commit to user
i
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI
SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Skripsi
Oleh:
Nanang Khosim
K1306026
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA
MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN
PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA
DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI
SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
NANANG KHOSIM
K1306026
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk
dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Budiyono, M.Sc NIP 19530915 197903 1 003
Pembimbing II
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Rabu
Tanggal : 2 Februari 2011
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Sutopo, S.Pd, M.Pd ( )
Sekretaris : Henny Ekana C, S.Si, M.Pd ( )
Anggota I : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc ( )
Anggota II : Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd ( )
Disahkan Oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd
commit to user
v
ABSTRAK
Nanang Khosim. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah model kooperatif
tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar
matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional pada
materi statistika (2) mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan minat
belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun
rendah dan prestasi belajar siswa dengan minat belajar sedang lebih baik
dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah pada materi statistika (3)
mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran
2010/2011 yang terdiri dari sembilan kelas. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen sebanyak 32
siswa dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol sebanyak 34 siswa. Jumlah siswa
pada kelas eksperimen sebanyak 32 siswa sedangkan pada kelas kontrol sebanyak
34 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah (1) metode dokumentasi untuk data
kondisi awal siswa sebelum penelitian dan sebagai salah satu pertimbangan
penelitian (2) metode angket untuk data minat belajar matematika siswa (3)
metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa materi statistika. Uji coba
instrumen dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta. Sebagai persyaratan penelitian
dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t. Teknik analisis data yang digunakan
commit to user
vi
adalah uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan
metode Bartlett.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran
matematika pada materi statistika dengan model kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik, dapat dilihat pada rataan marginal yaitu rataan prestasi belajar siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning yaitu 84,6781 lebih besar dari rataan prestasi siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional yaitu 78,2971. Ada
pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar (Fobs = 4,4787 > 4,000 =
F0,05;1;60) dengan tingkat signifikansi 5% (2) ada pengaruh tingkat minat belajar
terhadap prestasi belajar siswa pada materi statistika (Fobs = 3,4391 > 3,150 =
F0,05;2;60) dengan tingkat signifikansi 5%. Prestasi belajar siswa dengan minat
belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun
rendah, tetapi tidak ada perbedaaan prestasi belajar antara siswa dengan minat
sedang dengan minat belajar rendah (3) tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dan minat belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar pada
materi statistika (Fobs = 0,3615 > 3,150 = F0,05;2;60) dengan tingkat signifikansi 5%.
Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang
lebih baik daripada model konvensional jika ditinjau dari masing-masing minat
belajar siswa. Siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar
matematika lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun
rendah dan siswa dengan minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar sama
baiknya dengan siswa dengan minat belajar rendah jika ditinjau dari
commit to user
vii
ABSTRACT
Nanang Khosim. EXPERIMENTATION OF MATHEMATICS LEARNING USING COOPERATIVE MODEL STAD TYPE WITH QUANTUM LEARNING APPROACH IN STATISTICAL MATERIAL VIEWED FROM MATHEMATICS LEARNING INTEREST OF ODD SEMESTER GRADE XI STUDENTS OF SMA NEGERI 7 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, January 2011.
The purpose of this research are (1) to know whether cooperative model
STAD type with quantum learning approach produces the learning mathematic
achievement better than conventional model in Statistical material (2) to know
whether learning achievement of student with high learning interest better than
student with middle and low learning interest and the learning achievement of
student with middle learning interest better than student with low learning
interest in Statistical material (3) to know whether there is any interaction
between learning model and student's mathematics learning interest on the
mathematic learning achievement in Statistical material.
This research uses quasi experimental method. The population of this
research is all students of grade XI of SMA Negeri 7 Surakarta in the school year
of 2010/2011 which consists of nine classes. The sample of this research are
students of grade XI of XI IPA 3 class as an experiment class with 32 students
and XI IPA 2 class as a control class with 34 students. The sample of this research
was taken by cluster random sampling technique. The technique of collecting data
uses (1) documentation method for the beginning condition data of students
before researching and as research consideration (2) questionnary method for data
of student's mathematics learning interest (3) test method for data of mathematics
learning achievement of students in statistical material. The try out of instrument
is done at SMA Negeri 5 Surakarta. As research requirement is done balance test
with t-test. The technique of data analysis used is variance analysis of two ways
cell is not the same with requirement test of analysis data is normality test with
commit to user
viii
From the result of research can be concluded that: (1) mathematics
learning in Statistical material with cooperative model STAD type with quantum
learning approach can produce better mathematics learning achievement, can be
seen at marginal average, average of learning achievement of students joining
learning process uses cooperative model STAD type with quantum learning
approach is 84,6781 more than average of student's achievement joining learning
process with conventional model is 78,2971. There is an influence of learning
model against learning achievement (Fobs= 4,4787 > 4,000 = F0.05;1;60) with
significant level 5 % (2) there is an influence of learning interest of students
against learning achievement of students in Statistical material (Fobs = 3.4391 >
3.150 = F0,05;2;60) with significant level 5 %. The learning achievement of students
with high learning interest better than students with middle and low learning
interest, but there is not difference of learning achievement of students betwen
students with middle learning interest and low learning interest in Statistical
material (3) there is no interaction between learning model and students’ interest
of mathematics learning on the learning achievement in Statistical material (Fobs =
0,3615 < 3,150 = F0,05;2;60) with significant level 5%. The learning with
cooperative model STAD type with quantum learning approach produced
mathematics learning achievement better than conventional model if viewed from
learning interests of students. The students with high learning interest had learning
achievement better than students with middle and low learning interest, and the
students with middle learning interest had learning achievement as good learning
commit to user
ix
MOTTO
“Bahwa sesungguhnya sholatku ibadahku hidupku dan matiku hanya untuk Allah
Tuhan Semesta Alam”.
(Doa Iftitah)
“….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(QS. Al Mujaadilah: 11)
“Apabila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain dengan
kekayaanmu, berilah mereka kebaikan dari wajahmu yang berseri-seri, disertai
akhlak yang baik”.
(Nabi Muhammad SAW)
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Tulisan ini secara khusus saya persembahkan untuk :
Kedua orang tuaku Bapak Parimin dan Ibu Dalinem orang yang paling
aku hormati yang telah berjuang keras dengan segala upaya, menantang
panas matahari, menerobos hujan. Perhatian yang penuh ketulusan,
semangat yang tak pernah padam demi sebuah cita-cita yang sangat
mulia. Semua diperjuangkan hanya untuk kami anaknya. Dengan segala
kerendahan hati dan mengharap ridhoMu kupersembahkan karya ini
untuk engkau wahai Bapak dan Ibuku.
Kakakku Agus Susanto dan adikku Ida yang selalu bisa membuatku
tertawa dan sebagai penyemangatku. Mari kita bersama-sama untuk
melakukan bakti kita kepada Bapak dan Ibu tercinta untuk membuat
mereka bahagia. Bakti kita tidak akan bisa menandingi jutaan
pengorbanan yang telah mereka lakukan. Tidak ada yang membuat
commit to user
xi
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hendaknya selalu kita persembahkan kepada
Yang Maha Pengasih, Sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, Sumber
ilmu pengetahuan, Sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, rahmat-Nya
yang sangat diharapkan oleh manusia, rahmat-Nya yang tak terhingga kepada
mahluk-Nya dan rahmat-Nya yang telah memberikan pertolongan kepada penulis. Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan serta menyampaikan kepada kita semua ajaran Rukun Iman dan
Rukun Islam yang telah terbukti kebenarannya serta makin terus terbukti
kebenarannya.
Dibalik terselesaikannya skripsi ini ada banyak pihak yang telah
memudahkannya sehingga kesulitan bisa teratasi. Pihak tersebut adalah :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin
untuk menulis skripsi ini.
2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.
3. Triyanto, S.Si, M.Si Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan
ijin untuk menulis skripsi ini.
4. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc sebagai dosen pembimbing I yang telah
memberikan masukan, dorongan moral dan pengarahan yang sangat berharga
hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah
memberikan masukan untuk penulisan skripsi, arahan untuk ketelitian dalam
penulisannya dan segala bimbingannya.
6. Semua Dosen di Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan
commit to user
xii
7. Dra. Endang Sri Kusumaningsih, M.Pd, Kepala SMA Negeri 7 Surakarta yang
telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah
tersebut.
8. Dra. Hermawanti, guru matematika kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta atas
bimbingan dan segala bentuk kemudahan dan perhatian yang beliau berikan
sekaligus sebagai salah satu validator instrumen.
9. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd, Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan try out instrumen di sekolah
tersebut.
10.Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si dan Dwi Maryana, M.Kom sebagai validator
instrumen.
11.Bapak dan Ibu yang telah mendoakanku di setiap sholatnya serta semangat
dan dorongannya.
12.Liendsy, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan demi
terselesaikannya skripsi ini.
13.Teman-temanku angkatan 2006 terima kasih atas kebersamaan dan
semangatnya.
14.Beberapa pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini.
Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah disebutkan di atas.
Terima kasih atas segala macam bantuan, semoga keselamatan, rahmat dan
barokah Allah senantiasa tercurah kepada beliau semua.
Demikian kata pengantar dari penulis. Mohon maaf atas segala
kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Semoga
tulisan ini membawa manfaat dan semoga Allah SWT selalu membimbing kita
bersama dalam menyelami ilmu-ilmu-Nya. Amiin.
Surakarta, Januari 2011
commit to user
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGAJUAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
DAFTAR ABSTRAK ... v
HALAMAN MOTTO ... ix
HALAMAN PERSEMBAHAN ... x
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pemilihan Masalah... 7
D. Pembatasan Masalah... 7
E. Perumusan Masalah ... 7
F. Tujuan Penelitian ... 9
G. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Tinjauan Pustaka ... 11
1. Pengertian Belajar Mengajar ... 11
2. Prestasi Belajar Matematika ... 13
3. Pendekatan Pembelajaran ... 14
4. Model Pembelajaran ... 18
5. Minat Belajar Matematika ... 26
6. Tinjauan Materi Pokok Bahasan Statistika ... 28
B. Kerangka Pemikiran ... 30
commit to user
xiv
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 36
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36
1. Tempat Penelitian ... 36
2. Waktu Penelitian ... 36
B. Jenis Penelitian ... 36
C. Populasi dan Sampel ... 38
1. Populasi ... 38
2. Sampel ... 38
D. Teknik Pengumpulan Data ... 38
1. Variabel Penelitian ... 38
2. Metode Pengumpulan Data ... 40
E. Teknik Analisis Data ... 46
1. Uji Keseimbangan ... 46
2. Uji Prasyarat Analisis Variansi ... 47
3. Pengujian Hipotesis ... 49
4. Uji Komparasi Ganda ... 53
BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 55
A. Deskripsi Data ... 55
1. Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 55
2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ... 57
3. Data Skor Minat Belajar Matematika Siswa ... 58
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 59
1. Uji Keseimbangan... 59
2. Uji Normalitas ... 59
2. Uji Homogenitas ... 60
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 61
1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 61
2. Uji Komparasi Ganda ... 62
D. Pembahasan Hasil Analis Data ... 63
1. Hipotesis Pertama ... 63
commit to user
xv
3. Hipotesis Ketiga ... 65
BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Implikasi ... 67
1. Implikasi Teoritis ... 67
2. Implikasi Praktis ... 68
C. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu ... 22
Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok ... 22
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 37
Tabel 3.2 Contoh Distribusi Jawaban Pada Fungsi Pengecoh ... 45
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ... 50
Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 53
Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 58
Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 58
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 59
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Prestasi Belajar ... 60
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas ... 60
Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama 61 Tabel 4.7 Rataan dan Rataan Marginal ... 62
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72
Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ... 113
Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Uji Coba ... 125
Lampiran 4 Soal Tes Uji Coba ... 127
Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Uji Coba ... 135
Lampiran 6 Pembahasan Soal Tes Uji Coba ... 136
Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Uji Coba ... 146
Lampiran 8 Soal Angket Uji Coba ... 148
Lampiran 9 Sebaran Skor Angket Uji Coba ... 155
Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Tes Penelitian ... 156
Lampiran 11 Soal Tes Penelitian ... 158
Lampiran 12 Kunci Jawaban Tes Penelitian ... 166
Lampiran 13 Pembahasan Soal Tes Penelitian ... 167
Lampiran 14 Kisi-kisi Angket Penelitian ... 176
Lampiran 15 Angket Penelitian ... 178
Lampiran 16 Sebaran Skor Angket Penelitian ... 184
Lampiran 17 Penghargaan Kelompok ... 185
Lampiran 18 Lembar Validasi Instrumen Tes ... 192
Lampiran 19 Daya Pembeda ... 198
Lampiran 20 Tingkat Kesukaran ... 200
Lampiran 21 Fungsi Pengecoh ... 202
Lampiran 22 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 203
Lampiran 23 Lembar Validasi Angket... 205
Lampiran 24 Uji Konsistensi Internal Angket... 214
Lampiran 25 Uji Reliabilitas Angket ... 216
Lampiran 26 Data Induk Penelitian ... 218
Lampiran 27 Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Sebelum Penelitian) .... 220
Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Kontrol (Sebelum Penelitian) ... 222
commit to user
xviii
Lampiran 30 Uji Normalitas Kelas Eksperimen... 226
Lampiran 31 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 228
Lampiran 32 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Tinggi ... 230
Lampiran 33 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Sedang ... 232
Lampiran 34 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Rendah ... 235
Lampiran 35 Uji Homogenitas (Model Pembelajaran) ... 237
Lampiran 36 Uji Homogenitas (Minat Belajar) ... 240
Lampiran 37 Uji Hipotesis (Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama) ... 244
Lampiran 38 Komparasi Ganda Antar Kolom (Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama) ... 251
Lampiran 39 Tabel Distribusi Normal Baku ... 254
Lampiran 40 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ... 255
Lampiran 41 Tabel Nilai �2α;r ... 256
Lampiran 42 Tabel Nilai F0.05;v1,v2 ... 257
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia sampai saat ini
terus dilakukan pemerintah dalam rangka menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Salah satunya yaitu dalam
bidang pendidikan.
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini
ditunjukkan dengan semakin merendahnya peringkat pendidikan Indonesia di
mata internasional. Laporan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
bidang pendidikan, Educationals, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO) 2007 menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan
turun dari 58 menjadi 62 dari 130 negara di dunia.
(http://groups.yahoo.com/group/puskur/message/1741 diakses tanggal 20 Mei
2010 pukul 13.30 WIB)
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),
kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di
Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The
World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang
rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di
dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya
berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia.
(http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00
WIB).
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data
Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan
sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary
Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya
delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle
commit to user
Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja
yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).
(http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).
Sedangkan kualitas pendidikan di dalam negeri sendiri belakangan
inipun juga cukup mengecewakan. Sebagaimana yang disampaikan Menteri
Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh saat memberikan
keterangan pers di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta,
Jumat (23/4/2010). Nuh menyampaikan bahwa tingkat kelulusan UN SMA/
MA 2010 mencapai 89,88%,turun 4% dibanding tahun sebelumnya,93,74%.
Dari total 1.522.162 peserta UN tingkat SMA/MA, sebanyak 1.362.696 siswa
dinyatakan lulus, sedangkan 154.079 (10,12%) tidak lulus.
(http://ujiannasional.org/hasil-ujian-nasional-2010.htm diakses tanggal 20 Mei
2010 pukul 13.30 WIB)
Banyak faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia. Beberapa diantaranya yaitu kekurangseriusan
pemerintah menangani hal yang berkaitan dengan pendidikan, masih
minimnya tenaga pengajar yang benar-benar mempunyai kualitas dalam
mengajar, masih rendahnya anggaran untuk pendidikan, kurangnya sarana dan
prasarana dalam pendidikan, maupun faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri siswa itu sendiri, semisal kurangnya motivasi, aktivitas, dan minat untuk
belajar.
Setiap negara di seluruh dunia begitu menekankan pentingnya
kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan kualitas
pendidikan adalah dengan menetapkan anggaran pendidikan yang lebih besar
dibandingkan anggaran lainnya. China dan Korea Selatan menjadi dua negara
yang begitu menekankan pentingnya pendidikan bagi rakyatnya. Anggaran
pendidikan di China mencapai 13,1% dari anggaran negara, sedangkan di
Korea Selatan anggaran pendidikan negara mencapai 18,9%. Bandingkan
dengan Indonesia yang memang menganggarkan anggaran pendidikan sebesar
commit to user
(
http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/18/peningkatan-kualitas-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).
Selain itu proporsi waktu untuk belajar bagi kebanyakan masyarakat
di Indonesia masih sangat kurang. Sebagaimana yang disampaikan oleh
Gamawan Fauzi yang kala itu menjabat sebagai gubernur Sumatera Barat saat
meresmikan pencanangan Program Wajib Belajar Gratis 12 Tahun untuk
Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) di GOR Zaini Zein (Juni 2009)
mengatakan, di Indonesia, secara umum masyarakat menghabiskan waktu
mengisi ilmu (pendidikan) sekitar tujuh tahun, sedang di luar negeri mencapai
18,5 tahun.
(http://samanui.wordpress.com/2009/06/19/mutu-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).
Pendidikan matematika memegang peran penting dalam
perkembangan pendidikan. Dengan belajar matematika, siswa akan diajarkan
banyak hal, diantaranya tentang cara berhitung, menggunakan rumus-rumus
hitung, menerapkan suatu teorema untuk membuktikan teorema yang lain, dan
lain-lain. Selain itu siswa juga diajarkan cara berpikir yang logis, sistematis
dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah. Sehingga perkembangan
pendidikan matematika adalah salah satu hal yang memegang peran penting
dalam perkembangan pendidikan.
Kebanyakan siswa dalam belajar matematika hanya mendengarkan
dan mengikuti apa yang disampaikan oleh guru. Padahal kebanyakan guru
hanya memakai model konvensional dalam mengajar yaitu hanya
menyampaikan materi pelajaran dengan ekspositori ataupun berceramah.
Sehingga berkesan monoton dan kurang menarik bagi siswa. Selain itu,
kebanyakan guru hanya mengajar saja tanpa memperhatikan suasana
pembelajaran, apakah pembelajaran yang telah dilakukan telah dapat diterima
oleh siswa dengan baik atau belum. Tak dapat dipungkiri, hal ini akan
menyebabkan ketidaknyamanan para siswa dalam belajar dan akhirnya pikiran
siswa menjadi tegang dan tertekan dalam mengikuti pembelajaran yang
dilakukan oleh guru. Sehingga dimungkinkan hal ini merupakan salah satu
commit to user
Statistika merupakan salah satu pokok bahasan dalam pelajaran
matematika. Pokok bahasan statistika sangat berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Statistika mempunyai peranan penting dalam banyak hal.
Misalnya dalam menghitung jumlah penduduk suatu negara, peningkatan
jumlah penduduk tersebut, penelitian-penelitian ilmiah dan sebagainya.
Semuanya tidak terlepas dari peran statistika. Misalnya saja akan dilakukan
penelitian mengenai usia wanita ketika menikah di seluruh propinsi di
Indonesia. Adalah tidak mungkin pemerintah akan melibatkan semua wanita
di Indonesia yang telah menikah. Selain biaya yang terlalu besar, waktu yang
dibutuhkan untuk penelitian pun semakin lama. Untuk menghindari hal
tersebut, digunakan statistika. Namun, kebanyakan siswa masih mengalami
kesulitan dalam mempelajari statistika. Hal ini mungkin disebabkan karena
statistika memakai perhitungan yang banyak dan rumit sehingga siswa merasa
malas. Selain itu statistika sangat membutuhkan ketelitian yang tinggi.
(Sartono, 2007: 2).
Sedangkan dalam usaha meningkatkan mutu dari pendidikan ataupun
kualitas hasil belajar, banyak faktor yang mempengaruhi. Diantaranya terdapat
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi minat, bakat,
kecerdasan dan lain-lain yang berkenaan dengan kondisi jasmani dan rohani
siswa. Sedang faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa,
diantaranya metode pembelajaran, sarana dan prasarana maupun fasilitas
belajar.
Model pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat
berpengaruh dalam suatu pembelajaran. Dengan menerapkan model yang
lebih bervariasi dan tepat, seorang guru akan mampu meningkatkan kualitas
hasil belajar siswa. Dan sebaliknya, apabila model yang digunakan kurang
baik maka kualitas hasil belajar yang diperoleh siswapun kurang maksimal.
Pada saat ini kebanyakan guru menggunakan model konvensional yaitu
menggunakan model pembelajaran dengan metode ceramah. Sehingga apabila
menerapkan model konvensional ini, keaktifan siswa sangat kurang dan
commit to user
biasa sehingga kurang menarik bagi siswa. Padahal pemilihan model
pembelajaran yang menarik dan bervariasi diharapkan dapat menarik minat
belajar siswa sehingga siswa terdorong untuk berperan lebih aktif dalam
proses belajar. Sehingga dibutuhkan suatu model pembelajran baru yang
menuntut siswa agar lebih aktif. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe
STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu metode
pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran di
dalam kelompok-kelompok tertentu. Selanjutnya diharapkan siswa lebih giat
lagi belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal untuk memperdalam konsep
yang dimiliki dalam kelompok-kelompok tersebut.
Selain itu, lingkungan belajar terutama suasana pembelajaran di
dalam kelas sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar. Siswa yang belajar
dalam suasana yang gaduh dan tertekan tentunya akan mempunyai prestasi
belajar yang berbeda dengan siswa yang belajar dalam suasana yang nyaman
dan menyenangkan. Dalam hal ini, suasana yang nyaman dan menyenangkan
akan membuat pikiran siswa cenderung rileks dan tidak jenuh sehingga dapat
dengan mudah menangkap apa yang sedang dipelajarinya. Terlebih lagi,
matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan
menakutkan bagi banyak siswa. Sehingga tak jarang pikiran siswapun akan
tertekan dalam pembelajaran matematika ini. Pendekatan quantum learning
merupakan salah satu pendekatan yang dalam proses pembelajarannya
memperhatikan suasana belajar dalam kelas. Pendekatan ini senantiasa
berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dan senyaman mungkin
bagi para siswa. Salah satu langkah dalam pendekatan quantum learning
adalah dengan mengiringi pembelajaran dengan musik yang dapat membuat
pikiran siswa rileks dan nyaman. Dengan menciptakan suasana yang nyaman
dan menyenangkan ini hasil dari pembelajaranpun akan meningkat.
Selain model pembelajaran, minat merupakan salah satu faktor yang
mungkin mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Minat
merupakan rasa ingin dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Minat untuk
commit to user
menaruh perhatian lebih terhadap pelajaran tertentu tanpa ada unsur paksaan.
Adanya minat belajar yang optimal kemungkinan dapat mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar yang optimal pula pada diri siswa.
B.Identifikasi Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permaslahan
sebagai berikut :
1. Dalam belajar matematika banyak faktor yang mempengaruhi kualitas
hasil belajar. Diantaranya faktor intern meliputi minat, bakat, kecerdasan,
dan lain-lain serta faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan di sekitar
siswa diantaranya metode, sarana maupun fasilitas pembelajaran. Karena
kurangnya kualitas dari masing-masing faktor inilah yang mungkin
menyebabkan rendahnya prestasi belajar matenatika siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dengan metode-metode
yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran akan membuat siswa
lebih mudah menerima materi yang diajarkan. Tetapi masih banyak guru
yang menggunakan model konvensional yang memakai metode
konvensional di semua materi yang diajarkan, padahal tidak semua materi
cocok disampaikan dengan metode konvensional. Banyak siswa yang
kurang memahami materi pada pokok bahasan statistika yang diajarkan
oleh guru dimungkinkan karena pemilihan model yang kurang tepat dalam
pembelajaran tersebut.
3. Dalam pembelajaran matematika, guru umumnya kurang memperhatikan
suasana pembelajaran, apakah para siswa dapat merasa nyaman mengikuti
pembelajaran tersebut atau tidak. Karena pembelajaran yang tanpa
diperhatikan suasana pembelajarannya dimungkinkan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi para siswa dalam belajar dan akhirnya pikiran
siswa menjadi tegang dan tertekan. Dimungkinkan hal ini yang
menyebabkan rendahnya prestasi belajar para siswa tersebut.
4. Minat belajar sangat diperlukan oleh siswa dalam suatu pembelajaran
commit to user
pelajaran yang sulit dan menakutkan. Minat yang kurang terhadap
matematika inilah yang mungkin mempengaruhi rendahnya prestasi
belajar matematika siswa.
C.Pemilihan Masalah
Adalah tidak mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak
pertanyaan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini hanya akan dicoba menyelesaikan masalah penelitian yang kedua, ketiga
dan keempat dari keempat masalah yang telah diidentifikasi di atas.
D.Pembatasan Masalah
Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka
penelitian ini hanya akan dibatasi dalam :
1. Model yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol.
2. Minat belajar siswa merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan
siswa untuk belajar. Minat belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada
minat belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi, sedang, dan
siswa dengan minat belajar rendah untuk kelas eksperimen maupun kelas
kontrol.
3. Prestasi belajar siswa dibatasi pada prestasi belajar matematika pada
materi statistika, yaitu pada pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan
menentukan ukuran pemusatan data berupa menentukan rataan, median,
dan modus. Prestasi belajar ini adalah dari tes prestasi belajar yang
dilakukan pada akhir penelitian terhadap siswa kelas XI semester ganjil
tahun pelajaran 2010/2011 SMA Negeri 7 Surakarta.
E.Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut
commit to user
1. Apakah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa
yang diberi pembelajaran dengan model konvensional?
2. Apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
minat belajar sedang, apakah siswa yang mempunyai minat belajar sedang
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai minat belajar rendah, dan apakah siswa yang mempunyai
minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah?
3. Pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning,
apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang
maupun rendah dan apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar
sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat
belajar rendah?
4. Pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional, apakah
prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang
maupun rendah dan apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar
sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat
belajar rendah?
5. Pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, apakah prestasi siswa
yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional?
6. Pada siswa yang mempunyai minat belajar sedang, apakah prestasi siswa
commit to user
baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning?
7. Pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah, apakah prestasi siswa
yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional?
F.Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui apakah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum
learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik
daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional.
2. Mengetahui apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa
yang mempunyai minat belajar sedang, apakah siswa yang mempunyai
minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah, dan
apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
minat belajar rendah.
3. Mengetahui apakah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning, prestasi siswa yang mempunyai minat
belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai
minat belajar sedang maupun rendah dan prestasi siswa yang mempunyai
minat belajar sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
commit to user
4. Mengetahui apakah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model
konvensional, prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang
maupun rendah dan prestasi siswa yang mempunyai minat belajar sedang
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar
rendah.
5. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi,
prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
model konvensional.
6. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar sedang,
prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning.
7. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah,
prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan
model konvensional.
G.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Memberi masukan kepada tenaga pengajar atau guru tentang penggunaan
metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
2. Memberi masukan kepada tenaga pengajar agar mampu menyampaikan
pembelajaran dengan menarik sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar.
3. Sebagai bahan pertimbangan, referensi dan bahan masukan pada materi
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar Mengajar
a. Pengertian Belajar
Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:14), “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Sehingga belajar tidak bisa lepas dari usaha atau proses pembelajaran itu
sendiri. Proses ini merupakan suatu proses dari yang tidak tahu sampai
seseorang memperoleh pengetahuan tertentu.
Selain itu belajar bukan hanya sekedar menghafal dan mengingat.
Menurut Nana Sudjana (2000:28), “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah
pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,
keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya
penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.
Sedangkan menurut Witherington dalam Ngalim Purwanto (1995:84), “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
Menurut Chaplin dalam Muhibbin Syah (2004:90), belajar dibatasi dalam dua rumusan yaitu, “Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman”. Sedangkan rumusan yang kedua yakni, “Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus”.
Sedang menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2004:91), ia membatasi definisi belajar dalam dua macam yakni, “Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan”, dan “Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat”.
commit to user
Sehingga dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang ditandai
dengan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dari hal yang tidak tahu
menjadi tahu yang mana perubahan tersebut bersifat menetap yang diperoleh
dari akibat latihan dan pengalaman.
b. Pengertian Mengajar
Persoalan yang sering muncul adalah bagaimana cara guru
mengembangkan dan menciptakan serta mengatur situasi yang memungkinkan
siswa melakukan proses belajar sehingga bisa berubah tingkah lakunya dalam
proses belajar. Persoalan ini menyangkut masalah mengajar, yakni kegiatan
dan pekerjaan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran.
Sehingga mengajar bukan hanya menyampaikan sesuatu hal,
melainkan melibatkan kognitif siswa atau peserta didik. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Mulyani Sumantri dan H. Johar Permana (2001:54), mereka menerangkan bahwa, “Mengajar adalah penciptaan lingkungan dimana struktur kognitif siswa dapat terbentuk dan berubah”. Tujuan mengajar adalah menyediakan pernyataan belajar yang memungkinkan siswa untuk
mempraktekkan operasi tertentu. Dalam pengalaman belajar ini siswa harus
berperan aktif menemukan sendiri secara induktif. Kepada anak harus
diberikan kesempatan yang ekspensif untuk memanipulasikan lingkungan.
Sedangkan menurut Nana Sudjana (2000:28), “Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yakni suatu proses mengatur, mengorganisasi
lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar”.
Selanjutnya Oemar Hamalik (1992:58) juga menyatakan bahwa, “Mengajar adalah menyampaikan proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa”.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar
merupakan suatu proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada
commit to user
siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses
belajar.
2. Prestasi Belajar Matematika
a. Pengertian Prestasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) kata prestasi mempunyai pengertian, “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan/dikerjakan dan sebagainya)”.
Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah
dicapai dari apa yang telah dilakukan sebaik-baiknya dalam suatu hal tertentu.
b. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) dikatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Berdasarkan dari uraian di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai
hasil usaha yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar, yaitu
adanya suatu perubahan pada diri siswa berupa perkembangan pengetahuan
baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa nilai.
c. Pengertian Matematika
Matematika merupakan salah satu bidang dalam ilmu pengetahuan.
Matematika timbul dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan
penalaran seseorang. Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:637) menyatakan bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaiaan masalah mengenai bilangan”.
Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran
suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran
sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika
commit to user
Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali
secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses
induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.
Dari penegertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika
merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dan memakai penalaran
dalam menyelesaikan suatu permasalahan.
d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika
Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah
diuraikan di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah
hasil yang telah dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran matematika yang
mengakibatkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan dan
kecakapan baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa nilai dari suatu tes.
3. Pendekatan Pembelajaran
a. Pendekatan Quantum Learning
Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar
yang mengkombinasikan penumbuhan rasa percaya diri, ketrampilan belajar,
dan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan
(DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, 1999: 15).
Quantum learning menemukan bentuknya di SuperCamp yang
dikembangkan DePorter bersama kawan-kawannya sejak awal tahun 1980-an.
Dalam SuperCamp tersebut, kurikulum dikembangkan secara harmonis dan
berisi kombinasi dari tiga unsur yaitu keterampilan akademis, prestasi atau
tantangan fisik, dan keterampilan dalam hidup. Pembelajaran berdasarkan
pada landasan konteks yang menyenangkan dan situasi penuh kegembiraan.
Pencetus quantum learning adalah seorang pendidik berkebangsaan
Bulgaria Georgi Lozanov, yang melakukan uji coba tentang sugesti dan
pengaruhnya terhadap hasil belajar, teorinya yang terkenal disebut
suggestology. Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan
setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif (Udin
commit to user
Menurut Lozanov dalam DePorter (1999:14) menyatakan bahwa
beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif dalam
belajar diantaranya yaitu mendudukan siswa secara nyaman, memasang musik
latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan
poster-poster umtuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi,
menyediakan guru-guru terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukaran dengan suggestology
adalah pemercepatan belajar (accelerated learning). Pemercepatan belajar
didefinisikan sebagai memugkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan
yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan.
Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak
mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif,
kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja
sama untuk mengasilkan pengalaman belajar yang efektif.
1) Lingkungan Belajar yang Tepat
Belajar di lingkungan yang ditata dengan baik akan lebih mudah
untuk mengembangkan dan mempertahankan sikap juara. Sedang sikap
juara akan menghasilkan pelajar yang lebih berhasil dalam hal ini adalah
prestasi belajar.
Selain itu dengan penataan lingkungan yang baik maka akan
menjadi sarana yang bernilai dalam membangun dan mempertahankan
sikap positif yang merupakan aset berharga dalam belajar.
Salah satu alasan keberhasilan program yang dilakukan DePorter
adalah penciptaan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun
mental.
Dalam usaha menciptakan lingkungan yang optimal, DePorter
melakukan hal-hal yang membuat suasana menyenangkan dan nyaman.
commit to user
jendela-jendela dilap dan dinding-dinding dihiasi dengan poster-poster indah dan tulisan-tulisan yang bermakna positif (DePorter, 1999: 66).
Dengan berada pada lingkungan yang nyaman, maka akan
membuat para siswa membuka diri untuk memperluas wilayah
kenyamanan mereka dan mencoba hal-hal baru. Dan itulah keadaan
pikiran yang ideal untuk belajar secara optimal.
2) Iringan Musik
Iringan musik merupakan kunci menuju quantum learning.
DePorter (1999: 72) mengatakan bahwa alasan mengapa musik sangat
penting untuk lingkungan quantum learning adalah musik sebenarnya
berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis seseorang. Selama
melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung
akan cenderung meningkat. Gelombang-gelombang otak meningkat, dan
otot-otot menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung
dan tekanan darah menurun, dan otot-otot mengendur.
Georgi Lonazov, yang teknik-teknik pemercepatan belajarnya
menjadi fondasi bagi SuperCamp, mencari cara untuk mengombinasikan
pekerjaan mental yang menekan dengan fisiologi relaks agar melahhirkan
pelajar-pelajar yang istimewa. Setelsh percobaan intensif dengan para
siswa, ia mendapatkan bahwa musik adalah kuncinya. Relaksasi yang
diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu
berkonsentrasi (DePorter, 1999: 72).
Menurut Lonazov dalam DePorter (1999: 72) menyatakan bahwa
musik yang paling membantu adalah musik barok seperti Bach, Handel,
Pachelbel, dan Vivaldi. Para komposer ini menggunakan ketukan yang
sangat khas dan pola-pola yang secara otomatis menyinkronkan tubuh dan
pikiran seseorang.
Pengaruh musik barok tidak terbatas pada manusia. Dalam
eksperimen, tanaman mempunyai daun-daun yang subur dan akar yang
commit to user
dan tanaman ini bahkan cenderung mengarah ke musik, seolah-olah
mengarah ke matahari. Akan tetapi, ketika diperdengarkana musik rock
yang kacau, tanaman yang sama ini akan layu dan mati.
Selanjutnya, DePorter (1999: 74) juga menyebutkan bahwa dalam
situasi otak kiri sedang bekerja, seperti mempelajari materi baru, musik
akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga
masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses. Otak kanan
cenderung terganggu selama rapat, kuliah dan semacamnya, yang
merupakan penyebab seseorang melamun saat berniat berkonsentrasi.
Dengan memasang musik maka akan menyibukkan otak kanan ketika
sedang berkonsentrasi pada aktivitas-aktivitas otak kiri.
3) Ikuti Tanda-Tanda Positif
DePorter (1999: 76) menyatakan bahwa, “Bila saya mengatakan tanda-tanda positif, saya sedang berbicara mengenai rangsangan visual
yang mengingatkan Anda bahwa Anda mampu untuk menjadi orang yang istimewa”. Selanjutnya ia menyarankan beberapa hal yang dapat dimanfaatkan dalam tempat kerja, antara lain pemacu semangat, seperti
slogan atau kata-kata mutiara, sertifikat dan penghargaan-penghargaan
yang telah diterima, bentuk-bentuk dukungan berupa foto-foto saat
seseorang berada di puncak prestasi, serta catatan, hadiah, atau kartu
penghargaan dari teman-teman dan kolega.
Hal-hal di atas dapat memacu kerja dan memberi semangat kepada
seseorang bahwa dia dapat melakukan hal-hal yang membanggakan dalam
hidup.
4) Konsilidasi
commit to user
Selanjutnya DePorter (1999: 84) menjelaskan bahwa jeda
merupakan sesuatu yang sangat penting hingga kadang-kadang
membiarkan para siswa menentukan sendiri kapan waktu jeda tersebut.
Selanjutnya DePorter menjelaskan alasan mengapa jeda ini sangat
penting.
Ada beberapa alasan untuk ini; saya akan menyebutkan beberapa. Pertama, dalam setiap masa belajar, yang paling Anda ingat dengan baik adalah informasi yang Anda pelajari pada saat pertama dan terakhir. Karena itu, jika Anda sering meminta jeda, Anda akan mengingat lebih banyak dari seluruh informasi. Banyaknya jeda pendek ini berarti akan memperbanyak pertama dan terakhir. Kedua, ketika pikiran Anda menjadi letih, perubahan keadaan mental yang terjadi selama jeda akan menyegarkan kembali sel-sel otak Anda untuk langkah berikutnya (DePorter, 1999: 86).
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa quantum leaning
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dalam pembelajarannya berupaya
menciptakan suasana yang nyaman, santai, dan menyenangkan dengan cara
menjadikan lingkungan belajar menjadi lingkungan belajar yang optimal,
melaksanakan pembelajaran dengan iringan musik, memperhatikan
tanda-tanda positif serta mempergunakan jeda dalam pembelajarannya.
4. Model Pembelajaran
a. Model Pembelajaran
Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model
pengajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran mempunyai empat
ciri khusus yaitu: rasional teoritik, tujuan pembelajaran, tingkah laku
pembelajaran, dan lingkungan yang diperlukan. Model pembelajaran adalah
bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan
secara khas oleh guru di kelas (http://smacepiring.wordpress.com).
Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara
commit to user
b. Model Pembelajaran Konvensional
Menurut Tim penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:
523), “Konvensional adalah tradisional”, sedangkan “ Tradisional diartikan sebagai sikap dan cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh
pada norma dan adat kebiasaa yang ada secara turun menurun”.
Dalam pembelajarannya, model konvensional menggunakan metode
konvensional. Sedangkan metode konvensional yang biasa dipakai oleh guru
dalam mengajar adalah metode ceramah ataupun metode ekspositori.
Langkah-langkah dalam model konvensional:
1) Pembukaan
Kegiatan pembukaan dalam proses pembelajaran dengan model
konvensional adalah guru memberi salam dan menerangkan tentang materi
yang akan dipelajari.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran dalam model konvensional adalah
berupa penjelasan materi yang terkait dari guru. Penyampaian materi ini
dilakukan guru dengan berceramah atupun ekspositori. Umumnya pertama
guru menuliskan materi di papan tulis dan selanjutnya menjelaskan materi
tersebut dengan cara berceramah. Dapat pula selanjutnya guru memberi
latihan soal-soal sekadarnya.
3) Penutup
Guru menutup pembelajaran di dalam kelas tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa dipakai
guru pada umumnya yaitu melalui metode ceramah atupun ekspositori.
c. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan pembalajaran yang menekankan
kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi
interaksi dalam kelompoknya dalam menyelesaikan masalah belajar.
commit to user
metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.
Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajarannya, pembelajaran
kooperatif dibedakan dalam beberapa tipe diantaranya yaitu tipe Pembelajaran
Tim Siswa (PTS), tipe Student Team-Achievement Divisions (STAD), tipe
Teams Games-Tournament (TGT), tipe Jigsaw II, dan tipe Team Accelerated
Instruction (TAI).
Selanjutnya Slavin (2008:26) menjelaskan bahwa terdapat enam
karakteristik prinsipil dalam pembelajaran kooperatif, antara lain :
1) Tujuan Kelompok.
Kebanyakan pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa
bentuk tujuan kelompok. Dalam tipe PTS, ini bisa berupa sertifikat atau
rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang
telah ditentukan sebelumnya.
2) Tanggung jawab individual
Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama adalah dengan
menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau
penilaian lainnya, seperti dalam model Pembelajaran Siswa. Yang kedua
adalah spesialisasi tugas, di mana tiap siswa diberikan tanggung jawab
khusus untuk sebagian tugas kelompok.
3) Kesempatan Sukses yang Sama
Karakteristik unik dari tipe PTS adalah penggunaan metode skor
yang memastikan semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
berkontribusi dalam timnya. Metode tersebut terdiri atas poin kemajuan
(STAD), kompetisi dengan yang setara (TGT), atau adaptasi tugas
terhadap tingkat kinerja individual (TAI dan CIRC ).
4) Kompetisi Tim
Studi tahap awal dari STAD dan TGT adalah menggunakan
kompetensi antar tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk
commit to user
5) Spesialisasi Tugas
Unsur utama dari Jigsaw, GI, dan spesialis tugas yang lainnya
adalah tugas untuk melaksanakan subtugas terhadap masing-masing
anggota kelompok.
6) Adaptasi terhadap Kebutuhan Pokok
Kebanyakan tipe pembelajaran kooperatif menggunakan
pengajaran yang mempercepat langkah kelompok, tetapi ada dua –TAI dan CIRC- mengadaptasi pengajaran terhadap kebutuhan individual.
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement
Divisions)
Tipe pembelajaran STAD merupakan salah satu jenis dari berbagai tipe
dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini, siswa
dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau
lima siswa per kelompok. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai
fasilisator belajar dan bertugas menciptakan situasi belajar yang kondusif,
sedangkan siswa bekerja sama dalam kelompoknya dalam memecahkan
masalah-masalah belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
1) Komponen-Komponen Model Pembelajaran tipe STAD
Robert Slavin (2008:4) menjelaskan bahwa STAD terdiri dari lima
komponen utama yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan
individual, rekognisi tim.
a) Presentasi Kelas
Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di
dalam kelas. Presentasi kelas ini seperti dalam presentasi-presentasi
biasa tetapi yang membedakan, presentasi kelas ini haruslah
benar-benar fokus pada unit STAD.
b) Tim
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh
bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan
commit to user
anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah
untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis
dengan baik.
c) Kuis
Setelah satu atau dua periode setelah guru memberikan
presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa
akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak dibolehkan saling
membantu dalam mengerjakan kuis sehingga siswa bertanggung jawab
secara individual memahami materinya.
d) Skor Kemajuan Individual
Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk
memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat
dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang
lebih baik daripada sebelumnya.
Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu
Skor Kuis Skor Perkembangan
Individu
Turun lebih dari 10 0
Turun sampai dengan 10 10
Naik sampai dengan 10 20
Naik lebih dari 10 30
Tetap berada di puncak 30
e) Rekognisi Tim
Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan
yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu. Skor
tim siswa juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen
commit to user
Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok
Kriteria Rata-rata Kelompok Penghargaan X ≤ 20
20 < X ≤ 25 X > 25
TIM BAIK
TIM HEBAT
TIM SUPER
2) Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Kooperatif tipe STAD
a) Tahap Pengajaran
Tiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran di
dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan,
pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari keseluruhan
pelajaran.
Menurut Slavin (2008:153) yang diadaptasi dari Good, Grouws,
dan Ebmeir (1983), menyatakan bahwa penekanan yang dilakukan dalam
pembelajaran diantaranya :
i. Pembukaan
Dalam pembukaan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari
siswa dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untuk memotivasi
siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan.
ii. Pengembangan
Hal-hal yang harus dilakukan guru dalam tahap pengembangan yaitu :
(a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.
(b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah
memahami makna dan bukan hafalan.
(c) Mengontrol pemahaman peserta didik seseringmungkin.
(d) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar
atau salah.
(e) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah menguasai pokok
masalahnya.
commit to user
Sedangkan yang dilakukan guru dalam pedoman pelaksanaan yaitu :
(a) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan yang
diberikan.
(b) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan.
b) Tahap Belajar Tim
Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah
menguasai materi yang guru sampaikan di dalam kelas dan membantu
teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Guru memberikan
tugas atau lembar kegiatan beserta kunci jawabannya untuk
didiskusikan oleh siswa. Apabila ada siswa mempunyai suatu
permaslahan atau pertanyaan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu
pada anggota kelompoknya untuk didiskusikan bersama. Dalam
berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut jika siswa masih
mengalami kesulitan dapat ditanyakan kepada guru.
d. Model Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Quantum Learning
Model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning
merupakan suatu model pembelajaran baru yang memakai model
kooperatif tipe STAD dan pendekatan quantum learning sekaligus dalam
pembelajarannya. Dalam model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan
quantum learning ini, pembelajaran diatur sedemikian rupa sehingga siswa
dapat melakukan diskusi dalam kelompok-kelompok yang heterogen
tentang materi tertentu dalam suasana belajar yang nyaman dan
menyenangkan.
1) Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Model Kooperatif Tipe STAD
dengan Pendekatan Quantum Learning
Proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan
pendekatan quantum learning antara lain meliputi tahap:
a) Persiapan Pembelajaran
i. Mempersiapkan bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa (LKS)
commit to user
ii. Mempersiapkan ruang atau tempat yang akan dipakai dalam
pembelajaran. Ruangan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga
siswa merasa nyaman di dalamnya dan tidak merasa jenuh
dengan kondisi ruangan yang akan dipakai dalam
pembelajaran.
iii. Mempersiapkan perangkat audio yang akan digunakan untuk
mengiringi selama proses pembelajaran berlangsung.
b) Pelaksanaan Pembelajaran
1) Pembukaan
Kegiatan pembukaan dalam proses pembelajaran
dengan model kooperatif