal tersebut, maka semakin dini seseorang memiliki kemampuan tersebut tentu akan semakin baik. Oleh sebab itu, berbagai upaya dilakukan oleh guru maupun orangtua agar anak memiliki kedua keterampilan tersebut.

Uraian dalam latar belakang masalah merupakan sebagian besar gambaran yang perlu diteliti kebenarannya sehingga mendapatkan perubahan yang lebih baik. Sebagai acuan dalam penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan lebih lanjut ada beberapa penelitian yang relevan dalam pembahasan belajar dengan menggunakan media balok terhadap peningkatan kreativitas anak dan kemampuan berhitung permulaan.

(14)

Taman Kanak-Kanak Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun Ajaran 2010/2011.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka pertanyaan penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini pada di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan?

2. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kreativitas anak usia dini antara kelompok anak yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media balok dengan menggunakan pembelajaran konvensional di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan?

3. Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berhitung permulaan anak usia dini antara kelompok anak yang mendapat pembelajaran menggunakan media balok dengan menggunakan pembelajaran konvensional di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan?

C. Tujuan Penelitian

(15)

15

1. Mengetahui bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.

2. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kreativitas anak usia dini antara kelompok anak yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media balok dengan pembelajaran konvensional pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.

3. Mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berhitung permulaaan anak usia dini antara kelompok anak yang mendapatkan pembelajaran menggunakan media balok dengan pembelajaran konvensional pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis:

a. Memberikan informasi dan kajian tentang belajar dengan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di Taman Kanak-Kanak.

(16)

Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Juga dapat digunakan sebagai acuan dalam proses pembelajaran pada Taman Kanak-Kanak dan lembaga sejenisnya.

c. Bagi ilmu pengetahuan, bermanfaat terutama dalam pengembangan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini yang diperoleh melalui kegiatan yang menyenangkan.

2. Manfaat praktis

a. Sebagai bahan masukan bagi praktisi dan orang tua terhadap pelaksanaan di TK.

b. Sebagai masukan bagi guru TK untuk lebih memperhatikan atau memilih media pembelajaran yang lebih variatif bagi peserta didik di TK.

c. Bagi orang tua, dapat dijadikan sebagai masukan dalam melaksanakan perannya masing-masing sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada pendidikan PAUD. d. Bagi pengembang, perencana, penyelenggara dan pelaksana pendidikan

tulisan ini sebagai masukan dalam pengembangan, perencanaan dan penyelenggaraan program pendidikan anak usia dini.

E. Hipotesis Penelitian

(17)

17

1. H1: µ1 ≠ µ2

Ada perbedaan yang signifikan dalam kreativitas anak usia dini antara kelompok anak yang mendapat pembelajaran menggunakan media balok dengan pembelajaran konvensional.

2. H1: µ1 ≠ µ2

Ada perbedaan yang signifikan dalam kemampuan berhitung permulaaan anak usia dini antara kelompok anak yang mendapat pembelajaran menggunakan media balok dengan pembelajaran konvensional.

F. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah belajar dengan menggunakan media balok (X) sedangkan variabel terikat adalah meningkatkan kreativitas anak usia dini (Y1) dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini (Y2) pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.

Analisis terhadap hubungan antara variabel bebas dan terikat ini akan diuji melalui uji statistik.

G. Metode Penelitian

(18)

kelas eksperimen. Selanjutnya dilakukan pretes terhadap kedua kelompok untuk mengukur atau mengetahui kemampuan awal kedua kelompok tersebut, setelah itu diberi perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelompok tersebut yaitu kelompok kontrol diberi perlakuan/ treatment sedangkan kelompok eksperimen diberi perlakuan/ treatment dengan menggunakan media balok, kemudian diakhiri denga pemberian postes. Selanjutnya dibandingkan antara rata-rata skor kelompok kontrol dan rata-rata skor kelompok eksperimen untuk mengetahui apakah perlakuan/ treatment yang diberikan memberikan pengaruh yang signifikan pada kelompok eksperimen atau tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

H. Lokasi dan Subjek Penelitian

(19)

68 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi dimana subjek penelitian tidak dikelompokkan secara acak, tetapi menerima keadaan subjek apa adanya (Ruseffendi, 2003: 52) Penelitian ini adalah penelitian eksperimen kuasi, oleh karena itu pelaksanaannya menggunakan siswa kelompok eksperimen dan siswa kelompok kontrol yang pemilihannya tidak secara acak (apa adanya). Pada kelompok eksperimen, peneliti memberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media balok, yang bertujuan untuk melihat adanya peningkatan ditimbulkan pada diri anak terkait dengan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini. Selanjutnya untuk melihat gejala yang muncul pada subjek yang diberi perlakuan, diperlukan kelompok subjek pembanding yang disebut kelompok kontrol. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah ada peningkatan, atau membandingkan nilai rata-rata kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Selain menghadirkan kelompok pembanding peneliti berupaya semaksimal mungkin melakukan pengontrolan terhadap variabel-variabel luar yang tidak menjadi fokus kajian dalam penelitian.

B. Desain Penelitian

(20)

maksud untuk mengetahui keadaan awal apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan.

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan:

A = kelompok Eksperimen B = Kelompok Kontrol

O1 = Pretes sebelum diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen O2 = Postes setelah diberikan perlakuan pada kelompok eksperimen X1 = Perlakuan menggunakan media balok

X2 = Perlakuan tidak menggunakan media balok O3 = Pretes pada kelompok kontrol

O4 = Postes pada kelompok kontrol

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penelitian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui apakah ada pengaruh dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Disebabkan belajar dengan menggunakan permainan balok yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini Kelompok B Taman Kanak-Kanak TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.

A O1 X1 O2

(21)

70

C. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Bangsa Desa Karamat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten. Subjek penelitian difokuskan kepada anak yang tergabung dalam kelompok B1 dan anak kelompok B4, yaitu usia 5-6 tahun.

D. Menentukan Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis sumber data penelitian, yaitu: 1. Sumber Primer

Sumber primer adalah sumber utama. Sumber data ini adalah subjek utama penelitian dalam hal ini adalah anak-anak kelompok B4 Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun Pelajaran 2010/2011. 2. Sumber Sekunder

Sedangkan sumber sekunder adalah sumber penunjang. Disebut juga sumber kedua setelah sumber primer. Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah; a. Bahan-bahan literatur berhubungan dengan perkembangan kreativitas dan

kemampuan berhitung permulaan anak usia dini kelompok B di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.

(22)

c. Dokumentasi adalah ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi media/alat permainan yang digunakan, peraturan-peraturan permainan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumentar dan data lainnya yang relevan dengan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan belajar dengan menggunakan media balok yang dilaksanakan di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan.

E. Definisi Operasional

Untuk menyamakan dan menegaskan makna berbagai konsep yang ada dalam penelitian, perlu diberikan definisi operasional. Hal ini dimaksudkan agar ada persepsi yang sama antara peneliti dan berbagai pihak yang terkait dalam proses penelitian ini. Singarimbun (Riduwan; 2010: 281) memberikan defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberikan petunjuk bagaimana variabel itu diukur.

a. Belajar dengan Menggunakan Media Balok adalah pembelajaran yang menggunakan alat permainan edukatif yang terbuat dari potongan kayu, gabus dan plastik yang memilki berbagai bentuk, dan cara memainkannya disusun/disambungkan sehingga membentuk suatu bangunan atau menyerupai benda-benda atau langkah pembelajaran dengan proses yang menyenangkan, kreatif dan imajinatif.

b. Kreativitas Anak Usia Dini dapat diartikan dengan gagasan original, titik

(23)

72

Kreativitas menurut Munandar (1995) sebagai kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru, asosiasi baru berdasarkan bahan, informasi data atau elemen yang sudah ada sebelumnya menjadi hal-hal yang bermakna dan bermanfaat. Kreativitas merupakan kemampuan anak menciptakan gagasan yang baru dan imajinatif, dan juga kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang sudah dimiliki (Gordon & Browne (1985), dalam (Moeslichatoen, 2004: 19)

Sedangkan indikator kreativitas anak usia dini yaitu berhubungan dengan aktualisasi diri. Ada 12 indikator melihat kreativitas anak usia dini (1) berani untuk mengambil resiko berperilaku berbeda; (2) memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi keseharian; (3) berpendirian tegas/tetap; (4) melakukan hal-hal dengan caranya sendiri; (5) mengeskpresikan imajinasi secara verbal; (6) tertarik pada berbagai hal; (7) menjadi terarah sendiri dan termotivasi sendiri; (8) terlibat dalam eksplorasi yang sistematis; (9) menyukai untuk menggunakan imajinasinya; (10) menjadi inovatif; (11) bereksplorasi, bereksperimen dengan objek; (12) bersifat fleksibel. (Sujiono, 2010: 40) c. Kemampuan berhitung permulaan anak usia dini adalah Kemampuan

(24)

Mampu memahami konsep bilangan, (2) Mampu memahami penambahan dan pengurangan, (3) Mampu memecahkan masalah yang sederhana (mengklasifikasikan benda).

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data instrumen yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 1999).

Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa pengamatan secara langsung untuk mengevaluasi hasil belajar anak secara objektif menggunakan skala Likert dengan 5 (lima) alternatif penilaian untuk mengukur kemampuan anak. Yaitu (1) Tidak Mampu, (2) Kurang Mampu, (3) Cukup Mampu, (4) Mampu, (5) Sangat Mampu.

Sebelum pernyataan disusun, dilakukan pembuatan kisi-kisi instrumen. Menurut Syaefudin (2007:121) “kisi-kisi instrument minimal memuat 3 komponen, yaitu: (1) Variabel atau aspek yang akan diukur/dihimpun datanya, (2) teknik pengumpulan data, (3) sumber data responden”. Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan uji coba instrumen dilokasi yang dianggap mempunyai kesamaan dengan lokasi penelitian inti.

(25)

74

TABEL 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

No Variabel Indikator No Item

Kreativitas

Anak Usia

Dini

1. Anak berani untuk mengambil resiko berperilaku berbeda

1, 2, 3, 4

2. Anak memiliki selera humor yang luar biasa dalam situasi keseharian

5, 6, 7

3. Anak berpendirian tegas/tetap 8, 9, 10, 11 4. Anak melakukan hal-hal dengan

caranya sendiri

12, 13

5. Anak mengeskpresikan imajinasi secara verbal

14, 15

6. Anak tertarik pada berbagai hal 16, 17, 18 7. Anak menjadi terarah sendiri dan

termotivasi sendiri

19, 20, 21, 22, 23

8. Anak terlibat dalam eksplorasi yang sistematis

24, 25

9. Anak menyukai untuk

menggunakan imajinasinya

26, 27

10.Anak menjadi inovatif 28, 29

11.Anak bereksplorasi, bereksperimen dengan objek

30, 31, 32

12.Anak bersifat fleksibel 33, 34, 35

(26)

TABEL 3.2

KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI

No Variabel Indikator Instrumen

1. Berhitung

Pemulaan Anak

Usia Dini

1. Kemampuan memahami konsep

bilangan.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8

2. Kemampuan memahami

penambahan dan pengurangan

9, 10, 11, 12, 13, 14

3. Mampu memecahkan masalah

Yang sederhana

(mengklasifikasikan benda).

15, 16, 17, 18, 19 20,

Setelah dilakukan uji coba instrumen kemudian data hasil penelitian dilakukan analisis untuk diketahui validitas dan reabilitasnya dari semua item pertanyaan. Kemudian item yang dinyatakan valid dan reliabel dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan untuk item yang dianggap tidak valid, dibuang atau diperbaiki menyesuaikan dengan tingkat validitasnya.

(27)

76

analisis logis dan validitas konstruk yang diuji berdasarkan analisis empiris (Akdon, 2008 : 57).

Adapun hasil validitas soal kreativitas dapat diperhatikan pada tabel 3.3, yaitu dengan membandingkan antara rhitung dan rtabel dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika rhitung > rtabel, berarti soal tersebut valid, dan jika rhitung < rtabel berarti soal tidak valid.

TABEL 3.3

HASIL UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI KREATIVITAS ANAK USIA DINI

No Soal

Validitas No

Soal

Validitas

rXY rtabel Keterangan rXY rtabel Keterangan 1 0,770 0,482 Valid 19 0,609 0,482 Valid 2 0,548 0,482 Valid 20 0,638 0,482 Valid 3 0,573 0,482 Valid 21 0,511 0,482 Valid 4 0,549 0,482 Valid 22 0,676 0,482 Valid 5 0,761 0,482 Valid 23 0,503 0,482 Valid 6 0,572 0,482 Valid 24 0,662 0,482 Valid 7 0,671 0,482 Valid 25 0,637 0,482 Valid 8 0,544 0,482 Valid 26 0,485 0,482 Valid 9 0,523 0,482 Valid 27 0,545 0,482 Valid 10 0,835 0,482 Valid 28 0,796 0,482 Valid 11 0,581 0,482 Valid 29 0,602 0,482 Valid 12 0,712 0,482 Valid 30 0,557 0,482 Valid 13 0,703 0,482 Valid 31 0,717 0,482 Valid 14 0,596 0,482 Valid 32 0,490 0,482 Valid 15 0,562 0,482 Valid 33 0,685 0,482 Valid 16 0,526 0,482 Valid 34 0,570 0,482 Valid 17 0,676 0,482 Valid 35 0,531 0,482 Valid 18 0,533 0,482 Valid

Sumber: Hasil SPSS versi 16 (terlampir)

(28)

rtabel dengan berpedoman pada kaidah penafsiran jika rhitung > rtabel, berarti soal tersebut valid, dan jika rhitung < rtabel berarti soal tidak valid.

TABEL 3.4

HASIL UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA DINI No

Soal

Validitas No

Soal

Validitas

rXY rtabel Keterangan rXY rtabel Keterangan 1 0,818 0,482 Valid 11 0,522 0,482 Valid 2 0,696 0,482 Valid 12 0,546 0,482 Valid 3 0,686 0,482 Valid 13 0,546 0,482 Valid 4 0,741 0,482 Valid 14 0,670 0,482 Valid 5 0,725 0,482 Valid 15 0,582 0,482 Valid 6 0,686 0,482 Valid 16 0,525 0,482 Valid 7 0,675 0,482 Valid 17 0,657 0,482 Valid 8 0,554 0,482 Valid 18 0,595 0,482 Valid 9 0,517 0,482 Valid 19 0,571 0,482 Valid 10 0,580 0,482 Valid 20 0,502 0,482 Valid Sumber: Hasil SPSS versi 16 (terlampir)

2. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen yang cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 1998). Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali datanya diambil akan tetap mendapatkan hasil yang sama.

Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya.

(29)

78

r11 ≤ 0,20 reabilitas sangat rendah 0,20 < r11≤ 0,40 reabilitas rendah 0,40 < r11 ≤ 0,70 reabilitas sedang 0,70 < r11≤ 0,90 reabilitas tinggi

0,90 < r11 ≤ 1,00 reabilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen, reliabilitas butir soal secara keseluruhan diperoleh koefisien realibilitas pada Cronbach’s Alpha untuk kreativitas sebesar 0,955 dan untuk kemampuan berhitung permulaan sebesar 0,933 (hasil SPSS versi 16), yang berarti bahwa pedoman observasi untuk kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini mempunyai reliabilitas yang sangat tinggi.

G. Teknik Analisa Data

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya peningkatan belajar dengan menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data untuk menentukan jenis statistik yang akan digunakan, apakah statistik parametrik atau non parametrik. Pengujian normalitas data menggunakan test of normality Kolmogorov- Smirnov dengan bantuan SPSS.

(30)

1. Jika nilai probabilitas > 0,05 maka distribusi dari data memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari data tidak memenuhi asumsi normalitas.

Jenis analisis statistika yang digunakan untuk menguji hipotesis nol dan hipotesis alternatif tergantung dari hasil pengujian normalitas data. Apabila data dari variabel yang sedang diuji berdistribusi normal, maka digunakan statistik parametrik yaitu uji t sampel independen, sebaliknya apabila data dari variabel yang sedang diuji tidak berdistribusi normal, maka digunakan statistik nonparametrik, yaitu uji Mann-Whitney.

Statistik uji parametrik yang digunakan untuk menguji kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah uji t sampel independen dengan rumus sebagai berikut:

= ̅ ̅

=

Keterangan:

̅ = rata-rata skor anak kelompok eksperimen ̅ = rata-rata skor anak kelompok kontrol

n1 = banyaknya jumlah anak pada kelompok eksperimen n2 = banyaknya jumlah anak pada kelompok kontrol

(31)

80

Kriteria ujianya adalah:

Tolak H0 jika | | > t1-1/2αdimana t1-1/2αdidapat dari daftar distribusi dengan dk =

(n1 + n2 – 2) dan peluang (1-α).

Statistik uji nonparametrik yang digunakan untuk menguji kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol adalah uji beda dua sampel independen dengan menggunakan rumus uji Mann-Whitney sebagai berikut:

= + −

= dan σ =

Keterangan:

n1 = jumlah data pada kelompok eksperimen n2 = jumlah data pada kelompok kontrol

R1 = jumlah ranking data pada kelompok eksperimen Kriteria ujinya adalah:

Tolak H0 jika | | > Zα

H. Jadwal Penelitian

Penelitian yang berjudul “Belajar Menggunakan Media Balok dalam Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini” dilaksanakan pada bulan Mei 2011.

(32)

Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan Tahun Ajaran 2010/2011 sebagai kelompok kontrol berjumlah 18 orang anak dan kelompok eksperimen 18 orang anak.

Adapun pemilihan lokasi penelitian tersbut dimaksudkan sebagai upaya penerapan belajar melalui bermain balok, karena permainan balok dapat meningkatkan kreativitas anak, sehingga mereka dapat berhasil dalam jenjang pendidikan lebih lanjut. Dampak paralel dari kreativitas anak adalah terciptanya kemampuan anak berhitung permulaan yang dapat meningkatkan intelegensi anak dan dapat membuat anak berpikir sacara logika.

I. Prosedur Penelitian dan Langkah-langkah Penelitian

Penelitian ini berawal dari proses seminar usulan penelitian tesis, kemudian dilanjutkan dengan konsultasi tesis, Masukan-masukan pada saat tesis kemudian diolah menjadi sebuah bahan usulan tesis yang siap untuk dilaksanakan. Draf penelitian yang telah mendapat masukan dari pembimbing kemudian diperbaiki dan setelah melalui diskusi yang panjang dengan para pembimbing sehingga tesis yang ditulis sesuai dengan kaidah karya tulis ilmiah yang berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung.

(33)

82

penulis wajib berdiskusi dengan pembimbing mengenai instrumen penelitian tersebut. Langkah ini menjadi amat penting terutama untuk memeriksa ketepatan butir dengan variabel yang akan diukur. Hasil konsultasi dengan pembimbing ini dapat menjadi sebuah kekuatan agar instrumen penelitian dapat diuji coba terlebih dahulu.

(34)
[image:34.595.90.543.163.692.2]

Adapun langkah-langkah dalam mewujudkan desain penelitian tersebut ditunjukkan dalam alur penelitian sebagai berikut:

Gambar 3.1. Diagram Alur Proses Penelitian Observasi keterlaksanaan

metode

Identifikasi Masalah

Belajar dengan menggunakan media Balok dalam Meningkatkan Kreativitas dan Kemampuan Berhitung Permulaan

Anak Usia Dini

Penentuan Subjek

Kelompok eksperimen

Kelompok kontrol

Pretes

Pembelajaran dengan media balok

Pembelajaran Konvensional

Postes

Pengolahan dan analisis data

Pengolahan dan analisis data

Pengolahan dan analisis data

(35)

84

Langkah-langkah yang dilaksanakan dalam penelitian ini:

1. Mengidentifikasi permasalahan di lapangan. Dalam hal ini difokuskan belajar dengan menggunakan media balok, karena belajar dengan media balok dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini dengan cara; 1) menyiapkan permainan dengan balok, 2) memperkenalkan permainan balok.

2. Menentukan subjek penelitian pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Peneliti minta persetujuan dari kepala sekolah dengan guru kelas untuk menyiapkan anak untuk belajar dan menyepakati kelas kontrol dan kelas eksperimen.

3. Melakukan observasi terhadap belajar menggunakan media balok dalam meningkatkan kreativitas dan berhitung permulaan anak usia dini yang dilakukan guru untuk memperoleh informasi awal tentang hasil belajar melalui penggunaan media balok tersebut dengan cara:

a. Membuat kesepakatan dengan kepala sekolah TK dan guru kelas untuk menentukan B1 sebagai kelompok control dan B4 sebagai kelompok eksperimen,

b. Memperkenalkan belajar menggunakan media balok kepada pimpinan TK dan guru kelas,

c. Memperlihatkan RKM dan RKH yang sesuai dengan belajar menggunakan media balok yang akan dilaksanakan.

(36)

anak usia dini pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan, dalam eksperimen yang akan dilaksanakan oleh guru yang bersangkutan. Peneliti bertugas sebagai pengamat dan partner guru. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah dilaksankan. Sebagai pengamat yang dilakukan adalah: a. Menyiapkan lembaran observasi,

b. Mengamati perkembangan belajar anak melalui permainan balok, c. Menilai secara langsung kreativitas dan berhitung permulaan anak usia

dini pada saat pembelajaran dengan media balok, dan

d. Mendokumentasikan hasil belajar anak setiap kali pertemuan, dengan cara memotret anak yang sedang pembelajaran dengan media balok berlangsung baik secara perseorangan maupun secara kelompok. 5. Mengadakan pretes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

untuk melihat sejauh mana tingkat kreativitas dan berhitung permulaan. 6. Menerapkan belajar menggunakan media balok kepada TK Tunas Bangsa

Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan pada kelas eksperimen. Tujuannya untuk mengetahui apakah ada peningkatan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini atau tidak. 7. Memberikan postes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

(37)

86

8. Melakukan analisis data dengan membandingkan skor kreativitas kemampuan berhitung permulaan anak usia dini pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan pada saat pretes dan postes antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. 9. Melakukan analisis data hasil observasi. Analilsis ini dipandu dengan

pembelajaran berikut: (1) fokus pada belajar menggunakan media balok, (2) penyusunan balok, (3) cara menyusun balok yang kreatif, (4) menghitung balok yang digunakan dalam permainan, (5) mengenal matematika permulaan yaitu pengoperasian penambahan dan pengurangan. Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa penilaian eksperimen yang dilaksanakan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan setiap perlakuan (treatment) yang diberikan secara berulang-ulang dalam waktu tertentu. Disebabkan belajar menggunakan media balok yang dipergunakan dalam penelitian ini sebagai upaya dalam meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini pada TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan

J. Hasil Pengujian Normalitas dan Homogenitas Data Penelitian

(38)

1. Pengujian Normalitas dan Homogenitas Data Kreativitas a. Data Pretes

Salah satu persyaratan dalam analisis kuantitatif adalah terpenuhinya asumsi kenormalan terhadap distribusi data yang dianalisis. Oleh karena itu, sebelum dilakukan uji beda, terlebih dahulu dilakukan analisis normalitas data yang telah dikumpulkan.

Penguasaan awal (pretes) kreativitas anak usia dini adalah hasil penelitian yang berhubungan dengan kemampuan berpikir kreatif anak usia dini sebelum penerapan pembelajaran dengan menggunakan media balok. Data awal tentang kreativitas diperoleh dari hasil pretes.

Untuk melihat distribusi data skor pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan uji normalitas data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan probabilitas (Sig.) dengan nilai alpha (α). Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas (Sig.) > dari alpha (α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan Kolmogorov- Smirnov adalah jika angka signifikan (Sig.) < 0,05 maka tidak berdistribusi normal, tetapi jika angka signifikan (Sig.) > 0,05 maka berdistribusi normal.

TABEL 3.5

HASIL UJI NORMALITAS SKOR PENGUASAAN AWAL (PRETES) KREATIVITAS ANAK USIA DINI

No

Data Asym.

Sig. α Keputusan

1 Pretes kelompok kontrol 0,368 0,05 Normal 2 Pretes kelompok

eksperimen

(39)

88

Hasil uji normalitas penguasaan awal (pretes) kreativitas pada kelompok kontrol menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,368 lebih besar dari pada nilai alpha (α) 0,05. Demikian juga pada kelompok eksperimen, hasil uji normalitas menunjukkan Asym. Sig. sebesar 0,953 lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05. Karena masing-masing pengujian menunjukkan perolehan Asymp. Sig. lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05, maka dapat dikatakan distribusi data skor pretes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.

Setelah mengetahui distribusi data normal, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau data tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari α (0,05), maka data tersebut homogen, namun bila angka signifikan lebih kecil dari

[image:39.595.146.508.620.693.2]

α (0,05), maka data tersebut tidak homogen. TABEL 3.6

HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR PENGUASAAN AWAL (PRETES) KREATIVITAS ANAK USIA DINI

Data Asymp.

Sig. α Keputusan

Pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

0,067 0,05 Homogen

(40)

besar dari alpha (α) sebesar 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa kedua varian populasi pretes kelompok kontrol dan pretes kelompok eksperimen adalah homogen.

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data pretes kelompok kontrol dan data pretes kelompok eksperimen, dapat dinyatakan bahwa data pretes kedua kelompok tersebut telah memenuhi syarat analisis penggunaan uji perbedaan (komparatif) statistik parametrik.

b. Data Postes

[image:40.595.147.514.489.574.2]

Untuk melihat distribusi data skor postes kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat seperti pada Tabel 3.7.

TABEL 3.7

HASIL UJI NORMALITAS PENGUASAAN AKHIR (POSTES) KREATIVITAS ANAK USIA DINI

No Data Asymp.

Sig. α Keputusan

1 Postes kelompok kontrol 0,675 0,05 Normal 2 Postes kelompok

eksperimen

0,879 0,05 Normal

(41)

90

Asymp. Sig. lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skor postes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.

[image:41.595.149.512.505.564.2]

Setelah mengetahui distribusi data adalah normal, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dan dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan, jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut homogen. Namun bila angka signifikan lebih kecil dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut tidak homogen.

TABEL 3.8

HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR POSTES KREATIVITAS ANAK USIA DINI

Data Asymp.

Sig. α Keputusan

Postes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

0,094 0,05 Homogen

(42)

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data postes kelompok kontrol dan data postes kelompok eksperimen, dapat dinyatakan bahwa data postes kedua kelompok tersebut telah memenuhi syarat analisis penggunaan uji perbedaan (komparatif) sistem parametrik.

[image:42.595.146.514.431.515.2]

c. Perbedaan Peningkatan (N-Gain) Kreativitas Anak Usia Dini Sebelum dilakukan uji beda (uji-t), maka terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data N-Gain kedua kelompok. Untuk hasil uji normalitas N-Gain kedua kelompok dapat dilihat seperti Tabel 3.9 di bawah ini

TABEL 3.9

HASIL UJI NORMALITAS RATA-RATA PENINGKATAN (N-GAIN) KREATIVITAS ANAK USIA DINI

No Data Asymp.

Sig. α Keputusan

1 N-Gain Kelompok Kontrol 0,939 0,05 Normal 2 N-Gain Kelompok

Eksperimen

0,526 0,05 Normal

(43)

92

peningkatan kreativitas anak usia dini pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.

Setelah mengetahui apakah distribusi data normal atau tidak, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dan dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan, jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut homogen. Namun, bila angka signifikan lebih kecil dari α (0,05) maka data tersebut tidak homogen.

TABEL 3.10

HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR N-GAIN KREATIVITAS ANAK USIA DINI

Data Asymp.

Sig. α Keputusan

N-Gain Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

0,575 0,05 Homogen

[image:43.595.145.514.445.509.2]
(44)

2. Pengujian Normalitas dan Homgenitas Data Kemampuan Berhitung Permulaan

a. Data Pretes

Penguasaan awal (pretes) kemampuan behitung permulaan anak usia dini adalah hasil penelitian yang berhubungan dengan kemampuan matematika anak usia dini sebelum penerapan pembelajaran dengan menggunakan media balok. Data awal tentang kemampuan berhitung permulaan diperoleh dari hasil pretes.

[image:44.595.147.512.600.685.2]

Untuk melihat distribusi data skor pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan uji normalitas data. Pengujian dilakukan dengan membandingkan probabilitas (Sig.) dengan nilai alpha (α). Kriteria pengujian adalah apabila probabilitas (Sig.) > dari alpha (α), maka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Ketentuan pengujian normalitas dengan menggunakan Kolmogorov- Smirnov adalah jika angka signifikan (Sig.) < 0,05 maka tidak berdistribusi normal, tetapi jika angka signifikan (Sig.) > 0,05 maka berdistribusi normal.

TABEL 3.11

HASIL UJI NORMALITAS SKOR PENGUASAAN AWAL (PRETES) KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI

No Data Asym.

Sig. α Keputusan

1 Pretes kelompok kontrol

0,629 0,05 Normal

2 Pretes kelompok eksperimen

0,775 0,05 Normal

(45)

94

sebesar 0,629 lebih besar dari pada nilai alpha (α) 0,05. Demikian juga pada kelompok eksperimen, hasil uji normalitas menunjukkan Asym. Sig. sebesar 0,775 lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05. Karena masing-masing pengujian menunjukkan perolehan Asymp. Sig. lebih besar daripada nilai alpha (α) 0,05, maka dapat dikatakan distribusi data skor pretes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.

Setelah mengetahui distribusi data normal, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau data tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari α (0,05), maka data tersebut homogen, namun bila angka signifikan lebih kecil dari

α (0,05), maka data tersebut tidak homogen. TABEL 3.12

HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR PENGUASAAN AWAL (PRETES) KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI

Data Asymp. Sig. α Keputusan

Pretes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

0,938 0,05 Homogen

(46)

bahwa kedua varian populasi pretes kelompok kontrol dan pretes kelompok eksperimen adalah homogen.

Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas terhadap data pretes kelompok kontrol dan data pretes kelompok eksperimen, dapat dinyatakan bahwa data pretes kedua kelompok tersebut telah memenuhi syarat analisis penggunaan uji perbedaan (komparatif) statistik parametrik.

b. Data Postes

[image:46.595.149.513.460.546.2]

Untuk melihat distribusi data skor postes kelompok kontrol dan eksperimen dilakukan uji normalitas. Hasil uji normalitas dapat dilihat seperti pada Tabel 3.13.

TABEL 3.13

HASIL UJI NORMALITAS PENGUASAAN AKHIR (POSTES) KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI

No Data Asymp.

Sig. α Keputusan

1 Pretes kelompok kontrol 0,502 0,05 Normal 2 Pretes kelompok

eksperimen

0,784 0,05 Normal

(47)

96

0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skor postes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.

Setelah mengetahui distribusi data adalah normal, langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui distribusi data homogen atau tidak homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dan dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan, jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut homogen. Namun bila angka signifikan lebih kecil dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut tidak homogen.

TABEL 3.14

HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR POSTES KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI

Data Asymp.

Sig. α Keputusan

Postes kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

0,424 0,05 Homogen

(48)

c. Perbedaan Peningkatan (N-Gain) Kemampuan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini

[image:48.595.144.513.323.407.2]

Sebelum dilakukan uji beda (uji-t), maka terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data N-Gain kedua kelompok. Untuk hasil uji normalitas N-Gain kedua kelompok dapat dilihat seperti Tabel 3.15 di bawah ini

TABEL 3.15

HASIL UJI NORMALITAS RATA-RATA PENINGKATAN (N-GAIN) KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI

No Data Asymp.

Sig. α Keputusan

1 N-Gain Kelompok Kontrol 0,712 0,05 Normal 2 N-Gain Kelompok

Eksperimen

0,625 0,05 Normal

Berdasarkan Tabel 3.15 dapat diketahui bahwa hasil uji normalitas peningkatan (N-Gain) kemampuan berhitung permulaan anak usia dini di kelompok kontrol menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,712 lebih kecil dari nilai alpha (α) 0,05. Dan pada kelompok eksperimen, hasil uji coba normalitas menunjukkan Asymp. Sig. sebesar 0,625 lebih besar dari pada nilai alpha (α) 0,05. Karena masing-masing pengujian menunjukkan perolehan Asymp. Sig. yang berbeda, maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skor postes pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah normal.

(49)

98

homogen. Kriteria uji homogenitas menggunakan program SPSS versi 16 dan dapat dilakukan dengan membandingkan angka signifikan (Sig.) dengan nilai alpha (α), dengan ketentuan, jika angka signifikan (Sig.) lebih besar dari alpha (α) 0,05, maka data tersebut homogen. Namun, bila angka signifikan lebih kecil dari α (0,05) maka data tersebut tidak homogen.

TABEL 3.16

HASIL UJI HOMOGENITAS SKOR N-GAIN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN ANAK USIA DINI

Data Asymp.

Sig. α Keputusan

N-Gain Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen

0,061 0,05 Homogen

(50)

140 A. Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa belajar menggunakan media balok dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini ternyata efektif. Hal tersebut terbukti dari analisis terhadap skor pretes dan skor postes, diperoleh nilai rata-rata sebelum menggunakan media balok dan setelah menggunakan media balok. Berdasarkan analisis tersebut diketahui juga bahwa rata-rata postes meningkat, baik itu untuk variabel kreativitas maupun variable kemampuan berhitung permulaan anak pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Namun, peningkatan terjadi signifikan pada kelompok eksperimen daripada kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa belajar menggunakan media balok dapat meningkatkan kreativitas dan kemampuan berhitung anak usia dini di kelompok B TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan. Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil pengujian kedua hipotesis yang menunjukkan hasil yang signifikan.

Secara khusus kesimpulan yang berkenaan dengan rumusan masalah dan hipotesis penelitian yang telah diajukan dapat dipaparkan sebagai berikut:

(51)

141

beberapa metode permainan yang variatif sehingga membuat anak tertarik dan tidak merasa bosan.

2. Terdapat perbedaan kreativitas anak yang mendapat perlakuan pembelajaran dengan media balok (kelompok eksperimen) dengan anak yang tidak mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan media balok (kelompok kontrol). Hal tersebut menjawab hipotesis pertama, dan sekaligus mengidentifikasikan bahwa belajar menggunakan media balok dapt menstimulasi daya pikir kreatif anak. Dengan kata lain, kreativitas anak dapat menunjukkan betapa besar keinginan anak untuk mengeksplorasi lingkungan sekitarnya.

3. Terdapat perbedaan kemampuan berhitung permulaan antara anak yang mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan media balok (kelompok eksperimen) dengan anak yang tidak mendapatkan perlakuan pembelajaran menggunakan media balok (kelompok kontrol). Hasil perolehan tersebut selain menjawab hipotesis kedua, juga dapat memberikan gambaran bahwa belajar menggunakan media balok mampu meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak.

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran dengan menggunakan permainan balok di kelompok B TK Tunas Bangsa Desa Kramat Mulya Kecamatan Kramat Mulya Kabupaten Kuningan maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

(52)

1. Guru

a. Mengingat pentingnya pengembangan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan bagi anak untuk meningkatakan kualitas hidup anak selanjutnya, diharapkan kepada guru untuk dapat membantu pengembangan kreativitas dan kemampuan berhitung anak lebih optimal dengan menggunakan alat media belajar yang lebih variatif dalam kegiatan belajar dan bermain.

b. Media balok tidak hanya yang terbuat dari kayu tetapi guru dapat memanfaatkan barang atau kardus bekas yang dibuat menjadi media balok yang lebih variatif yang bisa digunakan dalam pembelajaran.

c. Dalam proses pembelajaran adanya tema, tetapi tema hanya sebagai panduan bagi guru dalam mengatur proses pembelajaran tidak memaksakan atau membatasi anak dengan tema di saat proses pembelajaran berlangsung karena akan menghambat pola pikir kreatif anak, sangat penting untuk diketahui guru bahwa kreativitas tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

(53)

143

e. Mengingat kreativitas merupakan pola berpikir yang divergen oleh karena itu, diharapkan kepada guru untuk lebih meningkatakan sistem belajar yang berpusat kepada anak bukan kepada guru.

f. Guru diharapkan terus belajar dan mencari informasi mengenai pemanfaatan media belajar bagi anak usia dini yang dapat mengembangkan kreativitas dan memotivasi diri untuk lebih baik dalam mengembangkan potensi anak lebih optimal.

g. Guru diharapkan untuk memanfaatkan media balok secara optimal dalam proses pembelajaran bukan hanya sekedar mengisi waktu luang bagi anak. h. Guru sangat dituntut lebih kreatif, dapat menerima anak apa adanya, ekspresif, motivator, menghargai karya anak, peduli terhadap perkembangan anak, senang dan mau bermain bersama anak, hal tersebut dapat membantu tumbuh kembang anak lebih optimal.

2. Orangtua

a. Berdasarkan hasil penelitian di kelas dan mengingat pembelajaran dengan menggunakan media balok mudah dilakukan di rumah maka sangat disarankan bagi para orang tua untuk dapat mempergunakannya demi mengembangkan kreativitas dan kemampuan berhitung permulaan anak usia dini.

(54)

c. Orangtua tidak hanya memberikan alat permainan begitu saja kepada anak, tetapi pendampingan dan pengarahan di saat anak bermain sangat penting untuk membantu anak tercapainya proses belajar melalui bermain dapat tercapai.

3. Peneliti

a. Berdasarkan hasil penelitian di kelas, maka bagi para peneliti yang akan mengadakan penelitian yang terkait dengan pembelajaran dengan menggunakan media balok agar dapat mengembangkan lebih banyak kemampuan anak usia dini tidak saja dibidang kognitif tetapi juga menyangkut semua bidang pengembangan anak usia dini yang dalam hal ini multi intelligence.

(55)

145

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, J. (2008). Tahapan Mendidik Anak: Teladan Rasulullah SAW. IBS: Bandung.

Adhipura, A. A. N. (2001). Pengembangan Model Layanan Bimbingan Berbasis Nilai Budaya Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas Anak. Tesis pada PPS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Adminitrasi dan Manajemen. Bandung : Dewa Ruci

Arief R. “Pendidikan di Indonesia Masih Berpusat pada Guru”. Kompas, kolom Humaniora, Senin 13 Januari 2004.

Arikunto, S. (2003). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan

Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arsyad. (2004). Pendidikan anak Usia Dini, Panduan Praktis Bagi Ibu dan Calon Ibu. Bandung: Alfabeta.

Asian Brain.com Content Team, (2009). Permainan anak tidak terlepas dengan masa kanak-kanak yang indah dan menggembirakan. (Online) tersedia http:/www.lautanindonesia.com/blog/gabegh/blog/8999/jenis permainan-anak (12 September 2010)

Asrori, M. (2008). Psikologi Pembelajaran. Penerbit CV Wacana Prima : Bandung

Children’s Resources International (2000). Menciptakan Kelas yang Berpusat pada Anak. Versi Bahasa Indonesia Khusus untuk Proyek CRI di Indonesia.

Depdikbud (2004). Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta: Pusat Kurikulum Depdiknas.

Depdikbud (1998). Didaktik/Metodik Umum di Taman Kanak-kanak. Jakarta. Depdikbud (1998). Kurikulum Khusus Pengembangan Daya Pikir di Taman

Kanak-kanak. Jakarta.

(56)

Departemen Pendidikan Nasional (2002). Permainan Berhitung Permulaan. Jakarta : Depdiknas

Fathurrohman P. & Sutikno, M. S. (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama

Fridani, L. dkk. (2009). Evaluasi Perkembangan Anak Usia Dini. Penerbit Universitas Terbuka.

Hurlock, E. B. (1999). Perkembangan Anak Jilid 1(Edisi 6). Penerbit Erlangga : Jakarta.

Hurlock, E. B. (1980). Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan), edisi kelima. Penerbit Erlangga : Jakarta

Jalal, F. (2005). Arah Kebijakan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (Jalur Pendidikan Non Formal), makalah disampaikan pada Semiloka Nasional Pendidikan Anak Dini Usia. Depdiknas: Jakarta.

Kuntjojo, (2009). http://ebekunt.wordpress.com/2010/07/27/strategi-pembelajaran-untuk-anak-usia-dini/. Didownload pada tanggal 10 November 2010.

Lucy, B. (2009). Mendidik Sesuai dengan Minat dan Bakat Anak. Jakarta. PT. Tangga Pustaka

Mac Donald, S. (2001). Block Play the Complete Guide to Learning and Playing With Blocks. Beltsville: Gryphon House, Inc.

Martini, J. (2005). Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak, Jakarta : Grasindo

Moeslichatoen. (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-Kanak. Jakarta : Rineka Cipta

Mubiar, A. dan Uyu Wahyudin. Penilaian Perkembangan Anak Usia Dini. Bandung. CV. Falah Production

Mulyadi, S. (2004). Bermain dan Kreativitas (Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain. Papas Sinar Sinanti : Jakarta

Munandar, U. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas anak Sekolah Petunjuk bagi Orang tua dan Guru, Jakarta : PT. Grasindo

(57)

147

Munandar, U. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat : Jakarta. PT. Rineka Cipta.

Musthafa, B. (2005). “Pembelajaran Kostruktivistik: Pendekatan, Desain dan Strategi,” makalah disampaikan pada Pelatihan Nasional Pengembangan Wawasan Nasional Dosen PGTK. Jakarta: Depdiknas.

Musthafa, B. (2008). Dari Literasi Dini Ke Literasi Teknologi. Jakarta Indonesia: Yayasan CREST Center for Education and Sociocultural Transformation, Bandung dengan NEW CONCEPT ENGLSH CENTRE, Jakarta.

Mutiah, D, (2010). Psikologi Bermaina Anak Usia Dini. Penerbita Kencana Mediana Group.

Nasution (2000). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Edisi Pertama. Jakarta: Bina Aksara.

Nursisto. (1999). Kiat Menggali kreativitas. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Ramli, S, (2009).

http://ramlimpd.blogspot.com/2010/10/pembelajaran-untuk-anak-usia-dini.html. Didownload pada tanggal 10 November 2010.

Raharjo, B. (2007). http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8307260271.pdf. Didownload pada tanggal 10 November 2010.

Riduwan. (2010). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta Rohani A, (1997). Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta

Rachmawati, Y & Kurniati, E. (2010) Strategi Pengembangan Kreativitas pada Anak. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Ruseffendi, E. T. (2003). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: UNNES Press.

Sanjaya, W. (2009) Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktek Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Santoso, S (2002). Mengolah Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT Elex Media Computindo.

(58)

Sriningsih, N. (2009). Pembelajaran Matematika Terpadu untuk Anak Usia Dini. Bandung: Pustaka Sebelas.

Sujiono, N Yuliana. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT. Indeks

Sujiono, N. Y. dan Sujiono, B. (2010). Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta. PT. Indeks

Sukmanasa, E. (2009). Dampak Metode Bermain dengan Menggunakan Media Flashcard Terhadap Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan dan Kreativitas Anak Usia Dini. Tesis Magister UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas, Kebudayaan, dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.

Syaefudin S, U. & Satori D. (2007). Inovasi Pendidikan Dasar. Bandung : UPI Yew, T. P. (2002). Mats the Fun & Magical Way. Jakarta: PT Elex Media

Gambar

TABEL 3.1 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN KREATIVITAS
TABEL 3.2 KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN BERHITUNG
TABEL 3.3 HASIL UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI
TABEL 3.4 HASIL UJI VALIDITAS PEDOMAN OBSERVASI
+7

Referensi

Dokumen terkait