v ABSTRAK
EFEK EKSTRAK DAUN PANDAN WANGI (Pandanus amaryllifolius Roxb.) TERHADAP LARVA NYAMUK Aedes aegypti SEBAGAI
LARVISIDA
Astri Fitran Wilantari, 2015; Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani,dr.,M.kes. Pembimbing II : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.kes.
Aedes aegypti merupakan vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), chikungunya, yellow fever dan ensefalitis japanese B. Insidensi penyakit tersebut perlu dicegah, salah satunya melalui penggunaan temephos untuk memutus siklus hidup pada stadium larva. Penggunaan temephos sebagai larvisida dalam jangka panjang memiliki efek samping yang berbahaya pada kesehatan yaitu malfungsi sistem saraf hingga berujung kematian dan di beberapa daerah di Indonesia, larva Aedes aegypti sudah resisten terhadap temephos. Oleh sebab itu perlu larvisida alami yang aman dan setara dengan temephos, yaitu daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
Tujuan penelitian adalah menilai apakah efek ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) setara dengan temephos sebagai larvisida Aedes aegypti.
Desain penelitian laboratorium eksperimental dengan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Efek larvisida Ekstrak Daun Pandan Wangi (EDPW) diuji terhadap 6 kelompok (n=30, r=4) larva Aedes aegypti berturut-turut diberi perlakuan kelompok I (EDPW 5%), II (EDPW 2,5%), III (EDPW 1,25%), IV (EDPW 0,6%), V (temephos sebagai kontrol positif), dan VI (akuades sebagai kontrol negatif). Data yang diukur adalah jumlah larva mati setelah pemberian bahan uji selama 24 jam. Analisis data dengan ANAVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey HSD. Kemaknaan berdasarkan nilai p≤0,05, menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian persentase larva mati pada kelompok I (90,83%), II (52,5%), III (51,67%), IV (53,3%) menunjukkan perbedaan yang sangat signifikan (p<0,01) terhadap kelompok VI (1,67%). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok I dan kelompok V (100%).
Simpulan penelitian adalah EDPW berefek sebagai larvisida terhadap larva Aedes aegypti dan memiliki potensi setara dengan temephos.
Kata kunci: daun pandan wangi, Aedes aegypti, larvisida
vi
ABSTRACT
FRAGNANT PANDAN LEAVES EXTRACT EFFECT ( Pandanus amaryllifolius Roxb.) OF Aedes aegypti MOSQUITO LARVAE AS
LARVICIDE
Astri Fitran Wilantari, 2015 ; 1st Adviser: Prof. Dr. Susy Tjahjani,dr.,M.kes. 2st Adviser: Sri Nadya J. Saanin, dr., M.kes.
Aedes aegypti is Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), chikungunya, yellow fever and B Japanese encephalitis’s vector. Incidence of the diseases need to be prevented such as through the use of temephos to break the life cycle in the larval stage. The use of temephos as a larvicide in the long term has dangerous side effects on the health of the nervous system malfunctions that lead to death and in some areas of Indonesia, Aedes aegypti larvae are resistant to temephos. That is why, a safe and natural larvicidal that equivalent to temephos is needed, that is fragrant pandan leaves (Pandanus amaryllifolius Roxb.).
This study aimed to know whether the effects of fragnant pandan leaf extract (Pandanus amaryllifolius Roxb.) is equivalent to temephos as a larvicide of Aedes aegypti.
Design of experimental laboratory research is comparative with complete randomized design ( CRD ) . Larvicidal effect of fragnant pandan leaves extract (FPLE) were tested against 6 groups ( n = 30 , r = 4 ) Aedes aegypti larvae treated successively to group I ( FPLE 5 % ) , II ( FPLE 2.5% ) , III ( FPLE 1.25 % ) , IV ( FPLE 0.6 % ) , V ( temephos as a positive control ) , and VI ( akuades as a negative control ) . The measured data is the number of larvae that died after administration of the substances for 24 hours . Data were analyzed by ANOVA followed by Tukey HSD test. Significance based on the value of p < 0.05 , using SPSS program.
The results of study is the percentage of dead larvae in group I ( 90.83 % ) , II ( 52.5 % ) , III ( 51.67 % ) , IV ( 53.3 % ) showed a highly significant difference ( p < 0.01 ) to group VI ( 1.67 % ) . There were not significant differences ( p > 0.05 ) between group I and group V ( 100 % ) .
The conclusions of this research is there is effect of FPLE as a larvicide against Aedes aegypti larvae and have equivalent potential to temephos 1 % .
vii DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 3
1.3Maksud dan Tujuan ... 3
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4
1.5Kerangka Pemikiran ... 4
1.6Hipotesis ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamuk Aedes aegypti... 6
2.1.1 Taksonomi Nyamuk Aedes aegypti ... 6
2.1.2 Siklus Hidup Nyamuk Aedes aegypti ... 7
2.1.2.1 Telur ... 7
viii
2.1.2.3 Pupa ... 8
2.1.2.4 Nyamuk dewasa ... 9
2.1.3 Morfologi Aedes aegypti ... 10
2.1.3.1 Telur ... 10
2.1.3.2 Larva ... 10
2.1.3.3 Pupa ... 13
2.1.3.4 Nyamuk ... 14
2.1.4 Aedes sebagai vektor penyakit ... 17
2.1.4.1Demam Berdarah Dengue ... 17
2.1.4.2 Chikungunya ... 18
2.1.4.3 Demam kuning ... 18
2.1.4.4 Ensefalitis japanese B ... 19
2.2 Temephos ... 19
2.3 Daun Pandan Wangi ... 21
2.3.1 Taksonomi Pandan Wangi ... 22
2.3.2 Nama daerah ... 22
2.3.3 Kandungan Kimiawi dan Khasiat Pandan Wangi ... 23
2.3.4 Pandan Wangi Sebagai Larvisida ... 23
2.3.4.1 Mekanisme Kerja Alkaloid ... 23
2.3.4.2 Mekanisme Kerja Saponin ... 24
2.3.4.3 Mekanisme kerja flavonoid ... 24
2.3.4.4 Mekanisme kerja tanin ... 25
BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 26
3.1.1 Desain Penelitian ... 26
3.1.1.1 Variabel Penelitian ... 26
3.1.1.1.1 Definisi Konsepsional Variabel Penelitian ... 26
3.1.1.1.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27
3.2 Alat, Bahan dan Subjek Penelitian ... 27
ix
3.2.2 Bahan yang digunakan ... 28
3.2.3 Subjek Penelitian ... 28
3.3 Besar pengulangan/replikasi ... 28
3.4 Prosedur Kerja ... 29
3.4.1 Lokasi dan waktu penelitian ... 29
3.5 Teknik Analisis ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 31
4.2 Pembahasan ... 35
4.3 Uji Hipotesis ... 36
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 37
5.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
LAMPIRAN ... 45
RIWAYAT HIDUP ... 56
x
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rerata Jumlah Larva Hidup dan Mati Setelah 24 Jam ... 31
Tabel 4.2 Rerata dan Presentase Jumlah Larva Mati Setelah 24 Jam ... 32
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Varians Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dalam Membunuh Larva Aedes aegypti Setelah 24 Jam ... 33
Tabel 4.4 Hasil ANAVA Larva Mati ... 33
Tabel 4.5 Hasil Uji Beda Rerata Tukey HSD Setelah 24 jam ... 34
Tabel L 3.1 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi 5% Setelah 24 jam ... 51
Tabel L 3.2 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi 2,5% Setelah 24 jam ... 51
Tabel L 3.3 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi 1,25% Setelah 24 jam ... 51
Tabel L 3.4 Jumlah Larva Mati pada Konsentrasi Ekstrak Daun Pandan Wangi 0,6% Setelah 24 jam ... 52
Tabel L 3.5 Jumlah Larva Mati pada Temephos Setelah 24 jam ... 52
Tabel L 3.6 Jumlah Larva Mati pada akuades Setelah 24 jam ... 52
Tabel L 4.1 Descriptive ... 53
Tabel L 4.2 Test of Homogenity of Variances ... 53
Tabel L 4.3 ANAVA ... 54
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk ... 7
Gambar 2.2 Perubahan pupa menjadi nyamuk dewasa ... 9
Gambar 2.3 Telur Aedes aegypti ... 10
Gambar 2.4 Larva Aedes aegypti ... 11
Gambar 2.5 Larva instar I Aedes aegypti ... 11
Gambar 2.6 Larva Instar II Aedes aegypti ... 12
Gambar 2.7 Larva Instar III Aedes aegypti ... 13
Gambar 2.8 Larva Instar IV Aedes aegypti ... 13
Gambar 2.9 Pupa Aedes aegypti ... 14
Gambar 2.10 Nyamuk Aedes aegypti ... 15
Gambar 2.11 Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa tampak dorsal ... 16
Gambar 2.12 Kaki nyamuk Aedes aegypti tampak anterior ... 16
Gambar 2.13 Perbedaan Nyamuk Aedes aegypti betina dan jantan ... 16
Gambar 2.14 Gugus kimia temephos ... 20
Gambar 2.15 Daun Pandan Wangi ... 22
Gambar L 1.1 Daun Pandan Wangi ... 46
Gambar L 1.2 Alat Maserator ... 47
Gambar L 1.3 Alat Evaporator ... 48
Gambar L 1.4 Alat Waterbath ... 48
Gambar L 2.1 Pengenceran Ekstrak Daun Pandan Wangi ... 50
Gambar L 5.1 Ekstrak Daun Pandan Wangi ... 56
Gambar L 5.2 Larva Aedes aegypti ... 56
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pembuatan Ekstrak Daun Pandan Wangi ... 46
Lampiran 2. Perhitungan dosis ... 49
Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ... 51
Lampiran 4. Data Hasil Pengolahan SPSS Ekstrak Daun Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap Larva Aedes aegypti ... 53
Lampiran 5. Gambar Penelitian ... 56
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD), chikungunya, yellow fever dan encephalitis japanese B
melalui cucukan pada manusia (Centers for Disease Control and Prevention,
2012; Budiman Chandra, 2005).
Di dunia, insidensi virus dengue meningkat tiga puluh kali lipat dalam 50
tahun terakhir. Diperkirakan 2,5 milyar orang tinggal di seratus negara
endemik dan area-area dimana virus dengue ditransmisikan. Setiap tahunnya
terjadi 50 juta infeksi dengan lima ratus kasus DBD dan 22.000 kematian
terutama pada anak-anak (World Health Organization, 2015).
Di beberapa daerah di Indonesia, kasus DBD ini mengalami peningkatan.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan kota Yogyakarta, pada Februari 2015
mencapai 82 kasus atau meningkat lebih dari 100% dibandingkan Januari
yang terdapat empat puluh kasus (Ani Nursalikah, 2015). Demikian pula di
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, sejak Januari hingga pertengahan Februari
2015 sudah terjadi 485 kasus. Jika dihitung, setiap harinya ada lebih dari
sepuluh warga yang terkena DBD (Muhammad Oliez, 2015).
Afrika dan Amerika latin merupakan daerah endemis virus yellow fever.
Setiap tahunnya, di Dunia terjadi 200.000 kasus yellow fever dan 30.000
kematian dimana 90% terjadi di Afrika dan tidak di Asia. Meskipun penyakit
ini belum pernah dilaporkan di Asia, wilayah ini berisiko karena memiliki
kondisi yang diperlukan untuk transmisi virus (World Health Organization,
2011).
Angka insidensi demam chikungunya di Indonesia sangat terbatas.
Pertama kali demam chikungunya terjadi di Samarinda pada tahun 1973. Pada
laporan selanjutnya terjadi di Kuala Tungkal, Jambi pada tahun 1980, dan
2
tahun (1983-2000) belum ada laporan tentang penyakit ini, sampai adanya
laporan Kejadian Luar Biasa (KLB) demam chikungunya di Muara Enim,
Sumatra Selatan dan Aceh, dilanjutkan di Bogor, Bekasi, Purworejo, dan
Klaten pada tahun 2002. Pada Tahun 2004, dilaporkan KLB yang menyerang
sekitar 120 orang di Semarang (Widoyono, 2005).
Ensefalitis Japanese B terjadi di Asia Selatan, Asia Tenggara dan Pasifik.
Tiga milyar orang diperkirakan tinggal di negera-negara endemis virus
ensefalitis japanese B dan setiap tahunnya insidensi penyakit ini berkisar
30.000-50.000 kasus (Solomon, 2006).
Insidensi penyakit tersebut perlu dicegah. Pencegahan dapat dilakukan
dengan melakukan pengendalian vektor secara alami antara lain mengenali
pengaruh topografi, ketinggian, iklim dan musuh alami. Sedangkan
pengendalian secara buatan merupakan pengendalian yang dilakukan atas
usaha manusia. Salah satu pengendalian secara kimiawi terhadap larva
nyamuk dengan menggunakan zat kimia organik sintetik seperti temephos
yang sudah sering digunakan oleh masyarakat. Keuntungan cara pengendalian
ini ialah dapat dilakukan dengan segera dan meliputi daerah yang luas
sehingga dapat menekan populasi larva dalam waktu singkat. Namun
penggunaan temephos memiliki efek samping yang cukup berbahaya.
Temephos merupakan insektisida organophosphat non-sistemik dimana
organophosphat yang terkandung dalam temephos merupakan kompetitif inhibitor dengan pseudocholinesterase dan acetylcholinesterase sehingga
hidrolisis dan inaktivasi acetylcholine dihambat, hal ini menyebabkan
acetylcholine berakumulasi dalam nerve junctions, menyebabkan malfungsi simpatik, parasimpatik, sistem saraf tepi dan sistem saraf pusat (Toxicology
Data Network, 2010). Untuk itu perlu digunakan bahan alami yang lebih aman dan ramah lingkungan. Salah satu tanaman yang dapat digunakan adalah
pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.).
Pandan wangi mudah ditemukan di Indonesia karena tanaman ini sering
ditanam di halaman rumah penduduk. Tanaman ini memiliki bau yang harum
3
minyak wangi (Arief Hariana, 2013). Aroma yang dihasilkannya dapat
digunakan sebagai pengusir serangga. Hal tersebut telah dibuktikan pada
penelitian Rina dkk pada tahun 2012, bahwa ekstrak daun pandan wangi
berpotensi sebagai repelen terhadap nyamuk Aedes albopictus. Pada
kehidupan sehari-hari pun sering digunakan sebagai rempah-rempah, bahan
penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada masakan. Selain itu pandan
wangi juga digunakan sebagai obat tradisional untuk mencegah rambut rontok,
menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe, mengobati lemah saraf
(neurastenia), kurang nafsu makan, sakit disertai gelisah serta pegal linu
(Rohmawati, 1995; Dalimartha, 2002).
1.2Identifikasi Masalah
a. Apakah ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
berefek sebagai larvisida alami terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
b. Apakah potensi ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius
Roxb.) setara dengan temephos.
1.3Maksud dan Tujuan
a. Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui larvisida alami yang
berefek terhadap larva Aedes aegypti.
b. Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai apakah efek dan potensi
ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) setara
4
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah
a. Manfaat akademis : menambah pengetahuan tentang manfaat tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) sebagai
larvisida alami.
b. Manfaat praktis : membuktikan bahwa pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) dapat menurunkan populasi larva
nyamuk Aedes aegypti sehingga diharapkan angka kejadian penyakit
yang disebarkan nyamuk Aedes aegypti dapat berkurang.
1.5Kerangka Pemikiran
Tanaman pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) mempunyai
kandungan alkaloid, saponin, polifenol (tanin dan flavonoid) dan zat warna.
Alkaloid mengganggu sistem kerja saraf larva dengan menghambat kerja
enzim acetylcholinesterase (Eka Cania dkk, 2013). Alkaloid juga menghambat
tiga hormon utama dalam serangga yaitu hormon otak, hormon ekdison
(hormon untuk pergantian kulit) dan hormon pertumbuhan. Tidak
berkembangnya hormon-hormon tersebut dapat menyebabkan kegagalan
metamorfosis (Robinson, 1995). Saponin dapat menurunkan tegangan
permukaan selaput mukosa traktus digestivus larva sehingga dinding traktus
digestivus menjadi korosif dan akhirnya rusak (Aminah dkk, 2001). Flavonoid
merupakan senyawa kimia yang dapat bekerja sebagai inhibitor kuat
pernapasan atau sebagai racun pernapasan pada larva (Robinson T, 1995).
Tanin dapat mengganggu pencernaan makanan pada serangga dengan cara
menurunkan aktivitas enzim pencernaan (Dinata, 2008).
Temephos merupakan insektisida organophosphat non-sistemik. Temephos seperti halnya insektisida lain, apabila digunakan dalam waktu lama dapat
menyebabkan resistensi. Dilaporkan bahwa larva Aedes aegypti di Kecamatan
Banjarmasin Barat dan Banjarmasin Utara sudah resisten terhadap temephos
(Abdul Gafur dkk, 2006; Istiana dkk, 2012). Temephos sebagai larvisida
5
(AChE) sehingga sistem saraf larva rusak. Selain berpengaruh pada
invertebrata, temephos juga mempengaruhi sistem syaraf vertebrata, termasuk
manusia. Terjadi penurunan ketersediaan AchE, hal ini disebabkan
acetylcholin tertimbun pada ujung saraf sehingga organ efektor menjadi
terstimulasi berlebihan dan akhirnya menyebabkan munculnya gejala dan
tanda keracunan (ketidaktenangan, hipereksitasi, tremor dan konvulsi)
kemudian kelumpuhan otot hingga kematian karena ketidakmampuan untuk
bernafas (Environmental Protection Agency, 2002).
1.6Hipotesis
a. Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) berefek
sebagai larvisida terhadap larva nyamuk Aedes aegypti.
b. Potensi ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.)
37 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
a. Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) berefek
sebagai larvisida terhadap larva Aedes aegypti.
b. Ekstrak daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) konsentrasi
5% memiliki potensi setara dengan temephos.
5.2 Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan ekstrak daun
pandan wangi pada konsentrasi di antara 2,5%-5%.
b. Perlu dicari pelarut yang lebih baik untuk ekstrak daun pandan wangi
38
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi. 2011. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Jakarta: Rajawali pers.
Aminah, Singgih, Soetiyono, Chaorul. 2001. S. larak, D.metel, dan E. prostata sebagai Larvisida Aedes aegypti. Cermin Dunia Kedokteran, 131 : 7-9.
Bisset, J., Rodriguez, M., Ricardo, Y., Ranson, H., Perez, O., Moya, M. 2011. Temephos Resistance and Esterase Activity in the Mosquito Aedes aegypti in Havana, Cuba Increased Dramatically Between 2006 and 2008 . Medical and Veterinary Entomology, 25 : 233-239.
Candra, B. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Centers for Disease Control. 2007. Chikungunya fever fact sheet. http://www.cdc.gov/ncidod/dvbid/chikungunya/. 28 Maret 2015.
Centers of Disease Control and Prevention. 2012. Dengue and Climates. http://www.cdc.gov/Dengue/entomologyEcology/climate.html. 29 Juni 2015.
Centers of Disease Control and Prevention. 2012. Dengue and the Aedes aegypti mosquito.
http://www.cdc.gov/dengue/resources/30Jan2012/aegyptifactsheet.pdf
Center of Disease Control and Prevention. 2014. Dengue Epidemiology.
http://www.cdc.gov/Dengue/Epid (Widoyono, 2005)emiology/index.html.
29 Juni 2015.
Charlesworth, S. 2008. Life Cycle of Mosquitoes in Indiana. http://www.entm.purdue.edu/publichealth/insects/mosquito.html. 28 Maret 2015.
Dalimartha, S. 2002. Obat Tradisional, Pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.). http://www.pdpersi.co.id. 31 Juli 2015.
39
Dinata, A. 2008. Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang. http://www.litbang.depkes.go.id/lokaciamis/artikel/nyamuk-arda.html. 28 Maret 2015.
Dirjen P2PL. 2007. Modul Pelatihan Bagi Pengelola Program Pengendalian Penyakit DBD di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
Ditjen POM. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI .
Djojosumarto, P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya . Jakarta: PT. Agromedia Pustaka.
Dong, K.Y., H.K. Byoung, H.K. Chang, H.K. Jun, I.L. Seong, & R.H. Hong. 2004. Biophysical characterization of Japanese Encephalitis Virus Isolated from Pigs in Korea. J. Vet. Sci, 5(2): 125-30.
Environmental Protection Agency. 2002. Larvicides for Mosquito Control. http://www.epa.gov/pesticides/health/mosquitoes/larvicides4mosquitoes.ht ml. 20 Juli 2015.
Environmental Protective Agency . 2015. Temephos. http://www.epa.gov/oppsrrd1/REDs/temephos_red.htm#IIIB2. 5Agustus 2015.
Fairfax County (Virginia). 2007. Larvicide. www.fairfaxcounty.gov/hd/west. 12 Juli 2015.
Foster, W., & Walker, E. 2002. Medical and Veterinary Entomology . London: Academic Press.
Gafur, A., Mahrina, Hardiansyah. 2006. Kerentanan Larva Aedes aegypti dari
Banjarmasin Utara terhadap Temephos.
http://bioscientiae.unlam.ac.id/v3n2/v3n2_gafur_etal.pdf. 15 Agustus 2015.
Gama, Z., Yanuwiadi, B., Kurniati, T. 2010. Strategi Pemberantasan Nyamuk Aman Lingkungan : Potensi Bacillus Thuringiensis Isolat Madura sebagai Musuh Alami Nyamuk Aedes aegypti. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari, 1(1).
40
Gautama, K. (2005). Pelaksanaan Surveilans JE di Bali. Jakarta: Workshop and Training Surveilans JE di Rumah Sakit.
Gillot, C. 2005. Entomology. New York: Plenum Press.
Ginanjar, G. 2008. Survival Guide Demam Berdarah. Yogyakarta: Mizan.
Hariana, A. 2013. 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya. Jakarta : Penebar Swadaya.
Hastuti, H. 2008. Daya Bunuh Ekstrak Daun Pandan Wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) terhadap Larva Anopheles aconitus Donitz. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS.
Herms, W. 1943. Medical Entomology with Special Reference to the Health and Well-being of Man Animals Ed III. New York: Macmillan.
Hill, C., Macdonald, J. 2008. Mosquito.
http://extension.entm.purdue.edu/publichealth/insects/mosquito.html. 21 Juni 2015.
Institute for Clinical Pathology and Medical Research. 2002. Aedes aegypti Larvae.
http://medent.usyd.edu.au/arbovirus/mosquit/photos/mosquitophotos.htm. 21 Juni 2015.
IPTEKnet. 2005. Tanaman Obat Indonesia.
http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=124. 26 April 2007. 20 Juni 2015.
Irianto, K. 2011. Parasitologi Berbagai Penyakit yang Mempengaruhi Kesehatan Manusia. Bandung: Yrama Widya.
Irwan, A., Komari, N., Rusdiana. 2007. Uji Aktivitas Ekstrak Saponin Fraksi n-Butanol dari Kulit Batang Kemiri (Aleurites moluccana WILLD) pada Larva Nyamuk Aedes aegypti. Sains dan Terapan Kimia, 1(2).
Kemas, A. H. 2005. Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
41
Lestari, B., Gama, Z., Rahadian B. 2010. Identifikasi Nyamuk di Kelurahan Sawojajar Kota Malang. Malang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Brawijaya.
Marina, R., Astuti, E. P. 2012. Potensi Daun Pandan (Pandanus amaryllifolius) dan Mangkokan (Notophanax scutellarium) sebagai Repelen Nyamuk Aedes Albopictus. Aspirator, 4(2), 85-91.
Mortimer R. 1998. Aedes aegypti and dengue fever. http://www/microscopyuk.org.uk/mag/indexmag.html?http://www.microsc opy-uk.org.uk/mag/art98/aedrol.html. 1 Agustus 2015.
Nelson, M. 1986. Aedes aegypti: Biology and Ecology. Washington, D.C: Pan American Health Organization.
Nursalikah, A. 2015. Kasus DB di Yogyakarta Naik 100 Persen. http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/15/02/12/njncg0-kasus-db-di-yogyakarta-naik-100-persen. 28 Maret 2015.
Oliez, M. 2015. Dalam Sehari, 10 Warga Jepara Terserang Demam Berdarah. http://daerah.sindonews.com/read/963575/22/dalam-sehari-10-warga-jepara-terserang-demam-berdarah-1423726905. 28 Maret 2015.
Owen, R. L. 2007. The Historical Medical Library of The College of Physicians of Philadelphia. http://www.historyofvaccines.org/content/female-and-male-aedes-aegypti. 28 Maret 2015.
Ponce, G., Flores, A., Badii, M., Rodriguez-Tovar, M., Fernandez-Salas , I. 2002. Laboratory Evaluation of Vectobac (R) as Againts Aedes aegypti in Monterrey, Nuevo Leon, Mexico. Journal of the American Mosquito Control Association, 18 : 341-343.
Prasetio, M. G. 2011. Efek Residu Bacillus thrungiensis israelensis terhadap Aedes aegypti dan Aedes albopictus di dalam Bak Fiberglass, Keramik, dan Semen. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Pratama, B. A., Astuti, D., Ambarwati. 2009. Pemanfaatan Ekstrak Daun Pandan Wangi (pandanus amaryllifolius) sebagai Larvisida Alami. Jurnal Kesehatan, 2(2).
Pusat Data dan Informasi - Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia
(PDPERSI). 2002. Obat Tradisional.
42
Pusponegoro. (2005). Gambaran Klinis dan Penanganan Japanese Encephalitis serta Teknik Pengambilan Cerebrospinal (CSF). Jakarta: Workshop and Training Surveilance JE di Rumah Sakit.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi Edisi ke-4. (K. Padmawinata, Trans.) Bandung: ITB Press.
Rohmawati E. 1995. Skrining Kandungan Kimia Daun Pandan serta Isolasi dan Identifikasi Alkaloidnya. Jogjakarta: Fakultas Farmasi, Universitas Gajah Mada.
Rueda, L. M. 2004. Pictorial Keys for the Identification of Mosquitoes (Diptera: Culicidae) Associated with Dengue Virus Transmission . New Zealand: Magnolia Press.
Solomon. 2006. Control of Japanese encephalitis. England Jornal Med.
Sayono. 2008. Pengaruh Modifikasi Ovitrap Terhadap Jumlah Nyamuk Aedes yang Terperangkap. Semarang: Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.
Setyaningrum, E., Cania, E. 2013. Uji Efektivitas Larvisida Ekstrak Daun Legundi (Vitex trifolia) terhadap Larva Aedes aegypti. Medical of Journal Lampung University, 2(4).
Silfiyanti, E. 2006. Pengaruh Ekstrak Daun Pare (Memordica charantia) Dalam Menghambat Pertumbuhan Larva Aedes sp. Jurnal Kedokteran UMBRA : 1-7.
Sivanathan, M. M. 2006. The Ecology and Biology of Aedes aegypti (L.) and Aedes albopictus (Skuse) (Diptera:Culicidae) and The Resistance Status of Aedes albopictus (Field Strain) Againts Organophosphates in Penang, Malaysia.
Smith, C. 1956. The History of Dengue in Tropical Asia and its probable relationship to the Mosquito Aedes aegypti. J Trop Med Hyg : 243-251.
Sudarto. 1972. Atlas Entomologi Kedokteran. Jakarta: ECG.
43
Supartha, I. 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn.) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae) . Denpasar: Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Suparyo. 2014. Manfaat dan Khasiat Daun Pandan Wangi. http://daunbuah.com/manfaat-dan-khasiat-daun-pandan-wangi/. 29 Juli 2015.
Susanna, D., Rahman, A., Pawenang, T. E. 2003. Potensi Daun Pandan Wangi untuk Membunuh Larva Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal Ekologi Kesehatan , 2(2).
Toxicology Data Network. 2010. Temephos. http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/search/a?dbs+hsdb:@term+@DOCNO+956. 28 Maret 2015.
United States Environmental Protection Agency. 2014. Pesticides for Mosquito Control). http://www2.epa.gov/mosquitocontrol. 10 Januari 2015.
Wardani, R. S., Mifbakhuddin, Yokorinanti, K. 2010. Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Tembelekan (Lantana camara) terhadap Kematian Larva Aedes aegypti. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 6(2).
Warren, K., Mahmod, A. 2007. Tropical and Geographical Medicine. http://www.indo.com/forums/view.php?page=1&&board=30&&topic=244 &"e=705#forum_body. 10 Agustus 2015.
Wibisono, E., Susilo, A., Nainggolan, L. 2014. Demam Berdarah Dengue. Kapita Selekta Kedokteran essential of medicine (Vol. IV, p. 716). Jakarta: Media Aesculapius.
Widoyono. 2005. Penyakit Tropis (Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya). Jakarta: Erlangga.
World Health Organization. 1972. Vector Control in International Health. Geneva.
World Health Organization. 2011. Yellow Fever.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs100/en/
World Health Organization. 2015. Impact of Dengue. http://www.who.int/csr/disease/dengue/impact/en/. 28 Maret 2015.
44