iv Universitas Kristen Maranatha
Abstrak
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui derajat self-compassion pada home care nurse di Universitas “X” Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survey. Jumlah sampel sebanyak 30 mahasiswa Universitas
“X” Bandung yang menjadi home care nurse.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah self-compassion Scale (Neff, 2003) yang sudah diterjemahkan Missiliana R.. Alat ukur self-compassion Scale terdiri dari 26 pernyataan yang mengukur ketiga komponen pembentuk self-compassion, terdiri dari item positif dan negatif. Setelah dilakukan uji validitas dengan SPSS Statistics 20.0, maka diperoleh 26 item yang valid dengan validitas item berkisar antara 0,323 – 0,606. Reliabilitas alat ukur tersebut adalah 0,818. Dari pengolahan data, diperoleh hasil self-compassion home care nurse di Universitas “X” Bandung. Sebanyak 40% memiliki derajat self-compassion yang tinggi. Sebanyak 60% memiliki derajat self-compassion yang rendah karena memiliki satu atau lebih komponen self-compassion yang rendah.
Peneliti mengajukan saran agar peneliti lain yang memiliki minat untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai self-compassion, disarankan meneliti faktor-faktor lainnya yang berkaitan dengan self-compassion pada home care nurse dan mempertimbangkan penggunaan kuesioner self-compassion dengan merevisi item-item yang bahasanya kurang dapat dimengerti masyarakat umumnya. Selain itu peneliti mengajukan saran kepada home care nurse agar dapat mempelajari apa makna dan fungsi dari self-compassion, dengan mengikuti seminar atau pelatihan psikologi tentang self-compassion sehingga mereka dapat mengaplikasikan ketika menghadapi kesulitan, kegagalan, dan penderitaan yang dialami saat melakukan pelayanan perawatan terhadap pasien.
v Universitas Kristen Maranatha
Abstract
This research is conducted to determine the self-compassion contained in home care nurse at Universitas “X” Bandung. The method in this research is descriptive with survey techniques. The population for this research are 30 students of Universitas “X” Bandung who became home care nurse.
This research was using measuring instrument from self-compassion scale (Neff, 2003) which has been translated Missiliana R.. Measuring tool of self-compassion scale consists of 26 items that measure three components of self-compassion, consisting of positive and negative items. The validity test conducted by SPSS Statistics 20.0, the obtained 26 valid items with the validity of the items ranged from 0,323 to 0,606. The reliability of the instruments was 0,818. Based on the results, research obtained self-compassion in home care nurse at Universitas “X” Bandung. 40% of them shown self-compassion with high scores. 60% of them shown self-compassion with low scores because it has one or more components of a self-compassion with low score.
Researchers suggest other researchers who have an interest to conduct further on research of compassion, suggested examining other factors associated with self-compassion in home care nurse and consider the use of questionnaires self-self-compassion by revising items with fuzzy words. Researchers also suggest for the home care nurse to learn what is the meaning and function of self-compassion, with attending seminars or psychology of self-compassion training so they can compassion for their self when facing difficulties, failures, and suffering experienced while services the patient
viii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN... i
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI ... ii
LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENEL... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN... xiii
DAFTAR LAMPIRAN... xiv
BAB I. PENDAHULUAN... 1
1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Identifikasi Masalah... 6
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 6
1.3.1. Maksud Penelitian... 6
1.3.2. Tujuan Penelitian... 6
1.4. Kegunaan Penelitian... 7
1.4.1. Kegunaan Teoritis... 7
1.4.2. Kegunaan Praktis... 7
1.5. Kerangka Pemikiran... 7
ix Universitas Kristen Maranatha
2.1.2.3.1 Common Humanity vs. Isolation... 20
2.1.3 Manfaat Self-Compassion... 21
2.1.3.1 Resiliensi Emosi... 21
2.1.3.2 Keluar Dari Perbandingan Self-esteem... 22
2.1.3.3 Motivasi dan perkembangan pribadi... 22
2.1.4 Faktor-faktor yang berpengaruh pada Self-Compassion... 22
2.1.4.1 Jenis kelamin... 22
2.1.4.2 Personality... 23
2.1.4.3 The Role of Culture... 26
2.1.4.4 The Role of Parent... 28
2.1.5 Self-Compassion dengan Self-Pity, Self-indulgence, Self-Esteem... 31
2.2 Nurse... 32
2.2.1 Pengertian Nurse ... 32
2.2.2 Home Care Nurse ... 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 39
x Universitas Kristen Maranatha
3.2 Bagan Prosedur Penelitian... 39
3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 39
3.3.1 Variabel Penelitian... 39
3.3.2 Definisi Konseptual... 40
3.2.3 Definisi Operasional... 40
3.4 Alat Ukur... 41
3.4.1 Kuesioner Self-Compassion... 41
3.4.1.1 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Compassion... 41
3.4.1.2 Prosedur Pengisian Alat Ukur... 44
3.4.1.3 Sistem Penilaian Alat Ukur... 44
3.4.2 Data Pribadi dan Data Penunjang... 45
3.4.3 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... 46
3.4.3.1 Validitas Alat Ukur... 46
3.4.3.2 Reliabilitas alat ukur... 46
3.5 Populasi dan Penarikan Sampel... 46
3.5.1 Populasi... 46
3.5.2 Karakteristik Sampel... 46
3.5.3 Teknik Penarikan Sampel... 46
3.6 Teknik analisis data... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Hasil Penelitian ... 48
4.1.1 Hasil Penelitian Berdasarkan Data Responden ... 48
4.1.2 Hasil Penelitian ...49
4.2 Pembahasan ... 51
xi Universitas Kristen Maranatha
5.1 Kesimpulan ... 62
5.2 Saran ... 63
5.2.1 Saran Teoritis ... 63
5.2.2 Saran Praktis ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 64
DAFTAR RUJUKAN ... 65
xii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR TABEL
TABEL 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Self-Compassion... 40
xiii Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR BAGAN
BAGAN 1.1 KERANGKA PIKIR... 13
xiv Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR LAMPIRAN
SURAT PERNYATAAN
KUESIONER SELF-COMPASSION
DATA PENUNJANG I DATA PENUNJANG II
DATA PENUNJANG III CROSS TABULATION
TABEL DATA MENTAH
1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perawat atau Nurse berasal dari bahasa Latin yaitu dari kata Nutrix yang berarti
merawat atau memelihara. Profesi perawat diharapkan dapat membantu mempertahankan atau memulihkan kesehatan yang optimal pada perawatan individu, keluarga, atau masyarakat.
Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan (Undang-undang Kesehatan No.23, 1992). Seorang perawat dikatakan profesional jika memiliki ilmu
pengetahuan, keterampilan keperawatan, dan sikap profesional sesuai kode etik profesi. Untuk menjadi perawat, seseorang dapat mengikuti pendidikan formal di akademi
keperawatan. Akademi keperawatan di kota Bandung sudah banyak, bahkan untuk beberapa Universitas sudah memiliki Fakultas Keperawatan.
Para penerima jasa atau pasien pelayanan kesehatan diharapkan untuk menyadari
hak-haknya, sehingga keluhan, harapan, laporan, atau tuntutan lainnya dapat diajukan ke pengadilan sebagai upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa tersebut. Terdapat beberapa alasan untuk menggunakan jasa keperawatan, salah satunya adalah
menjaga, merawat, dan membantu pasien selama 24 jam setiap harinya. Hal ini juga dapat disebabkan tidak ada anggota keluarga yang selalu mampu membantu dan merawat di setiap
saat pasien butuhkan. Selain itu, perawat diharapkan sudah terlatih untuk memberikan pelayanan secara efektif dan efisien.
Tidak semua perawat melayani atau bertugas di Rumah Sakit. Perawat juga dapat
2
Universitas Kristen Maranatha
keluarga pasien. Home care nurse adalah istilah perawat yang melakukan perawatan di rumah
pasien. Home care nurse bersedia membantu, merawat, dan menjaga pasien selama menjalani perawatan pada pasiennya selama 24 jam. Karena home care nurse tinggal di rumah pasien,
maka ada kesepakatan di awal antara mereka dengan keluarga pasien mengenai waktu perawatan yang mereka berikan. Jika keluarga pasien memberikan kesepakatan terhadap home care nurse, memungkinkan menggunakan jasa dua orang home care nurse, sehingga
mereka dapat membagi jadwal waktu perawatan. Home care nurse mendapatkan pendidikan formal di Fakultas Keperawatan. Dengan ilmu yang didapatkan dari pendidikan formal,
mereka mampu mempertahankan dan membantu pemulihan kesehatan pasien tersebut. Resiko menjadi seorang home care nurse sangat beragam. Mereka bekerja dengan tanggung jawab sendiri, tidak melibatkan rumah sakit. Mereka hanya bertanggung jawab untuk melaporkan
informasi mengenai pasien kepada dokter yang bersangkutan dengan pasien. Jika ada masalah lain selain hal tersebut, merupakan tanggung jawab dirinya sendiri. Selain itu dengan segala
keterbatasan baik itu pengetahuan atau pengalaman sebagai nurse, mereka harus tetap maksimal dalam menjalankan perawatan.
Di Universitas “X” Bandung terdapat Fakultas Keperawatan. Program ini dirancang
bagi lulusan S1 Keperawatan untuk meningkatkan keahlian dalam memberikan pelayanan pada pasien sekaligus menjadi perawat yang mandiri. Setelah selesai menjalankan pendidikan tersebut, mahasiswa akan mendapat sertifikasi untuk menjadi perawat profesional. Fakultas
tersebut menciptakan perawat-perawat yang dapat bekerja mengabdi pada masyarakat sebagai perawat di suatu lembaga, institusi, atau pun rumah sakit. Istilah home care nurse (atau yang
lebih sering disebut special nurse) sudah dipahami oleh kebanyakan mahasiswa, dosen, dan fakultas tersebut. Mahasiswa yang masih aktif kuliah di Fakultas Keperawatan dapat menjadi home care nurse. Hanya saja, menurut Dekan Fakultas Keperawatan di Universitas “X”
3
Universitas Kristen Maranatha
keberadaannya tidak diketahui pasti oleh pihak fakultas maupun universitas. Beberapa
mahasiswa mengungkapkan alasan menjadi home care nurse karena untuk mendapatkan kebutuhan finansial tambahan dan sebagai pengalaman kerja nyata, sehingga mereka tidak
perlu menunggu kelulusan untuk mendapatkan hal-hal tersebut. Jadwal kuliah mereka yang padat membuat mereka tidak memiliki banyak waktu untuk menjadi home care nurse. Ketika liburan semester, disaat tidak ada perkuliahan mereka memanfaatkan waktu untuk menjadi
home care nurse. Dengan keterbatasan ilmu, pengetahuan, faktor usia, dan kurangnya
pengalaman dalam merawat pasien, memungkinkan mahasiswa yang menjadi home care
nurse tersebut mendapatkan suatu kendala atau hambatan dalam melakukan pelayanannya.
Kendala dan hambatan tersebut bisa memengaruhi keadaan mahasiswa tersebut. Kendala dan hambatan yang dimaksud antara lain konflik dengan pasien, mendapat kritik dari orang lain,
dan hal lainnya. Pada kenyataanya dalam menghadapi masalah, reaksi tiap orang berbeda-beda.
Berdasarkan hasil survey pada 20 mahasiswa tingkat akhir di Universitas “X” Bandung. Diperoleh sebanyak dua home care nurse (10%) mencoba tetap bersabar dan berbaik hati pada diri walaupun dihadapkan dengan masalah ketika mereka sedang melakukan
perawatan terhadap pasiennya. Sebanyak 18 home care nurse (90%) merasa dirinya salah ketika gagal memberikan perawatan yang seharusnya dapat dikerjakan secara maksimal. Mereka yang seperti itu cenderung merasa sulit menerima kemampuan diri sendiri jika
dihadapkan kegagalan atau masalah.
Selain itu ditemukan sebanyak 15 home care nurse (75%) yang mengatakan bahwa
mereka cenderung berlarut pada emosi ketika dihadapkan dengan masalah yang tidak dapat ditemukan solusinya. Karena mereka dituntut untuk mengambil keputusan sendiri. Bahkan ketika mendapatkan pasien yang tidak kunjung sembuh atau bahkan meninggal, mereka sadar
4
Universitas Kristen Maranatha
Sebanyak lima home care nurse (25%) mampu menyadari bahwa perbuatan yang mereka
lakukan bukan karena kemampuan mereka yang buruk, karena selain kegagalan yang mereka hadapi, mereka juga pernah mengalami keberhasilan.
Sebanyak 12 home care nurse (60%) mengaku bahwa kesulitan yang mereka alami tidak dialami oleh perawat yang bekerja di rumah sakit, sebagai contoh home care nurse bekerja di rumah pasien dimana peralatan medis yang dibutuhkan tidak tersedia sehingga
home care nurse tersebut merasa sendiri, tidak berdaya, dan harus bekerja dengan segala
keterbatasan yang ada. Ketika hal tersebut terjadi, home care nurse cenderung merasakan
kegagalan dan merasa terasingkan berada di lingkungan pasiennya. Jika home care nurse cenderung menyalahkan diri, berlarut pada emosi, dan tersebut merasa sendiri dan tidak berdaya. Sebanyak delapan home care nurse (40%) pernah merasa terasingkan dengan alasan
yang berbeda-beda, namun mereka menyadari bahwa home care nurse lainnya pasti mengalami hal ini sehingga mereka tidak selalu memikirkan penderitaan kesulitan, dan tetap
melakukan perawatan secara optimal.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut dapat digambarkan bahwa pada umumnya home care nurse yang harus merawat pasien sesuai dengan ketentuan dan aturan yang sudah
disepakati dengan pasiennya, pernah atau bahkan sering menyalahkan dan mengritik diri mereka atas berbagai hal yang bersifat negatif saat menjalani perawatan. Sebagai contoh, home care nurse merasa kecewa dan bersalah pada dirinya sendiri ketika banyak hal yang
tidak terduga terjadi, yang menyebabkan home care nurse merasakan beban dan tekanan. Home care nurse beranggapan bahwa mereka dapat bekerja lebih baik lagi untuk masalah
5
Universitas Kristen Maranatha
perawatan secara kurang maksimal. Hal tersebut mungkin akan berdampak pada perawatan
terhadap pasien.
Neff (2011) menyatakan bahwa kebiasaan menyalahkan dan mengritik diri sendiri
apabila dibiarkan terus menerus akan membuat seseorang beresiko mengalami burned out, kelelahan, dan overwhelmed (dicekam emosi dengan intensitas kuat) karena tidak sempat menyamankan diri sendiri terlebih dahulu. Home care nurse yang lebih mengutamakan
kepentingan pasiennya sehingga mengesampingkan kepentingan mereka sendiri kemungkinan besar akan mengalami resiko-resiko tersebut. Oleh karena itu, setiap home care nurse
membutuhkan self-compassion. Self-compassion yaitu kemampuan untuk mengembangkan bentuk perasaan yang mengandung kebaikan (kindness), kepedulian (care), dan pengertian (understanding) untuk diri sendiri yang akan menimbulkan sebuah dorongan untuk
meringankan penderitaan yang dialami secara alamiah. Self-compassion juga dapat mengenali keadaan diri seorang individu sebagai manusia biasa yang lemah, tidak sempurna, dan rapuh.
Self-compassion tidak menjelaskan bahwa masalah pribadi merupakansuatu masalah
yang lebih penting daripada masalah orang lain dan selalu diutamakan. Self-compassion menegaskan bahwa masalah pribadi merupakan masalah yang juga perlu ditangani sama
seperti masalah lainnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua masalah tersebut berada dalam level atau tingkatan yang sama (Neff, 2011).
Seorang home care nurse yang berkewajiban untuk memberikan perawatan kepada
pasien sesuai dengan ketentuannya, seharusnya mengembangkan self-compassion-nya. Situasi, keadaan, dan tugas dari home care nurse telah dijelaskan sebelumnya, merupakan
6
Universitas Kristen Maranatha
permainan self-esteem dan memiliki motivasi serta mengalami perkembangan pribadi (Neff,
2011).
Berdasarkan hal-hal yang sudah dijelaskan sebelumnya, peneliti tertarik untuk meneliti
self-compassion pada mahasiswa yang menjadi home care nurse di Universitas “X” di Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Seberapa besar derajat self-compassion pada home care nurse di Universitas “X” di
Bandung.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1. Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah mengetahui derajat self-compassion yang terdapat pada
home care nurse di Universitas “X”di Bandung.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui derajat self-compassion melalui derajat komponen self-kindness, mindfulness, dan common humanity yang terdapat pada home care nurse di Universitas “X”di Bandung yang juga berkaitan dengan tiga komponen lawan
7
Universitas Kristen Maranatha
1.4 Kegunaan Penelitian
1.4.1. Kegunaan Teoritis
1. Memberikan informasi tentang self-compassion bagi disiplin ilmu Psikologi
Positif, khususnya Self-Compassion.
2. Memberikan informasi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan
penelitian-penelitian lanjutan mengenai Self-Compassion.
1.4.2. Kegunaan Praktis
1. Memberikan informasi kepada para Home care nurse di Universitas “X” Bandung
mengenai self-compassion dan komponen-komponennya. Informasi ini dapat digunakan untuk membantu Home care nurse mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan hal tersebut supaya dapat menerima diri sendiri dengan lebih
baik.
2. Memberi informasi kepada para staf pengajar Fakultas Keperawatan Universitas “X” Bandung mengenai self-compassion dalam kaitannya dengan memberikan
pengetahuan dan bimbingan kepada para mahasiswa atau dalam penelitian ini adalah Home care nurse Universitas “X” Bandung dalam rangka meningkatkan
self-compassion.
1.5 Kerangka Pemikiran
Home care nurse mendapatkan pendidikan formal di Fakultas Keperawatan.
Mahasiswa fakultas keperawatan yang telah lulus dan dinyatakan telah menyelesaikan pendidikan formalnya, mereka dapat bekerja sebagai nurse di rumah sakit, atau menjadi home
care nurse. Namun mereka yang belum lulus atau masih menjadi mahasiswa aktif di fakultas
8
Universitas Kristen Maranatha
Perawat di rumah sakit bekerja sesuai peraturan yang berlaku di rumah sakit tersebut,
jika terdapat kesalahan penanganan, perawatan, atau hal-hal yang terjadi pada pasiennya, rumah sakit bertanggung jawab atas pasien tersebut. Home care nurse memiliki perbedaan
dengan perawat-perawat lainnya. Selain melakukan perawatan di rumah pasien, home care nurse bertanggung jawab atas pasiennya. Tanggung jawab yang dimaksud yaitu home care
nurse melakukan perawatan sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati antara mereka
dengan dokter maupun keluarga dari pasiennya. Home care nurse bertugas memberikan penanganan, pemberian obat, dan hal-hal yang dibutuhkan pasien sesuai dengan anjuran
dokternya. Karena home care nurse melakukan hal-hal tersebut, maka home care nurse bertugas untuk melaporkan perkembangan kesehatan dari pasiennya tersebut pada dokter yang bersangkutan. Tidak hanya kepada dokter, keluarga juga harus mengetahui
perkembangan kesehatan pasien tersebut. Dalam pekerjaannya, home care nurse tinggal atau menetap untuk sementara waktu di rumah pasien untuk memberikan perawatan yang lebih
maksimal.
Home care nurse dalam melakukan perawatan memiliki kemungkinan untuk
mengalami masalah. Permasalahan yang dapat dialami adalah berupa kritik dari pasien atau
lingkungan pasien seperti keluarga yang kurang objektif dalam melihat permasalahan selama perawatan atau kejadian-kejadian yang terjadi di luar dugaan. Misalkan, home care nurse dihadapkan pada keadaan dimana pasien dalam hal terburuk, seperti penurunan kondisi
kesehatan. Dalam situasi tersebut, pasien membutuhkan peralatan medis yang memadai. Namun karena home care nurse melakukan perawatan di rumah maka peralatan medis yang
dibutuhkan kurang terfasilitasi. Sebagai home care nurse dalam situasi seperti ini dituntut untuk mengambil keputusan penting untuk kebaikan pasiennya. Neff (2011) berpendapat individu seharusnya memerlukan self-compassion ketika sedang mendapatkan masalah.
9
Universitas Kristen Maranatha
(care), dan pengertian (understanding) untuk diri sendiri di mana hal ini memunculkan
dorongan untuk meringankan penderitaan secara alamiah pada diri individu. Self-compassion berkaitan juga dengan mengenali keadaan manusia sebagai hal yang tidak sempurna dan
rapuh (Neff, 2011).
Neff (2011) berpendapat bahwa self-compassion terbentuk dari tiga komponen, antara lain self-kindness, mindfulness, dan common humanity. Self-kindness berhubungan dengan
pengakuan diri terhadap masalah dan ketidakmampuan yang ada pada diri sendiri sehingga individu merawat dan menolong diri sendiri dibandingkan menjadi marah di saat keadaan
yang terjadi tidak sesuai harapan (Neff, 2011). Dalam penanganan dan perawatan, home care nurse dihadapkan dengan situasi dan kondisi yang berbeda-beda. Pasien yang tidak kunjung
sembuh, atau bahkan dapat terjadi kematian di masa perawatan oleh home care nurse. Home
care nurse dikritik oleh keluarga pasien yang merasa tidak puas atas pelayanan yang
diberikan karena tidak sesuai dengan yang diharapkan. Ketika hal-hal tersebut terjadi
seharusnya home care nurse mampu untuk mengakui kesalahannya tanpa menghukum atau merendahkan dirinya sendiri.
Mindfulness adalah kemampuan individu untuk menerima dan melihat secara jelas
perasaan dan pikiran diri sendiri dengan apa adanya, tanpa disangkal atau ditekan (Neff, 2003). Dengan kata lain individu tersebut menghadapi kenyataan yang ada. Home care nurse diharapkan dapat mengendalikan pikiran dan juga menyadari bahwa seluruh emosi yang
terjadi pada dirinya di saat menghadapi masalah saat melakukan tugas sebagai perawat. Home care nurse tinggal di lingkungan keluarga pasien. Keseharian home care nurse hidup bersama
pasien dan keluarganya memungkinkan akan timbul konflik. Jika sampai terjadi konflik, home care nurse melakukan kesalahan dalam perawatan, dan kemudian mendapat kritik dari
keluarga pasien, home care nurse diharapkan untuk tetap profesional dalam melakukan
10
Universitas Kristen Maranatha
kesalahan tidak akan melebih-lebihkan atau menyangkal kesalahannya itu. Dengan kata lain,
home care nurse tersebut akan menghayati ketidaksempurnaan yang terjadi pada dirinya
ketika sedang merawat pasien dan akan tetap menjalankan perawatan dengan maksimal.
Common humanity adalah cara pandang individu terhadap pengalaman yang
diinterpretasikan dari diri dengan sudut pandang yang lebih luas yaitu dari sudut pandang masyarakat pada umumnya. Home care nurse dengan common humanity dapat memandang
suatu permasalahan yang terjadi pada dirinya, seperti kesalahan atau kelalaian melakukan perawatan terhadap pasien, sebagai suatu pengalaman yang juga pernah atau sedang dialami
oleh home care nurse lainnya. Ketika home care nurse dihadapkan situasi dan kondisi dimana pasien yang dirawatnya tidak kunjung membaik atau bahkan mengalami kemunduran kondisi menjadi tidak baik. Dalam situasi tersebut, home care nurse diharapkan untuk tidak berlarut
dalam emosinya seolah pasien tersebut merupakan pasien yang tidak mungkin sembuh dibawah perawatan home care nurse tersebut.
Setiap komponen-komponen pembentuk self-compassion memiliki komponen penyeimbang yang bersifat negatif (Neff, 2011). Self-kindness berlawanan dengan self-judgment, mindfulness berlawanan dengan overidentification, dan common humanity
berlawanan dengan isolation. Self-judgment adalah perilaku mengkritik kesalahan diri hingga menjadi suatu bentuk hukuman bagi diri meskipun kesalahan tersebut berada di luar kendali (Neff, 2011). Home care nurse mungkin menilai dirinya sebagai home care nurse yang tidak
kompeten menjalani pekerjaannya bila mendapat kritik dari pasien atau orang lain. Ketika keluarga dari pasien memberikan kritik kepada home care nurse, namun home care nurse
menjadi berlarut dalam masalahnya dan menilai buruk dirinya, hal ini disebut self-judgment. Overidentification adalah keadaan dimana seseorang menghadapi emosi yang berat,
mereka terbawa reaksi emosional yang ada hingga sense of self yang kemudian dapat
11
Universitas Kristen Maranatha
perasaan saat tidak mampu memberi penangan terhadap pasien yang sakitnya bertambah
parah, dan tidak kunjung membaik. Home care nurse yang berlarut dalam emosinya dan juga merasa tercekam atas kesalahannya, menunjukkan bahwa mereka sedang mengalami
overidentification.
Isolation merupakan penghayatan diri yang merasa bahwa dirinya unik dan berbeda
dari orang lain sehingga merasa terputus dari individu lainnya (Neff, 2011). Home care nurse
berpotensi mengalami perasaan sendirian dan terasingkan saat menghadapi masalah yang tidak terduga ataupun yang diakibatkan oleh dirinya sendiri. Home care nurse yang merawat
di rumah pasien mungkin merasa sendiri ketika sedang dihadapkan masalah atau kegagalan, karena home care nurse bertanggung jawab dan dituntut mengambil keputusan sendiri atas keadaan pasiennya. Ketika keadaan semakin memburuk, memungkinkan home care nurse
merasa sendiri dan jauh dari orang-orang yang mungkin saja mengalami hal tersebut. Perasaan tersebutyang dirasakan home care nurse yang hanya terjadi pada dirinya adalah
keadaan individu yang sedang mengalami isolation.
Menurut Neff, bila salah satu komponen pembentuk self-compassion tinggi, maka dua komponen lainnya juga akan semakin tinggi derajatnya. Ketika ketiga komponen pembentuk
self-compassion, yaitu mindfulness, self-kindness, dan common humanity, semakin tinggi
derajatnya, maka self-compassion yang dimiliki individu juga akan semakin tinggi (Neff, 2011). Di sisi lain, bila lawan komponen pembentuk self-compassion, yaitu overidentification,
isolation, dan self-judgment semakin tinggi, maka self-compassion pada individu akan
semakin rendah.
Terdapat faktor-faktor yang memengaruhi self-compassion, namun dalam penelitian ini faktor yang digunakan antara lainjenis kelamin, personality, peran orang tua, dan budaya. Perempuan pada umumnya memiliki self-compassion lebih rendah dari pria karena
12
Universitas Kristen Maranatha
Penelitian menunjukkan bahwa wanita jauh lebih penuh pertimbangan dibandingkan laki-laki
sehingga perempuan menderita depresi dan kecemasan dua kali lipat dibandingkan pria (Neff, 2011).
Self-compassion memiliki hubungan dengan trait neuroticism, agreebleness,
extroversion, opennes to experience,dan conscientiousness dari the big five personality.
Melihat kepribadian manusia melalui trait yang tersusun dalam lima buah faktor kepribadian
yang telah dibentuk dengan menggunakan analisis faktor (McCrae & Costa, 1997, dalam Viya 2013). Dalam penelitian Neff, Rude, & Kirkpatrick (2007) ditemukan bahwa self-compassion
memiliki hubungan positif yang signifikan dengan agreeableness, extroversion, and conscientiousness dan memiliki hubungan negatif dengan neurotism. Perilaku yang
ditunjukkan orang dengan tipe neurotism yaitu memiliki emosi yang kurang stabil, pencemas,
khawatir. Sehingga jika home care nurse dihadapkan dengan suatu kegagalan mereka cenderung menunjukkan self-compassion rendah. Mereka akan menyalahkan diri karna
kecemasan yang mereka pikirkan, tenggelam dalam kegagalannya, dan memandang bahwa masalah tersebut tidak dialami orang lain. Self-compassion memilki hubungan positif dengan agreeableness, hal ini ditunjukkan individu dengan self-compassion mampu menyesuaikan
diri dengan lingkungan, mampu beradaptasi, dan keterikatan emosional dengan orang lain. Dalam hal ini home care nurse dapat beradaptasi dengan keluarga ataupun lingkungan pasien, sehingga mereka dan pasien dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang lebih baik, yaitu
kesehatan atau kesembuhan pasien. Individu dengan extraversion merupakan cerminan dari perasaan keterkaitan sosial yang merupakan bagian dari self-compassion. Home care nurse
dengan kepribadian ekstrovert mampu menyampaikan emosi dan perasaan mereka dalam perawatan. Conscientiousness menunjukkan bahwa stabilitas emosional yang diberikan oleh self-compassion dapat membantu individu menunjukan perilaku yang lebih bertanggung
13
Universitas Kristen Maranatha
perawatan dengan tertib dan taat aturan. Namun, menurut Costa & McCrae (1992, dalam
Neff, 2007) self-compassion mungkin tidak memiliki hubungan dengan openness to experience, karena trait ini mengukur karakteristik individu yang memiliki imajinasi yang
aktif, kepekaan secara aesthetic, sehingga dimensi openness to experience ini kurang sesuai dengan self-compassion.
Dukungan yang bersifat positif menjadi pengaruh yang baik untuk perkembangan
anaknya. Namun sebaliknya, jika seorang ibu memberikan kritik secara terus menerus membuat anaknya merasa bersalah. Ketika seorang home care nurse merasa bersalah dan
tidak mampu memaafkan dirinya, akan menyalahkan dirinya secara berlebihan, dan tercekam atas kesalahannya. Hal tersebut akan memengaruhi self-compassion yang dimiliki home care nurse. Kelompok sosial terutama keluarga adalah hal yang paling penting untuk bertahan
hidup. Orang tua adalah salah satu kelompok sosial. Keluarga pribadi dari home care nurse yang berfungsi harmonis dengan adanya dukungan dari orang tua dapat menjadi model yang
mendukung pembentukan self-compassion yang tinggi pada diri home care nurse. Home care nurse yang tumbuh di tengah keluarga yang harmonis, dapat berelasi baik dengan orang lain,
dalam hal ini home care nurse mampu merawat pasiennya dengan menjaga relasi yang baik
dengan pasiennya. Sebaliknya, bila keluarga home care nurse tidak berfungsi dengan baik dan orang tua kurang atau bahkan tidak memberikan dukungan, kemungkinan besar self-compassion pada home care nurse yang bersangkutan juga rendah. Individu yang dibesarkan
dengan insecure attachment, stressful, atau mengancam biasanya bersikap lebih dingin dan kritis terhadap dirinya sendiri (Gilbert & Proctor, 2006).
Hofstede (2001) menyatakan bahwa citra seseorang dalam masyarakat di dalam dimensi ini tercermin dalam kata Saya (individualisme) atau Kami (kolektivisme). Pada dimensi individu maupun kolektivisme memiliki karakteristik masing-masing. Seseorang
14
Universitas Kristen Maranatha
preferensi diri termasuk kebutuhan dan hak diri, memberikan prioritas terhadap tujuan
pribadi, dan memiliki fokus terhadap analisa rasional dari hubungan mereka dengan orang lain (Triandis, 1994, dalam Kacen & Lee, 2002). Sehingga self-compassion dapat
cenderung tinggi. Berbeda dengan dimensi kolektivisme, yang mana seseorang dengan kolektivisme yang tinggi seringkali dimotivasi oleh norma dan kewajiban yang diberlakukan oleh kelompoknya dan memberikan prioritas terhadap tujuan dari kelompok
tersebut (Kacen & Lee, 2000). Hal ini mempengaruhi derajat self-compassion cenderung rendah.
15
Universitas Kristen Maranatha
1.6 Asumsi Penelitian
1. Self-compassion dibutuhkan ketika home care nurse sudah melakukan tugas dan
tanggung jawabnya sesuai aturan namun tetap dihadapkan kegagalan, penderitaan, masalah, dan konflik.
2. Semakin tinggi derajat self-kindness, mindfulness, dan common humanity dari seorang
home care nurse maka semakin tinggi juga derajat self-compassion. Semakin rendah
derajat salah satu komponen atau lebih dari self-kindness, mindfulness, dan common humanity maka semakin rendah juga derajat self-compassion.
3. Derajat self-compassion dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis kelamin,
personality, peran orang tua, dan budaya.
4. Karena dipengaruhi beberapa faktor, maka home care nurse di Universitas “X”
62 Universitas Kristen Maranatha
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
Pada bagian ini, peneliti akan memaparkan simpulan berupa hasil penelitian:
1. Sebanyak 12 orang (40%) home care nurse di Universitas “X” Bandung memiliki derajat
self-compassion tinggi dan sebanyak 18 orang (60%) memiliki derajat self-compassion
rendah.
2. Semakin tinggi derajat kepribadian extraversion, conscientiousness, dan neuroticism
menunjukkan semakin rendah derajat self-compassion pada home care nurse.
3. Semakin rendah derajat kepribadian openness to experience dan agreeableness
menunjukkan semakin rendah derajat self-compassion pada home care nurse.
4. Sebagian besar home care nurse dengan orang tua yang supportive menunjukan derajat
self-compassion yang semakin tinggi.
5. Sebagian besar home care nurse dengan budaya colectivism menunjukan derajat
self-compassion yang semakin tinggi, dan home care nurse dengan budaya individualism
63
Universitas Kristen Maranatha
5.2. Saran
5.2.1. Saran Teoritis
1. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai self-compassion
disarankan meneliti faktor-faktor berpengaruh lainnya yang berkaitan dengan
self-compassion pada home care nurse, misalnya faktor jenis kelamin dan emotional maturity.
2. Peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan penggunaan kuesioner dengan merevisi
item-item yang bahasanya kurang dapat dimengerti masyarakat umumnya.
5.2.2. Saran Praktis
1. Home care nurse diharapkan dapat meningkatkan self-compassion dengan mempelajari
apa makna dan fungsi dari compassion, dengan memperdalam informasi tentang
self-compassion sehingga mereka dapat mengaplikasikan ketika menghadapi kesulitan,
kegagalan, dan penderitaan yang dialami saat melakukan pelayanan perawatan terhadap
pasien.
2. Staf pengajar Fakultas Keperawatan di Universitas “X” Bandung diharapkan dapat
memahami dan berbagi informasi mengenai self-compassion kepada para mahasiswanya
STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF-COMPASSION
PADA HOME CARE NURSE DI UNIVERSITAS
“
X
”
BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Maranatha Bandung
Disusun oleh :
Arshad Rahmanidal
0730142
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan rezeki yang diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, dengan judul Studi Deskriptif Mengenai Self-Compassion Pada Home Care Nurse di Universitas “X” Bandung. Peneliti menyadari adanya kekurangan
atau kesalahan dalam penelitian ini. Oleh karena itu kepada pihak-pihak yang terkait, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat membantu peneliti agar penelitian ini
menjadi lebih baik.
Selama proses penyusunan penelitian ini, peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. DR. Yuspendi, M.Psi., M.Pd. selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen
Maranatha.
2. Drs. Paulus H.P., M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama. Terima kasih
atas informasi, motivasi, kritik, dan juga saran yang sangat membangun, sehingga
saya dapat lebih memahami banyak hal mengenai penelitian ini.
3. Priska Analya, M.Psi, Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping di
Metodologi Penelitian Lanjutan, Usulan Penelitian, dan Skripsi. Terima kasih atas kesabaran, masukan, dan motivasi yang selama ini diberikan sehingga penelitian ini
dapat berjalan dengan sebagaimana mestinya.
4. Cindy Maria, M.Psi, Psikolog selaku dosen wali yang banyak membimbing dari awal
vii
5. Missiliana R., M.Si., Psikolog atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk
dapat mengikuti diskusi mengenai penelitian Self-Compassion.
6. Ayah, Ibu, Abang, dan Adik yang selalu memberi dukungan melalui doa ataupun
membantu dalam banyak hal.
7. Home care nurse di Universitas X Bandung atas waktu dan kesediannya dalam
memberikan banyak informasi sehingga banyak sekali membantu dalam penelitian
ini.
8. Dekan Fakultas Keperawatan dan seluruh pihak Universitas X Bandung yang
bersedia membantu memberikan informasi yang bermanfaat untuk penelitian ini. 9. Teman-teman peneliti Eva, Nesia, Reni, Anas, Rizka, Andhika, Berliana, Adri,
Adrian, Yonathan, Rissa, Yuli, Karin, Viya, Meyna, Vegi, Ayu, Meta, Ilham, Ganis,
Neyna, Audi, Pratiwi, Deva, Findra, Taufik, Rino, Dita dan teman-teman lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas saran, motivasi, perhatian,
dan dukungan yang tidak henti-hentinya diberikan.
10. Semua pihak yang turut mendukung peneliti selama proses pengerjaan penelitian ini.
Semoga Tuhan senantiasa membalas segala usaha dan kebaikannya.
Akhir kata, peneliti memohon maaf jika ada kekurangan atau kesalahan yang di dalam pengerjaan penelitian ini. Dan peniliti berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi
masyarakat.
Bandung, Februari 2016
64
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2005. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Geert Hofstede. 2001. Culture’s Consequences: Comparing Values, Behaviors, Institutions, and Organizations Across Nations, second edition. Diunduh dari http://geert-hofstede.com/indonesia.html
Hidayat, Taufik dan Istiadah, Nina. 2013. Panduan Lengkap Menguasai SPSS 19 untuk Mengolah Data Statistik Penelitian. Jakarta: Mediakita
Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology. London: Sage Publications.
Neff, K., Pisitsungkagarn, K., & Hsieh, Y. P. 2008. Self-compassion and self-construal in the United States, Thailand, and Taiwan. Journal of Cross-Cultural Psychology, 39, 267-285. Neff, K. D., Rude, Stephanie, S., Kirkpatrick, L.K. 2006. An examination of self-compassion in
relation to positive psychological functioning and personality traits. University of Texas at Austin : Educational Psychology Department.
Neff, Kristin. 2009. Human Development: The Role of Self-Compassion in Development: A Helathier Way to Relate to Oneself. Vol. 52. pp. 211-214.
Neff, Kristin. 2011. Social and Personality Psychology Compass: Self-Compassion, Self-Esteem, and Well-Being. Vol. 5. pp 1-12.
Neff, Kristin. 2011. Self-Compassion. New York: Harper Collins Publishers.
Neff, K. & Pommier, E.. 2012. Self and Identity: The Relationship between Self-Compassion and Other-Focused Concern among College Undergraduates, Community Adults, and
Practicing Meditators. Psychology Press.
Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Edisi Revisi. Juli 2015. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.
Ramdhani, Neila. 2012. Adaptasi dan Budaya Inventori Big Five. Jurnal Psikologi vol. 39, no. 2, Desember 2012: 189-207. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
65
Universitas Kristen Maranatha
DAFTAR RUJUKAN
Adhita, Viya. 2013. Studi komparatif mengenai Self-compassion pada peserta yang berlatih yoga selama tiga bulan ke bawah dan satu tahun ke atas di yoga “X” center Bandung. Skripsi : UK. Maranatha
Dewayani, Vita & Nugraha, Suci. 2015. Hubungan antara Trait Kepribadian The Big Five Personality dengan Self-Compassion (Studi Korelasi Pada Relawan Pendamping Odha di Wpa Kebon Pisang Bandung). Bandung: Universitas Islam Bandung.
Eynel Andjani, Karenya. 2015. Studi Deskriptif Self Compassion Terapis Applied Behavior Analysis (ABA) Di Pusat Terapi Our Dream. Bandung: Universitas Islam Bandung.