• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MATA PELAJARAN TIK(TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI)TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MATA PELAJARAN TIK(TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI)TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIFDALAM MATA

PELAJARAN TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syaratuntuk Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Pendidikan

Program StudiPendidikanIlmuKomputer

Oleh:

RANDY RAHADIAN 060915

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

RANDY RAHADIAN 060915

PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MATA

PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing I,

Drs. H. Heri Sutarno, M.T NIP. 195607141984031002

Pembimbing II,

Dr. Dedi Rohendi, M.T NIP. 196705241993021001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer

(3)

PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN

MULTIMEDIA INTERAKTIF

DALAM MATA PELAJARAN TIK

TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

Oleh Randy Rahadian

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Randy Rahadian 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

PENERAPAN METODE THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MATA

PELAJARAN TIK (TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA

Randy Rahadian 060915

Pembimbing I: Drs. H. Heri Sutarno, M.T Pembimbing II: Dr. Dedi Rohendi, M.T

Program Studi Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI Bandung Tahun 2013

ABSTRAK

Thinking Aloud Pair Problem Solvingmerupakan metode pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang terdiri dari 2 pihak yaitu ada yg bertindak sebagai Problem Solver dan ada yg bertindak sebagai Listener.Kedua pihak ini mempunyai tugas masing-masing, Problem Solver memiliki peran menjelaskan pemecahan dari satu masalah atau mengemukakan pendapat dan pikirannya terhadap masalah yang sedang coba dipecahkan. Listener berperan untuk menyimak dan mendengarkan Problem Solver serta mengarahkan problem solver untuk menemukan jalan dalam memecahkan masalah yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata peningkatan hasil belajar siswa pada dalam ranah kognitif antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diimplementasikanmetodeThinking Aloud Pair Problem Solvingpada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan desain Pre-Eksperimental menggunakan model One-Group Pretest-Posttest Design. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-B SMP Pasundan 8 Bandung sebanyak 35 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif berupa pilihan ganda dan angket untuk respon siswa. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, didapatkan hasil perhitungan gain ternormalisasi <g> sebesar 0,50 yang termasuk dalam kriteria sedang.Pengujian hipotesis dengan menggunakan uji ANOVA satu jalur menunjukkan nilai Fhitung> Ftabel, 14,164> 3,28 artinya H0 ditolak. Selanjutnya pengujian hipotesis dengan SCHEFFEketiganya memiliki perbedaan yang signifikan karena nilai signifikansi yang didapat kurang dari 0,05, namun diantara ketiganya perbedaan rerata gain ternormalisasi yang paling signifikan adalah antara kelas tengah dan kelas bawah dengan nilai siginikasi 0,000.Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kemampuan pemahaman antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diimplementasikanmetodeThinking Aloud Pair Problem Solvingpada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).Berdasarkan angket siswa , sebagian besar siswa menunjukan respon yang positif terhadap pembelajaran TIK dengan menerapkan metode TAPPS berbantuan multimedia interaktif.

(5)

THE APPLICATION OF THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) METHOD ASSISTED WITH INTERACTIVE MULTIMEDIAIN ICT

LESSONS (INFORMATION TECHNOLOGY AND COMMUNICATIONS) FOR THE IMPROVEMENT OF STUDENT LEARNING

Randy Rahadian 060 915

Supervisor I: Drs. H. Heri Sutarno, M.T Supervisor II: Dr. Dedi Rohendi, M.T

Computer Science Education Program FPMIPA UPI Bandung in 2013

ABSTRACT

Thinking Aloud Pair Problem Solving is a method of problem solving based on learning consisting of 2 participant which they are acts as a Problem Solver and some acts as a Listener. Both of these participant have their respective duties, Problem Solver has to explainthe role of a problem-solving or expresse their opinions and thoughts on issues that have to be solve. Listener’s role is to listen Problem Solver and direct a problem solver to find a way to solve the existing problems. The purpose of this study was to determine the average difference in improving student learning outcomes in the cognitive domain between the groups of students, middle and bottom once implemented method of Thinking Aloud Pair Problem Solving on the Information and Communication Technology (ICT) subject. The method used is an experimental method, with the Pre-Experimental design using One-Group Pretest-Posttest Design model. The objects used in this study were students of class VIII-B Pasundan 8 Bandung Junior Highschool as many as 35 peoples. The instrument used in this study is a multiple choice objective tests and questionnaires for students' responses. Based on the research results and analysis of data, the calculation results obtained <g> normalized gain of 0.50 is included in the criteria being. Hypothesis testing using ANOVA test showed the value of the path Fcount> F, 14.164> 3.28 means that H0 is rejected. Then hypothesis testing with SCHEFFE posthoc test showed there are significant average difference betwen the groups. It can be concluded that there are differences in the average increase student learning outcomes in the realm of comprehension among the group of students, middle and bottom after the implemented of Thinking Aloud Pair Problem Solvingmethod on the subjects of Information and Communication Technology (ICT). Most of the students showed a positive response to the ICT learning by applying TAPPS aided interactive multimedia.

(6)

DAFTAR ISI

1.7 Definisi Operasional ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ...11

2.1Belajar dan Mengajar ... 11

2.1.1 Belajar ... 11

2.1.2 Mengajar ... 12

2.2Metode Pembelajaran ... 13

2.3Metode Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) ...15

2.3.1 Pengertian Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) ... 15

2.3.2 Perkembangan TAPPS ... 18

2.3.3 Studi Klinis dan Hasil TAPPS ... 19

2.3.4 Pemecahan Masalah dengan Metode TAPPS ... 20

2.3.5 Manfaat Pelatihan TAPPS ... 22

2.4Hasil Belajar ... 23

2.4.1 Definisi Hasil Belajar ... 23

2.4.2 Hasil Belajar ... 24

2.5Media Pembelajaran ... 27

2.5.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 27

2.5.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ...28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...30

3.1Metode dan Desain Penelitian ...30

3.2Populasi dan Sampel ...32

3.3Lokasi Penelitian ...33

3.4Instrumen Penelitian...33

3.4.1 Metode Pengembangan MMI ... 33

3.4.1.1Tahap Analisis ... 33

3.4.1.2Tahap Desain ... 34

(7)

3.4.1.4Tahap Penilaian Media ... 34

3.4.1.5Tahap Implementasi ... 34

3.4.2 Soal Uji Instrumen ... 34

3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ... 35

3.4.4 Angket Siswa ... 35

3.5Prosedur Penelitian ... 36

3.6.1 Tahap Persiapan Penelitian ... 36

3.6.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 37

3.6.3 Tahap Penarikan Kesimpulan ... 38

3.6.4 Tahap Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 38

3.6Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.7Teknik Pengolahan Data ... 40

3.8.1 Pengolahan Data Kuantitatif ... 40

3.8.1.1 Data Hasil Uji Instrumen ... 40

3.8.1.1.1 Validitas ... 40

3.8.1.2.2 Analisis Index Gain Ternormalisasi ... 46

3.8.1.2.3 Uji Hipotesis ... 47

3.8.2 Pengolahan Data Kualitatif ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...51

4.1 Analisis Data Hasil Uji Instrumen ...51

4.2 Analisis Data Hasil Penelitian ...54

4.2.1 Data Hasil Pretest ... 54

4.2.1.1 Analisis Data Pretest ... 54

4.2.1.2 Uji Normalitas Pretest ... 55

4.2.2 Data Hasil Posttest ... 56

4.2.2.1 Analisis Data Posttest ... 56

4.2.2.2 Uji Normalitas Posttest ... 57

4.2.3 Gain Ternormalisasi ... 58

4.2.4 Uji Hipotesis ... 59

4.2.5 Analisis Data Angket Siswa ... 62

4.3Pembahasan Hasil Penelitian ...64

4.3.1 Data Hasil Observasi ... 67

4.3.2 Data Hasil Angket Respon Siswa ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...70

5.1Kesimpulan ...70

5.2Saran ...71

DAFTAR PUSTAKA ...72

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

3.1Polapenelitian ...33

3.2Kategori Penilaian Angket ...36

3.3Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.4Interpretasi Nilai Koefisien Validasi ... 41

3.5InterpretasiReliabilitas ...42

3.6Interpretasi indeks kesukaran ...42

3.7Interpretasi daya pembeda ...43

3.8Interpretasi indeks gain<g> ...47

4.1Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Pretest ... 52

4.2Analisis Data Hasil Uji Coba Instrumen Posttest ...53

4.3Perbandingan rerata Pretest ... 55

4.4Hasil Analisis Normalitas Data Pretest ...56

4.5Perbandingan rerata posttest ...57

4.6Hasil Analisis Normalitas Data Posttest ...58

4.7Interpretasi nilai <g> kategori siswa ...59

4.8Oneway descriptive ...60

4.9Test of homogenity variances ...61

4.10 Oneway ANOVA ...61

4.11 Multiple Comparisons, Scheffe ... 62

4.12 Data Hasil Angket Respon Siswa ... 63

(9)

4.14 Rerata Gain kelas atas, tengah, dan bawah ... 66

4.15 Hasil Observasi Aktivitas Guru dan Siswa ...68

DAFTAR GAMBAR

Gambar

4.1. Grafik perbandingan nilai reratapretest ...55

4.2. Grafik perbandingan nilai rerata posttest ...57

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap

orang berhak untuk mendapatkan pendidikan. Dalam Undang-Undang Pendidikan

No.20 tahun 2003 pasal 3 (Susilana, dalam Mahesa, 2010) disebutkan:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi kita dituntut untuk dapat

memiliki sikap dan cara berpikir secara kritis, logis, kreatif, dan sistematis agar

dapat menyelesaikan berbagai macam permasalahan kehidupan. Hal ini dapat

ditempuh melalui proses belajar.

Belajar merupakan hal yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan.

Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Pendidikan

dan pengajaran perlu diupayakan agar siswa dapat berkembang dengan baik

menjadi manusia berkualitas, yang mampu menghadapi serta mengendalikan

tantangan dan perubahan zaman.(Mahesa, 2010:1)

Hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada bulan Mei 2013 di

SMPPasundan 8 Bandung memperlihatkan bahwa TIK merupakan salah satu mata

(11)

pembelajaran yang belum optimal. Siswa lebih bersifat pasif, enggan, takut atau

malu untuk mengungkapkan ide-ide ataupun penyelesaian atas soal-soal latihan

yang diberikan di depan kelas ataupun pada kegiatan praktikum. Tidak jarang

siswa kurang mampu dalam mempelajari materi yang diajarkan sebab dirasa

terlalu sulit. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar siswa.

Atas dasar kenyataan inilah, perlu adanya upaya serius untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran TIK dengan melakukan kegiatan evaluasi

yang dilakukan guru dalam meningkatkan hasil belajar sehingga siswa diharapkan

mampu memahami materi yang disampaikan dengan baik dan tidak cenderung

pasif dan bosan dalam menghadapi atmosfer pembelajaran di kelas.

Idealnya minimal tenaga pengajar atau guru, fasilitas dan model pembelajaran

sudah dipersiapkan sesuai dengan kompetensi. Hal ini sejalan dengan pernyataan

Dimyati dan Mudjono (dalam Mahesa, 2010:3) mengenai peran guru:

Siswa yang belajar di sekolah, direncanakan dan diprogramkan oleh guru dengan sebaik-baiknya, guru berkepentingan untuk mendorong siswa aktif belajar karena sebagai pendidik generasi muda bangsa, guru berkewajiban mencari dan menemukan masalah-masalah belajar yang dihadapi siswa.

Salah satu penyelesaian dari permasalahan di atas adalah perlu dicari suatu

alternatif dengan melakukan inovasi dan pendekatan, baik itu dalam

memaksimalkan media ataupun metode penyampaian sehingga proses

pembelajaran dapat berlangsung aktif, efektif, dan menyenangkan. Menurut

Wragg (1997) pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan

(12)

nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar

yang diinginkan.

Salah satu yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar siswa di

sekolah, ialah kualitas pengajaran. Yang dimaksud dengan kualitas pengajaran

ialah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar mengajar dalam

mencapai tujuan pengajaran (Sudjana, 1989:40). Sedangkan tujuan pengajaran

akan tercapai bila kegiatan belajar (aktivitas) siswa dapat dioptimalkan sesuai

dengan kemampuan yang dimilikinya sehingga dapat meningkatkan motivasi

belajar dan inisiatif siswa untuk bertanya dan mengungkapkan ide yang

mengakibatkan meningkat pula hasil belajarnya. Jadi tercapai atau tidaknya tujuan

pengajaran oleh siswa merupakan akibat dari aktivitas belajar siswa sehingga

dapat dikatakan bahwa aktivitas belajar siswa berbanding lurus dengan hasil

belajar siswa yang telah ditetapkan sebagai tujuan pengajaran. Artinya, bahwa jika

aktivitas belajar siswa dapat ditingkatkan maka hasil belajar yang telah ditetapkan

sebagai tujuan pengajaran juga dapat ditingkatkan. Oleh karena itu, masalah

rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran atau keaktifan siswa yang

dihubungkan dengan hasil belajar menjadi sangat penting untuk diatasi dan diteliti

lebih lanjut.

Oleh karena itu diberikan alternatif untuk memecahkan masalah rendahnya

aktivitas siswa yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan

menggunakan metode Problem Solving. Metode ini mengandung aktivitas belajar

(13)

tetapi juga merupakan suatu metode berpikir juga menitikberatkan aktivitas

belajar siswa dalam memecahkan masalah. (Sudjana, 1989:85).

Metode Problem Solving memiliki metode pembelajaran dalam

penerapannya salah satunya adalah metode Thinking Aloud Pair Problem Solving

(TAPPS) yang diperkenalkan oleh Cleparede. Kesadaran perlunya metode TAPPS

dalam pembelajaran didasarkan pada kenyataan bahwa sebagian besar siswa

kurang mampu menyelesaikan permasalahan dalam materi ataupun praktikum

secara perseorangan, dengan berpasangan siswa diharapkan mampu memahami

lebih. Hal ini terjadi dikarenakan adanya transfer informasi interaktif dalam proses

diskusi berpasangan dalam TAPPS. (Rahmawati:2011)

Aktivitas metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)

dilakukan dalam kelompok kecil yang heterogen hal ini memungkinkan terjadinya

interaksi yang positif antar siswa sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri

siswa dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam pembelajaran TIK. Metode

TAPPS ini telah diterapkan oleh Stice (1987) dan Pestel (1993) menjanjikan

adanya peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa jika dibandingkan

dengan metode pembelajaran konvensional. (Rahmawati:2011)

Sebelumnya telah ada penelitian mengenai metode TAPPSyang dilakukan

oleh Yuniawatika (2008) yang berjudul Penerapan Metode Thinking Aloud Pair

Problem Solving (TAPPS) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi

Matematis Siswa SMP (Suatu Penelitian Terhadap Siswa Kelas VIII SMP Negeri

1 Bandung). Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan

(14)

pembelajaran matematika dengan menggunakan metode TAPPS dan siswa yang

mendapat pembelajaran matematika dengan menggunakan metode non-TAPPS

(pembelajaran biasa). Dimana peningkatan kemampuan komunikasi matematik

siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode TAPPS lebih baik dari siswa

yang mendapat pembelajaran metode non-TAPPS (pembelajaran biasa). Selain

itu, sebagian besar siswa menunjukkan respon yang positif terhadap pembelajaran

yang telah dilakukan.

Penelitian lainnya telah dilakukan oleh Sofyan (2011) dengan judul

Penerapan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)

Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada

Konsep Gerak Melingkar Beraturan. Sofyan mengemukakan bahwa prestasi

belajar siswa pada mata pelajaran fisika relatif rendah bila dibandingkan dengan

pencapaian pada mata pelajaran lain. Rendahnya prestasi belajar terindikasi

sebagai akibat rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa dengan menerapkan metode TAPPS pada pokok bahasan

GMB peningkatan kemampuan siswa pada komponen memahami masalah

mencapai kategori tinggi, membuat rencana pemecahan masalah mencapai

kategori sedang, dan melaksanakan pemecahan masalah mencapai kategori tinggi.

Secara keseluruhan kemampuan pemecahan masalah siswa meningkat dengan

kategori tinggi.

Berdasarkan pemaparan di atas, kiranya pengkajian lebih dalam tentang

penerapan metode TAPPS dalam mata pelajaran TIK akan sanga menarik untuk

(15)

digunakan bantuan Multimedia Interaktif sebagai media pembelajarannya.

Sehingga penelitian ini dituangkan dalam judul “PENERAPAN METODE

THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) BERBANTUAN

MULTIMEDIA INTERAKTIF DALAM MATA PELAJARAN TIK

(TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI) TERHADAP

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA”.

1.2RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemaparan dari latar belakang masalah di atas maka

perumusan masalah pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana membuat Multimedia Interaktif (MMI) dalam upaya peningkatan

hasil belajar siswa dengan penerapan metode Thinking Aloud Pair Problem

Solving (TAPPS) pada mata pelajaran TIK ?

2. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa kelompok atas,

tengah dan bawah setelah diterapkannya metode Thinking Aloud Pair

Problem Solving (TAPPS) berbantuan Multimedia Interaktif (MMI) pada

mata pelajaran TIK?

3. Bagaimana respon siswa terhadap mata pelajaran TIK dengan penerapan

metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)berbantuan

(16)

1.3PEMBATASAN MASALAH

Agar penelitian tidak melebar dan terfokus, maka masalah dalam

penelitian dibatasi. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Materi yang diberikan pada pembelajaran TIK adalahmembuat dokumen baru

pengolah angka, mengedit kolom dan baris, mengatur format bilangan, dan

menggunakan rumus dan fungsi sederhana.

2. Penelitian ini mengambil sampel siswa kelas VIII.

3. Indikator dari peningkatan hasil belajar siswa adalah hasil belajar siswadalam

aspek kognitif , aktifitas siswa dan respon siswa.

1.4TUJUAN PENELITIAN

Adapun Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui bagaimana mengembangkan Multimedia Interaktif (MMI) dalam

upaya peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan metode Thinking

Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) pada mata pelajaran TIK.

2. Untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar antara siswa

kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkannya metode Thinking

Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) berbantuan Multimedia Interaktif

(17)

3. Mengetahui respon siswa terhadap mata pelajaran TIK dengan penerapan

metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) berbantuan

Multimedia Interaktif.

1.5MANFAAT PENELITIAN

Mengacu pada tujuan yang telah diungkapkan peneliti sebelumnya

terdapat manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, yakni :

1. Bagi siswa : siswa bisa menjadi lebih memahami materi, keadaan kelas

semakin efektif saat pembelajaran TIK khususnya dan dalam mata pelajaran

lain umumnya, serta siswa menjadi lebih aktif mencerna materi saat belajar.

2. Bagi guru : hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam hal

penggunaan model pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa di sekolah, dapat lebih mudah dalam menyampaikan materi terhadap

siswa.

3. Bagi sekolah : mendapatkan informasi berkenaan dengan sejauh mana hasil

belajar dalam mata pelajaran TIK sehingga dapat merumuskan program

preventif sebagai solusinya.

4. Bagi peneliti lain : dapat mengembangkan metode Thinking Aloud Pair

Problem Solving (TAPPS) sebagai bahan penelitian selanjutnya.

1.6HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas , dugaan sementara atau

(18)

Hipotesis Nol (H0) = Tidak terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil

belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah

diterapkan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving.

Hipotesis Kerja (H1) = Terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil

belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah

diterapkan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving.

1.7DEFINISI OPERASIONAL

Dengan memperhatikan judul penelitian, ada beberapa istilah yang perlu

dijelaskan agar tidak terjadi salah penafsiran.

1. Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)berbantuan

Mulitmedia Interaktif merupakan suatu metode pembelajaran yang

melibatkan dua orang siswa bekerja sama menyelesaikan suatu

masalah. Satu siswa memecahkan masalah dengan

memperdengarkannya dan yang lain mendengar, akan meningkatkan

vokalisasi dan akurasi serta kemampuan komunikasi lisan siswa.

TAPPS membantu siswa mengamati dan memahami proses berpikir

mereka sendiri dan rekannya. Setelah suatu masalah selesai

terpecahkan, kedua siswa saling bertukar tugas. Sehingga semua siswa

memiliki kesempatan untuk menjadi Problem Solver dan Listener.

2. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar

dalam aspek kognitif yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan

(19)

3. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran klasikal/biasa yang

menggunakan metode ceramah dan latihan, memandang siswa

memiliki kemampuan yang tidak berbeda sehingga setiap siswa diberi

pelayanan yang sama. Pembelajaran dimulai dengan penyampaian

materi, pemberian contoh soal oleh guru, dan dilanjutkan dengan

(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1METODE DAN DESAIN PENELITIAN

Untuk mengetahui bagaimana penerapan Metode TAPPS terhadap

peningkatan hasil belajar pada mata pelajaran teknologi informasi dan komunikasi

(TIK), penulis melakukan penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan penelitian ekperimen semu (Quasi Experiment) atau istilah lainnya

Pre Eksperimental Design. Hal ini merujuk pada pendapat Arikunto (Syakur,

2013) sebagai berikut:

Pre Eksperimental Design seringkali dianggap sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut juga dengan istilah “quasi experiment” atau eksperimen pura-pura. Diebut demikian karena eksperimen jenis ini belum memenuho persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.

Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana (Syakur, 2013), yang menyatakan

bahwa:

(21)

Berdasarkan pendapat tersebut maka pembelajaran dengan menggunakan

metode TAPPS ditempatkan sebagai variabel bebas, sedangkan hasil belajar siswa

ditempatkan sabagai variabel terikat.

Agar dapat diperoleh hasil yang optimal dalam melakukan penelitian

eksperimen, Ali (dalam Gemma, 2010:24) memaparkan langkah-langkah

penelitian eksperimen sebagai berikut :

1. Meneliti literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian

2. Mengidentifikasi dan membatasi masalah

3. Merumuskan hipotesis

4. Menyusun rencana eksperimen secara lengkap dan operasional, meliputi :

1) Menentukan variable bebas dan terikat,

2) memilih desain eksperimen yang digunakan,

3) menentukan sampel,

4) menyusun alat eksperimen,

5) membuat prosedur pengumpulan data,

6) merumuskan hipotesis statistik (hipotesis nol)

5. Melaksanakan eksperimen (pengumpulan data).

6. Menyusun data untuk memudahkan pengolahan

7. Menentukan taraf arti (level of significant) yang akan digunakan dalam

menguji hipotesis.

8. Mengolah data dengan metode statistika (menguji hipotesis berdasarkan data

(22)

Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh

peneliti, sebagai ancar-ancar kegiatan, yang akan dilaksanakan (Arikunto, 2006:

51). Desain penelitian yang digunakan adalah Pretes and Posttest Group

(Arikunto, 2006: 85). Desain penelitian ini hanya menggunakan satu kelompok

saja, sehingga tidak memerlukan kelompok kontrol. Menurut Arikunto (2006: 85)

pada desain ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu sebelum eksperimen dan

sesudah eksperimen. Observasi yang dilakukan sebelum eksperimen (01) disebut

pretest, dan observasi sesudah eksperimen (02) disebut posttest. Perbedaan antara

01 dan 02 yakni 02 - 01 diasumsikan merupakan efek dari treatment atau

eksperimen.

Tabel 3.1 Pola Penelitian

Pretest Treatment Posttest

01 X 02

Arikunto (2006: 85) Keterangan:

01 = Test awal (Pretest) 02 = Test akhir (Posttest)

X = Perlakuan; Pembelajaran dengan penerapan metode Thinking Aloud Pair Problem Solving

3.2POPULASI DAN SAMPEL

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIIISMP Pasundan

8 Bandung.Jumlah Populasi penelitian sama dengan jumlah siswa kelas VIIyaitu

(23)

Pada penelitian ini digunakan cluster random sampling (area sampling)

yaitu suatu tehnik pengambilan anggota sampel dari populasi yang sudah

ada(Sugiyono, 2008:121). Sampel untuk penelitian ini ialah kelas VIII B.

3.3LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di SMP Pasundan 8Bandung yang bertempat di jalan

Cikutra No.201Kota Bandung.

3.4INSTRUMEN PENELITIAN

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran terhadap

fenomena soaial maupun alam. Meneliti dengan data yang sudah ada lebih tepat

kalau dinamakan membuat laporan daripada melakukan penelitian.Maka harus

ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan

instrument penelitian. Jadi instrument penelitian adalah suatu alat yang digunakan

untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati.Salah satu tujuan

dibuatnya instrumen adalah untuk memperoleh data dan informasi yang lengkap

mengenai hal-hal yang ingin dikaji dalam penelitian ini. Instrumen digunakan

sebagai alat untuk memperoleh data yang diperlukan. Instrumen pengumpul data

yang digunakan adalah :

3.4.1 PENGEMBANGAN MMI

(24)

Tahap analisis dimulai dari menetapkan tujuan pengembangan MMI serta

pemilihan materi yang akan disajikan ke dalam media pembelajaran berdasarkan

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pembelajaran yang

diterapkan di sekolah penelitian.

Tujuan pengembangan MMI adalah sebagai alat bantu bagi penulis dalam

menyajikan materi dalam proses pembelajaran menggunakan metode

pembelajaran Thingking Aloud Pair Problem Solving.

3.4.1.2Tahap Desain

Pada tahap desain dilakukan perancangan alur MMI mulai dari pembuatan

flowchart dan storyboard media pembelajaran.

3.4.1.3Tahap Pengembangan

Tahap pengembangan merupakan tahap pelaksanaan produksi pembuatan

media pembelajaran. Pada tahapan ini, media dikembangkan sesuai dengan alur

dalam flowchart serta desain antar muka yang dibuat dalam bentuk storyboard.

Pembuatan media pembelajaran dilakukan dengan menggunakan Adobe Flash.

3.4.1.4Tahap Penilaian (Judgement) Media

Sebelum media pembelajaran digunakan, maka tahap penilaian

(judgement) perlu dilakukan. Tahap judgement merupakan tahapan penilaian

media pembelajaran yang dilakukan berdasarkan aspek media dan aspek materi

kepada ahli media dan materi.

3.4.1.4Tahap Implementasi

Tahap implementasi merupakan tahapan uji coba media pembelajaran

setelah pada tahap penilaian diputuskan apakah media pembelajaran tersebut

(25)

pada proses pembelajaran di kelas eksperimen sesuai dengan rancangan desain

penelitian yang dibuat.

3.4.2 Soal Uji Instrumen

Instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk tes

berupa tes hasil belajar. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah tes tertulis

pretest dan posttest berupa soal pilihan ganda dengan opsi jawaban empat buah

yang disusun dan dikembangkan berdasarkan kompetensi yang harus dikuasai

siswa. Untuk mengetahui sejauh mana kualitas suatu instrumen tes tersebut, maka

sebelumnya perlu dilakukan serangkaian pengujian dan analisis terhadap

instrumen. Untuk mendapatkan instrumen yang berkualitas dapat ditinjau dari

beberapa hal diantaranya uji validitas, uji reliabilitas, uji indeks kesukaran, uji

daya pembeda.

3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Data hasil observasi merupakan data pendukung dalam penelitian ini. Data

tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat tahapan-tahapan

pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Penyajian

data hasil observasi dibuat dalam bentuk tabel untuk kemudahan dalam

(26)

3.4.4 Angket Siswa

Angket dalam bentuk skala sikap yang digunakan adalah skala sikap model

likert (skala Likert). Derajat penilaian siswa terhadap satu pernyataan dalam skala

Likert tersusun secara bertingkat mulai dari Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Netral

(N), Tidak Setuju (TS) dan Sangat tidak Setuju (STS). Namun peneliti hanya

menggunakan empat kategori saja dengan menghilangkan kategori netral. Hal ini

dilakukan untuk menghindari jawaban yang tidak objektif.

Pernyataan pada angket terbagi menjadi dua pernyataan, yaitu pernyataan

positif dan pernyataan negatif. Pernyataan ini dibuat berdasarkan aspek-aspek

yang diteliti. Aspek tersebut meliputi sikap atau repson siswa terhadap mata

pelajaran TIK dengan menggunakan metode TAPPS. Dalam mengeanalisis data

hasil angket, skala kualitatif ditransfer kedalam skala kuantitatif.

Tabel 3. 2

Kategori Skala Penilaian Angket

Alternatif Jawaban Bobot Penilaian Pernyataan

Positif Negatif

Sangat Tidak Setuju (SS)

1 5

Tidak Setuju (TS) 2 4

Setuju (S) 4 2

Sangat Setuju (S) 5 1

Angket siswa yang berisi 20 pernyataan setelah diolah dengan

menggunakan cara di atas, selanjutnya subjek akan digolongkan pada kelompok

siswa yang memiliki sikap positif atau sikap negatif. Penggolongan dapat

(27)

dari 3 maka siswa menanggapi positif. Sebaliknya jika reratanya kurang dari 3,

siswa menanggapi negatif.

3.5 PROSEDUR PENELITIAN

3.5.1 Tahap Persiapan Penelitian

1. Melakukan studi pendahuluan.

2. Menelaah penelitian-penelitian yang telah dilakukan yang berkaitan

dengan Metode pembelajaran TAPPS.

3. Menyusun proposal penelitian.

4. Melakukan perizinan di dalam kampus.

5. Menghubungi pihak-pihak yang terkait di sekolah.

6. Menentukan objek penelitian.

7. Menyusun instrumen penelitian, meliputi RPP, soal pretest, soal posttest,

dan media pembelajaran.

8. Melakukan judgement pada pihak yang berkompeten, dalam hal ini

melibatkan dua dosen dan satu guru mata pelajaran.

9. Mengujicobakan instrumen pada kelompok siswa yang sudah

mendapatkan pembelajaran TIK dengan materi ajar tentang.

Mengidentifikasi berbagai komponen perangkat keras komputer,

Mengidentifikasi berbagai perangkat lunak program aplikasi.

10.Melakukan revisi instrumen.

(28)

a. Siswa yang menjadi sampel penelitian diberi pengarahan.

b. Siswa melaksanakan pretest mata pelajaran TIK.

c. Siswa melaksanakan pembelajaran TIK dengan menerapkan

metodeTAPPS.

d. Peneliti mencatat perkembangan pembelajaran siswa.

e. Pada setiap akhir sesi pembelajaran tiap siswa mengisi jurnal.

f. Siswa melaksanakan posttest.

g. Tiap siswa mengisi angket yang berisi butir-butir pernyataan mengenai

respon dan sikap siswa terhadap mata pelajaran TIK dengan

menggunakan metode Thingking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS).

3.5.3 Tahap Penarikan Kesimpulan

a. Melakukan analisis data.

b. Menarik kesimpulan.

c. Menyusun laporan hasil penelitian berupa skripsi.

3.5.4 Tahap Pengolahan Data Hasil Penelitian

Setelah data diperoleh maka hal yang harus dilakukan adalah mengolah data

hasil penelitian untuk menjawab rumusan masalah serta memperoleh kesimpulan.

Data yang diolah berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif

berupa skor hasil pretest dan posttest 20 item PG mata pelajaran TIK. Pretest

dilakukan sebelum pembelajaran dengan menerapkan metodeThingking Aloud

(29)

pemahaman awal siswa terhadap materi yang akan di ajarkan sedangkan Post-est

dilaksanakan setelah proses pembelajaran dengan metodeTAPPS di terapkan

dikelas untuk mengetahui sampai sajauh mana tingkat pemahaman materi yang di

dapat siswa melalui metodeTAPPS. Sedangkan data kualitatif berupa angket /

skala sikap siswa terhadap pembelajaran TIK serta respon dan sikap siswa

terhadap mata pelajaran TIK dengan menggunakan metode Thingking Aloud Pair

Problem Solving (TAPPS).

3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Secara garis besar teknik pengumpulan data dapat dilihat pada tabel berikut:

(30)

(TAPPS).

3 Observer Tahapan pembelajaran dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung

Observasi/

Pengamatan

Lembar

Observasi

3.7 TEKNIK PENGOLAHAN DATA

Dalam penelitian ini data yang telah diperoleh kemudian diolah berdasarkan

langkah berikut:

3.7.1 Pengolahan Data Kuantitatif

3.7.1.4Data Hasil Uji Instrumen

Untuk mengetahui sejauh mana kualitas suatu instrumen tes, harus terlebih

dahulu memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Arikunto,

instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan

reliabel.

3.7.1.4.1 Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan

atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang shahih memiliki nilai

validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang shahih memiliki nilai

validitas yang rendah (Arikunto, 2006: 168). Pengujian validitas bertujuan untuk

mengetahui kesahihan serta ketepatan tiap butir soal. Untuk menguji validitas

digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

∑ ∑ ∑

(31)

(Arikunto, 2006: 170)

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi yang dicari (koefisien validitas). N : Jumlah Subjek (banyaknya siswa yang mengikuti tes). ΣX : Jumlah skor setiap butir soal (jawaban yang benar). ΣY : Jumlah skor total.

Interpretasi koefisien validitas disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.4

Interpretasi Nilai Koefisien Validasi Koefisien Kolerasi Interpretasi

0,80 ≤ rxy ≤ 1,00 Tinggi 0,60 ≤ rxy ≤ 0,80 Cukup 0,40 ≤ rxy ≤ 0,60 Agak Rendah 0,20 ≤ rxy ≤ 0,40 Rendah 0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah

(Arikunto, 2006: 276)

3.7.1.4.2 Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes adalah tingkat keajegan atau ketepatan instrumen

terhadap kelas yang dapat dipercaya sehingga instrumen dapat diandalkan sebagai

pengambil data. Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar

sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kali pun diambil tetap akan sama

(Arikunto, 2006:178). Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan

(32)

r11 =

1 = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes

dengan r11 yaitu reliabilitas instrumen, r 2 1 2

1 yaitu korelasi antara skor-skor

setiap belahan tes. Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat

reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.2 berikut:

Tabel 3.5

Interpretasi Reliabilitas Besar nilai r11 Kriteria

0,91  r  1,00 Sangat Tinggi

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar.

Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks

kesukaran (difficulty index)(Arikunto, 2001:207).

Rumus yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran tiap butir soal

adalah sebagai berikut :

(33)

P = Indeks Kesukaran.

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar. JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes

Interpretasi indeks kesukaran disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 3.6

Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan

antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh

(berkemampuan rendah) (Arikunto, 2001: 211).

Rumus yang digunakan untuk mengetahui daya pembeda adalah sebagai

berikut:

JBA = Jumlah siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar JBB = Jumlah siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JSA = Jumlah siswa kelompok atas

Interpretasi daya pembeda disajikan dalam tabel berikut:

(34)

Interpretasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Klasifikasi

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek 0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

3.7.1.5Data Hasil Belajar

Data hasil tes yang dianalisis yaitu skor pretest dan posttest antara kelompok

siswa kelas atas, tengah dan bawah. Pengelompokan siswa dilakukan dengan

membagi siswa kedalam tiga kelompok kelas berdasarkan prestasi belajar siswa,

yaitu kelompok kelas atas, tengah dan bawah. Pada penelitian ini prestasi belajar

siswa dilihat berdasarkan nilai pretest. Pembagian kelompok dilakukan dengan

cara menentukan batas kelompok siswa dengan suatu standar deviasi tertentu.

Langkah-langkah dalam menentukan kelompok siswa dalam 3 rangking

dengan standar deviasi menurut Arikunto (2001: 263-265) adalah sebagai berikut:

a. Menjumlah skor semua siswa.

b. Mencari nilai rata-rata (Mean) dan simpangan baku (Deviasi Standar atau

Standar Deviasi).

c. Menentukan batas-batas kelompok.

- Kelompok atas atau kelas atas

Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu

standar deviasi ke atas.

- Kelompok sedang atau kelas tengah

(35)

- Kelompok kurang atau kelas bawah

Semua siswa yang mempunyai skor -1 SD dan yang kurang dari itu.

rumus untuk mencari mean (X):

X = ∑

dimana, ∑X adalah jumlah semua skor dan N adalah banyaknya siswa.

Sedangkan rumus untuk mencari standar deviasi:

√∑ ∑

dimana, SD = Standar Deviasi

= tiap skor dikuadratkan lalu dijumlahkan kemudian dibagi N

= semua skor dijumlahkan, dibagi N lalu dikuadratkan

Selanjutnya data tersebut diolah dengan pendekatan kuantitatif menggunakan

uji statistik. Langkah-langkah yang ditempuh untuk melakukan uji statistik adalah

sebagai berikut :

3.7.1.5.1 Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa

keabsahan/normalitas sampel. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan

menggunakan rumus uji kecocokan Chi kuadrat (X2).

Adapun langkah-langkah dalam menghitung normalitas ini adalah:

(36)

b. Uji Normalitas distribusi skor.

Untuk melakukan Uji Normalitas distribusi skor, maka digunakan uji Chi

Kuadrat (Sugiyono, 2008:241) dengan rumus sebagai berikut :

Dengan : χ2

= Chi Kuadrat

f0 = Frekuensi nyata atau hasil pengamatan

fh = Frekuensi yang diharapkan

Adapun langkah langkah yang diperlukan dalam pengujian normalitas data

menurut Sugiyono (2008:241) adalah sebagi berikut :

a. Merangkum data seluruh variabel yang akan diuji normalitasnya. Dalam

hal data hasil pretes dan postes.

b. Menentukan jumlah kelas interval :

Jumlah Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 Log n.

c. Menentukan panjang kelas interval yaitu :

P = ⁄ dimana r adalah rentang antara nilai maksimal dikurangi nilai

minimal.

d. Menyusun ke dalam tabel distribusi frekuensi.

e. Menghitung fh(frekuensi yang diharapkan).

f. Memasukan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh, sekaligus menghitung

harga-harga (fo fh)2 dan

adalah merupakan harga Chi Kuadrat (Xh2) hitung.

(37)

h. Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat Tabel.

Dengan mennggunakan taraf signifikansi  = 0,05, kriteria pengujiannya

adalah apabila nilai xhitung< xtabel, maka hasil test terdistribusi normal.

3.7.1.5.2 Analisis Indeks GainSkor Ternormalisasi

Gain Skor Ternormalisasi dihitung untuk mengetahui efektifitas perlakuan

yang diberikan. Berikut ini adalah rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai

gain ternormalisasi (Meltzer, 2002):

Hasil perhitungan diinterpretasikan dengan menggunakan indeks gain <g>

menurut klasifikasi Meltzer (2002) sebagai berikut :

Tabel 3.8

Interpretasi Indeks Gain

Indeks Gain Interpretasi

<g>> 0,70 Tinggi 0,30 <<g> ≤ 0,70 Sedang <g> ≤ 0,30 Rendah

3.7.1.5.3 Uji Hipotesis

Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan rata-rata peningkatan

hasil belajar siswa pada ranah kognitif antara kelompok siswa atas, tengah dan

bawah dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) setelah

diterapkan model Thinking Aloud Pair Problem Solving. Uji hipotesis ini

(38)

dari "Analysis Of Varian" adalah salah satu uji komparatif yang digunakan untuk

menguji perbedaan mean (rata-rata) data lebih dari dua kelompok (Hidayat,

http://statistikian.blogspot.com/2012/11/one-way-anova-dalam-spss.html, akses

14 maret 2013) yaitu melalui pengetesan variansinya. Adapun yang

diperbandingkan pada uji hipotesis ini adalah nilai gain ternormalisasi.

Jenis ANOVA yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANOVA satu jalur,

karena hanya memperhatikan satu peubah saja yaitu peningkatan hasil belajar

siswa. Perbedaan rerata dengan uji ANOVA dapat ditulis sebagai berikut:

Keterangan:

RJKa = variansi antar kelompok (rerata jumlah kuadrat antar)

RJKi = Variansi kekeliruan pemilihan sampel (rerata jumlah kuadrat

inter)

Dimana;

RJKa =

⁄ ⁄

RJKi =

Dengan keterangan :

J = Jumlah seluruh data

N = banyak data

k = banyak kelompok

(39)

Jj = jumlah data dalam kelompok-j

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi α =

0,05, dengan kriteria pengujian sebagai berikut:

Fhitung ≤ Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, dan

Fhitung > Ftabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Setelah uji ANOVA kemudian dilanjutkan dengan uji SCHEFFE dengan

maksud untuk melihat perbedaan rerata (mean) dari gain ternormalisasi antara

kelompok siswa kelas atas, tengah dan bawah. Dari ketiga kelompok siswa

tersebut mana yang paling signifikan perbedaannya.

Untuk menganalisis uji ANOVA dan SCHEFFE ini dibantu dengan software

SPSS 19 for windows.

3.7.2 Pengolahan Data Kualitatif

Angket

Data yang diperoleh dari angket / skala sikap bertujuan untuk mengetahui

respon dan sikap siswa. Suherman (2003:190) menjelaskan kriteria penskoran

untuk angket / skala sikap seperti berikut:

Untuk pernyataan positif

SS diberi skor 5, S diberi skor 4, TS diberi skor 2, STS diberi skor 1

Untuk pernyataan negatif

SS diberi skor 1, S diberi skor 2, TS diberi skor 4, STS diberi skor 5

Keterangan :

SS = Sangat Setuju S = Setuju

(40)

STS = Sangat Tidak Setuju

Selain dengan cara penskoran data hasil angket juga dapat dianalisis dengan

rumus sebagai berikut:

100% f

P n

 

(Larasati, 2008:46)

Keterangan:

P : Presentasi jawaban f : frekuensi jawaban n : Banyak responden

Selanjutnya untuk menafsirkan data tersebut dibuat kriteria persentasi angket

sebagai berikut:

100 % = Seluruhnya 75 % - 99 % = Sebagian besar

51% - 74% = Lebih dari setengahnya 50 % = Setengahnya

25 % - 49 % = Hampir setengahnya 1 % - 24 % = Sebagian kecil 0 % = Tidak ada

(41)

Randy Rahadian, 2013

Penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Berbantuan Multimedia

Interaktifdalam Mata Pelajaran TIK (Teknologi Informasi Dan Komunikasi) Terhadap Peningkatan

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasanpada bab I, II, III, dan IV

mengenai penerapan Metode TAPPS (Thinking Aloud Pair Problem Solving)pada

mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Multimedia Interaktif dapat dibuat dan dikembangkan untuk membantu

penerapan metode TAPPS dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi

2. MetodeThingking Aloud Pair Problem Solving dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan

Komunikasi ditunjukan dengan terdapatnya perbedaan rata-rata hasil belajar

siswa antara kelompok atas, tengah dan bawah setelah diimplementasikannya

MetodeThingking Aloud Pair Problem Solving.

3. Hampir seluruh siswa siswa lebih menyukai pembelajaran TIK dengan

menggunakan metode TAPPS. Dengan metode TAPPS dapat membuat siswa

lebih cepat memahami materi TIK dan membuat siswa bisa

mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari sehingga siswa menjadi lebih

(42)

Randy Rahadian, 2013

Penerapan Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Berbantuan Multimedia

Interaktifdalam Mata Pelajaran TIK (Teknologi Informasi Dan Komunikasi) Terhadap Peningkatan

5.2SARAN

Setelah peneliti melaksanakan penelitian tentang “Penerapan Metode

Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) berbantuan MMI terhadap

Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam mata pelajaran TIK”. Hasil penelitian ini

memberikan gambaran yang cukup jelas bahwa penerapan Metode TAPPS

berbantuan MMI bisa menjadi pertimbangan yang baik sebagai alternative

pembelajaran TIK di sekolah. Dibalik segala kelebihan penerapan metode TAPPS

dalam mencapai tujuan dan hasil pembelajaran yang diinginkan, guru tetap harus

semaksimal mungkin mempersiapkan materi dan bahan ajar sebelum

melaksanakan KBM tentunya jika kita sebagai seorang guru TIK alangkah

baiknya jika materi disajikan menggunakan media pembelajaran interaktif. Untuk

kedepannya, penelitian tentang MetodeThingking Aloud Pair Problem Solving ini

diharapkan menjadi lebih baik lagi. Untuk itu penulis merekomendasikan kepada

peneliti selanjutnya supaya bisa mengkaji lebih dalam lagi dan dapat memperbaiki

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Dika. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan

Arikunto, S. (2001). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta: Bumi aksara.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Gulo, W. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Hidayah, Ruzyta Nur. (2010). Pembelajaran Matematika Melalui Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Tipe Soal Analisis. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Hidayat, A. (2012). One Way Anova dalam SPSS [Online]. Tersedia:

http://statistikian.blogspot.com/2012/11/one-way-anova-dalam-spss.html [8 Juni 2013]

Mahesa, Gemma. (2010). Pengaruh Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) Terhadap Pemahaman Konsep Siswa Dalam Mata Pelajaran KKPI(Keterampilan Komputer Pengolah Informasi). Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Manggala, Ibrahim Sani Ali. (2010). Pembelajaran Matematika Dengan MetodeThinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Untuk Meningkatkan Penalaran Adaptif Siswa Sma :Penelitian Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMAN 6 Bandung. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Mukhlis, M. Y,. (2010). Penerapan Model Project Based Learning Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

(44)

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Skripsi sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan. Munir. (2008). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Purwanto. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rahmawati, Inri. (2011). Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Dalam Pembelajaran MatematikaTerhadapKompetensiStrategis (Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 14 Bandung). Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Ruseffendi, E.T. (1994). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang non Eksakta Lainnya. Semarang : CV IKIP Semarang Press.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.

Slavin. (1992). Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) [Online]. Tersedia: http://www.wcer.wisc.edu/archive/c11/CL/doingcl/tapps.ht [17 Januari 2013]

Sofyan, Rohman. (2011). Penerapan Metode Pembelajaran Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah SiswaPadaKonsep Gerak Melingkar Beraturan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suherman, dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : JICA UPI

Suherman, E. dan Sukjaya, Y. (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan Matematika. Bandung: Wijayakusumah.

(45)

Sujiono. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

Susilana, Rudi. (1996). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pembelajaran UPI.

Syakur, Abdan. (2013). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran TIK. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI: Tidak Diterbitkan.

UPI. (2006). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Gambar

Tabel 3.1 Polapenelitian  ...............................................................................................33
Gambar 4.1.  Grafik perbandingan nilai reratapretest  ..............................................55
Tabel 3.1 Pola Penelitian
Tabel 3. 2 Kategori Skala Penilaian Angket
+6

Referensi

Dokumen terkait

Perhitungan kinerja reksadana saham dengan metode Sharpe dan Treynor menghasilkan 12 reksadana bernilai positif, artinya bahwa hanya 29,26% reksadana saham yang

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi Kualifikasi

[r]

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. ©Anindya Widita

jenis jaring insang yang dioperasikan secara pasif umumnya dilakukan pada.. malam hari dengan atau tanpa alat

Buah semusim dan merambat meliputi; stroberi, blewah, semangka, melon, anggur, dan markisa.. Beberapa komoditas yang mengalami peningkatan signifikan dan berkontribusi

Variabel advertising, sales promotion, personal selling, direct marketing dan harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan customer membeli cat minyak merek Avian

Menurut Kusumadewi (2003) menyatakan bahwa metode back propagation dapat digunakan untuk melakukan pendeteksian suatu jenis penyakit, gangguan, maupun kasus yang memiliki data