• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR DALAM MATA KULIAH MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : Studi Deskriptif-Analitik pada Mahasiswa STAIN Pontianak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONTRIBUSI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR DALAM MATA KULIAH MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM : Studi Deskriptif-Analitik pada Mahasiswa STAIN Pontianak."

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI FAKTOR-FAKTOR INTERNAL

TERHADAP KEBERHASILAN BELAJAR

DALAM MATA KULIAH MATERI

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(Studi Deskriptif-Analitik pada Mahasiswa STAIN Pontianak)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pengembangan Kurikulum

.*PASC4

Oleh:

FAHRUL RAZI SALIM

NIM. 019540/S-2 PK

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H.NaKa jSyaodih Sukmadinata

NIP. 130143873

Pembimbing II

-j$a5

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak

NIP. 130609582

Mengetahui;

Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum

PROGRAM PASCASARAJA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul: "Kontribusi Faktor-faktor Internal terhadap Keberhasilan Belajar dalam Mata Kuliah Materi Pcndidikan

Agama Islam (Studi Deskriptif-Analitik pada Mahasiswa STAIN Pontianak)" ini

beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak

melakukan pcnjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan

etika kelilmuan yang berlaku dalam masyarakal keilmuan. Atas pernyataan ini, saya

siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian

ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau

ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 18 September 2003

^ang Membuat Pernyataan

(4)

ABSTRAK

Salah satu mata kuliah yang berfungsi membentuk sikap professional guru

Pendidikan Agama Islam adalah mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam. Secara

teoretis, keberhasilan mahasiswa dalam mencapai tujuan pembelajaran mata kuliah

ini ikut ditentukan oleh karakteristik mahasiswa itu sendiri, di antaranya berupa gaya

belajar, sikap dan kebiasaan belajar serta aktivitas yang mereka lakukan dalam

merespon strategi pembelajaran yang digunakan dosen dalam perkuliahan.

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menemukan besarnya

konstribusi gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar serta kualitas pembelajaran

terhadap keberhasilan belajar mahasiswa pada mata kuliah Materi Pendidikan Agama

Islam di STAIN Pontianak.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk

expost facto.

Untuk menjaring data yang diperlukan sesuai dengan variabel penelitian, digunakan

instrument penelitian berupa:

GEFT (Group Embedded Figures Test)

untuk

mengukur gaya belajar

field dependent-field independent, SSHA (Survey of Study

Habits and Attitudes)

untuk mengukur sikap dan kebiasaan belajar, serta kuesioner

berbentuk skala sikap untuk mengukur aktivitas mahasiswa dalam strategi

pembelajaran langsung pada mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam.

Temuan penelitian ini adalah bahwa aktivitas mahasiswa dalam strategi

pembelajaran langsung pada mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam ikut

ditentukan secara langsung oleh faktor gaya belajar

(field dependent-field

independent)

sebesar 25,1% dan faktor sikap dan kebiasaan belajar sebesar 58%.

Sedangkan keberhasilan belajar (prestasi akademik) mata kuliah Materi Pendidikan

Agama Islam ikut ditentukan oleh gaya belajar

(field dependent-field independent)

sebesar 27,9%, sikap dan kebiasaan belajar mahasiswa tidak memberikan pengaruh

langsung terhadap keberhasilan belajar mahasiswa dalam mata kuliah Materi

Pendidikan Agama Islam. Pengaruh tak langsung sikap dan kebiasaan belajar

mahasiswa melalui variabel aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran

langsung terhadap keberhasilan belajar (prestasi akademik) mata kuliah Materi

Pendidikan Agama Islam adalah signifikan sebesar 19%. Kadar aktivitas mahasiswa

dalam strategi pembelajaran langsung juga ikut mempengaruhi secara langsung

keberhasilan belajar mahasiswa sebesar 32,8%.

Kepada dosen pengampu mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam

direkomendasikan antara lain agar memperhatikan karakteristik mahasiswa berupa

gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar dalam pelaksanaan proses perkuliahan.

(5)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN ii

PERNYATAAN iii

ABSTRACT iv

ABSTRAK v

KATA PENGANTAR vi

DAFTAR ISI xiii

DAFTAR TABEL,DIAGRAM, GAMBAR, BAGAN xv

DAFTAR LAMPIRAN xvii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan Penelitian 20

C. Definisi Operasional 24

D. Pertanyaan Penelitian ; 29

E. Tujuan Penelitian 30

F. Manfaat Penelitian 31

G. Asumsi 33

H. Hipotesis 33

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN

BELAJAR 36

A. Organisasi dan Struktur Kurikulum 36

B. Tujuan dan Materi Mata Kuliah MPAI 43

C. Karakteristik Mahasiswa dalam Sistem Kurikulum 46 D. Konsep dan Faktor Efektivitas Strategi Pembelajaran dalam

Proses Belajar Mengajar 50

E. Konsep Keberhasilan Belajar 93

(6)

F. Gaya Belajar, Sikap dan Kebiasaan Belajar Kaitannya

dengan Strategi Pembelajaran 95

G. Kerangka Berpikir 158

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 160

A. Metode Penelitian 160

B. Variabel Penel itian 160

C. Populasi dan Sampel 161

D. Teknik Pengumpulan Data 162

E. Pengembangan Alat Pengumpulan Data 166

F. Teknik Analisis Data 173

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 179

A. Deskripsi Data tentang Aktivitas 179

B. Kontribusi 187

C. Pembahasan Hasil Penelitian 200

D. Keterbatasan Penelitian 206

BABV KESIMPULAN, IMPLIKASl DAN SARAN 209

A. Kesimpulan 209

B. Implikasi Hasil Penelitian 210

C. Saran-saran 212

DAFTAR PUSTAKA 215

LAMPERAN-LAMPIRAN 225

(7)

DAFTAR TABEL/BAGAN/GAMBAR

Ta bel/Bagan/Gam ba r

1. Variabel-variabel Proses Belajar Mengajar By Biddle & Dunkin 21

2. Mata Kuliah Dasar Umum 38

3. Mata Kuliah Dasar Keahlian 39

4. Mata Kuliah Keahlian 40

5. Struktur Kurikulum Prodi PAI 42

6. Peningkatan Proses dan Hasii Belajar 47

7. Teori Pembelajaran Menurut Bloom 82

8. Instructional Media for Use in Independent Study 138

9. Model Hipotetik/Kerangka Berpikir Penelitian !58

10. Rangkuman Hasil Analisis Validitas Instrumen GEFT 167

11. Kisi-kisi Alat Ukur Skala Sikap Belajar 168

12. Kisi-kisi Alat Ukur Kebiasaan Belajar 169

13. Kisi-kisi Alat Ukur Efektivitas Penggunan Strategi

Pembelajaran Langsung 171

14. Kategorisasi Ubahan Penelitian Konstribusi Gaya Belajar,

Sikap dan Kebiasaan Belajar 176

15. Ringkasan Statistik Rerata dan Simpangan Baku 179

16. Tabel Silang Kategorisasi Prestasi Akademik Mata Kuliah MPAI

Aktivitas dalam Strategi Pembelajaran Langsung 181

17. Tabel Silang Kategori Prestasi Akademik Mata Kuliah MPAI

* Kategori Gaya Belajar 183

18. Tabel Silang Kategori Aktivitas Penggunaan Strategi Pembelajaran Langsung

* Kategori Gaya Belajar 184

19. Tabel Silang Prestasi Akademik Mata Kuliah MPAI

*Kategori Sikap dan Kebiasaan Belajar 185

(8)

Ta bel/Bagan/Ga m bar

20. Tabel Silang Kategori Aktivitas Penggunaan Strategi Pembelajaran Langsung

* Kategori Sikap dan Kebiasaan Belajar 186

21. Ringkasan Hasil Pengujian Normalitas Data 188

22. Ringkasan Hasil Pengujian Regresi Ubahan Kriterium

atas Setiap Ubahan Prediktomya 189

23. Korelasi Rank-Order Spearman 190

24. Ringkasan Korelasi Jenjang Nihil 191

25. Koofisien Jalur untuk Model Penuh 192

26. Pola Hubungan dan Koofisienjalur dalam Model Penuh 193

27. Koofisien Jalur untuk Model Revisi 196

28. Pola Hubungan dan Koofisienjalur untuk Model Revisi 197

29. Rarigkuman Hasil Dekomposisi 199

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN

I : Instrumen Penelitian

1. Group Embedded Figures Test 225

2. SSHA 236

3. Aktivitas Mahasiswa dalam Strategi Pemelajaran Langsung ... 247

II : Data Hasil Uji Coba

1. Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen GEFT 254

2. Uji Validitas dan Reliabelitas Variabel Sikap Belajar 256

3. Uji Validitas dan Reliabelitas Variabel Kebiasaan Belajar 266

4. Pembobotan Skala Sikap Instrumen Aktivitas Mahasiswa

dalam Strategi Pembelajaran Langsung 276

5. Uji Validitas dan Reliabelitas Instrumen Aktivitas Mahasiswa

dalam Strategi Pembelajaran Langsung 289

III : Analisis Data

1. Data Hasil Penelitian 295

o

2. Descriptive Statistics 299

3. Pengujian Persyaratan Analisis 307

A. Pengujian Normalitas Data 307

B. Pengujian Multikolinearitas Regresi 307

C. Uji Linearitas Regresi 308

D. Pemeriksaan Homoskedastiditas 310

(10)

4. Pengujian Hipotesis 311

A. Analisis Regresi Persamaan I, Full Model 311

B. Analisis Regresi Persamaan II, Full Model 315

C. Analisis Regresi Model Revisi 319

5. Dekomposisi Pengaruh Langsung, Tak Langsung, Unanalyzed,

dan Spurious 321

6. Pengujian Model

7. SK Dosen Pembimbing, Izin Riset, dan Kartu Bimbingan 324

8. Daftar Riwayat Hidup Peneliti 331

xvm

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu unsur yang dapat menentukan keberhasilan pendidikan adalah

"guru". Hal ini merupakan suatu kewajaran mengingat guru adalah ujung tombak

proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Bahkan dinyatakan bahwa guru

memberikan konstribusi terbesar (sebesar 34%) terhadap determinasi prestasi belajar

siswa di sekolah (Heyneman & Locky, dalam Fattah, 2000:6). Peranan guru

dirasakan semakin penting di tengah-tengah keterbatasan sarana dan prasarana belajar

- - sebagaimana dialami negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Berbagai

kebijakan dan reformasi pendidikan untuk peningkatan mutu akan kurang mencapai

sasarannya jika tidak menyentuh pihak guru. Karena, kualitas out put lulusan sangat

ditentukan kulitas dan dinamika proses belajar-mengajar di kelas (Satori, 1996) yang

sangat ditentukan oleh kompetensi professional guru. Lawton (dalam Ribbin dan

Burridge, 1994) menyatakan bahwa salah satu dari 5 lahan pokok (key areas) dalam

pengembangan mutu pendidikan adalah "the role of teachers". Supriadi (1998:97)

mengatakan, "Memang mutu pendidikan bukan hanya ditentukan oleh guru,

melainkan oleh mutu masukan (siswa), sarana, dan faktor-faktor instrumental Iainnya.

Tetapi semua itu pada akhimya tergantung pada mutu pengajaran, dan mutu

(12)

2

Jika guru dipandang sebagai faktor dominan dalam menentukan kualitas

pendidikan, maka persoalannya juga mengarah kepada lembaga pendidikan yang

mencetak tenaga kependidikan (guru), yakni Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan (LPTK) yang dianggap belum maksimal menghasilkan out-put sebagaimana yang diharapkan (Tb. Hasanuddin, 2001).

Perkembangan yang terjadi di masyarakat memberikan tantangan bagi Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan untuk mempersiapkan guru yang "menguasai materi subjek, kemampuan mengajar, visi dan sikap terhadap professi, kemampuan mengembangkan professi, dan kemampuan berkomunikasi dengan pendidik, ahli, dan masyarakat" (H.S. Hamid Hasan, 2001).

Untuk mempersiapkan guru agar mampu menghadapi tantangan perkembangan yang terjadi di masyarakat, H.S. Hamid Hasan (2001) dalam makalahnya memaparkan 5 solusi perbaikan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, yakni:

1. Standar untuk professi guru yang sesuai dengan tuntutan akan kualitas guru pada masa sekarang dengan memperhitungkan tuntutan era psar terbuka terhadap profesi guru. Standar ini meliputi berbagai aspek yang berkenaan dengan profesi guru seperti penguasaan bahan ajar (spesialisasi), profesi (sikap, wawasan, ketrampilan, pemanfaatan teknologi, hukum, administrasi), peserta didik (perkembangan psikologis, proses belajar, kemampuan belajar yang terkait dengan pendekatan multikultural), komunikasi dengan masyarakat dan pelaksanaan program studi.

2. Kesesuaian kurikulum dengan standar baru yang dikemukakan di atas, di

mana kurikulum harus lebih fleksibel dan lebih mampu dalam menjawab

perubahan-perubahan tuntutan terhadap profesi.

3. Kurikulum pendidikan guru harus dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih efektif dan bermakna bagi calon guru yaitu berupa perpaduan

(13)

kretaif dan inovatif, mengembangkan rasa ingin tahu yang tinggi,

bernuansa dan mengembangkan budaya cinta damai serta cinta tanah air.'

4. Kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar terhadap standar berupa

adanya suatu sistem jaminan mutu yang handal dan sistem evaluasi hasil

belajar yang ketat (untuk bidang-bidang profesi tertentu digunakan

model mastery dalam eveluasi).

5. Kesinambungan antara pendidikan pra-jabatan dan dalam jabatan guru.

Memperhatikan 5 solusi di atas, jelaslah bahwa segala bentuk dan

implementasi kurikulum yang dikembangkan setiap LPTK harus didasarkan pada

standar. "Standar adalah pernyataan mengenai kualitas yang harus dikuasai dan dapat

dilakukan mahasiswa calon tenaga kependidikan, dosen, pengelola, ditentukan sejak

awal disetujui oleh para ahli pendidikan dan masyarakat dan sedapat mungkin

terukur" (H.S. Hamid Hasan, 2001). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa selain

menyatakan kualitas yang harus dimiliki calon tenaga kependidikan, dan LPTK,

standar berfungsi sebagai dasar mengembangkan kurikulum, mengembangkan proses

dan pelaksanaan pendidikan dan evaluasi.

Dalam usaha mempersiapkan penyesuaian dengan kurikulum standar di

masa yang akan datang, maka pada level institusi LPTK perlu dikaji secara awal

segala bentuk persiapan yang mengarah kepada penyesuaian terhadap kurikulum

standar nasional dan dalam mempersiapkan standar institusional.

Salah satu standar yang ditetapkan oleh lembaga tingkat nasional adalah

aspek pemahaman terhadap peserta didik, dengan aspek-aspeknya berupa: "tahap

perkembangan peserta didik, cara belajar, kesulitan belajar, lingkungan sosial budaya

(14)

4

penataan terhadap kurikulum LPTK PAI juga harus memperhatikan karakteristik

mahasiswanya sebagai peserta didik.

Kurikulum dapat dipandang sebagai rencana pengajaran dan sebagai suatu

sistem (sistem kurikulum). Kurikulum sebagai suatu sistem menyangkut penentuan

segala kebijakan tentang kurikulum, susunan personalia dan prosedur pengembangan

kurikulum, penerapan, evaluasi dan penyempurnaannya (Beauchamp, dalam Nana

Syaodih S., 1997:6-7).

Penerapan kurikulum adalah sama maknanya dengan

pelaksanaan rencana kurikulum, dan berarti "pelaksanaan rencana itu sudah masuk

pengajaran" (Nana Syaodih. S, 1997:5).

Kalau "pengajaran" dipandang sebagai sub sistem dari kurikulum, maka

pengajaran mempunyai fungsi untuk mendukung pencapaian tujuan kurikulum, yang

lebih difungsikan untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran sebagai akibat dari

proses pengajaran. Dunkin dan Biddle (1975) mengetengahkan tiga variabel besar

yang menentukan keberhasilan belajar, yaitu

process variables, context variable,

dan

presage variables.

Begitu pula Benjamin S. Bloom (1976) melalui teorinya yang

diberi nama

"School Learning Theory",

mengungkapkan bahwa

keberhasilan

mencapai tujuan belajar ditentukan oleh faktor karakteristik siswa, tugas-tugas

pembelajaran, dan kualitas pengajaran. Aplikasi

School learning theory

dalam sistem

kurikulum dikemukakan oleh Mc.O'Neil (1976) (dalam Soedijarto:1981)

dengan-mengembangkan model peningkatan kualitas proses dan hasil belajar. Dalam model

tersebut digambarkan bahwa proses dan hasil belajar ditentukan oleh sistem

(15)

siswa dengan segala latar belakangnya, dan guru dengan berbagai later belakangnya

pula. Begitu pula jika dipandang dari kajian pengendal.an mutu kurikulum (Nana

Syaodih S,

Bahan Perkuliahan Landasan dan Prinsip Pengembangan Kurikulum,

2001)

terdapat sejumlah faktor yang mengendalikan mutu suatu kurikulum dalam

mencapai hasil pendidikan, yakni: (1) faktor raw input (siswa/mahasiswa), (2) faktor

environmental-input, dan (3) faktor Instrumental-Input.

Bertolak dari teori kurikulum sebagai sistem (sistem kurikulum) dan

pengendalian mutu

kurikulum,

diperoleh

kejelasan

bahwa

karakteristik

siswa/mahasiswa merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan

proses dan hasil belajar. Dan faktor mi sejumlah aspek karakteristik

siswa/mahasiswa telah dikaji oleh para ahli, di antaranya oleh Lyn Corno &Sno w

(dalam Wittrock, 1986), Abdul Gafur (1982) dan Winkel (1991) yang menyatakan

bahwa ada tiga kategori perbedaan individual yang mempengaruhi hasil belajar siswa

(mahasiswa), yakni kategori kogmsi, berupa: kemampuan-kemampuan intelektual;

pengetahuan yang telah dimiliki; kategori konasi, berupa: kognitif dan gaya belajar;

dan kategori affeksi, berupa: motivasi

akademik dan hubungannya dengan

karakteristik-karakteristikkepribadian.

Pentingnya memahami karakteristik siswa/mahasiswa untuk kepentingan

pengembangan kurikulum dan proses belajar-mengajar diakui oleh A. Lourdusamy

(1994) yang menyatakan bahwa:

Para pendidik sentiasa mencari asas yang sesuai untuk membuat keputusan

tentang cara pengajaran yang baik. Dalam usaha ini para pendidik biasanya

mengahhkan pandangan kepada bidang psikologi dan bidang-bidang yang

(16)

pengembangan kurikulum dan pengajaran pada masa kini berdasarkan Teori

Perkembangan Kognitif yang dikemukakan oleh Piaget, Teori Hierarki

Pembelajaran oleh Gagne, Teori Pengukuhan oleh Skinner, Teori Generatif oleh

Wittrock dan Teori Konstruktivisme oleh Driver. Namun usaha penyelidikan

untuk mencari asas-asas yang lebih kukuh tidak pernah berhenti. Akhir-akhir ini

muncul pula minat yang lebih mendalam terhadap dua bidang psikologi sebagai

asas yang lebih berpotensi untuk membantu membuat keputusan tentang

pengajaran: bidang-bidang ini ialah bidang sains, yang mengkaji fungsi otak

(Sperry, Gardner) dan bidang psikologi perbedaan individu, yang mengkaji

perbedaan kognitif individu dan implikasinya kepada proses belajar-mengajar.

Perbedaan individu dalam aspek-aspek seperti kemahiran, bakat, motivasi dan

sikap dalam kalangan pelajar telah lama diketahui dan selalu diimplimentasikan

dalam bentuk pengajaran.

Reigeluth (1983) sebagai seorang ilmuwan pembelajaran, bahkan secara

tegas menempatkan karakteristik siswa sebagai satu variabel yang paling berpengaruh

dalam pengembangan strategi pengelolaan pembelajaran. Pakar-pakar perancang

pembelajaran (Banathy, 1968; Gerlach dan Ely, 1971; Kemp, 1977; Dick dan Carey,

1985; Romiszowski, 1981; Degeng, 1990, dalam Budiningsih, 2001) menempatkan

langkah analisis karakteristik siswa pada posisi yang amat penting sebelum langkah

pemilihan dan pengembangan strategi pembelajaran. Semua ini menunjukkan bahwa

teori pembelajaran apapun yang dikembangkan dan/atau strategi apapun yang dipilih

untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada karakteristik si belajar.

Demikian juga untuk mengembangkan strategi pembelajaran untuk pengadaan calon

Guru Pendidikan Agama Islam yang optimal terlebih dahulu harus mengetahui

karakteristik mahasiswa sebagai pijakannya.

Kalau teori kurikulum sebagai sistem (sistem kurikulum) dan pengendalian

mutu kurikulum ini diimplementasikan dalam sistem kurikulum Lembaga Pendidikan

(17)

LPTK juga dapat dikaji dengan memahami keterkaitan ar.tar berbagai variabel/faktor

yang mendukung keberhasilan implementasi kurikulum/pembelajaran.

Banyak usaha telah dilakukan oleh para ilmuwan pembelajaran dalam

mengklasifikasi variable-variabel pembelajaran, diantaranya adalah Reigeluth dan

Merril. Mereka membuat klasifikasi ke dalam 3 variabel pembelajaran utama, yaitu :

1) kondisi pembelajaran, 2) metode pembelajaran dan 3) hasil pembelajaran

(Reigeluth, 1983). Masing-masing variable diidentifikasi ke dalam suatu model atau

teori pembelajaran. Variable kondisi pembelajaran dikategorikan menjadi 3

sub-variabel, yaitu : tujuan pembelajaran, kendala dan karakteristik bidang studi, serta

karakteristik siswa. Variable metode dikategori-kan menjadi 3 sub-variabel, yaitu :

strategi pengorgani-sasian bahan (mikro dan/atau makro), strategi penyampaian isi,

dan strategi pengelolaan pembelajaran. Variabel hasil pembelajaran, dikategorikan

menjadi 3 sub-variabel, yaitu : keefektifan, efisiensi dan daya tarik pembelajaran

(Budiningsih,2001).

Klasifikasi variable pembelajaran di atas menjadi pedoman dalam

memformulasikan langkah-langkah desain pembelajaran, yaitu: 1) analisis tujuan dan

karakteristik bidang studi, 2) analisis sumber belajar (kendala), 3) analisis

karakteristik siswa, 4) menetapkan tujuan belajar dan isi pembelajaran, 5)

menetapkan strategi pengorganisasian isi pembelajaran, 6) menetapkan strategi

penyampaian isi pembelajaran, 7) menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, 8)

(18)

Peluang terjadinya interaksi antara variable metode Bag ,

amat besar dalam menentukan variable hasil pembelajaran.^^^lg^

diperlukan identifikasi variable-variabel metode mana yang berinteraksi dengan

variable kondisi dalam menentukan hasil pembelajaran yang konsisten.

Di bidang penelitian, pemetaan variable-variabel pembelajaran tersebut amat

membantu peneliti dalam mengidentifikasi dan menetapkan hubungan-hubungan

antara variable mana yang perlu diuji. Ini dimaksudkan untuk memberikan pijakan

yang sama kepada peneliti-peneliti di bidang ilmu pembelajaran dan teknologi

pembelajaran sehingga temuan-temuannya dapat dengan mudah diintegrasikan

dengan temuan-temuan peneliti sebelumnya. Dengan cara ini, upaya untuk

menciptakan landasan pengetahuan (ilmiah) perbaikan kualitas dan hasil

pembelajaran dapat diwujudkan. Ungsi Antara Oku Marmai (dalam Journal

Pendidikan dan Kebudayaan, September 2001 tahun ke-7, Nomor 031) mengatakan,

"... penelitian strategis tentang pengajaran dan pembelajaran perlu digalakkan,

sehingga dapat diketahui secara nyata apa, mengapa, dan bagaimana upaya-upaya

yang seharusnya dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang

diharapkan".

Salah satu faktor/variabel yang disoroti dalam kajian pembelajaran adalah

faktor-faktor internal calon mahasiswa yang sekaligus juga sebagai calon guru.

Hanya saja, kajian terhadap persoalan ini dalam pengembangan kurikulum LPTK

(19)

dependence-field independence), sikap dan kebiasaan belajar mahasiswa serta aktivitas belajar

mahasiswa.

Pentingnya mengkaji faktor-faktor internal ini didasari

oleh

pertimbangan sebagai berikut:

1. Gaya Belajar.

Gaya belajar merupakan salah satu aspek dari perbedaan individuil dan hal ini

sangat kecil berkaitan dengan inteligensi tetapi dapat mempengaruhi belajar para

siswa di sekolah. Secara umum, para pendidik cenderung menggunakan istilah

gaya belajar (learning styles), sedangkan para psikolog lebih menyukai istilah

cognitive style (gaya kognitif). Gaya belajar atau gaya kognitif adalah cara orang

memproses suatu informasi (menangkap dan menerima informasi), bagaimana

seseorang mendekati suatu tugas belajar, atau cara-cara individu untuk

memproses dan mengorganisasi dan untuk merespon stimuli lingkungan

(Bjorklund, 1989; Shuell, 1981; dalam Anita E. Woolfolk, 1995). Banyak jenis,

type-type atau pola-pola gaya belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Pola-pola

gaya belajar tersebut didefinisikan secara berbeda, seperti pola yang dikemukakan

Gnggs (1991), berbeda dengan pola yang dikemukakan oleh Gentry (1990) dan

Jame & Gardner (1995) (dalam Brown B.L., 1998). Dalam berbagai literatur,

gaya belajar field-dependence dan field-independence cukup banyak dibahas.

Suatu implikasi dari pendekatan gaya belajar ini bagi pengembangan guru dapat

dipaparkan dari suatu penemuan hasil penelitian dari Myers &McCaulley tahun

1985 yang ditulis oleh Paul R. Pintrich (dalam W. Robert Houston, Edit., 1990)

mengungkapkan tentang dua calon guru

yang berbeda gaya belajamya

(20)

memberikan reaksi yang cukup berbeda. Perbedaan reaksi

ini\]adll^^fllj

dan stabil selama jangka waktu tertentu dan situasi yang berbeda. ^i^J^^t/

perbedaan gaya belajar dari dua orang calon guru ini diasumsikan akan

menentukan pemilikan disiplin ilmu dan jabatan/karier yang akan dipilihnya.

Kesimpulan yang diperoleh adalah pemilihan guru dapat didasarkan penilaian

calon guru yang berdasarkan gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar mereka.

Dalam kaitannya dengan kegiatan pengajaran, dimaklumi bahwa gaya belajar

(gaya kognitif) memainkan peranan penting dalam proses yang kompleks dalam

perkembangan pendidikan dan pilihan kerja seorang individu (A. Lourdusamy,

1994). Kajian tentang gaya belajar (sebagai salah satu karakteristik mahasiswa)

dalam dunia pengajaran menjadi sorotan penting untuk mencari asas yang sesuai

dalam membuat keputusan tentang cara pengajaran. Dalam usaha ini para

pelaksana dalam bidang

pengembangan kurikulum

dan

pengajaran

pada masa

kini berusaha melakukan penyelidikan untuk mencari asas-asas yang lebih kuat,

salah satu penyelidikan terarah kepada mendalami bidang psikologi khususnya

pada bidang perbedaan gaya kognitif (A Lourdusamy, 1994). Berbagai penelitian

yang mengkaji tentang gaya belajar mahasiswa di perguruan tinggi telah banyak

dilakukan. Gaya belajar field dependence/field independence cukup banyak

dirujuk sebagai standar dalam mengukur gaya belajar mahasiswa. Beberapa

penelitian yang menggunakan standar field dependence/field independece

(denganmenggunakan GIFT), di antaranya:

a. Muhammad Ali Salmani (2002) telah meneliti 240 mahasiswa bahasa Inggeris

(21)

Field Dependence/Field Independence dalam tes komunikatif. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa mahasiswa yang field dependence mempunyai

performance yang lebih baik dalam dua tes yang diberikan (CT dan IELTS

test).

b. B.L. Gurton, JN. Spain, W.E. Trout, D.E. Spiers, dan W.R. Lamberson

meneliti tentang hubungan antara gaya belajar mahasiswa dengan

performance mengajar di dalam pendidikan pendahuluan ilmu hewan. Hasil

penelitian membuktikan bahwa gaya belajar berpengaruh terhadap

kemampuan akademik mahasiswa, bagaimana mereka belajar, dan interaksi

antara dosen-mahasiswa.

c. "Pengaruh gaya belajar Mahasiswa Pertanian terhadap kemampuan akademik

dan persepsinya pada metode pengajaran dengan modul kornputer multimedia

dan metode ceramah". Penelitian ini dilakukan oleh David L. Marrison dan

Martin J. Frick (1994). Hasil penelitian yang mereka peroleh adalah bahwa

gaya belajar field dependence/field independence tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap respek hasil tes kemampuan pengetahuan akdemik. Begitu

juga dengan persepsi mereka terhadap metode kuliah dan pengajaran multi

media, ditemukan tidak memiliki pengaruh yang signifikan didasarkan pada

gaya belajar tersebut. Namun demikian, penelitian ini menemukan bahwa para

mahasiswa yang dependence lebih cepat mempelajari bahan kuliah melalui

modul multimedia. Mahasiswa yang independence diindikasikan lebih mudah

(22)

12

d. David P. Diaz dan Ryan B. Cartnal (1999) membandingkan gaya belajar di

dalam sebuah online antara kelas jarak jauh dan kelas kampus. Pada

mahasiswa kelas jarak jauh dan kelas kampus skor kemampuan akademik

tertinggi ada pada mahasiswa yang bergaya belajar field independence.

e. Ching-Chun Shih dan Julia Gamon dari Universitas Iowa meneliti tentang

hubungan prestasi belajar mahasiswa dengan variabel-variabel sikap,

motivasi, gaya belajar, yang diseleksi berdasarkan demografi. Populasi

penelitiannya adalah mahasiswa yang mengikuti perkuliahan melalui WEB

(internet) pada fakultas pertanian sebanyak 99 mahasiswa. Untuk mengukur

gaya belajar digunakan GEFT. Sedangkan untuk mengukur motivasi dan

sikap digunakan angket. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa lebih dari

2/3 mahasiswa yang mengikuti perkuliahan yang berbasis WEB adalah

mereka yang menggunakan gaya belajar field independence. Namun

demikian, gaya belajar tersebut berbeda secara signifikan di dalam prestasi

akademik para mahasiswa.

f. Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia yang terkait dengan gaya

belajar, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Yusnidar (1993) tentang

gaya belajar dalam pemahaman konsep-konsep kimia pada mahasiswa

pendidikan kimia FKIP Universitas Jambi, Sri Rejeki, dkk. (1991) tentang

gaya belajar mahasiswa program tingkat pertama bersama dalam mata kuliah

(23)

2. Sikap dan Kebiasaan Belajar.

Kedua faktor karakteristik mahasiswa calon guru Pendidikan Agama Islam ini

menjadi sangat penting untuk ditelusuri terutama jika dikaitkan dengan upaya

untuk mengembangkan sikap dan kemampuan professional guru melalui

pendidikan preservice. Dunia professi Guru Pendidikan Agama Islam memiliki

karakteristik yang lebih spesifik terkait dengan sifat-sifat khas yang terkandung

dalam pengajaran agama (Zakiah Darajat, dkk., 1984:162-164). Sikap dan

kebiasaan belajar yang dimiliki oleh calon-calon guru agama Islam selama berada

di pendidikan preservice akan terpolakan dan bagaimanapun juga akan mewarnai

kepribadiannya ketika menjadi guru.

Ajaran Islam merupakan ajaran yang

universal dan multidimensi (Fachry Ali, 1984:18-19) sehingga menuntut seorang

guru agama Islam untuk senantiasa menambah wawasan pengetahuannya baik

yang langsung terkait dengan pengetahuan agama itu sendiri maupun

pengetahuan umum dalam konteks pembelajaran (Ahmad Tafsir, 1999:2;

Azyumardi Azra, 1998:24). Pada prinsipnya, dalam konteks ajaran Islam antara

pengetahuan agama dan pengetahuan umum tak dapat dipisahkan (A. Timur

Djailani, 1980:32; Azyumardi Azra, 1999:ix; Abu al'AIa al-Maududi, dalam

Ruswan Thoyib dan Darmuin, 1999:243). Hanya guru agama Islam yang

memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positiflah yang dapat menjawab

tantangan zaman dan memberikan pemenuhan kebutuhan anak didiknya dalam

memahami ajaran Islam secara kaffah, dengan pola pendekatan yang obyektif,

positivistik dan realistik (Totok Ariyanto, 2002). Pentingnya karakteristik sikap

(24)

14

dari segi: (1) pandangan mahasiswa terhadap dosen-dosen dan prilaku dosen

dalam kelas serta cara mengajar mereka; (2) penerimaan atau penolakan

mahasiswa terhadap tujuan perkuliahan yang akan dicapai, materi yang disajikan,

praktek-praktek, tugas-tugas serta persyaratan-persyaratan yang ditetapkan

program studi.

Pada segi yang pertama, mahasiswa calon guru Pendidikan

Agama Islam harus memiliki kepercayaan diri tentang batas-batas pengetahuan

dan pemahamannya dalam hal sikap-sikap professional seorang guru dan

membandingkannya dengan perwujudan sikap professional tersebut melalui

performance para dosen yang mengajar mereka. Pada segi yang kedua,

mahasiswa calon guru pendidikan Agama Islam diharuskan untuk memiliki

kemampuan untuk mengevaluasi tujuan perkuliahan, materi yang dipelajari serta

bagaimana seharusnya ia memandang tugas-tugas yang diberikan dosen. Pada

gilirannya kedua indikator sikap belajar yang akan dikaji dalam penelitian ini

akan dijadikan tolok ukur bagi mahasiswa calon guru ketika ia berrugas sebagai

guru dalam melakukan evaluasi diri. Kebiasaan belajar yang dikaji dari segi: (1)

ketepatan waktu menyelesaikan tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari

hal-hal yang memungkinkan tertundanya penyelesaian tugas; (2) penggunaan

cara-cara belajar yang efektif efesiensi dalam mengerjakan tugas-tugas akademik

dan ketrampilan-ketrampilan belajar, dapat menjadi alasan yang memperkuat

pentingnya menelusuri kebiasaan belajar para mahasiswa calon guru. Guru adalah

sosok yang dicontoh dan ditiru. Pada diri guru (teratoma guru Pendidikan Agama

Islam) seharusnya melekat sejumlah atribut khusnul khatimah, suri tauladan

(25)

ilmu walau sampai ke negeri Cina", "Tuntutlah ilmu itu dari ayunan sampai ke

liang lahat", dan "Menuntut ilmu itu merupakan kewajiban bagi muslim laki-laki

dan perempuan" harus dijiwai oleh setiap orang yang akan menjadi guru

Pendidikan Agama Islam. Menelusuri, mengkaji dan mengidentifikasi

karakteristik kebiasaan belajar para mahasiswa calon guru Pendidikan. Agama

Islam, merupakan salah satu upaya untuk mendeteksi kepribadian para calon guru

Pendidikan Agama Islam.

Hasil penelitian terdahulu yang mengungkapkan tentang hubungan sikap

belajar dengan keberhasilan belajar, di antaranya oleh Kems, Birney dan Taylor

(dalam lavin, 1965:66-67). Dalam penelitian ini, Birney dan Taylor mengembangkan

suatu skala untuk mengukur orientosi mahasiswa terhadap perguruan tinggi yang

mencakup dua jenis sikap, yaitu orientosi sosial dan orientosi skolastik. Hasil

penelitian mereka membuktikan, bila abilitas dikontrol, pada kelompok mahasiswa

-senior terdapat korelasi yang rendah (0,29) antara orientosi skolastik dengan prestasi

belajamya. Tetapi pada kelompok mahasiswa yunior korelasi tersebut tidak ada.

Penelitian lain dilakukan oleh Hoshaw (Shaw & Wright, 1967:496) yakni tentong

sikap siswa terhadap guru. Hasil penelitian yang diperoleh adalah korelasi mendekati

0 dengan prestasi belajar. McGauvran (Lavin, 1965:67) meneliti tentang pengaruh

sikap merngenai sekolah dan pendidikan pada umumnya terhadap prestasi akademik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik di tingkat perguruan tinggi maupun pada

tingkat sekolah menengah, sikap yang positif mengenai sekolah dan pendidikan pada

umumnya berkorelasi positif dengan prestasi akademik. Burges dan Carter (Lavin,

(26)

16

perguruan tinggi dan sekolah menengah. Pada tingkat perguruan tinggi, ditemukan

bahwa apabila variabel abilitas dikontrol dengan cermat, terdapat korelasi positif

antora kebiasaan belajar dengan prestasi akademis. Penelitian tentong "Sikap dan

kebiasaan belajar mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Palembang" diteliti oleh Romzy Gumay (1991). Hasil penelitian

yang diperoleh adalah bahwa mutu kegiaton belajar yang berhubungan dengan teknik

membaca dan membuat catotan dan pemusatan perhatian/pikiran adalah baik,

sedangkan mutu kegiaton belajar yang dihubungkan dengan pembagian waktu dan

pengaruh pergaulan, penyelesaian tugas, ujian dan terhadap mata kuliah adalah

cukup. Situmorang J, dkk. (1990) meneliti tentang prestasi belajar mahasiswa IKIP

Medan ditinjau dari kebiasaan-kebiasaan belajamya. Penelitian ini membuktikan

terdapat hubungan berbanding lurus antora kebiasaan-kebiasaan belajar mahasiswa

IKIP Medan dengan hasil belajamya (rh = 0,53 lebih besat dari r, = 0,13 p.0,05).

Besarnya variasi hasil belajar dapat dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan belajamya

sebesar 25%. Situmorang, B (1991) melaporkan hasil penelitiannya bahwa tingkat

keberhasilan belajar mahasiswa FPTK IKIP Medan tergolong pada kategori

"kurang". Kesimpulan penelitiannya adalah bahwa faktor-faktor yang berhubungan

dengan hasi! belajar adalah faktor kebiasaan-kebiasaan belajar, motivasi berprestosi,

dan minat membaca buku.

3. Aktivitas Mahasiswa dalam Pembelajaran.

(27)

terkait dengan faktor internal yakni aktivitas belajar mahasiswa dalam merespon

strategi pembelajaran yang dipergunakan oleh dosen dalam perkuliahan, penting

untuk dikaji.

Oleh karena sistem penyampaian perkuliahan Materi Pendidikan Agama

Islam dominan menggunakan metode ceramah bervariasi, maka aktivitas belajar

mahasiswa yang akan disoroti adalah aktivitas mahasiswa dalam strategi

pembelajaran langsung(direct instruction).

Penelitian tentong pengaruh karakteristik siswa terhadap strategi pembelajaran dan

keberhasilan belajar, antora lain:

a. Degeng (1998) dalam penelitiannya yang berjudul Interactive Effects of

Instructional Strategies and Learner Characteristic on Learning Effectiveness,

Efficiency dan Appeal menyimpulkan bahwa peluang terjadinya interaksi

antara variable metode (pengorganisasian materi pembelajaran) dengan

variable kondisi (karakteristik siswa) pada keefektifan belajar adalah besar.

b. Budiningsih (1997) dalam penelitiannya yang berjudul "Pengaruh Strategi

Penataan Isi Matokuliah Serta Gaya Kognitif Mahasiswa Terhadap Hasil

Belajar dan Daya Tarik Pengajaran' juga menunjukkan hasil yang sama yaitu

terjadi pengaruh strategi penataan isi dan karakteristik mahasiswa terhadap

hasil belajar dan daya tarik pengajaran. Ke dua penelitian tersebut telah

membuktikan kesahihan teori dan model pembelajaran yang telah dijelaskan di

atas. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Suhardjono, dkk (1994), Degeng

dan Sukarnyana (1994), Lusiana dkk (1995), Kristian (1995), Mukhadis

(28)

18

Persoalan faktor-faktor internal mahasiswa sebagai calon guru di masa yang

akan datong perlu dikembangkan untuk menemukan solusi dalam membuat kebijakan

untuk pengembangan kurikulum LPTK khususnya di Fakultas Tarbiyah teratoma

dalam hal peningkatan hasil belajar dan perbaikan proses belajar.

Selama ini faktor internal terkesan diabaikan. Kita tak bisa memungkiri

kenyataan bahwa, dari

"passing grade"

nilai kumulatif Tes Sipenmara mahasiswa

calon guru di LPTK beberapa tahun terakhir lebih rendah bila dibandingkan dengan

non-LPTK, apalagi dengan Perguruan Tinggi Negeri terkemuka lainnya. Hasil studi

meto-analisis 65 penelitian yang dilakukan Duva & Anderson (dalam Gabel, 1993)

menyimpulkan ada korelasi yang rendah (di bawah 0,50) antora karakteristik guru

(dilihat dari: gender, IQ, variabel kepribadian) dengan

student outcomes

(dilihat dari

tes hasil belajar dan sikap). Tetopi diyakini para ahli bahwa kemampuan intelektual

guru yang tinggi akan mempengarahi pemahaman dan penguasaannya tentang

pengetohuan materi ajar. Walaupun hubungan atou korelasi antora kemampuan

intelektual umum dengan penampilan mengajar belum terdokumentasi dengan jelas

(Roth & Pipho, dalam Gabel, 1993), namun upaya untuk memilih calon guru di

LPTK diarahkan kepada calon yang memenuhi standar tertentu, baik terkait dengan

NEM, hasil test seleksi, Iator belakang pendidikan, atou karakteristik lainnya.

Secara teroritis dipahami bahwa karakteristik mahasiswa (calon guru) ikut

menentukan kualitas proses dan keberhasilan belajamya selama di LPTK. Sedangkan

hasil belajar mahasiswa (calon guru) selama dalam kegiaton pre-service memberikan

(29)

kependidikan atou mengajar (E.Sasube.T., 1989; Moegiadi & Mangindaan, Ch.,

1976; Hunt &Joyce, 1967 dalam Houston, 1990; Tri Dyah Prastiti, 1999).

Mungkin saja, persoalan rendahnya kualitas pendidikan di tonah air kita,

yang dikeluhkan oleh banyak pihak, jika dikaji dari segi keberadaan guru sedikit

banyaknya akan menjadi bahan introspeksi untuk menelusuri berbagai faktor

penyebab dalam pengendalian sistem kurikulum LPTK. Maknanya bahwa reformasi

di bidang pendidikan yang mengandung makna perubahan, pembaharuan dan

penataan-penataan menuju iklim pendidikan yang lebih berkualitas, perlu dilakukan.

Bagaimanapun juga tak bisa difungkiri bahwa LPTK ikut menentukan guru untuk

masa datong (Mae Seagoe, dalam Aswandi Bahar, 1989: 140).

Di lingkungan LPTK Pendidikan Agama Islam (Fakultas Tarbiyah), urgensi

untuk memperhatikan faktor karakteristik mahasiswa sebagai calon guru Pendidikan

Agama Islam dirasakan semakin penting. Kondisi calon mahasiswa yang berminat

untuk memasuki LPTK ini meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan di sisi lain

keteriambatan mahasiswa untuk menyelesaikan studi tepat pada waktunya relatif

cukup banyak.

Di lain sisi, dalarn proses perkuliahan, tompaknya strategi pembalajaran

langsung masih dominan dipergunakan dosen. Akibatnya, perlu dicari solusi yang

tepat untuk meningkatkan kebermaknaan penggunaan strategi pembelajaran tersebut

untuk meningkatkan aktivitas belajarmahasiswa.

Penggunaan strategi pembelajaran, apapun jenisnya akan menjadi efektif

(30)

20

pula, berbagai kategori dan aspek-aspek kemampuan

mahasiswa ini dapat

berpengaruh terhadap proses belajar-mengajar apapun (W.S. Winkel, 1991).

Beberapa faktor internal serta kaitannya dengan strategi pengajaran dan

keberhasilan belajar mahasiswa (sebagai calon tenaga GPAI) dalam mata kuliah

Materi Pendidikan Agama Islam pada program studi Pendidikan Agama Islam di

Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Pontianak perlu ditelaah lebih jauh melalui

suatu kegiaton penelitian.

B. Permasalahan Penelitian

1. Peramusan Masalah

Pokok masalah penelitian ini berkaitan dengan proses belajar-mengajar

pada program studi Pendidikan Agama Islam di STAIN Pontianak. Dengan kato lain,

penelitian ini diarahkan untuk melihat konstnbusi variabel-variabel yang menentukan

proses dan hasil belajar mahasiswa di STAIN Pontianak. Secara skematik dapat

(31)

Pengaiaman Formatif Guru -Status sosial -Usia -Jenis kelamin Pengaiaman ~ Formatif anak -Kelas sosial -Usia -Jenis kelamin engalaman Pelatihan Guru -Tingkat pendidikan

-Jenis pelajaran yang

dimiliki

-Pengaiaman mengajar

\

Kepemilikan Guru

-Keterampilan mengajar -Intelegensi -Motivasi -Sikap PROCESS VARIABLES RUANG KELAS Prilaku guru Di kelas. PRODUCT VARIABLE CONTEXT VARIABLE Kepemilikan anak -Kemampuan -Pengetahuan -Sikap Konteks Kelas

Sekolah dan Masyarakat - Iklini, etika masyarakat

- Kebisingan

- Ukuran Sekolah Konteks Kelas -Ukuran kelas -Buku teks -Tata usaha Prilaku siswa Di kelas Perubahan Prilaku siswa Yang diamati ^Pertumbuhan Siswa dengan -Subject matter -Sikap terhadap pelajaran -Pertumbuhan keterampilan lain

Bagan 1: Variabel-variabel pern bentuk proses pembelajaran

(Diadopsi dari Dunkin dan Biddle; 1975)

(32)

22

Berdasarkan diagram di atas, dapatlah dikatokan bahwa hasil belajar itu

ditentukan oleh proses pembelajaran, di mana proses pembelajaran ditentukan pula

oleh interaksi siswa-guru dengan memanfaatkan berbagai fasilitas atau sarana

pembelajaran.

Di

lain sisi, perilaku gura dalam proses pembelajaran sesungguhnya

dapat dipahami dari perilaku siswa yang diajarkannya.

Faktor perilaku guru sangat ditentukan oleh variabel-variabel yang terkait

dengan karakteristik gura itu sendiri, seperti: kecerdasan, penguasaan pengetahuan,

sikap professionalnya, termasuk pengaiaman mengajamya. Sedangkan faktor perilaku

siswa ditentukan oleh variabel yang terkait dengan karakteristik siswa, seperti

pengetohuan awal, tingkat kecerdasannya, gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar,

motivasi, minat dan sebagainya.

Di samping itu, mutu proses belajar-mengajar akan semakin baik jika

didukung oleh variabel konteks yang berkualitas, seperti: konteks kelas yang terkait

dengan ukuran kelas, buku teks, tata usaha; konteks sekolah dan masyarakat yang

terkait dengan faktor iklim, etika masyarakat, tingkat kebisingan, ukuran sekolah, dan

sebagainya.

Jika kerangka pemikiran Dunkin dan Biddle tersebut di atas, digunakan

untuk melihat keberhasilan belajar mahasiswa pada mata kuliah Materi Pendidikan

Agama Islam, maka permasalahan yang terkait dengan upaya untuk meningkatkan

kemampuan mahasiswa calon guru PAI dalam menguasai

subject matter

yang

terwakilkan dalam mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam, memunculkan

(33)

keberhasilan belajar mahasiswa? Bagaimana dengan penggunaan strategi

pembelajaran yang dipergunakan dosen (sebagai bagian dari proses

belajar-mengajar): strategi pembelajaran yang bagaimana yang memberikan konstribusi yang

besar terhadap pencapaian hasil belajar aspek tertentu? Sejauhmana dosen mampu

menggunakan strategi pembelajaran yang efektif? Pada sisi perilaku mahasiswa,

dapat pula muncul pertanyaan: apakah aktivitas yang diwujudkan mahasiswa dalam

merespon penggunaan strategi pembelajaran oleh dosen juga berkonstribusi terhadap

hasil belajamya? Karakteristik mahasiswa yang bagaimana dapat berkonstribusi

terhadap proses dan hasil belajar? Seberapa besar konstribusi variabel konteks (baik

berupa konteks kelas, sekolah maupun masyarakat) terhadap kualitas perkuliahan dan

hasil belajar mahasiswa?

Masih banyak lagi pertanyaan lain yang mungkin dapat diajukan untuk

melihat dan melacak berbagai faktor penentu keberhasilan belajar mahasiswa dalam

mengikuti perkuliahan Materi Pendidikan Agama Islam di STAIN/IAIN.

2. Pembatosan Masalah

Dalam bagan 1 yang telah dipaparkan pada halaman lerdahulu, tampak

sejumlah faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dan keberhasilan belajar.

Dari bagan tersebut tampak betopa kompleksnya proses belajar itu ditinjau dari

variabel-variabel yang saling berinteraksi di dalamnya. Kosekwensinya penelitian

(34)

24

akan sangat sulit dan rumit. Sekalipun demikian, dengan pertolongan analisis

stotistika, hal tersebut akan dapatdilakukan.

Mengingat banyak dan luasnya variabel yang terkait dengan prose dan

hasil belajar, di samping keterbatasan, waktu, biaya dan tenaga, maka variabel yang

akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi:

a. Variabel siswa dibatasi pada gaya belajar (field dependence-field independence),

sikap dan kebiasaan belajar.

b. Variabel proses dibatasi pada aktivitas pembelajaran mahasiswa pada mata kuliah

Materi Pendidikan Agama Islam. Variabel inipun pada dasarnya dapat

dikategorikan sebagai faktor internal, karena terkait dengan aktivitas mahasiswa.

c Variabel produk dibatasi pada prestasi akademik mahasiswa pada mata kuliah

Materi Pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan atas pembatosan masalah di atas, maka penelitian ini diberi judul:

Konstribusi Faktor-faktor Internal terhadap Keberhasilan Belajar dalam Mata

Kuliah Materi Pendidikan Agama Islam (Studi Deskriptif-Analitik pada

Mahasiswa STAIN Pontianak).

C. Deflnisi Operasional

Pada uraian terdahulu, telah dirumuskan sebuah pertanyaan yang merupakan

pokok masalah dalam penelitian ini, yaitu: Berapa besarkah konstribusi

variabel-variabel karakteristik mahasiswa terhadap proses pembelajaran dan keberhasilan

(35)

dirumuskan secara spesifik. Berdasarkan uraian pada identifikasi masalah di atas,

penelitian ini melibatkan empat buah variabel, yaitu gaya belajar, sikap dan kebiasaan

belajar, strategi pembelajaran dan keberhasilan belajar. Tiga variabel pertama

dipandang sebagai variabel prediktor, sedangkan variabel terakhir, yakni keberhasilan

belajar, dipandang sebagai variabel respon.

Mengacu pada permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, perlu

dijelaskan secara operasional variabel-variabel penelitian, sebagai berikut:

/. Gaya belajarmahasiswa

Gaya belajar dalam penelitian ini diukur dari skor yang diperoleh oleh

mahasiswa setelah mengisi tes yang berfungsi untuk mengungkapkan cara individu

mempersepsi, menginterpretasi, mengorganisasi, dan berpikir tentang dirinya dalam

kaitan dengan lingkungannya. Dalam penelitian ini gaya belajar yang akan diteliti

adalah gaya belajar yang bertipe Field Dependence dan Field Independence, dengan

mengadopsi Group Embedded Figures Test (GEFT) yang digunakan oleh Witkin &

Goodenough (1981). GEFT merupakan tes yang berbentuk gambar-gambar yang ditelusuri (tracing) dalam buklet tes yang terdiri atas 3 bagian.

2. Sikap Belajar dan kebiasaan belajar

Sikap Belajar adalah kecenderungan perilaku mahasiswa tatkala mereka mempelajari mata kuliah, dengan indikator:

a. Teacher Approval, yakni berhubungan dengan pandagan mahasiswa terhadap

dosen dan tingkah laku mereka dalam kelas serta cara-cara menyampaikan

(36)

26

b. Educational Acceptance, yakni berhubungan dengan

penerimaan dan penolakan

mahasiswa terhadap tujuan-tujuan yang akan dicapai, materi perkuliahan yang

disajikan, tugas-tugas yang diberikan, serta persyaratan-persyaratan yang

ditetopkan oleh jurusan/program studi/lembaga (STAIN Pontianak).

Kebiasaan belajar adalah cara-cara atou teknik-teknik yang menetop yang

dilakukan mahasiswa pada waktu ia menerima perkuliahan dari dosen, membaca

buku dan mengerjakan tugas-tugas kampus, serta pengaturan waktu untuk

menyelesaikan tugas-tugas tersebut. Indikator kebiasaan belajar dalam penelitian ini

meliputi:

a. Delay Avoidance, yakni menunjukkan ketepaton waktu penyelesaian

tugas-tugas akademis, menghindarkan diri dari hal-hal yang

menyebabkan tertundanya penyelesaian tugas dan menghilangkan

atou menghindarkan rangsangan-rangsangan yang akan mengganggu

konsentrasi dalam belajar.

b. Work Methods, yakni menunjukkan pada penggunaan cara-cara

(prosedur) belajar yang efektif, efesiensi dalam mengerjakan

tugas-tugas akademik dan ketrampilan-ketrampilan belajar.

Besar-kecilnya sikap dan kebiasaan belajar belajar mahasiswa tersebut

ditandai dengan total skor yang dicapai oleh mahasiswa melalui kuesioner bentuk

skala sikap yang diadopsi dari Dadang Sulaiman (1984) yang mengacu pada Brown

& Holtzman (1966) dalam konstruksi instrument skala sikap yang dikenal dengan

"Survey ofStudy Habits and Attitudes (SSHA)". Skala sikap dan kebiasaan belajar

(37)

Sulaiman, selanjutnya untuk keperluan penelitian ini disesuaikan redaksi bahasanya

dengan subyek penelitian, yakni pada mahasiswa calon guru Pendidikan Agama

Islam STAIN Pontianak. Brown dan Holtzman, 1967 (dalam Gabe Kiri, dalam

http://www.nssa.us/nssaiarnl/ 18-l/html/ll.htm-21k) telah mengukur reliabelitos

alat SSHA ini dengan melakukan uji coba terhadap: (1) Mahasiswa Southwest Texas

pada tahun 1960, dengan koofisien reliabelitas bergerak antara 0,87 hingga 0,89, (2)

Mahasiswa tingkat awal dengan jumlah sampel 144 orang mahasiswa. Reliabelitos

alat dilakukan dengan test-retest dalam interval waktu 4 minggu (untuk mahasiswa

tingkat pemula) dan 51 orang mahasiswi dengan interval waktu selama 14 minggu.

Koofisien reliabelitas bergerak antara 0,93, 0,91, 0,88 dan 0,90. Roark dan

Harrington (1969) juga mengukur reliabelitas alat SSHA ini dengan menggunakan

test-retest dengan interval waktu selama 14 minggu. Koofisien reliabelitas ditemukan

berkisar antara 0,83 dan o,94.

3. Aktivitas pembelajaran mahasiswa dalam perkuliahan Materi Pendidikan

Agama Islam.

Yang dimaksud dengan aktivitas pembelajaran mahasiswa dalam penelitian

ini adalah aktivitas pembelajaran yang dilakukan mahasiswa sebagai respon terhadap

penggunaan strategi pembelajaran langsung(Direct Instruction) oleh dosen dalam

perkuliahan. Kadar aktivitas pembelajaran mahasiswa tersebut diukur melalui

pengisian angket, yang memuataspek-aspek sebagai berikut:

1) Aktivitas mahasiswa, untuk mendapatkan kejelasan dari penjelasan dosen dalam

(38)

a) Usaha mahasiswa untuk mendapatkan kejelasan penyajianVfbmp^yfci

dalam perkuliahan.

b) Usaha mahasiswa untuk memeperoleh kejelasan tentang penggunaan

istilah/ungkapan yang dipakai dosen dalam menyajikan perkuliahan.

2) Aktivitas mahasiswa terhadap berbagai perubahan yang dibuat dosen dalam

menyajikan bahan perkuliahan. Indikatomya:

a) Keteriibatan dalam berbagai metode mengajar yang dipergunakan dosen

b) Keteriibatan dalam penggunaan strategi bertonya.

c) Respon terhadap berbagai bentuk"Reinforcement".

d) Respon mahasiswa terhadap penggunaan berbagai media pengajaran.

3) Aktivitas mahasiswa terhadap orientosi tugas. Indikatomya :

a) Kegiaton mahasiswa untuk belajar mengenai informasi yang relevan

b) Merespon pertanyaan-pertonyaan dosen dalam perkuliahan

4) Keteriibatan mahasisiwa dalam belajar. Indikatomya :

a) Keteriibatan dalm perumusan tujuan pembelajaran.

b) Penggunan waktu belajar selama proses perkuliahan.

c) Kesediaau berkomunikasi secara akademis dengan teman dan sumber belajar

lainya.

5) Aktifites mahasiswa dalam pencapaian kesuksesan belajar yang tinggi.

Indikatomya:

a) Usaha untuk menerapkan pengetohuan yang dipelajari

(39)

4. Keberhasilan Belajar

Adapun keberhasilan belajar dalam penelitian ini dilihat dari segi prestasi

akademik, yakni berupa nilai rata-rata akhir akademik yang diperoleh mahasiswa

setelah menyelesaikan program mata kuliah Materi Pendidikan Agama islam.

Nilai rata-rata akhir suatu program setiap mata kuliah terdiri dari: (1) nilai

rata-rata kegiaton akademik "totap muka" yang berupa: aktivitas kelas, ujian mid

semester dan ujian akhir semester; (2) nilai rata-rata akademik "terstruktur" yaitu tugas-tugas yang diberikan dosen, seperti: pekerjaan rumah, menyelesaikan soal-soal, meringkas bahan bacaan, paper; (3) nilai rata-rata kegiaton akademik "mandiri", seperti: membuat makalah untuk didiskusikan, membuat terjemahan dari buku bahasa asing, membuat ulasan sebuah buku reference. Skor prestasi akademik mahasiswa dalam penelitian ini dilihat dari skor-skor hasil belajar yang diberikan dosen

pengasuh mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam melalui Kartu Hasil Studi.

D. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan-pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Sejauhmanakah aktivitas belajar mahasiswa dalam strategi pembelajaran

langsung, keberhasilan belajar, gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar

(40)

30

b. Apakah gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar berkontribusi terhadap aktivitas

belajar mahasiswa dalam strategi Pembelajaran Langsung pada perkuliahan

Materi Pendidikan Agama Islam STAIN Pontianak?

c. Apakah aktivitas belajar mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung, gaya

belajar, sikap dan kebiasaan belajar pada mahasiswa berkontribusi terhadap

keberhasilan belajar mahasiswa dalam mata kuliah Materi Pendidikan Agama

Islam?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menemukan besamya

kontribusi variabel gaya belajar, sikap belajar dan kebiasaan belajar serta kualitas

pembelajaran terhadap keberhasilan belajar mahasiswa sebagai calon GPAI di

STAIN Pontianak.

Secara khusus, penelitian ini juga bertujuan untuk:

1. Mengetohui aktivitas belajar mahasiswa dalam strategi Pembelajaran Langsung

(Direct Instruction) mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam, tingkat

keberhasilan belajar, gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar mahasiswa calon

GPAI di STAIN.

2. Menemukan besamya kontribusi faktor-faktor penentu keberhasilan belajar

mahasiswa dilihat dari faktor aktivitas belajar mahasiswa dalam strategi

Pembelajaran Langsung(Direct Instruction), gaya belajar, sikap dan kebiasaan

belajar, pada mahasiswa calon GPAI STAIN Pontianak.

3. Menemukan keterkaiton antar aktivitas belajar mahasiswa dalam strategi

Pembelajaran Langsung (Direct Instruction), gaya belajar, sikap dan kebiasaan

(41)

kuliah Materi Pendidikan Agama Islam.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini meliputi dua visi manfaat, yaitu: manfaat teoritis

dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Baik sebagai perluasan dari penelitian terdahulu maupun sebagai replikasi

penelitian sebelumnya, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

pada pengembangan prinsip-prinsip belajar yang berhubungan dengan implikasi gaya

belajar, sikap dan kebiasaan belajar terhadap proses dan hasil belajar dalam mata

perkuliahan, khususnya dalam pengembangan kurikulum Materi Pendidikan Agama

Islam.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Masukan bagi jajaran pimpinan Fakultas Tarbiyah untuk menentukan

arah dan kebijakan pengembangan kurikulum, khususnya terkait dengan

membuat kebijakan yang berhubungan upaya meningkatkan

kemampuan penguasaan materi pendidikan Agama Islam bagi

calon-calon Gura Agama Islam (mahasiswa program studi Pendidikan Agama

(42)

b. Masukan bagi dosen-dosen sebagai tenaga pengajar di Program Studi

PAI untuk memperbaiki penciptaan kondisi proses perkuliahan.

(1) Bila gaya belajar, sikap belajar dan kebiasaan belajar berkorelasi

positif dengan efektivitas strategi Pembelajaran Langsung (Direct

Instruction) dan keberhasilan belajar, maka pembinaan karakteristik ini, di samping pembinaan karakteristik lainnya, hendaknya

dilakukan dengan sungguh-sungguh untuk meningkatkan efektivitas

strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dan

keberhasilan belajar dalam mata kuliah Materi Pendidikan Agama

Islam.

(2) Bila hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan, bahwa

rendahnya efektivitas Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

dan keberhasilan belajar mata kuliah Materi Pendidikan Agama

Islam pada mahasiswa calon GPAI antara lain disebabkan oleh

kondisi-kondisi individual mahasiswa, maka pemahaman

dosen-dosen yang mengasuh mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam

dan jajaran pimpinan LPTK IAIN/STAIN tentong mahasiswa

menjadi sangat penting, di samping memperhatikan faktor-faktor di

(43)

Berdasarkan telaah kepustokaan dapat diangkat sejumlah asumsi yang

mendasari penelitian ini:

1. Belajar merupakan suatu proses kegiaton atau usaha yang dilakukan individu,

yang akan menghasilkan berbagai perubahan dalam dirinya.

2. Kualitas proses belajar dipengarahi oleh karakteristik si pelajar dan

karakteristik lingkungannya, sehingga hasil-hasil belajar akan tergantung

kepada kualitas karakteristik tersebut dan intensitos interaksinya.

3. Setiap individu berbeda dalam kapasitas potensinya, kadar usahanya,

lingkungannya serta kepekaannya terhadap pengarah-pengaruh dari luar

dirinya, sehingga keberhasilan belajamya pun akan berbeda.

4. Karakteristik mahasiswa, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun

psikomotor dapat diukur dan dihasilkan data yang bersifat kuantitotif.

5. Hasil-hasil belajar dapat diidentifikasi dan diukur dengan

instrumen-instrumen yang relevan. Hasil pengukuran tersebut berwujud dalam bentuk

data kuantitotif.

H. Hipotesis

Sesuai dengan permasalahan, metodologi penelitian yang dipergunakan dan

kerangka berpikir penelitian ini, maka rumusan hipotesis penelitian diramuskan

(44)

34

l.a. Gaya Belajar tidak berkontribusi terhadap aktivitas belajar mahasiswa

dalam storategi pembelajaran langsung mata kuliah Materi Pendidikan

Agama Islam pada mahasiswa STAIN Pontianak.

b. Sikap dan kebiasaan belajar mahasiswa tidak berkontribusi terhadap

aktivitas belajar mahasiswa dalam storategi pembelajaran langsung mata

kuliah Materi Pendidikan Agama Islam pada mahasiswa STAIN

Pontianak.

c. Gaya Belajar, sikap dan kebiasaan belajar secara bersama-sama tidak

berkontribusi terhadap aktivitas belajar mahasiswa dalam storategi

pembelajaran langsung mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam

pada mahasiswa STAIN Pontianak

2. a. Aktivitos belajar mahasiswa secara langsung tidak berkontribusi terhadap

hasil belajar mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam pada

mahasiswa STAIN Pontianak.

b. Gaya belajar mahasiswa tidak berkontribusi terhadap hasil belajar mata

kuliah Materi Pendidikan Agama Islam dalam storategi pembelajaran

langsung mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam pada mahasiswa

STAIN Pontianak.

c. Sikap dan kebiasaan belajar mahasiswa tidak berkontribusi terhadap hasil

belajar mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam dalam storategi

pembelajaran langsung mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam pada

(45)

d. Aktivitas belajar mahasiswa, gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar

secara bersama-sama tidak berkontribusi terhadap hasil belajar mata

kuliah Materi Pendidikan Agama Islam pada mahasiswa STAIN

(46)
(47)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Peneltian ini merupakan penelitian desktiptif, dengan menggunakan design

expost-facto. Penggunaan design ini didasarkan atos pertimbangan: (1) variabel yang

diteliti sesungguhnya variabel yang bersifat treatment, namun peneliti tidak

memberikan treatment terhadap subjek yang diteliti; (2) Peneliti hanya mengukur

dampak yang ditimbulkan oleh gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar terhadap

aktivitas mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung dan keberhasilan belajar

subjek yang diteliti. Jadi, date yang dikumpulkan dalam penelitian ini lebih bersifat

after thefact (setelah kejadian).

Ditinjau dari karakteristik pertanyaan penelitian, penelitian ini termasuk juga

dalam kategori penelitian deskriptif. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa

variabel-variabel yang dikaji akan dideskripsikan sebagaimana adanya.

Variabel-variabel tersebut adalah gaya belajar, sikap dan kebiasaan belajar, aktivites

mahasiswa dalam strategi pembelajaran langsung serta keberhasilan belajar

mahasiswa calon Gura Pendidikan Agama Islam STAIN Pontianak tahun Akademik

2003/2004 dalam mate kuliah Materi Pendidikan Agama Islam.

B. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis ubahan, yakni ubahan bebas, antara dan

terikat. Ubahan bebas yang dilibatkan adalah gaya belajar, sikap belajar dan

kebiasaan belajar. Ubahan antara yang dilibatkan adalah aktivitas mahasiswa dalam

(48)

161

strategi pembelajaran langsung, sedangkan ubahan terikatnya adalah prestasi

akademik mahasiswa dalam mata kuliah Materi Pendidikan Agama Islam. Sesuai

dengan kajian teoritisnya, ubahan antara - aktivitas mahasiswa dalam strategi

pembelajaran langsung - dapat pula berfungsi sebagai ubahan terikat untuk kedua

variabel bebas yang diteliti.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah "semua mahasiswa program studi

Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Pontianak",

dengan karakteristik populasinya:

a. Terdaftor sebagai mahasiswa STAIN Pontianak Tahun Akademik

2003/2004

b. Bukan merapakan mahasiswa pindahan dari universitas/ fakultas/

jurusan/program studi lain.

c. Mahasiwa kelas reguler (bukan kelas "intensif).

d. Mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah Materi Pendidikan Agama

Islam.

Berdasarkan karakteristik populasi di atas, maka jumlah populasi yang

tersedia sebanyak 90 orang mahasiswa. Oleh karena relatif kecilnya jumlah populasi

(49)

D. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini ada empat variabel yang dilibatkan, yaitu Gaya

Belajar (X|), Sikap dan Kebiasaan Belajar (X2), Aktivitas Mahasiswa dalam Strategi

Pembelajaran Langsung (X?) dan Prestasi Akademik mate kuliah Materi Pendidikan Agama Islam (X4).

1. Gaya Belajar

Pengukuran variabel gaya belajar mahasiswa menggunakan Group

Embedded Figures Test (GEFT) yang diadopsi dari Witkin & Goodenough

(1981). GEFT merapakan tes yang berbentuk gambar-gambar yang

ditelusuri (tracing) dalam buklet tes yang terdiri atas 3 bagian. Test ini

dimaksudkan untuk menjaring kejelasan tenteng gaya belajar field

dependence-field independence pada subyek yang diteliti. Prosedur

penggunaan GEFT dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Subyek diberi waktu 2 menit untuk mengerjakan GEFT bagian pertama

untuk menyelesaikan 7 soal (masalah/gambar). Dua bagian berikutnya

disediakan waktu masing-masing 5 menit untuk menjawab 18 soal.

Pembatosan waktu diperlukan, mengingat GEFT termasuk tes

kecepatan'speed test (Tones, http://www.ssv.missouri.edu/ AgEd/

(50)

163

GEFT telah divalidasi oleh Witkin (1971) dengan teknik belah dua pada

setiap skor (untuk item tes bagian 2 dan bagian 3) dengan koofisien

reliabelitas sebesar 0,82.

2. Sikap dan Kebiasaan Belajar

Instrument yang digunakan untuk mengukur sikap dan kebiasaan belajar

mahasiswa adalah menggunakan kuesioner dalam bentuk skala sikap dengan

nama Survey Study Habits Aptitude (SSHA). Dalam penelitian ini

kuesioner bentuk skala sikap tersebut diadopsi dari Dadang Sulaiman (1984)

yang mengacu pada Brown & Holtzman (1966) dalam konstraksi instrument

skala sikap yang dikenal dengan "Survey of Study Habits and Attitudes

(SSHA)". Skala sikap dan kebiasaan belajar dari Brown & Holtzman yang

telah diterjemahkan dan dimodifikasi oleh Dadang Sulaiman, selanjutnya

untuk keperluan penelitian ini disesuaikan redaksi bahasanya dengan subyek

penelitian, yakni pada mahasiswa calon guru Pendidikan Agama Islam

STAIN Pontianak. Brown dan Holtzman (1967) telahmengukur reliabelitas

alat SSHA ini dengan melakukan uji coba terhadap: (1) Mahasiswa

Southwest Texas pada tahun 1960, dengan koofisien reliabelitas bergerak

antara 0,87 hingga 0,89, (2) Mahasiswa tingkat awal dengan jumlah sampel

144 orang mahasiswa. Reliabelitas alat dilakukan dengan test-retest dalam

interval waktu 4 minggu (untuk mahasiswa tingkat pemula) dan 51 orang

mahasiswi dengan interval waktu selama 14 minggu. Koofisien reliabelitas

(51)

mengukur reliabelitas alat SSHA ini dengan menggunakan test-retest dengan

interval waktu selama 14 minggu. Koofisien reliabelitas ditemukan berkisar

antara 0,83 dan o,94. (Gabe Kiri: http://www.nssa.us/nssaiaml/ 18-l/html/ll.htm-21k). Untuk keperluan penelitian ini, analisis item akan diuji

kembali, karena akan dipakai pada subyek penelitian yang berbeda. Dari

penyesuaian terhadap konstraksi instrument SSHA yang telah dibuat oleh

Dadang Sulaiman, untuk keperluan penelitian ini banyaknya jumlah item

yang diramuskan adalah 100 buah item.

Item-item untuk menjaring date tenteng sikap belajar dan kebiasaan belajar

disusun dalam satu perangkat instrument. Instrument SSHA ini disusun

dengan skala Likert, yakni disediakan kemungkinan jawaban berupa: jarang,

kadang-kadang, sering, umumnya, dan hampir selalu. Penyekoran terhadap

jawaban mahasiswa pada masing-masing butir bergerak dari 1 hingga 5

tergantung pada sifat pernyataan ateu pertanyaan yang diajukan. Untuk butir

positif, pilihan Hampir Selalu (HS) diberi skor 5 sedangkan pilihan Jarang

(J) diberi skor 1. Sebaliknya, untuk pernyataan negatif, pilihan jawaban

HampirSelalu (HS) diberi skor 1, sedangkan pilihanJarang (J) diberi skor 5.

3. Aktivitas Mahasiswadalam Strategi Pembelajaran Langsung

Instrument yang digunakan untuk mengukur aktivitas mahasiswa dalam

strategi Pengajaran Langsung(Direct Instruction) pada perkuliahan Materi

Pendidikan Agama Islam adalah angket berdasarkan skala likert dengan

(52)

165

umumnya, dan hampir selalu. Penyekoran terhadap jawaban mahasiswa pada

masing-masing butir bergerak dari 1 hingga 5 tergantung pada sifat

pernyataan ateu pertanyaan yang diajukan Untuk butir positif, pilihan

Hampir Selalu (HS) diberi skor 5 sedangkan pilihan Jarang (J) diberi skor 1.

Sebaliknya, untuk pernyataan negatif, pilihan jawaban Hampir Selalu (HS)

diberi skor 1, sedangkan pilihan Jarang (J) diberi skor 5. Instrument ini

peneliti konstruk sendiri dengan mengacu pada kisi-ki

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Senin tanggal Delapan belas bulan Juli tahun Dua ribu enam belas, kami selaku Kelompok Kerja Badan Layanan Pengadaan (BLP) Pekerjaan Konstruksi pada Dinas

dengan bank umum syariah lainnya, penilaian terhadap faktor transparansi kondisi. keuangan dan non keuangan bankbjbsyariah termasuk peringkat yang

Dalam penulisan ilmiah ini penulis berkesempatan membuat Aplikasi Web Interaktif Handphone Nokia 6630 dengan menggunakan perangkat lunak Swish v2.0, yang dapat membuat animasi

Pengaruh Manajemen Karir Terhadap Motivasi Berprestasi Karyawan Hotel Grand Royal Panghegar Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun diharapkan/ sertifikasi janganlah menjadi batu sandungan yang bermuara hanya pada penghasilan saja// Seharusnya sertifiaksi dijadikan ajang untuk berprestasi/ dan

jika ada salah satu anggota keluarga ibu misalnya suami yang rentan dengan penyakit ISPA, apa yang ibu lakukan terhadap anak balita ibu yang sedang sakit ISPA supaya penyakitnya

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO YOGYAKARTA /SIANG TADI KEMBALI MELAKUKAN WISUDA D3 KEPERWATAN ANGKATAN 18// DALAM SAMBUATANNYA DIREKTUR AKPER NOTOKUSUMO/ ENDANG SUMIRIH BERPESAN

Implemantasi Pembelajaran Kurikulum 2013 Berbasis Multimedia Interaktif pada Pokok Bahasan Listrik Magnet terhadap Aktivitas, Persepsi, dan Hasil Belajar Peserta Didik