PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIFDALAM MATA
PELAJARAN TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syaratuntuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pendidikan
Program StudiPendidikanIlmuKomputer
Oleh:
RANDY RAHADIAN 060915
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
RANDY RAHADIAN 060915
PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MATA
PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
Pembimbing I,
Drs. H. Heri Sutarno, M.T NIP. 195607141984031002
Pembimbing II,
Dr. Dedi Rohendi, M.T NIP. 196705241993021001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer
PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN
MULTIMEDIA INTERAKTIF
DALAM MATA PELAJARAN TIK
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
Oleh Randy Rahadian
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Randy Rahadian 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MATA
PELAJARAN TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
Randy Rahadian 060915
Pembimbing I: Drs. H. Heri Sutarno, M.T Pembimbing II: Dr. Dedi Rohendi, M.T
Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI Bandung Tahun 2013
ABSTRAK
Thinking Aloud Pair Problem Solvingmerupakan metode pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang terdiri dari 2 pihak yaitu ada yg bertindak sebagai Problem Solver dan ada yg bertindak sebagai Listener.Kedua pihak ini mempunyai tugas masing-masing, Problem Solver memiliki peran menjelaskan pemecahan dari satu masalah atau mengemukakan pendapat dan pikirannya terhadap masalah yang sedang coba dipecahkan. Listener berperan untuk menyimak dan mendengarkan Problem Solver serta mengarahkan problem solver untuk menemukan jalan dalam memecahkan masalah yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan hasil belajar siswa pada dalam ranah kognitif antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diimplementasikanmetodeThinking Aloud Pair Problem Solvingpada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan desain Pre-Eksperimental menggunakan model One-Group Pretest-Posttest Design. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B SMP Pasundan 8 Bandung sebanyak 35 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa pilihan ganda dan angket untuk respon siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, didapatkan hasil perhitungan gain ternormalisasi <g> sebesar 0,50 yang termasuk dalam kriteria sedang.Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji ANOVA satu jalur menunjukkan nilai Fhitung> Ftabel, 14,164> 3,28 artinya H0 ditolak. Selanjutnya pengujian hipotesis dengan SCHEFFEketiganya memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai signifikansi yang didapat kurang dari 0,05, namun diantara ketiganya perbedaan rerata gain ternormalisasi yang paling signifikan adalah antara kelas tengah dan kelas bawah dengan nilai siginikasi 0,000.Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kemampuan pemahaman antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diimplementasikanmetodeThinking Aloud Pair Problem Solvingpada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).Berdasarkan angket siswa , sebagian besar siswa menunjukan respon yang positif terhadap pembelajaran TIK dengan menerapkan metode TAPPS berbantuan multimedia interaktif.
THE APPLICATION OF THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) METHOD ASSISTED WITH INTERACTIVE MULTIMEDIAIN ICT
LESSONS (INFORMATION TECHNOLOGY AND COMMUNICATIONS) FOR THE IMPROVEMENT OF STUDENT LEARNING
Randy Rahadian 060 915
Supervisor I: Drs. H. Heri Sutarno, M.T Supervisor II: Dr. Dedi Rohendi, M.T
Computer Science Education Program FPMIPA UPI Bandung in 2013
ABSTRACT
Thinking Aloud Pair Problem Solving is a method of problem solving based on learning consisting of 2 participant which they are acts as a Problem Solver and some acts as a Listener. Both of these participant have their respective duties, Problem Solver has to explainthe role of a problem-solving or expresse their opinions and thoughts on issues that have to be solve. Listener’s role is to listen Problem Solver and direct a problem solver to find a way to solve the existing problems. The purpose of this study was to determine the average difference in improving student learning outcomes in the cognitive domain between the groups of students, middle and bottom once implemented method of Thinking Aloud Pair Problem Solving on the Information and Communication Technology (ICT) subject. The method used is an experimental method, with the Pre-Experimental design using One-Group Pretest-Posttest Design model. The objects used in this study were students of class VIII-B Pasundan 8 Bandung Junior Highschool as many as 35 peoples. The instrument used in this study is a multiple choice objective tests and questionnaires for students' responses. Based on the research results and analysis of data, the calculation results obtained <g> normalized gain of 0.50 is included in the criteria being. Hypothesis testing using ANOVA test showed the value of the path Fcount> F, 14.164> 3.28 means that H0 is rejected. Then hypothesis testing with SCHEFFE posthoc test showed there are significant average difference betwen the groups. It can be concluded that there are differences in the average increase student learning outcomes in the realm of comprehension among the group of students, middle and bottom after the implemented of Thinking Aloud Pair Problem Solvingmethod on the subjects of Information and Communication Technology (ICT). Most of the students showed a positive response to the ICT learning by applying TAPPS aided interactive multimedia.
DAFTAR ISI
1.7 Definisi Operasional ... 9
BAB II KAJIAN TEORI ...11
2.1Belajar dan Mengajar ... 11
2.1.1 Belajar ... 11
2.1.2 Mengajar ... 12
2.2Metode Pembelajaran ... 13
2.3Metode Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) ...15
2.3.1 Pengertian Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) ... 15
2.3.2 Perkembangan TAPPS ... 18
2.3.3 Studi Klinis dan Hasil TAPPS ... 19
2.3.4 Pemecahan Masalah dengan Metode TAPPS ... 20
2.3.5 Manfaat Pelatihan TAPPS ... 22
2.4Hasil Belajar ... 23
2.4.1 Definisi Hasil Belajar ... 23
2.4.2 Hasil Belajar ... 24
2.5Media Pembelajaran ... 27
2.5.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 27
2.5.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ...28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...30
3.1Metode dan Desain Penelitian ...30
3.2Populasi dan Sampel ...32
3.3Lokasi Penelitian ...33
3.4Instrumen Penelitian...33
3.4.1 Metode Pengembangan MMI ... 33
3.4.1.1Tahap Analisis ... 33
3.4.1.2Tahap Desain ... 34
3.4.1.4Tahap Penilaian Media ... 34
3.4.1.5Tahap Implementasi ... 34
3.4.2 Soal Uji Instrumen ... 34
3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 35
3.4.4 Angket Siswa ... 35
3.5Prosedur Penelitian ... 36
3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 36
3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 37
3.6.3 Tahap Penarikan Kesimpulan ... 38
3.6.4 Tahap Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 38
3.6Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.7Teknik Pengolahan Data ... 40
3.8.1 Pengolahan Data Kuantitatif ... 40
3.8.1.1 Data Hasil Uji Instrumen ... 40
3.8.1.1.1 Validitas ... 40
3.8.1.2.2 Analisis Index Gain Ternormalisasi ... 46
3.8.1.2.3 Uji Hipotesis ... 47
3.8.2 Pengolahan Data Kualitatif ... 49
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...51
4.1 Analisis Data Hasil Uji Instrumen ...51
4.2 Analisis Data Hasil Penelitian ...54
4.2.1 Data Hasil Pretest ... 54
4.2.1.1 Analisis Data Pretest ... 54
4.2.1.2 Uji Normalitas Pretest ... 55
4.2.2 Data Hasil Posttest ... 56
4.2.2.1 Analisis Data Posttest ... 56
4.2.2.2 Uji Normalitas Posttest ... 57
4.2.3 Gain Ternormalisasi ... 58
4.2.4 Uji Hipotesis ... 59
4.2.5 Analisis Data Angket Siswa ... 62
4.3Pembahasan Hasil Penelitian ...64
4.3.1 Data Hasil Observasi ... 67
4.3.2 Data Hasil Angket Respon Siswa ... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...70
5.1Kesimpulan ...70
5.2Saran ...71
DAFTAR PUSTAKA ...72
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1Polapenelitian ...33
3.2Kategori Penilaian Angket ...36
3.3Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.4Interpretasi Nilai Koefisien Validasi ... 41
3.5InterpretasiReliabilitas ...42
3.6Interpretasi indeks kesukaran ...42
3.7Interpretasi daya pembeda ...43
3.8Interpretasi indeks gain<g> ...47
4.1Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Pretest ... 52
4.2Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Posttest ...53
4.3Perbandingan rerata Pretest ... 55
4.4Hasil Analisis Normalitas Data Pretest ...56
4.5Perbandingan rerata posttest ...57
4.6Hasil Analisis Normalitas Data Posttest ...58
4.7Interpretasi nilai <g> kategori siswa ...59
4.8Oneway descriptive ...60
4.9Test of homogenity variances ...61
4.10 Oneway ANOVA ...61
4.11 Multiple Comparisons, Scheffe ... 62
4.12 Data Hasil Angket Respon Siswa ... 63
4.14 Rerata Gain kelas atas, tengah, dan bawah ... 66
4.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ...68
DAFTAR GAMBAR
Gambar
4.1. Grafik perbandingan nilai reratapretest ...55
4.2. Grafik perbandingan nilai rerata posttest ...57
BAB I
PENDAHULUAN
1.1LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap
orang berhak untuk mendapatkan pendidikan. Dalam Undang-Undang Pendidikan
No.20 tahun 2003 pasal 3 (Susilana, dalam Mahesa, 2010) disebutkan:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi kita dituntut untuk dapat
memiliki sikap dan cara berpikir secara kritis, logis, kreatif, dan sistematis agar
dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahan kehidupan. Hal ini dapat
ditempuh melalui proses belajar.
Belajar merupakan hal yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan.
Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Pendidikan
dan pengajaran perlu diupayakan agar siswa dapat berkembang dengan baik
menjadi manusia berkualitas, yang mampu menghadapi serta mengendalikan
tantangan dan perubahan zaman.(Mahesa, 2010:1)
Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada bulan Mei 2013 di
SMPPasundan 8 Bandung memperlihatkan bahwa TIK merupakan salah satu mata
pembelajaran yang belum optimal. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut atau
malu untuk mengungkapkan ide-ide ataupun penyelesaian atas soal-soal latihan
yang diberikan di depan kelas ataupun pada kegiatan praktikum. Tidak jarang
siswa kurang mampu dalam mempelajari materi yang diajarkan sebab dirasa
terlalu sulit. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.
Atas dasar kenyataan inilah, perlu adanya upaya serius untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran TIK dengan melakukan kegiatan evaluasi
yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar sehingga siswa diharapkan
mampu memahami materi yang disampaikan dengan baik dan tidak cenderung
pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas.
Idealnya minimal tenaga pengajar atau guru, fasilitas dan model pembelajaran
sudah dipersiapkan sesuai dengan kompetensi. Hal ini sejalan dengan pernyataan
Dimyati dan Mudjono (dalam Mahesa, 2010:3) mengenai peran guru:
Siswa yang belajar di sekolah, direncanakan dan diprogramkan oleh guru dengan sebaik-baiknya, guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar karena sebagai pendidik generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.
Salah satu penyelesaian dari permasalahan di atas adalah perlu dicari suatu
alternatif dengan melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam
memaksimalkan media ataupun metode penyampaian sehingga proses
pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Menurut
Wragg (1997) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan
nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar
yang diinginkan.
Salah satu yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar siswa di
sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran
ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam
mencapai tujuan pengajaran (Sudjana, 1989:40). Sedangkan tujuan pengajaran
akan tercapai bila kegiatan belajar (aktivitas) siswa dapat dioptimalkan sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan motivasi
belajar dan inisiatif siswa untuk bertanya dan mengungkapkan ide yang
mengakibatkan meningkat pula hasil belajarnya. Jadi tercapai atau tidaknya tujuan
pengajaran oleh siswa merupakan akibat dari aktivitas belajar siswa sehingga
dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa berbanding lurus dengan hasil
belajar siswa yang telah ditetapkan sebagai tujuan pengajaran. Artinya, bahwa jika
aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan maka hasil belajar yang telah ditetapkan
sebagai tujuan pengajaran juga dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, masalah
rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran atau keaktifan siswa yang
dihubungkan dengan hasil belajar menjadi sangat penting untuk diatasi dan diteliti
lebih lanjut.
Oleh karena itu diberikan alternatif untuk memecahkan masalah rendahnya
aktivitas siswa yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan
menggunakan metode Problem Solving. Metode ini mengandung aktivitas belajar
tetapi juga merupakan suatu metode berpikir juga menitikberatkan aktivitas
belajar siswa dalam memecahkan masalah. (Sudjana, 1989:85).
Metode Problem Solving memiliki metode pembelajaran dalam
penerapannya salah satunya adalah metode Thinking Aloud Pair Problem Solving
(TAPPS) yang diperkenalkan oleh Cleparede. Kesadaran perlunya metode TAPPS
dalam pembelajaran didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa
kurang mampu menyelesaikan permasalahan dalam materi ataupun praktikum
secara perseorangan, dengan berpasangan siswa diharapkan mampu memahami
lebih. Hal ini terjadi dikarenakan adanya transfer informasi interaktif dalam proses
diskusi berpasangan dalam TAPPS. (Rahmawati:2011)
Aktivitas metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)
dilakukan dalam kelompok kecil yang heterogen hal ini memungkinkan terjadinya
interaksi yang positif antar siswa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri
siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran TIK. Metode
TAPPS ini telah diterapkan oleh Stice (1987) dan Pestel (1993) menjanjikan
adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa jika dibandingkan
dengan metode pembelajaran konvensional. (Rahmawati:2011)
Sebelumnya telah ada penelitian mengenai metode TAPPSyang dilakukan
oleh Yuniawatika (2008) yang berjudul Penerapan Metode Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa SMP (Suatu Penelitian Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri
1 Bandung). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan
pembelajaran matematika dengan menggunakan metode TAPPS dan siswa yang
mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan metode non-TAPPS
(pembelajaran biasa). Dimana peningkatan kemampuan komunikasi matematik
siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode TAPPS lebih baik dari siswa
yang mendapat pembelajaran metode non-TAPPS (pembelajaran biasa). Selain
itu, sebagian besar siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran
yang telah dilakukan.
Penelitian lainnya telah dilakukan oleh Sofyan (2011) dengan judul
Penerapan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)
Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada
Konsep Gerak Melingkar Beraturan. Sofyan mengemukakan bahwa prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran fisika relatif rendah bila dibandingkan dengan
pencapaian pada mata pelajaran lain. Rendahnya prestasi belajar terindikasi
sebagai akibat rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode TAPPS pada pokok bahasan
GMB peningkatan kemampuan siswa pada komponen memahami masalah
mencapai kategori tinggi, membuat rencana pemecahan masalah mencapai
kategori sedang, dan melaksanakan pemecahan masalah mencapai kategori tinggi.
Secara keseluruhan kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat dengan
kategori tinggi.
Berdasarkan pemaparan di atas, kiranya pengkajian lebih dalam tentang
penerapan metode TAPPS dalam mata pelajaran TIK akan sanga menarik untuk
digunakan bantuan Multimedia Interaktif sebagai media pembelajarannya.
Sehingga penelitian ini dituangkan dalam judul “PENERAPAN METODE
THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN
MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MATA PELAJARAN TIK
(TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) TERHADAP
PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA”.
1.2RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah di atas maka
perumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana membuat Multimedia Interaktif (MMI) dalam upaya peningkatan
hasil belajar siswa dengan penerapan metode Thinking Aloud Pair Problem
Solving (TAPPS) pada mata pelajaran TIK ?
2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa kelompok atas,
tengah dan bawah setelah diterapkannya metode Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS) berbantuan Multimedia Interaktif (MMI) pada
mata pelajaran TIK?
3. Bagaimana respon siswa terhadap mata pelajaran TIK dengan penerapan
metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)berbantuan
1.3PEMBATASAN MASALAH
Agar penelitian tidak melebar dan terfokus, maka masalah dalam
penelitian dibatasi. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Materi yang diberikan pada pembelajaran TIK adalahmembuat dokumen baru
pengolah angka, mengedit kolom dan baris, mengatur format bilangan, dan
menggunakan rumus dan fungsi sederhana.
2. Penelitian ini mengambil sampel siswa kelas VIII.
3. Indikator dari peningkatan hasil belajar siswa adalah hasil belajar siswadalam
aspek kognitif , aktifitas siswa dan respon siswa.
1.4TUJUAN PENELITIAN
Adapun Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui bagaimana mengembangkan Multimedia Interaktif (MMI) dalam
upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan metode Thinking
Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) pada mata pelajaran TIK.
2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa
kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkannya metode Thinking
Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) berbantuan Multimedia Interaktif
3. Mengetahui respon siswa terhadap mata pelajaran TIK dengan penerapan
metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) berbantuan
Multimedia Interaktif.
1.5MANFAAT PENELITIAN
Mengacu pada tujuan yang telah diungkapkan peneliti sebelumnya
terdapat manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, yakni :
1. Bagi siswa : siswa bisa menjadi lebih memahami materi, keadaan kelas
semakin efektif saat pembelajaran TIK khususnya dan dalam mata pelajaran
lain umumnya, serta siswa menjadi lebih aktif mencerna materi saat belajar.
2. Bagi guru : hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam hal
penggunaan model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar
siswa di sekolah, dapat lebih mudah dalam menyampaikan materi terhadap
siswa.
3. Bagi sekolah : mendapatkan informasi berkenaan dengan sejauh mana hasil
belajar dalam mata pelajaran TIK sehingga dapat merumuskan program
preventif sebagai solusinya.
4. Bagi peneliti lain : dapat mengembangkan metode Thinking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS) sebagai bahan penelitian selanjutnya.
1.6HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas , dugaan sementara atau
Hipotesis Nol (H0) = Tidak terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil
belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah
diterapkan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving.
Hipotesis Kerja (H1) = Terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil
belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah
diterapkan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving.
1.7DEFINISI OPERASIONAL
Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu
dijelaskan agar tidak terjadi salah penafsiran.
1. Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)berbantuan
Mulitmedia Interaktif merupakan suatu metode pembelajaran yang
melibatkan dua orang siswa bekerja sama menyelesaikan suatu
masalah. Satu siswa memecahkan masalah dengan
memperdengarkannya dan yang lain mendengar, akan meningkatkan
vokalisasi dan akurasi serta kemampuan komunikasi lisan siswa.
TAPPS membantu siswa mengamati dan memahami proses berpikir
mereka sendiri dan rekannya. Setelah suatu masalah selesai
terpecahkan, kedua siswa saling bertukar tugas. Sehingga semua siswa
memiliki kesempatan untuk menjadi Problem Solver dan Listener.
2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar
dalam aspek kognitif yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan
3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran klasikal/biasa yang
menggunakan metode ceramah dan latihan, memandang siswa
memiliki kemampuan yang tidak berbeda sehingga setiap siswa diberi
pelayanan yang sama. Pembelajaran dimulai dengan penyampaian
materi, pemberian contoh soal oleh guru, dan dilanjutkan dengan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1METODE DAN DESAIN PENELITIAN
Untuk mengetahui bagaimana penerapan Metode TAPPS terhadap
peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi
(TIK), penulis melakukan penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan penelitian ekperimen semu (Quasi Experiment) atau istilah lainnya
Pre Eksperimental Design. Hal ini merujuk pada pendapat Arikunto (Syakur,
2013) sebagai berikut:
Pre Eksperimental Design seringkali dianggap sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut juga dengan istilah “quasi experiment” atau eksperimen pura-pura. Diebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuho persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel
terikat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (Syakur, 2013), yang menyatakan
bahwa:
Berdasarkan pendapat tersebut maka pembelajaran dengan menggunakan
metode TAPPS ditempatkan sebagai variabel bebas, sedangkan hasil belajar siswa
ditempatkan sabagai variabel terikat.
Agar dapat diperoleh hasil yang optimal dalam melakukan penelitian
eksperimen, Ali (dalam Gemma, 2010:24) memaparkan langkah-langkah
penelitian eksperimen sebagai berikut :
1. Meneliti literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian
2. Mengidentifikasi dan membatasi masalah
3. Merumuskan hipotesis
4. Menyusun rencana eksperimen secara lengkap dan operasional, meliputi :
1) Menentukan variable bebas dan terikat,
2) memilih desain eksperimen yang digunakan,
3) menentukan sampel,
4) menyusun alat eksperimen,
5) membuat prosedur pengumpulan data,
6) merumuskan hipotesis statistik (hipotesis nol)
5. Melaksanakan eksperimen (pengumpulan data).
6. Menyusun data untuk memudahkan pengolahan
7. Menentukan taraf arti (level of significant) yang akan digunakan dalam
menguji hipotesis.
8. Mengolah data dengan metode statistika (menguji hipotesis berdasarkan data
Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh
peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan, yang akan dilaksanakan (Arikunto, 2006:
51). Desain penelitian yang digunakan adalah Pretes and Posttest Group
(Arikunto, 2006: 85). Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok
saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. Menurut Arikunto (2006: 85)
pada desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan
sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (01) disebut
pretest, dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut posttest. Perbedaan antara
01 dan 02 yakni 02 - 01 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau
eksperimen.
Tabel 3.1 Pola Penelitian
Pretest Treatment Posttest
01 X 02
Arikunto (2006: 85) Keterangan:
01 = Test awal (Pretest) 02 = Test akhir (Posttest)
X = Perlakuan; Pembelajaran dengan penerapan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving
3.2POPULASI DAN SAMPEL
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIIISMP Pasundan
8 Bandung.Jumlah Populasi penelitian sama dengan jumlah siswa kelas VIIyaitu
Pada penelitian ini digunakan cluster random sampling (area sampling)
yaitu suatu tehnik pengambilan anggota sampel dari populasi yang sudah
ada(Sugiyono, 2008:121). Sampel untuk penelitian ini ialah kelas VIII B.
3.3LOKASI PENELITIAN
Penelitian dilakukan di SMP Pasundan 8Bandung yang bertempat di jalan
Cikutra No.201Kota Bandung.
3.4INSTRUMEN PENELITIAN
Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap
fenomena soaial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat
kalau dinamakan membuat laporan daripada melakukan penelitian.Maka harus
ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan
instrument penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati.Salah satu tujuan
dibuatnya instrumen adalah untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap
mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini. Instrumen digunakan
sebagai alat untuk memperoleh data yang diperlukan. Instrumen pengumpul data
yang digunakan adalah :
3.4.1 PENGEMBANGAN MMI
Tahap analisis dimulai dari menetapkan tujuan pengembangan MMI serta
pemilihan materi yang akan disajikan ke dalam media pembelajaran berdasarkan
standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran yang
diterapkan di sekolah penelitian.
Tujuan pengembangan MMI adalah sebagai alat bantu bagi penulis dalam
menyajikan materi dalam proses pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran Thingking Aloud Pair Problem Solving.
3.4.1.2Tahap Desain
Pada tahap desain dilakukan perancangan alur MMI mulai dari pembuatan
flowchart dan storyboard media pembelajaran.
3.4.1.3Tahap Pengembangan
Tahap pengembangan merupakan tahap pelaksanaan produksi pembuatan
media pembelajaran. Pada tahapan ini, media dikembangkan sesuai dengan alur
dalam flowchart serta desain antar muka yang dibuat dalam bentuk storyboard.
Pembuatan media pembelajaran dilakukan dengan menggunakan Adobe Flash.
3.4.1.4Tahap Penilaian (Judgement) Media
Sebelum media pembelajaran digunakan, maka tahap penilaian
(judgement) perlu dilakukan. Tahap judgement merupakan tahapan penilaian
media pembelajaran yang dilakukan berdasarkan aspek media dan aspek materi
kepada ahli media dan materi.
3.4.1.4Tahap Implementasi
Tahap implementasi merupakan tahapan uji coba media pembelajaran
setelah pada tahap penilaian diputuskan apakah media pembelajaran tersebut
pada proses pembelajaran di kelas eksperimen sesuai dengan rancangan desain
penelitian yang dibuat.
3.4.2 Soal Uji Instrumen
Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes
berupa tes hasil belajar. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes tertulis
pretest dan posttest berupa soal pilihan ganda dengan opsi jawaban empat buah
yang disusun dan dikembangkan berdasarkan kompetensi yang harus dikuasai
siswa. Untuk mengetahui sejauh mana kualitas suatu instrumen tes tersebut, maka
sebelumnya perlu dilakukan serangkaian pengujian dan analisis terhadap
instrumen. Untuk mendapatkan instrumen yang berkualitas dapat ditinjau dari
beberapa hal diantaranya uji validitas, uji reliabilitas, uji indeks kesukaran, uji
daya pembeda.
3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data
tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat tahapan-tahapan
pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Penyajian
data hasil observasi dibuat dalam bentuk tabel untuk kemudahan dalam
3.4.4 Angket Siswa
Angket dalam bentuk skala sikap yang digunakan adalah skala sikap model
likert (skala Likert). Derajat penilaian siswa terhadap satu pernyataan dalam skala
Likert tersusun secara bertingkat mulai dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral
(N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat tidak Setuju (STS). Namun peneliti hanya
menggunakan empat kategori saja dengan menghilangkan kategori netral. Hal ini
dilakukan untuk menghindari jawaban yang tidak objektif.
Pernyataan pada angket terbagi menjadi dua pernyataan, yaitu pernyataan
positif dan pernyataan negatif. Pernyataan ini dibuat berdasarkan aspek-aspek
yang diteliti. Aspek tersebut meliputi sikap atau repson siswa terhadap mata
pelajaran TIK dengan menggunakan metode TAPPS. Dalam mengeanalisis data
hasil angket, skala kualitatif ditransfer kedalam skala kuantitatif.
Tabel 3. 2
Kategori Skala Penilaian Angket
Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan
Positif Negatif
Sangat Tidak Setuju (SS)
1 5
Tidak Setuju (TS) 2 4
Setuju (S) 4 2
Sangat Setuju (S) 5 1
Angket siswa yang berisi 20 pernyataan setelah diolah dengan
menggunakan cara di atas, selanjutnya subjek akan digolongkan pada kelompok
siswa yang memiliki sikap positif atau sikap negatif. Penggolongan dapat
dari 3 maka siswa menanggapi positif. Sebaliknya jika reratanya kurang dari 3,
siswa menanggapi negatif.
3.5 PROSEDUR PENELITIAN
3.5.1 Tahap Persiapan Penelitian
1. Melakukan studi pendahuluan.
2. Menelaah penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan
dengan Metode pembelajaran TAPPS.
3. Menyusun proposal penelitian.
4. Melakukan perizinan di dalam kampus.
5. Menghubungi pihak-pihak yang terkait di sekolah.
6. Menentukan objek penelitian.
7. Menyusun instrumen penelitian, meliputi RPP, soal pretest, soal posttest,
dan media pembelajaran.
8. Melakukan judgement pada pihak yang berkompeten, dalam hal ini
melibatkan dua dosen dan satu guru mata pelajaran.
9. Mengujicobakan instrumen pada kelompok siswa yang sudah
mendapatkan pembelajaran TIK dengan materi ajar tentang.
Mengidentifikasi berbagai komponen perangkat keras komputer,
Mengidentifikasi berbagai perangkat lunak program aplikasi.
10.Melakukan revisi instrumen.
a. Siswa yang menjadi sampel penelitian diberi pengarahan.
b. Siswa melaksanakan pretest mata pelajaran TIK.
c. Siswa melaksanakan pembelajaran TIK dengan menerapkan
metodeTAPPS.
d. Peneliti mencatat perkembangan pembelajaran siswa.
e. Pada setiap akhir sesi pembelajaran tiap siswa mengisi jurnal.
f. Siswa melaksanakan posttest.
g. Tiap siswa mengisi angket yang berisi butir-butir pernyataan mengenai
respon dan sikap siswa terhadap mata pelajaran TIK dengan
menggunakan metode Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS).
3.5.3 Tahap Penarikan Kesimpulan
a. Melakukan analisis data.
b. Menarik kesimpulan.
c. Menyusun laporan hasil penelitian berupa skripsi.
3.5.4 Tahap Pengolahan Data Hasil Penelitian
Setelah data diperoleh maka hal yang harus dilakukan adalah mengolah data
hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah serta memperoleh kesimpulan.
Data yang diolah berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
berupa skor hasil pretest dan posttest 20 item PG mata pelajaran TIK. Pretest
dilakukan sebelum pembelajaran dengan menerapkan metodeThingking Aloud
pemahaman awal siswa terhadap materi yang akan di ajarkan sedangkan Post-est
dilaksanakan setelah proses pembelajaran dengan metodeTAPPS di terapkan
dikelas untuk mengetahui sampai sajauh mana tingkat pemahaman materi yang di
dapat siswa melalui metodeTAPPS. Sedangkan data kualitatif berupa angket /
skala sikap siswa terhadap pembelajaran TIK serta respon dan sikap siswa
terhadap mata pelajaran TIK dengan menggunakan metode Thingking Aloud Pair
Problem Solving (TAPPS).
3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Secara garis besar teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut:
(TAPPS).
3 Observer Tahapan pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung
Observasi/
Pengamatan
Lembar
Observasi
3.7 TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Dalam penelitian ini data yang telah diperoleh kemudian diolah berdasarkan
langkah berikut:
3.7.1 Pengolahan Data Kuantitatif
3.7.1.4Data Hasil Uji Instrumen
Untuk mengetahui sejauh mana kualitas suatu instrumen tes, harus terlebih
dahulu memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto,
instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan
reliabel.
3.7.1.4.1 Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan
atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang shahih memiliki nilai
validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang shahih memiliki nilai
validitas yang rendah (Arikunto, 2006: 168). Pengujian validitas bertujuan untuk
mengetahui kesahihan serta ketepatan tiap butir soal. Untuk menguji validitas
digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:
∑ ∑ ∑
(Arikunto, 2006: 170)
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi yang dicari (koefisien validitas). N : Jumlah Subjek (banyaknya siswa yang mengikuti tes). ΣX : Jumlah skor setiap butir soal (jawaban yang benar). ΣY : Jumlah skor total.
Interpretasi koefisien validitas disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.4
Interpretasi Nilai Koefisien Validasi Koefisien Kolerasi Interpretasi
0,80 ≤ rxy ≤ 1,00 Tinggi 0,60 ≤ rxy ≤ 0,80 Cukup 0,40 ≤ rxy ≤ 0,60 Agak Rendah 0,20 ≤ rxy ≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah
(Arikunto, 2006: 276)
3.7.1.4.2 Reliabilitas
Reliabilitas suatu tes adalah tingkat keajegan atau ketepatan instrumen
terhadap kelas yang dapat dipercaya sehingga instrumen dapat diandalkan sebagai
pengambil data. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan
menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar
sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil tetap akan sama
(Arikunto, 2006:178). Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan
r11 =
1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
dengan r11 yaitu reliabilitas instrumen, r 2 1 2
1 yaitu korelasi antara skor-skor
setiap belahan tes. Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat
reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.5
Interpretasi Reliabilitas Besar nilai r11 Kriteria
0,91 r 1,00 Sangat Tinggi
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks
kesukaran (difficulty index)(Arikunto, 2001:207).
Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran tiap butir soal
adalah sebagai berikut :
P = Indeks Kesukaran.
B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar. JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Interpretasi indeks kesukaran disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 3.6
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh
(berkemampuan rendah) (Arikunto, 2001: 211).
Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda adalah sebagai
berikut:
JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JSA = Jumlah siswa kelompok atas
Interpretasi daya pembeda disajikan dalam tabel berikut:
Interpretasi Daya Pembeda
Daya Pembeda Klasifikasi
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik
3.7.1.5Data Hasil Belajar
Data hasil tes yang dianalisis yaitu skor pretest dan posttest antara kelompok
siswa kelas atas, tengah dan bawah. Pengelompokan siswa dilakukan dengan
membagi siswa kedalam tiga kelompok kelas berdasarkan prestasi belajar siswa,
yaitu kelompok kelas atas, tengah dan bawah. Pada penelitian ini prestasi belajar
siswa dilihat berdasarkan nilai pretest. Pembagian kelompok dilakukan dengan
cara menentukan batas kelompok siswa dengan suatu standar deviasi tertentu.
Langkah-langkah dalam menentukan kelompok siswa dalam 3 rangking
dengan standar deviasi menurut Arikunto (2001: 263-265) adalah sebagai berikut:
a. Menjumlah skor semua siswa.
b. Mencari nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Deviasi Standar atau
Standar Deviasi).
c. Menentukan batas-batas kelompok.
- Kelompok atas atau kelas atas
Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu
standar deviasi ke atas.
- Kelompok sedang atau kelas tengah
- Kelompok kurang atau kelas bawah
Semua siswa yang mempunyai skor -1 SD dan yang kurang dari itu.
rumus untuk mencari mean (X):
X = ∑
dimana, ∑X adalah jumlah semua skor dan N adalah banyaknya siswa.
Sedangkan rumus untuk mencari standar deviasi:
√∑ ∑
dimana, SD = Standar Deviasi
∑
= tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N
∑
= semua skor dijumlahkan, dibagi N lalu dikuadratkan
Selanjutnya data tersebut diolah dengan pendekatan kuantitatif menggunakan
uji statistik. Langkah-langkah yang ditempuh untuk melakukan uji statistik adalah
sebagai berikut :
3.7.1.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa
keabsahan/normalitas sampel. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan
menggunakan rumus uji kecocokan Chi kuadrat (X2).
Adapun langkah-langkah dalam menghitung normalitas ini adalah:
b. Uji Normalitas distribusi skor.
Untuk melakukan Uji Normalitas distribusi skor, maka digunakan uji Chi
Kuadrat (Sugiyono, 2008:241) dengan rumus sebagai berikut :
Dengan : χ2
= Chi Kuadrat
f0 = Frekuensi nyata atau hasil pengamatan
fh = Frekuensi yang diharapkan
Adapun langkah langkah yang diperlukan dalam pengujian normalitas data
menurut Sugiyono (2008:241) adalah sebagi berikut :
a. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. Dalam
hal data hasil pretes dan postes.
b. Menentukan jumlah kelas interval :
Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 Log n.
c. Menentukan panjang kelas interval yaitu :
P = ⁄ dimana r adalah rentang antara nilai maksimal dikurangi nilai
minimal.
d. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi.
e. Menghitung fh(frekuensi yang diharapkan).
f. Memasukan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung
harga-harga (fo– fh)2 dan
adalah merupakan harga Chi Kuadrat (Xh2) hitung.
h. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel.
Dengan mennggunakan taraf signifikansi = 0,05, kriteria pengujiannya
adalah apabila nilai xhitung< xtabel, maka hasil test terdistribusi normal.
3.7.1.5.2 Analisis Indeks GainSkor Ternormalisasi
Gain Skor Ternormalisasi dihitung untuk mengetahui efektifitas perlakuan
yang diberikan. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai
gain ternormalisasi (Meltzer, 2002):
Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain <g>
menurut klasifikasi Meltzer (2002) sebagai berikut :
Tabel 3.8
Interpretasi Indeks Gain
Indeks Gain Interpretasi
<g>> 0,70 Tinggi 0,30 <<g> ≤ 0,70 Sedang <g> ≤ 0,30 Rendah
3.7.1.5.3 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata peningkatan
hasil belajar siswa pada ranah kognitif antara kelompok siswa atas, tengah dan
bawah dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) setelah
diterapkan model Thinking Aloud Pair Problem Solving. Uji hipotesis ini
dari "Analysis Of Varian" adalah salah satu uji komparatif yang digunakan untuk
menguji perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelompok (Hidayat,
http://statistikian.blogspot.com/2012/11/one-way-anova-dalam-spss.html, akses
14 maret 2013) yaitu melalui pengetesan variansinya. Adapun yang
diperbandingkan pada uji hipotesis ini adalah nilai gain ternormalisasi.
Jenis ANOVA yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANOVA satu jalur,
karena hanya memperhatikan satu peubah saja yaitu peningkatan hasil belajar
siswa. Perbedaan rerata dengan uji ANOVA dapat ditulis sebagai berikut:
Keterangan:
RJKa = variansi antar kelompok (rerata jumlah kuadrat antar)
RJKi = Variansi kekeliruan pemilihan sampel (rerata jumlah kuadrat
inter)
Dimana;
RJKa =
∑ ⁄ ⁄
RJKi =
∑ ∑ ∑ ⁄
Dengan keterangan :
J = Jumlah seluruh data
N = banyak data
k = banyak kelompok
Jj = jumlah data dalam kelompok-j
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi α =
0,05, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Fhitung ≤ Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, dan
Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Setelah uji ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji SCHEFFE dengan
maksud untuk melihat perbedaan rerata (mean) dari gain ternormalisasi antara
kelompok siswa kelas atas, tengah dan bawah. Dari ketiga kelompok siswa
tersebut mana yang paling signifikan perbedaannya.
Untuk menganalisis uji ANOVA dan SCHEFFE ini dibantu dengan software
SPSS 19 for windows.
3.7.2 Pengolahan Data Kualitatif
Angket
Data yang diperoleh dari angket / skala sikap bertujuan untuk mengetahui
respon dan sikap siswa. Suherman (2003:190) menjelaskan kriteria penskoran
untuk angket / skala sikap seperti berikut:
Untuk pernyataan positif
SS diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 2, STS diberi skor 1
Untuk pernyataan negatif
SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 4, STS diberi skor 5
Keterangan :
SS = Sangat Setuju S = Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Selain dengan cara penskoran data hasil angket juga dapat dianalisis dengan
rumus sebagai berikut:
100% f
P n
(Larasati, 2008:46)
Keterangan:
P : Presentasi jawaban f : frekuensi jawaban n : Banyak responden
Selanjutnya untuk menafsirkan data tersebut dibuat kriteria persentasi angket
sebagai berikut:
100 % = Seluruhnya 75 % - 99 % = Sebagian besar
51% - 74% = Lebih dari setengahnya 50 % = Setengahnya
25 % - 49 % = Hampir setengahnya 1 % - 24 % = Sebagian kecil 0 % = Tidak ada
Randy Rahadian, 2013
Penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Berbantuan Multimedia
Interaktifdalam Mata Pelajaran TIK (Teknologi Informasi Dan Komunikasi) Terhadap Peningkatan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanpada bab I, II, III, dan IV
mengenai penerapan Metode TAPPS (Thinking Aloud Pair Problem Solving)pada
mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Multimedia Interaktif dapat dibuat dan dikembangkan untuk membantu
penerapan metode TAPPS dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi
2. MetodeThingking Aloud Pair Problem Solving dapat meningkatkan hasil
belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan
Komunikasi ditunjukan dengan terdapatnya perbedaan rata-rata hasil belajar
siswa antara kelompok atas, tengah dan bawah setelah diimplementasikannya
MetodeThingking Aloud Pair Problem Solving.
3. Hampir seluruh siswa siswa lebih menyukai pembelajaran TIK dengan
menggunakan metode TAPPS. Dengan metode TAPPS dapat membuat siswa
lebih cepat memahami materi TIK dan membuat siswa bisa
mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari sehingga siswa menjadi lebih
Randy Rahadian, 2013
Penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Berbantuan Multimedia
Interaktifdalam Mata Pelajaran TIK (Teknologi Informasi Dan Komunikasi) Terhadap Peningkatan
5.2SARAN
Setelah peneliti melaksanakan penelitian tentang “Penerapan Metode
Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) berbantuan MMI terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam mata pelajaran TIK”. Hasil penelitian ini
memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa penerapan Metode TAPPS
berbantuan MMI bisa menjadi pertimbangan yang baik sebagai alternative
pembelajaran TIK di sekolah. Dibalik segala kelebihan penerapan metode TAPPS
dalam mencapai tujuan dan hasil pembelajaran yang diinginkan, guru tetap harus
semaksimal mungkin mempersiapkan materi dan bahan ajar sebelum
melaksanakan KBM tentunya jika kita sebagai seorang guru TIK alangkah
baiknya jika materi disajikan menggunakan media pembelajaran interaktif. Untuk
kedepannya, penelitian tentang MetodeThingking Aloud Pair Problem Solving ini
diharapkan menjadi lebih baik lagi. Untuk itu penulis merekomendasikan kepada
peneliti selanjutnya supaya bisa mengkaji lebih dalam lagi dan dapat memperbaiki
DAFTAR PUSTAKA
Aprilia, Dika. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan
Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi aksara.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.
Hidayah, Ruzyta Nur. (2010). Pembelajaran Matematika Melalui Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Tipe Soal Analisis. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Hidayat, A. (2012). One Way Anova dalam SPSS [Online]. Tersedia:
http://statistikian.blogspot.com/2012/11/one-way-anova-dalam-spss.html [8 Juni 2013]
Mahesa, Gemma. (2010). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Dalam Mata Pelajaran KKPI(Keterampilan Komputer Pengolah Informasi). Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Manggala, Ibrahim Sani Ali. (2010). Pembelajaran Matematika Dengan MetodeThinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Untuk Meningkatkan Penalaran Adaptif Siswa Sma :Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMAN 6 Bandung. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Mukhlis, M. Y,. (2010). Penerapan Model Project Based Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan. Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Purwanto. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rahmawati, Inri. (2011). Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Dalam Pembelajaran MatematikaTerhadapKompetensiStrategis (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 14 Bandung). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Ruseffendi, E.T. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang non Eksakta Lainnya. Semarang : CV IKIP Semarang Press.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Slavin. (1992). Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) [Online]. Tersedia: http://www.wcer.wisc.edu/archive/c11/CL/doingcl/tapps.ht [17 Januari 2013]
Sofyan, Rohman. (2011). Penerapan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah SiswaPadaKonsep Gerak Melingkar Beraturan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA UPI
Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.
Sujiono. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.
Susilana, Rudi. (1996). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran UPI.
Syakur, Abdan. (2013). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran TIK. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.
UPI. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.