• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP DENGAN PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP PADA FANS K-POP : Studi pada Fans Super Junior di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP DENGAN PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP PADA FANS K-POP : Studi pada Fans Super Junior di Bandung."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP DENGAN PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP PADA FANS K-POP

(Studi pada Fans Super Junior di Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Evita Puspita Sari

0806950

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013

(2)

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP DENGAN

PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP PADA FANS K-POP

(Studi pada Fans Super Junior di Bandung)

Oleh: Evita Puspita Sari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Evita Puspita Sari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Evita Puspita Sari, 2013

(5)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP DENGAN PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP PADA FANS K-POP (STUDI PADA FANS SUPER JUNIOR DI BANDUNG)” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Juni 2013 Yang membuat pernyataan

(6)

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Evita Puspita Sari (0806950). Hubungan Celebrity Worship dengan Psychological Ownership pada Fans K-Pop (Studi pada Fans Super Junior di Bandung). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2013).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara celebrity worship dengan psychological ownership pada fans K-Pop, khususnya fans Super Junior di Bandung. Pendekatan yang digunakan adalah mixed methods, pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan utama dengan desain penelitian studi korelasional dan pendekatan kualitatif sebagai pendekatan pendukung dengan desain penelitian wawancara. Subjek penelitian merupakan 150 fans Super Junior (ELF) yang berada di Bandung dan satu orang responden untuk diwawancara. Instrumen yang digunakan adalah Celebrity Attitude Scale dari McCutcheon (2002) yang dimodifikasi dan Skala Psychological Ownership yang dikembangkan dari teori yang dikemukakan oleh Pierce et al. (2002) serta divalidasi oleh para ahli serta diuji validitas konstruk menggunakan analisis faktor. Skala Psychological Ownership yang telah valid dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara celebrity worship dengan psychological ownership yaitu sebesar 0,897. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek mengenai psychological ownership, didapatkan bahwa subjek merasa memiliki Super Junior karena subjek telah menganggap Super Junior sebagai bagian dari dirinya. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kontrol terhadap Super Junior, keinginan dan usaha untuk mengenal Super Junior lebih dekat, dan melakukan investasi diri berupa pengorbanan untuk Super Junior. Kesimpulan dan saran untuk orang tua,fans, dan peneliti selanjutnya dibahas dalam penelitian ini.

(7)

ABSTRACT

Evita Puspita Sari (0806950) Correlation between Celebrity Worship and Psychological Ownership of K-Pop Fans (A Study of Super Junior’s Fans in Bandung). Thesis of Psychology Departement, Faculty of Education, Indonesia University of Education, Bandung (2013).

This research aims to determine the relationship between celebrity worship with psychological ownership in the K-Pop fans, especially fans of Super Junior in Bandung. The approach which used is mixed methods, quantitative as the main approach with design of study research correlational and qualitative as a supporter approach with interview as a research design. Subject of research constitute 150 Super Junior (ELF) fans which were in Bandung and one respondent for interviewed. Instrument which used is Celebrity Attitude Scale from McCutcheon (2002) which modified and Scale Psychological Ownership which developed from the theory who put forward by Pierce et al. (2002) and validated by experts and tested the construct validity using factor analysis. Scale Psychological Ownership that has been valid used as a reference to make guidelines interview. The results of research showed that there are significant relation between celebrity worship with psychological ownership that is equal to 0,897. Based on interviews with subjects concerning psychological ownership, it was found that subjects felt Super Junior has been considered as a part of self. This is manifested in the form of control of Super Junior, desire and effort to get to know Super Junior closer, and make investments in the form of self-sacrifice for Super Junior. Conclusions and suggestions for parents, fans, and further researchers discussed in this research.

(8)

x

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN iii

ABSTRAK iv

KATA PENGANTAR vi

UCAPAN TERIMA KASIH vii

DAFTAR ISI x

E. Sistematika Penulisan 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7

A. Celebrity Worship 7

B. Psychological Ownership 9

C. Fans K-Pop 15

D. Kerangka Pemikiran 19

E. Hipotesis Penelitian 20

BAB III METODE PENELITIAN 21

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 21

B. Desain Penelitian 21

C. Metode Penelitian 22

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 22

E. Instrumen Penelitian 23

F. Proses Pengembangan Instrumen 25

G. Teknik Pengumpulan Data 36

H. Analisis Data Kuantitatif 36

I. Analisis Data Kualitatif 43

J. Prosedur Penelitian 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47

A. Hasil Penelitian Kuantitatif 47

B. Hasil Penelitian Kualitatif 51

C. Pembahasan 63

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 73

A. Kesimpulan 73

(9)

DAFTAR PUSTAKA 75

(10)

xii

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penyekoran Instrumen 24

Tabel 3.2 Kategorisasi Nilai KMO 26

Tabel 3.3 Item-item Instrumen Celebrity Worship 27

Tabel 3.4 Nilai KMO-MSA Instrumen Celebrity Worship 28 Tabel 3.5 Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Celebrity Worship 28 Tabel 3.6 Penamaan Faktor Instrumen Celebrity Worship 29 Tabel 3.7 Item-item Instrumen Psychological Ownership 30 Tabel 3.8 Nilai KMO-MSA Instrumen Psychological Ownership 30 Tabel 3.9 Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Psychological Ownership 31 Tabel 3.10 Penamaan Faktor Instrumen Psychological Ownership 32

Tabel 3.11 Kategorisasi Koefisien Reliabilitas 33

Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Celebrity Worship 33 Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Psychological Ownership 34

Tabel 3.14 Kisi-kisi Pedoman Wawancara 35

Tabel 3.15 Hasil Uji Normalitas Data 37

Tabel 3.16 Hasil Uji Linieritas Data 38

Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Variabel Celebrity Worship 40 Tabel 3.18 Norma Kategorisasi Variabel Celebrity Worship 40 Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Variabel Psychological Ownership 41 Tabel 3.20 Norma Kategorisasi Variabel Psychological Ownership 42 Tabel 3.21 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi 43

Tabel 4.1 Gambaran Fans Super Junior di Bandung 47

Tabel 4.2 Gambaran Umum Variabel Celebrity Worship pada Fans Super Junior di Bandung

48

Tabel 4.3 Gambaran Umum Variabel Psychological Ownership pada Fans Super Junior di Bandung

49

Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi antara Celebrity Worship dengan Psychological Ownership pada Fans Super Junior

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Distribusi Variabel Celebrity Worship 37

Grafik 3.2 Distribusi Variabel Psychological Ownership 38

Grafik 3.3 Hasil Uji Linieritas Data 39

Grafik 4.1 Gambaran Umum Variabel Celebrity Worship pada Fans Super Junior

48

Grafik 4.2 Gambaran Umum Variabel Psychological Ownership pada Fans Super Junior

(12)

1 Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Musik adalah bunyi yang teratur. Musik diyakini sebagai bahasa universal

yang bisa memberikan kehangatan insani dan makanan ruhani bagi si pendengar

(Ibrahim, 2007:95). Musik sendiri memiliki beberapa genre atau aliran,

diantaranya klasik, pop, jazz, blues, rock, hiphop, R’n’ B, dan sebagainya. Di Indonesia, dalam beberapa dasawarsa terakhir dunia musik mengalami banyak

perkembangan. Contohnya adalah musik triphop yang merupakan perpaduan

musik pop dengan beat elektronik yang ringan dan enak untuk didengar,

kemudian ada pula musik reggae, metal, dan sebagainya (Rapendik.com, 2012).

Musik yang easy listening dan lirik yang mudah dicerna oleh masyarakat menjadi

salah satu alasan suatu jenis musik dapat diterima dengan mudah di kalangan

masyarakat.

Industri musik Indonesia yang semula diwarnai oleh band dan penyanyi

solo, mulai diramaikan dengan hadirnya boyband dan girlband. Hal ini

merupakan pengaruh dari Korean Wave yang membawa genre musik pop Korea

yang dikenal sebagai K-Pop. K-Pop merupakan salah satu jenis musik Korea

Selatan yang mengusung musik pop dan dipadukan dengan gerakan dance yang

dinamis (Nastiti, 2010). K-Pop diperkenalkan melalui idol group atau yang lebih

dikenal dengan boyband dan girlband. DBSK (Dong Bang Shin Ki), Super Junior,

Girl’s Generation, Big Bang, 2NE1, 2PM dan lain-lain adalah idol group yang saat ini sedang populer di kalangan pecinta musik baik di Indonesia, maupun

mancanegara (Korean Culture and Information Service, 2011).

K-Pop menjadi populer karena adanya dukungan dari fans. Menurut Hills

(2002), fans merupakan seseorang yang terobsesi dengan selebritis, artis, film,

program televisi, band, dan lain-lain. Mereka mampu menghapal lirik lagu artis

kesayangan dan kalimat dalam sebuah film favorit. Sedangkan menurut Lewis

(13)

artis kesayangannya, rela mengantri tiket konser sang artis, dan mengetahui setiap

detail kehidupan pribadi dan pekerjaan sang artis.

Fans K-Pop merupakan fans yang memiliki ciri khas tersendiri. Mereka

memiliki tingkat fanatisme yang dapat dikatakan cukup tinggi (Kapanlagi.com,

2011). Selain memakai atribut dan menonton konser, mereka juga terobsesi

dengan kehidupan pribadi sang artis. Salah satu bentuk fanatisme seorang fans

yang saat ini sedang menjadi kontroversi di Korea Selatan adalah sasaeng fans.

Sasaeng berasal dari kata bahasa Korea sasaenghwal. Sasaenghwal berarti privasi

atau kehidupan pribadi. Istilah sasaeng fans ditujukan pada fans yang tidak

menghormati kehidupan pribadi sang artis (Steviani, 2012). Mereka membuntuti

sang artis selama 24 jam dalam seminggu, mengirim surat yang ditulis dengan

darah, menyelinap ke dalam apartemen sang artis bahkan melakukan kekerasan

terhadap sang artis. Mereka yang membuntuti artis tersebut, biasanya akan

membagikan informasi yang mereka dapatkan melalui blog atau jejaring sosial

(Allkpop.com, 2012).

Fenomena sasaeng fans tidak terjadi di kalangan fans K-Pop yang ada di

Indonesia. Namun, fenomena yang mirip terjadi ketika terdapat artis Korea yang

akan menggelar konser di Indonesia. Para fans biasanya akan menunggu

kedatangan sang artis di bandara kemudian membuntuti artis tersebut sampai ke

hotel tempat artis tersebut menginap. Mereka akan mengambil foto artis tersebut

secara diam-diam dan mengunduhnya di situs jejaring sosial pribadi atau di

fanpage.

Pada tanggal 22 September 2012, Indonesia mengundang artis-artis

Korea dalam konser bertajuk SM TOWN Live World Tour III yang diadakan di

Gelora Bung Karno (GBK), Senayan Jakarta Pusat (Steviani, 2012). Konser ini

menghadirkan artis-artis Korea yang bernaung di bawah manajemen SM

Entertainment, di antaranya DBSK (Dong Bang Shin Ki), Super Junior, f(x),

SHINee, Girls Generation, Kangta, BoA, dan EXO (Rollingstone.co.id, 2012).

Ribuan fans hadir untuk menyaksikan artis kesayangan mereka di atas panggung.

Mereka rela mengantri di depan gerbang GBK sejak pagi meskipun acara baru

(14)

3

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan hasil observasi peneliti melalui media jejaring sosial pada

tanggal 21 September 2012, ketika para artis SM TOWN datang ke Indonesia,

para fans rela datang ke bandara untuk menjemput artis kesayangan mereka. Salah

satu administrator fanpage dan beberapa fans lainnya, bahkan membuntuti artis

dari bandara sampai ke hotel tempat artis tersebut menginap. Mereka mengambil

foto diam-diam dan menyebarkan foto tersebut di jejaring sosial.

Fenomena lain yang muncul di kalangan fans K-Pop Indonesia salah

satunya adalah fenomena virtual husband and wife. Dalam fenomena ini, seorang

fans tidak hanya melihat artis sebagai seorang idola, tetapi juga sebagai suami

atau istri mereka (Kapanlagi.com, 2011). Fans mengibaratkan artis favorit mereka

sebagai pasangan dan berperilaku seolah-olah sang artis berada dekat dengannya.

Dalam tingkatan tertentu, seorang fans akan membayangkan bahwa ia hidup

dalam satu rumah bersama sang artis dan memiliki anak.

Fenomena sasaeng fans dan virtual husband and wife menunjukkan bahwa

fans dapat menjadi terobsesi dengan artis favoritnya. Hal ini dapat dikategorikan

sebagai celebrity worship. Celebrity worship merupakan sindrom perilaku obsesif

dan adiktif terhadap artis dan segala sesuatu yang berhubungan dengan artis

tersebut, termasuk kehidupan pribadinya (Chapman, 2003). Lebih lanjut

McCutcheon, Ashe, Houran dan Maltby mendefinisikan celebrity worship sebagai

bentuk hubungan atau interaksi parasosial individu yang terobsesi dengan satu

selebriti atau lebih (McCutcheon et al, 2003). Rubin & McHugh (Roberts, 2007)

mengatakan bahwa pada hubungan parasosial, fans merasa bahwa mereka

mengenal dekat sang artis hanya dengan melihat penampilan, gestur, perkataan

dan perbuatannya. Fans juga merasakan kedekatan dengan sang artis meskipun

mereka belum pernah melakukan komunikasi secara langsung. Perilaku artis dan

peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sang artis juga dapat memengaruhi

perasaan dan emosi fans, seolah-olah fans memiliki hubungan yang dekat dengan

(15)

Fans yang merasa memiliki hubungan dekat dengan artis favoritnya akan

menumbuhkan rasa memiliki terhadap artis tersebut. Rasa memiliki ini sendiri

disebut juga dengan psychological ownership. Menurut Pierce et al. (2002),

psychological ownership merupakan suatu keadaan di mana seseorang merasa

bahwa suatu benda atau target adalah bagian dari diri mereka. Seseorang yang

mempunyai rasa memiliki terhadap sesuatu akan mendapatkan kepuasan tersendiri

atas hal yang ia miliki itu. Menurut Porteus ((Pierce et al.,2002).), seseorang yang

mengembangkan rasa memiliki terhadap sesuatu akan melakukan kontrol terhadap

objek atau target yang ia miliki. Lebih lanjut, orang tersebut akan menjadikan

objek atau target tersebut menjadi bagian dari dirinya. Terakhir, orang yang

tersebut akan terus-menerus memikirkan dan mempertahankan apa yang

dimilikinya tersebut.

Penelitian mengenai celebrity worship telah beberapa kali dilakukan.

Penelitian McCutcheon et al (2002) menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif

yang kurang baik menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap celebrity worship.

Penelitian Maltby et al (2005) menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki

hubungan parasosial dengan selebriti yang memiliki bentuk tubuh yang indah

cenderung memiliki gambaran tubuh (body image) yang kurang baik. Selanjutnya

penelitian Sheridan et al (2007) menyimpulkan seseorang yang memuja selebriti

cenderung mencari identitas diri dan mengidentifikasi diri dengan selebriti

tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2009) terhadap fans

Slank menunjukkan bahwa tingkat pemujaan selebriti yang tinggi tidak

berpengaruh terhadap pembelian seluruh album Slank, namun berpengaruh pada

pembelian kaset orisinal.

Penelitian mengenai celebrity worship dengan psychological ownership

belum ditemukan. Namun, peneliti menganggap perlu melakukan penelitian

mengenai hal tersebut sebab fenomena yang muncul menunjukkan bahwa fans,

terutama fans K-Pop, menunjukkan kefanatikan mereka dengan menganggap artis

sebagai orang terdekatnya. Fans K-pop terdiri dari berbagai macam fandom dan

tiap fans memiliki artis favorit atau yang dikenal dengan bias. Penelitian ini akan

(16)

5

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

observasi dan wawancara yang dilakukan Yusron (2009), ELF merupakan fandom

yang sangat mudah menunjukkan kefanatikan mereka dan mudah tersinggung.

Mereka menganggap member favorit mereka (bias) sebagai suami atau pacar

mereka. Lebih lanjut, peneliti melakukan penelitian pendahuluan pada fandom

ELF tersebut. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa dari segi usia, sebagian

besar ELF berada dalam rentang usia remaja dan dewasa awal. Sejalan dengan

Yusron (2009), peneliti juga menemukan bahwa ELF menganggap bahwa anggota

Super Junior merupakan, pacar, suami ataupun kakak mereka. Mereka juga

mengatakan bahwa mereka sering berkhayal tentang bias mereka. Jika bias

dipasangkan atau dekat dengan artis perempuan, mereka akan merasa cemburu

dan marah kepada artis perempuan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa fans K-pop adalah

fandom yang tergolong memiliki fanatisme yang tinggi dan cenderung tergolong

sebagai celebrity worship. Fanatisme yang tinggi tersebut berujung kepada rasa

kepemilikan pada artis kesayangannya. Dari fenomena-fenomena yang muncul,

peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “Hubungan Celebrity

Worship dengan Psychological Ownership pada Fans K-Pop (Studi pada Fans

Super Junior di Bandung)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan,masalah

penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan antara celebrity worship dengan

psychological ownership pada fans K-Pop?”, maka dari masalah umum tersebut

dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana gambaran Celebrity Worship pada fans K-Pop?

2. Bagaimana gambaran Psychological Ownership pada fans K-Pop?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Celebrity Worship

(17)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran Celebrity Worship pada fans K-Pop.

2. Mengetahui gambaran Psychological Ownership pada fans K-Pop.

3. Mengetahui hubungan antara Celebrity Worship dengan Psychological

Ownership.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoretis

Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian

selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan celebrity worship dan

psychological ownership. 2. Kegunaan Praktis

Memberikan informasi mengenai perilaku fans, khususnya fans K-Pop.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan penelitian antara lain:

1. Bab I akan membahas pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian,

identifikasi masalah dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.

2. Bab II akan membahas landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini

yaitu teori celebrity worship dan teori psychological ownership.

3. Bab III akan menguraikan metode penelitian yang berisi lokasi dan subjek

penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen

penelitian, pengembangan instrumen penelitian, dan metode analisis data

penelitian.

4. Bab IV mengemukakan hasil penelitian yang meliputi tahap analisis data

serta pembahasannya.

5. Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi

(18)

21 Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang

memiliki beberapa karakteristik yang sama (Latipun, 2010: 25). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh fans Super Junior di Bandung yang

berjumlah kurang lebih 3000 orang berdasarkan jumlah anggota grup ELF

Bandung di situs jejaring sosial Facebook.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81). Sampel yang diambil dari populasi

harus representatif. Pada penelitian ini, teknik sampling yang digunakan

adalah simple random sampling. Teknik ini digunakan jika anggota populasi

dianggap homogen. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 5% dari

populasi, yaitu 150 orang. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah

a. Fans Super Junior yang berdomisili di Bandung.

b. Fans Super Junior yang telah menjadi fans selama satu tahun.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan

desain penelitian dominant-less dominant. Desain ini menerapkan pengumpulan

dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan

dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil

awal kuantitatif (Cresswell, 1994). Pengumpulan dan analisis data kuantitatif

dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis dan mencari hubungan

antara variabel celebrity worship dengan variabel psychological ownership pada

fans Super Junior. Sedangkan, pengumpulan dan analisis data kualitatif dilakukan

(19)

C. Metode Penelitian

Metode yang digunakan yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif

adalah metode korelasional. Metode korelasional merupakan penelitian yang

bertujuan untuk menemukan hubungan antarvariabel dan menentukan tingkat

hubungan antarvariabel (Arikunto, 2010). Sedangkan untuk pengumpulan dan

analisis data kualitatif menggunakan metode triangulasi. Metode korelasional

dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yang

bertujuan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel celebrity worship

dengan variabel psychological ownership. Untuk mengukur variabel celebrity

worship pada fans Super Junior digunakan kuesioner yang diadaptasi dan

dikembangkan dari Celebrity Attitude Scale (CAS) (McCutcheon, 2002),

sedangkan untuk mengukur psychological ownership digunakan kuesioner yang

diturunkan dari teori psychological ownership oleh Pierce et al (2002). Kemudian

hasil dari kedua penilaian kuesioner tersebut akan dikorelasikan, dianalisis

hubungan antar variabel tersebut, lalu dibuat kesimpulan.

Pengumpulan dan analisis data kualitatif pada penelitian ini digunakan

untuk memperdalam data yang didapatkan dari hasil analisis kuantitatif. Metode

yang digunakan adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi sifatnya

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada (Sugiyono, 2011). Data didapatkan melalui wawancara kepada

responden dengan skor psychological ownership tertinggi dan dokumentasi yang

didapatkan dari akun jejaring sosial responden.

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merujuk pada karakteristik atribut seorang individu

atau suatu organisasi yang dapat diukur atau diobservasi (Cresswell, 2012).

Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah celebrity worship

sebagai variabel pertama (V1) dan psychological ownership sebagai variabel

(20)

23

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Definisi Operasional Variabel

a. Celebrity Worship

Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan celebrity worship

adalah hubungan parasosial antara fans Super Junior dengan Super Junior

yang diukur berdasarkan dimensi dari McCutcheon et al. (2002), yaitu

Entertainment-Social, Intense-Personal, dan Borderline-Pathological.

b. Psychological Ownership

Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan psychological

ownership adalah rasa kepemilikan fans Super Junior terhadap Super

Junior yang diukur berdasarkan dimensi dari Pierce et al (2002), yaitu

mengontrol target kepemilikan (controlling the ownership target),

mengenal target lebih dalam (coming to know the target intimately), dan

menginvestasikan diri ke dalam target (investing the self into the target).

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini terdapat tiga jenis instrumen yang digunakan untuk

mengungkap data. Berikut adalah penjelasan mengenai instrumen yang digunakan.

1. Instrumen Celebrity Worship

Untuk mengukur variabel celebrity worship, digunakan instrumen

Celebrity Attitude Scale (CAS) dari McCutcheon et al (2002). CAS digunakan

untuk mengukur hubungan parasosial individu terhadap artis favoritnya. CAS

terdiri dari tiga dimensi, yaitu entertainment-social, intense-personal,

borderline pathological. CAS terdiri dari 22 item yang kemudian

dikembangkan dan dimodifikasi menjadi 32 item pernyataan oleh peneliti

sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kemudian dilakukan validasi isi oleh ahli,

sehingga terdapat item yang dihapus dan dimodifikasi. Hasilnya CAS yang

digunakan untuk mengukur hubungan parasosial pada fans K-Pop berjumlah

(21)

2. Instrumen Psychological Ownership

Untuk mengukur variabel psychological ownership, digunakan

instrumen yang dikembangkan dari teori psychological ownership dari Pierce

et al (2002) yang terdiri tiga dimensi, yaitu mengontrol target kepemilikan

(controlling the ownership target), mengenal target lebih dalam (coming to know

the target intimately), dan menginvestasikan diri ke dalam target (investing the self

into the target). Tiga dimensi tersebut dikembangkan menjadi 29 item pernyataan. Kemudian dilakukan validasi isi oleh ahli, sehingga terdapat item

yang dihapus dan dimodifikasi. Hasilnya instrumen psychological ownership

yang digunakan untuk mengukur rasa kepemilikan pada fans K-Pop berjumlah

30 item pernyataan.

3. Sistem Penyekoran Instrumen

Instrumen celebrity worship dan psychological ownership disusun

menggunakan Skala Likert. Responden diminta untuk menyatakan

sikapnya terhadap pernyataan yang diberikan dalam lima kategori jawaban,

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS),

Sangat Tidak Setuju (STS). Jawaban setiap pernyataan yang menggunakan

Skala Likert diberi bobot dalam rentang 1-5, dan terdapat pernyataan

bernilai favorable (+). Berikut sistem penyekoran pada instrumen.

Tabel 3.1 Penyekoran Instrumen

Item Nilai Item

STS TS R S SS

(22)

25

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dibuat untuk memperdalam variabel kedua atau

variabel psychological ownership melalui proses wawancara. Pedoman

wawancara dibuat berdasarkan dimensi psychological ownership yang

dikemukakan oleh Pierce et. al (2002) yaitu mengontrol target kepemilikan

(controlling the ownership target), mengenal target lebih dalam (coming to know

the target intimately), dan menginvestasikan diri ke dalam target (investing the self into the target).

F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen untuk mengukur celebrity worship merupakan hasil modifikasi

peneliti dari instrumen yang telah ada, yaitu Celebrity Attitude Scale (CAS).

Instrumen psychological ownership dibuat dengan menurunkan indikator

berdasarkan teori yang ada. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kedua

instrumen tersebut, peneliti melakukan uji coba instrumen terhadap 42 orang fans

Super Junior (ELF) yang berada di wilayah Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.

Hasil uji coba tersebut kemudian diolah menggunakan bantuan software IBM

SPSS Statistic 19.

1. Uji Validitas Instrumen

Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan

validitas konstruk, sedangkan reliabilitas instrumen diuji menggunakan Alpha

Cronbach. Validitas konstruk merupakan validitas yang menunjukkan

sejauhmana suatu tes mengukur trait atau konstruk teoretik yang hendak

diukurnya (Azwar, 2010:175). Validitas konstruk diuji menggunakan analisis

faktor yang perhitungannya menggunakan bantuan software IBM SPSS

Statistic 19. Dalam analisis faktor terdapat rangkaian langkah, yaitu

pengestimasian, atau ekstraksi faktor-faktor, yang menentukan berapa banyak

(23)

Prosedur awal dalam analisis faktor adalah menentukan layak tidaknya

variabel untuk dianalisis. Untuk menguji kelayakan variabel, dilakukan tes

KMO MSA (Kaiser Mayer Olkin Measure of Sampling Adequacy) dan Bartlet’s test of sphericity, dan matriks anti-image. Menurut Gebotys (Ihsan, 2009:108) terdapat kategorisasi nilai KMO untuk menentukan suatu variabel

layak dianalisis atau tidak, yaitu:

Tabel 3.3

Kategorisasi Nilai KMO

Nilai KMO Derajat Varian Umum

0, 90 sampai 1, 00 Bagus sekali

0, 80 sampai 0, 89 Bagus

0, 70 sampai 0,79 Cukup sekali

0, 60 sampai 0, 69 Cukup

0, 50 sampai 0, 59 Jelek

0, 00 sampai 0 49 Jangan difaktor

Selain KMO MSA, layak atau tidaknya suatu variabel untuk dianalisis

dapat dilihat dari matriks korelasi anti-image. Apabila variabel tersebut indeks

korelasi anti-image-nya ≥ 0,5, maka variabel tersebut layak untuk dianalisis

faktor. Jika indeks korelasi anti-image-nya < 0,5, maka tidak layak dianalisis

faktor dan harus dihapus dari rangkaian variabel, dan dilakukan uji ulang

KMO dan korelasi anti-image hingga mendapatkan variabel yang layak (Ihsan,

2009:108-109).

Setelah didapatkan variabel atau item yang layak, tahap selanjutnya

adalah melakukan ekstraksi faktor dan rotasi faktor. Ekstraksi faktor yang

digunakan adalah principal component analysis jenis varimax, untuk tujuan

reduksi data. Hasil dari ekstraksi faktor digunakan untuk menentukan jumlah

faktor. Kaiser (1960) menyebutkan bahwa kriteria psikometris atau matematis

untuk jumlah faktor yang sering digunakan dalam principal component

(24)

27

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rotasi faktor menghasilkan pengelompokkan muatan variabel pada

faktor-faktor yang baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan penamaan faktor

yang baru untuk menandai bahwa faktor itu adalah variabel tersembunyi yang

memengaruhi sebuah konstruk tes. Faktor akan diberi nama bergantung pada

muatan faktor tertinggi yang dimiliki variabel (Ihsan, 2009:112).

a. Uji Validitas Instrumen Celebrity Worship

1) Pemilihan Item yang Layak

Pemilihan item yang layak dilakukan dengan melihat nilai

KMO ≥0,5 dan nilai korelasi anti image ≥0,5. Pada tahap analisis

faktor pertama, terdapat item yang tidak layak pada dimensi

Entertainment-Social yaitu item nomor 12 dengan nilai korelasi anti

image sebesar 0,484. Untuk dimensi Intense-Personal dan

Borderline-Pathological, tidak terdapat item yang tidak layak. Secara lebih rinci

item-item tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.4

Item-item Instrumen Celebrity Worship

Dimensi Nomor Item Valid Nomor Item

Tidak Valid

item tersebut tidak digunakan. Setelah dilakukan analisis faktor ulang,

(25)

Tabel 3.5

Nilai KMO MSA Instrumen Celebrity Worship

Dimensi Nilai KMO

Dimensi Entertainment-Social 0,805

Dimensi Intense-Personal 0,846

Dimensi Borderline-Pathological 0,500

Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai KMO ≥ 0,5,

sehingga dimensi-dimensi tersebut layak untuk dilakukan analisis

faktor.

2) Ekstraksi dan Penentuan Jumlah Faktor

Jumlah faktor ditentukan dengan melihat hasil ekstraksi dan

rotasi faktor. Nilai faktor loading yang paling besar menunjukkan

bahwa item tersebut merupakan bagian dari faktor. Setelah dilakukan

ekstraksi, terjadi pengurangan faktor, karena beberapa item bergabung

ke dalam indikator yang sama. Terdapat dimensi yang tidak

mengalami pengurangan atau penambahan faktor, namun susunan item

tersebut berubah dari yang sebelumnya.

Tabel 3.6

Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Celebrity Worship

Dimensi Jumlah Indikator

Sebelum Ekstraksi

Jumlah Indikator

Setelah Ekstraksi

Entertainment-Social 3 3

Intense-Personal 3 2

(26)

29

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3) Penamaan Faktor

Setelah dilakukan ekstraksi dan rotasi faktor, dilakukan

penamaan pada faktor-faktor baru tersebut. Penamaan faktor dilakukan

sesuai dengan item yang terbentuk dalam faktor. Berikut adalah

kisi-kisi instrumen celebrity worship setelah dilakukan analisis faktor:

Tabel 3.7

Penamaan Faktor Instrumen Celebrity Worship

(27)

b. Uji Validitas Instrumen Psychological Ownership

1) Pemilihan item yang layak

Pemilihan item yang layak dilakukan dengan melihat nilai

KMO ≥0,5 dan nilai korelasi anti image ≥0,5. Pada tahap analisis

faktor pertama, terdapat item yang tidak layak pada dimensi coming to

know intimately the target yaitu item nomor 58 dengan nilai korelasi

anti image sebesar 0,482. Untuk dimensi controlling the ownership target dan investing the self into target, tidak terdapat item yang tidak

layak. Secara lebih rinci item-item tersebut dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3.8

Item-item Instrumen Psychological Ownership

Dimensi Nomor Item Valid Nomor Item

Tidak Valid

item tersebut tidak digunakan. Setelah dilakukan analisis faktor ulang,

maka didapatkan nilai KMO MSA dari tiap dimensi, sebagai berikut:

Tabel 3.9

Nilai KMO MSA Instrumen Psychological Ownership

Dimensi Nilai KMO

Dimensi Controlling the

Ownership Target 0,729

Dimensi Coming to Know

Intimately the Target 0,800

Dimensi Investing the Self into

(28)

31

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai KMO ≥ 0,5,

sehingga dimensi-dimensi tersebut layak untuk dilakukan analisis

faktor.

2) Ekstraksi dan rotasi faktor

Jumlah faktor ditentukan dengan melihat hasil ekstraksi dan

rotasi faktor. Nilai faktor loading yang paling besar menunjukkan

bahwa item tersebut merupakan bagian dari faktor. Setelah dilakukan

ekstraksi, terdapat satu dimensi yang mengalami pengurangan faktor,

karena beberapa item bergabung ke dalam indikator yang sama. Dua

dimensi lain tidak mengalami pengurangan atau penambahan faktor,

namun susunan item tersebut berubah dari yang sebelumnya.

Tabel 3.10

Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Psychological Ownership

Dimensi Jumlah Indikator

Sebelum Ekstraksi

Jumlah Indikator Setelah Ekstraksi

Controlling the

Ownership Target 3 3

Coming to Know

Intimately the Target 3 3

Investing the Self into

Target 2 1

3) Penamaan faktor

Setelah dilakukan ekstraksi dan rotasi faktor, dilakukan

penamaan pada faktor-faktor baru tersebut. Penamaan faktor dilakukan

sesuai dengan item yang terbentuk dalam faktor. Berikut adalah

kisi-kisi instrumen psychological ownership setelah dilakukan analisis

(29)

Tabel 3.11

Penamaan Faktor Instrumen Psychological Ownership

(30)

33

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat

dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran

terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Tinggi

rendahnya reliabilitas, ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas (Azwar,

2010:180). Semakin tinggi koefisien reliabilitas, maka semakin tinggi tingkat

kepercayaan suatu alat ukur.

Kategorisasi koefisien reliabilitas menurut Guildford (Noor, 2009),

sebagai berikut:

Tabel 3.12

Kategorisasi Reliabilitas

r Interpretasi

0,8 < r ≤ 1, 0 Reliabilitas sangat tinggi

0,6 < r ≤ 0,8 Reliabilitas tinggi

0,4 < r ≤ 0,6 Reliabilitas sedang

0,2 < r ≤ 0,4 Reliabilitas rendah

- 1,0 < r ≤ 0,2 Tidak reliabel

a. Uji Reliabilitas Instrumen Celebrity Worship

Berdasarkan hasil uji coba instrumen celebrity worship, didapatkan

nilai reliabilitas, sebagai berikut:

Tabel 3.13

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Celebrity Worship

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.955 32

Tabel 3.13 menunjukkan bahwa instrumen celebrity worship

memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,955. Nilai ini berada dalam kategori

reliabilitas sangat tinggi. Oleh karena itu, instrumen celebrity worship ini

(31)

b. Uji Reliabilitas Instrumen Psychological Ownership

Berdasarkan hasil uji coba instrumen psychological ownership,

didapatkan nilai reliabilitas, sebagai berikut:

Tabel 3.14

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Psychological Ownership

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.946 29

Tabel 3.14 menunjukkan bahwa instrumen celebrity worship

memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,946. Nilai ini berada dalam kategori

reliabilitas sangat tinggi. Oleh karena itu, instrumen celebrity worship ini

dapat digunakan.

3. Pengembangan Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara dibuat berdasarkan dimensi psychological

ownership yang dikemukakan oleh Pierce et. al (2002) yaitu mengontrol target

kepemilikan (controlling the ownership target), mengenal target lebih dalam

(coming to know the target intimately), dan menginvestasikan diri ke dalam target

(investing the self into the target). Pedoman wawancara ini disusun berdasarkan

konstruk instrumen psychological ownership yang telah dikembangkan.

(32)

35

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.15

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

Aspek yang Diungkap Inti Pertanyaan

Psychological

Coming to Know the Target Intimately: Investing the Self into the

(33)

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner dan wawancara semiterstruktur. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan

atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab oleh responden tersebut.

Adapun yang dimaksud dengan wawancara semiterstruktur adalah wawancara

yang bertujuan menemukan permasalahan secara lebih terbuka (Sugiyono, 2011).

Penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung pada fans Super Junior di

beberapa komunitas dan beberapa acara yang berkaitan dengan K-Pop. Selain itu,

kuesioner juga disebarkan secara online melalui grup milik komunitas fans Super

Junior di jejaring sosial. Wawancara dilakukan pada satu orang fans Super Junior

dengan skor psychological ownership tertinggi.

H. Analisis Data Kuantitatif

1. Uji Asumsi

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden

terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data

berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan

variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,

melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2011:

147).

Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik

inferensial. Untuk menentukan jenis statistik yang digunakan, dilakukan uji

asumsi. Jika hasil asumsi menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan

linier, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Jika data

tidak berdistribusi normal dan tidak linier, maka statistik yang digunakan

(34)

37

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Uji Normalitas Data

Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan bantuan

software IBM SPSS Statistic 19 dengan metode One Sample

Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi

(Asymp Sig 2-tailed) > 0,05. Berikut ini adalah data hasil uji normalitas.

Tabel 3.16

Hasil Uji Normalitas Data

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Celebrity Worship Psychological

Ownership

N 150 150

Normal Parameters a,b Mean 123.00 100.10

Std. Deviation 20.723 21.185

Most Extreme Differences

Absolute .080 .089

Positive .052 .053

Negative -.080 -.089

Kolmogorov-Smirnov Z .979 1.086

Asymp. Sig. (2-tailed) .293 .189

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas, nilai signifikansi

(Asymp Sig 2-tailed) dari variabel celebrity worship dan psychological

ownership masing-masing sebesar 0,293 dan 0,189. Kedua nilai tersebut

lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi

normal. Berikut disajikan grafik distribusi normal masing-masing variabel.

Grafik 3.1

(35)

Grafik 3.2

Distribusi Variabel Psychological Ownership

b. Uji Linieritas Data

Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara

variabel yang diteliti, apakah hubungan kedua variabel tersebut linier atau

tidak. Suatu hubungan dikatakan linier apabila terdapat kesamaan variabel,

jika terjadi penurunan maupun kenaikan pada kedua variabel tersebut.

Pada penelitian ini, perhitungan uji linieritas dilakukan dengan

software IBM SPSS Statistic 19. Data dikatakan linier jika nilai

signifikansi < 0,05. Berikut adalah data hasil uji linieritas.

Tabel 3.17

Hasil Uji Linieritas Data

ANOVAb

Model

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

1 Regression 53755.167 1 53755.167 606.554 .000

Residual 13116.333 148 88.624

Total 66871.500 149

(36)

39

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan tabel uji linieritas, didapatkan nilai signifikansi

sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan

bahwa hubungan antara celebrity worship dengan psychological ownership

adalah linier. Berikut disajikan grafik hasil uji linieritas.

Grafik 3.3

Hasil Uji Linieritas Data

c. Kategorisasi Hasil Data Kuantitatif

1) Kategorisasi Celebrity Worship

Kategorisasi data variabel celebrity worship dibuat berdasarkan

nilai rata-rata (µ) dan standar deviasi (σ) dari data yang diperoleh.

Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan mencari nilai rata-rata dan

(37)

Tabel 3.18

Hasil Perhitungan Variabel Celebrity Worship

Statistics

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata

sebesar 123 dan standar deviasi sebesar 20,723. Kemudian data dibagi

menjadi kategori tinggi, sedang dan rendah. Skor subjek dibandingkan

dengan norma, kemudian ditentukan jumlah subjek dalam tiap kategori.

Berikut ini adalah norma kategorisasi untuk variabel celebrity worship.

Tabel 3.19

Norma Kategorisasi Variabel Psychological Ownership

(38)

41

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2) Kategorisasi Psychological Ownership

Kategorisasi data variabel psychological ownership dibuat

berdasarkan nilai rata-rata (µ) dan standar deviasi (σ) dari data yang

diperoleh. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan mencari nilai

rata-rata dan standar deviasi dari variabel psychological ownership.

Tabel 3.20

Hasil Perhitungan Variabel Psychological Ownership

Statistics

Psychological Ownership

N Valid 150

Missing 0

Mean 100.10

Std. Error of Mean 1.730

Median 100.00

Mode 77

Std. Deviation 21.185

Variance 448.802

Range 90

Minimum 54

Maximum 144

Sum 15015

Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata

sebesar 100,1 dan standar deviasi sebesar 21,185. Kemudian data

dibagi menjadi kategori tinggi, sedang dan rendah. Skor subjek

dibandingkan dengan norma, kemudian ditentukan jumlah subjek

dalam tiap kategori. Berikut ini adalah norma kategorisasi untuk

(39)

Tabel 3.21

Norma Kategorisasi Variabel Psychological Ownership

Kriteria Kategori

Tinggi

T > μ + 1σ

atau T > 121,185

Sedang

μ - 1σ ≤ T ≤ μ + 1σ

atau

78,915 ≤ T ≤ 121,185

Rendah

T < μ - 1σ atau T < 78,915

2. Uji Hipotesis

a. Uji Korelasi Data

Uji korelasi digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen. Hasil uji normalitas dan

uji linieritas menunjukan bahwa data berdistribusi normal dan linier, maka

teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Perhitungan

korelasi product moment ini akan dibantu oleh software IBM SPSS

Statistic 19. Berikut ini dikemukakan rumus korelasi product moment:

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dengan y

n = Jumlah sampel

x = Skor mean dari x

y = Skor mean dari y

Untuk dapat menginterpretasi koefisien korelasi yang didapatkan

(40)

43

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.22

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2012:231)

I. Analisis Data Kualitatif

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011), aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus,

sampai datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data tersebut adalah, sebagai

berikut:

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Pada penelitian ini data yang

diperoleh, difokuskan pada hal-hal yang mendukung terbentuknya

dimensi-dimensi psychological ownership pada fans Super Junior.

b. Penyajian Data (Display Data)

Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah penyajian data atau

display data. Dengan penyajian data ini, akan memudahkan pemahaman

terhadap fenomena yg diteliti, kemudian merencanakan yang selanjutnya

berdasarkan pemahaman tersebut. Yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan tes yang bersifat

(41)

memperjelas data. Kemudian diberikan kode untuk jawaban yang sesuai

dengan dimensi-dimensi psychological ownership.

c. Conclusion Drawing/Verification

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan

akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung

pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan

konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka

kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

Proses penarikan kesimpulan ini dibuat berdasarkan data yang

diperoleh dari analisis data kuantitatif. Kemudian dibandingkan dengan hasil

wawancara terhadap satu orang fans Super Junior. Selain itu dilakukan studi

dokumentasi pada akun jejaring sosial milik responden wawancara, sehingga

didapatkan kesimpulan mengenai dimensi-dimensi pembentuk psychological

ownership.

J. Prosedur Penelitian

Secara umum, prosedur penelitian ini terbagi menjadi enam tahap, yaitu:

1. Tahap Persiapan

a. Mencari fenomena yang akan diteliti.

b. Melakukan observasi atau studi pendahuluan terhadap fenomena yang

akan diteliti untuk latar belakang penelitian.

c. Menentukan variabel yang akan digunakan untuk meneliti fenomena.

d. Melakukan studi literatur untuk mendapatkan gambaran dan teori yang

tepat mengenai variabel yang akan diteliti.

e. Menentukan desain penelitian dan instrumen yang akan digunakan

dalam penelitian.

f. Menentukan populasi dan sampel penelitian serta menentukan teknik

pengambilan sampel.

(42)

45

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

h. Mengajukan proposal penelitian kepada Dewan Pembimbing Skripsi

untuk mendapatkan pengesahan.

2. Tahap Pengambilan Data Kuantitatif

a. Pembukaan dan penyampaian maksud kedatangan peneliti

b. Pembagian angket kepada fans Super Junior

c. Memberikan penjelasan mengenai tata cara pengisian angket

d. Mengumpulkan angket yang telah diisi oleh sampel penelitian

e. Penutupan

3. Tahap Pengolahan Data Kuantitatif

a. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk mengecek kelengkapan jumlah

angket yang terkumpul dan kelengkapan pengisian angket yang diisi oleh

sampel.

b. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah langkah dimana peneliti merekap semua data

yang diperoleh untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan bantuan

software IBM SPSS Statistic 19.

c. Analisis Korelasi

Teknik analisis data dimulai dengan pengujian normalitas,

kemudian linieritas dan dilanjutkan dengan uji korelasi, perhitungan

dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS Statistic 19.

4. Tahap Pengambilan Data Kualitatif

a. Pembukaan dan penyampaian maksud kedatangan peneliti

b. Memberikan lembar kesediaan pada subjek untuk diwawancara

c. Pelaksanaan wawancara

(43)

5. Tahap Pengolahan Data Kualitatif

a. Reduksi Data, yaitu merangkum data, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting.

b. Display Data, yaitu penyajian data dalam bentuk teks naratif atau tabel

sesuai kategori berdasarkan kode-kode tertentu secara sistematik.

c. Verifikasi, yaitu membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang

valid dan konsisten yang telah diperoleh.

6. Tahap Penyelesaian

a. Menampilkan hasil analisis penelitian

b. Membahas hasil analisis penelitian berdasarkan teori yang digunakan

(44)

76 Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, didapatkan kesimpulan

sebagai berikut.

1. Sebagian besar fans Super Junior di Bandung berada dalam celebrity worship

kategori sedang (Intense-Personal). Hal ini menunjukkan bahwa fans tersebut

merasa bahwa mereka memiliki kedekatan khusus dengan Super Junior dan

menganggap Super Junior sebagai kekasih atau belahan jiwa.

2. Sebagian besar fans Super Junior berada dalam psychological ownership kategori

sedang. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan fans untuk merasa memiliki

Super Junior dan menjadikan Super Junior sebagai bagian dari diri mereka dengan

cara mengontrol, mengenal lebih dekat, dan menginvestasikan diri untuk Super

Junior.

3. Hasil uji korelasi product moment menunjukkan bahwa antara celebrity worship

dengan psychological ownership terdapat hubungan yang sangat kuat dan

signifikan pada tingkat signifikansi 0,05.

4. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek mengenai psychological ownership,

didapatkan bahwa subjek merasa memiliki Super Junior karena subjek telah

menganggap Super Junior sebagai bagian dari dirinya. Hal ini diwujudkan dalam

bentuk kontrol terhadap Super Junior, keinginan dan usaha untuk mengenal Super

Junior lebih dekat, dan melakukan investasi diri berupa dukungan untuk Super

Junior. Kontrol dilakukan dalam bentuk memantau kegiatan Super Junior melalui

media twitter dan jejaring sosial lainnya. Keinginan dan usaha mengenal Super

(45)

menyukai apa yang bias suka. Investasi diri diwujudkan dalam bentuk dukungan,

donasi, dan penjagaan terhadap Super Junior.

B. Rekomendasi

Ada beberapa hal yang direkomendasikan untuk beberapa pihak terkait

dengan celebrity worship dan psychological ownership, serta fans K-Pop yang

mengacu pada hasil penelitian ini.

1. Bagi orang tua yang memiliki anak yang mengagumi artis K-Pop diharapkan agar

mengawasi, memberi arahan dan bimbingan dalam kegiatan fangirling atau

fanboying-nya.

2. Bagi fans K-Pop, khususnya fans Super Junior dan HY diharapkan agar

mengembangkan rasa cinta terhadap bias dan artis K-Pop lainnya menjadi sebuah

kreativitas dalam bidang seni tari dan musik.

3. Adapun rekomendasi untuk peneliti selanjutnya, yaitu:

a. Bagi peneliti yang hendak menulis skripsi dengan subjek fans K-Pop

diharapkan untuk mengetahui latar belakang, sejarah, dan istilah-istilah yang

sering digunakan oleh fans K-Pop. Diharapkan pula untuk mencoba meneliti

fandom lain dan mengetahui seluk-beluk fandom tersebut.

b. Apabila peneliti hendak meneliti tentang celebrity worship dapat mencoba

untuk mengembangkannya ke ranah psikologi klinis.

c. Alat ukur yang digunakan sebaiknya dikembangkan dan disesuaikan dengan

kondisi yang ada di lapangan, agar perkembangan ilmu mengenai celebrity

(46)

78

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Abeba, R. A. (2010). ELF, Komunitas Pendukung Setia Super Junior [Online]. Tersedia: http://www.tabloidbintang.com/gaya-hidup/hobi/6581-elf-komunitas-pendukung-setia-super-junior-.html [6 Agustus 2012]

Allkpop. (2012). Reporter uncover the dark truth behind the daily activities of

sasaeng fans [Online]. Tersedia:

http://www.allkpop.com/2012/03/reporters-uncover-the-dark-truth-behind-the-daily-activities-of-sasaeng-fans [6 Agustus 2012]

Anonim. (2011). K-Pop dan Fenomena Virtual Husband and Wife [Online]. Tersedia: http://microsite.kapanlagi.com/k-pop/ragam/k-pop-dan-fenomena-virtual-husband-and-wife.html [10 Desember 2011]

AntaraNews. (2012). MBLAQ ke Indonesia karena fans [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/318915/mblaq-ke-indonesia-karena-fans [6 Agustus 2012]

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, S. (2010). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ballantine, P. W., Martin, B. A. S. (2005). “Forming Parasocial Relationship in Online Communities”. Advances in Consumer Research, 32

Beggan, J. K. (1992). “On the Social Nature of Perception: The Mere Ownership Effect”. Journal of Personality and Social Psychology. 2, 229-237

Belk, R. W. (1988). “Possesions and The Extended Self”. The Journal Consumer Research. 15, 139-168

Chapman, J. (2003). Do you worship the celebs? [Online]. Tersedia:

http://www.dailymail.co.uk/tvshowbiz/article-176598/Do-worship-celebs.html [16 Juli 2012]

Cresswell, J. W. (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. California: SAGE Publications

(47)

Farida, N. (2012). Inilah Alasan Remaja Dunia Kecanduan K-Pop [Online]. Tersedia:

http://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/12/05/01/m3chbz-ini-alasan-remaja-dunia-kecanduan-kpop [20 Mei 2013]

Fitriani, R. R. (2009). Pengaruh Tingkat Pemujaan Selebriti, Kesempatan Bertemu Selebriti, serta Persepsi Kongruensi Selebriti dan Produk terhadap Perilaku Membeli Produk. Skripsi Pada Fakultas Psikologi UI. Tidak diterbitkan

Grohol, J. M. (2008). The Psychology of Celebrity Worship [Online]. Tersedia: http://psychcentral.com/blog/archives/2008/11/23/the-psychology-of-celebrity-worship/ [16 Juli 2012]

Hallyucafe.com. (2012). Daftar Istilah “Wajib Paham” Para K-Pop Fans, Apa Aja, Ya? [Online]. Tersedia: http://www.hallyucafe.com/2012/01/daftar-istilah-wajib-paham-para-k-pop-fans-apa-aja-ya/ [6 Agustus 2012]

Hills, M. (2002). Fan Culture. USA: Routledge

Ibrahim, I. S. (2007). Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra

Ihsan, H. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: Psikologi UPI

Jun, S. (2011). “K-pop, Indonesian Fandom, and Social Mediain Race and

Ethnicity in Fandom” edited by Robin Anne Reid and Sarah

Gatson.Transformative Works and Cultures, no. 8.

Junianto, B. Nugraheni, M. (2011). Konser KIMCHI, Ribuan Fans Penuhi Istora [Online]. Tersedia: http://life.viva.co.id/news/read/224532-konser-kimchi-ribuan-fans-penuhi-istora [6 Agustus 2012]

Korean Culture and Information Service. (2011). The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon. Korea: Ministry of Culture, Sport and Tourism

Latipun. (2010). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press

Lewis, L. A. (1992). The Adoring Audience: Fan Culture and Popular Media. USA: Routledge

Maltby, J. et al. (2004). “Personality and coping: A context for examining

(48)

80

Evita Puspita Sari, 2013

Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Maltby, J. et al. (2005). “Intense-personal celebrity worship and body image:

Evidence of a link among female adolescents”. British Journal of Health Psychology. 10, 17-32

McCutcheon, L. E., Lange, R. & Houran, J. (2002). Conceptualization and measurement of celebrity worship [Online]. Tersedia:

http://www.highbeam.com/doc/1G1-83551825.html [16 Agustus 2012]

McCutcheon, L. E., Ashe, D. D., Houran, J., &Maltby, J. (2003). “A Cognitive Profile of Individuals Who Tend to Worship Celebrities”. Journal of Psychology. 137, Issue 4

Muniandy, N. A.P. (2007). Antecedents and Impacts of Psychological Ownership Among Academicians in Business Faculties of Malaysian Public University. Tesis pada Universiti Putra Malaysia. Tidak diterbitkan.

Nastiti, A. D. (2010). Korean Wave di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet dan Fanatisme pada Remaja (Studi Kasus terhadap Situs Asian Fans Club di Indonesia dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya) [Online]. Tersedia: http://ml.scribd.com/doc/67051422/Korean-Wave-di-Indonesia-Budaya-Pop-Internet-dan-Fanatisme-Remaja [Oktober 2011]

Noor, H. (2009). Psikometri: Aplikasi Dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Bandung: Fakultas Psikologi UNISBA.

Pierce, J. L, Kostova, T. & Dirks, K. T. (2002). “The State of Psychological Ownership: Integrating and Extending a Century Research”. Review of General Psychology.

Priyatno, D. (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi

Rapendik On Streaming. (2012). Pengertian Genre Musik dan Jenis-jenisnya [Online]. Tersedia: http://rapendik.com/program/one-for-all/pensi/44-pengertian-genre-musik-dan-jenis-jenisnya [27 September 2012]

Richins, M. L. (1994). “Valuing things: The public and private meanings of possessions”. Journal of Consumer Research. 21, 504-521

Roberts, K. A. (2007). “Relationship Attachments and The Behavior of Fans Towards Celebrity”. Applied Psychology in Criminal Justice, 3 (1)

RollingStone Indonesia. (2012). Live Review: SM Town Live World Tour III in Jakarta [Online]. Tersedia:

Gambar

Grafik 3.1 Grafik 3.2
Tabel 3.1   Penyekoran Instrumen
Tabel 3.3 Kategorisasi Nilai KMO
Tabel 3.6 Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang diajukan adalah ada hubungan negatif antara kematangan emosi dengan agresivitas pada fans musik pop. Subyek penelitian ini adalah individu yang

Body comparison dengan artis K-pop perempuan dan body dissatisfaction yang lebih tinggi secara signifikan dapat membuat remaja perempuan Indonesia fans K-pop melakukan diet

Penelitian \ Nawang Nila Kusuma (2014) yang berjudul hubungan celebrity worship terhadap idola K-pop dengan perilaku imitasi pada remaja, dengan sampel sebanyak 100 orang

Therefore, the research model by Singh &amp; Banarjee (2019) was then developed in this study with the objectives of; 1) to find out the relationship between celebrity worship and

Dari yang sudah dijelaskan, urgensi dari penelitian ini yaitu adanya peran dari idola dimana penggemar melakukan pemujaan terhadap selebriti atau celebrity worship yang

HUBUNGAN ANTARA CELEBRITY WORSHIP YOUTUBER DENGAN PERILAKU IMITASI PADA

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa secara simultan self-esteem dan neuroticism menjadi faktor yang berpengaruh dengan celebrity worship pada remaja

Penelitian oleh Arief 2021 ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara celebrity worship dengan kepuasan hidup, afek positif dan afek negatif, bisa dikatakan bahwa