• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEJUJURAN AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SAAT MENGHADAPI UJIAN Kejujuran Akademik Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEJUJURAN AKADEMIK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA SAAT MENGHADAPI UJIAN Kejujuran Akademik Pada Siswa Sekolah Menengah Pertama."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

i

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh:

LELLA KUSUMASTUTI

F 100 100 195

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

ii

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai

Derajat Sarjana S-1 Psikologi

Diajukan oleh : LELLA KUSUMASTUTI

F 100 100 195

Kepada:

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(3)
(4)
(5)

1

Lella Kusumastuti Sri Lestari

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk kejujuran dan ketidakjujuran akademik pada siswa SMP, serta tujuan yang ingin dicapai. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner terbuka dengan skala vignette. Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 150 siswa SMP.

Pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah ”Bagaimana bentuk kejujuran dan ketidakjujuran akademik, serta tujuan yang ingin dicapai dari perilaku jujur dan tidak jujur pada siswa SMP?”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada situasi ujian perilaku jujur lebih tinggi (61,1%) daripada perilaku tidak jujur (33,5%). Bentuk perilaku jujur yang muncul antara lain belajar lagi sebelum ujian, berusaha mengerjakan sendiri, menolak bertindak curang, menegakkan kejujuran, berusaha mengingat kembali materi yang dipelajari, membatalkan niat mencontek, berdoa dan pasrah. Tujuannya untuk meningkatkan kompetensi diri, spiritual, menegakkan kejujuran, dan menghindari hukuman. Bentuk perilaku tidak jujur yang muncul yaitu bertindak curang dan tidak berusaha terlebih dahulu. Tujuannya agar tidak bersusah payah, tidak kesulitan dalam mengerjakan, menghindari hukuman, dan adanya kesempatan.

Kata kunci: jujur, tidak jujur, ujian, siswa SMP

PENDAHULUAN

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Fungsi dan tujuan tersebut tercantum dalam UU RI No. 20 tahun 2003 Bab II Pasal 3 tentang dasar, fungsi, dan tujuan pendidikan nasional.

(6)

kepandaian dan intelektual saja, sedangkan unsur pembangunan moral hanya menjadi pendidikan sekunder belaka. Pendidikan yang terjadi dan dilakukan di sekolah masih belum sempurna. Pengembangan ranah pikir (kognitif) lebih mendapat perhatian dan porsi yang lebih besar, sementara ranah rasa, karsa dan religi terabaikan.

Kenyataan bahwa sistem pendidikan Indonesia yang menggunakan nilai tes atau evaluasi belajar terhadap materi yang diberikan sebelumnya menyebabkan masyarakat memandang keberhasilan prestasi belajar hanya bisa tercermin dari pencapaian nilai yang tinggi, bukan pada prosesnya. Pandangan tersebut menimbulkan tekanan pada siswa untuk mencapai nilai yang tinggi. Tekanan yang dirasakan membuat siswa lebih berorientasi pada nilai, bukan pada memperoleh ilmu. Siswa menganggap bahwa ujian adalah alat untuk menunjukkan prestasi (nilai), bukan sebagai alat memantau kemajuan dalam proses belajar. Hal inilah yang memicu perilaku kecurangan di bidang akademik menjadi meningkat baik dari jenjang SD, SMP, SMA, bahkan perguruan tinggi.

Kecurangan dalam pendidikan cukup tinggi yang terjadi sejak di bangku SD. Hasil penelitian yang dilakukan Komisi Pembelajaran ITB terhadap 8.182 mahasiswa yang terdaftar pada tahun ajaran 2009/2010, sebanyak 58% mengaku berbuat curang di SD, 78% di SMP, dan 80% di SMA (dalam Kompas, 2011).

(7)

dan peran dari tim sukses (guru, sekolah, pengawas) atau pihak lain (bimbingan belajar dan joki). Dalam survei juga terungkap sebagian besar responden tidak melakukan apapun saat melihat aksi kecurangan, sedangkan, sisanya ikut melakukan kecurangan atau sekadar sebagai pengamat. Responden yang melaporkan kecurangan hanya sedikit sekali (3%).

Nilai Jujur

Permasalahan tentang kejujuran selalu berkaitan dengan nilai-nilai dalam kehidupan. Menurut Maryati dan Suryawati (2001) nilai adalah pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu kondisi dapat terjadi di lingkungan masyarakat yang di dalamnya terdapat penentuan tentang yang baik dan yang buruk atau benar dan salah yang dipengaruhi oleh kebudayaan dalam masyarakat tersebut.

Salah satu nilai dasar yang perlu ditanamkan dalam pembentukan perilaku akhlak mulia adalah nilai kejujuran. Dengan demikian apabila pelajar sejak dini telah memiliki dan mampu menerapkan nilai kejujuran dalam kehidupan sehari-hari, maka diharapkan untuk jangka waktu kedepan, pelajar senantiasa mampu berperilaku jujur. Penanaman sikap jujur tidak hanya diawali di sekolah formal (dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi), tetapi harus diawali sejak dini di lingkungan keluarga (Suparman, 2011).

Kejujuran diartikan dengan memperoleh kepercayaan dengan melaporkan fakta atau kebenaran, tidak berbohong dan berbuat curang, lurus hati, dapat dipercaya, tidak berkhianat, berani mengakui kesalahan, selalu melakukan yang benar, serta mengatakan kebenaran dengan tulus (Hidayatullah, 2010)

Dalam pendidikan formal maupun nonformal adalah nilai jujur yang dinyatakan dengan menyatakan apa adanya (konsisten antara apa yang dikatakan dan dilakukan), terbuka, berani karena benar, dapat dipercaya, serta tidak melakukan kecurangan dalam bentuk apapun (Samani dan Hariyanto, 2012).

Indikator perilaku jujur dibagi menjadi dua kategori, yaitu menyampaikan kebenaran dengan cara menyampaikan informasi yang diketahuinya sedemikian rupa sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan benar, dan bertindak fair

(8)

Ketidakjujuran akademik merupakan tindakan seseorang yang meminjam dan menyalin tugas dari siswa lain, menyalin jawaban pada saat ujian, atau memperoleh tugas dan/atau ujian dari semester sebelumnya, serta menulis jawaban di bagian tubuh (kaki atau tangan), pakaian, meja, atau kertas, serta menggunakan kode dengan teman sebaya dalam rangka memajukan diri pada saat ujian (Koss, 2011).

Siswa SMP Sebagi Remaja Awal

Remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Masa remaja dimulai dari usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun (Santrock, 2003).

Beberapa ahli membagi masa remaja menjadi tiga kelompok, yaitu remaja awal (early adolescence), remaja madya (middle adolescence), dan remaja akhir

(late adolescence). Menurut Blos (dalam Sarwono, 2012), remaja awal (early adolescence) adalah masa di mana remaja dapat mengembangkan pikiran baru serta sulit mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Suatu analisis yang dikemukakan oleh Monks, Knoers, dan Haditomo (2002) masa remaja berlangsung antara usia 12-21 tahun, yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja madya (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Menurut Santrock (2003), masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Remaja merupakan masa transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Masa remaja dimulai dari usia 10-13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.

(9)

berlangsung antara usia 12-21 tahun, yaitu masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja madya (15-18 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Menurut Santrock (2003), masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan masa sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas.

Generasi remaja menurut Kohlberg (dalam Papalia dan Feldman, 2009) berada dalam tahap perkembangan moral yaitu tahap perkembangan konvesional. Seseorang yang berada pada tahap ini menilai moralitas berasal dari tindakan yang dilakukan kemudian akan dibandingkan dengan harapan dan pandangan dari masyarakat pada lingkungan sosialnya. Perilaku yang dimiliki merupakan hasil obeservasi dan adaptasi dari perilaku lingkungan sosial seperti orang tua, teman dan masyarakat. Tahap ini memfokuskan konformitas sebagai kebutuhan sosial utamanya yang dibagi menjadi dua yaitu pemahaman yang berorientasi menjadi anak baik dan pemahaman untuk mempertahankan norma sosial dan otoritas.

Masa remaja adalah masa kritis dalam pencapaian prestasi. Tekanan sosial dan akademik memaksa remaja untuk berprestasi secara efektif pada tekanan akademik dan sosial yang baru ini, sebagian lagi ditentukan oleh faktor psikologis dan motivasi. Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu standar kesuksesan dan berusaha untuk mencapai kesuksesan (Santrock, 2003).

Seperti yang diungkapkan oleh Koss (2011); McCabe dan Trevino (1993), remaja selalu mempunyai keinginan untuk diterima di kelompok bermainnya dengan cara melakukan hal-hal yang salah meskipun remaja itu mengetahui jika hal itu salah. Sebagai contoh, dalam ujian salah satu teman sekelompoknya meminta jawaban pada siswa yang lain, karena takut dibenci atau ditinggalkan oleh teman, dengan terpaksa dia memberikan jawaban tersebut kepada temannya.

Kejujuran Akademik pada Siswa SMP

(10)

menyampaikan bahwa nilai dan sikap kejujuran sangat erat kaitannya dengan nilai keadilan, kebenaran, dan tanggung jawab pada diri manusia (Zuriah, 2007).

Menurut Stephens, Yukymenko, dan Romakin (2009), ketidakjujuran akademik dapat terjadi karena siswa berorientasi pada tujuan untuk memperoleh hasil yang bagus, keyakinan moral tentang kecurangan dan keterlibatan dalam perilaku kecurangan.

Hasil penelitian longitudinal Anderman (2007), menunjukkan bahwa menyontek sering dilakukan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) dikarenakan adanya perubahan keadaan lingkungan belajar yang dialami siswa, yaitu siswa mengalami masa transisi dari sekolah dasar ke sekolah menengah, lalu perubahan struktur kelas yang kecil menjadi struktur kelas yang lebih besar, sehingga lingkungan sekolah menjadi lebih kompetitif.

(11)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di wilayah Surakarta untuk melihat bagaimana bentuk perilaku jujur dan tidak jujur yang dilakukan oleh siswa SMP, serta tujuan yang ingin dicapai. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan alat ukur kuesioner terbuka.

Kuesioner

Bentuk perilaku jujur dan tidak jujur yang akan diteliti adalah perilaku jujur dan tidak jujur saat menghadapi ujian 2 mata pelajaran, saat melihat teman mencontek ketika pengawas keluar dari ruang ujian, dan saat membawa contekan ketika ujian

Partisipan

Total partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 150 siswa SMP, yang terdiri dari laki-laki (63,3%) dan perempuan (36,7%).

Koding

Kecocokan konsep peneliti dengan hasil penelitian dalam penelitian ini akan didapatkan dengan tekhnik cross-check coding atau disebut juga dengan

intercoders agreement, yaitu pengecekan hasil koding data kuesioner terbuka oleh tiga orang pengkode/coders (Creswell, 2009). Pengkode (coders) dilibatkan saat pengkodingan untuk memastikan hasil koding peneliti sudah sesuai dengan tema dan kategori yang muncul dari setiap jawaban responden. Hasil pengelompokan data dari responden penelitian akan dikatakan konsisten apabila telah mendapatkan persetujuan atau kesepakatan dari peneliti dan pengkode (coders). Analisis

(12)

8

KATEGORI BENTUK PERILAKU F % TUJUAN PERILAKU F

JUJUR Belajar lagi sebelum ujian 93 62.0

Belajar lagi di sekolah sebelum ulangan 83 55.3 Agar mendapatkan nilai yang bagus 24

Agar dapat mengerjakan ujian 2 pelajaran tersebut 28

Agar tidak kesulitan mengerjakan soal ujian 7

Agar dapat mengingat materi ujian 9

Untuk memanfaatkan waktu belajar 7

Tidak relevan 8

Memanfaatkan waktu untuk belajar 9 6.0 Agar mendapatkan nilai yang bagus 3

Agar dapat mengerjakan ujian 2 pelajaran tersebut 3

Agar dapat mengingat materi yang dipelajari 1

Agar dapat menghafal materi ujian 1

Untuk memanfaatkan waktu belajar 1

Fokus belajar satu mata pelajaran 1 0.7 Agar dapat mengingat materi ujian 1

Berusaha mengerjakan sendiri 16 10.7

Mengerjakan sebisanya 14 9.3 Agar dapat mengerjakan ujian 2 pelajaran tersebut 4

Agar mendapatkan nilai yang bagus 3

Ingin tetap jujur 1

Tidak relevan 6

Mengingat kembali materi yang dipelajari 2 1.3 Agar mendapatkan nilai yang bagus 2

Spiritual 4 2.7

Berdoa

4 2.7

Agar mendapatkan nilai yang bagus 2

Agar dapat mengerjakan ujian 2 pelajaran tersebut 1

Agar diberi pertolongan saat mengerjakan ujian 1

Pasrah 1 0.7

Pasrah 1 0.7 Agar dapat menghadapi ujian tersebut 1

(13)

9

JUJUR Mencontek teman 20 13.3 Agar mendapatkan nilai yang bagus

5

Agar cepat selesai 4

Agar dapat mengerjakan ujian 2 pelajaran tersebut 3

Agar mengetahui jawabannya 2

Tidak relevan 6

Bertanya pada teman 4 2.7 Agar cepat selesai 1

Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

Agar dapat mengerjakan ujian 2 pelajaran tersebut 1

Tidak relevan 1

Meminta bantuan teman 1 0.7 Agar dapat menyelesaikan ujian 1

Tidak berusaha 1 0.7

Memilih untuk tidak belajar lagi 1 0.7 Tidak relevan 1

TOTAL 26 17.3 TOTAL 26

LAIN-LAIN Tidak relevan 10 6.7 Agar tidak bangun pagi lagi 1

Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

Agar tidak lupa bahan ujian yang pertama 1

Agar dapat belajar dengan baik 1

Agar dapat mengerjakan ujian 2 pelajaran tersebut 1

(14)

10

JUJUR Menolak bertindak curang 35 23.3

Tidak ikut mencontek 26 17.3 Ingin tetap jujur 7

Tidak ingin curang 6

Agar mendapatkan nilai yang bagus 3

Agar percaya diri dengan jawabannya sendiri 2

Untuk berusaha mandiri saat mengerjakan ujian 2

Agar puas dengan hasil kemampuan sendiri 2

Agar tidak berdosa 1

Agar tidak menerima azab Allah dan mendapat petunjukNya 1

Agar tidak dimarahi guru 1

Agar tidak dihukum guru 1

Diam dan tetap melanjutkan mengerjakan 8 5.3 Agar tidak ikut-ikutan mencontek 2

Tidak ingin curang 3

Ingin tetap jujur 1

Agar tidak dimarahi guru 1

Agar tidak ramai saat ujian 1

Tetap fokus mengerjakan soal ujian 1 0.7 Diam 1

Menegakkan kejujuran 25 16.7

Menasihati teman agar tidak mencontek 10 6.7 Agar teman-temannya tidak mencontek lagi 4

Agar teman-temannya berusaha mengerjakan sendiri 3

Agar dapat melanjutkan mengerjakan dengan tentram 2

Menegakkan kebenaran 1

Melaporkan teman kepada pengawas 9 6.0 Agar teman-temannya tidak mencontek lagi 8

Jujur 1

Menegur teman yang mencontek 6 4.0 Agar teman-temannya tidak berbuat curang 3

Agar teman-temannya jujur 1

Agar jawabannya tidak sama satu sama lain 1

(15)

11

Mengerjakan sendiri 11 7.3 Agar mendapatkan nilai yang bagus 4

Ingin tetap jujur 4

Agar berusaha mandiri dalam mengerjakan ujian 1

Agar puas dengan hasil kemampuan sendiri 1

Agar percaya diri dengan jawabannya sendiri 1

Berusaha menjawab semampunya 2 1.3 Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

Agar puas dengan hasil kemampuan sendiri 1

Percaya diri pada jawaban sendiri 2 1.3 Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

Mencontek belum tentu benar 1

TOTAL 75 50.0 TOTAL 75

TIDAK JUJUR

Bertindak curang 72 48.0

Ikut mencontek 62 41.3 Agar mendapatkan nilai yang bagus 20

Agar dapat menjawab soal ujian 11

Agar cepat selesai 9

Agar tidak kesulitan dalam menjawab soal ujian 9

Adanya peluang atau kesempatan mencontek 3

Agar senang 1

Tidak relevan 9

Bertanya jawaban pada teman 7 4.7 Agar dapat menjawab soal ujian 3

Agar tidak kesulitan dalam menjawab soal ujian 2

Agar cepat selesai 1

Tidak relevan 1

Mencontek sebagian 2 1.3 Agar dapat menjawab soal ujian 1

Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

Bertanya cara mengerjakan soal pada teman 1 0.7 Agar dapat menjawab soal yang belum dipahami 1

TOTAL 72 48.0 TOTAL 72

(16)

12

KATEGORI BENTUK PERILAKU F % TUJUAN PERILAKU F

JUJUR Membatalkan niat mencontek 70 47

Tidak membuka contekan 43 28.7 Agar tidak ketahuan oleh pengawas jika membawa contekan 16

Ingin berperilaku jujur 8

Agar tidak dimarahi guru 3

Agar tidak dihukum guru 2

Agar melatih disiplin mengerjakan ujian 2

Agar tidak kesulitan mengerjakan soal ujian 2

Untuk mendapatkan nilai yang bagus 1

Agar berlatih mandiri dalam mengerjakan ujian 1

Agar puas dengan hasil pekerjaan sendiri 1

Tidak relevan 7

Tidak mencontek pada kertas tersebut 23 15.3 Agar tidak dimarahi guru 6

Agar tidak dihukum guru 4

Agar tidak ketahuan oleh pengawas jika membawa contekan 3

Ingin berperilaku jujur 3

Agar tidak berdosa 2

Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

Agar berlatih mandiri dalam mengerjakan ujian 1

Tidak relevan 3

Membuang contekan 4 2.7 Ingin berperilaku jujur 2

Agar hasilnya murni dari kemampuan sendiri 1

(17)

13

Berusaha mengerjakan sendiri 10 6.7 Ingin berperilaku jujur 3

Agar tidak dimarahi guru 2

Agar tidak ketahuan oleh pengawas jika membawa contekan 2

Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

Untuk mencari aman 1

Tidak relevan 1

Mengerjakan sebisanya 5 3.3 Agar tidak ketahuan oleh pengawas jika membawa contekan 2

Ingin berperilaku jujur 1

Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

Tidak relevan 1

Percaya pada jawaban sendiri 1 0.7 Ingin berperilaku jujur 1

Berusaha mengingat materi 3 2.0

Mempelajari contekan sebelum ujian 2 1.3 Agar cepat dalam menjawab soal 1

Agar tidak dimarahi guru 1

Mengingat catatan 1 0.7 Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

TOTAL 86 57.3 TOTAL 89

TIDAK JUJUR

Bertindak curang 53 35.3

Mencontek dengan hati-hati 15 10.0 Agar tidak kesulitan mengerjakan soal ujian 5

Agar dapat menjawab soal ujian 5

Agar cepat selesai 2

Agar mendapatkan nilai yang bagus 1

(18)

14

Agar dapat menjawab soal ujian 5

Agar tidak kesulitan mengerjakan soal ujian 5

Agar jawabannya benar 2

Agar tidak dimarahi guru 1

Tidak relevan 6

Mencontek ketika pengawas keluar 4 2.7 Agar tidak ketahuan oleh pengawas jika membawa contekan 2

Agar tidak kesulitan mengerjakan soal ujian 1

Tidak relevan 1

Bertanya jawaban pada teman 2 1.3 Agar mendapatkan jawaban 2

Mencontek jawaban teman 2 1.3 Tidak relevan 2

Membohongi pengawas 1 0.7 Tidak relevan 1

TOTAL 53 35.3 TOTAL 53

LAIN-LAIN Tidak relevan 8 5.3 Agar mendapatkan nilai yang bagus 2

Agar dapat mengingat materi pelajaran 1

Agar menjadi pandai 1

Ingin berperilaku jujur 1

(19)

HASIL

Perilaku berusaha mengerjakan sendiri dan belajar lagi di sekolah merupakan wujud kejujuran siswa yang dilakukan pada saat ujian. Hal ini dilakukan sebagai usaha untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam ujian. Selaras dengan pendapat Alkhoiroti (2013), perilaku jujur dalam lingkup akademik dapat berupa berkata dan bertindak benar, mengakui kesalahan, menuntut dan mempertahankan keadilan, menolak berbuat curang dan berusaha atas upaya sendiri, berusaha mencari informasi yang benar. Menurut Santrock (2003), tekanan sosial dan akademik memaksa remaja untuk berprestasi secara efektif pada tekanan akademik dan sosial yang baru, sebagian lagi ditentukan oleh faktor psikologis dan motivasi untuk mencapai suatu standar kesuksesan dan berusaha untuk mencapai kesuksesan. Bentuk perilaku lain yang dilakukan siswa saat ujian adalah menolak berbuat curang dengan tidak memberikan jawaban ke teman lain maupun mencontek jawaban. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa percaya dengan kemampuan diri sendiri dan tidak mau merugikan dirinya sendiri dengan berbuat curang. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Kushartanti (2009) berpendapat bahwa semakin tinggi kepercayaan diri maka semakin rendah perilaku menyontek, dan semakin rendah kepercayaan diri maka semakin tinggi perilaku menyontek.

Apabila siswa melihat atau mengetahui bahwa ada teman yang berbuat curang dalam mengerjakan ujian, siswa memilih mengatakan yang sebenarnya pada guru. Hal ini sejalan dengan pendapat Lestari dan Adiyanti (2012) bahwa salah satu indikator perilaku jujur, yaitu menyampaikan kebenaran dengan cara menyampaikan informasi yang diketahuinya sedemikian rupa sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan benar.

(20)

Adapun tujuan siswa berperilaku jujur karena ingin mengetahui seberapa jauh penguasaan kompetensi diri di bidang akademik. Siswa mempunyai tujuan untuk mendapatkan nilai yang bagus, memahami materi sehingga dapat menjawab ujian dengan baik sesuai dengan kompetensinya tanpa harus berbuat curang. Hal ini sesuai dengan pendapat Tas dan Tekkaya (2010) yang menemukan bahwa siswa yang memiliki orientasi tujuan personal penguasaan terhadap materi cenderung kurang melakukan kecurangan akademik.

Siswa berperilaku jujur juga didasari oleh rasa takut siswa terhadap hukuman yang akan diberikan oleh guru apabila ketahuan mencontek. Sesuai pendapat Sarwono (2011) bahwa alasan siswa berbuat jujur adalah agar tidak dimarahi atau dihukum. Perasaan takut yang dialami oleh remaja termasuk dalam kecemasan yang disosialisasikan, Kecemasan tersebut dalam dosis yang tepat akan membawa perilaku positif dan mendorong remaja untuk menjaga tingkah lakunya agar selalu sesuai dengan norma masyarakat.

Siswa tidak ingin berbuat curang karena tidak ingin mendapatkan dosa sebagai akibat dari perbuatannya. Hal ini merupakan wujud dari manifestasi keimanan siswa dalam kehidupannya. Sesuai dengan pendapat Gunarsa (1992) yang menyatakan bahwa segi keagamaan akan berpengaruh terhadap perkembangan moral. Menurut Suparman (2011) agama sangat menekankan sikap jujur pada umat manusia. Dalam agama dinyatakan bahwa kejujuran menuju ke kebaikan, dan kebaikan menuju ke surga, serta kebohongan atau kedustaan menuju ke dosa, dan dosa menuju ke neraka.

(21)

oleh orang lain, mengatakan yang sebenarnya, bermain sesuai aturan mainnya, tidak menyalahkan orang lain karena kesalahan sendiri, tidak mengambil keuntungan dari orang lain, dan bertindak berlandaskan favoritism.

Adapun bentuk perilaku tidak jujur yang terungkap adalah bertindak curang berupa membuka contekan pada kertas kecil, mencontek ketika pengawas keluar. Menurut Agustin, Sano, dan Ibrahim (2013), bentuk perilaku menyontek yang dominan dilakukan siswa adalah bentuk independent-planned seperti menggunakan catatan ketika ujian berlangsung, dan/atau membawa jawaban yang dipersiapkan sebelum ujian, dan social-active seperti siswa mengcopy atau melihat jawaban dari orang lain.

Selain itu siswa juga berbuat curang dengan memberikan jawaban yang salah pada teman. Hal ini menunjukkan bahwa di satu sisi siswa berperilaku jujur karena tidak mau nilai teman yang mencontek lebih tinggi, di sisi lain siswa tersebut berbohong degan memberikan jawaban yang salah. Hal ini mengindikasikan bahwa di dalam pertemanan siswa terdapat persaingan prestasi. Sesuai dengan penelitian Burns dkk. (1988) bahwa persaingan dalam memperoleh nilai yang tinggi dan peringkat yang tinggi memicu terjadinya mencontek.

Kecurangan yang lain meliputi memberikan jawaban pada teman, mencontek dan bertanya jawaban pada teman yang lain. Hal ini selaras dengan penapat Koss (2011) bahwa ketidakjujuran akademik merupakan tindakan seseorang yang meminjam dan menyalin tugas dari siswa lain, menyalin jawaban pada saat ujian, atau memperoleh tugas dan/atau ujian dari semester sebelumnya, serta menulis jawaban di bagian tubuh (kaki atau tangan), pakaian, meja, atau kertas, serta menggunakan kode dengan teman sebaya dalam rangka memajukan diri pada saat ujian.

(22)

nilai yang bagus tanpa bersusah payah, sehingga hal inilah yang akan mendorong siswa untuk selalu berbuat tidak jujur. Hal ini sesuai dengan pendapat Zusnaini (2013) perilaku berbohong pada anak disebabkan oleh dua faktor yaitu karena takut dan khawatir seperti takut akan sanksi atau dimarahi, faktor kedua karena keinginan untuk merealisasikan maksud dan tujuan, seperti keinginan untuk puas, memiliki, bersahabat dengan teman yang lain, dan sebagainya.

Kecurangan yang terjadi pada saat ujian dapat terjadi karena adanya kesempatan atau peluang dari kurangnya pengawasan, misalnya pada saat pengawas ujian menerima telepon di luar ruangan. Situasi ini dapat dimanfaatkan siswa untuk mencontek. Sesuai dengan pendapat Becker (2006) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa kesempatan merupakan faktor yang mendorong terjadinya kecurangan akademik. Kesempatan akan berpengaruh secara positif terhadap perilaku kecurangan, dimana semakin besar kesempatan yang tersedia bagi seseorang untuk melakukan kecurangan maka akan semakin besar pula kemungkinan orang tersebut untuk melakukan kecurangan. Dalam hal ini dapat diketahui bahwa pekerjaan rumah akan lebih banyak memunculkan kesempatan siswa untuk berbuat curang daripada ulangan maupun ujian.

KESIMPULAN

Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat disimpulkan bahwa:

(23)

meningkatkan kompetensi diri, spiritual, menegakkan kejujuran, dan menghindari hukuman.

2. Bentuk perilaku tidak jujur yang muncul antara lain a) bertindak curang (meliputi mencontek dengan hati-hati atau menunggu saat pengawas keluar ruangan, bertanya jawaban pada teman, membohongi pengawas, bertanya cara mengerjakan pada teman) dan b) tidak berusaha terlebih dahulu (dengan cara tidak belajar sebelum ujian). Tujuannya agar tidak bersusah payah, tidak kesulitan dalam mengerjakan, menghindari hukuman, dan adanya kesempatan untuk mencontek.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, peneliti memberikan saran yang dapat dipertimbangkan oleh beberapa pihak, yaitu:

1. Siswa diharapkan dapat mempertahankan kejujurannya untuk tidak memberikan jawaban maupun tugas kepada teman yang ingin mencontek dan melaporkan kepada guru apabila ada teman yang berbuat curang. Selain itu, diharapkan siswa selalu menjalankan kewajibannya untuk belajar, bukan hanya pada saat akan ulangan maupun ujian saja.

2. Untuk guru mata pelajaran, dalam membuat soal ujian sebaiknya bentuk soal yang digunakan berbentuk essay, bukan check point atau jawaban singkat. Diharapkan guru juga dapat memaksimalkan pengawasan saat siswa mengerjakan tugas, ulangan, maupun ujian. Untuk guru BK atau psikolog sekolah, pada saat pelajaran BK memberikan edukasi mengenai akibat dan kerugian dari tindakan menyontek yang berdampak pada diri sendiri dan orang lain, dan dampak yang dirasakan bukan hanya saat ia duduk di bangku pendidikan saja tetapi juga berdampak lebih besar ke depannya.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Agustin, A., Sano, A., & Ibrahim, I. (2013). Perilaku Menyontek Siswa SMA Negeri di Kota Padang Serta Upaya Pencegahan oleh Guru BK. Jurnal Ilmiah Konseling, 2(1):71-75

Alkhoiroti, F. N. (2013). Kejujuran Akademik dan Nonakademik Siswa Sekolah Menengah Pertama Bukit Indah Lawu. Skripsi Tidak Diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anderman, E. M., & Murdock, T. B. (2007). The Psychology of Academic Cheating. Kansas City: Academic Press Inc.

Becker, J. C, Paula L, & J. Morrison. (2006). Using the Business Fraud Triangle to Predict Academic Dishonesty Among Business Students. Academy of Educational Leadership Journal, 10(1), 37:45

Burns. S. R., Davis, S.F., Hoshino, J., & Miller, R. L. (1988). Academic Dishonesty: A Delineation of Cross-Cultural Patterns. College Students Journal, 32(4): 590-597

Friyatni. (2011). Faktor-Faktor Penentu Perilaku Mencontek di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNP. Tingkap, 8(2), 173-188

Gunarsa, S. D. (1992). Psikologi Perkembangan. Jakarta: BPK Gunung Mulia Hidayatullah, M. F. (2010). Pendidikan Karakter: Membangun Peradabaan

Bangsa. Surakarta: Yuma Pustaka

Koss, J. (2011). Academic Dishonesty Among Adolescents. American Psychological Association, 6 (33): 5-33

Kushartanti, A. (2009). Perilaku Menyontek Ditinjau Dari Kepercayaan Diri. Indigenous, Jurnal Ilmiah Berkala Psikologi, 11(2): 38-46

Lestari, S., & Adiyanti, M. G. (2012). Konsep Jujur dalam Perspektif Orang Jawa.

Anima, Jurnal Psikologi Indonesia, 27 (3): 129-142

Maryati, K., & Suryawati, J. (2001). Sosiologi Jilid 1. Jakarta: Esis

Muhyiddin, A. H. (2012). Meluruskan Arah Pendidikan Nasional. Kompas, Sabtu, 14 April 2012, diunduh dari http://alkautsar.com

(25)

Monks, F. J., Knoers, A. M. P., & Haditomo, S. R. (2002). Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah mada University Press

Samani, M., & Hariyanto. (2012). Konsep dan Model Pendidikan Karakter.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Santrock, J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Sarwono. S.W. (2011). Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sarwono, S. W. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Sierra, J.J & Hyman, M.R. (2006). A Dual-Process Model of Cheating Intentions.

Journal of Marketing Education, 28(3)

Stephen, Jason M., Yukhymenko, M., & Romakin, V. (2009). Academic Motivation and Misconduct in Two Cultures: A Comparative Analysis of U.S. and Ukrainian Undergraduates. Paper. University of Connecticut Suara Pembaruan. (2013). Survei UPI: Kecurangan UN Libatkan Guru dan

Kepala Sekolah. Suara Pembaruan, Rabu, 2 Oktober 2013, diunduh dari http://www.suarapembaruan.com

Suparman. (2011). Studi Perbedaan Kualitas Sikap Jujur Siswa Kelas III SMTA Negeri Kota Madiun. Interaksi, 7(1): 1-13

Tas & Tekkaya (2010). Personal and Contextual Factors Assosiated With Students' Cheating in Science. The Journal ofExperimental Education, 78, 440-463.

Zuriah, N. (2007). Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1. Bentuk perilaku jujur dan tidak jujur  saat siswa menghadapi ujian dua mata pelajaran tetapi belum sempat belajar materi ujian mata pelajaran yang lain
Tabel 2. Bentuk perilaku jujur dan tidak jujur saat siswa kesulitan menjawab soal ujian dan melihat teman-temannya saling menyontek, sementara pengawas sedang keluar ruangan
Tabel 3. Bentuk perilaku jujur dan tidak jujur saat siswa kesulitan menjawab soal ujian dan membawa catatan kecil ke dalam ruang ujian, akan tetapi dia juga tahu pengawas ujian di ruangannya terkenal disiplin

Referensi

Dokumen terkait

Dikarenakan p = 0,716 > 0,05; maka Ho diterima; artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan abnormal return saham sebelum dan sesudah wacana redenominasi atau berarti

namun pelaku usaha sudah diperkenankan melakukan kegiatan usahanya. Hal ini karena daerah tersebut belum memberlakukan mekanisme izin lingkungan. Disisi lain, para aparat

[r]

Frekuensi Tingkat Kematangan Gonad berdasarkan selang kelas ukuran panjang ikan tetet (Johnius belangerii) di Perairan Gebang pada bulan pengamatan (April-September)..

Kegiatan II : Melalui penjelasan guru pembimbing, siswa mengetahui per- kembangan remaja serta gejala tingkah laku yang positif dan negatif dan pengaruh-pengaruh positif dan

Untuk itu dalam penelitian ini penulis mengambil judul skripsi sebagai berikut :“Kontribusi Pemanfaatan Sumber Belajar Siswa terhadap Prestasi Belajar Biologi pada Siswa Kelas II

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

The result of all data analysis shows that Public Relations Division has roles as communication technician and communication facilitator in socializing the Surakarta