HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP DENGAN PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP PADA FANS K-POP
(Studi pada Fans Super Junior di Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Evita Puspita Sari
0806950
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP DENGAN
PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP PADA FANS K-POP
(Studi pada Fans Super Junior di Bandung)
Oleh: Evita Puspita Sari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Evita Puspita Sari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Evita Puspita Sari, 2013
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN CELEBRITY WORSHIP DENGAN PSYCHOLOGICAL OWNERSHIP PADA FANS K-POP (STUDI PADA FANS SUPER JUNIOR DI BANDUNG)” ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, Juni 2013 Yang membuat pernyataan
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
ABSTRAK
Evita Puspita Sari (0806950). Hubungan Celebrity Worship dengan Psychological Ownership pada Fans K-Pop (Studi pada Fans Super Junior di Bandung). Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI, Bandung (2013).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara celebrity worship dengan psychological ownership pada fans K-Pop, khususnya fans Super Junior di Bandung. Pendekatan yang digunakan adalah mixed methods, pendekatan kuantitatif sebagai pendekatan utama dengan desain penelitian studi korelasional dan pendekatan kualitatif sebagai pendekatan pendukung dengan desain penelitian wawancara. Subjek penelitian merupakan 150 fans Super Junior (ELF) yang berada di Bandung dan satu orang responden untuk diwawancara. Instrumen yang digunakan adalah Celebrity Attitude Scale dari McCutcheon (2002) yang dimodifikasi dan Skala Psychological Ownership yang dikembangkan dari teori yang dikemukakan oleh Pierce et al. (2002) serta divalidasi oleh para ahli serta diuji validitas konstruk menggunakan analisis faktor. Skala Psychological Ownership yang telah valid dijadikan acuan untuk membuat pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara celebrity worship dengan psychological ownership yaitu sebesar 0,897. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek mengenai psychological ownership, didapatkan bahwa subjek merasa memiliki Super Junior karena subjek telah menganggap Super Junior sebagai bagian dari dirinya. Hal ini diwujudkan dalam bentuk kontrol terhadap Super Junior, keinginan dan usaha untuk mengenal Super Junior lebih dekat, dan melakukan investasi diri berupa pengorbanan untuk Super Junior. Kesimpulan dan saran untuk orang tua,fans, dan peneliti selanjutnya dibahas dalam penelitian ini.
ABSTRACT
Evita Puspita Sari (0806950) Correlation between Celebrity Worship and Psychological Ownership of K-Pop Fans (A Study of Super Junior’s Fans in Bandung). Thesis of Psychology Departement, Faculty of Education, Indonesia University of Education, Bandung (2013).
This research aims to determine the relationship between celebrity worship with psychological ownership in the K-Pop fans, especially fans of Super Junior in Bandung. The approach which used is mixed methods, quantitative as the main approach with design of study research correlational and qualitative as a supporter approach with interview as a research design. Subject of research constitute 150 Super Junior (ELF) fans which were in Bandung and one respondent for interviewed. Instrument which used is Celebrity Attitude Scale from McCutcheon (2002) which modified and Scale Psychological Ownership which developed from the theory who put forward by Pierce et al. (2002) and validated by experts and tested the construct validity using factor analysis. Scale Psychological Ownership that has been valid used as a reference to make guidelines interview. The results of research showed that there are significant relation between celebrity worship with psychological ownership that is equal to 0,897. Based on interviews with subjects concerning psychological ownership, it was found that subjects felt Super Junior has been considered as a part of self. This is manifested in the form of control of Super Junior, desire and effort to get to know Super Junior closer, and make investments in the form of self-sacrifice for Super Junior. Conclusions and suggestions for parents, fans, and further researchers discussed in this research.
x
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR vi
UCAPAN TERIMA KASIH vii
DAFTAR ISI x
E. Sistematika Penulisan 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA 7
A. Celebrity Worship 7
B. Psychological Ownership 9
C. Fans K-Pop 15
D. Kerangka Pemikiran 19
E. Hipotesis Penelitian 20
BAB III METODE PENELITIAN 21
A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 21
B. Desain Penelitian 21
C. Metode Penelitian 22
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 22
E. Instrumen Penelitian 23
F. Proses Pengembangan Instrumen 25
G. Teknik Pengumpulan Data 36
H. Analisis Data Kuantitatif 36
I. Analisis Data Kualitatif 43
J. Prosedur Penelitian 44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47
A. Hasil Penelitian Kuantitatif 47
B. Hasil Penelitian Kualitatif 51
C. Pembahasan 63
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 73
A. Kesimpulan 73
DAFTAR PUSTAKA 75
xii
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penyekoran Instrumen 24
Tabel 3.2 Kategorisasi Nilai KMO 26
Tabel 3.3 Item-item Instrumen Celebrity Worship 27
Tabel 3.4 Nilai KMO-MSA Instrumen Celebrity Worship 28 Tabel 3.5 Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Celebrity Worship 28 Tabel 3.6 Penamaan Faktor Instrumen Celebrity Worship 29 Tabel 3.7 Item-item Instrumen Psychological Ownership 30 Tabel 3.8 Nilai KMO-MSA Instrumen Psychological Ownership 30 Tabel 3.9 Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Psychological Ownership 31 Tabel 3.10 Penamaan Faktor Instrumen Psychological Ownership 32
Tabel 3.11 Kategorisasi Koefisien Reliabilitas 33
Tabel 3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Celebrity Worship 33 Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Psychological Ownership 34
Tabel 3.14 Kisi-kisi Pedoman Wawancara 35
Tabel 3.15 Hasil Uji Normalitas Data 37
Tabel 3.16 Hasil Uji Linieritas Data 38
Tabel 3.17 Hasil Perhitungan Variabel Celebrity Worship 40 Tabel 3.18 Norma Kategorisasi Variabel Celebrity Worship 40 Tabel 3.19 Hasil Perhitungan Variabel Psychological Ownership 41 Tabel 3.20 Norma Kategorisasi Variabel Psychological Ownership 42 Tabel 3.21 Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi 43
Tabel 4.1 Gambaran Fans Super Junior di Bandung 47
Tabel 4.2 Gambaran Umum Variabel Celebrity Worship pada Fans Super Junior di Bandung
48
Tabel 4.3 Gambaran Umum Variabel Psychological Ownership pada Fans Super Junior di Bandung
49
Tabel 4.4 Hasil Uji Korelasi antara Celebrity Worship dengan Psychological Ownership pada Fans Super Junior
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.1 Distribusi Variabel Celebrity Worship 37
Grafik 3.2 Distribusi Variabel Psychological Ownership 38
Grafik 3.3 Hasil Uji Linieritas Data 39
Grafik 4.1 Gambaran Umum Variabel Celebrity Worship pada Fans Super Junior
48
Grafik 4.2 Gambaran Umum Variabel Psychological Ownership pada Fans Super Junior
1 Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Musik adalah bunyi yang teratur. Musik diyakini sebagai bahasa universal
yang bisa memberikan kehangatan insani dan makanan ruhani bagi si pendengar
(Ibrahim, 2007:95). Musik sendiri memiliki beberapa genre atau aliran,
diantaranya klasik, pop, jazz, blues, rock, hiphop, R’n’ B, dan sebagainya. Di Indonesia, dalam beberapa dasawarsa terakhir dunia musik mengalami banyak
perkembangan. Contohnya adalah musik triphop yang merupakan perpaduan
musik pop dengan beat elektronik yang ringan dan enak untuk didengar,
kemudian ada pula musik reggae, metal, dan sebagainya (Rapendik.com, 2012).
Musik yang easy listening dan lirik yang mudah dicerna oleh masyarakat menjadi
salah satu alasan suatu jenis musik dapat diterima dengan mudah di kalangan
masyarakat.
Industri musik Indonesia yang semula diwarnai oleh band dan penyanyi
solo, mulai diramaikan dengan hadirnya boyband dan girlband. Hal ini
merupakan pengaruh dari Korean Wave yang membawa genre musik pop Korea
yang dikenal sebagai K-Pop. K-Pop merupakan salah satu jenis musik Korea
Selatan yang mengusung musik pop dan dipadukan dengan gerakan dance yang
dinamis (Nastiti, 2010). K-Pop diperkenalkan melalui idol group atau yang lebih
dikenal dengan boyband dan girlband. DBSK (Dong Bang Shin Ki), Super Junior,
Girl’s Generation, Big Bang, 2NE1, 2PM dan lain-lain adalah idol group yang saat ini sedang populer di kalangan pecinta musik baik di Indonesia, maupun
mancanegara (Korean Culture and Information Service, 2011).
K-Pop menjadi populer karena adanya dukungan dari fans. Menurut Hills
(2002), fans merupakan seseorang yang terobsesi dengan selebritis, artis, film,
program televisi, band, dan lain-lain. Mereka mampu menghapal lirik lagu artis
kesayangan dan kalimat dalam sebuah film favorit. Sedangkan menurut Lewis
artis kesayangannya, rela mengantri tiket konser sang artis, dan mengetahui setiap
detail kehidupan pribadi dan pekerjaan sang artis.
Fans K-Pop merupakan fans yang memiliki ciri khas tersendiri. Mereka
memiliki tingkat fanatisme yang dapat dikatakan cukup tinggi (Kapanlagi.com,
2011). Selain memakai atribut dan menonton konser, mereka juga terobsesi
dengan kehidupan pribadi sang artis. Salah satu bentuk fanatisme seorang fans
yang saat ini sedang menjadi kontroversi di Korea Selatan adalah sasaeng fans.
Sasaeng berasal dari kata bahasa Korea sasaenghwal. Sasaenghwal berarti privasi
atau kehidupan pribadi. Istilah sasaeng fans ditujukan pada fans yang tidak
menghormati kehidupan pribadi sang artis (Steviani, 2012). Mereka membuntuti
sang artis selama 24 jam dalam seminggu, mengirim surat yang ditulis dengan
darah, menyelinap ke dalam apartemen sang artis bahkan melakukan kekerasan
terhadap sang artis. Mereka yang membuntuti artis tersebut, biasanya akan
membagikan informasi yang mereka dapatkan melalui blog atau jejaring sosial
(Allkpop.com, 2012).
Fenomena sasaeng fans tidak terjadi di kalangan fans K-Pop yang ada di
Indonesia. Namun, fenomena yang mirip terjadi ketika terdapat artis Korea yang
akan menggelar konser di Indonesia. Para fans biasanya akan menunggu
kedatangan sang artis di bandara kemudian membuntuti artis tersebut sampai ke
hotel tempat artis tersebut menginap. Mereka akan mengambil foto artis tersebut
secara diam-diam dan mengunduhnya di situs jejaring sosial pribadi atau di
fanpage.
Pada tanggal 22 September 2012, Indonesia mengundang artis-artis
Korea dalam konser bertajuk SM TOWN Live World Tour III yang diadakan di
Gelora Bung Karno (GBK), Senayan Jakarta Pusat (Steviani, 2012). Konser ini
menghadirkan artis-artis Korea yang bernaung di bawah manajemen SM
Entertainment, di antaranya DBSK (Dong Bang Shin Ki), Super Junior, f(x),
SHINee, Girls Generation, Kangta, BoA, dan EXO (Rollingstone.co.id, 2012).
Ribuan fans hadir untuk menyaksikan artis kesayangan mereka di atas panggung.
Mereka rela mengantri di depan gerbang GBK sejak pagi meskipun acara baru
3
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan hasil observasi peneliti melalui media jejaring sosial pada
tanggal 21 September 2012, ketika para artis SM TOWN datang ke Indonesia,
para fans rela datang ke bandara untuk menjemput artis kesayangan mereka. Salah
satu administrator fanpage dan beberapa fans lainnya, bahkan membuntuti artis
dari bandara sampai ke hotel tempat artis tersebut menginap. Mereka mengambil
foto diam-diam dan menyebarkan foto tersebut di jejaring sosial.
Fenomena lain yang muncul di kalangan fans K-Pop Indonesia salah
satunya adalah fenomena virtual husband and wife. Dalam fenomena ini, seorang
fans tidak hanya melihat artis sebagai seorang idola, tetapi juga sebagai suami
atau istri mereka (Kapanlagi.com, 2011). Fans mengibaratkan artis favorit mereka
sebagai pasangan dan berperilaku seolah-olah sang artis berada dekat dengannya.
Dalam tingkatan tertentu, seorang fans akan membayangkan bahwa ia hidup
dalam satu rumah bersama sang artis dan memiliki anak.
Fenomena sasaeng fans dan virtual husband and wife menunjukkan bahwa
fans dapat menjadi terobsesi dengan artis favoritnya. Hal ini dapat dikategorikan
sebagai celebrity worship. Celebrity worship merupakan sindrom perilaku obsesif
dan adiktif terhadap artis dan segala sesuatu yang berhubungan dengan artis
tersebut, termasuk kehidupan pribadinya (Chapman, 2003). Lebih lanjut
McCutcheon, Ashe, Houran dan Maltby mendefinisikan celebrity worship sebagai
bentuk hubungan atau interaksi parasosial individu yang terobsesi dengan satu
selebriti atau lebih (McCutcheon et al, 2003). Rubin & McHugh (Roberts, 2007)
mengatakan bahwa pada hubungan parasosial, fans merasa bahwa mereka
mengenal dekat sang artis hanya dengan melihat penampilan, gestur, perkataan
dan perbuatannya. Fans juga merasakan kedekatan dengan sang artis meskipun
mereka belum pernah melakukan komunikasi secara langsung. Perilaku artis dan
peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sang artis juga dapat memengaruhi
perasaan dan emosi fans, seolah-olah fans memiliki hubungan yang dekat dengan
Fans yang merasa memiliki hubungan dekat dengan artis favoritnya akan
menumbuhkan rasa memiliki terhadap artis tersebut. Rasa memiliki ini sendiri
disebut juga dengan psychological ownership. Menurut Pierce et al. (2002),
psychological ownership merupakan suatu keadaan di mana seseorang merasa
bahwa suatu benda atau target adalah bagian dari diri mereka. Seseorang yang
mempunyai rasa memiliki terhadap sesuatu akan mendapatkan kepuasan tersendiri
atas hal yang ia miliki itu. Menurut Porteus ((Pierce et al.,2002).), seseorang yang
mengembangkan rasa memiliki terhadap sesuatu akan melakukan kontrol terhadap
objek atau target yang ia miliki. Lebih lanjut, orang tersebut akan menjadikan
objek atau target tersebut menjadi bagian dari dirinya. Terakhir, orang yang
tersebut akan terus-menerus memikirkan dan mempertahankan apa yang
dimilikinya tersebut.
Penelitian mengenai celebrity worship telah beberapa kali dilakukan.
Penelitian McCutcheon et al (2002) menyimpulkan bahwa kemampuan kognitif
yang kurang baik menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap celebrity worship.
Penelitian Maltby et al (2005) menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki
hubungan parasosial dengan selebriti yang memiliki bentuk tubuh yang indah
cenderung memiliki gambaran tubuh (body image) yang kurang baik. Selanjutnya
penelitian Sheridan et al (2007) menyimpulkan seseorang yang memuja selebriti
cenderung mencari identitas diri dan mengidentifikasi diri dengan selebriti
tersebut. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Fitriani (2009) terhadap fans
Slank menunjukkan bahwa tingkat pemujaan selebriti yang tinggi tidak
berpengaruh terhadap pembelian seluruh album Slank, namun berpengaruh pada
pembelian kaset orisinal.
Penelitian mengenai celebrity worship dengan psychological ownership
belum ditemukan. Namun, peneliti menganggap perlu melakukan penelitian
mengenai hal tersebut sebab fenomena yang muncul menunjukkan bahwa fans,
terutama fans K-Pop, menunjukkan kefanatikan mereka dengan menganggap artis
sebagai orang terdekatnya. Fans K-pop terdiri dari berbagai macam fandom dan
tiap fans memiliki artis favorit atau yang dikenal dengan bias. Penelitian ini akan
5
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
observasi dan wawancara yang dilakukan Yusron (2009), ELF merupakan fandom
yang sangat mudah menunjukkan kefanatikan mereka dan mudah tersinggung.
Mereka menganggap member favorit mereka (bias) sebagai suami atau pacar
mereka. Lebih lanjut, peneliti melakukan penelitian pendahuluan pada fandom
ELF tersebut. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa dari segi usia, sebagian
besar ELF berada dalam rentang usia remaja dan dewasa awal. Sejalan dengan
Yusron (2009), peneliti juga menemukan bahwa ELF menganggap bahwa anggota
Super Junior merupakan, pacar, suami ataupun kakak mereka. Mereka juga
mengatakan bahwa mereka sering berkhayal tentang bias mereka. Jika bias
dipasangkan atau dekat dengan artis perempuan, mereka akan merasa cemburu
dan marah kepada artis perempuan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa fans K-pop adalah
fandom yang tergolong memiliki fanatisme yang tinggi dan cenderung tergolong
sebagai celebrity worship. Fanatisme yang tinggi tersebut berujung kepada rasa
kepemilikan pada artis kesayangannya. Dari fenomena-fenomena yang muncul,
peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai “Hubungan Celebrity
Worship dengan Psychological Ownership pada Fans K-Pop (Studi pada Fans
Super Junior di Bandung)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan,masalah
penelitian ini adalah “Bagaimana hubungan antara celebrity worship dengan
psychological ownership pada fans K-Pop?”, maka dari masalah umum tersebut
dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian berikut:
1. Bagaimana gambaran Celebrity Worship pada fans K-Pop?
2. Bagaimana gambaran Psychological Ownership pada fans K-Pop?
3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Celebrity Worship
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui gambaran Celebrity Worship pada fans K-Pop.
2. Mengetahui gambaran Psychological Ownership pada fans K-Pop.
3. Mengetahui hubungan antara Celebrity Worship dengan Psychological
Ownership.
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoretis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan kajian untuk penelitian
selanjutnya, terutama yang berkaitan dengan celebrity worship dan
psychological ownership. 2. Kegunaan Praktis
Memberikan informasi mengenai perilaku fans, khususnya fans K-Pop.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan penelitian antara lain:
1. Bab I akan membahas pendahuluan yang berisi latar belakang penelitian,
identifikasi masalah dan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,
manfaat penelitian, serta struktur organisasi skripsi.
2. Bab II akan membahas landasan teori yang berkaitan dengan penelitian ini
yaitu teori celebrity worship dan teori psychological ownership.
3. Bab III akan menguraikan metode penelitian yang berisi lokasi dan subjek
penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, instrumen
penelitian, pengembangan instrumen penelitian, dan metode analisis data
penelitian.
4. Bab IV mengemukakan hasil penelitian yang meliputi tahap analisis data
serta pembahasannya.
5. Bab V merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan rekomendasi
21 Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang
memiliki beberapa karakteristik yang sama (Latipun, 2010: 25). Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh fans Super Junior di Bandung yang
berjumlah kurang lebih 3000 orang berdasarkan jumlah anggota grup ELF
Bandung di situs jejaring sosial Facebook.
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut (Sugiyono, 2011:81). Sampel yang diambil dari populasi
harus representatif. Pada penelitian ini, teknik sampling yang digunakan
adalah simple random sampling. Teknik ini digunakan jika anggota populasi
dianggap homogen. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 5% dari
populasi, yaitu 150 orang. Adapun sampel dalam penelitian ini adalah
a. Fans Super Junior yang berdomisili di Bandung.
b. Fans Super Junior yang telah menjadi fans selama satu tahun.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan
desain penelitian dominant-less dominant. Desain ini menerapkan pengumpulan
dan analisis data kuantitatif pada tahap pertama yang diikuti oleh pengumpulan
dan analisis data kualitatif pada tahap kedua yang dibangun berdasarkan hasil
awal kuantitatif (Cresswell, 1994). Pengumpulan dan analisis data kuantitatif
dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji hipotesis dan mencari hubungan
antara variabel celebrity worship dengan variabel psychological ownership pada
fans Super Junior. Sedangkan, pengumpulan dan analisis data kualitatif dilakukan
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan yang digunakan dalam pendekatan kuantitatif
adalah metode korelasional. Metode korelasional merupakan penelitian yang
bertujuan untuk menemukan hubungan antarvariabel dan menentukan tingkat
hubungan antarvariabel (Arikunto, 2010). Sedangkan untuk pengumpulan dan
analisis data kualitatif menggunakan metode triangulasi. Metode korelasional
dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment, yang
bertujuan untuk menguji hipotesis hubungan antara variabel celebrity worship
dengan variabel psychological ownership. Untuk mengukur variabel celebrity
worship pada fans Super Junior digunakan kuesioner yang diadaptasi dan
dikembangkan dari Celebrity Attitude Scale (CAS) (McCutcheon, 2002),
sedangkan untuk mengukur psychological ownership digunakan kuesioner yang
diturunkan dari teori psychological ownership oleh Pierce et al (2002). Kemudian
hasil dari kedua penilaian kuesioner tersebut akan dikorelasikan, dianalisis
hubungan antar variabel tersebut, lalu dibuat kesimpulan.
Pengumpulan dan analisis data kualitatif pada penelitian ini digunakan
untuk memperdalam data yang didapatkan dari hasil analisis kuantitatif. Metode
yang digunakan adalah teknik triangulasi. Teknik triangulasi sifatnya
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada (Sugiyono, 2011). Data didapatkan melalui wawancara kepada
responden dengan skor psychological ownership tertinggi dan dokumentasi yang
didapatkan dari akun jejaring sosial responden.
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian merujuk pada karakteristik atribut seorang individu
atau suatu organisasi yang dapat diukur atau diobservasi (Cresswell, 2012).
Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan adalah celebrity worship
sebagai variabel pertama (V1) dan psychological ownership sebagai variabel
23
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Definisi Operasional Variabel
a. Celebrity Worship
Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan celebrity worship
adalah hubungan parasosial antara fans Super Junior dengan Super Junior
yang diukur berdasarkan dimensi dari McCutcheon et al. (2002), yaitu
Entertainment-Social, Intense-Personal, dan Borderline-Pathological.
b. Psychological Ownership
Pada penelitian ini, yang dimaksud dengan psychological
ownership adalah rasa kepemilikan fans Super Junior terhadap Super
Junior yang diukur berdasarkan dimensi dari Pierce et al (2002), yaitu
mengontrol target kepemilikan (controlling the ownership target),
mengenal target lebih dalam (coming to know the target intimately), dan
menginvestasikan diri ke dalam target (investing the self into the target).
E. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga jenis instrumen yang digunakan untuk
mengungkap data. Berikut adalah penjelasan mengenai instrumen yang digunakan.
1. Instrumen Celebrity Worship
Untuk mengukur variabel celebrity worship, digunakan instrumen
Celebrity Attitude Scale (CAS) dari McCutcheon et al (2002). CAS digunakan
untuk mengukur hubungan parasosial individu terhadap artis favoritnya. CAS
terdiri dari tiga dimensi, yaitu entertainment-social, intense-personal,
borderline pathological. CAS terdiri dari 22 item yang kemudian
dikembangkan dan dimodifikasi menjadi 32 item pernyataan oleh peneliti
sesuai dengan kebutuhan penelitian. Kemudian dilakukan validasi isi oleh ahli,
sehingga terdapat item yang dihapus dan dimodifikasi. Hasilnya CAS yang
digunakan untuk mengukur hubungan parasosial pada fans K-Pop berjumlah
2. Instrumen Psychological Ownership
Untuk mengukur variabel psychological ownership, digunakan
instrumen yang dikembangkan dari teori psychological ownership dari Pierce
et al (2002) yang terdiri tiga dimensi, yaitu mengontrol target kepemilikan
(controlling the ownership target), mengenal target lebih dalam (coming to know
the target intimately), dan menginvestasikan diri ke dalam target (investing the self
into the target). Tiga dimensi tersebut dikembangkan menjadi 29 item pernyataan. Kemudian dilakukan validasi isi oleh ahli, sehingga terdapat item
yang dihapus dan dimodifikasi. Hasilnya instrumen psychological ownership
yang digunakan untuk mengukur rasa kepemilikan pada fans K-Pop berjumlah
30 item pernyataan.
3. Sistem Penyekoran Instrumen
Instrumen celebrity worship dan psychological ownership disusun
menggunakan Skala Likert. Responden diminta untuk menyatakan
sikapnya terhadap pernyataan yang diberikan dalam lima kategori jawaban,
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Ragu-ragu (R), Tidak Setuju (TS),
Sangat Tidak Setuju (STS). Jawaban setiap pernyataan yang menggunakan
Skala Likert diberi bobot dalam rentang 1-5, dan terdapat pernyataan
bernilai favorable (+). Berikut sistem penyekoran pada instrumen.
Tabel 3.1 Penyekoran Instrumen
Item Nilai Item
STS TS R S SS
25
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4. Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dibuat untuk memperdalam variabel kedua atau
variabel psychological ownership melalui proses wawancara. Pedoman
wawancara dibuat berdasarkan dimensi psychological ownership yang
dikemukakan oleh Pierce et. al (2002) yaitu mengontrol target kepemilikan
(controlling the ownership target), mengenal target lebih dalam (coming to know
the target intimately), dan menginvestasikan diri ke dalam target (investing the self into the target).
F. Proses Pengembangan Instrumen
Instrumen untuk mengukur celebrity worship merupakan hasil modifikasi
peneliti dari instrumen yang telah ada, yaitu Celebrity Attitude Scale (CAS).
Instrumen psychological ownership dibuat dengan menurunkan indikator
berdasarkan teori yang ada. Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas kedua
instrumen tersebut, peneliti melakukan uji coba instrumen terhadap 42 orang fans
Super Junior (ELF) yang berada di wilayah Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta.
Hasil uji coba tersebut kemudian diolah menggunakan bantuan software IBM
SPSS Statistic 19.
1. Uji Validitas Instrumen
Pengujian validitas instrumen dilakukan dengan menggunakan
validitas konstruk, sedangkan reliabilitas instrumen diuji menggunakan Alpha
Cronbach. Validitas konstruk merupakan validitas yang menunjukkan
sejauhmana suatu tes mengukur trait atau konstruk teoretik yang hendak
diukurnya (Azwar, 2010:175). Validitas konstruk diuji menggunakan analisis
faktor yang perhitungannya menggunakan bantuan software IBM SPSS
Statistic 19. Dalam analisis faktor terdapat rangkaian langkah, yaitu
pengestimasian, atau ekstraksi faktor-faktor, yang menentukan berapa banyak
Prosedur awal dalam analisis faktor adalah menentukan layak tidaknya
variabel untuk dianalisis. Untuk menguji kelayakan variabel, dilakukan tes
KMO MSA (Kaiser Mayer Olkin Measure of Sampling Adequacy) dan Bartlet’s test of sphericity, dan matriks anti-image. Menurut Gebotys (Ihsan, 2009:108) terdapat kategorisasi nilai KMO untuk menentukan suatu variabel
layak dianalisis atau tidak, yaitu:
Tabel 3.3
Kategorisasi Nilai KMO
Nilai KMO Derajat Varian Umum
0, 90 sampai 1, 00 Bagus sekali
0, 80 sampai 0, 89 Bagus
0, 70 sampai 0,79 Cukup sekali
0, 60 sampai 0, 69 Cukup
0, 50 sampai 0, 59 Jelek
0, 00 sampai 0 49 Jangan difaktor
Selain KMO MSA, layak atau tidaknya suatu variabel untuk dianalisis
dapat dilihat dari matriks korelasi anti-image. Apabila variabel tersebut indeks
korelasi anti-image-nya ≥ 0,5, maka variabel tersebut layak untuk dianalisis
faktor. Jika indeks korelasi anti-image-nya < 0,5, maka tidak layak dianalisis
faktor dan harus dihapus dari rangkaian variabel, dan dilakukan uji ulang
KMO dan korelasi anti-image hingga mendapatkan variabel yang layak (Ihsan,
2009:108-109).
Setelah didapatkan variabel atau item yang layak, tahap selanjutnya
adalah melakukan ekstraksi faktor dan rotasi faktor. Ekstraksi faktor yang
digunakan adalah principal component analysis jenis varimax, untuk tujuan
reduksi data. Hasil dari ekstraksi faktor digunakan untuk menentukan jumlah
faktor. Kaiser (1960) menyebutkan bahwa kriteria psikometris atau matematis
untuk jumlah faktor yang sering digunakan dalam principal component
27
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rotasi faktor menghasilkan pengelompokkan muatan variabel pada
faktor-faktor yang baru. Oleh karena itu, perlu dilakukan penamaan faktor
yang baru untuk menandai bahwa faktor itu adalah variabel tersembunyi yang
memengaruhi sebuah konstruk tes. Faktor akan diberi nama bergantung pada
muatan faktor tertinggi yang dimiliki variabel (Ihsan, 2009:112).
a. Uji Validitas Instrumen Celebrity Worship
1) Pemilihan Item yang Layak
Pemilihan item yang layak dilakukan dengan melihat nilai
KMO ≥0,5 dan nilai korelasi anti image ≥0,5. Pada tahap analisis
faktor pertama, terdapat item yang tidak layak pada dimensi
Entertainment-Social yaitu item nomor 12 dengan nilai korelasi anti
image sebesar 0,484. Untuk dimensi Intense-Personal dan
Borderline-Pathological, tidak terdapat item yang tidak layak. Secara lebih rinci
item-item tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.4
Item-item Instrumen Celebrity Worship
Dimensi Nomor Item Valid Nomor Item
Tidak Valid
item tersebut tidak digunakan. Setelah dilakukan analisis faktor ulang,
Tabel 3.5
Nilai KMO MSA Instrumen Celebrity Worship
Dimensi Nilai KMO
Dimensi Entertainment-Social 0,805
Dimensi Intense-Personal 0,846
Dimensi Borderline-Pathological 0,500
Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai KMO ≥ 0,5,
sehingga dimensi-dimensi tersebut layak untuk dilakukan analisis
faktor.
2) Ekstraksi dan Penentuan Jumlah Faktor
Jumlah faktor ditentukan dengan melihat hasil ekstraksi dan
rotasi faktor. Nilai faktor loading yang paling besar menunjukkan
bahwa item tersebut merupakan bagian dari faktor. Setelah dilakukan
ekstraksi, terjadi pengurangan faktor, karena beberapa item bergabung
ke dalam indikator yang sama. Terdapat dimensi yang tidak
mengalami pengurangan atau penambahan faktor, namun susunan item
tersebut berubah dari yang sebelumnya.
Tabel 3.6
Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Celebrity Worship
Dimensi Jumlah Indikator
Sebelum Ekstraksi
Jumlah Indikator
Setelah Ekstraksi
Entertainment-Social 3 3
Intense-Personal 3 2
29
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3) Penamaan Faktor
Setelah dilakukan ekstraksi dan rotasi faktor, dilakukan
penamaan pada faktor-faktor baru tersebut. Penamaan faktor dilakukan
sesuai dengan item yang terbentuk dalam faktor. Berikut adalah
kisi-kisi instrumen celebrity worship setelah dilakukan analisis faktor:
Tabel 3.7
Penamaan Faktor Instrumen Celebrity Worship
b. Uji Validitas Instrumen Psychological Ownership
1) Pemilihan item yang layak
Pemilihan item yang layak dilakukan dengan melihat nilai
KMO ≥0,5 dan nilai korelasi anti image ≥0,5. Pada tahap analisis
faktor pertama, terdapat item yang tidak layak pada dimensi coming to
know intimately the target yaitu item nomor 58 dengan nilai korelasi
anti image sebesar 0,482. Untuk dimensi controlling the ownership target dan investing the self into target, tidak terdapat item yang tidak
layak. Secara lebih rinci item-item tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 3.8
Item-item Instrumen Psychological Ownership
Dimensi Nomor Item Valid Nomor Item
Tidak Valid
item tersebut tidak digunakan. Setelah dilakukan analisis faktor ulang,
maka didapatkan nilai KMO MSA dari tiap dimensi, sebagai berikut:
Tabel 3.9
Nilai KMO MSA Instrumen Psychological Ownership
Dimensi Nilai KMO
Dimensi Controlling the
Ownership Target 0,729
Dimensi Coming to Know
Intimately the Target 0,800
Dimensi Investing the Self into
31
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel di atas didapatkan nilai KMO ≥ 0,5,
sehingga dimensi-dimensi tersebut layak untuk dilakukan analisis
faktor.
2) Ekstraksi dan rotasi faktor
Jumlah faktor ditentukan dengan melihat hasil ekstraksi dan
rotasi faktor. Nilai faktor loading yang paling besar menunjukkan
bahwa item tersebut merupakan bagian dari faktor. Setelah dilakukan
ekstraksi, terdapat satu dimensi yang mengalami pengurangan faktor,
karena beberapa item bergabung ke dalam indikator yang sama. Dua
dimensi lain tidak mengalami pengurangan atau penambahan faktor,
namun susunan item tersebut berubah dari yang sebelumnya.
Tabel 3.10
Hasil Ekstraksi dan Rotasi Instrumen Psychological Ownership
Dimensi Jumlah Indikator
Sebelum Ekstraksi
Jumlah Indikator Setelah Ekstraksi
Controlling the
Ownership Target 3 3
Coming to Know
Intimately the Target 3 3
Investing the Self into
Target 2 1
3) Penamaan faktor
Setelah dilakukan ekstraksi dan rotasi faktor, dilakukan
penamaan pada faktor-faktor baru tersebut. Penamaan faktor dilakukan
sesuai dengan item yang terbentuk dalam faktor. Berikut adalah
kisi-kisi instrumen psychological ownership setelah dilakukan analisis
Tabel 3.11
Penamaan Faktor Instrumen Psychological Ownership
33
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat
dipercaya. Hasil ukur dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pengukuran
terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama. Tinggi
rendahnya reliabilitas, ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas (Azwar,
2010:180). Semakin tinggi koefisien reliabilitas, maka semakin tinggi tingkat
kepercayaan suatu alat ukur.
Kategorisasi koefisien reliabilitas menurut Guildford (Noor, 2009),
sebagai berikut:
Tabel 3.12
Kategorisasi Reliabilitas
r Interpretasi
0,8 < r ≤ 1, 0 Reliabilitas sangat tinggi
0,6 < r ≤ 0,8 Reliabilitas tinggi
0,4 < r ≤ 0,6 Reliabilitas sedang
0,2 < r ≤ 0,4 Reliabilitas rendah
- 1,0 < r ≤ 0,2 Tidak reliabel
a. Uji Reliabilitas Instrumen Celebrity Worship
Berdasarkan hasil uji coba instrumen celebrity worship, didapatkan
nilai reliabilitas, sebagai berikut:
Tabel 3.13
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Celebrity Worship
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.955 32
Tabel 3.13 menunjukkan bahwa instrumen celebrity worship
memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,955. Nilai ini berada dalam kategori
reliabilitas sangat tinggi. Oleh karena itu, instrumen celebrity worship ini
b. Uji Reliabilitas Instrumen Psychological Ownership
Berdasarkan hasil uji coba instrumen psychological ownership,
didapatkan nilai reliabilitas, sebagai berikut:
Tabel 3.14
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Psychological Ownership
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.946 29
Tabel 3.14 menunjukkan bahwa instrumen celebrity worship
memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,946. Nilai ini berada dalam kategori
reliabilitas sangat tinggi. Oleh karena itu, instrumen celebrity worship ini
dapat digunakan.
3. Pengembangan Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara dibuat berdasarkan dimensi psychological
ownership yang dikemukakan oleh Pierce et. al (2002) yaitu mengontrol target
kepemilikan (controlling the ownership target), mengenal target lebih dalam
(coming to know the target intimately), dan menginvestasikan diri ke dalam target
(investing the self into the target). Pedoman wawancara ini disusun berdasarkan
konstruk instrumen psychological ownership yang telah dikembangkan.
35
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.15
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Aspek yang Diungkap Inti Pertanyaan
Psychological
Coming to Know the Target Intimately: Investing the Self into the
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa
kuesioner dan wawancara semiterstruktur. Kuesioner merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pernyataan
atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab oleh responden tersebut.
Adapun yang dimaksud dengan wawancara semiterstruktur adalah wawancara
yang bertujuan menemukan permasalahan secara lebih terbuka (Sugiyono, 2011).
Penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung pada fans Super Junior di
beberapa komunitas dan beberapa acara yang berkaitan dengan K-Pop. Selain itu,
kuesioner juga disebarkan secara online melalui grup milik komunitas fans Super
Junior di jejaring sosial. Wawancara dilakukan pada satu orang fans Super Junior
dengan skor psychological ownership tertinggi.
H. Analisis Data Kuantitatif
1. Uji Asumsi
Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data
berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan
variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti,
melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono, 2011:
147).
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik
inferensial. Untuk menentukan jenis statistik yang digunakan, dilakukan uji
asumsi. Jika hasil asumsi menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan
linier, maka statistik yang digunakan adalah statistik parametrik. Jika data
tidak berdistribusi normal dan tidak linier, maka statistik yang digunakan
37
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
a. Uji Normalitas Data
Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan bantuan
software IBM SPSS Statistic 19 dengan metode One Sample
Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan berdistribusi normal jika nilai signifikansi
(Asymp Sig 2-tailed) > 0,05. Berikut ini adalah data hasil uji normalitas.
Tabel 3.16
Hasil Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Celebrity Worship Psychological
Ownership
N 150 150
Normal Parameters a,b Mean 123.00 100.10
Std. Deviation 20.723 21.185
Most Extreme Differences
Absolute .080 .089
Positive .052 .053
Negative -.080 -.089
Kolmogorov-Smirnov Z .979 1.086
Asymp. Sig. (2-tailed) .293 .189
Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas, nilai signifikansi
(Asymp Sig 2-tailed) dari variabel celebrity worship dan psychological
ownership masing-masing sebesar 0,293 dan 0,189. Kedua nilai tersebut
lebih besar dari 0,05, maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi
normal. Berikut disajikan grafik distribusi normal masing-masing variabel.
Grafik 3.1
Grafik 3.2
Distribusi Variabel Psychological Ownership
b. Uji Linieritas Data
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui pola hubungan antara
variabel yang diteliti, apakah hubungan kedua variabel tersebut linier atau
tidak. Suatu hubungan dikatakan linier apabila terdapat kesamaan variabel,
jika terjadi penurunan maupun kenaikan pada kedua variabel tersebut.
Pada penelitian ini, perhitungan uji linieritas dilakukan dengan
software IBM SPSS Statistic 19. Data dikatakan linier jika nilai
signifikansi < 0,05. Berikut adalah data hasil uji linieritas.
Tabel 3.17
Hasil Uji Linieritas Data
ANOVAb
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 53755.167 1 53755.167 606.554 .000
Residual 13116.333 148 88.624
Total 66871.500 149
39
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan tabel uji linieritas, didapatkan nilai signifikansi
sebesar 0,000. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05, maka dapat dikatakan
bahwa hubungan antara celebrity worship dengan psychological ownership
adalah linier. Berikut disajikan grafik hasil uji linieritas.
Grafik 3.3
Hasil Uji Linieritas Data
c. Kategorisasi Hasil Data Kuantitatif
1) Kategorisasi Celebrity Worship
Kategorisasi data variabel celebrity worship dibuat berdasarkan
nilai rata-rata (µ) dan standar deviasi (σ) dari data yang diperoleh.
Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan mencari nilai rata-rata dan
Tabel 3.18
Hasil Perhitungan Variabel Celebrity Worship
Statistics
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
sebesar 123 dan standar deviasi sebesar 20,723. Kemudian data dibagi
menjadi kategori tinggi, sedang dan rendah. Skor subjek dibandingkan
dengan norma, kemudian ditentukan jumlah subjek dalam tiap kategori.
Berikut ini adalah norma kategorisasi untuk variabel celebrity worship.
Tabel 3.19
Norma Kategorisasi Variabel Psychological Ownership
41
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Kategorisasi Psychological Ownership
Kategorisasi data variabel psychological ownership dibuat
berdasarkan nilai rata-rata (µ) dan standar deviasi (σ) dari data yang
diperoleh. Berikut ini adalah tabel hasil perhitungan mencari nilai
rata-rata dan standar deviasi dari variabel psychological ownership.
Tabel 3.20
Hasil Perhitungan Variabel Psychological Ownership
Statistics
Psychological Ownership
N Valid 150
Missing 0
Mean 100.10
Std. Error of Mean 1.730
Median 100.00
Mode 77
Std. Deviation 21.185
Variance 448.802
Range 90
Minimum 54
Maximum 144
Sum 15015
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa nilai rata-rata
sebesar 100,1 dan standar deviasi sebesar 21,185. Kemudian data
dibagi menjadi kategori tinggi, sedang dan rendah. Skor subjek
dibandingkan dengan norma, kemudian ditentukan jumlah subjek
dalam tiap kategori. Berikut ini adalah norma kategorisasi untuk
Tabel 3.21
Norma Kategorisasi Variabel Psychological Ownership
Kriteria Kategori
Tinggi
T > μ + 1σ
atau T > 121,185
Sedang
μ - 1σ ≤ T ≤ μ + 1σ
atau
78,915 ≤ T ≤ 121,185
Rendah
T < μ - 1σ atau T < 78,915
2. Uji Hipotesis
a. Uji Korelasi Data
Uji korelasi digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen. Hasil uji normalitas dan
uji linieritas menunjukan bahwa data berdistribusi normal dan linier, maka
teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Perhitungan
korelasi product moment ini akan dibantu oleh software IBM SPSS
Statistic 19. Berikut ini dikemukakan rumus korelasi product moment:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara variabel x dengan y
n = Jumlah sampel
x = Skor mean dari x
y = Skor mean dari y
Untuk dapat menginterpretasi koefisien korelasi yang didapatkan
43
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.22
Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
(Sugiyono, 2012:231)
I. Analisis Data Kualitatif
Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2011), aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus,
sampai datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data tersebut adalah, sebagai
berikut:
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Pada penelitian ini data yang
diperoleh, difokuskan pada hal-hal yang mendukung terbentuknya
dimensi-dimensi psychological ownership pada fans Super Junior.
b. Penyajian Data (Display Data)
Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah penyajian data atau
display data. Dengan penyajian data ini, akan memudahkan pemahaman
terhadap fenomena yg diteliti, kemudian merencanakan yang selanjutnya
berdasarkan pemahaman tersebut. Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan tes yang bersifat
memperjelas data. Kemudian diberikan kode untuk jawaban yang sesuai
dengan dimensi-dimensi psychological ownership.
c. Conclusion Drawing/Verification
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung
pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Proses penarikan kesimpulan ini dibuat berdasarkan data yang
diperoleh dari analisis data kuantitatif. Kemudian dibandingkan dengan hasil
wawancara terhadap satu orang fans Super Junior. Selain itu dilakukan studi
dokumentasi pada akun jejaring sosial milik responden wawancara, sehingga
didapatkan kesimpulan mengenai dimensi-dimensi pembentuk psychological
ownership.
J. Prosedur Penelitian
Secara umum, prosedur penelitian ini terbagi menjadi enam tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan
a. Mencari fenomena yang akan diteliti.
b. Melakukan observasi atau studi pendahuluan terhadap fenomena yang
akan diteliti untuk latar belakang penelitian.
c. Menentukan variabel yang akan digunakan untuk meneliti fenomena.
d. Melakukan studi literatur untuk mendapatkan gambaran dan teori yang
tepat mengenai variabel yang akan diteliti.
e. Menentukan desain penelitian dan instrumen yang akan digunakan
dalam penelitian.
f. Menentukan populasi dan sampel penelitian serta menentukan teknik
pengambilan sampel.
45
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
h. Mengajukan proposal penelitian kepada Dewan Pembimbing Skripsi
untuk mendapatkan pengesahan.
2. Tahap Pengambilan Data Kuantitatif
a. Pembukaan dan penyampaian maksud kedatangan peneliti
b. Pembagian angket kepada fans Super Junior
c. Memberikan penjelasan mengenai tata cara pengisian angket
d. Mengumpulkan angket yang telah diisi oleh sampel penelitian
e. Penutupan
3. Tahap Pengolahan Data Kuantitatif
a. Verifikasi Data
Verifikasi data dilakukan untuk mengecek kelengkapan jumlah
angket yang terkumpul dan kelengkapan pengisian angket yang diisi oleh
sampel.
b. Tabulasi Data
Tabulasi data adalah langkah dimana peneliti merekap semua data
yang diperoleh untuk kemudian dilakukan perhitungan dengan bantuan
software IBM SPSS Statistic 19.
c. Analisis Korelasi
Teknik analisis data dimulai dengan pengujian normalitas,
kemudian linieritas dan dilanjutkan dengan uji korelasi, perhitungan
dilakukan dengan bantuan software IBM SPSS Statistic 19.
4. Tahap Pengambilan Data Kualitatif
a. Pembukaan dan penyampaian maksud kedatangan peneliti
b. Memberikan lembar kesediaan pada subjek untuk diwawancara
c. Pelaksanaan wawancara
5. Tahap Pengolahan Data Kualitatif
a. Reduksi Data, yaitu merangkum data, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting.
b. Display Data, yaitu penyajian data dalam bentuk teks naratif atau tabel
sesuai kategori berdasarkan kode-kode tertentu secara sistematik.
c. Verifikasi, yaitu membuat kesimpulan berdasarkan data-data yang
valid dan konsisten yang telah diperoleh.
6. Tahap Penyelesaian
a. Menampilkan hasil analisis penelitian
b. Membahas hasil analisis penelitian berdasarkan teori yang digunakan
76 Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, didapatkan kesimpulan
sebagai berikut.
1. Sebagian besar fans Super Junior di Bandung berada dalam celebrity worship
kategori sedang (Intense-Personal). Hal ini menunjukkan bahwa fans tersebut
merasa bahwa mereka memiliki kedekatan khusus dengan Super Junior dan
menganggap Super Junior sebagai kekasih atau belahan jiwa.
2. Sebagian besar fans Super Junior berada dalam psychological ownership kategori
sedang. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan fans untuk merasa memiliki
Super Junior dan menjadikan Super Junior sebagai bagian dari diri mereka dengan
cara mengontrol, mengenal lebih dekat, dan menginvestasikan diri untuk Super
Junior.
3. Hasil uji korelasi product moment menunjukkan bahwa antara celebrity worship
dengan psychological ownership terdapat hubungan yang sangat kuat dan
signifikan pada tingkat signifikansi 0,05.
4. Berdasarkan hasil wawancara dengan subjek mengenai psychological ownership,
didapatkan bahwa subjek merasa memiliki Super Junior karena subjek telah
menganggap Super Junior sebagai bagian dari dirinya. Hal ini diwujudkan dalam
bentuk kontrol terhadap Super Junior, keinginan dan usaha untuk mengenal Super
Junior lebih dekat, dan melakukan investasi diri berupa dukungan untuk Super
Junior. Kontrol dilakukan dalam bentuk memantau kegiatan Super Junior melalui
media twitter dan jejaring sosial lainnya. Keinginan dan usaha mengenal Super
menyukai apa yang bias suka. Investasi diri diwujudkan dalam bentuk dukungan,
donasi, dan penjagaan terhadap Super Junior.
B. Rekomendasi
Ada beberapa hal yang direkomendasikan untuk beberapa pihak terkait
dengan celebrity worship dan psychological ownership, serta fans K-Pop yang
mengacu pada hasil penelitian ini.
1. Bagi orang tua yang memiliki anak yang mengagumi artis K-Pop diharapkan agar
mengawasi, memberi arahan dan bimbingan dalam kegiatan fangirling atau
fanboying-nya.
2. Bagi fans K-Pop, khususnya fans Super Junior dan HY diharapkan agar
mengembangkan rasa cinta terhadap bias dan artis K-Pop lainnya menjadi sebuah
kreativitas dalam bidang seni tari dan musik.
3. Adapun rekomendasi untuk peneliti selanjutnya, yaitu:
a. Bagi peneliti yang hendak menulis skripsi dengan subjek fans K-Pop
diharapkan untuk mengetahui latar belakang, sejarah, dan istilah-istilah yang
sering digunakan oleh fans K-Pop. Diharapkan pula untuk mencoba meneliti
fandom lain dan mengetahui seluk-beluk fandom tersebut.
b. Apabila peneliti hendak meneliti tentang celebrity worship dapat mencoba
untuk mengembangkannya ke ranah psikologi klinis.
c. Alat ukur yang digunakan sebaiknya dikembangkan dan disesuaikan dengan
kondisi yang ada di lapangan, agar perkembangan ilmu mengenai celebrity
78
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abeba, R. A. (2010). ELF, Komunitas Pendukung Setia Super Junior [Online]. Tersedia: http://www.tabloidbintang.com/gaya-hidup/hobi/6581-elf-komunitas-pendukung-setia-super-junior-.html [6 Agustus 2012]
Allkpop. (2012). Reporter uncover the dark truth behind the daily activities of
sasaeng fans [Online]. Tersedia:
http://www.allkpop.com/2012/03/reporters-uncover-the-dark-truth-behind-the-daily-activities-of-sasaeng-fans [6 Agustus 2012]
Anonim. (2011). K-Pop dan Fenomena Virtual Husband and Wife [Online]. Tersedia: http://microsite.kapanlagi.com/k-pop/ragam/k-pop-dan-fenomena-virtual-husband-and-wife.html [10 Desember 2011]
AntaraNews. (2012). MBLAQ ke Indonesia karena fans [Online]. Tersedia: http://www.antaranews.com/berita/318915/mblaq-ke-indonesia-karena-fans [6 Agustus 2012]
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. (2010). Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Ballantine, P. W., Martin, B. A. S. (2005). “Forming Parasocial Relationship in Online Communities”. Advances in Consumer Research, 32
Beggan, J. K. (1992). “On the Social Nature of Perception: The Mere Ownership Effect”. Journal of Personality and Social Psychology. 2, 229-237
Belk, R. W. (1988). “Possesions and The Extended Self”. The Journal Consumer Research. 15, 139-168
Chapman, J. (2003). Do you worship the celebs? [Online]. Tersedia:
http://www.dailymail.co.uk/tvshowbiz/article-176598/Do-worship-celebs.html [16 Juli 2012]
Cresswell, J. W. (1994). Research Design: Qualitative and Quantitative Approaches. California: SAGE Publications
Farida, N. (2012). Inilah Alasan Remaja Dunia Kecanduan K-Pop [Online]. Tersedia:
http://www.republika.co.id/berita/senggang/musik/12/05/01/m3chbz-ini-alasan-remaja-dunia-kecanduan-kpop [20 Mei 2013]
Fitriani, R. R. (2009). Pengaruh Tingkat Pemujaan Selebriti, Kesempatan Bertemu Selebriti, serta Persepsi Kongruensi Selebriti dan Produk terhadap Perilaku Membeli Produk. Skripsi Pada Fakultas Psikologi UI. Tidak diterbitkan
Grohol, J. M. (2008). The Psychology of Celebrity Worship [Online]. Tersedia: http://psychcentral.com/blog/archives/2008/11/23/the-psychology-of-celebrity-worship/ [16 Juli 2012]
Hallyucafe.com. (2012). Daftar Istilah “Wajib Paham” Para K-Pop Fans, Apa Aja, Ya? [Online]. Tersedia: http://www.hallyucafe.com/2012/01/daftar-istilah-wajib-paham-para-k-pop-fans-apa-aja-ya/ [6 Agustus 2012]
Hills, M. (2002). Fan Culture. USA: Routledge
Ibrahim, I. S. (2007). Budaya Populer Sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra
Ihsan, H. (2009). Metode Skala Psikologi. Bandung: Psikologi UPI
Jun, S. (2011). “K-pop, Indonesian Fandom, and Social Mediain Race and
Ethnicity in Fandom” edited by Robin Anne Reid and Sarah
Gatson.Transformative Works and Cultures, no. 8.
Junianto, B. Nugraheni, M. (2011). Konser KIMCHI, Ribuan Fans Penuhi Istora [Online]. Tersedia: http://life.viva.co.id/news/read/224532-konser-kimchi-ribuan-fans-penuhi-istora [6 Agustus 2012]
Korean Culture and Information Service. (2011). The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon. Korea: Ministry of Culture, Sport and Tourism
Latipun. (2010). Psikologi Eksperimen. Malang: UMM Press
Lewis, L. A. (1992). The Adoring Audience: Fan Culture and Popular Media. USA: Routledge
Maltby, J. et al. (2004). “Personality and coping: A context for examining
80
Evita Puspita Sari, 2013
Hubungan Celebrity Worship Dengan Psychological Ownership Pada Fans K-pop Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Maltby, J. et al. (2005). “Intense-personal celebrity worship and body image:
Evidence of a link among female adolescents”. British Journal of Health Psychology. 10, 17-32
McCutcheon, L. E., Lange, R. & Houran, J. (2002). Conceptualization and measurement of celebrity worship [Online]. Tersedia:
http://www.highbeam.com/doc/1G1-83551825.html [16 Agustus 2012]
McCutcheon, L. E., Ashe, D. D., Houran, J., &Maltby, J. (2003). “A Cognitive Profile of Individuals Who Tend to Worship Celebrities”. Journal of Psychology. 137, Issue 4
Muniandy, N. A.P. (2007). Antecedents and Impacts of Psychological Ownership Among Academicians in Business Faculties of Malaysian Public University. Tesis pada Universiti Putra Malaysia. Tidak diterbitkan.
Nastiti, A. D. (2010). Korean Wave di Indonesia: Antara Budaya Pop, Internet dan Fanatisme pada Remaja (Studi Kasus terhadap Situs Asian Fans Club di Indonesia dalam Perspektif Komunikasi Antarbudaya) [Online]. Tersedia: http://ml.scribd.com/doc/67051422/Korean-Wave-di-Indonesia-Budaya-Pop-Internet-dan-Fanatisme-Remaja [Oktober 2011]
Noor, H. (2009). Psikometri: Aplikasi Dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran Perilaku. Bandung: Fakultas Psikologi UNISBA.
Pierce, J. L, Kostova, T. & Dirks, K. T. (2002). “The State of Psychological Ownership: Integrating and Extending a Century Research”. Review of General Psychology.
Priyatno, D. (2012). Belajar Cepat Olah Data Statistik dengan SPSS. Yogyakarta: Penerbit Andi
Rapendik On Streaming. (2012). Pengertian Genre Musik dan Jenis-jenisnya [Online]. Tersedia: http://rapendik.com/program/one-for-all/pensi/44-pengertian-genre-musik-dan-jenis-jenisnya [27 September 2012]
Richins, M. L. (1994). “Valuing things: The public and private meanings of possessions”. Journal of Consumer Research. 21, 504-521
Roberts, K. A. (2007). “Relationship Attachments and The Behavior of Fans Towards Celebrity”. Applied Psychology in Criminal Justice, 3 (1)
RollingStone Indonesia. (2012). Live Review: SM Town Live World Tour III in Jakarta [Online]. Tersedia: