• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) dan Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Mencit Swiss Webster.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Efek Antipiretik Ekstrak Etanol Daun Murbei (Morus alba L.) dan Ekstrak Etanol Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) pada Mencit Swiss Webster."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Kevin Kenny, 2014, Pembimbing I : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes

Demam merupakan salah satu masalah yang paling sering ditemui di kehidupan masyarakat. Obat-obatan untuk menurunkan demam yang sering digunakan masyarakat adalah obat sintetis, yang memiliki efek samping terutama pada penggunaan jangka panjang. Sebagai alternatif adalah daun murbei dan daun pegagan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek antipiretik dari ekstrak daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) serta perbandingan potensinya. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik menggunakan 30 ekor mencit Swiss Webster yang dibagi secara acak menjadi 6 kelompok yang diinduksi demam dengan induksi demam dan sesudah perlakuan menggunakan ANAVA satu arah dilanjutkan uji Tukey HSD dengan α= 0,05 menggunakan program komputer. Hasil penelitian menunjukkan EEDM I (35,68oC), EEDP I (35,76oC), EEDP II (35,20oC), dan kontrol pembanding (35,30oC) berbeda sangat bermakna dibandingkan kontrol negatif (37,54oC) dengan p= 0,003, 0,004, 0,000, 0,000, sedangkan EEDM II (36,02oC) berbeda bermakna dengan p= 0,0018. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) tidak berbeda bermakna dengan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) dengan p> 0,05.

Simpulan penelitian adalah ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek antipiretik dengan potensi yang sama.

(2)

v

ABSTRACT

ANTIPYRETIC EFFECT COMPARISON OF ETHANOL EXTRACT MULBERRY LEAVES (Morus alba L.) AND ETHANOL EXTRACT GOTU

KOLA LEAVES (Centella asiatica (L.) URBAN) ON Swiss Webster MICE

Kevin Kenny, 2014, 1st tutor : Dr. dr. Sugiarto Puradisastra, M.Kes

Fever is one of the most frequent problems encountered early in the life of society. People often use synthetic drug as a medicine to reduce fever, which has side effect with prolonged use. An alternative is mulberry leaves and gotu kola leaf.

The purpose of this study was to investigate the antipyretic effect of mulberry leaf extract (Morus alba L.) and ethanol extract of leaves of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) as well as its potential comparison. This study was a laboratory experimental study using 30 Swiss Webster mice were randomly divided into 6 groups induced fever with DPT vaccine intramuscularly. Groups 1 and 2 were given doses of ethanol extract of mulberry leaves 0.315 g / KgBW (EEDM I) and 0.630 g / KgBW (EEDM II). Groups 3 and 4 were given doses of gotu kola leaf extract ethanol 0.151 g / KgBW (EEDP I) and 0.302 g / KgBW (EEDP II). Group 5 ( negative control ) : given 1 % CMC solution . Group 6 ( Control control) : given 0.130 g dose of paracetamol / KgBW . The data measured was the temperature in °C rectally mice at minute 30 , then every 15 minutes up to 120 minutes . Analysis of the data before induction of fever and after the treatment using one -way ANOVA followed Tukey HSD test with α = 0.05 computer program .

Results showed EEDM I (35.68 °C), EEDP I (35.76 °C), EEDP II (35.20 °C), and standard control (35.30 °C) highly significantly different than the negative control (37.54 ° C) with p = 0.003, 0.004, 0.000, 0.000, while EEDM II (36.02 °C) significantly different with p = 0.018. Ethanol extract of leaves of mulberry (Morus alba L.) did not differ significantly with ethanol extract of leaves of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) with p> 0.05.

Conclusions research is ethanol extract of mulberry leaves (Morus alba L.) and ethanol extract of leaves of gotu kola (Centella asiatica (L.) Urban) have an equal potential of antipyretic effect.

(3)

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Maksud Penelitian ... 3

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.4.1 Manfaat Akademis ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...6

2.1 Suhu Tubuh dan Panas Tubuh... 6

(4)

ix

2.2.1 Termal Aferen ... 12

2.2.2 Regulasi Sentral ... 13

2.2.3 Respon Eferen ... 14

2.2.4 Respon Vasomotor ... 14

2.2.4.1 Respon Terhadap Dingin ... 15

2.2.4.2 Respon Terhadap Panas ... 17

2.3 Mekanisme Pengontrolan Demam ... 19

2.4 Murbei ... 21

2.4.1 Klasifikasi Murbei ... 21

2.4.2 Morfologi Tumbuhan Murbei ... 22

2.4.3 Kandungan Murbei... 22

2.4.4 Murbei Sebagai Antipiretik ... 22

2.4.5 Khasiat Lain Murbei ... 23

2.4 Pegagan ... 24

2.4.1 Klasifikasi Pegagan ... 24

2.4.2 Morfologi Tumbuhan Pegagan ... 25

2.4.3 Kandungan Pegagan ... 25

2.4.4 Pegagan Sebagai Antipiretik ... 25

2.4.5 Khasiat Pegagan ... 26

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ...27

3.1 Alat, Bahan, dan Subjek Penelitian ... 27

3.1.1 Alat-alat Penelitian ... 27

3.1.2 Bahan-bahan Penelitian ... 27

3.2 Subjek Penelitian ... 27

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27

3.4 Metode Penelitian... 28

3.4.1 Desain Penelitian ... 28

3.4.2 Variabel Penelitian ... 28

3.4.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 28

(5)

3.5.3 Prosedur Penelitian... 30

3.6 Metode Analisis ... 31

3.7 Aspek Etik Penelitian ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...33

4.1 Hasil Penelitian ... 33

4.2 Pembahasan ... 37

4.3 Uji Hipotesis ... 38

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...40

5.1 Simpulan ... 40

5.2 Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ...41

LAMPIRAN ...43

(6)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Respon Tubuh Terhadap Suhu ... 15

Gambar 2.2 Skema Mekanisme Peningkatan Suhu Tubuh ... 17

Gambar 2.3 Skema Mekanisme Penurunan Suhu Tubuh ... 18

Gambar 2.4 Patogenesis Demam ... 20

Gambar 2.5 Murbei ... 21

Gambar 2.6 Skema Mekanisme Kerja Isoquecertin Sebagai Antipiretik ... 23

Gambar 2.7 Pegagan ... 24

(7)

Tabel 2.1 Lokasi Pengukuran Suhu Tubuh ... 6

Tabel 4.1 Suhu Mencit Sebelum Diinduksi Demam ... 34 Tabel 4.2 Rerata Suhu Tubuh Mencit yang Diinduksi Demam

Setelah Pemberian Bahan Uji ... 35 Tabel 4.3 Hasil Uji Lanjut Perbedaan Suhu Pada Tiap Kelompok

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Form Etik ... 43

Lampiran 2 Perhitungan Dosis ... 44

Lampiran 3 Hasil Data Pengukuran Suhu Mencit ... 47

Lampiran 4 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Pada Suhu Basal ... 50

Lampiran 5 Hasil Uji Statistik Pada Suhu Basal ... 51

Lampiran 6 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov Setelah Perlakuan ... 54

Lampiran 7 Hasil Uji Statistik Efek Bahan Uji Pada Menit Ke 30 Sampai Menit Ke 120 Setelah Perlakuan ... 55

(9)

LAMPIRAN 1

(10)

44

LAMPIRAN 2

Perhitungan Dosis

1. Daun Murbei (Morus alba L.) Berat basah adalah 1456 gr Berat kering diperoleh 232 gr Ekstrak etanol diperoleh 18,88 gr

Dosis daun murbei kering untuk manusia 70 kg adalah 30 gr (Setiawan Dalimartha, 2001)

Faktor konversi dari manusia ke mencit 20 gr = 0,0026 (Paget & Barnes, 1964)

Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 30 gr = 0,078 gr

Dosis ekstrak etanol daun murbei untuk mencit 20 gr

= 0,078 x

2. Daun Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) Berat basah adalah 1490 gr

(11)

Dosis daun pegagan basah untuk manusia 70 kg adalah 30-60 gr (Setiawan Dalimartha, 2001)

Dosis daun pegagan kering adalah

x 60 gr = 8,89 gr

Pada penelitian ini yang digunakan adalah 12 gr kering Faktor konversi dari manusia ke mencit 20 gr = 0,0026 Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 12 gr = 0,0312 gr Dosis ekstrak etanol daun pegagan untuk mencit 20 gr

= 0,0312 x

Dilakukan pengenceran sebanyak 25x sehingga yang disuntikkan adalah 25 x 0,0015 ml = 0,04 ml

4. Parasetamol

(12)

46

Dosis untuk mencit 20 gr = 0,0026 x 1 gr = 0,0026 gr = 2,6 mgr

Dosis untuk mencit 23,72 gr =

x

(13)

LAMPIRAN 3

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Daun Murbei Dosis I

Waktu

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Daun Murbei Dosis II

(14)

48

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Daun Pegagan Dosis I

Waktu

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Daun Pegagan Dosis II

(15)

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Kontrol Negatif (CMC 1%)

Waktu

Hasil Data Pengukuran Suhu Pada Mencit Swiss Webster

Dengan Bahan Uji Kontrol Pembanding (Parasetamol)

(16)

50

LAMPIRAN 4

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Pada Suhu Basal

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Suhu Tubuh 30 35.380 .5352 34.1 36.3

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Suhu Tubuh

N 30

Normal Parametersa,b Mean 35.380

Std. Deviation .5352

Most Extreme Differences Absolute .117

Positive .066

Negative -.117

Kolmogorov-Smirnov Z .641

Asymp. Sig. (2-tailed) .806

(17)

LAMPIRAN 5

Hasil Uji Statistik Pada Suhu Basal

Oneway ANAVA

ANOVA

Suhu Tubuh

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between

Groups 2.184 5 .437 1.712 .170

Within Groups 6.124 24 .255

(18)
(19)

EEDP II .7200 .3195 .251 -.268 1.708 Kontrol

Pembanding .8200 .3195 .145 -.168 1.808 Kontrol

Pembanding

EEDM I -.4000 .3195 .807 -1.388 .588 EEDM II -.2400 .3195 .973 -1.228 .748

EEDP I -.4800 .3195 .666 -1.468 .508

EEDP II -.1000 .3195 1.000 -1.088 .888

Kontrol Negatif -.8200 .3195 .145 -1.808 .168

Homogeneous Subsets

Suhu Tubuh

Tukey HSDa

Faktor

N

Subset for alpha = 0.05

1

Kontrol Pembanding

5 35.040

EEDP II 5 35.140

EEDM II 5 35.280

EEDM I 5 35.440

EEDP I 5 35.520

Kontrol Negatif 5 35.860

Sig. .145

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

(20)

54

LAMPIRAN 6

Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Setelah Perlakuan

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

Suhu Tubuh 30 35.917 1.0011 33.1 38.0

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Suhu Tubuh

N 30

Normal Parametersa,b Mean 35.917

Std. Deviation 1.0011

Most Extreme Differences Absolute .173

Positive .173

Negative -.136

Kolmogorov-Smirnov Z .949

Asymp. Sig. (2-tailed) .328

(21)

Oneway ANAVA

ANOVA Suhu Tubuh

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 18.102 5 3.620 7.928 .000

Within Groups 10.960 24 .457

(22)
(23)

EEDP I 1.7800* .4274 .004 .459 3.101

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Homogeneous Subsets

Kontrol Pembanding 5 35.300

EEDM I 5 35.680

EEDP I 5 35.760

EEDM II 5 36.020

Kontrol Negatif 5 37.540

Sig. .416 1.000

(24)

58

LAMPIRAN 8

Gambar-gambar Penelitian

Kandang mencit dan mencit Timbangan

Swiss Webster jantan

Mortir dan stamper Termometer digital

(25)

Beaker glass Botol minum mencit

Parasetamol 500 mg Vaksin DPT

(26)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Demam adalah suhu tubuh di atas batas normal, yang dapat disebabkan oleh

kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang memengaruhi

pusat pengaturan suhu (Guyton and Hall, 2011). Demam terjadi karena pelepasan

pirogen dari dalam leukosit yang sebelumnya telah terangsang oleh pirogen

eksogen yang dapat berasal dari mikroorganisme atau merupakan suatu hasil

reaksi imunologik yang tidak berdasarkan suatu infeksi (Fauci, et al., 2008).

Sebagai upaya menangani demam, masyarakat sering menggunakan

obat-obatan yang mudah dibeli di apotek maupun warung. Masyarakat umumnya

menggunakan obat kimia sebagai antipiretik, seperti parasetamol dan aspirin, namun parasetamol dan aspirin mempunyai efek samping pada tubuh manusia terutama pada penggunaan jangka panjang. Efek samping parasetamol adalah mual, reaksi alergi, skin rash, acute renal tubular necrosis, kerusakan hati, leukopenia, trombositopenia, neutropenia, dan agranulositosis (Katzung, 2006).

Oleh karena itu pengembangan obat menggunakan tumbuhan terus dilakukan

hingga saat ini. Daya tarik herbal terutama karena sifatnya yang alami sehingga

dianggap lebih aman, lebih mudah didapat, dan sering dengan harga yang lebih

murah. Banyaknya zat yang terkandung dalam sediaan herbal lebih

menguntungkan karena dapat bekerja secara sinergis untuk menghasilkan efek

yang lebih kuat daripada komponen tunggal (Juckett, 2004). Herbal yang sering

digunakan sebagai antipiretik adalah daun murbei, daun pegagan, kunyit, patikan

kebo, dan sambiloto.

Murbei (Morus alba L.) adalah salah satu tanaman di Indonesia yang berasal

dari Cina. Tanaman ini telah menyebar luas hampir di seluruh tempat baik di

daerah dengan iklim tropis maupun sub tropis. Murbei tergolong dalam famili

Moraceae. Bagian – bagian dari tanaman ini seperti daun, ranting, kulit akar, dan

(27)

memanfaatkan murbei sebagai obat tradisional dalam bentuk sediaan kasar dengan

cara direbus baik dari daun, kulit akar, atau ranting untuk demam, flu, malaria,

hipertensi, asma, obat hipertensi, palpitasi, diabetes, insomnia, vertigo, anemia,

hepatitis dan diabetes mellitus (DepKes RI, 1989; Setiawan Dalimartha, 2001).

Murbei juga diketahui dapat digunakan sebagai antipiretik atau penurun demam

yang disebabkan adanya kandungan isokuercetin yang dapat menghambat

pembentukan prostaglandin (Mills & Bone, 2000).

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) adalah salah satu tanaman yang tumbuh

liar di seluruh Indonesia pada umumnya di daerah beriklim tropis. Pegagan

tergolong dalam family Apiaceae. Bagian – bagian dari tanaman ini dalam bentuk

herba dapat digunakan sebagai obat tradisional. Secara empiris masyarakat telah

memanfaatkan pegagan dengan cara direbus atau dimakan dalam keadaan segar

sebagai obat tradisional untuk demam, diuretik, dan asma (Setiawan Dalimartha,

2001). Pegagan juga diketahui dapat digunakan sebagai antipiretik atau penurun

demam yang disebabkan adanya kandungan kemferol, kuersetin, glukosid, dan

saponin yang dapat menghambat dehidrogenase jalur pembetukan prostaglandin

(DepKes RI, 1989).

Penelitian ini dimaksudkan untuk menilai efek daun murbei dan daun pegagan

terhadap suhu tubuh sentral pada hewan coba mencit galur Swiss Webster.

1.2 Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, identifikasi masalah penelitian ini :

1. Apakah ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik

pada mencit Swiss Webster.

2. Apakah ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

berefek antipiretik pada mencit Swiss Webster.

3. Apakah ekstrak etanol daun murbei mempunyai potensi antipiretik yang

(28)

3

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan obat alternative dalam

mengatasi demam.

2. Tujuan penelitian ini adalah :

 Untuk menilai efek antipiretik ekstrak etanol herbal daun murbei pada mencit Swiss Webster.

 Untuk menilai efek antipiretik ekstrak etanol herbal daun pegagan pada mencit Swiss Webster.

 Untuk menilai potensi antipiretik ekstrak etanol daun murbei dibandingkan dengan ekstrak etanol daun pegagan.

1.4 Manfaat penelitian

1. Manfaat akademis :

Menambah wawasan dan pengetahuan farmakologi tanaman obat

tradisional khususnya efek antipiretik ekstrak etanol daun murbei (Morus

alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban)

serta perbandingan potensinya pada mencit Swiss Webster.

2. Manfaat praktis :

Dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai manfaat

dari daun murbei dan daun pegagan yang dapat digunakan sebagai

alternatif penurun demam.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 KerangkaPemikiran

Pirogen adalah substansi yang dapat menyebabkan demam. Pirogen eksogen

adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien yang biasanya berupa produk

mikroba, toksin, atau keseluruhan mikroba tersebut. Endotoksin adalah molekul

(29)

memproduksi pirogen yaitu IL-1, IL-6, tumor necrosis factor (TNF), ciliary

neurotropic factor (CNTF), dan interferon-α (Fauci, et al., 2008).

Sitokin pirogen dilepaskan dari sel dan masuk ke dalam sirkulasi sistemik.

Sitokin tersebut akan menginduksi sintesis dari prostaglandin E2 (PGE2).

Kemudian prostaglandin E2 (PGE2) akan mencapai hipotalamus melalui arteri

carotis interna. Peningkatan prostaglandin E2 (PGE2) di dalam otak akan

mengaktifkan proses peningkatan set point hipotalamus. Peningkatan set point

hipotalamus akan meningkatkan produksi panas sehingga mengakibatkan

terjadinya demam (Fauci, et al., 2008).

Daun murbei mengandung flavonoid yaitu isokuercetin yang akan

menghambat enzim siklooksigenase untuk pembentukan prostaglandin (Mills &

Bone, 2000). Daun pegagan mengandung kemferol, kuersetin, glukosid, dan

saponin yang akan menghambat dehidrogenase jalur pembentukan prostaglandin

(DepKes RI, 1989; Robinson, 1995).

1.5.2 Hipotesis

1. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik pada

mencit Swiss Webster.

2. Ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek

antipiretik pada mencit Swiss Webster.

3. Ekstrak etanol daun murbein mempunyai potensi antipiretik yang sama

dengan ekstrak etanol daun pegagan.

1.6 Metodologi

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik, diinduksi

demam menggunakan vaksin DPT. Data yang diukur adalah suhu tubuh mencit

dalam derajat Celcius. Analisis data suhu tubuh (derajat Celcius) untuk sebelum

dan sesudah induksi dengan vaksin DPT, diuji dengan uji t berpasangan,

(30)

5

Bila distribusi normal dilakukan ANAVA satu arah. Apabila terdapat perbedaan

dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Bila distribusi tidak normal dilakukan uji

non-parametrik Kruskal-Wallis dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney U dengan α =

(31)

5.1Simpulan

1. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) berefek antipiretik pada

mencit Swiss Webster.

2. Ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) berefek

antipiretik pada mencit Swiss Webster.

3. Ekstrak etanol daun murbei (Morus alba L.) mempunyai potensi

antipiretik yang sama dengan ekstrak etanol daun pegagan (Centella

asiatica (L.) Urban) pada mencit Swiss Webster.

5.1Saran

1. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek ekstrak etanol daun murbei

(Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica

(L.) Urban) pada manusia.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis optimal ekstrak

Daun Murbei (Morus alba L.) dan ekstrak Daun Pegagan (Centella

asiatica (L.) Urban).

3. Perlu penelitian mengenai toksisitas ekstrak etanol daun murbei

(Morus alba L.) dan ekstrak etanol daun pegagan (Centella asiatica

(32)

41

DAFTAR PUSTAKA

Chang H.M., Butt P.P.H., (1986). Sangye. Dalam: Pharmacology And Application of Chinese Materia Medica. Vol II. Singapore: Fong and Sons, p 994-996.

Departemen Kesehatan RI. (1989). Murbai. Vademikum Bahan Obat Alam. Jakarta :

Depkes RI, h 210-212.

Departemen Kesehatan RI. (1989). Pegagan. Vademikum Bahan Obat Alam. Jakarta : Depkes RI, h 226-230.

Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson, J.L.,

et al. (2008). Harrisons’s Principles of Internal Medicine (17th Edition ed., Vol. I). New York: McGraw-Hill.

Ganong, W. F. (2003). Review of Medical Physiology (21 ed.). San Fransisco : McGraw-Hill.

Guyton, A.C., & Hall, J.E. (2011). Textbook of Medical Physiology (12 ed). Philadelphia: Elsevier Saunders.

Juckett, G. (2004). Herbal Medicine. In Charles R. Craig; Robert E. Stitzel eds :

Modern Pharmacology. 6th ed. Lippincott: Williams & Wlkins.

Katzung, B. G. (2006). Basic & Clinical Pharmacology (10 ed). New York : McGraw-Hill Companies.

Kemas Ali Hanafiah. (2005). Prinsip Percobaan dan Perancangannya. Dalam :

Rancangan Percobaan Aplikatif: Aplikasi Kondisional Bidang Pertamanan, Peternakan, Perikanan, Industri dan Hayati. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, h 1-17.

Mills S., Bone K. (2000). Principles and practice of phytotherapy. London : Churchill Livingstone.

(33)

Paget, G.E., and Barnes J.M., (1964). Toxicity Test In: Laurence D.R., and Bacharach A.L., eds. Evaluation of Drug Activities Pharmacometrics, Vol. I. Academic and New York. p. 161-162.

Robinson, T. (1995). Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi ke-6 Terjemahan

Kosasih Padmawinata. ITB Press. Bandung.

Setiawan Dalimartha. (2001). Murbei. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Cetakan ke-III. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara, h 90-95.

Setiawan Dalimartha. (2001). Pegagan. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid II. Cetakan ke-I. Jakarta : PT Pustaka Pembangunan Swadaya Nusantara.

Sherwood, L. (2010). Human Physiology. Canada: Brooks/Cole, Cengage Learning.

Gambar

Gambar-gambar Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Kuartal II / Second Quarter Period of financial statements submissions Tanggal awal periode berjalan January 01, 2017 Current period start date Tanggal akhir periode berjalan June

Tidak terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol rimpang lengkuas ( Alpinia galanga ) dengan dosis 14 mg/20 gr berat badan, 28 mg/gr berat badan, dan 56 mg/20 gr berat

Akurasi fakta yang terdapat dalam buku teks dengan deskripsi BSNPP diperoleh dengan menganalisis materi yang ada dalam buku teks.Dari hasil yang diketahui bahwa

Hasil kelayakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan ditinjau dari aspek keefektifan meliputi: (1) respon siswa terhadap mata pelajaran instalasi motor listrik dan respon

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kandungan kimia minyak atsiri daun salam menggunakan metode Kromatografi gas/ spektrometri massa (KG-SM) dan potensi minyak

e. PKIP Laiwoi dengan pusat kawasan Kolaka Utara yang meliputi Kabupaten Kolaka Utara dan Kabupaten Konawe bagian utara. Untuk operasionalisasi RTRW Provinsi Sulawesi

Kepercayaan pasien timbul dari kepuasan konsumen, oleh karena penyedia jasa telah memberikan kualitas pelayanan yang baik sehingga pasien sendiri akan puas terhadap pelayanan

Jasa Pemborongan Pekerjaan Pelebaran Gerbang Tol Pondok Gede Barat I dan Karawang Timur'l. Pada Jalan Tol Jakarta-Cikampek Tahun