Dewi Ratnasari, 2013
NO. DAFTAR FPIPS ; 1885/UN.40.2.4/PL/2013
PERSEBARAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE
DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
SKRIPSI
Oleh :
DEWI RATNASARI
0907128
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2013
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PERSEBARAN PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Oleh
Dewi Ratnasari
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Dewi Ratnasari 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
Dewi Ratnasari, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
PERSEBARAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Oleh :
DEWI RATNASARI
0907128
DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH :
PEMBIMBING I
Dr. H. Dede Sugandi, M.Si. NIP. 19580526 198603 1 010
PEMBIMBING II
Iwan Setiawan, S.Pd. M.Si. NIP. 19710604 199903 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SKRIPSI INI DIUJIKAN TANGGAL 31 OKTOBER 2013
Panitia ujian terdiri dari :
1. Ketua : Prof. Dr. H. Karim Suryadi M.Si
NIP. 19700814 199402 1 002
2. Sekertaris : Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd
NIP. 19620304 198704 2 001
3. Penguji : 1) Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd.
NIP. 19620512 198703 1 002
2) Dr. Hj. Epon Ningrum, M.Pd
NIP. 19620304 198704 2 001
3) Ir. Yakub Malik, M.Pd.
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
ABSTRAK
Oleh : Dewi Ratnasari
0907128
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi yang berakibat fatal dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit ini menyerang berbagai daerah salah satunya yaitu Kecamatan Tarogong Kidul yang terdapat di Kabupaten Garut. Kecamatan ini merupakan Kecamatan yang paling banyak terkena DBD dan dari tahun ke tahun jumlah pnderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul selalu terbanyak diantara semua Kecamatan. Berdasarkan kenyataan diatas maka penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persebaran DBD dengan cara mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi DBD di Kecamatan Tarogong Kidul, bagaimana kondisi rumah penderita, bagaimana kondisi lingkungan sekitar rumah penderita, bagaimana kebiasaan penderita dan seberapa besar kontribusi dari lingkungan lain.
Penelitian ini menggunakan metode survey untuk mengetahui kriteria-kriteria setiap lingkungan persebaran penderita DBD yang tidak dapat diwakilkan oleh lingkungan lain. Populasi yang digunakan yaitu jumlah penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul dari tahun 2009,2010, dan 2011. Sampel yang diambil adalah seluruh penderita yang beralamat lengkap dan diambil dengan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi, quisioner, studi dokumentasi dan studi literature dan teknik analisisnya menggunakan teknik analisis persentasi, regresi dan overlay.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi lingkungan rumah yang menyebabkan penurunan penyebaran DBD yaitu jumlah akuaium dan jumlah tanaman hias, sedangkan yang meningkatkan penyebaran DBD yaitu ketinggian tempat, suhu rumah, dan warna cat. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi peningkatan penyebaran DBD yaitu kerapatan rumah, banyaknya air yang tergenang, suhu udara dan kelembaban rumah. Kebiasaan penderita yang meningkatkan penyebaran DBD di Kecamatan Tarogong Kidul yaitu kebiasaan berdiam diri pukul 06.00-09.00 sedangkan menyebabkan penurunan DBD yaitu menguras bak mandi dan menutup tempat penampungan air. Kontribusi lingkungan lain tidak terlalu besar pengaruhnya dikarenakan penderita tidak bersifat pasif di daerah yang dikunjungi. Persebaran penderita di Kecamatan Tarogong Kidul terdapat di daerah yang memiliki pemukiman yang padat, ketinggian dibawah 1000 meter, penduduk yang padat, namun tersebar di daerah sanitasi sedang dan baik, sehingga dapat dikatakan bahwa sanitasi tidak berpengaruh besar terhadap persebaran DBD.
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
DISTRIBUTION OF PATIENTS DENGUE FEVER IN KECAMATAN TAROGONG KIDUL SUBDISTRIK GARUT DISTRICT
ABSTRAK
Created By : Dewi Ratnasari
0907128
Dengue fever ( dbd ) is an infective disease fatal in a relatively short time. These diseases attacking various regions one of them is Tarogong Kidul sub-district located in Garut sub-districts. This sub-district is the most-affected sub-district of DBD and from year to year the number of patients in district Tarogong Kidul DBD is always the most among all Sub. Based on the fact above, this research aims to know the spread of the DBD by way of knowing the factors that affect the DBD Tarogong Kidul district , How victims the condition of the house, environmental conditions around the house, how the habit of patients, and how much contributions from the environment to another.
This research using the method of survey to find out the criteria-criteria for each environment spread with DBD can not be represented by another environment, The population used the number of sufferers Tarogong Kidul Subdistrict in DBD of the years 2009,2010 and 2011. Samples taken are all sufferers that located and taken with purposive sampling technique. In this research using some of the techniques of data collection, observation techniques, quisioner, study documentation and study literature and engineering analysis using regression, percentage of analysis techniques and the overlays.
Results of the study indicate that the environmental conditions which cause a decrease in homes spread of DBD follows the number of akuarium and the number of ornamental plants, While that increases the spread dbd namely altitude place, temperature house, and color paint. Environmental conditions affecting increase the spread dbd namely density house, the number of stagnant water, air temperature and humidity of the House. The habit of sufferers improves deployment Tarogong Kidul Subdistrict in DBD the habit of silence 06.00-09.00, While causing a decrease in DBD namely drain the bath and close the water shelter. Other environmental contributions not too great influence because sufferers are not passive in the regions visited, The spread of the sufferers in Sub Tarogong Kidul are found in areas that have a dense settlement, altitude below 1000 feet, dense population, but scattered in the area of sanitation and are good, so that it can be said that sanitation has no effect on the spread of the DBD.
Dewi Ratnasari, 2013
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
UCAPAN TERIMA KASIH ...ii
ABSTRAK ...iii
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ...viii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...5
C. Tujuan Penelitian ...6
D. Manfaat Penelitian ...7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...8
A. Demam Berdarah Dengue ...8
B. Sejarah Demam Berdarah Dengue ...11
C. Vektor Demam Berdarah Dengue ...13
D. Lingkungan Hidup Aedes Aigypti ...16
1. Lingkungan Fisik ...17
2. Lingkungan Biologi ...19
3. Lingkungan Sosial ...20
E. Pusat-Pusat Penularan ...21
F. Hubungan Nyamuk Aedes Aigypti dengan Virus Dengue ...21
G. Penularan Demam Berdarah Dengue ...23
H. Gejala Demam Berdarah Dengue...24
I. Upaya Pencegahan Penyebaran Virus Demam Berdarah Dengue ...25
1. Pengendalian Lingkungan ...27
2. Pengendalian Hayati...28
J. Lingkungan Bebas Demam Berdarah Dengue ...28
BAB III PROSEDUR PENELITIAN ...32
A. Metode Penelitian...32
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
C. Variabel Penelitian ...33
D. Populasi dan Sampel ...34
E. Teknik Pengumpulan Data ...35
1. Teknik Observasi ...35
2. Teknik Quisioner ... 35
3. Teknik Studi Dokumentasi ...36
4. Teknik Studi Literatur ...36
F. Teknik Analisis Data ...36
G. Pengembangan Instrumen ...39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...45
A. Hasil Penelitian ...45
B. Pembahasan ...64
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………... 101
A. Kesimpulan ... 112
B. Rekomendasi ... 113
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Menurut Soedarto (2009:179) Demam berdarah dengue adalah penyakit
virus yang tersebar luas di seluruh dunia terutama di daerah tropis. Penderitanya
adalah anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun, tetapi sekarang banyak juga
orang dewasa terserang penyakit virus ini. Sumber penularan utama adalah
manusia dan primata, sedangkan penularnya adalah nyamuk Aedes Aigypti.
Demam berdarah Dengue di Indonesia bersifat endemis baik di daerah perkotaan
(urban) maupun didaerah pedesaan (rural).
Menurut Soegijanto (2004:1) sampai saat ini penyakit demam berdarah
dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan Indonesia. Hal ini didukung
oleh data-data kasus DBD pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta, angka
kejadian penyakit DBD meningkat dan menyebar ke seluruh daerah kabupaten di
wilayah Republik Indonesia. Pada pengamatan selama kurun waktu 20-25 tahun
sejak awal ditemukan kasus DBD, angka kejadian luar biasa penyakit DBD
diestimasikan setiap 5 tahun dengan angka kematian tertinggi pada tahun 1968
yaitu pada awal ditemukan kasus DBD dan angka kejadian penyakit DBD
tertinggi pada tahun 1988. Angka kematian kasus DBD masih tinggi disebabkan
vektor penyakit DBD nyamuk Aedes Aigypty masih banyak dijumpai di wilayah
Indonesia. Selain itu, Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi disertai
mobilitas penduduk yang cepat memudahkan penyebaran sumber penularan dari
satu kota ke kota lainnya.
Kabupaten Garut merupakan sebuah kabupaten yang terdapat di Provinsi
Jawa Barat, dengan semboyannya sebagai kota INTAN yaitu Kota Indah Tertib
Aman dan Nyaman. Dengan adanya semboyan tersebut seharusnya Kabupaten
Garut mempunyai kondisi lingkungan yang indah dan sehat. Namun, pada
kenyataannya di Kabupaten Garut masih banyak masyarakat yang kurang
menyadari keasadaran lingkungan sehingga tidak terlepas dari penyebaran
2
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan peta stratifikasi daerah rawan DBD di Kabupaten Garut tahun
2008. Kabupaten Garut terdiri dari 42 kecamatan yang tersebar di seluruh
Kabupaten Garut, dari 42 kecamatan terdapat 1 kecamatan yang akan djadikan
lokasi penelitian persebaran Demam Berdarah Dengue yaitu kecamatan Tarogong
Kidul.
Berdasarkan peta Rupabumi Tahun 1999 lembar Garut dan Samarang,
Kecamatan Tarogong Kidul terletak di sebelah utara Kabupaten Garut. Secara
geografis terletak pada koordinat 7°10’46,8” - 7°13’25,8” Lintang Selatan dan
107°51’54”-107°54’06” Bujur Timur. batas-batas wilayah yaitu Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Tarogong Kaler, Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kecamatan Bayongbong, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan
Garut Kota dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Samarang.
Berdasarkan data dari Kecamatan Tarogong Kidul tahun 2012
pembangunan di bidang kesehatan masyarakat kecamatan Tarogong Kidul selalu
berkoordinasi dengan instansi yang merupakan leading sektor di Bidang
Kesehatan diantaranya terdapat 1 Rumah Sakit Umum, dan 3 Puskesmas yang
membantu dalam upaya peningkatan kesehatan di Tingkat Kecamatan diantaranya
gizi anak, mencegah gizi buruk, mengurangi angka kematian bayi, angka
kematian ibu, meningkatkan angka harapan hidup, mencegah penyakit yang
menjadi katagori kejadian luar biasa (Flu Burung, DBD, dan flu babi). Namun,
walaupun fasilitas kesehatan telah memadai tetapi masyarakat di kecamatan
Tarogong Kidul masih belum terlepas dari terjangkitnya beberapa
penyakit,diantaranya adalah penyakit mematikan seperti Demam Berdarah
Dengue dan memiliki jumlah penderita terbanyak di Kabupaten Garut.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Tahun 2009, 2010, dan 2011 pada
Tahun 2009 Kecamatan Tarogong Kidul menempati posisi teratas memiliki
penderita Demam Berdarah Dengue Terbanyak. Pada Tahun 2010 menempati
posisi kedua dan pada tahun 2011 kembali menempati posisi pertama dalam
penderita terbanyak DBD. Meskipun dari tahun 2009 sampai 2011 di Kabupaten
Garut mengalami penurunan terjadinya kasus DBD tetapi Kecamatan Taroggong
3
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 1.1.
Jumlah Penderita DBD di Kabupaten Garut
Kecamatan Jumlah Penduduk yang terkena DBD (Jiwa)/ Tahun
2009 2010 2011
Sumber : Dinas Kesehatan tahun 2009, 2010 dan 2011
Penelitian ini membahas tentang persebaran penderita DBD di Kecamatan
Tarogong Kidul karena di Kecamatan tersebut dari tahun ke tahun memiliki
panderita DBD paling banyak semenjak tahun 2009 sampai dengan tahun 2011
walaupun pada tahun 2010 Tarogong Kidul menempati peringkat kedua terbanyak
setelah kabupaten Garut Kota di Kabupaten Garut. Selain itu berdasarkan
keterangan dari dinas kesehatan kecamatan Tarogong Kidul merupakan
kecamatan yang endemis DBD yaitu kecamatan yang dalam 3 tahun terakhir
4
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
bertujuan untuk menganalisis mengapa kecamatan Tarogong Kidul memiliki
penderita paling banyak di Kabupaten Garut dan mengetahui bagaimana pola
kebiasaan masyarakat kecamatan Tarogong Kidul sehingga dapat terjangkit DBD.
Hal ini perlu dilakukan dalam upaya mencegah timbulnya kerugian yang lebih
banyak, baik dari kerugian dari segi materi ataupun korban jiwa. Selain itu,
diharapkan juga dapat membantu dalam pengawasan dan penanggulangan DBD
sehingga tindakan akan cepat dilakukan terhadap daerah-daerah yang memiliki
jumlah penderita DBD paling banyak.
Menurut Hastuti (2008 :7) Penyebaran penyakit DBD termasuk dalam
bencana nasional, hal tersebut disebabkan karena penyebaran penyakit ini telah
melanda hampir seluruh Indonesia dan korban meninggal terbanyak di dunia.
Oleh karena itu diperlukan penanganan yang cepat agar tidak banyak korban yang
disebabkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. Agar seluruh upaya itu berjalan lancar
diperlukan sosialisasi, peningkatan serta pemahaman atas pengelolaan penyakit
DBD dan mengantisipasi penyakit ini kepada masyarakat diantaranya adalah
penyuluhan tentang penyebaran penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan
Tarogong Kidul. Informasi yang disajikan dapat berupa peta penyebaran DBD
yang kemudian dapat dijadikan sebagai referensi oleh dinas kesehatan tentang
penyebaran DBD di kecamatan Tarogong Kidul. Dari informasi tersebut dinas
kesehatan dapat mengetahui daerah-daerah yang banyak tersebar penderita DBD.
Informasi tentang penyebaran DBD ini dapat diolah dan disajikan dengan
menggunakan sistem Informasi Geografi yang kemudian dapat dijadikan referensi
oleh dinas kesehatan dan dijadikan informasi kepada masyarakat.
Menurut Yousman (2004:1) Pada era globlalisasi seperti sekarang ini
perkembangan Teknologi sangat berkembang cepat, dan sistem informasi
merupakan suatu hal yang sangat mendasar bagi kehidupan manusia dan salah
satu informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat pada masa sekarang ini adalah
sistem informasi geografi. Terdapat banyak sekali aplikasi yang dimiliki oleh SIG
salah satu diantaranya dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan. Fenomena
yang dapat dikaji oleh SIG dalam bidang kesehatan misalnya adalah peristiwa
5
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
daerah-daerah tertentu seperti Kecamatan Tarogong Kidul. Sebagaimana telah kita
ketahui bahwa penyakit DBD ini merupakan penyakit yang mematikan dan
banyak memakan korban baik itu anak-anak maupun dewasa.
Dalam pemecahan masalah DBD ini memerlukan penanganan yang cepat
untuk mencegah berkembangnya wabah DBD. Seluruh upaya harus dijalankan
untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bahayanya wabah DBD dan
memberikan pemahaman tentang cara untuk mencegah dan menguranginya. SIG
dapat membantu memberikan informasi kepada dinas kesehatan tentang
daerah-daerah mana sajakah yang memeiliki banyak penderita DBD sehingga dapat
dijadikan referensi untuk memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
Dalam bidang perencanaan wilayah dan kota, sistem informasi geografi
memiliki peranan yang sangat penting. Menata ruang suatu wilayah membutuhkan
dukungan data dan informasi, baik spasial maupun non spasial, yang akurat dan
terkini, terutama data dan informasi tematik yang mengilustrasikan kondisi suatu
wilayah. Perubahan kondisi wilayah pada daerah yang akan disusun rencana tata
ruangnya, perlu dipahami dengan baik oleh para perencana, karena kualitas
rencana tata ruang sangat ditentukan oleh pemahaman para perencana terhadap
kondisi fisik wilayah perencanaan. Dalam hal ini sistem informasi geografis
berfungsi untuk mempermudah perencana wilayah untuk merencanakan suatu
daerah yang bebas dari DBD.
Aplikasi sistem informasi ini terfokus pada penyebaran penyakit DBD yang
terdapat di kecamatan Tarogong Kidul, sehingga dapat memvisualisasikan
penyebaran penderita DBD dalam bentuk peta, sehingga dapat dipahami oleh
dinas kesehatan agar dapat melakukan sebuah perencanaan untuk mencegah dan
mengurangi penyebaran DBD agar tidak terus menerus memakan korban.
B.Rumusan Masalah
Dari uraian diatas perlu kiranya terdapat suatu rumusan masalah yang
menjadi pembahasan dalam penelitian ini. Penentuan rumusan masalah dalam
penelitian ini dimaksudkan agar didalam penelitian ini terdapat pembatasan
6
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jelas. Adapun permasalahan dalam penelitian ini lebih ditekankan kepada hal-hal
berikut :
1. Bagaimana kondisi rumah di daerah persebaran penderita demam berdarah
dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?
2. Bagaimana kontribusi kondisi rumah terhadap persebaran penderita demam
berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?
3. Bagaimana kondisi lingkungan di daerah persebaran penderita demam berdarah
dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?
4. Bagaimana kontribusi lingkungan terhadap persebaran penderita demam
berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?
5. Bagaimana kebiasaan penderita demam berdarah dengue sehingga menunjang
terjadinya demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?
6. Bagaimana kontribusi kebiasaan penderita terhadap persebaran penderita
demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?
7. Bagaimana kontribusi lingkungan lain terhadap persebaran demam berdarah
dengue di Kecamatan Tarogong Kidul?
8. Bagaimana persebaran lingkungan demam berdarah dengue di Kecamatan
Tarogong Kidul?
C.Tujuan Penelitian
Dalam sebuah penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, untuk apa
dilaksanakan penelitian tersebut. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis kondisi rumah penderita penyakit demam berdarah dengue di
Kecamatan Tarogong Kidul.
2. Menganalisis kontribusi kondisi rumah terhadap persebaran penderita demam
berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.
3. Menganalisis kondisi lingkungan penderita penyakit demam berdarah dengue
7
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Menganalisis kontribusi lingkungan terhadap persebaran penderita demam
berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.
5. Menganalisis kebiasaan penderita demam berdarah dengue sehingga
menunjang terjadinya penyakit demam berdarah dengue di Kecamatan
Tarogong Kidul.
6. Menganalisis kontribusi kebiasaan penderita terhadap persebaran penderita
demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.
7. Menganalisis kontribusi keadaan rumah dan keadaan lingkungan sekitar
rumah terhadap persebaran demam berdarah dengue di Kecamatan Tarogong
Kidul
8. Memetakan persebaran lingkungan penderita Demam Berdarah Dengue di
Kecamatan Tarogong Kidul.
D.Manfaat Penelitian
Suatu penelitian harus memiliki manfaat, baik itu bagi penulis maupun bagi
pihak-pihak lain yang terkait. Tanpa adanya manfaat, penelitian ini akan menjadi
sia-sia. Adapun manfaat yang ingin dicapai dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Sebagai masukan kepada masyarakat Kecamatan Tarogong Kidul agar
mengubah cara hidup menjadi lebih sehat sehingga akan senantiasa waspada
terhadap wabah demam berdarah yang terjadi.
2. Sebagai rekomendasi kepada dinas kesehatan untuk menghimbau kepada
seluruh masyarakat kecamatan Tarogong Kidul untuk lebih memperhatikan
kesehatan terutama dalam menghadapi penyakit DBD sehingga dapat
meminimalisir terjadinya dampak yang lebih besar.
3. Bagi peneliti dapat menambah wawasan dan pemahaman dalam penerapan
konsep dan teori geografi dengan kenyataan di lapangan, terutama kajian
geografi mengenai kesehatan
4. Sebagai referensi dan wawasan bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
A.Metode Penelitian
Menurut Koentjaraningrat (1994:7) bahwa Metode adalah cara atau jalan,
sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja untuk
dapat memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei yaitu
suatu penyelidikan yang dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta dari
gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual, baik mengenai institusi
sosial, ekonomi, politik dari suatu kelompok atau daerah dan hal ini dapat
dilakukan melalui sensus ataupun sampel (Yunus 2010 :310). Metode survei
dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kriteria-kriteria setiap
lingkungan persebaran penderita DBD yang tidak dapat diwakilkan oleh
lingkungan lain.
Kasus demam berdarah dengue dipengaruhi oleh kedaan rumah yang
mendukung untuk berkembangbiaknya nyamuk Aedes Aigypti, lingkungan sekitar
rumah yang kurang memperhatikan kesehatan, kebiasaan hidup masyarakat yang
buruk dan kontribusi lingkungan lain yang menyebabkan masyarakat terkena
demam berdarah dengue. Daerah yang terkena demam berdarah dengue di
Kecamatan Tarogong Kidul sebanyak 5 desa dari 12 desa, maka desa-desa yang
terjangkit demam berdarah dengue dijadikan dasar untuk meneliti pengaruh
diatas. Atas dasar penyebaran demam berdarah dengue di desa-desa maka
penelitian ini cocok untuk menggunakan metode survey.
B.Definisi Operasional
Dalam sebuah penelitian perlu dihindari adanya salah penafsiran, untuk
memahami dan menghindari terjadinya kesalahan dalam penafsiran kata-kata, di
bawah ini ada beberapa penjelasan mengenai konsep yang digunakan dalam
penulisan skripsi ini, yaitu definisi dari kata persebaran dan definisi dari kata
33
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT 1. Persebaran
Persebaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Amat (2008:5)
adalah proses atau perbuatan berdasarkan informasi, material, dan sebagainya
menjalar melalui sesuatu populasi. Dalam penelitian ini berkaitan dengan
persebaran penderita DBD yang terjadi di Kecamatan Tarogong Kidul.
2. Demam Berdarah Dengue
Menurut Nadesul (2007 : 1) Demam berdarah dengue adalah penyakit yang
disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang
menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
D.Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2011 : 2) Variabel penelitian adalah suatu atribut atau
sifat, atau nilai, dari orang, obyek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya.
Di dalam suatu penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan
dengan jelas oleh seorang peneliti sebelum memulai pengumpulan data
diantaranya adalah variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebas (X)
adalah variabel yang mempengaruhi dan variabel terikat (Y) adalah variabel yang
dipengaruhi.
Variabel bebas dalam penelitian yaitu mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi persebaran penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul dan
Variabel terikat atau Variabel terpengaruh yaitu persebaran penderita demam
berdarah dengue di Kecamatan Tarogong Kidul.
Variabel bebas (X)
1. Kondisi Tempat Tinggal Penderita.
2. Kondisi lingkungan sekitar rumah penderita.
3. Kebiasaan penderita. 4. Kontribusi lingkungan lain
Variable Terikat (Y)
Demam Berdarah Dengue Di Kecamatan
34
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E.Populasi dan Sampel
Menurut Nawawi (1993:141) Populasi adalah keseluruhan obyek
penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data
yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian.Sampel secara
sederhana diartikan sebagai bagian dari populasi yang menjadi sumber data
sebenarnya dalam suatu penelitian. Dengan kata lain sampel adalah sebagian dari
populasi untuk mewakili seluruh populasi ( Nawawi 1993 : 144).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang terdapat di
Kecamatan Tarogong Kidul yaitu :
Tabel 3.1
Jumlah Penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul
No Tahun Jumlah Penderita
1 2009 356
2 2010 196
3 2011 121
Jumlah 673
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Tahun 2009, 2010, 2011.
Untuk penarikan sampel tidak ada ketentuan angka yang pasti mengenai
besarnya jumlah yang harus diambil, yang penting adalah sampel refresentatif,
artinya bisa mewakili populasi. Adapun sampel dalam peneltian ini adalah Sampel
penduduk. Sampel ini diambil dengan cara purposive sampling menurut Nasution
(2003 :98) yaitu dilakukan dengan mengambil orang-orang yang terpilih oleh
peneliti menurut ciri-ciri spesifik. Dalam penelitian ini sampel yang diambil
adalah 76 orang berdasarkan masyarakat penderita DBD dengan alamat yang
lengkap. Jumlah sampel ini diambil dari tahun 2009,2010, dan 2011 yang diambil
dari data yang terdapat di puskesmas-puskesmas di Kecamatan Tarogong Kidul.
Dari 76 sampel ini diambil secara keseluruhan untuk dijadikan sampel sehingga
dapat ditarik pernyataan tentang kondisi penderita dan lingkungannya di
Kecamatan Tarogong Kidul. Adapun sampelnya seperti yang terlihat pada tabel
35
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT Tabel 3.2.
Jumlah Pasien yang beralamat lengkap
No Desa Jumlah Penderita
Beralamat Lengkap (Jiwa)
1 Sukagalih 3
2 Jayawaras 16
3 Haurpanggung 25
4 Jayaraga 26
5 Pataruman 6
Total 76
Sumber : Data Puskesmas Haur Panggungg dan Puskesmas Pembangunan tahun 2010 dan 2011
F. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu
teknik observasii, teknik quisioner, teknik dokumentasi dan teknik studi literature.
Penjelasan untuk setiap teknik yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Teknik observasi.
Menurut Riduwan (2010 : 57) Teknik observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan
yang dilakukan apabila objek penelitian bersifat perilaku dan tindakan manusia,
fenomen alam (kejadian-kejadian yang ada di alam sekitar) proses kerja dan
penggunaan responden.
Dalam hal ini peneliti mendatangi langsung daerah yang persebaran
penderita demam berdarah dengue dan mengumpulkan data yang diperlukan.
2. Teknik Quisioner
Quisioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang
bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna
(Riduwan 2010 : 52). Dalam penelitian ini quisioner merupakan daftar pertanyaan
yang akan diajukan kepada penderita DBD untuk mengetahui informasi yang
36
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Teknik Studi Dokumentasi
Menurut Riduwan (2010 : 58) Dokumentasi adalah suatu teknik yang
ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi
buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film
dokumenter, dan data yang relevan dengan penelitian.
Teknik ini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan dengan
katagorisasi dan klasifikasi bahan-bahan tertulis yang berhubungan dengan
masalah penelitian, baik dari sumber dokumen maupun buku-buku, koran,
majalah dan lain-lain.
Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data dari buku yang relevan
tentang demam berdarah, data jumlah penderita DBD yang di ambil dari Dinas
Kesehatan, dan data jumlah penduduk dari Kecamatan Tarogong Kidul.
4. Teknik Studi Literatur
Menurut Sumaatmaja dalam Amat (2008 : 33) bahwa,
“Penelitian yang memenuhi syarat, tidak dapat dilakukan tanpa mengetahui
teori, prinsip konsep, dan hukum-hukum yang berlaku pada bidang geografi dan ilmu pengetahuan. Peneliti mencari secara literatur data-data geografis daerah penelitian baik data fisik maupun data sosial dan juga data mengenai teori yang relevan dengan penelitian, guna memecahkan masalah yang terdapat dalam penelitian ini.”
Data yang diperoleh berupa data sekunder yang berkaitan dengan kajian
penelitian ini, baik itu buku referensi, laporan kajian-kajian tentang persebaran
DBD di Kecamatan Tarogong Kidul.
G.Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah untuk menganalisis data
diantaranya yaitu :
1. Menyeleksi Data
Langkah ini dilakukan agar kelengkapan data yang terkumpul melalui
instrumen penelitian yang berupa hasil dari pedoman wawancara ataupun data
37
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT 2. Mengklasifikasi Data
Dalam penelitian ini dilakukan pengklasifikasian data yaitu berupa
pengelompokan data yang diperoleh dari responden dan dimaksudkan untuk
memperoleh gambaran tentang frekuensi jawaban dari responden. Penulis
melakukan tabulasi data dan memasukan data yang ada ke dalam tabel korelasi
yang mana data tersebut pada akhirnya akan menjelaskan rumusan masalah.
3. Analisis Data
Teknik Analisis data yang digunakan adalah persentase yang bertujuan
untuk menguji untuk mengetahui kecenderungan responden dan
fenomena-fenomena di lapangan. Analisis persentase ini digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kecenderungan antara faktor-faktor penyebab DBD dengan
persebaran penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul.
Analisis persentase yang digunakan dalam penelitian ini digunakan untuk
menguji dua variabel seberapa besar pengaruh antara satu variabel dependen dan
satu variabel independen dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
4.
Keterangan :
p = Persentase
f = Frekuensi Jawaban
n = Jumlah Responden
Adapun kriteria penilaian skor yang digunakan berdasarkan pada kriteria
menurut Arikunto, 1996 : 57 (Agustina, 2011 : 37) dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3.
Tabel Persentase
No Persentase Keterangan
1 0% Tidak ada
2 1% - 24% Sebagian kecil 3 25% - 49% Hampir setengahnya
4 50% Setengahnya
5 51% - 74% Sebagian besar 6 75% - 99% Hampir seluruhnya
7 100% Seluruhnya
38
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Teknik analisis data lain yang digunakan untuk melengkapi penelitian ini
adalah regresi yang bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel satu dengan
variabel lain (Endrayanto 2012 : 59). Analisis regresi ini digunakan untuk
mengetahui apakah ada pengaruh antara faktor-faktor penyebab DBD dan berapa
besar kontribusi pengaruh tersebut terhadap persebaran penderita DBD di
Kecamatan Tarogong Kidul.
Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linear
sederhana yang digunakan untuk menguji dua variabel apakah ada pengaruh
antara satu variabel dependen dan satu variabel independen dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Keterangan :
Y : Subjek dalam variabel dependen yang di prediksi
a: harga Y ketika harga X = 0 (Harga konstan)
b : Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan
ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan
variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis
turun.
X : Subjek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
Se =
√
∑ ∑ ∑∑ ∑ ∑
∑
∑
39
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Sb =
√∑ ∑
T hitung =
Teknik analisis lain yang digunakan peneliti adalah dengan menggunakan
teknik overlay yaitu overlay yaitu teknik yang dibentuk melalui penggunaan
secara tumpang tindih suatu peta yang masing-masing mewakili faktor penting
linkungan.
H.Pengembangan instrumen
Untuk menjaring data dari responden maka dalam penelitian ini dilakukan
pengajuan beberapa pertanyaan. Pertanyaan tersebut dikembangkan dari variabel :
Tabel 3.4.
Pengembangan Instrumen
No. Variabel Uraian Variabel Sumber Instrumen 1. Kondisi
Nyamuk Aedes Aigypty adalah jenis nyamuk yang gemar hidup di dalam rumah. Transmisi virus Dengue mungkin juga terjadi apabila seekor nyamuk yang sedang menghisap darah pasien Dengue terganggu, dan nyamuk itu segera menggigit orang lain lagi (Wiradharma 1999 : 89)
1. Berapakah kepadatan rumah yang anda tempati?
Luas
Nyamuk demam berdarah bukan tergolong nyamuk yang rakus, ia hanya menggigit pada jam-jam tertentu saja. Itu pun hanya nyamuk betina yang menggigit. Darah manusia dibutuhkannya untuk bertelur. Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi dan pada sore hari. Diluar jam itu nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur
40
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ( Nadesul 2007 :2).
Jumlah tanaman hias
Lingkungan biologi yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembapan, pencahayaan di dalam rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat (Fatmawati 2012 : 39).
3. Berapa jumlah tanaman hias yang terdapat di rumah anda?
Jumlah akuarium/ kolam ikan
Nyamuk Aedes Aeypti memiliki pemangsa yaitu kelelawar dan burung, sementara larva atau jentik nyamuk dimangsa oleh burung air, serangga, dan ikan (Nadesul 2007 : 123).
4. Berapakah jumlah akuarium atau kolam ikan yang terdapat di rumah anda?
Ruangan yang terkena sinar matahari
Nyamuk Aedes Aegypti lebih menyukai tinggal di ruangan rumah yang sejuk, lembap dan gelap (Soedarto 2009 : 178 )
5. Apakah setiap ruangan dirumah anda sering terkena sinar matahari?
Kelembaban Rumah
Nyamuk Aedes Aegypti lebih menyukai tinggal di ruangan rumah yang sejuk, lembap dan
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah-daerah termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut (Teddy 2005 :42)
7. Berapa ketinggian tempat rumah penderita DBD?
Suhu Udara Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya menurun atau
41
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
bahkan terhenti bila suhunya turun sampai dibawah suhu kritis. Pada suhu yang lebih tinggi dari 35°C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis. Menurut Hakim ( 2012 : 45)
Warna Cat Nyamuk Aedes Aegypti lebih menyukai tinggal di ruangan rumah yang sejuk, lembap dan
Berbagai penelitian penyakit menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak- desakan dan kumuh mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit (Fatmawati 2012 : 1) .
Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi hari dan pada sore hari. Diluar jam itu nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur (Nadesul 2007 :2)
11. Berapa jumlah genangan air yang terdapat di lingkungan sekitar penderita DBD?
Aliran sungai Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi hari dan pada sore hari. Diluar jam itu nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur (Nadesul 2007 :2)
12. Apakah aliran sungai yang melewati lingkungan anda sering mengalir?
Suhu udara lingkungan
Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi metabolismenya menurun atau bahkan terhenti bila suhunya turun sampai dibawah suhu kritis. Pada suhu yang lebih tinggi dari 35°C juga mengalami
42
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu perubahan dalam arti lebih
lambatnya proses-proses fisiologis. Menurut Soegijanto (2006 : 245)
Kelembaban Lingkungan
Kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan. keadaan rumah menjadi basah dan lembab yang memungkinkan
berkembangbiaknya kuman atau bakteri penyebab penyakit. Kelembaban yang baik menurut widiyanto (2007 : 33) berkisar antara 60 % - 70%.
14. Berapa kelembaban di lingkungan sekitar penderita DBD?
Penyinaran Matahari
Kebiasaan istirahat nyamuk aedes aigypti lebih banyak didalam rumah pada benda-benda yang bergantung, berwarna gelap, dan tempat-tempat lainnya yang terlindungi dari sinar matahari (Soegijanto 2006 : 250)
15. Bagaimana penyinaran matahari di lingkungan sekitar penderita DBD?
Menurut Soedarto (2009: 178) Hinggapnya bukan di dinding melainkan pada barang-barang yang bergelantungan di kamar
16. Apakah anda sering menggantung pakaian
Darah manusia dibutuhkannya untuk bertelur. Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi hari pukul 06.00-09.00 dan pada sore hari pukul 15.00-17.00. Diluar jam itu nyamuk betina hinggap di air jernih tergenang untuk bertelur ( Nadesul 2007 :2)
17. Apakah anda sering berdiam diri pada saat pukul 06.00-09.00?
Kebiasaan berdiam diri pada pukul
15.00-Darah manusia dibutuhkannya untuk bertelur. Nyamuk Aedes Aegypti menggigit pada pagi
43
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
17.00 hari pukul 06.00-09.00 dan pada sore hari pukul 15.00-17.00.
penyakit demam berdarah dengue menyebar ke darah-daerah pedesaan dikarenakan adanya mobilitas yang tinggi dan interaksi antara penduduk desa dan penduduk kota semakin meningkat dan memudahkan penularan penyakit demam berdarah dengue (Soedarmo 1988 : 15)
19. Apakah setiap hari anda sering bepergian beberapa cara antara lain dengan dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu memasang kawat kasa pada lubang ventilasi rumah, jendela, dan pintu. Dan yang sekarang digalakan oleh pemerintah yaitu gerakan 3M yaitu : 1) menguras tempat-tempat penampungan air dengan menyikat dinding bagian dalam dan dibilas paling sedikit seminggu sekali
20. Apakah anda sering melakukan 3M aktivitas menguras bak mandi ?
Kebiasaan Menguras bak mandi
Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa
21. Apakah anda sering melakukan 3M aktivitas
Tempat-tempat potensial untuk terjadinya penularan DBD adalah tempat-tempat umum yang merupakan tempat
44
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berkumpulnya orang-orang yang
datang dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue cukup besar (Rusdijas 2005 : 33)
Kebiasaan Penderita Selama DBD
Lamanya waktu sakit
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh
nyamuk Aedes Aigypti. Beberapa faktor yang menyebabkan perkembangan
nyamuk Aedes Aigypti yaitu kondisi lingkungan rumah, kondisi lingkungan
sekitar, kebiasaan masyarakat, dan kontribusi lingkungan lain.
Kondisi rumah penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul berpengaruh
terhadap persebaran penderita DBD diantaranya: Jumlah tanaman hias, semakin
banyak tanaman hias maka semakin tinggi potensi DBD. Jumlah akuarium,
semakin banyak jumlah aquarium semakin kecil potensi DBD. Ketinggian tempat,
semakin tinggi ketinggian tempat maka potensi DBD semakin tinggi. suhu rumah
diantara 28°C-32°C merupakan suhu optimal untuk potensi DBD, dan warna cat
yang semakin gelap akan membuat potensi terjadinya DBD semakin tinggi.
Kondisi lingkungan penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul yang
menjadi penyebab terjadinya penyebaran DBD yaitu yaitu :Kerapatan rumah,
semakin rapat maka semakin memudahkan penyebaran DBD. Banyaknya air yang
tergenang di sekitar lingkungan akan menyebabkan banyaknya tempat perindukan
nyamuk Aedes Aigypti. suhu udara diantara 28°C-32°C dan kelembaban diantara
60%-70% merupakan kondisi yang bagus untuk potensi DBD .
Kebiasaan penderita yang menyebabkan penyebaran penderita DBD di
Kecamatan Tarogong Kidul, diantaranya yaitu menggantung pakaian yang
merupakan salah satu kebiasaan masyarakat sehingga DBD mudah menyebar.
Dan penderita DBD di Kecamatan Tarogong Kidul sering bersikap pasif antara
pukul 06.00-09.00, Tetapi kebiasaan masyarakat menguras bak mandi dan
kebiasaan menutup tempat penampungan air merupakan salah satu penyebab
terjadinya penurunan penyebaran DBD di Kecamatan Tarogong Kidul.
Kontribusi tempat lain, tempat yang dikunjungi hanya memiliki kontribusi
114
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tinggi tetapi tempat yang dikunjungi bebas dari DBD dan ditempat yang
dikunjungi penderita tidak bersifat pasif.
Persebaran penderita DBD terletak pada daerah-daerah yang memiliki,
memiliki penggunaan lahan pemukiman dengan jenis pemukimannya padat,
berada pada penduduk yang padat, berada pada suhu 28°C-32°C,berada pada
kelembaban 60%-70% dan berada pada ketinggian kurang dari 1000 meter.
Namun, berada pada tempat yang memiliki sanitasi yang sedang dan baik.
B.Rekomendasi
Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit DBD , berdasarkan kondisi
faktual di lapangan ada beberapa rekomendasi yang diajukan demi meminimalisir
adanya penyebaran penyakit DBD di Kecamatan Tarogong Kidul, Rekomendasi
tersebut antara lain :
1. Hendaklah lebih memperhatikan keadaan rumah seperti mengurangi kepadatan
rumah, membersihkan tanaman hias, memeilihara ikan, memperhatikan
pencahayaan rumah sehingga tidak lembab, menyingkirkan barang-barang
yang mampu menampung air.
2. Masyarakat dihimbau selain memperhatikan keadaan rumah juga harus
memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, jangan sampai ada air tergenang
agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk Aedes Aigypti.
3. Hendaknya tidak membiasakan diri untuk bersifat pasif pada jam terbang
nyamuk Aedes Aigypti, tidak menggantungkan pakaian di kamar, dan sering
menguras bak mandi dan menutup tempat penampungan air sebagai upaya
meminimalisir adanya penyakit DBD.
4. Jika hendak bepergian ke tempat yang ramai dikunjungi oleh banyak orang
sebaiknya tidak bersifat pasif di tempat tersebut agar nyamuk Aedes Aigypti
sulit untuk menggiggit.
5. Untuk Dinas Kesehatan, Dinas Lingkungan dan Dinas-dinas yang terkait
diharapkan untuk melakukan penyurveian dan piñataulangan lingkungan
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu Kaelani. (1982). Kependudukan di Indonesia.Semarang : Mutiara
Permata Widya.
Amat. (2008) . Analisis Pola Persebaran Flu Burung di Kota Bandung. Skripsi.
Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS: Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI).
Dwi Atuti, Heni. (2009) . Jurnal Perancangan Sistem Informasi Geografis
Penyebaran DBD di Wilayah Depok dengan menggunakan
arcview.Tersedia di : www.gunadarma.ac.id/. ../computerscience
/2009/Artikel_10105771.pdf Diunduh tanggal 21 Februari 2013.
Endrayanto, Poly. (2012). Statistika Untuk Penelitian.Yogyakarta : Graha Ilmu.
Fabregat, Claudia Eva.(1974).Masalah Penduduk. Jakarta : PN Balai Pustaka.
Fahmi, Moh.(2006).Perbandingan aktivitas Abate dengan Ekstrak Daun Sirih
(Piper Betle) Dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes Aigypti.
Semarang : Universitas Diponogoro. Tersedia di :
http://eprints.undip.ac.id/21271/ di akses tanggal 2 Mei 2013.
Hadiwiyoto, Soewedo. (1982). Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Jakarta :
PT. Inti Idayu Press.
Hakim, Fatmawati Nurul. (2012). Hubungan Faktor Fisik Rumah dengan
Kepadatan Nyamuk Aedes Aigypti di Wilayah Kerja Puskesmas Kedung
Mundu Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Semarang. Tersedia
di: http://eprints.undip.ac.id/21271/ diunduh tanggal 2 Mei 2013.
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hermawan, Asep. (2006) .Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta : PT.
Grasindo
Koentjaraningrat. (1994). Metode-metode penelitian masyarakat. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
Kesehatan RI, Departemen. (1981). Petunjuk Pelaksanaan Penanggulangan
Focus Demam Berdarah. Jakarta : Departemen Kesehatan RI.
Majidah. Amah.(2010). Faktor Iklim dan Angka Insiden DBD di Kabupaten
Serang. Banten : Jurnal UI.
Nawawi, Hadari.(1993). Metode Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Nadesul, Hendrawan. (2007). Cara Mudah Mengalahkan Demam Berdarah.
Jakarta : Kompas
Nasution, (2001). Metode Research. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Profil Kecamatan
Tarogong Kidul .2011. tersedia di
http://sikec.garutkab.go.id/UserFiles/File/tarogongkidul2011.pdf
di unduh tanggal 5 september 2013
Rejeki,Kiki.(2009). Potensi dan Kebutuhan Air Tanah Bagi Penduduk Daerah Penambangan Galian C Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung. Skripsi. Jurusan Pendidikan Geografi : Universitas Pendidikan Geografi (UPI)
Riduwan.(2010).Dasar-Dasar Statistika. Jakarta : Alfabeta
Roose, Awida.(2008).Hubungan Sosiodemografi dan Lingkungan dengan
Kejadian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekan Baru. Medan : Universitas Sumatera Utara.
Rusdijas.(2005). Demam Berdarah Dengue. Tersedia di :
http//ocw.usu.ac.id/…/kesehatan_anak_demam_berdarah_dengue.di
unduh tanggal 2 Mei 2013.
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Salmah, Sarifah. (2009). Penataan Bantaran Sungai di Tinjau dari Aspek
Lingkungan. Jakarta : CV. Trans Info Media.
Satari, Hindra.(2004).Demam Berdarah Perawatan di Rumah dan Rumah Sakit.
Jakarta : Puspa Swara.
Soedarto.(2009). Penyakit Menular di Indonesia. Jakarta : CV Sagung Seto.
Soedarmo, Sunaryo.(1988). Demam Berdarah Dengue pada Anak. Jakarta :
Universitas Indonesia Press.
Soegijanto.(2006). Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Airlangga University
Press.
Soerjani, Moh dkk.(1987). Sumber Daya Alam dan Kependudukan dalam
Pembangunan. Jakarta : UI-Press
Sugiyono.(2011).Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sylvana. Fransisca. (2000) . Demam Berdarah Dengue. Surabaya : Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
Umar, Husein.(2008). Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. Jakarta
: Rajawali Pers.
UPI.(2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
WHO. (1997). DBD, Diagnosis, Pengobatan, Pencegahan dan Pengendalian.
Jakarta : EGC.
Widiyanto, Teguh.(2007).Kajian Manajemen Lingkungan Terhadap Demam
Berdarah Dengue di Kota Purwokerto Jawa Tengah. Purwokerto :
Universitas Diponogoro.
Wiradharma, Danny.(1999). Diagnosis Cepat Demam Berdarah Dengue. Jakarta :
Dewi Ratnasari, 2013
PERSEBARAN PENDERITA DBD DI KECAMATAN TAROGONG KIDUL KABUPATEN GARUT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Yousman, Yeyep.(2004). Sistem Informasi Geografis dengan MapInfo
Professional.Yogyakarta : Andi Offset.