• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA INGGRIS : Penelitian Kualitatif Pada Sekolah Dasar Negeri Iv Kota Cilegon.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN KURIKULUM MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA INGGRIS : Penelitian Kualitatif Pada Sekolah Dasar Negeri Iv Kota Cilegon."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR PERSETUJUAN ...

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ABSTRAK ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang Masalah ... B. Rumusan Masalah ... C. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan - pertanyaan Penelitian ... D. Tujuan Penelitian ... E. Manfaat Penelitian ... F. Penjelasan Istilah ...

BAB II PENGEMBANGAN KURIKULUM MUATAN LOKAL SEKOLAH DASAR ( SD ) / MADRASAH IBTIDAIYAH ( MI )

A. Pendidikan Dasar…... 1. Pengertian Pendidikan Dasar ... 2. Karakteristik Pendidikan Dasar ... 3. Sekolah Dasar ... B. Konsep Kurikulum ... 1. Model Kurikulum Subjek Akademik ... 2. Model Kurikulum Humanistik ... 3. Model Kurikulum Rekonstruksi Sosial ... 4. Model Kurikulum Teknologis ...

C. Pengembangan Kurikulum ... D. Kebijakan Pengembangan Kurikulum... E. Implementasi Kurikulum ... 1. Konsep Implementasi Kurikulum ... 2. Beberapa Model Implementasi Kurikulum ... F. Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal ... 1. Prinsip Pengembangan dan Kandungan Muatan Lokal ... 2. Pengembangan Muatan LokaI Dalam KTSP ... G. Menentukan Mata Pelajaran Muatan Lokal ... H. Mata Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD ( Sekolah Dasar ) / Madrasah Ibtidaiyah (MI) ...

1. Latar Belakang ... 2. Tujuan ...

(2)

3. Ruang Lingkup ... 4. Karakteristik Mata Pelajaran Bahasa Inggris ... 5. Pembelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar (SD) ... 6. Karakteristik Pembelajaran Anak Sekolah Dasar (SD) ... 7. Prinsip-Prinsip Pembelajaran dan Pengajaran Bahasa

pada Anak-anak ... I. Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis Karakteristik Lingkungan dan Kebutuhan Daerah ... 1. Membuat Inventarisasi Sumber Daya Masyarakat ... 2. Pengorganisasian Sumber Daya / Potensi Daerah ...

3. Melakukan Kunjungan Lapangan ... BAB III METODE PENELITIAN ...

A. Metode Penelitian ... B. Subjek Penelitian ... C. Teknik Pengumpulan Data ... D. Tahap Pelaksanaan Lapangan ... E. Analisis Data ... F. Temuan Uji KeabsahanPenelitian ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Gambaran Umum Sekolah Dasar Negeri IV Cilegon ... 1. Latar Belakang Historis ... 2. Kondisi Sekolah Saat Ini ... B. Deskripsi Hasil Penelitian ...

1. Kebijakan yang mendasari Mata Pelajaran Bahasa Inggris sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal ... 2. Perencanaan Kurikulum Muatan Lokal

Mata Pelajaran Bahasa Inggris ... 3. Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan ... 4. Pelaksanaan Evaluasi pembelajaran Mata Pelajaran

Muatan Lokal Bahasa Inggris Di SDN IV Cilegon ... C. Interpretasi terhadap Hasil Penelitian ...

1. Kebijakan yang mendasari Mata Pelajaran Bahasa Inggris sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal .……… 2. Perangkat Kurikulum... 3. Kegiatan dan Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal

Bahasa Inggris ... 4. Evaluasi Hasil Belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris ... 5. Faktor – faktor Pendukung dalam Pengembangan Kurikulum D. Pembahasan Hasil Penelitian ……… BAB V SIMPULAN DAN SARAN ………...

A. Simpulan ... B. Rekomendasi ... Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris ...

(3)

Kepala Sekolah ... Bagi Diknas Kota Cilegon ... Bagi Pengawas TK / SD ...

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN – LAMPIRAN

(4)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Halaman

Tabel 4.1 Data Inisialisasi Responden 1 ...………... Tabel 4.2 Data Inisialisasi Responden 2 ...……….. Tabel 4.3 Struktur kurikulum SD ... Tabel 4.4 Analisa Hasil SK & KD Guru Bahasa Inggris ...……….. Tabel 4.5 Struktur kurikulum SD berdasarkan durasi waktu ……….. Tabel 4.6 Beban jam belajar ………...………...….. Tabel 4.7 Contoh Silabus Bahasa Inggris ...

Gambar 1. Bagan Implementasi ………. Gambar 2. Model dan contoh muatan lokal ………... Gambar 3. Denah Tanah dan Bangunan SDN IV Cilegon ………..

118 118 124 130 132 133 136

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Lampiran 1. Instrumen Penelitian

Lampiran 2. Panduan Wawancara Lampiran 3. Lembar Observasi Kelas Lampiran 4. Angket Siswa

Lampiran 5. Catatan Lapangan Kegiatan Pendidikan Lampiran 6. Data Personil Guru

Lampiran 7. Data Responden Lampiran 8. Sarana Prasarana Lampiran 9.Analisa SK & KD

Lampiran 10. Silabus Mata Pelajaran Mulok Bahasa Inggris Lampiran 11. RPP yang di Observasi

Lampiran 12. Dokumentasi Gedung SDN IV Cilegon Lampiran 13. Dokumentasi Photo Kegiatan Belajar Lampiran 14. Surat Keputusan

(6)

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan dalam tesis ini pada intinya bertujuan memberikan penjelasan awal tentang perlunya penelitian model kurikulum muatan lokal berdasarkan kompetensi di lakukan. Bab ini di urutkan menjadi beberapa sub bab, yaitu: A) Latar Belakang Masalah Penelitian, B) Rumusan Masalah, C) Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian, D) Tujuan Penelitian, E) Manfaat Penelitian, dan F) Penjelasan Istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan bahwa di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) selain memuat beberapa mata pelajaran, juga terdapat mata pelajaran muatan lokal yang belum ditentukan jenis dan macamnya. Mata pelajaran muatan lokal merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan pada semua tingkat satuan pendidikan. Kebijakan yang berkaitan dengan dimasukkannya mata pelajaran muatan lokal dalam standar isi dilandasi kenyataan bahwa di Indonesia terdapat beranekaragam kebudayaan.

(7)

bidang pendidikan ini merupakan peluang bagi daerah untuk mengembangkan potensinya termasuk potensi budaya dalam kaitannya dengan pembelajaran.

Mata pelajaran muatan lokal, sebagai salah satu bagian dari struktur dan muatan kurikulum tersebut merupakan bentuk penyelenggaraan pendidikan yang tidak terpusat, sebagai upaya agar penyelenggaraan pendidikan pada masing – masing daerah lebih meningkat relevansinya terhadap keadaan dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Hal ini sejalan dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional sehingga keberadaan kurikulum mata pelajaran muatan lokal mendukung dan melengkapi kurikulum nasional.

Pada hakikatnya kurikulum mata pelajaran muatan lokal merupakan perwujudan dari pasal 38 ayat 1 Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi : “ Pelaksanaan kegiatan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum yang disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan setempat dan ciri khas satuan pendidikan”. Pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bukan hal yang baru sebagai pendampingan kurikulum nasional.

(8)

Bab II ). Tujuan pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal tersebut adalah, agar peserta didik dapat ( BSNP, 2006: 567-568 ) :

1. Mengenal dan menjadi akrab dengan lingkungan alam, sosial dan budayanya.

2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.

3. Memiliki sikap dan prilaku yang selaras dengan nilai – nilai aturan – aturan yang berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai – nilai luhur budaya setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.

(9)

Upaya pemerintah dalam meningkatkan relevansi daerah dalam pembangunan nasional yang berkelanjutan melalui peran serta daerah dalam bidang pendidikan telah dilakukan, antara lain melalui pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal. Akan tetapi nampaknya yang terjadi adalah munculnya berbagai permasalahan berkaitan dengan hasil yang belum maksimal. Oleh karenanya pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal masih perlu ditingkatkan dan disempurnakan. Untuk kepentingan tersebut, dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik itu dengan menyempurnakan kurikulumnya, menambah fasilitas maupun sumber belajar, sampai dengan meningkatkan kemampuan gurunya.

Uraian di atas memperjelas bagaimana pentingnya pemerintah dan masyarakat terutama para ahli dalam dunia pendidikan dalam menaruh perhatian yang demikian besar terhadap pengembangan kurikulum dalam membantu memecahkan masalah pendidikan karena kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman di selenggarakannya kegiatan pembelajaran pada satuan dan jenjang pendidikan dengan tujuan pendidikan tertentu seperti yang termuat dalam Pasal 1 ayat 19 UU RI N0. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas.

(10)

Baharudin ( 2008 ), dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengembangan Model Kurikulum Muatan Lokal Sekolah Menengah Pertama “, mengemukakan bahwa perlunya mengkoordinasi sekolah – sekolah untuk melakukan identifikasi kebutuhan masyarakat di setiap wilayah serta dapat melakukan kerja sama dengan pihak – pihak terkait berkenaan dengan kurikulum mata pelajaran muatan lokal dengan pihak, seperti Bappeda, Dunia Usaha, dan pihak – pihak lainnya.

Rumli ( 2004 ), dalam penelitiannya yang berjudul “ Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Sekolah Dasar di Pemerintahan Kota Tanjung Pinang Propinsi Kepulauan Riau”, mengemukakan bahwa Kondisi Kurikulum Muatan Lokal yang telah ada masih menunjukkan hasil ataupun kondisi yang masih minimal, beberapa input penyusunannya belum berdasarkan konsep pengembangan kurikulum dan pada proses penyusunannya belum memperhatikan konsep pengembangan kurikulum. Proses penyusunan kurikulum muatan lokal masih belum terencana dengan baik, dan produknya belum menunjukkan hasil dari seluruh budaya dan kebutuhan daerah.

(11)

siswa, dan Standar Kompetensi ( SK ) dan Kompetensi Dasar ( KD ) sebagai penjabaran dari tujuan kurikulum muatan lokal. Dengan demikian produk dari model kurikulum muatan lokal tidak secara signifikan dapat menjadi acuan dalam mengimplementasikan secara utuh.

Sugito ( 2008 ), dalam “Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup Di SMKN 11 Bandung “, mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa kurikulum muatan lokal merupakan kebijakan baru dari wali

kota setempat sehingga faktor utama dalam implementasi mulok PLH ( Pendidikan Lingkungan Hidup ) masih belum memberi dukungan yang optimal

terhadap kurikulum muatan lokal. Faktor – faktor utama yang mempengaruhi implementasi kurikulum muatan lokal lingkungan hidup disebutkan antara lain: 1) Guru, 2) Siswa, 3) Kurikulum, 4) Fasilitas, dan 5) Lingkup sosial masyarakat. Tentang hambatan itu tentu perlu dilakukan kajian lebih lanjut yang lebih mendasar.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian sebelumnya, terkesan masih adanya unsur – unsur pokok yang menjadi sumber- sumber permasalahan dan hendaknya penyusunan kurikulum muatan lokal perlu dirumuskan kembali berdasarkan teori – teori pengembangan kurikulum. Hasil penelitian belum menggagas secara menyeluruh tentang bagaimana keinginan kebutuhan masyarakat dan karakteristik daerah, serta perlu digariskan secara akurat dan kokoh sebagaimana yang diharapkan.

(12)

dengan usianya yang masih berkisar antara 7 – 12 tahun, dan dianggap cukup baik untuk menanamkan berbagai nilai dan sikap prilaku kehidupan sebelum ia memasuki usia dewasa. Oleh karena itu, program pendidikan di sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang kekhususan yang ada di lingkungannya. Standar Isi yang seluruhnya telah disusun secara terpusat tidak mungkin dapat mencakup seluruh muatan lokal tersebut, sehingga perlu disusun mata pelajaran yang berbasis pada muatan lokal sesuai dengan karakteristik daerahnya.

Kota Cilegon dengan aktivitas sebagai kota industri dan sarat dengan berbagai sibuknya aktivitas sebagai kota transit antar pulau Jawa dan Sumatra juga berpotensi sebagai kota pariwisata sebagai pendukung perekonomian nasional. Kondisi dan potensi yang dimiliki daerah ini membawa pengaruh kepada perkembangan bahasa yang di gunakan untuk keperluan tersebut. Terutama bahasa yang digunakan untuk keperluan berbagai aktivitas yang dimaksud.

Mata Pelajaran muatan lokal bahasa Inggris sebagai bahasa kedua setelah bahasa Indonesia tentunya dianggap dapat mengakomodir kebutuhan perkembangan daerah dan masyarakat di kota ini. Mengingat daerah ini sangat berpotensi dalam penyiapan tenaga kerja yang terampil dan bersaing, tentunya telah menjadi suatu keharusan bahwa tenaga yang dimaksud adalah kompetensi plus yang dapat menguasai bahasa Inggris.

(13)

ketentuan resmi ). Tepatnya, menurut Pengawas TK / SD dan juga Tim TPK Kota Cilegon yang di mintai keterangan tentang mengapa bahasa Inggris harus dijadikan sebuah mata pelajaran muatan lokal. Wali kota Bapak Tb. Aat Syafaat ketika memberikan sambutan sosialisasi pembangunan kota Cilegon memberi pandangan agar pada setiap jenjang dan tingkatan kelas bahasa Inggris dapat diterima dan dipelajari oleh para siswa di sekolah. Atas dasar itulah maka bahasa Inggris telah lama dianggap sebagai bahasa pendamping untuk keperluan aktivitas, baik itu di sekolah maupun dalam kehidupan masyarakat.

Masyarakat sekolah sebagai bagian dari aktivitas pendidikan dalam peningkatan mutu sosial pendidikan secara praksis dapat dianggap menentukan langkah yang paling strategis dalam memberi kontribusi pada masyarakat secara umum dan juga pemerintah daerah, karena pada akhirnya pelaksana pembangunan adalah masyarakat yang memiliki kompetensi tertentu. Kompetensi merupakan modalitas dari sumber daya manusia.

(14)

hari depan yang dapat diterima, yaitu setidaknya untuk menjembatani keterasingan siswa terhadap potensi daerah sekitarnya.

Dalam kaitannya dengan kondisi daerah tersebut analisis kebutuhan ( need assesment ) dalam pengembangan kurikulum sangat diperlukan. Menurut Oliva ( Oliva, 1992: 246 ) “ a curriculum need assesment is a process for identifiying programmatic needs that must be addressed by curriculum planners “. Analisis kebutuhan digunakan untuk meneliti dan mengidentifikasi kebutuhan- kebutuhan yang diperlukan oleh siswa dan masyarakat dalam pengembangan kurikulum, karena pengembangan kurikulum pada hakikatnya berorientasi pada kebutuhan siswa ( need of learners ) dan kebutuhan masyarakat ( need of society ), termasuk kebutuhan mata pelajaran ( need subject matters ). Analisis kebutuhan, juga digunakan untuk mengidentifikasi gap atau ketidaksesuaian antara performansi siswa yang diinginkan ( das sollen ) dengan performansi siswa dalam kehidupan nyata ( das sein ).

(15)

Pertama, Mata pelajaran muatan lokal pada Sekolah Dasar di pemerintahan kota Cilegon yang saat ini telah berlaku adalah mata pelajaran bahasa lnggris sebagai muatan lokal utama dan beberapa bidang studi seperti Seni Bela Diri ( SBD ) dan Teknologi lnformatika Komputer ( TIK ) sebagai muatan lokal pilihan lain. Beberapa muatan lokal yang telah diberlakukan di kota Cilegon belum mengakomodasi kebutuhan secara optimal dan masih terfokus kepada implementasi pembelajaran secara teoritis, secara umum belum dilengkapi sarana prasarana serta sumber belajar, dan menggunakan buku pegangan yang didrop dari penerbit buku sebagai andalan yang sangat dominan.

Mata pelajaran muatan lokal sebagai garis – garis besar tujuan pendidikan mulok itu sendiri sampai sejauh ini belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal ini dapat di lihat dari hasil perolehan nilai ujian akhir sekolah ( UAS ) Sekolah Dasar yang dari tahun ke tahun belum menduduki nilai yang setara dengan perolehan nilai TIK ( Teknologi Informatika Komputer ) sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal Pilihan dan atau mata pelajaran lain seperti Pendidikan Jasmani dan sebagainya. Berdasarkan data terakhir tahun pembelajaran 2008 / 2009 Mata pelajaran mulok TIK mampu mencapai rata-rata nilai tertinggi 8,00 dan nilai rata-rata terendah di angka 6,00 maka sebagai mata pelajaran muatan lokal yang diwajibkan yaitu bahasa Inggris dapat mencapai perolehan nilai baru di angka rata – rata tertinggi 7,00 dan nilai rata-rata terendah 5,00.

(16)

siswa dapat menyimpulkan, bahwa umumnya pengaruh dari hasil pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris siswa belum menunjukkan hasil yang optimal, terutama dalam kemampuan berbahasa secara praktis yang dapat diucapkan sehari – hari. Idealnya, paling tidak mereka dapat mengucapkan kalimat atau kata minimal dalam bahasa siswa dari tingkatan yang paling sederhana yaitu kalimat singkat misalnya dapat di ucapkan sehari – hari tentang kegiatan siswa yang dilaksanakan di sekolah.

Ketiga, pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru masih menunjukkan cara – cara konvensional. Siswa dihadapkan pada penyajian materi yang sifatnya teoritis dengan porsi penyajian lebih banyak mengerjakan tugas-tugas secara tertulis berdasarkan buku pegangan siswa secara dominan. Tidak pada kecakapan langsung pada obyeknya berupa pembelajaran yang komunikatif. Padahal menurut rambu – rambu penyusunan mata pelajaran lokal pada kurikulum KTSP ( Diknas, 2007 ) bahwa mata pelajaran muatan lokal di hindarkan dari pembelajaran yang bersifat teoritis dan diarahkan kepada pembelajaran bersifat praktek. Oleh karena itu tidak di kehendaki atau dihindari adanya pemberian pekerjaan rumah ( PR ) bagi siswa.

(17)

yang sangat besar dan penting untuk menjadi faktor yang mendapat perhatian utama. Oleh karena itu baik buruknya sebuah kurikulum pada akhirnya bermuara dan kembali kepada seorang guru yang berdiri di hadapan para peserta didiknya. Kemahiran dan kreativitas guru sebagai perencana dan pelaksana kurikulum itu sendiri, sangat di perlukan.

Dalam pengembangan kurikulum muatan lokal bahasa Inggris, guru di beri keleluasaan untuk mengembangkan rambu – rambu dari dinas pendidikan kota setempat. Adapun keberhasilannya akan sangat bergantung kepada kinerja guru. Sanjaya ( 2008: 17 ) menulis bahwa “ ibarat kedua sisi mata uang tidak dapat terpisahkan keduanya”. Kurikulum dan implementasi sama pentingnya. Senada pada ungkapan yang sama dalam buku Sukmadinata ( 2008 : 19 ) menyebut dengan satu kesatuan pendapat bahwa” sebagus apapun kurikulum itu dibuat, tetapi hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan guru di kelas”. Dengan demikian guru memegang peran yang tak dianggap ringan dalam menyusun dan merealisasikan proses pembelajaran di kelas.

(18)

B. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas kiranya perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di SDN IV Cilegon. Dalam penelitian yang akan dilaksanakan diupayakan dapat diperoleh kejelasan yang mengungkapkan hal – hal yang berkait erat dengan bagaimana guru dalam melaksanakan kurikulum muatan lokal bahasa Inggris. Baik itu tujuan, isi / materi, media, aktivitas belajar mengajar, dan evaluasi yang di lakukan.

Berdasarkan tinjauan awal observasi yang penulis lakukan di beberapa sekolah dasar di kota Cilegon, maka penulis tertarik pada satu Sekolah Dasar IV Cilegon. Masalah utama dalam penelitian ini adalah : Bagaimana pengembangan mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di Sekolah Dasar IV kota Cilegon ?.

C. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan - pertanyaan Penelitian

Penelitian ini berkenaan dengan prihal pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris yang saat ini sedang dikembangkan dan di jalankan di Kota Cilegon. Penelitian ini akan mengungkapkan pula hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan sekolah/daerah, bagaimana guru dalam melaksanakan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris berkaitan dengan tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasi.

(19)

bahasa Inggris di SDN IV pun masih menjadi permasalahan utama. Permasalahan utama yang dimaksud adalah gurunya, karena dalam hal ini guru menjadi kunci utama dalam keseluruhan proses kurikulum implementasi mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris. Ini berdasarkan hasil wawancara pada studi pendahuluan.

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Kota Cilegon, secara keseluruhan guru bahasa Inggris yang mengajar di sekolah dasar kota Cilegon memang tidak memiliki kualifikasi pendidikan yang sesuai, namun penetapan guru yang mengajar mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris diserahkan kepada pihak sekolah untuk memilih guru yang diberikan tugas mengajar bahasa Inggris. Untuk itu peneliti ingin mengkaji mengenai pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri IV Cilegon, oleh karena sekolah ini juga termasuk sekolah yang telah di tetapkan pemerintah kota sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ( RSBI ) tingkat Sekolah Dasar ( SD ) untuk kota Cilegon.

(20)

Terutamanya mata pelajaran bahasa Inggris yang juga menjadi bagian yang sangat vital untuk sekolah dengan ketentuannya sebagai Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional ( RSBI ). Di sinilah uniknya, peneliti benar – benar sangat tertarik terhadap sekolah ini menjadi lokasi penelitian.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SDN Cilegon IV, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : bagaimana pengembangan kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Inggris di SDN IV Cilegon ? Adapun konsep pokok yang menjadi bahan kajian penelitian ini diuraikan dalam bentuk pertanyaan – pertanyaan penelitian yang di harapkan dapat membantu mengoperasionalkan penelitian. Maka rumusan masalah dijabarkan lagi dalam sub permasalahan yang lebih khusus. Sub permasalahan ini ditajamkan lagi dalam bentuk pertanyaan - pertanyaan penelitan ( Research Question ) yang akan membimbing pada arah dan pembahasan penelitian selanjutnya, antara lain :

1) Adakah kebijakan tertulis yang mendasari mata pelajaran bahasa Inggris menjadi mata pelajaran muatan lokal diberlakukan di Sekolah Dasar Negeri IV kota Cilegon ?

2) Bagaimanakah proses perencanaan program dalam pengembangan kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri IV Kota Cilegon ?

(21)

di Sekolah Dasar Negeri 1V Kota Cilegon ?

4) Bagaimana proses pelaksanaan evaluasi dalam pengembangan kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri 1V Kota Cilegon pada semester 2 ?

5) Faktor – faktor apa saja yang berpengaruh dalam pengembangan kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri IV Kota Cilegon ?

D. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini secara garis besar untuk mendapatkan deskripsi yang signifikan mengenai pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa lnggris Sekolah Dasar Negeri IV kota Cilegon. Tujuan penelitian tersebut untuk mendeskripsikan dan menganalisa untuk kemudian dapat :

1) Menemukan adanya kebijakan tertulis yang mendasari mata pelajaran bahasa Inggris menjadi mata pelajaran muatan lokal yang berlaku di Sekolah Dasar Negeri IV kota Cilegon.

2) Memperoleh gambaran proses rumusan perencanaan program dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri IV kota Cilegon.

(22)

4) Mendeskripsikan pelaksanaan evaluasi dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri IV kota Cilegon.

5) Mendeskripsikan faktor – faktor yang berpengaruh dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri IV Kota Cilegon.

E. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam upaya penyelenggaraan kurikulum. Pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris yang sesuai dengan potensi perkembangan industri dan pariwisata dan kebutuhan daerah serta adanya ketepatan untuk diajarkan di Sekolah Dasar Negeri IV kota Cilegon, dan sebagai salah satu upaya dalam merespon kebutuhan daerah dalam rangka memiliki keterampilan berbahasa Inggris secara praktis ada kesesuaian dengan karakteristik daerah industri dan pariwisata.

(23)

a. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis dari hasil penelitian ini adalah mengembangkan dan menghasilkan prinsip keilmuan dan keterampilan mengenai kurikulum mata pelajaran muatan lokal secara aplikatif di lapangan sesuai dengan teori keilmuan yang didapatkan ketika perkuliahan mengenai pengembangan kurikulum dari sistem instruksional mengenai perencanaan pembelajaran, bahan ajar, dan sampai pada evaluasi.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat dapat di harapkan memberikan rekomendasi kepada pihak – pihak terkait dengan menganalisis dan menemukan, antara lain:

1. Bagi SDN IV Cilegon dapat menjadi pertimbangan kebijakan dan memberikan masukan yang berharga khususnya bagi guru untuk dapat mengembangkan kurikulum muatan lokal serta dapat meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.

2. Bagi Pihak Dinas Pendidikan, dari hasil penelitian ini pula dapat digunakan sebagai salah satu sumber dalam menentukan dan meningkatkan pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal untuk sekolah dasar. 3. Bagi program studi pengembangan kurikulum, dapat menjadi masukan dan

(24)

4. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan empirik untuk memperluas wawasan keilmuan berkaitan dengan pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal.

5. Bagi peneliti selanjutnya, dapat dijadikan sebagai bahan kajian penelitian lebih lanjut dalam melakukan penelitian yang lebih luas dan mendalam mengenai pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal.

F. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari timbulnya penafsiran ganda , penjelasan istilah khusus yang digunakan dalam penelitian ini diperlukan untuk meminimalisir kerancuan dalam memahami pembahasan. Pendefinisian dari istilah pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di SDN IV Cilegon, meliputi deskripsi berikut ini :

a. Pengembangan Kurikulum

(25)

secara khusus dan menempati kedudukan dan fungsi sentral dalam sistem pendidikan berdasarkan pertimbangan secara multidimensional dengan dasar – dasarnya.

b. Implementasi

Implementasi kurikulum mata pelajaran muatan lokal merupakan bentuk realisasi yang berasal penjabaran dari dokumen tertulis yang di laksanakan dengan merealisasikan ide, konsep, dan nilai – nilai yang terkandung di dalamnya menjadi kenyataan berdasarkan kemampuan sekolah. Implementasi yang dimaksud meliputi : proses dari pelaksanaan kurikulum dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembelajaran meliputi perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.

c. Mata Pelajaran Bahasa Inggris

(26)

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam suatu penelitian, metode merupakan satu hal penting sebagai langkah yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Ketepatan metodologi yang digunakan akan menghasilkan kebenaran yang dapat dipertanggung-jawabkan. llmiah atau tidaknya suatu penelitian dapat dikatakan sangat bergantung pada metode yang digunakan.

Bab III dalam tesis ini bertujuan menjelaskan metode dan prosedur atau tahapan yang dilakukan dalam penelitian yaitu mulai dari persiapan hingga akhir penelitian serta instrumen yang digunakan dan unsur – unsur yang terlibat dalam pelaksanaannya. Untuk memudahkan dalam memahami bab ini maka dalam penyajiannya akan dikelompokkan dalam beberapa sub bab, yaitu: (A) Metode Penelitian; (B) Subjek Penelitian; (C) Teknik Pengumpulan Data; dan (D) Tahap – tahap Pelaksanaan Lapangan; (E) Analisis Data; (F) Uji Keabsahan Temuan Penelitian. Dengan deskripsi metode sebagai berikut :

A. Metode Penelitian

(27)

menggunakan metode penelitian yang sesuai. Karena itu penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis kualitatif.

Penelitian deskriptif digunakan karena memiliki relevansi dengan data yang ingin diperoleh yaitu untuk mencari dan mendapatkan gambaran mengenai pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris. Pokok pada implementasi yang dimaksud adalah kebijakan tertulis, perencanaan, proses, dan evaluasi hasil pembelajaran serta faktor – faktor yang berpengaruh dalam pengembangannya dilapangan. Tanpa melakukan proses manipulasi, berupaya memecahkan atau menemukan, dan menjawab permasalahan pembelajaran yang sedang dihadapi pada situasi sekarang khususnya mengenai pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris dan membuat kesimpulannya.

Penelitian deskriptif dilakukan dengan menempuh langkah pengumpulan data, klasifikasi data, analisis, membuat kesimpulan dan menyusun laporan penelitian. Dalam mengambil cara naturalistik sebagai penentuan metode yang dimaksud, peneliti mengemukakan beberapa alasan dibawah ini sebagai berikut:

1. Selama pelaksanaannya mencoba menghimpun informasi mengenai kebijakan daerah yang mendasari diberlakukannya mata pelajaran bahasa Inggris menjadi mata pelajaran muatan lokal.

(28)

3. Penelitian memfokuskan pada proses implementasi kegiatan pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris.

4. Penelitian memfokuskan juga pada evalausi hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Inggris.

5. Menghimpun informasi untuk memastikan faktor – faktor apa yang dapat dijadikan daya dukung dalam pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris.

Keterkaitannya dengan penelitian naturalistik dalam model studi analisis kualitatif yakni berusaha untuk mengungkap atau memperoleh sejumlah informasi: tentang pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di SDN IV kota Cilegon.

Upaya - upaya untuk menjaring data dapat diperoleh melalui kegiatan: 1. Wawancara dan observasi data mengenai dokumen kurikulum tentang

kebijakan daerah yang mendasari diberlakukannya mata pelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal.

2. Guru dalam mengembangkan Silabus dan RPP ( data diperoleh melalui cara wawancara dan studi dokumentasi ).

3. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran ( data diperoleh melalui observasi dan dokumentasi ).

4. Bagaimana memperoleh hasil belajar siswa ( data diperoleh melalui hasil tes ). 5. Faktor – faktor apa saja yang berpengaruh sebagai daya dukung pengembangan

kurikulum pada pembelajaran bahasa Inggris.

(29)

lain yang dapat dijadikan sumber data yakni, kepala sekolah dan kurikulum berkaitan dengan kebijakan dan sosialisasi dari pengembangan hingga diimplementasikannya mata pelajaran bahasa Inggris pada KTSP SDN IV kota Cilegon, sedangkan prihal siswa adalah berhubungan dengan hasil penilaian berupa aktivitas belajar yang selama ini dialami dan diperoleh.

B. Subjek Penelitian

Peneliti dalam melakukan penelitian memfokuskan pada salah satu sekolah yang melaksanakan mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris, yakni di SDN IV Cilegon. Untuk penngumpulan data dan sumber informasi, peneliti mengelompokan data sesuai dengan sumbernya yakni sumber primer atau utama dan sumber sekunder atau pendukung.

Dalam menentukan subjek penelitian, peneliti membagi dalam beberapa kategori sumber data:

1. Subjek yang tengah menjalankan bidang kajian yang berkaitan dengan mata pelajaran bahasa Inggris.

2. Subjek yang memiliki waktu cukup untuk dimintai keterangan demi kepentingan penelitian.

Apabila dispesifikasi satu persatu dipastikan dapat memberi jawaban atas pertanyaan dari penelitian yang dimaksudkan ini, maka subjek penelitian terdiri atas :

1) Guru Mata Pelajaran Bahasa Inggris

(30)

peneliti mendapatkan informasi mengenai bagaimana kebijakan daerah tentang mata pelajaran bahasa Inggris menjadi mata pelajaran muatan lokal di SDN IV kota Cilegon, bagaimana prosedur kegiatan belajar mengajar mata pelajaran bahasa Inggris, proses pengembangan silabus, proses pengembangan RPP, model dan metode yang digunakan dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris, kendala apa yang dihadapi pada saat kegiatan belajar rnengajar berlangsung serta sistem evaluasi apa yang digunakan dalam menentukan hasil belajar mata pelajaran bahasa Inggris dan hal – hal lain yang masih berkaitan dengan faktor – faktor yang berpengaruh dalam pengembangan mata pelajaran bahasa Inggris di Sekolah Dasar Negeri IV Cilegon.

2) Kepala Sekolah

Kepala sekolah sebagai subjek penunjang informasi diperlukan untuk mengungkap mengenai kebijakan terhadap penyelenggaraan hingga pengembangan dan juga implementasi mata pelajaran bahasa Inggris dilakukan, ketersediaan sarana dan prasarana, model evaluasi yang dikembangkan, jalinan kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan upaya peningkatan kompetensi guru.

3) PKS Kurikulum

(31)

pembelajaran, penggunaan sarana dan fasilitas dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris.

4) Siswa

Siswa merupakan subjek yang secara langsung merasakan implementasi mata pelajaran bahasa Inggris sehingga dianggap penting untuk mengungkapkan mengenai informasi yang berhubungan dengan proses kegiatan belajar mengajar mata pelajaran bahasa Inggris, respon terhadap pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris, tingkat pemahaman terhadap materi yang disampaikan, metode yang dirasa cocok dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Inggris, dan motivasi belajar yang mereka rasakan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data melalui tiga tahapan, yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Ketiga tahapan di atas diharapkan dapat digunakan sebagai teknik untuk menjaring data dan informasi yang diperlukan. Berikut penjelasan mengenai teknik data :

1. Observasi

(32)

Observasi partisipatif dapat dilakukan dengan: 1) partisipatif pasif, 2) partisipatif moderat, 3) partisipatif aktif, dan 4) partisipatif sepenuhnya. Dalam pelaksanaanya penulis mengambil partisipatif pasif karena lebih bersifat sebagai pengamat. Pada kegiatan, penelitian dilakukan secara langsung selama kegiatan belajar mengajar mata pelajaran bahasa Inggris tengah berlangsung. Pengamatan yang dilakukan meliputi: tentang bagaimana guru memulai, menyampaikan dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar mata pelajaran bahasa Inggris. Kegiatan lain yang peneliti lakukan selama pengamatan adalah mengamati penampilan guru, kemampuan menyampaikan materi pelajaran, kesiapan siswa dalam menerima pelajaran bahasa Inggris, hubungan komunikasi antara guru dan murid selama kegiatan belajar mengajar berlangsung dan situasi kelas, cara guru melakukan evaluasi belajar siswa, serta tidak lupa melakukan pengamatan terhadap perangkat kurikulum adalah RPP yang telah dibuat sebelumnya.

2. Wawancara

(33)

jawaban pertanyaan sudah disiapkan peneliti dan 2) Wawancara bebas, yaitu tidak disiapkan jawaban, responden bebas mengemukakan pendapatnya.

Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan secara langsung dengan nara sumber sebagai responden, yakni guru mata pelajaran bahasa Inggris. Wawancara yang dilakukan berjalan alamiah apa adanya, dalam arti tidak ada kekakuan selama prosesnya, dibuat setenang mungkin serta tidak memberikan kesan mendikte dan menunjukkan seorang yang lebih serba tahu. Hal ini dilakukan agar informasi yang diberikan oleh responden adalah benar tanpa ada rekayasa atau manipulasi data.

Oleh karena peneliti merupakan instrumen utama sebagai pengumpul data maka untuk memandu pertanyaan dalam wawancara, sebelumnya peneliti telah mempersiapkan panduan wawancara yang sifatnya dibuat sesimpel mungkin. Awal melakukan wawancara yang kerap dianggap sulit adalah mencocokan waktu peneliti dengan responden utama, karena apa yang akan peneliti lakukan jangan sampai mengganggu kegiatan belajar mengajar dan kenyamanan responden. Oleh karenanya peneliti melakukan konfirmasi intensif saat akan melakukan wawancara dengan responden. Wawancara yang dilakukan di luar jam pelajaran bahasa Inggris, terkadang dilakukan pada saat responden berada di tempat berbeda dengan sebelumnya. Misalnya ketika responden sedang santai beristirahat atau sekedar menikmati minum teh di suatu ruangan. Melakukan konfirmasi terlebih dahulu sebagai salah satu trik penting yang peneliti lakukan.

(34)

semua kegiatan yang tampak dan kejadian-kejadian yang terlihat pada saat sebelum wawancarapun tetap peneliti catat, hal ini dilakukan untuk memperkaya data yang diperoleh peneliti. Adapun alat bantu yang peneliti gunakan dalam wawancara meliputi alat tulis dan alat rekam dan kamera digital yang sengaja telah dipersiapkan oleh peneliti.

3. Dokumen

Untuk menunjang kegiatan observasi dan wawancara dilakukan studi dokumentasi. Penggunaan dokumen menurut Lincoln & Guba ( dalam Rusman: 2008 ) memiliki beberapa kelebihan, yaitu :

(1) dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relatif mudah, (2) merupakan sumber informasi yang mantap, baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan di dalamnya, (3) Dokumen dan Catatan merupakan informasi yang kaya, (4) keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan formal, dan (5) tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non reaktif, tidak memberi reaksi / respon atas perlakuan peneliti. Meskipun istilah dokumen dan catatan seringkali digunakan untuk menunjukkan satu arti, tetapi pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai arti yang berbeda bila ditinjau dari tujuan dari analisis yang digunakan.

(35)

data yang didapat saat melakukan observasi dan wawancara. Data yang terkumpul selama melakukan pengumpulan data diantaranya meliputi data tentang :

- Keadaan tenaga pengajar di sekolah, sarana dan prasarana sekolah, - Keadaan siswa secara umum,

- Keadaan staf tata usaha dalam menunjang kegiatan belajar mengajar, dan - Data hasil belajar siswa. Data ini kemudian disajikan dalam bentuk

tulisan maupun dalam bentuk visual, baik itu berupa rekaman video maupun photo.

D. Tahap Pelaksanaan Lapangan

Tahap pengumpulan data dilapangan meliputi tiga tahapan yakni orientasi, explorasi dan member check.

1. Tahap Orientasi

Pada tahapan ini peneliti berusaha untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik yang sesuai dengan permasalahan penelitian, melakukan pendekatan dengan guru, kepala sekolah dan personil lainnya. Pada tahapan awal ini peneliti tidak banyak berbicara mengenai penelitian tapi lebih banyak menampung masalah.

2. Tahap Explorasi

Pada tahap ini peneliti berusaha untuk:

(36)

b. Melakukan kajian mendalam. Kajian mendalam yang dimaksud mengenai kebijakan yang mendasari diberlakukannya mata pelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal, perencanaan guru dalam mengembangkan silabus dan RPP, implementasi pembelajaran Bahasa Inggris dan evaluasi hasil belajar siswa serta faktor – faktor yang berpengaruh dalam implementasi kurikulum muatan lokal mata pelajaran bahasa Inggris.

c. Observasi kelas. Kegiatan ini difokuskan oleh peneliti untuk memperoleh gambaran keterlaksanaan dalam pengembangan kurikulum yang dilakukan guru dan aspek pengamatan yang lebih memfokuskan pada kegiatan guru dalam mempersiapkan kegiatan belajar yang di dalamnya berhubungan dengan metode dan sumber serta media pembelajaran.

3. Membercheck

Membercheck merupakan kegiatan yang tidak boleh terabaikan. Maksud dari membercheck ini adalah mereduksi seluruh data yang diperoleh selama kegiatan explorasi dalam bentuk laporan, selanjutnya hasil dari laporan diserahkan kepada responden untuk di tinjau kembali.

Maksudnya selama proses pengambilan data, hasil dari temuan oleh peneliti langsung diproses dan menganalisanya dengan cara mereduksi data serta menjaring informasi melalui instrumen pengumpulan data. Selanjutnya data dapat dirangkum dengan lebih terfokus pada masalah penelitian agar jauh lebih sistematis, sehingga pelacakan terhadap data pada waktu tertentu dapat dengan mudah diperoleh kembali.

(37)

( skema, diagram atau tabel ) inilah yang kemudian dinamakan display data penelitian. Hasil dari display data selanjutnya diverifikasi melalui teknik membercheck, yakni pegecekan kembali data yang telah direduksi oleh peneliti kepada responden.

E. Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dilakukan mencakup pencarian data dan informasi melalui hasil wawancara, observasi, catatan lapangan dan bahan lainnya, yang tujuan akhirnya adalah menginformasikan hasil penelitian dalam bentuk laporan agar mudah dipahami oleh orang lain. Adapun kegiatan dalam menganalisis data terdiri atas:

1. Reduksi Data ( data reduction )

Maksud dari mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang diperoleh bila dianggap perlu.

2. Penyajian data ( display data )

(38)

bisa dilakukan dengan uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, matrik, flowchart, network atau sejenisnya.

3. Verifikasi (conclusion drawing)

Verifikasi merupakan kegiatan mempelajari data yang telah direduksi sebelumnya. Setelah melalui berbagai pertimbangan sesuai dengan perkembangan data yang diperoleh di lapangan, maka barulah diperoleh kesimpulan akhir. Untuk keperluan auditing sebaiknya proses analisis dicatat, didokumentasi agar penilai dapat meneliti dan memahami apa yang dilakukan peneliti.

Analisis data dilakukan untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian. Sedangkan data yang dianalisis mencakup :

1. Kebijakan pemerintah daerah yang mendasari diberlakukannya mata pelajaran bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal di SDN IV Cilegon. 2. Perangkat pembelajaran yang dilakukan oleh guru bahasa Inggris di dalamnya

menyangkut tentang pengembangan silabus dan RPP. 3. Pelaksanaan kegiatan belajar mata pelajaran bahasa Inggris.

4. Evaluasi hasil belajar mata pelajaran bahasa Inggris

5. Faktor – faktor yang merupakan pendukung bagi pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris di SDN IV Cilegon.

F. Uji Keabsahan Temuan Penelitian

(39)

terhadap pertanyaan. Terdiri atas empat kriteria yang dijadikan dasar dalam uji keabsahan yakni menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan : kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan komfirmabilitas. Secara jelas adalah sebagai berikut:

1. Credibility ( Derajat Kepercayaan )

Artinya, hasil yang didapat selama penelitian harus dapat dipercaya oleh semua audiens ( pembaca ) secara kritis maupun dari responden dalam posisi sebagai informan. Dalam penelitian ini menjelaskan kegiatan penelitian yang berhubungan dengan Waktu, tempat penelitian, dan triangulasi. Kredibilitas juga berusaha menggambarkan tentang kesesuaian antara konsep peneliti dengan apa yang dikemukakan responden di lapangan. Oleh karenanya peneliti menggunakan teknik triangulasi, di mana peneliti melakukan pengecekan data yang di peroleh dari informan dengan cara membandingkannya dengan sumber lain.

2. Transferability ( Keteralihan )

(40)

3. Dependability ( Keterhandalan )

Keterhandalan akan di uji dengan uji proses dan uji produk proses data, penemuan, interpretasi, rekomendasi dan bukti yang mendukung terhadap data. Sehingga penelitian yang dilakukan adalah pengujian, artinya penelitian dapat diulang atau diprediksi dengan menemukan hasil yang sama.

4. Confirmability ( Penugasan )

(41)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada bagian ini akan dikemukakan simpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian. Simpulan diambil dari hasil – hasil penelitian dan saran ditujukan kepada pihak – pihak internal yang terkait langsung dengan kegiatan penelitian ini dan pihak eksternal sebagai pihak yang dianggap memiliki keterkaitan dengan hasil atau temuan dari penelitian yang telah dilakukan.

A. SIMPULAN

Berdasarkan permasalahan pokok pada penelitian yaitu tentang bagaimana pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris di SDN IV Cilegon dilaksanakan dan sesuai hasil deskripsi, interpretasi dan pembahasan maka dapat penulis sampaikan disini bahwa pokok – pokok temuan yang dihasilkan dari penelitian dilapangan secara keseluruhan dapat dikatakan belum terlaksana dengan maksimal sebagaimana yang diharapkan. Masih terdapat kelemahan – kelemahan ataupun kekurangan – kekurangan yang sifatnya masih memerlukan penanganan dari berbagai pihak.

(42)

yang berkaitan sebagai daya dukung ataupun faktor – faktor yang berpengaruh dan berkenaan dengan itu.

Berdasarkan pada fokus masalah maka dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kebijakan yang mendasari Mata Pelajaran Bahasa Inggris diberlakukan

sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal

Berdasarkan wawancara dan observasi dokumen kurikulum, pemberlakuan mata pelajaran Bahasa Inggris sebagai mata pelajaran muatan lokal di satuan pendidikan ini menurut kepala SDN IV Cilegon adalah telah menjadi mata pelajaran yang secara terpisah dan berdiri sendiri menjadi sebuah mata pelajaran. Lebih lanjut ia menegaskan bahwa kebijakan sementara ini berdasarkan kebijakan yang ia tentukan sendiri tanpa surat keputusan tertulis.

Demikian pula kebijakan tertulis dari pemerintah daerah belum diterima. Ia menentukan kebijakan sendiri secara instruksi, dengan dua alasan : pertama, sesuai himbauan dari wali kota melalui pengawas TK / SD diinformasikan bahwa mata pelajaran bahasa Inggris hendaknya diberikan disemua tingkatan kelas, mulai dari kelas satu sampai dengan kelas enam. Kedua, dikarenakan semua sekolah seluruh kota Cilegon bahasa Inggris telah lama berlaku diberikan. Kebijakan yang berhubungan dengan prihal diatas belum menjadi sesuatu yang diutamakan.

(43)

bahasa Inggris, bukan sekedar nilai plus dalam pembelajaran dan dalam suatu mata pelajaran tertentu.

2. Perencanaan Pembelajaran pada Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Inggris

Silabus merupakan uraian singkat keseluruhan kegiatan pada suatu mata pelajaran yang akan dikuasai siswa sampai akhir satu semester. Silabus dapat dijadikan pedoman pembelajaran untuk satu semester. Rumusan perencanaan pembelajaran berbentuk format silabus dan Rencana Pelaksanaan pembelajaran ( RPP ), dan bahan ajar.

Format pembuatan silabus dan rumusan yang telah disusun di SDN IV Cilegon telah melibatkan semua guru kelas dan guru mata pelajaran. Bentuk format yang dikembangkan telah sesuai dengan rambu – rambu penyusunan silabus. Silabus sebagai acuan pengembangan RPP telah dilakukan guru NH sebagai guru mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris yang juga telah memuat delapan pokok, yaitu : identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

(44)

Mengenai guru NH pada penyusunan silabus masih terdapat beberapa hal yang merupakan kekurangannya. Kekurangan yang dimaksud antara lain: isi silabus yang tersusun masih persis sama dengan isi silabus yang ia dapatkan dari contoh model diknas pusat Jakarta. Karena itu telah berdampak kurang menguntungkan bagi siswa dalam pembelajaran dikelas. Proses kegiatan dengan menggunakan silabus berbasis kota Jakarta menampakan keterasingan dengan

lingkungan terdekat siswa karena perbedaan karakteristik daerah Cilegon. Kota

Jakarta lebih kental dengan kesibukan yang metropolis sedangkan karakteristik

dan kebutuhan daerah Cilegon lebih berorientasi kepada kebutuhan berbahasa

Inggris dalam mempersiapkan kepentingan bahasa dengan obyektivitas kearah

prospek industri dan pariwisata.

Pengembangan RPP guru NH telah mengikuti prinsip – prinsip yang telah ditetapkan memenuhi beberapa unsur, yakni : identitas dan program, standar kompetensi, kompetensi dasar, tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pembelajaran, langkah pembelajaran, alat dan sumber belajar dan penilaian, maka apa yang dilakukan oleh guru NH secara prosedural sudah cukup dan dianggap sudah benar dalam penyusunannya.

(45)

tepatan antara tujuan indikator kompetensi hasil belajar dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Belum mengikuti kegiatan pembelajaran versi model baru, yaitu adanya tambahan. Tambahan yang dimaksud yaitu pada Kegiatan Inti terdapat tahapan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Tahapan-tahapan tersebut akan dapat pula menentukan arah pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran secara kontekstual di lingkungan siswa SDN IV

Cilegon belum pula tergambar masuk dalam rencana pelaksanaan pembelajaran

didalam RPP. Analisa lain perlu dilakukan untuk mencari kesesuaian baik dari

unsur topik ataupun bentuk – bentuk penyempurnaan lain dari pada visi dan misi

sekolah, perkembangan daerah, perkembangan iptek ( ilmu pengetahuan dan

teknologi ) sekaligus unsur imtaq ( keimanan dan ketaqwaan ) daerah, kebijakan

– kebijakan yang berkaitan dengan daerah setempat.

3. Pelaksanaan Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa Inggris

(46)

Dalam penyajian materi guru NH menggunakan beberapa metode diantaranya: metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Metode ceramah digunakan pada saat penyajian materi yang bersifat teoritis. Sedangkan metode lain digunakan pada penyajian materi yang bersifat aplikatif seperti latihan dan membuat kalimat sederhana. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran bahasa Inggris belum kepada tatanan pembelajaran yang mengarah kepada kompetensi dan keberanian sikap dalam penuturan bahasa secara langsung dan spontanitas praktis berbahasa Inggris siswa. Sebagaimana pula yang terdapat pada rambu – rambu penyusunan KTSP untuk muatan lokal.

(47)

4. Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi Hasil Belajar merupakan tujuan utama dari pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat diketahui ketercapaian kompetensi hasil belajar siswa. Hasil pengamatan peneliti diperoleh hasil simpulan evaluasi yang dilakukan guru, antara lain:

Pertama, guru masih mengutamakan penilaian terhadap domain kognitif. Baik itu dalam bentuk tertulis maupun lisan. Meski demikian guru NH masih

melakukan penilaian segi domain psikomotor untuk melatih pelafalan kata ( Vocabulary ).

Kedua, dalam melakukan evaluasi hasil belajar, terlihat guru belum terbiasa dengan administrasi yang rapi dan dokumentasi kurang lengkap. Membawa pengaruh pada kriteria penilaian yang dapat mengukur kompetensi siswa.

Guru NH belum memahami tujuan evaluasi sebagai feedback juga bagi perbaikan pembelajaran yang ia ciptakan untuk kemudian mengubah atau lebih menyesuaikan strategi, metode, pendekatan, dan materi berdasarkan kebutuhan siswa dengan obyektivitas lingkungannya.

5. Faktor – faktor yang Berpengaruh dalam Pengembangan Kurikulum Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Inggris

(48)

dalam pelaksanaan program – program sekolah sebagai upaya dalam merealisasikan visi dan misi, demikian pula khususnya dalam pelaksanaan kurikulum muatan lokal bahasa Inggris.

B. REKOMENDASI

Berkaitan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan maka beberapa rekomendasi perlu peneliti sampaikan kepada berbagai pihak. Pihak – pihak tersebut antara lain :

Guru Mata Pelajaran Muatan Lokal Bahasa Inggris

(49)

Kepala Sekolah

Dalam peranannya sebagai kepala yang dapat secara intensif memungkinkan dapat memberi arahan dan informasi sehingga membantu kesulitan guru muatan lokal selanjutnya dapat mengikutsertakan diklat, workshop, dan kegiatan sejenisnya sebagai peningkatan profesi guru muatan lokal. Memantau dan melakukan supervisi sehingga dapat diketahui kebutuhan akan bimbingan apa yang perlu diberikan berdasarkan kebutuhan tentang bagaimana pengembangan kurikulum mata palajaran muatan lokal Bahasa Inggris di SDN IV Cilegon.

Bagi Diknas Kota Cilegon

(50)

Bagi Pengawas

Agar memperhitungkan kembali pentingnya peranan guru mata pelajaran muatan lokal bahasa Inggris sehingga dapat diberikan bahan masukan bagi perkembangan profesinya sebagai guru yang dapat membekali kompetensi bagi peserta didik sebagai bagian dari masyarakat dalam pemenuhan kepentingan pembangunan daerah.

Terkhusus bahwa pengawas agar lebih fokus pada kegiatan yang dapat memberi bimbingan kepada guru tentang pembelajaran bahasa Inggris yang bagaimana sekiranya dapat menyentuh kepada kontekstual berdasarkan karakteristik daerah dan juga perkembangan individu siswa.

Bagi Peneliti Lain

(51)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. (2000). Persfektif Pendidikan Bahasa Inggris di Indonesia Dalam Konteks Persaingan Global. Bandung: CV Andira.

Brown, H.D. (2004). Language Assesment, Principles and Classroom Practice. New York: Longman.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan KTSP Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP

Cameron, L. (2003). Teaching Languages to Young Learners. Cambridge: Cambridge University Press.

Chee, C. ( 2008 ). Exploring Professional Development for Educators. Canada: Cengage Learning Asia

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Standar Nasional Penddikan. Jakarta: PP No. 19 Tahun 2005.

Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Model Pembelajaran, Bahan Ajar, dan Penilaian Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Jakarta: Depdiknas

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Kompetensi Kelulusan. Jakarta: Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.

Departemen Pendidikan Nasional. (2006). Standar Isi. Jakarta: Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006.

Hamalik, O. (2000). Model – Model Pengembangan Kurikulum. Diktat. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Hamalik, O. (2006). Manajemen Implementasi Kurikulum. Bandung. PPS UPI Hamalik, O. (2007). Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : Rosdakarya Hamalik, O. (2008). Dasar – Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : Rosdakarya

Harcleroad, Wilson, J. ( 1977 ). Av Instruction - Technology, Media and Methods. USA ( United States of Amerika ): McGraw-Hill, lnc

Hurlock, E. ( 1980 ). Developmental Psychology, A Life- Span Approuch, Fifth Edition. McGraw-Hill, inc

(52)

http://www.unesco.org

http://alkalam25.files.wordpress.com

Iskandarwasid dan Sunendar, D. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Kusumargono, R.S. (2008). Efektivitas Pembelajaran Permainan Berbasis Komputer Dalam Meningkatkan Kosakata Bahasa Inggris. Tesis pada Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: Tidak diterbitkan.

Mahfuddin, A. (2008). Konsep Kurikulum dan Pembelajaran. Diktat. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Mahfuddin, A. (2010). Model Implementasi Kurikulum. Diktat. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia

Miller, Jhon and Wayne Seller. (1985). Curriculum Perspective and Practise. USA: Longman. Moleong, L. J. ( 2006 ). Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Rosdakarya Mulyasa. ( 2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya.

Mulyasa. ( 2006). Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosdakarya

Mulyasa. ( 2008). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosdakarya Nasution, S. (1993). Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Nunan, David. (1989). Designing Task for The Communication Language Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.

Oliva, Peter F. (1988). Developing Curriculum, A Guide to Problems, Principles, and Process. New York: Harper & Publisher.

Ornstein. Allan C & Hunkin, F.P. (1988). Curriculum Foundation, Principle, and Issues. Boston: Allyn and Bacon. Pietrefosa, J.F. 1971. The Outentic Concellor. Chicago: Rand Mc Nally Collage.

Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.

Prawiradilaga, D.S. ( 2008 ). Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana Prenada Group

(53)

Rumli. ( 2004 ). Pengembangan Kurikulum Muatan Lokal Sekolah Dasar Di Pemerintahan Kota Tanjung Pinang Propinsi Kepulauan Riau. Tesis. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan

Rusman. (2008). Manajemen Kurikulum Sekolah Bermutu . Bandung: Rajawali Pers

Sagala, S. ( 2008 ). Konsep dan Makna Pembelajaran, Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar Mengajar. Bandung: Alfabeta

Sanjaya, W. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan KTSP. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Slavin, R. ( 2009 ). Educational Psychology, Theory and Practice. USA ( United States of Amerika ): Merril Pearson Education, lnc

Supriyadi, D. ( 2004 ). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Sugiyono. ( 2009 ). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Sugito. ( 2008 ). Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup Di SMKN 11 Bandung. Tesis. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan

Sudjana, N. (1998). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah Tesis. Bandung: Sinar Baru Sudjana, N. (1989). Penilaian Hasil Belajar PBM. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sukmadinata, N. S. (2004). Penelitian dalam Pendidikan, Kurikulum dan Pembelajaran. Diktat Program Pasca Sarjana. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia

Sukmadinata, N. S. (2008). Pengembangan Kurikulum . Bandung: Remaja Rosdakarya Sukmadinata, N. S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan . Bandung: Remaja Rosdakarya Thornbury, Scott (2005). How to Teach Speaking. England: Longman

Tyler, R. W. ( 1949 ). Basic Prinsiples of Curriculum and Instruction. Chicago London: The University of Chicago Press

Undang-Undang RI. No. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS ( Sistem Pendidkan Nasional ). Jakarta: Eka Jaya

Undang – undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Tersedia di http://www. kabarindonesia.blogspot.com

Wijaya, M. (2007). Kurikulum Yang Mencerdaskan Visi 2030. Jakarta: Buku Kompas

Yamin, M. ( 2009 ). Profesionalisasi Guru & Implementasi KTSP. Jakarta : Gaung Persada Press

Gambar

Tabel    4.1 Data Inisialisasi Responden 1 ............………………............................

Referensi

Dokumen terkait

Terkait dengan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan mengetahui kondisi optimum yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi minyak biji kopi dengan

Enam dari sepuluh partai terbesar dalam parlemen nasional sekarang ini adalah Islamis dan empat lainya sekuler (lihat tabel 3.) Pembelahan yang sangat jelas yang membentuk

Walaupun masih terdapat anak yang belum berkembang, namun dapat dikatakan bahwa penelitian yang dilakukan berhasil, karena guru telah dapat memperbaiki proses pembelajaran

[r]

biologis dari deterjen ion negatip komersial di dalam sistem proses pengolahan biologis kontinyu yang diisi dengan karbon aktif biologis (BAC), yang disiapkan dengan cara

[r]

Perang Koalisi ini terjadi di benua Eropa tetapi juga dibeberapa tempat dibenua lainya dan merupakan kelanjutan dari yang dipicu oleh Revolusi Perancis ditahun

Berperannya ilmu Kimia dalam berbagai bidang merupakan perwujudan dari hasil penelitian yang terus dilakukan oleh para peneliti untuk menghasilkan bahan atau barang yang lebih baik