PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI LOOP PADA JARINGAN
TEGANGAN RENDAH 220 / 380V
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Pendidikan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektro
Disusun oleh :
Rd Nassera Herdangga Pardan [1002896]
PROGRAM S1 TEKNIK ELEKTRO JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
“PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI LOOP PADA JARINGAN
TEGANGAN RENDAH 220 / 380V”
Oleh :
Rd Nassera Herdangga Pardan NIM: 1002896
Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1, Dosen Pembimbing 2
Ir. Chris Timotius K.K., M.M Drs. Elih Mulyana, M.Si
NIP. 19510630 198203 1 001 NIP. 19640417 1999202 1 001
Mengetahui,
Ketua TPS,
Jurusan Pendidikan Teknik Elektro
Halaman Hak Cipta
PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI LOOP PADA
JARINGAN TEGANGAN RENDAH 220 / 380 V
Oleh
Rd Nassera Herdangga Pardan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Rd Nassera Herdangga Pardan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
i
Abstrak
Sistem distribusi jaringan tegangan rendah adalah bagian dari sistem tenaga listrik yang berada di antara sumber daya listrik dan pemakai tenaga listrik (konsumen). Dengan pertambahan jumlah penduduk memaksakan jaringan tegangan rendah yang semakin handal guna menyediakan sumber listrik yang optimal. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi angka losses daya pada distribusi jaringan tegangan rendah. Penelitian ini mengusulkan optimasi serta kehandalan dalam perancangan jaringan tegangan rendah dengan menggunakan kabel tanah berjenis NYFGbY serta mengaplikasikan sistem jaringan loop (melingkar). Hasil penelitian menunjukan losses daya hanya sebesar 62,93 W dari kapasitas daya trafo sebesar 315 kVA. Hasil ini lebih baik jika dibandingkan dengan sistem jaringan yang sudah ada sebelumnya.
Kata Kunci: Distribusi sekunder, Kapasitas trafo, Sistem loop
Abstract
Low voltage network distribution system is part of a power system that sits between the power source and power users (consumers). With the number of people who impose low voltage network in order to provide a more reliable power source is optimal. One way is to reduce the power losses in the low voltage distribution network. This study proposes optimization and reliability in the design of low voltage network using ground cable NYFGbY manifold and apply loop network system (circular). The results showed the power losses only amounted to 62.93 W of power transformer capacity of 315 kVA. This result is better than the system previously existing network.
iv
1.5Metodologi Pengumpulan Data . ... 2
1.6Sistematika Penulisan . ... 3
2.7 Penentuan Kabel Penghantar ... 40
v
2.9 Pelacakan Lokasi Gangguan ... 47
BAB III METODE & DATA PENELITIAN ... 49
3.1Distribusi Jaringan Tegangan Rendah ... 49
3.2Penyaluran Jaringan Tegangan Rendah ... 49
3.3Pekerjaan Sebelum Pemasangan Kabel ... 51
3.4Pemasangan Kabel NYFGbY ... 54
3.5Penanganan Kabel ... 55
3.6Patok Peringatan ... 56
3.7Data Lapangan ... 56
3.8Perancangan Diagram Alir (flowchart)... 57
BAB IV PERANCANGAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH 220/380V ... 59
4.1Merancang Jaringan Distribusi ... 59
4.2Menentukan Penghantar ... 60
4.3Menentukan Kapasitas Transformator ... 63
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1Kesimpulan ... 64
5.2Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 65
vi
Gambar 2.5 Struktur Distribusi Spindel ... 10
Gambar 2.6 Diagram Satu Garis Gardu Cantol ... 12
Gambar 2.7 Diagram Satu Garis Gardu Portal ... 13
Gambar 2.8 Diagram Satu Garis Pada Gardu Tembok ... 13
Gambar 2.9 Kabel Netral Konsentris ... 15
Gambar 2.10 Bagian Utama dari kabel ... 19
Gambar 2.11 Bagian Pelengkap dari Kabel ... 19
Gambar 2.12 Kabel NYFGbY ... 21
Gambar 2.13 Kabel NYY ... 21
Gambar 2.14 Kontruksi Kabel Ikat ... 23
Gambar 2.15 Kontruksi Kabel H ... 24
Gambar 2.16 Kabel Sintensis Inti Tunggal ... 24
Gambar 2.17 Kabel Sintensis Inti Tiga ... 25
Gambar 2.18 Kabel Minyak Bentuk Bulat ... 26
Gambar 2.19 Kabel Minyak Datar ... 26
Gambar 2.20 Kabel Minyak Dengan Saluran Minyak ... 26
Gambar 2.21 Kabel Minyak Dengan Tahanan ... 26
Gambar 2.22 Jenis Kabel S.L dan S.A ... 27
Gambar 2.23 Teknik Pemasangan Kabel Bawah Tanah Pada Ruangan Saluran Kabel ... 30
Gambar 2.24 Kontruksi Penarikan Kabel Tanah ... 31
vii
Gambar 2.26 Pemasangan Kabel Tanah Pada Jembatan Beton ... 34
Gambar 2.27 Kontruksi Penanaman Kabel Tanah Dengan Kabel Telekomunikasi Dan Kabel Listrik ... 34
Gambar 2.28 Kontruksi Penanaman Kabel Tanah Dibawah Rel Kereta Api ... 35
Gambar 2.29 Kontruksi Penanaman Kabel Tanah Dibawah Jalan Raya ... 35
Gambar 2.30 Kontruksi Penanaman Kabel Tanah Melintasi Jalan Raya ... 36
Gambar 2.31 Kontruksi Lintasan Kabel Tanah Diatas Sungai ... 37
Gambar 2.32 Kontruksi Kabel Tanah Menyebrangi Pipa Atau Kabel ... 37
Gambar 2.33 Kontruksi Penyambungan Secara Simplex Pulling Grip ... 38
Gambar 2.34 Kontruksi Penyambungan Secara Duplex Pulling Grip ... 38
Gambar 2.35 Terminasi Kabel Bawah Tanah Pada Tiang Opstijg Cable ... 39
Gambar 2.37 Terminasi Kabel NA2XSEFGbY ... 39
Gambar 2.38 Indikator Gangguan ... 48
Gambar 2.39 Gambar Keluaran Alat GPR ... 46
Gambar 2.40 Hasil Akuisisi Data Alat GPR ... 47
Gambar 2.41 Alat Pelacak Gangguan kabel Tanah... 47
Gambar 3.1 Perlindungan Mekanis Beton ... 52
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbandingan antara SUTM dan SKTM ... 11 Tabel 2.2 Karakteristik Bahan Isolasi ... 29 Tabel 2.3 KHA terus menerus untuk kabel tanah berinti tunggal, dua, tiga, dan empat penghantar tembaga, berisolasi dan berselubung PVC, dipasang
pada sistem arus AC tiga fasa dengan tegangan nominal 0,6 / KV (1,2 KV)
pada suhu keliling ... 41
Tabel 3.1 Lebar Galian ... 53 Tabel 4.1 Pembagian Grup Papan Hubung Bagi ... 59 Tabel 4.2 Daya Beban Maksimum Dan Arus Beban Maksimum Pada Loop 1 ... 62
Tabel 4.3 Daya Beban Maksimum Dan Arus Beban Maksimum Pada Loop 2 ... 62
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Layout Saluran Kabel Tanah Rendah Lampiran 2 One line diagram panel MDP
Lampiran 3 One line diagram Panel Hubung Bagi Lampiran 4 One line diagram sirkuit A1 & A2 Lampiran 5 One line diagram sirkuit A3 & A4 Lampiran 6 Daftar Pekerjaan Elektrikal
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Distribusi energi listrik yang berawal dari pembangkit dan diakhiri dengan
penggunaan oleh konsumen haruslah bersifat efektif, efisien dan dapat
diandalkan. Melihat dari kriteria tersebut maka dalam pembangkitan energi listrik
serta distribusi energi listrik haruslah dilakukan secara rasional dan ekonomis.
Jaringan listrik merupakan hal yang penting dalam sistem tenaga listrik
karena jaringan listrik bertindak sebagai sistem distribusi energi listrik. Dalam
pendistribusian energi listrik akan terjadi beberapa penghambatan yang dapat
mengurangi daya listrik yang dihantarkan. Satu diantaranya seperti losses daya
yang terjadi pada penghantar. Losses daya pada dasarnya disebabkan oleh tahanan
jenis pada penghantar yang memiliki nilai hambat yang cukup besar. Biasanya hal
tersebut disebabkan oleh pemilihan penghantar yang kurang tepat dan masalah ini
akan terus membengkak seiring dengan semakin bertambahnya jumlah kebutuhan
pemakaian listrik.
Sistem distribusi tegangan rendah adalah bagian dari sistem distribusi
tenaga listrik yang terletak diantara gardu distribusi dan konsumen. Dalam sistem
distribusi diperlukan sistem penurun tegangan dan mendistribusikan energi listrik
kepada konsumen. Untuk itulah digunakan transformator yang pada umumnya
trafo terdiri dari satu inti dan dua kumparan. Peran trafo pada sistem distribusi
sangat pada penggunaan beban, semakin besar beban yang digunakan maka
semakin besar pula kapasitas trafo yang diperlukan.
Melihat dari permasalahan yang terjadi maka penulis akan membuat
perencanaan jaringan tegangan rendah hingga ke konsumen. Dengan mencoba
mengaplikasikan sistem jaringan loop yang biasanya hanya ada di jaringan
tegangan menengah. Dengan mengacu pada permasalahan ini maka penulis akan
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah dapat
dimunculkan sebagai berikut :
1. Bagaimana perancangan jaringan tegangan rendah menggunakan sistem
distribusi loop?
2. Bagaimana cara menentukan penghantar jaringan yang akan digunakan?
3. Bagaimana menghitung kapasitas trafo daya yang akan digunakan?
1.3 BATASAN MASALAH
Pada skripsi ini penulis menitik beratkan masalah pada perancangan
jaringan tegangan rendah dan pemilihan material yang akan digunakan,
permasalahan yang akan dibahas pada skripsi ini dibatasi pada hal - hal :
1. Sistem jaringan SKTR.
2. Komponen yang digunakan pada SKTR.
1.4 TUJUAN PENULISAN
Tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah :
1. Dapat merancang distribusi energi listrik dengan menggunakan SKTR
sistem loop.
2. Mengetahui komponen yang diperlukan untuk membuat jaringan SKTR
dengan pola distribusi sistem loop.
3. Mengetahui kapasitas daya yang diperlukan.
1.5 METODE PENGUMPULAN DATA
2. Wawancara, yaitu mengadakan diskusi dan tanya jawab dengan teknisi
lapangan, pembimbing dan orang – orang yang berkompeten dibidangnya.
3. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari dokumen – dokumen yang diberikan oleh pembimbing juga
ditambah dengan mempelajari buku – buku yang memiliki keterikatan
dengan permasalahan yang dibahas.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penyusunan dan penulisan tugas akhir ini, penulis akan
mengaplikasikan sistematikan penulisan tugas akhir sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini meliputi hal – hal yang melatar belakangi pemilihan judul,
tujuan dari pemilihan topik serta batasan masalah yang akan diangkat ditambah
dengan metode dan sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini membahas mengenai teori dasar sistem distribusi listrik
serta komponen - komponen yang digunakan pada jaringan listrik
BAB III METODE DAN DATA PENELITIAN
Dalam bab ini akan membahas mengenai metode perancangan jaringan
SKTR menggunakan sistem distribusi loop dan menghitung kapasitas
transformator.
BAB IV PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI SKTR POLA LOOP
Dalam bab ini berisikan perhitungan perencanaan jaringan tegangan
rendah menggunakan sistem loop, menentukan jenis penghantar dan perhitungan
kapasitas trafo yang digunakan.
BAB III
METODE & DATA PENELITIAN
3.1 Distribusi Jaringan Tegangan Rendah
Pada dasarnya memilih kontruksi jaringan diharapkan memiliki harga
yang efisien dan handal. Distribusi jaringan tegangan rendah dapat dibedakan
berdasarkan atas material dan cara pemasangannya, berikut penjelasannya :
a. Saluran udara tegangan rendah (SUTR) berupa jaringan yang
dipasang di udara, menggunakan penghantar / kawat yang
direntangkan di tiang dan diikat pada isolator.
b. Saluran kabel udara tegangan rendah (SKUTR) berupa jaringan
yang dipasang di udara menggunakan kabel berisolasi dipilin,
direntang dan digantung pada tiang.
c. Saluran kabel tegangan rendah (SKTR) berupa jaringan yang
dipasang di dalam tanah.
Untuk saluran udara saat ini lebih sering menggunakan SKUTR karena
tingkat keamanannya lebih baik dibanding SUTR. Namun SKTR memiliki tingkat
keandalan yang paling tinggi dibandingkan dengan saluran udara.
3.2 Penyaluran Jaringan Tegangan Rendah
Jaringan tegangan rendah digunakan untuk menyalurkan daya listrik ke
pelanggan dengan tegangan 380/220V, tergantung pada jenis kebutuhan
pelanggan. Dalam merancang SKTR sebuah komplek perumahan hal utama yang
50
Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013 a. Merancang saluran JTR
- Pembagian area beban
- Merancang lintasan kabel
b. Menentukan jenis penghantar
- Hitung arus beban Maksimum yang akan mengalir dengan
menggunakan rumus :
√
- Tentukan penghantar dengan memperhatikan Arus beban
maksimum (pada tabel KHA) sesuai dengan PUIL 2000
- Penghantar yang digunakan untuk instalasi listrik pada
umumnya digunakan bahan tembaga kemurniannya minimal
99,9%. Tahanan jenis yang disyaratkan tidak melebihi
0,017241 ohm pada suhu .(Sumber: Badan
Standarisasi Nasional)
- Hitung losses pada penghantar
Dimana :
I = Arus (A)
R = Resistansi penghantar (ohm/Km)
- Mencari nilai R
c. Menentukan kapasitas transformator
Kapasitas Transformator
3.3 Pekerjaan Sebelum Pemasangan Kabel
Sebelum pelaksanaan penanaman kabel terlebih dahulu dilakukan hal – hal
berikut ini, yaitu :
a. Penentuan lintasan kabel
Kabel ditanam pada tanah yang sudah dibebaskan (milik kontraktor),
dibawah trotoar atau di jalan.
Posisi peletakkan haspel dan alat penarik kabel.
Kondisi trafik lalu lintas, prioritaskan pada jalan yang tidak macet. Kondisi ruang kerja dan kemudahan bagi lalu lintas petugas dan
material.
Kemudahan pemasangan alat bantu penarikan kabel. Kemampuan alat penarik kabel (Winching Equipment).
b. Faktor keselamatan kerja yang perlu diperhatikan :
Pasang rambu - rambu lalu lintas yang diperlukan untuk
melindungi lokasi kerja dari gangguan kendaraan.
Gunakan pakaian dan perkakas kerja yang sesuai termasuk helm
selama bekerja.
Untuk pekerjaan di manhole, periksa manhole tersebut terhadap
52
Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013
Gunakan lampu penerangan bila kondisi didalam manhole gelap,
perhatikan kabel listrik yang mencatu lampu tersebut agar tidak
terinjak atau kena stroom.
Jaga komunikasi antar petugas instalasi dengan bantuan handy
talkie atau sarana lain pada saat penarikan kabel.
Haspel yang telah terpakai maupun yang masih berisi kabel harus
diamankan agar tidak menggelinding.
Atur parkir kendaraan agar asapnya tidak masuk ke
dalam manhole.
c. Pekerjaan galian
Sebagai patokan dasar peletakan kabel dibawah tanah, sesuai dengan
ketentuan PUIL 2000 pasal 7.15
Penggalian hingga 0.8m dibawah permukaan tanah pada jalan
yang dilalui kendaraan.
Penggalian hingga 0.6m dibawah permukaan tanah yang tidak
dilalui kendaraan.
Bilamana kedalaman peletakan kabel karena sesuatu tidak
memungkinkan misalnya sudah ada kabel 20kV atau pipa air pada
kedalaman yang diinginkan maka akan ditambahkan perlindungan
mekanisme tambahan.
Untuk kedalaman batas antara 30 – 60cm ditambahkan mekanisme
Gambar 3.1 Perlindungan Mekanis Beton (Sumber: Rizki, 2008)
Lebar galian sekurang – kurang nya harus 0,4m namun lebar
sebenarnya harus disesuaikan dengan banyaknya kabel yang akan
diletakan didalam galian.
Tabel 3.1 Lebar Galian Jumlah kabel Lebar galian
1 & 2
3
4
5
6
-
-
n
0.4 m
0.6 m
0.8 m
1 m
1.2 m
-
-
54
Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013
i. Pada tipe jalan utama lebih baik dilakukan dengan cara mengebor.
ii. Pada tipe jalan kecil dilakukan dengan cara menggali.
Permukaan jalan yang akan digali terlebih dahulu harus diberi tanda
menggunakan kapur apabila permukaannya sudah diratakan dan bila
permukaannya tidak rata maka diberi tanda dengan menggunakan pasak
dan tali. Lapisan permukaannya dikupas secara hati – hati dan
dibersihkan apabila permukaan jalan tersebut berjenis aspal, hotmix,
atau semen. Lapisan dipindahkan sementara dengan hati – hati apabila
permukaan tersebut berjenis trotoar, batu beton, bata, atau ubin.
Bilamana keadaan tanah itu labil / mudah bergerak maka untuk
mengatasi terjadinya longsor akibat dari pekerjaan galian maka perlu
diupayakan memasang papan untuk menopang tepi galian. Penggalian
yang harus melewati sebuah jaringan dengan jarak kurang dari 20cm,
maka penggalian tersebut harus diturunkan secara miring sehingga
kabelnya tidak melengkung melebihi batas.
3.4 Pemasangan Kabel NYFGbY
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan kabel tanah NYFGbY
adalah bagaimana cara kabel tersebut dipasang dan dengan keamanan yang
terjamin agar pada kabel tersebut bisa dipergunakan dengan waktu yang lama dan
tidak menimbulkan kerugian pada konsumen kabel tersebut. Untuk pekerjaan
pemasangan kabel harus memperhatikan beberapa hal, antara lain :
3.4.1 PERALATAN KERJA
Peralatan kerja sangat mendukung pada faktor keamanan dan keselamatan.
maka kabel tidak akan terluka dan menjadikan kabel itu tahan lama, karena
pelindung kabel tersebut tidak terganggu maka kabel tidak kemasukan oleh cairan
/ benda asing lain yang bersifat akan merusak isolasi kabel.
Peralatan yang dipergunakan dalam penggelaran kabel yaitu dongkrak
kabel / anghan, rol kabel dan peralatan bantu lain agar kabel tidak tergores pada
benda keras yang menyebabkan rusaknya isolasi kabel dan susunan dalam kabel
pada saat dilakukannya penggelaran kabel.
3.4.2 MATERIAL
Disamping peralatan yang baik perlu juga diperhatikan pelengkap untuk
keselamatan kabel itu sendiri. Material disini adalah untuk bertujuan untuk
menghindari benturan mekanik. Sebagai contoh : pemasangan kabel tanah yang
dilakukan di jalan raya akan membutuhkan banyak pelindung untuk melindungi
benturan yang terjadi.
Material tersebut antara lain :
a. Pasir urug, fungsinya adalah melindungi secara langsung pada
permukaan kabel.
b. Batu pelindung kabel, berfungsi sebagai penutup kabel dan disimpan
diatas pasir dengan maksud sebagai pelindung mekanik dan juga
sebagai tanda bahwa dibawahnya ada kabel tanah supaya agar lebih
berhati – hati jika ada pekerjaan lain jangan sampai mengenai kabel.
c. Label timah, berfungsi untuk memberi tanda pada kabel sesuai dengan
jurusan atau tujuan kabel, atau dari mana asal kabel tersebut dialiri
56
Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013
d. PVC / pipa galvanis, berfungsi untuk melindungi kabel dari tekanan
mekanik pada daerah dimana kabel crossing jalan dan yang dianggap
perlu perlindungan.
e. Jembatan kabel, berfungsi untuk melindungi kabel pada daerah dimana
kabel tersebut melintasi sungai atau selokan.
Selain material tersebut perlu diperhatikan pula pengurungan kembali galian
yang dipasang kabel tersebut tidak ada benda tajam atau pun benda keras yang
tertimbung dan menyebabkan benturan pada kabel.
3.4.3 PENGURUNGAN KEMBALI
Proses pengurungan kabel diawali dengan kabel yang sudah ditanam
diurug dengan pasir kurang lebih hingga 0,1 meter dengan terlebih dahulu pada
dasar kabel diberi pasir dengan ketebalan hingga 0,1meter. Kemudian diatas
urugan pasir diberi batu pengaman dengan ukuran tertentu. Setelah itu ditimbun
dengan tanah urug yang sudah dipadatkan. Bahan – bahan yang berlebihan harus
disingkirkan segera setelah pengurugan tersebut, lokasi pekerjaan harus
dibersihkan selambat – lambatnya 1 hari setelah pekerjaan selesai termasuk
pekerjaan pengukuran permukaan jalan.
3.5 Penanganan Kabel
Pengangkutan dan penanganan haspel kabel adalah sebagai berikut :
a. Untuk pengangkutan kabel lebih dari satu haspel dari gudang PLN
ke gudang proyek pada periode waktu bersamaan harus dengan
truk dalam keadaan terikat dan diberi ganjal untuk menghindari
kabel menggelinding.
b. Pengangkutan dengan menggunakan trailer kabel yang dapat
c. Jika jarak pemindahan kabel tersebut pendek (s/d 20m) maka
haspel dapat digelindingkan dengan tangan yang arah
menggelindingnya sama dengan arah panah yang terletak pada
haspel.
d. Jika berlawanan dengan arah panah, lilitan kabel akan mengendor
hingga ada kemungkinan akan saling melilit sehingga akan
merusak kabel tersebut.
e. Jalan yang akan dilalui haspel yang digelindingkan harus
dibersihkan dan terbebas dari gangguan.
f. Jika tanahnya lembek harus dilapisi dengan plat besi agar
memudahkan jalur penggelindingan haspel.
g. Untuk panjang kabel kurang dari 25m dapat diangkut tanpa haspel
h. Dilarang menjatuhkan kabel dari atas truk.
i. Peletakan haspel tidak boleh mengganggu kelancaran arus lalu
lintas jalan.
3.6 Patok Peringatan
Untuk kawasan pemukiman maupun pada trotoar jalan, tanda peringatan
perlu ditanamkan dan terpasang setiap 100m. Untuk daerah berkembang perlu
dipasang dengan ketinggian 20 cm diatas permukaan tanah.
3.7 Data Lapangan
Sebuah komplek perumahan Matahari memiliki luas area sebesar
67.000 . Direncanakan akan dibangun rumah sebanyak 237 unit dengan
menggunakan tipe rumah T 42. Pada perumahan ini setiap rumah direncanakan
58
Rd Naserra Herdangga Pardan, 2013
3.8 Perancangan Diagram Alir (flowchart)
Flowchart merupakan bagan yang memperlihatkan urutan dan hubungan
antar proses beserta instruksinya. Gambaran ini dinyatakan dengan simbol, setiap
simbol menggambarkan proses tertentu.
Gambar 3.2 Flowchart Perencanaan Mulai
Survei Lapangan & pengumpulan data
Perancangan Rute Kabel SKTR
Menentukan Jenis Penghantar
Menentukan Kapasitas Transformator
Kualifikasi
Lolos
Akhir
Gagal
Flowchart ini menjelaskan secara singkat langkah dari perencanaan SKTR.
Diawali dengan survey lapangan secara langsung dan mulai mengumpulkan data
yang diperlukan. Setalah melakukan survey dan pengumpulan data, langkah
selanjutnya adalah merancang jaringan SKTR sistem loop yang akan akan
dipasang. Setelah perancangan jaringan selesai, langkah selanjutnya adalah
menentukan penghantar yang akan digunakan untuk jaringan SKTR sistem loop.
Dan langkah terakhir adalah menentukan kapasitas transformator yang akan
digunakan. Setela semua selesai dikerjakan dan lolos kualifikasi maka pelaksanan
pun dapat segera dikerjakan. Jika mengalami perhitungan yang kurang tepat maka
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil karya tulis ini penulis mendapat beberapa
kesimpulan yang dapat diutarakan, yaitu:
1. Untuk perumahan seluas 67.000 dan dengan jumlah rumah
sebanyak 237 unit memerlukan kapasitas daya listrik sebesar 308,2
kVA sehingga untuk memenuhi kapasitas daya yang diperlukan
digunakanlah transformator berkapasitas 315 kVA.
2. Panjang jaringan penghantar kabel seluas 1730 meter. Dengan
menggunakan penghantar kabel saluran bawah tanah (SKTR) berjenis
NYFGbY 4x70mm dan NYFGbY 4x70mm, dimana pemilihan
penghantar dihitung berdasarkan arus beban maksimum yang dapat
dialiri dan losses pada penghantar. Losses pada jaringan SKTR sebesar
63,09 W dengan losses terbesar terjadi pada sirkuit A3 sebesar 16,55
W dan arus beban maksimum sebesar 126,41 A.
3. Dengan menerapkan SKTR pola loop pada disiribusi tegangan rendah
kita dapat meminimalisir losses daya dan menstabilkan kontinuitas
distribusi listrik dengan baik.
5.2 Saran
1. Sebaiknya sistem jaringan tegangan rendah lebih banyak
menggunakan sistem SKTR dengan pola loop.
2. Lebih baik lagi jika pola loop ini dikembangkan sedemikian rupa
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional. (2000). PERSYARATAN UMUM INSTALASI LISTRIK 2000 (PUIL 2000), Jakarta: BSN
Ehendra. (2010). Sistem Tenaga Listrik 01. [Online]. Tersedia:
http://ehendra.wordpress.com/stl-01/ [1 Juli 2013]
Perusahaan Umum Listrik Negara. (1996). SPLN 118-4-1-1996 : PERANGKAT HUBUNG BAGI, Jakarta: PLN.
Perusahaan Umum Listrik Negara. (2010). STANDAR KONSTRUKSI JARINGAN TEGANGAN RENDAH TENAGA LISTRIK. Jakarta: PLN.
Mauboy,A. R. dan Galla W. F. (2012). “Perencanaan Kebutuhan Distribusi Sekunder Perumahan RSS Manulai II.”Jurnal Rekayasa Elektrika. 10, (1), 10-16. Sopyandi, E. (2011). Tipe – Tipe Jaringan Tegangan Menengah 20 kV. [Online].
Tersedia:
http://electricdot.wordpress.com/2011/08/16/tipe-tipe-jaringan-distribusi-tegangan-menengah/ [6 Desember 2012]
Suswanto, D. (2010). SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. [Online]. Tersedia:
http://www.scribd.com/doc/61734627/DAMAN-SUSWANTO [8 Maret 2013]