Kevin Kenny, 2014, Pembimbing I : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes
Demam merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui di kehidupan masyarakat. Obat-obatan untuk menurunkan demam yang sering digunakan masyarakat adalah obat sintetis, yang memiliki efek samping terutama pada penggunaan jangka panjang. Sebagai alternatif adalah daun murbei dan daun pegagan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek antipiretik dari ekstrak daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) serta perbandingan potensinya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik menggunakan 30 ekor mencit Swiss Webster yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok yang diinduksi demam dengan induksi demam dan sesudah perlakuan menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α= 0,05 menggunakan program komputer. Hasil penelitian menunjukkan EEDM I (35,68oC), EEDP I (35,76oC), EEDP II (35,20oC), dan kontrol pembanding (35,30oC) berbeda sangat bermakna dibandingkan kontrol negatif (37,54oC) dengan p= 0,003, 0,004, 0,000, 0,000, sedangkan EEDM II (36,02oC) berbeda bermakna dengan p= 0,0018. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) tidak berbeda bermakna dengan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dengan p> 0,05.
Simpulan penelitian adalah ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek antipiretik dengan potensi yang sama.
v
ABSTRACT
ANTIPYRETIC EFFECT COMPARISON OF ETHANOL EXTRACT MULBERRY LEAVES (Morus alba L.) AND ETHANOL EXTRACT GOTU
KOLA LEAVES (Centella asiatica (L.) URBAN) ON Swiss Webster MICE
Kevin Kenny, 2014, 1st tutor : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes
Fever is one of the most frequent problems encountered early in the life of society. People often use synthetic drug as a medicine to reduce fever, which has side effect with prolonged use. An alternative is mulberry leaves and gotu kola leaf.
The purpose of this study was to investigate the antipyretic effect of mulberry leaf extract (Morus alba L.) and ethanol extract of leaves of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) as well as its potential comparison. This study was a laboratory experimental study using 30 Swiss Webster mice were randomly divided into 6 groups induced fever with DPT vaccine intramuscularly. Groups 1 and 2 were given doses of ethanol extract of mulberry leaves 0.315 g / KgBW (EEDM I) and 0.630 g / KgBW (EEDM II). Groups 3 and 4 were given doses of gotu kola leaf extract ethanol 0.151 g / KgBW (EEDP I) and 0.302 g / KgBW (EEDP II). Group 5 ( negative control ) : given 1 % CMC solution . Group 6 ( Control control) : given 0.130 g dose of paracetamol / KgBW . The data measured was the temperature in °C rectally mice at minute 30 , then every 15 minutes up to 120 minutes . Analysis of the data before induction of fever and after the treatment using one -way ANOVA followed Tukey HSD test with α = 0.05 computer program .
Results showed EEDM I (35.68 °C), EEDP I (35.76 °C), EEDP II (35.20 °C), and standard control (35.30 °C) highly significantly different than the negative control (37.54 ° C) with p = 0.003, 0.004, 0.000, 0.000, while EEDM II (36.02 °C) significantly different with p = 0.018. Ethanol extract of leaves of mulberry (Morus alba L.) did not differ significantly with ethanol extract of leaves of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) with p> 0.05.
Conclusions research is ethanol extract of mulberry leaves (Morus alba L.) and ethanol extract of leaves of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) have an equal potential of antipyretic effect.
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 2
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3
1.3.1 Maksud Penelitian ... 3
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.4.1 Manfaat Akademis ... 3
1.4.2 Manfaat Praktis ... 3
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3
1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4
1.6 Metodologi Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6
2.1 Suhu Tubuh dan Panas Tubuh... 6
ix
2.2.1 Termal Aferen ... 12
2.2.2 Regulasi Sentral ... 13
2.2.3 Respon Eferen ... 14
2.2.4 Respon Vasomotor ... 14
2.2.4.1 Respon Terhadap Dingin ... 15
2.2.4.2 Respon Terhadap Panas ... 17
2.3 Mekanisme Pengontrolan Demam ... 19
2.4 Murbei ... 21
2.4.1 Klasifikasi Murbei ... 21
2.4.2 Morfologi Tumbuhan Murbei ... 22
2.4.3 Kandungan Murbei... 22
2.4.4 Murbei Sebagai Antipiretik ... 22
2.4.5 Khasiat Lain Murbei ... 23
2.4 Pegagan ... 24
2.4.1 Klasifikasi Pegagan ... 24
2.4.2 Morfologi Tumbuhan Pegagan ... 25
2.4.3 Kandungan Pegagan ... 25
2.4.4 Pegagan Sebagai Antipiretik ... 25
2.4.5 Khasiat Pegagan ... 26
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ...27
3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 27
3.1.1 Alat-alat Penelitian ... 27
3.1.2 Bahan-bahan Penelitian ... 27
3.2 Subjek Penelitian ... 27
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27
3.4 Metode Penelitian... 28
3.4.1 Desain Penelitian ... 28
3.4.2 Variabel Penelitian ... 28
3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 28
3.5.3 Prosedur Penelitian... 30
3.6 Metode Analisis ... 31
3.7 Aspek Etik Penelitian ... 32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...33
4.1 Hasil Penelitian ... 33
4.2 Pembahasan ... 37
4.3 Uji Hipotesis ... 38
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...40
5.1 Simpulan ... 40
5.2 Saran ... 40
DAFTAR PUSTAKA ...41
LAMPIRAN ...43
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Respon Tubuh Terhadap Suhu ... 15
Gambar 2.2 Skema Mekanisme Peningkatan Suhu Tubuh ... 17
Gambar 2.3 Skema Mekanisme Penurunan Suhu Tubuh ... 18
Gambar 2.4 Patogenesis Demam ... 20
Gambar 2.5 Murbei ... 21
Gambar 2.6 Skema Mekanisme Kerja Isoquecertin Sebagai Antipiretik ... 23
Gambar 2.7 Pegagan ... 24
Tabel 2.1 Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh ... 6
Tabel 4.1 Suhu Mencit Sebelum Diinduksi Demam ... 34 Tabel 4.2 Rerata Suhu Tubuh Mencit yang Diinduksi Demam
Setelah Pemberian Bahan Uji ... 35 Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut Perbedaan Suhu Pada Tiap Kelompok
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Form Etik ... 43
Lampiran 2 Perhitungan Dosis ... 44
Lampiran 3 Hasil Data Pengukuran Suhu Mencit ... 47
Lampiran 4 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pada Suhu Basal ... 50
Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Pada Suhu Basal ... 51
Lampiran 6 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Setelah Perlakuan ... 54
Lampiran 7 Hasil Uji Statistik Efek Bahan Uji Pada Menit Ke 30 Sampai Menit Ke 120 Setelah Perlakuan ... 55
LAMPIRAN 1
44
LAMPIRAN 2
Perhitungan Dosis
1. Daun Murbei (Morus alba L.) Berat basah adalah 1456 gr Berat kering diperoleh 232 gr Ekstrak etanol diperoleh 18,88 gr
Dosis daun murbei kering untuk manusia 70 kg adalah 30 gr (Setiawan Dalimartha, 2001)
Faktor konversi dari manusia ke mencit 20 gr = 0,0026 (Paget & Barnes, 1964)
Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 30 gr = 0,078 gr
Dosis ekstrak etanol daun murbei untuk mencit 20 gr
= 0,078 x
2. Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Berat basah adalah 1490 gr
Dosis daun pegagan basah untuk manusia 70 kg adalah 30-60 gr (Setiawan Dalimartha, 2001)
Dosis daun pegagan kering adalah
x 60 gr = 8,89 gr
Pada penelitian ini yang digunakan adalah 12 gr kering Faktor konversi dari manusia ke mencit 20 gr = 0,0026 Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 12 gr = 0,0312 gr Dosis ekstrak etanol daun pegagan untuk mencit 20 gr
= 0,0312 x
Dilakukan pengenceran sebanyak 25x sehingga yang disuntikkan adalah 25 x 0,0015 ml = 0,04 ml
4. Parasetamol
46
Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 1 gr = 0,0026 gr = 2,6 mgr
Dosis untuk mencit 23,72 gr =
x
LAMPIRAN 3
Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster
Dengan Bahan Uji Daun Murbei Dosis I
Waktu
Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster
Dengan Bahan Uji Daun Murbei Dosis II
48
Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster
Dengan Bahan Uji Daun Pegagan Dosis I
Waktu
Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster
Dengan Bahan Uji Daun Pegagan Dosis II
Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster
Dengan Bahan Uji Kontrol Negatif (CMC 1%)
Waktu
Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster
Dengan Bahan Uji Kontrol Pembanding (Parasetamol)
50
LAMPIRAN 4
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Pada Suhu Basal
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Suhu Tubuh 30 35.380 .5352 34.1 36.3
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Suhu Tubuh
N 30
Normal Parametersa,b Mean 35.380
Std. Deviation .5352
Most Extreme Differences Absolute .117
Positive .066
Negative -.117
Kolmogorov-Smirnov Z .641
Asymp. Sig. (2-tailed) .806
LAMPIRAN 5
Hasil Uji Statistik Pada Suhu Basal
Oneway ANAVA
ANOVA
Suhu Tubuh
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between
Groups 2.184 5 .437 1.712 .170
Within Groups 6.124 24 .255
EEDP II .7200 .3195 .251 -.268 1.708 Kontrol
Pembanding .8200 .3195 .145 -.168 1.808 Kontrol
Pembanding
EEDM I -.4000 .3195 .807 -1.388 .588 EEDM II -.2400 .3195 .973 -1.228 .748
EEDP I -.4800 .3195 .666 -1.468 .508
EEDP II -.1000 .3195 1.000 -1.088 .888
Kontrol Negatif -.8200 .3195 .145 -1.808 .168
Homogeneous Subsets
Suhu Tubuh
Tukey HSDa
Faktor
N
Subset for alpha = 0.05
1
Kontrol Pembanding
5 35.040
EEDP II 5 35.140
EEDM II 5 35.280
EEDM I 5 35.440
EEDP I 5 35.520
Kontrol Negatif 5 35.860
Sig. .145
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
54
LAMPIRAN 6
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Setelah Perlakuan
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Suhu Tubuh 30 35.917 1.0011 33.1 38.0
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Suhu Tubuh
N 30
Normal Parametersa,b Mean 35.917
Std. Deviation 1.0011
Most Extreme Differences Absolute .173
Positive .173
Negative -.136
Kolmogorov-Smirnov Z .949
Asymp. Sig. (2-tailed) .328
Oneway ANAVA
ANOVA Suhu Tubuh
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 18.102 5 3.620 7.928 .000
Within Groups 10.960 24 .457
EEDP I 1.7800* .4274 .004 .459 3.101
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Homogeneous Subsets
Kontrol Pembanding 5 35.300
EEDM I 5 35.680
EEDP I 5 35.760
EEDM II 5 36.020
Kontrol Negatif 5 37.540
Sig. .416 1.000
58
LAMPIRAN 8
Gambar-gambar Penelitian
Kandang mencit dan mencit Timbangan
Swiss Webster jantan
Mortir dan stamper Termometer digital
Beaker glass Botol minum mencit
Parasetamol 500 mg Vaksin DPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh
kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang memengaruhi
pusat pengaturan suhu (Guyton and Hall, 2011). Demam terjadi karena pelepasan
pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen
eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil
reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Fauci, et al., 2008).
Sebagai upaya menangani demam, masyarakat sering menggunakan
obat-obatan yang mudah dibeli di apotek maupun warung. Masyarakat umumnya
menggunakan obat kimia sebagai antipiretik, seperti parasetamol dan aspirin, namun parasetamol dan aspirin mempunyai efek samping pada tubuh manusia terutama pada penggunaan jangka panjang. Efek samping parasetamol adalah mual, reaksi alergi, skin rash, acute renal tubular necrosis, kerusakan hati, leukopenia, trombositopenia, neutropenia, dan agranulositosis (Katzung, 2006).
Oleh karena itu pengembangan obat menggunakan tumbuhan terus dilakukan
hingga saat ini. Daya tarik herbal terutama karena sifatnya yang alami sehingga
dianggap lebih aman, lebih mudah didapat, dan sering dengan harga yang lebih
murah. Banyaknya zat yang terkandung dalam sediaan herbal lebih
menguntungkan karena dapat bekerja secara sinergis untuk menghasilkan efek
yang lebih kuat daripada komponen tunggal (Juckett, 2004). Herbal yang sering
digunakan sebagai antipiretik adalah daun murbei, daun pegagan, kunyit, patikan
kebo, dan sambiloto.
Murbei (Morus alba L.) adalah salah satu tanaman di Indonesia yang berasal
dari Cina. Tanaman ini telah menyebar luas hampir di seluruh tempat baik di
daerah dengan iklim tropis maupun sub tropis. Murbei tergolong dalam famili
Moraceae. Bagian – bagian dari tanaman ini seperti daun, ranting, kulit akar, dan
memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional dalam bentuk sediaan kasar dengan
cara direbus baik dari daun, kulit akar, atau ranting untuk demam, flu, malaria,
hipertensi, asma, obat hipertensi, palpitasi, diabetes, insomnia, vertigo, anemia,
hepatitis dan diabetes mellitus (DepKes RI, 1989; Setiawan Dalimartha, 2001).
Murbei juga diketahui dapat digunakan sebagai antipiretik atau penurun demam
yang disebabkan adanya kandungan isokuercetin yang dapat menghambat
pembentukan prostaglandin (Mills & Bone, 2000).
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah salah satu tanaman yang tumbuh
liar di seluruh Indonesia pada umumnya di daerah beriklim tropis. Pegagan
tergolong dalam family Apiaceae. Bagian – bagian dari tanaman ini dalam bentuk
herba dapat digunakan sebagai obat tradisional. Secara empiris masyarakat telah
memanfaatkan pegagan dengan cara direbus atau dimakan dalam keadaan segar
sebagai obat tradisional untuk demam, diuretik, dan asma (Setiawan Dalimartha,
2001). Pegagan juga diketahui dapat digunakan sebagai antipiretik atau penurun
demam yang disebabkan adanya kandungan kemferol, kuersetin, glukosid, dan
saponin yang dapat menghambat dehidrogenase jalur pembetukan prostaglandin
(DepKes RI, 1989).
Penelitian ini dimaksudkan untuk menilai efek daun murbei dan daun pegagan
terhadap suhu tubuh sentral pada hewan coba mencit galur Swiss Webster.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah penelitian ini :
1. Apakah ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik
pada mencit Swiss Webster.
2. Apakah ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.
3. Apakah ekstrak etanol daun murbei mempunyai potensi antipiretik yang
3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan obat alternative dalam
mengatasi demam.
2. Tujuan penelitian ini adalah :
Untuk menilai efek antipiretik ekstrak etanol herbal daun murbei pada mencit Swiss Webster.
Untuk menilai efek antipiretik ekstrak etanol herbal daun pegagan pada mencit Swiss Webster.
Untuk menilai potensi antipiretik ekstrak etanol daun murbei dibandingkan dengan ekstrak etanol daun pegagan.
1.4 Manfaat penelitian
1. Manfaat akademis :
Menambah wawasan dan pengetahuan farmakologi tanaman obat
tradisional khususnya efek antipiretik ekstrak etanol daun murbei (Morus
alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)
serta perbandingan potensinya pada mencit Swiss Webster.
2. Manfaat praktis :
Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat
dari daun murbei dan daun pegagan yang dapat digunakan sebagai
alternatif penurun demam.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
1.5.1 KerangkaPemikiran
Pirogen adalah substansi yang dapat menyebabkan demam. Pirogen eksogen
adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien yang biasanya berupa produk
mikroba, toksin, atau keseluruhan mikroba tersebut. Endotoksin adalah molekul
memproduksi pirogen yaitu IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF), ciliary
neurotropic factor (CNTF), dan interferon-α (Fauci, et al., 2008).
Sitokin pirogen dilepaskan dari sel dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik.
Sitokin tersebut akan menginduksi sintesis dari prostaglandin E2 (PGE2).
Kemudian prostaglandin E2 (PGE2) akan mencapai hipotalamus melalui arteri
carotis interna. Peningkatan prostaglandin E2 (PGE2) di dalam otak akan
mengaktifkan proses peningkatan set point hipotalamus. Peningkatan set point
hipotalamus akan meningkatkan produksi panas sehingga mengakibatkan
terjadinya demam (Fauci, et al., 2008).
Daun murbei mengandung flavonoid yaitu isokuercetin yang akan
menghambat enzim siklooksigenase untuk pembentukan prostaglandin (Mills &
Bone, 2000). Daun pegagan mengandung kemferol, kuersetin, glukosid, dan
saponin yang akan menghambat dehidrogenase jalur pembentukan prostaglandin
(DepKes RI, 1989; Robinson, 1995).
1.5.2 Hipotesis
1. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik pada
mencit Swiss Webster.
2. Ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek
antipiretik pada mencit Swiss Webster.
3. Ekstrak etanol daun murbein mempunyai potensi antipiretik yang sama
dengan ekstrak etanol daun pegagan.
1.6 Metodologi
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, diinduksi
demam menggunakan vaksin DPT. Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit
dalam derajat Celcius. Analisis data suhu tubuh (derajat Celcius) untuk sebelum
dan sesudah induksi dengan vaksin DPT, diuji dengan uji t berpasangan,
5
Bila distribusi normal dilakukan ANAVA satu arah. Apabila terdapat perbedaan
dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Bila distribusi tidak normal dilakukan uji
non-parametrik Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U dengan α =
5.1Simpulan
1. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik pada
mencit Swiss Webster.
2. Ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek
antipiretik pada mencit Swiss Webster.
3. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) mempunyai potensi
antipiretik yang sama dengan ekstrak etanol daun pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban) pada mencit Swiss Webster.
5.1Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak etanol daun murbei
(Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica
(L.) Urban) pada manusia.
2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal ekstrak
Daun Murbei (Morus alba L.) dan ekstrak Daun Pegagan (Centella
asiatica (L.) Urban).
3. Perlu penelitian mengenai toksisitas ekstrak etanol daun murbei
(Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica
41
DAFTAR PUSTAKA
Chang H.M., Butt P.P.H., (1986). Sangye. Dalam: Pharmacology And Application of Chinese Materia Medica. Vol II. Singapore: Fong and Sons, p 994-996.
Departemen Kesehatan RI. (1989). Murbai. Vademikum Bahan Obat Alam. Jakarta :
Depkes RI, h 210-212.
Departemen Kesehatan RI. (1989). Pegagan. Vademikum Bahan Obat Alam. Jakarta : Depkes RI, h 226-230.
Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L.,
et al. (2008). Harrisons’s Principles of Internal Medicine (17th Edition ed., Vol. I). New York: McGraw-Hill.
Ganong, W. F. (2003). Review of Medical Physiology (21 ed.). San Fransisco : McGraw-Hill.
Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2011). Textbook of Medical Physiology (12 ed). Philadelphia: Elsevier Saunders.
Juckett, G. (2004). Herbal Medicine. In Charles R. Craig; Robert E. Stitzel eds :
Modern Pharmacology. 6th ed. Lippincott: Williams & Wlkins.
Katzung, B. G. (2006). Basic & Clinical Pharmacology (10 ed). New York : McGraw-Hill Companies.
Kemas Ali Hanafiah. (2005). Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Dalam :
Rancangan Percobaan Aplikatif: Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h 1-17.
Mills S., Bone K. (2000). Principles and practice of phytotherapy. London : Churchill Livingstone.
Paget, G.E., and Barnes J.M., (1964). Toxicity Test In: Laurence D.R., and Bacharach A.L., eds. Evaluation of Drug Activities Pharmacometrics, Vol. I. Academic and New York. p. 161-162.
Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6 Terjemahan
Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.
Setiawan Dalimartha. (2001). Murbei. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan ke-III. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, h 90-95.
Setiawan Dalimartha. (2001). Pegagan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Cetakan ke-I. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.
Sherwood, L. (2010). Human Physiology. Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning.