• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRODUKTIVITAS KERJA PEJABAT ESELON III DI LINGKUNGAN DINAS P DAN K PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT : Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Tugas Pengelolaan Pendidikan di Sekolah Dasar bagi Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang pen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PRODUKTIVITAS KERJA PEJABAT ESELON III DI LINGKUNGAN DINAS P DAN K PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA BARAT : Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Tugas Pengelolaan Pendidikan di Sekolah Dasar bagi Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang pen"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIVITAS KERJA PEJABAT ESELON III DI LINGKUNGAN DINAS P DAN K PROPINSI DAERAH

TINGKAT I JAWABARAT

(Analisis Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Tugas Pengelolaan Pendidikan di Sekolah Dasar bagi Pejabat Eselon III yang

memiliM latar belakang pendidikan keguruan dan non keguruan)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh

DRS. H. ROCHMANA. M.H

NIM959654

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG

(2)

DISETUJUI OLEH

BNGKOSWARA. M.Ed.

^^^BEWKimiNG n,

PROF. DR. H.E. KUSMANA. M.Fd

PROGRAM PASCASARJANA

ISTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

DISETUJUI DAN DISAHKAN

OLEH KETUA PROGRAM STUDI

ADMINISTRASI PENDIDIKAN

PROF. DR. H.E. KUSMANA, M.

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

B ANDUNG
(4)

"...Allah tidak akan membebani seseorang

kecuali disesuaikan dengan kemampuannyar.

(Q.S. AlBaqarah : 286).

Dipersembahkan

kepada Istri tercinta dan

(5)

ABSTRAK

Keberhasilan pendidikan dasar di Sekolah Dasar merupakan langkah awal yang paling strategis untuk menghantarkan lulusannya agar dapat menampilkan keunggulan diri sebagai sosok

yang tangguh, mandiri, kreatif serta profesional sesuai dengan bidang masing-masing. Dengan kata lain keberhasilan di Sekolah

Dasar merupakan bekal awal yang akan menentukan kualitas murid pada tingkatan sekolah selanjutnya.

Terlepas dari kupasan output dan outcome Sekolah Dasar yang memuaskan para pengguna (customers) maupun pihak-pihak yang berkepentingan (stake holders) bahwa yang jelas, pencapaian harapan di atas memerlukan sosok pimpinan yang profesional, baik

pimpinan edukatif maupun teknis struktural. Pembahasan Tesis ini diarahkan untuk meninjau produktivitas kerja Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat II sebagai pimpinan struktural pada level messo yang berperan sebagai Pejabat Eselon III.

Fokus masalah dalam Tesis ini berbunyi: "Bagaimana produktivitas kerja pejabat eselon III di lingkungan Dinas P dan KTk. II Propinsi Jawa Barat dilihat dari pejabat yang berpendidikan

keguruan dan non keguruan".

Penelitian ini dilandasi oleh teori-teori tentang produktivitas;

efektif dan efisiensi, manajemen mutu terpadu, kepemimpinan dan manajemen pendidikan. Berdasarkan teori itu, penulis merangkum

adanya beberapa konsep yang digunakan sebagai pedoman untuk

menentukan kualitas kerja para Pejabat Eselon III di lingkungan

Dinas P dan K Tk II Propinsi Jawa Barat.

Metode yang digunakan untuk menganalisis data penelitian adalah deskriptif analitik dengan pendekatan naturalistik kualitatif. Sumber data utama, telah dihimpun dari para Kepala Dinas P dan K

Tk II Se-Jawa Barat sebanyak 7 orang. Data tersebut dikumpulkan

melalui wawancara yang bersifat snowball sampling, observasi dan

penilaian dokumen.

Berdasarkan analisis hasil penelitian tersebut ditemukan pokok-pokok penelitian antara lain:

1. Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang pendidikan

keguruan ternyata lebih mampu memberikan motivasi bagi

personal Sekolah Dasar untuk melaksanakan tugasnya, daripada Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang pendidikan non keguruan'. Hal diakui, karena pekerjaan yang dilakukan oleh

orang yang mengetahui permasalahan dan ahli dalam bidang

(6)

tersebut akan mempunnyai peluang keberhasilan yang lebih

besar dari pada orang yang bukan ahlinya.

2. Dalam pengelolaan keuangan untuk keperluan Sekolah Dasar,

baik dilihat dari Pejabat yang memiliki latar belakang pendidikan '

keguruan maupun non keguruan, ternyata memiliki kemampuan

yang sama, yakni mampu memberdayakan keuangan Sekolah

Dasar melalui pengelolaan terpadu.

3. Pengelolaan sarana dan prasarana untuk keperluan Sekolah

Dasar dari Pejabat yang memiliki latar belakang pendidikan

keguruan dan non keguruan juga memiliki kemampuan yang baik

dan tergolong efektif dan efisien, karena menunjang

terseleng-garanya proses belajar yang diharapkan.

Sesuai dengan temuan di atas, direkomendasikan bahwa

dalam rangka mewujudkan pelaksanaan tugas pengelolaan Sekolah

Dasar yang profesional dibutuhkan Pejabat Eselon III (Calon Kepala

Dinas P dan Kkhususnya di Tk. II), yang latar belakang pendidikan

keguruan..

Bagi Kepala Dinas P dan K yang memiliki latar belakang

pendidikan non keguruan diperlukan tambahan pendidikan tentang

ilmu keguruan, sehingga permasalahan sekecil apapun tentang

kondisi guru dapat dipahami dengan baik untuk memberikan solusi

mengatasi permasalahan tersebut.

Rekomendasi selanjutnya, diarahkan untuk mengajak

peneliti-peneliti lain yang berminat, agar melakukan peneliti-penelitian tentang

produktivitas kerja Pejabat dalam kajianyang lebihluas.
(7)

DAFTAR I SI

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH jji

ABSTRAK vi

DAFTAR ISI viii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Permasalahan 10

C. Kerangka Penelitian 14

D. Tujuan Penelitian 16

E. Manfaat Penelitian 17

BAB II TINJAUAN TEORETIS PRODUKTIVITAS KERJA

PEJABAT (19

A. Produktivitas Kerja Pejabat dalam Lingkup Ad

ministrasi Pendidikan 19

B. Kedudukan dan Fungsi Pejabat selaku Menejer. 20

C. Kinerja Pejabat dan Pengelolaan Sekolah Dasar. 29

D. Produktivitas Kerja Pejabat (.3^)

E. Masalah Pembinaan Produktivitas Kerja Pejabat.\44~

F. Kesimpulan Kajian Kepustakaan 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 50

A. Metode Penelitian 50

B. Populasi dan Sampel Penelitian 50

C. Teknik Pengumpulan Data 52

D. Instrumen Penelitian 53

E. Pelaksanaan Penelitian 54

F. Analisis Hasil Penelitian 55

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 58

A. Produktivitas Kerja Pejabat Eselon III di Lingku

ngan Dinas P dan K Propinsi Dati I Jawa Barat. 58 1. Pengelolaan Kepegawaian Sekolah Dasar .... 58 2. Pengelolaan Keuangan Sekolah Dasar 67 3. Pengelolaan Sarana dan Prasarana 74

(8)

B. Pembahasan 81

1. Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Tugas Pejabat Eselon III berpendidikan Keguruan.. 82 2. Efektivitas dan Efisiensi Pelaksanaan Tugas

Pejabat Eselon III berpendidikan Non kegu

ruan 86

BAB V KESIMPULAN DAN UMPAN BALIK 92

A. Kesimpulan 92

B. Umpan Balik dari Penelitian 94

DARTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN.

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan yang berfungsi

untuk mencerdaskan kebidupan bangsa perlu menentukan pola

serta gagasan untuk meningkatkan kemampuan manajemen bagi

para pengelola pendidikan khususnya para Kepala Dinas P dan K

yang mengelola Sekolah Dasar, sehingga para menejer Sekolah

Dasar tidak bersikap masa bodoh terhadap permasalahan dan

tuntutan-tuntutan masyarakat bahkan tuntutan bangsa dan

negara.

Sekolah Dasar merupakan suatu lembaga pendidikan yang

berupaya untuk meningkatkan taraf hidup bangsa dan me

ningkatkan kualitas anak didik dalam menunjang taraf kehidupan

yang layak, maka Sekolah Dasar sangat dibutuhkan dan

mem-punyai peranan penting dalam pendidikan, sehingga dibentuk Dinas

Pdan Kuntuk mengelolanya secara global.

Dinas Pdan K Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dibentuk

berdasarkan PP No. 65 Tahun 1951 tentang Penyerahan sebagian

Urusan Pendidikan Pengajaran dan kebudayaan dari Pemerintah

(10)

Tingkat I Jawa Barat beralamat di jalan Banda No. 28 Bandung, dan

dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang memiliki jenjang Eselon II.

Kepala Dinas dibantu oleh para pejabat Eselon III antara lain pejabat

yang berkedudukan di Kantor Dinas P dan K Daerah Tingkat I

Propinsi Jawa Barat, seperti Kepala Sub Dinas, Kepala Bagian Tata

Usaha, dan pejabat-pejabat Eselon III di Daerah Tingkat II berfungsi

sebagai Kepala Dinas P dan K Daerah Tingkat II Kabupaten atau

Kotamadya.

Para pejabat Eselon III di lingkungan Dinas P dan K Propinsi

Jawa Barat terdiri dari Kepala Dinas Pdan KTingkat II Kabupaten/

Kotamadya sebanyak 25 orang. Sedangkan pejabat Eselon III di Kantor Dinas P dan K Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat

ber-jumlah enam orang, dengan rincian lima orang Kepala Sub Dinas

dan satu orang lainya sebagai Kepala Bagian Tata Usaha. Pejabat

Eselon III di lingkungan Dinas P dan K ini merupakan

menejer-menejer pendidikan sesuai dengan peraturan yang berlaku

sebagaimana terungkap dalam Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Dinas P dan K Propinsi DaerahTingkat I Jawa Barat.

Disadari bahwa kepala Dinas P dan K Daerah Tingkat II

merupakan Top menejer/Administrator pendidikan di Daerah

Tingkat II bertugas merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi

(11)

pen-didikan dasar yaitu Sekolah Dasar. Sebagai seorang Administrator

pendidikan tentunya harus memahami tentang pengelolaan Sekolah

Dasar dan permasalahannya.

Sesuai dengan PP No. 65/1951 ditegaskan bahwa tugas pokok

yang dilimpahkan kepada Pemerintah Propinsi itu berhubungan

dengan 3M (man, money, material). Implementasi pengelolaan tugas

pelimpahan ini merupakan upaya menunjang perwujudan untuk

mencapai tujuan pendidikan. Dalam UU No. 2/1989 dinyatakan

secara jelas bahwa tujuan pendidikan adalah:

...mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mengembangkan

manusia Indonesia yang seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi

pekeru yang luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,

kesehatan jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan

mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

kebangsaan.

Berdasarkan tujuan pendidikan di atas dapat disimpulkan

bahwa manusia yang utuh memerlukan kerja keras dan dijadikan

tujuan bersama dalam rangka mengisi pembangunan bangsa.

Tujuan tersebut sangat baik, sehingga dalam tahap aplikasi di

lembaga pendidikan membutuhkan kemampuan profesional ter

utama bagi Administrator pendidikan yang berwenang dalam

perencanaan kebutuhan Sekolah Dasar. Dalam kondisi ini Pejabat

Eselon III sebagai pemimpin pendidikan pada level messo dapat

memainkan peranannya sebagai penentu keberhasilan pelak-sanaan

(12)

Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan landasan untuk ke berhasilan pendidikan selanjutnya, karena para siswa diberikan

kemampuan dasar yakni baca, tulis dan hitung untuk mampu melanjutkan pendidikan ke satuan pendidikan yang lebih tinggi atau persiapan terjun ke masyarakat. Penyataan terakhir ini merupakan

masalah khusus yang perlu diberikan solusi. Dengan memiliki latar

belakangpendidikan Sekolah Dasar saja kemampuan bekerja untuk dapat bersaing jelas mengalami hambatan. Apalagi dalam proses pengajaran, dimana guru tidak dibekali dengan fasilitas penunjang,

baik alat peraga, buku pelajaran, kondisi bangunan sekolah dan

mobiler yang rusak, gaji dan tunjangan kesejahteraan yang kurang diperhatikan, sangat berpengaruh terhadap kualitas kinerja dan pada gilirannya akan turut mempengaruhi kualitas lulusan para

siswa. Lulusan dengan kualitas yang rendah mencerminkan bahwa

kualitas manajemen Sekolah Dasar tidak dilaksanakan secara

optimal.

Pernyataan di atas, mengungkapkan bahwa permasalahan

Sekolah Dasar cukup rumit yang menuntut kemampuan profesional

tentang pemahaman kebutuhan Sekolah Dasar dan aspirasi guru yang mengajar di sana. Seyogiyanya bila para pimpinan pendidikan

Eselon III mengetahui permasalahan Sekolah Dasar dengan baik,

(13)

teoritis diharapkan menjadi bekal untuk kelancaran pelaksanaan

tugas operasional di lapangan.

Penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar mengalami

perkembangan yang sangat pesat, namun kurang diikuti oleh

perkembangan kemampuan para pengelolanya, sehingga

menim-bulkan berbagai permasalahan. Adapun permasalahannya sebagai

berikut:

1. Mis-manajemen

Mis-manajemen merupakan suatu kesalahan tirtAtAr*,-^ atau

kekeliruan yang terjadi dalam proses pelaksanaan kegiatan

me-mimpin, bimbingan dan proses pemberian fasilitas-fasilitas yang

diperlukan. Mis-manajemen adalah kesalahan tindakan Pimpinan

Sekolah Dasar pada saat proses pencapaian tujuan tengah

ber-langsung.

Masalah mis-manajemen ini sangat memerlukan perhatian

khusus serta pemikiran yang serius dan mendalam karena akhir-akhir ini banyak disinyalir oleh pimpinan-pimpinan kita bahwa di

sana-sini khususnya pada lembaga pendidikan Sekolah Dasar

terdapat mis-manajemen. Mis-manajemen merupakan suatu

penyakit yang amat berbahaya dalam organisasi apapun. Persoalan

yang harus kita hadapi bukan hanya sekedar mengetahui adanya

(14)

penting adalah berusaha untuk mencari faktor penyebab terjadinya mis-manajemen itu dan segera mencari jalan keluar bagaimana mengatasinya.

a. Faktor Penyebab Terjadinya Mis-manajemen

Untuk sementara dapat diutarakan di sini bahwa sebab-sebab timbulnya mis-manajemen di Sekolah Dasar diantaranya seperti

berikut:

l)Adanya dualisme dalam organisasi kepemimpinan Sekolah

Dasar antara Dinas P dan K, dan Depdikbud.

2) Belum adanya kesatuan bahasa dalam manajemen Sekolah Dasar 3) Belum menjadi dasar pokok tuntutan kebutuhan yang sangat urgen akan pentingnya manajemen Sekolah Dasar di linglmrigan para pejabat yang mengelola Sekolah Dasar.

4) Belum adanya keseragaman tentang cara dan tata kerja antara Sekolah Dasar dengan instansi yang lain.

5) Sering terjadinya birokrasi komunikasi vertikal atasan dan

bawahan.

6) Kurang berfungsinya pelaksanaan pengawasan di tingkat SD

7) Kurang harmonisnya koordinasi antara Sekolah Dasar dengan

instansi terkait.

8) Tidak sesuainya program dengan kemampuan ataupun kondisi

(15)

9) Sering terjadi perbedaan pendapat antara pejabat/pimpinan

dengan pelaksana.

10} Sering terjadi over leaving antara para pejabat/ pemimpin yang

merasalebih berhak dan merasa lebih kuat dalam kewenangan. 11) Pengangkatan Kepala Sekolah Dasar sering terjadi tidak berda

sarkan karir dan potensi dasar.

12)Banyak kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sering berubah dan

tidak konstan.

13) Terlalu banyak tuntutan dari dua instansi yang harus dipenuhi.

14) Tidak ada tenaga khusus administrasi di Sekolah Dasar, sedang

kan tugas dan pekerjaan sangat banyak.

b. Blrokratlsme

Pengertian birokratisme ditinjau dari segi etimologi, berasal

dari "burreau dan kratia''. (Yunani). Burreau artinya meja, kantor,

sedangkan kratia (ceracein) berarti pemerintahan. Jadi arti

keseluruhannya adalah pemerintahan melalui kantor, atau

gover-ment by burreau.

Dalam ilmu administrasi, birokrasi berarti "bahan

admi-nistrasi". karena untuk melekasanan pekerjaan-pekerjaan dalam

bidang kenegaraan dan swasta sangat diperlukan organ, badan atau

aparat. Maka tanpa organ, badan atau aparat itu tujuan yang

(16)

Badan, di mana pekerjaan-pekerjaan tersebut dilaksanakan

lazimnya disebut birokrasi atau badan administrasi. Sedangkan kantor sebagai tempat kerja bagi aparat baik dalam lembaga

kenegaraan maupun swasta. Maka sebagai badan administrasi

berarti badan yang menyelenggarakan pekerjaan untuk mencapai

tujuan. Dengan demikian setiap kantor mutlak ada birokrasi. dari kenyataannya birokrasi memiliki aspek tertentu antara lain bersifat positif dan negatif. Indikasi aspek negatif seperti kemacetan, kelambatan, kejanggalan pada usaha pencapaian tujuan. Keadaan

inilah dinamakan "birokratisme".

Sayang sekali sebagian masyarakat beranggapan bahwa

birokrasi lebih menonjolkan aspek-aspek negatif. Dampak dari

semua ini bila mendengarkan kata birokrasi orang berasosiasi

tentang kelambatan, kemacetan, dan lain sebagainya.

Birokratisme di Sekolah Dasar terjadi akibat:

1) Ada pejabat yang mengelola Sekolah Dasar merasa berkuasa.

2) Ada pejabat pengelola pendidikan Sekolah Dasar yang berpegang

teguh terhadap peraturan yang kaku.

3) Ada pejabat pengelola Sekolah Dasar yang menmskriminasikan atau mempersulit segala urusan orang lain.

4) Ada pejabat pengelola Sekolah Dasar dalam satu lingkungan

(17)

5) Ada pejabat pengelola Sekolah Dasar yang selalu sukar menerima perubahan bidang organisasi seperti metoda, dan prosedur kerja. 6) Ada pejabat pengelola Sekolah Dasar yang tidak mau mengikuti

perubahan zaman, akan tetapi cendrung kepada situasi lama.

7) Faktor-faktor ekonomi, sosial, politik yang dimiliki pejabat

pengelola Sekolah Dasar kurang relevan atau kurang cocok dengan jabatannya.

2. Efisiensi dl Sekolah Dasar

Tujuan utama dalam manajemen ialah memperoleh suatu cara, tehnis, metode yang cocok dilakukan, agar dengan

sumber-sumber yang sangat terbatas dapat memperoleh hasil yang

memuaskan atau mendapat efisiensi yang sesuai dengan prinsip ekonomi, yaitu " dengan pengeluaran yang sekecil-kecilnya untuk

memperoleh hasil yang sebesar-besarnya". Jadi yang dimaksud efisiensi di sini adalah perbanding yang terbaik antara masukan (input) dan pengeluaran (output), atau antara daya usaha dan hasil,

atau antara pendapatan dan pengeluaran.

Pengertian utama dalam manejemen menerangkan tentang adanya efisiensi dan efektivitas, dalam arti bahwa segala sesuatu

yang dikerjakan berdayaguna dan tepat, cepat, hemat dan sukses.

(18)

10

apa yang dicita-citakan menjadi kenyataan. Cepat berarti pelak

sanaan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan atau

sebelum waktu yang ditetapkan berakhir, pelaksanaan pekerjaan telah selesai. Hemat berarti pemakaian barang, biaya, dan sumber

lainnya dalam kadar yang seminim-minimnya, akan tetapi

menghasilkan keuntungan yang besar. Sedangkan sukaes berarti

segala aeauatu yang dilakaanakan aampai pada tujuan yang

diinginkan tanpa mengalami hambatan, keterlambatan dan ke

macetan tertentu.

Berbicara mengenai efisiensi paling tidak kita akan dihadapkan

kepada dua unaur yaitu waktu, dan adminiatraai. Waktu berarti pekerjaan selesai tepat waktu, sedangkan administrasi berarti

keselarasan pekerjaan dengan pedoman. Dalam kenya-taannya

efisiensi itu berbeda, tergantung dari sudut mana dilihat.

B. Permasalahan

1. Analisis Masalah

Permasalahan pendidikan di Sekolah Dasar merupakan

masalah besar yang memerlukan penanganan yang profesional. Sekolah Dasar memiliki permasalahan ytidak saja pada sarana dan prasarana melainkan menyangkut manusia dan kebutuhannya.

(19)

ditang-11

gulangi dengan baik, bila para pengelola pendidikan di aana me-ngetahui secara jelaa konteks permasalahannya.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam pelak

sanaan tugas pengelolaan di Sekolah Dasar yang rfibilnilr^ Pejabat

Eselon III memiliki kemampuan yang variatif. Praktek pengelolaan

itu masih mewarnai kelemahan tertentu dari beberapa aspek.

Kondisi itu diketahui aejak peneliti berkipra di lingkungan Dinas P

dan KJawa Barat dari tahun 1984. Gejala yang dapat diungkapkan

seperti keraguan membina guru, komunikasi kaku aaat memberikan

penjelaaan pembinaan pengelolaan sekolah.

Oleh karena itu perlu diteluauri dimana letak permaaalahan

aehingga gejala-gejala itu terjadi. Apakah diaebabkan oleh beban

kerja yang terlalu luas, atau diaebabkan oleh tunjangan dan

penghaailan yang belum memadai. Hal teraebut mungkin pula

disebabkan oleh faktor lain seperti suaaana kantor yang tidak

mendukung, atau sistem kepemimpinan yang tidak demokratis.

Penyebab lain mungkin datang dari latar belakang disiplin ilmu yang

dimilikinya tidak relevan dengan pekerjaaan yang dijabatnya.

Hal terakhir ini, penulis duga sebagai penyebab timbulnya

gejala tersebut. Jika gejala ini dibiarkan dan berlarut-larut, maka

sulit dibayangkan bagaimana kualitas pendidikan dasar di Sekolah

(20)

12

2. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang permasalahan tersebut, penulis

merumuskan fokus masalah penelitian yang berbunyi:

Bagaimana produkUvitas Pejabat Eselon M di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Tingkat I Propinsi Jawa Barat dalam pengelolaan pendidikan Sekolah Dasar, dUihat

dari mereka yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan non keguruan?.

Rumusan masalah tersebut dikembangkan sesuai dengan sub

judul teaia, kemudian dirinci menjadi kelompok permasalahan yaitu

permasalahan yang menyangkut persoalan efektivitas pengelolaan,

dan efisiensi pengelolaan. Pertanyaan-pertanyaan yang

mengung-kapkan aspek-aspek tersebut meliputi:

a. Efektivitas Kerja Pejabat Eselon Hi dalam Pengelolaan Kepegawalan/

Personil Sekolah Dasar.

1) Apakah Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang pen

didikan keguruan lebih mampu menyusun perencanaan bagi

pencapaian misi Sekolah Dasar yang ada di wilayah kerjanya dari pada Pejabat yang tidak memiliki latar belakang pendidikan

keguruan?

2) Apakah Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang pen

didikan keguruan mampu memotivasi dan memimpin lebih baik

(21)

13

3) Apakah Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang

pendidikan keguruan lebih mampu mengevaluasi dan

mengen-dalikan kegiatan Sekolah Dasar sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan?

b. Efisiensi Kerja Pejabat Eselon HI dalam Pengelolaan Keuangan

Sekolah Dasar

1) Apakah Pejabat Eselon HI di lingkungan Dinas Pdan KPropinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat yang memiliki latar belakang

pendidikan keguruan lebih mampu mengelola perencanaan

keuangan Sekolah Dasar dari Pejabat yang memiliki latar bela kang pendidikan non keguruan?

2) Apakah Pejabat Eselon III yang berlatar belakang pendidikan keguruan lebih mampu mengatur pembiayaan operasi Sekolah

Dasar dari pada Pejabat yang memiliki latar belakang pen

didikan non keguruan?

3) Apakah Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang pen

didikan keguruan mempunyai kemampuan mengevaluasi dan

mengendalikan aspek keuangan Sekolah Dasar lebih baik dari

Pejabat yangmemiliki latar belakang pendidikan non keguruan?

c. Efektivitas, Efisiensi kerja Pejabat Eselon III dalam Pengelolaan

Sarana dan Prasarana Sekolah Dasar.

1) Apakah Pejabat Eselon III di lingkungan Dinas Pdan K Propinsi

(22)

14

keguruan mampu mengelola aspek material untuk Sekolah

Dasar lebih efisiensi dari Pejabat yang memiliki latar belakang

pendidikan non keguruan?

2) Apakah pengelolaan material yang dilakukan Pejabat Eselon III

yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan lebih efektif

dari Pejabat yang memiliki latar belakang pendidikan non keguruan?

C. Kerangka Penelitian

Penelitian ini berangkat dari asumsi pertama bahwa Pejabat

Eselon III yang memiliki sertifikasi sesuai dengan tugas yang

diemban, akan lebih produktif (efektif dan efisien) daripada Pejabat

Eselon HI yang tidak sesuai antara sertifikasi dengan bidang tugas.

Artinya asumsi ini berdasar pada konsep "the right man andthe right

place".

Asumsi kedua, bahwa Pejabat yang berlatar belakang

pendidikan keguruan dalam pembinaan sekolah selalu menghargai

pendapat dan keberadaan orang lain, lebih banyak

pertimbangan-pertimbangan kemanusiaan yang logis.

Untuk menggambarkan Konstruk berpikir dalam penelitian ini,

ada baiknya penulis ketengahkan paradigma sebagaimana

(23)

Efektivitas Pengelolaan Personil SO

Kenumpuanmenyunmroncana

Kf.iiianiimm mcmolwari openwi Knnampuan craluagifatengawasi

Efisiensi Pengelolaan Keuangan SO

KeaumpuaniBwrnranalranfeeuangaa

i

iCansmpuanmengeTatuiiidinmengeii-dalikaakeuangan

Efektivitas dan Efisiensi Pengelolaan

Sarana dan Prasarana SD

ES«en« pengelolaan material Efektmtaj Pengelolaan Material

Qambar-1:

KERANGKA PENELITIAN

Produktivitas Kerja

Pejabat Eselon III

- Bedatar BelakangPendidkaa Kegunian

- BedxtxrBelakangPendidkxn NonKeginuan

15

Gambar di atas dapat dijelaskan bahwa efektivitas kerja

Pejabat Eselon HI dapat dilihat dari kemampuan menyusun dan

mewujudkan rencana, kemampuan memotivasi operasional, kemam

puan melakukan evaluasi atau pengawasan terhadap pengelolaan

(24)

16

Kotak kedua mengemukakan efisiensi kerja Pejabat Eselon III

dengan indikasi kemampuan untuk merencanakan keuangan, ke

mampuan mengelola pengeluaran keuangan, kemampuan meng

evaluasi dan mengendalikan keuangan.

Kotak ketiga dapat dijelaskan, bahwa efektifitas dan efisiensi

pengelolaan sarana dan prasarana akan dilihat dari perencanaan,

pelaksanaan, dan pengwaaan yang dilakukan para Pejabat Eselon III

yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.

Setelah menetapkan indikaai pengelolaan teraebut, maka

selanjutnyaakandianalisis perbedaan kemampuan antara Pejabat

Eselon III di lingkungan Dinas Pdan KPropinsi Daerah Tingkat I

Jawa Barat yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan

pejabat yang memiliki latar belakang non keguruan.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan menganalisis

produktivitas kerja Pejabat Eselon III di lingkungan Dinas P dan K

Propinsi Dati I Jawa Barat. Secara khusus bertujuan sebagai

berikut:

1. Mengungkapkan, menganalisis dan mengetahui efektivitas kerja

Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang pendidikan

(25)

17

kemampuan memimpin dan memotivaai peraonil SD, 3) meng

evaluasi dan mengendafikan kegiatan personil SD.

2. Mengungkapkan, menganaliaia dan mengetahui efisiensi penge

lolaan keuangan Sekolah Dasar dari Pejabat Eselon HI yang

memiliki latar belakang pendidikan keguruan dan non keguruan

yang meliputi: 1) merencanakan pengadaan dan pendistribusian

dana SD, 2) mengatur pembiayaan operaai SD, 3) mengevaluaai

dan mengendalikan aspek keuangan SD.

3. Mengungkapkan, menganalisis dan mengetahui efektivitas dan

efisiensi pengelolaan material Sekolah Daaar yang Hi1<ikiiV*Ti

Pejabat Eaelon III, yakni tentang: 1) perbedaan efiaienai penge

lolaan aarana dan praaarana SD yang dilakukan Pejabat berlatar

belakang pendidikan keguruan dan non keguruan, 2) efektivitaa

pengelolaan aarana dan praaarana dari Pejabat berlatarbelakang

pendidikan keguruan dan non keguruan.

E. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian diharapkan menghaailkan suatu temuan yang bermanfaat, terutama bagi penulis aendiri dan kemudian sebagai bahan:

1. Evaluasi bagi Pejabat Pengambil kebijakan dalam

pengangkat

(26)

18

Sehingga temuan penelitian dapat menempatkan personal sebagai

pejabat yangtepat sesuaidengan keahliannya.

2. Memberikan masukan bagi para pejabat eselon III yangbertugaa

sebagai ad-ministrator pendidikan pada level meaao di lingkungan

Dinaa P dan K Propinai Daerah Tingkat I Jawa Barat untuk

memperbaiki sistem kerja dengan meningkatkan pemahaman

(27)

BAB HI

METODOLOGI PENELITIAN

A Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, di mana

analisisnya menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif ini

bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data dan

informasi yang dikumpulkan sehubungan dengan Produktivitas Kerja

Pejabat Eselon III di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Upaya mendeskripsikan dan menganalisis temuan penelitian

sesuai dengan hasil studi lapangan akan didukung oleh

bahan-bahan tertentu yang diperoleh dari kajian kepustakaan dan studi

dokumenter.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh Pejabat Eselon III yang

bekerja di lingkungan Dinas P dan KPropinsi Daerah Tingkat I Jawa

Barat dengan tugas dan fungsi sebagai pengelola 3 M {man, money,

materia^ untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan di Sekolah

Dasar. Mereka terdiri dari 25 orang Kepala Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Tk. II, 5 (lima) orang Kepala Sub Dinas di Dinas Tingkat

(28)

51

I, dan 1 (satu) orang Kepala Bagian Tata Usaha Kantor Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat.

Jadi jumlah keseluruhan anggota populasi dalam penelitian ini

sebanyak 31 orang.

Mengingat kepastian dalam pengambilan sampel dari populasi

penelitian kualitatif belum ada yang baku, maka sampel penelitian

sementara diambil 6 (enam) orang dengan kriteria antara lain

Pejabat Eselon III yang masih aktif bekerja sebagai administrator

pendidikan di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat telah menduduki jabatan dengan masa

kerja selama 2 (dua) tahun, yaitu:

1. Tiga orang Pejabat Eselon III di lingkungan Dinas P dan K

Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat yang memiliki latar

belakang pendidikan keguruan.

2. Tiga orang Pejabat Eselon HI di lingkungan Dinas P dan K Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat yang memiliki latar

belakang pendidikan non keguruan.

Pengambilan sampel ini dengan asumsi bahwa tugas dan

fungsi Pejabat tersebut sama. Artinya mereka memiliki kewenangan

mengelola pendidikan di SD dalam tiga hal yaitu personal SD,

keuangan dan fasilitas. Adapun sampel penelitian ini dapat dilihat

(29)

Tabel-1:

JUMLAH SAMPEL PENELITIAN (sernentara)

NO PENDIDIKAN KEGURUAN

1. Dinas P danK Kabupaten Dati II Karawang

Dinas P dan K Kabupaten Dati II Pandeglang

Dinas P dan K Kabupaten

Dati II Cirebon

NO PENDIDIKAN NON KEGURUAN

Dinas P dan K Kabupaten Datin Sumedang

Dinas P dan K Kabupaten Dati II Cianjur

Dinas P dan K Kabupaten

Dati II Sukabumi

52

C. Teknlk Pengumpulan Data

Data dan informasi tentang Produktivitas Kerja Pejabat Eselon

III di lingkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Daerah

Tingkat I Jawa Barat dikumpulkan dengan menggunakan teknik

pengumpulan data yang mungkin dan lazirn digunakan dalam suatu

penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

rneng-himpun data dan informasi tentang aspek-aspek produktivitas dari

pejabat eselon III yang mengelola pendidikan di Sekolali Dasar

sangat bergantung pada macam studi yang dikembangkan dalam

penelitian ini. Prosedur pelaksanaan penelitian ini disesuaikan dengan kondisi sampel dan lokasi dimana pejabat melaksanakan

(30)

53

Secara khusus dapat dinyatakan bahwa penelitian ini meng

gunakan teknik pengumpulan data berupa:

1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan tentang aktivitas

Pejabat Eselon III dalam mengelola Sekolah Dasar yang menjadi

tugas dan kewajibannya. Di samping pengamatan proses, peng

amatan selanjutnya dilakukan pada dokumen kerja.

2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab langsung dengan cara

obrolan santai, sehingga sumber data tidak mengetahui bahwa ia

sedang diwawancarai untuk kepentingan penelitian ini. Konsep

wawancara terpenting adalah snowball sampling, artinya

meng-himpun data secara lengkap dari beberapa sumber data.

D. Instrumen Penelitian

Sebagaimana dipaparkan pada awal teknik pengumpulan data

di atas, bahwa instrumen yang digunakan sebagai berikut:

1. Pedoman wawancara.

2. Pedoman penilaian dokumen-dokumen.

3. Observasi dengan menggunakan alat "skala penilaian" yang akan

diisi oleh peneliti sendiri.

Instrumen tersebut digunakan untuk menghimpun data

produktivitas kerja pejabat eselon HI di lingkungan Dinas Pendidikan

(31)

54

E. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahap. Tiap-tiap tahap

terdiri dari kegiatan tertentu. Tahapan tersebut adalah sebagai

berikut:

1. Tahap Orientasi

Pada tahap ini dilakukan prasurvey ke lokasi penelitian untuk

mendapatkan gambaran tentang masalah yang diteliti. Pada

tahap ini penulis melakukan wawancara awal dengan pejabat

eselon III yang telah ditetapkan sebagai sampel.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini mencakup:

(1) menetapkan sampel penelitian dengan menetapkan asumsi

dasar.

(2) mencari dasar penyusunaninstrumen penelitian.

(3) memilih metode analisis dan pendekatan yang akan di

gunakan. 2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap ini dilakukan penelitian terhadap Pejabat Eselon III

di lingkungkungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi

Daerah Tingkat I Jawa Barat yang dijadikan sampel guna

meng-ukur Produktivitas Kerja mereka dalam melaksanakan tugas.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain:

(32)

55

(2) melakukan wawancara dengan sampel penelitian, sampai

semua data dan informasi dapat dikumpulkan.

(3) mengumpulkan dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian.

3. Tahap Member Chek

Pada tahap ini membuat laporan tertulis yang ditujukan kepada

responden guna menilai kesesuaian dengan hasil wawancara,

penilaian dokumen dan skala penilaian sebagai tindak lanjut kegiatan observasi. Kemudian meminta penjelasan kepada

unsur-unsur terkait bila dipandang perlu jika data dan

informasi yang dikumpulkan dipandang belum lengkap.

Secara rinci kegiatan member chek yang dapat dilakukan

meliputi:

(1) mengecek ulang data-data yang terkumpul.

(2) meminta data dan informasi bila ternyata belum lengkap.

(3) meminta penjelasan pada atasan atau bawahan yang

ber-sangkutan.

F. Analisis Hasil Penelitian

Data dan informasi yang telah dikumpulkan akan dianalisis

dengan menggunakan komparasi teoritik. Proses analisisnya di

(33)

56

1. Tahap Reduksi

Dilakukan untuk menelaah secara keseluruhan data yang dihimpun dari lapangan sehingga dapat ditemukan hal-hal pokok dari objek yang diteliti tersebut. Kegiatan yang dilakukan antara lain:

(1) mengumpulkan data dan informasi dengan upaya mencatat, mewawancarai, dan mengamati aktivitas Pejabat tersebut. (2) mencari pokok-pokok temuan yang dianggap penting dalam

penelitian ini. 2. Tahap Display

Pada tahap ini dilakukan upaya merangkum temuan pene litian dalam susunan yang sistematis untuk mengetahui makna pengelolaan pendidikan Sekolah dasar yang dikelola oleh manajemen

struktural (Pajabat Eselon III) tersebut. Kegiatan telaah dalam tahap ini meliputi:

(1) membuat rangkuman secara deskriptif dan sistematis, se hingga tema sentral dapat diketahui dengan mudah.

(2) memberi makna sesuai dengan materi penelitian.

3. Tahap Varifikasi

Pada tahap ini dilakukan pengujian tentang kesimpulan yang telah diambil dengan data pembanding yang bersumber dari

(34)

57

untuk melihat kebenaran hasil analisis sehingga melahirkan kesimpulan yang dapat dipercaya.

Langkah-langkah pengolahan pada tahap ini dapat dilakukan

berikut ini.

(1) menguji kesimpulan yang diambil dengan membandingkan teori-teori para ahli, terutama teori produktivitas yang relevan. (2) melakukan proses member ceck atau melakukan proses

pengecekan ulang, mulai dari tahap prasurvey hingga

kebenaran data terakhir.

(35)

!|||P«'' |ir, I

ill'1 ,„i""

;: ^o*1 ""

*

; tV'f,,f,.HU.Jvilfj

'i- •'ii'l'i.

•Hi!;

::i ^ -ij' „

!"\ (

1 , \

#

' I

f" c i,, il /

\g

wJ

iA V "" <•«"' •'.ill',1'JIIIIIILhIII''

'''iillll.1 „ „. ,ii'

'liiiiliiinii' :i,y-' •

lllllllllllllllllllllillllli

llllllllljll. II

1 1

lllllllllll

1

1

lllllllllll"1 Llllll

1

liiiH

'iiiimiiiii

!i:::r;ii

!li:::ii,

'iiii:-iii,

/J

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN

UMPAN BALIK PENELITIAN

A. Kesimpulan

Permasalahan produktivitas kerja manusia merupakan per

soalan sosial yang selalu dijadikan salah satu topik umum untuk dibahas pada pertemuan ilmiah di era globalisasi ini. Produktivitas

kerja memiliki ruang lingkup yang cukup luas dan kompleks.

,

Bagaimana produktivitas kerja dalam arti sesungguhnya merupakan

|

. . 4

kajian teoritis yang diangkat dalam tesis ini dan selanjutnya agar \

lebih mempunyai arti, maka penulis mengaitkannya dengan Pejabat

j

i

Eselon III dengan tingkat kepemimpinan messo dalam lingkup

pendidikan dasar.

Berdasarkan analisis pada bab empat, dapat disimpulkan bahwa secara umum produktivitas kerja yang dilihat dari

kemampuan mengelola pendidikan Sekolah Dasar, khususnya 3 M (man, money, material), Pejabat Eselon III (dalam penelitian ini

adalah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tk. II) yang

memiliki latar belakang pendidikan keguruan ternyata lebih baik

dari pada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang memiliki

latar belakang pendidikan non keguruan dalam memberikan

i

motivasi terhadap personal Sekolali Dasar.

(37)

Untuk mengetahui lebih jauh akan dirinci perbedaan produk tivitas kerja dalam uraian berikut ini.

1. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat II yang memi liki latar belakang pendidikan keguruan adalah Pejabat Eselon III yang mempunyai peranan sebagai Top manajer dalam mengelola pendidikan dasar di Sekolah Dasar, Rincian produktivitas kerja-nya sebagai berikut:

(1) dalam memimpin dan memberikan motivasi personal Sekolah

J

Dasar dinyatakan efektif. dan diwarnai adanya unsur kepe- ]

mimpinan demokratis.

j

(2) pengelolaan sarana dan prasarana Sekolah Dasar dinilai ]

sesuai dengan kriteria yang diajukan atau belum efektif dan

efisien.

(3) dalam pengelolaan keuangan Sekolali Dasar sesuai dengan ketentuan dan kriteria yang diajukan atau dikatakan efisien. 2. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat II yang memi

liki latar belakang pendidikan non keguruan adalah Pejabat Ese lon III yang memiliki peranan sebagai Pengelola pendidikan dasar di Sekolali Dasar. Rincian produktivitas kerjanya dapat disimpul-kan sebagai berikut:

(38)

94

nya pertimbangan pengambilan kebijakan yang kaku, dise babkan hanya mengetahui pendidikan dari kulitnya.

(2) pengelolaan sarana dan prasarana untuk keperluan Sekolah

Dasar dapat dinyatakan telah efektif dan efisien.

(3) pengelolaan keuangan untuk kepentingan penyelenggaraan Sekolah Dasar dinyatakan telah efisien.

B. Umpan Balik dari Hasil Penelitian

Berdasarkan temuan penelitian di atas, kiranya menjadi bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan antara lain:

1. Pengambil kebijakan dalam pengangkatan Pejabat Eselon lil (Kepala Dinas P dan K)

(39)

95

sebab diakui bahwa masalah pengelolaan pendidikan yang menyangkut sumber daya manusia sangat berbeda dengan permasalahan industri dengan komponen mentahnya adalah bahan baku seperti tembaga, timah dan lain sebagainya.

2. Pejabat Eselon III (Kepala Dinas P dan K Tk II)

Pejabat Eselon III Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Tingkat II yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan

ternyata mampu membina Sekolah Dasar dalam segi pengelolaan

personal, keuangan dan sarana prasarana hendaknya perlu diper- {

tahankan. Kondisi itu sangat memungkinkan untuk menunjukkan kepada umum, bahwa kita mampu dalam mengelola pendidikan karena sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki.

Upaya yang dapat untuk mempertahankan kondisi tersebut dengan jalan bekerja sungguh-sungguh, konsekwen, dan menerap

kan prinsip belajar seumur hidup, baik dilakukan dengan diskusi, mengikuti seminar atau pertemuan lainnya, penataran-penataran,

membaca buku, atau mengikuti perkuliahan di Perguruan Tinggi melalui program izin belajar atau tugas belajar.

(40)

96

masa datang sangat diperlukan komitmen yang tinggi dari pengambil kebijakan dalam sektor ini untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi personal dalam kepentingan kualitas lembaga

secara utuh.

Kepada Pejabat Eselon III berpendidikan non keguruan yang masih memiliki kelemahan dalam membina personal SD, sebenamya

disebabkan minimnya bekal pengetaliuan tentang kondisi objektif

guru dalam arti yang luas. Permasalahan ini akan dapat diatasi

1

dengan memberikan pendidikan dan latihan seperti melalui program \

tugas belajar atau izin belajar ke jenjang pendidikan D-II, D-III, SI, 1

i

S2, atau S3 Akta Mengajar pada IKIP/LPTK sebagaimana disarankan

j

juga bagi Pejabat Eselon III yang memiliki latar belakang pendidikan

keguruan.

Model pengembangan kemampuan profesional melalui kerja sama dengan pihak Perguruan Tinggi (IKIP/LPTK) hendaknya

dijadikan agenda strategis dan prioritas utama yang disetujui oleh pihak Pemda. Pelaksanaan program ini mungkin akan mengliadapi

tantangan berarti dari dinas atau sektor lain, seandainya belum dapat memberikan dasar argumen yang kuat dan memadai (sebagai

mana dilakukan Pemda Tk. I Propinsi Riau dengan IKIP Bandung).

Pada awabiya mungkin amat berat, sebab selama ini dalam

(41)

berorientasi pada sektor tertentu. Akan tetapi dapat diyakini bahwa

aspek penguasaan substansi bidang teknis (dalam hal ini Pendidikan

dan Kebudayaan) akan mampu memberikan kontribusi yang nyata

dalam penitigkatan kualitas lembaga/organisasi, dan juga individu,

sebagaimana ditunjukkan oleh hasil studi ini, bahwa dalam

melaksanakan tugas yang diembankan oleh para Pejabat yang

berlatar belakang pendidikan keguruan ditandai dengan pelak

sanaan tugas efektif dan efisien lebih baik dibanding dengan mereka

yang tidak berpendidikan keguruan.

Dengan mengetahui tingkat produktivitas (efektivitas dan

efisiensi) pelaksanaan pekerjaan, maka suatu kondisi untuk

mencapai tujuan pendidikan secara umum akan dapat

mengembangkan kualitas yang lebih baik. Produktivitas tersebut

dapat dilihat dari kinerja Kepala Sekolali, guru, pesuruh, siswa,

balikan kerjasama dengan pihak yang berkepentingan lainnya demi

penitigkatan kualitas lulusan. Ini berarti kajian administrasi pendidikan semakin luas dan mencakup berbagai bidang garapan

bukan hanya terbatas dalam lingkungan sekolali atau lembaga

formal saja, melainkan juga Lingkungan lain yang terkait.

Disarankan juga kepada peneliti lain yang berminat, agar

melakukan penelitian peneliti lebih lanjut, baik dalam rangka

(42)

98

pendalaman telaahan tentang produktivitas kinerja Pejabat Eselon

III atau para pengelola organisasi pendidikan (khususnya di lingkungan Dinas P dan K) yang pada gilirannya akan merupakan

masukan bagi pengembangan kajian bidang studi/disiplin ilmu

(43)

,/

Iljl"1

'I' ." '!•

Hi,

iU.„i

Illi

II'"

.niiii'1" . ii ir""'ii ]|

'";,.

...'ii.'"'!.1!,'! P''

\9IKAjj , 5 ^

'»i ii,'l, Mi.1'

•ii

III1','1

ii \w

\ ''I,,

, ,„„ .iiiiiii•• iii1"'

•'!' 'Ill lllllllll. 'I, "IllH "!'

ii"'!l

mi.

.,,|:,„

....•in'

1, •«. 'i

"ii i i.v « " •"'II' J' illllnmllli1 I ,.,. lll'l

IlillHlllii' „ii' ,| IHIIi'' II ,

\ 1„.

\>": '

'I II 'III. '"' I I'llill, I

I I li

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia dan Fandy. (1997). Total Quality Management. Yoeyakarta •

Andi Offset.

Barnard, Chester. I. (1982). Fungsi Eksekutif. Seri Pustaka Nomor 9. Jakarta : LPPM

Bogdan, Robert C. et al. (1982). Qualitative Research for Education :

AnIntroduction to Theory andMethods. Boston : Allynabd Bacon

Inc.

Castetter, William. B. (1996). The Human Research for Educational

Adnunistration. New Jersey : A. Simon &Schuster Company.

Dale Timpe. A. (1993). Produktivitas. Seri Ilmu dan Seni Manajemen

Bisnis. Jakarta : Gramedia Asri Media.

Djawad Dahlan. et. al. (1990). Pedoman Penulisan Karya Mmiah

(Laporan Buku, Makalah, Skripsi, Tesis, Diseriasi). Bandung :

PPS IKIP Bandung.

Drucker, P.F. (1978). Manajemen Tugas - Tanggung Jawab - Praktek,

Jakarta : Gramedia.

Engkoswara. (1987). Dasar-Dasar Administrasi Pendidikan. Jakarta : Dirjen Dikti Depdikbud RI.

Feinberg, RMortimer. (1979). Psikologi Yang Efektif Untuk Pemimpin,

Pejabat dan Usahawan. Jakarta : Turns Jaya.

Gibson dan Ivancevich. (1994). Organisasi, Prilaku, Stmktur, Proses. Jilid 1. Alih Baliasa Agus Dharma. Jakarta : Erlangga.

Gibson dan Ivancevich. (1996). Organisasi, Prilaku, Stmktur, Proses. Jilid 2. Alih Bahasa Agus Dharma. Jakarta : Erlangga.

(45)

Hadari Nawawi. (1992). Administrasi Pendidikan. Jakarta : Haji Mas

Agung.

Hadari Nawawi dan Martini Hadari. (1990). Administrasi Personel

untuk Peningkatan Produktivitas Kerja, Jakarta : Haji

Masagung.

Kurb, M. (1986). Pendidikan Ke arah Budaya Produktivitas Tinggi.

Prisma. Nopember 1986. Jakarta : LP3ES.

Kusmana. E. (1984). Pengaruh Suasana Kepemimpinan yang

ditimbulkan oleh Kebijakan dan Praktek Manajemen terhadap

Kepuasan Kerja Tenaga Edukatif pada IKIP Bandung. Tesis. Bandung : PPS IKIP Bandung.

Kussriyanto, Bambang. (1991). Manajemen Produktivitas Karyawan.

Jakarta : Gramedia.

Mali, Paul. (1978). Improving Total Productivity. Canada : John Wiley

and Sons. Inc.

Muchdarsyah Sinungan. (1992). Produktivitas : Apa dan Bagaimana. Jakarta : Bumi Aksara.

Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif.

Bandung : Tarsito.

Oteng Sutisna. (1993). Adiministrasi Pendidikan ; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional. Bandung : Angkasa.

Richard, M. Steers. (1985). Efektivitas Organisasi, Seri Manajemen No. 17. Jakarta : Erlangga.

Rush Syarif. (1994). Produktivitas. Bandung : Angkasa.

Suhertian, Piet. (1990). Supendsi Pendidikan dalam rangka Program

Insermee Education. Jakarta : Rineka Cipta.

Sutermeister, Robert. A. (1976). People and Productivity. New York :

Mc Graw - Hill Book Company'.

(46)

Terry, R. George. (Tanpa Tahun). Principles of Management.

Penelahaan Buku Balai Lektur Mahasiswa.

Thomas, J. Alan. (1971). The Productive School. Canada : John Wiley

and Sons Inc.

Tilaar, H.A.R. (1995). Manajemen Pendidikan Nasional : Kajian Pendidikan Masa Depan. Bandung Remaja Rosda Karya.

Undang-Undang Nomor 2. (1989). Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta : Sinar Grafika.

Werther, B. William, et. al. (1982). Personnel Management and Human

Resources. New York : Mc Graw Hill International Book Co.

Wijaya, A.W. (1995). Administrasi Kepegawaian, Suatu Pengantar,

Referensi

Dokumen terkait

Dasar Negeri yang telah mengikuti &#34;Pelatihan Jabatan Bagi Calon Kepala Sekolah Dasar&#34;yang dilaksanakan Dinas P dan K Propinsi Dati I Riau&#34; sejak tahun 1986-1987

Kaifar, Rajindra, Wahba 194 | P a g e Analisis Realisasi Dana Alokasi Khusus untuk Menilai Efektivitas dan Efisiensi Kinerja Pemerintah pada SMK di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan