• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN

PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA

DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI

SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Skripsi

Oleh:

Nanang Khosim

K1306026

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN

PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA

DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI

SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Oleh :

NANANG KHOSIM

K1306026

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk

dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Prof. Dr. Budiyono, M.Sc NIP 19530915 197903 1 003

Pembimbing II

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Rabu

Tanggal : 2 Februari 2011

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Sutopo, S.Pd, M.Pd ( )

Sekretaris : Henny Ekana C, S.Si, M.Pd ( )

Anggota I : Prof. Dr. Budiyono, M.Sc ( )

Anggota II : Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd ( )

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

(5)

commit to user

v

ABSTRAK

Nanang Khosim. EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING PADA MATERI STATISTIKA DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS XI SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui apakah model kooperatif

tipe STAD dengan pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar

matematika yang lebih baik dibandingkan dengan model konvensional pada

materi statistika (2) mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan minat

belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun

rendah dan prestasi belajar siswa dengan minat belajar sedang lebih baik

dibandingkan siswa dengan minat belajar rendah pada materi statistika (3)

mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan minat

belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada materi statistika.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu. Populasi dalam

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta tahun ajaran

2010/2011 yang terdiri dari sembilan kelas. Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen sebanyak 32

siswa dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol sebanyak 34 siswa. Jumlah siswa

pada kelas eksperimen sebanyak 32 siswa sedangkan pada kelas kontrol sebanyak

34 siswa. Pengambilan sampel dilakukan secara cluster random sampling. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah (1) metode dokumentasi untuk data

kondisi awal siswa sebelum penelitian dan sebagai salah satu pertimbangan

penelitian (2) metode angket untuk data minat belajar matematika siswa (3)

metode tes untuk data prestasi belajar matematika siswa materi statistika. Uji coba

instrumen dilakukan di SMA Negeri 5 Surakarta. Sebagai persyaratan penelitian

dilakukan uji keseimbangan dengan uji-t. Teknik analisis data yang digunakan

(6)

commit to user

vi

adalah uji normalitas dengan metode Liliefors dan uji homogenitas dengan

metode Bartlett.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pembelajaran

matematika pada materi statistika dengan model kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang

lebih baik, dapat dilihat pada rataan marginal yaitu rataan prestasi belajar siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan quantum learning yaitu 84,6781 lebih besar dari rataan prestasi siswa

yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional yaitu 78,2971. Ada

pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar (Fobs = 4,4787 > 4,000 =

F0,05;1;60) dengan tingkat signifikansi 5% (2) ada pengaruh tingkat minat belajar

terhadap prestasi belajar siswa pada materi statistika (Fobs = 3,4391 > 3,150 =

F0,05;2;60) dengan tingkat signifikansi 5%. Prestasi belajar siswa dengan minat

belajar tinggi lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun

rendah, tetapi tidak ada perbedaaan prestasi belajar antara siswa dengan minat

sedang dengan minat belajar rendah (3) tidak ada interaksi antara model

pembelajaran dan minat belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar pada

materi statistika (Fobs = 0,3615 > 3,150 = F0,05;2;60) dengan tingkat signifikansi 5%.

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan quantum learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang

lebih baik daripada model konvensional jika ditinjau dari masing-masing minat

belajar siswa. Siswa dengan minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar

matematika lebih baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang maupun

rendah dan siswa dengan minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar sama

baiknya dengan siswa dengan minat belajar rendah jika ditinjau dari

(7)

commit to user

vii

ABSTRACT

Nanang Khosim. EXPERIMENTATION OF MATHEMATICS LEARNING USING COOPERATIVE MODEL STAD TYPE WITH QUANTUM LEARNING APPROACH IN STATISTICAL MATERIAL VIEWED FROM MATHEMATICS LEARNING INTEREST OF ODD SEMESTER GRADE XI STUDENTS OF SMA NEGERI 7 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2010/2011. Thesis, Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta, January 2011.

The purpose of this research are (1) to know whether cooperative model

STAD type with quantum learning approach produces the learning mathematic

achievement better than conventional model in Statistical material (2) to know

whether learning achievement of student with high learning interest better than

student with middle and low learning interest and the learning achievement of

student with middle learning interest better than student with low learning

interest in Statistical material (3) to know whether there is any interaction

between learning model and student's mathematics learning interest on the

mathematic learning achievement in Statistical material.

This research uses quasi experimental method. The population of this

research is all students of grade XI of SMA Negeri 7 Surakarta in the school year

of 2010/2011 which consists of nine classes. The sample of this research are

students of grade XI of XI IPA 3 class as an experiment class with 32 students

and XI IPA 2 class as a control class with 34 students. The sample of this research

was taken by cluster random sampling technique. The technique of collecting data

uses (1) documentation method for the beginning condition data of students

before researching and as research consideration (2) questionnary method for data

of student's mathematics learning interest (3) test method for data of mathematics

learning achievement of students in statistical material. The try out of instrument

is done at SMA Negeri 5 Surakarta. As research requirement is done balance test

with t-test. The technique of data analysis used is variance analysis of two ways

cell is not the same with requirement test of analysis data is normality test with

(8)

commit to user

viii

From the result of research can be concluded that: (1) mathematics

learning in Statistical material with cooperative model STAD type with quantum

learning approach can produce better mathematics learning achievement, can be

seen at marginal average, average of learning achievement of students joining

learning process uses cooperative model STAD type with quantum learning

approach is 84,6781 more than average of student's achievement joining learning

process with conventional model is 78,2971. There is an influence of learning

model against learning achievement (Fobs= 4,4787 > 4,000 = F0.05;1;60) with

significant level 5 % (2) there is an influence of learning interest of students

against learning achievement of students in Statistical material (Fobs = 3.4391 >

3.150 = F0,05;2;60) with significant level 5 %. The learning achievement of students

with high learning interest better than students with middle and low learning

interest, but there is not difference of learning achievement of students betwen

students with middle learning interest and low learning interest in Statistical

material (3) there is no interaction between learning model and students’ interest

of mathematics learning on the learning achievement in Statistical material (Fobs =

0,3615 < 3,150 = F0,05;2;60) with significant level 5%. The learning with

cooperative model STAD type with quantum learning approach produced

mathematics learning achievement better than conventional model if viewed from

learning interests of students. The students with high learning interest had learning

achievement better than students with middle and low learning interest, and the

students with middle learning interest had learning achievement as good learning

(9)

commit to user

ix

MOTTO

“Bahwa sesungguhnya sholatku ibadahku hidupku dan matiku hanya untuk Allah

Tuhan Semesta Alam”.

(Doa Iftitah)

“….Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

(QS. Al Mujaadilah: 11)

“Apabila kamu tidak dapat memberikan kebaikan kepada orang lain dengan

kekayaanmu, berilah mereka kebaikan dari wajahmu yang berseri-seri, disertai

akhlak yang baik”.

(Nabi Muhammad SAW)

(10)

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Tulisan ini secara khusus saya persembahkan untuk :

Kedua orang tuaku Bapak Parimin dan Ibu Dalinem orang yang paling

aku hormati yang telah berjuang keras dengan segala upaya, menantang

panas matahari, menerobos hujan. Perhatian yang penuh ketulusan,

semangat yang tak pernah padam demi sebuah cita-cita yang sangat

mulia. Semua diperjuangkan hanya untuk kami anaknya. Dengan segala

kerendahan hati dan mengharap ridhoMu kupersembahkan karya ini

untuk engkau wahai Bapak dan Ibuku.

Kakakku Agus Susanto dan adikku Ida yang selalu bisa membuatku

tertawa dan sebagai penyemangatku. Mari kita bersama-sama untuk

melakukan bakti kita kepada Bapak dan Ibu tercinta untuk membuat

mereka bahagia. Bakti kita tidak akan bisa menandingi jutaan

pengorbanan yang telah mereka lakukan. Tidak ada yang membuat

(11)

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hendaknya selalu kita persembahkan kepada

Yang Maha Pengasih, Sumber dari suara-suara hati yang bersifat mulia, Sumber

ilmu pengetahuan, Sumber segala kebenaran, Sang Maha Cahaya, rahmat-Nya

yang sangat diharapkan oleh manusia, rahmat-Nya yang tak terhingga kepada

mahluk-Nya dan rahmat-Nya yang telah memberikan pertolongan kepada penulis. Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Shalawat serta salam teruntuk Nabi Muhammad SAW, yang telah

memberikan serta menyampaikan kepada kita semua ajaran Rukun Iman dan

Rukun Islam yang telah terbukti kebenarannya serta makin terus terbukti

kebenarannya.

Dibalik terselesaikannya skripsi ini ada banyak pihak yang telah

memudahkannya sehingga kesulitan bisa teratasi. Pihak tersebut adalah :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin

untuk menulis skripsi ini.

2. Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menulis skripsi ini.

3. Triyanto, S.Si, M.Si Ketua Program Pendidikan Matematika Jurusan

Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

ijin untuk menulis skripsi ini.

4. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc sebagai dosen pembimbing I yang telah

memberikan masukan, dorongan moral dan pengarahan yang sangat berharga

hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Yemi Kuswardi, S.Si, M.Pd sebagai dosen pembimbing II yang telah

memberikan masukan untuk penulisan skripsi, arahan untuk ketelitian dalam

penulisannya dan segala bimbingannya.

6. Semua Dosen di Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan

(12)

commit to user

xii

7. Dra. Endang Sri Kusumaningsih, M.Pd, Kepala SMA Negeri 7 Surakarta yang

telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah

tersebut.

8. Dra. Hermawanti, guru matematika kelas XI SMA Negeri 7 Surakarta atas

bimbingan dan segala bentuk kemudahan dan perhatian yang beliau berikan

sekaligus sebagai salah satu validator instrumen.

9. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd, Kepala SMA Negeri 5 Surakarta yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan try out instrumen di sekolah

tersebut.

10.Drs. Ponco Sujatmiko, M.Si dan Dwi Maryana, M.Kom sebagai validator

instrumen.

11.Bapak dan Ibu yang telah mendoakanku di setiap sholatnya serta semangat

dan dorongannya.

12.Liendsy, yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan demi

terselesaikannya skripsi ini.

13.Teman-temanku angkatan 2006 terima kasih atas kebersamaan dan

semangatnya.

14.Beberapa pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini.

Ucapan terima kasih untuk semua pihak yang telah disebutkan di atas.

Terima kasih atas segala macam bantuan, semoga keselamatan, rahmat dan

barokah Allah senantiasa tercurah kepada beliau semua.

Demikian kata pengantar dari penulis. Mohon maaf atas segala

kekurangan karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT semata. Semoga

tulisan ini membawa manfaat dan semoga Allah SWT selalu membimbing kita

bersama dalam menyelami ilmu-ilmu-Nya. Amiin.

Surakarta, Januari 2011

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

DAFTAR ABSTRAK ... v

HALAMAN MOTTO ... ix

HALAMAN PERSEMBAHAN ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pemilihan Masalah... 7

D. Pembatasan Masalah... 7

E. Perumusan Masalah ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 9

G. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 11

A. Tinjauan Pustaka ... 11

1. Pengertian Belajar Mengajar ... 11

2. Prestasi Belajar Matematika ... 13

3. Pendekatan Pembelajaran ... 14

4. Model Pembelajaran ... 18

5. Minat Belajar Matematika ... 26

6. Tinjauan Materi Pokok Bahasan Statistika ... 28

B. Kerangka Pemikiran ... 30

(14)

commit to user

xiv

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN... 36

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

B. Jenis Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

1. Variabel Penelitian ... 38

2. Metode Pengumpulan Data ... 40

E. Teknik Analisis Data ... 46

1. Uji Keseimbangan ... 46

2. Uji Prasyarat Analisis Variansi ... 47

3. Pengujian Hipotesis ... 49

4. Uji Komparasi Ganda ... 53

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 55

A. Deskripsi Data ... 55

1. Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 55

2. Data Skor Prestasi Belajar Matematika ... 57

3. Data Skor Minat Belajar Matematika Siswa ... 58

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 59

1. Uji Keseimbangan... 59

2. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Homogenitas ... 60

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 61

1. Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama ... 61

2. Uji Komparasi Ganda ... 62

D. Pembahasan Hasil Analis Data ... 63

1. Hipotesis Pertama ... 63

(15)

commit to user

xv

3. Hipotesis Ketiga ... 65

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 66

A. Kesimpulan ... 66

B. Implikasi ... 67

1. Implikasi Teoritis ... 67

2. Implikasi Praktis ... 68

C. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu ... 22

Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok ... 22

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian ... 37

Tabel 3.2 Contoh Distribusi Jawaban Pada Fungsi Pengecoh ... 45

Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ... 50

Tabel 3.4 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ... 53

Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Prestasi Belajar Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 58

Tabel 4.2 Deskripsi Data Skor Minat Belajar Matematika Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 58

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Awal ... 59

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Skor Prestasi Belajar ... 60

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas ... 60

Tabel 4.6 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama 61 Tabel 4.7 Rataan dan Rataan Marginal ... 62

(17)

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 72

Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa ... 113

Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Uji Coba ... 125

Lampiran 4 Soal Tes Uji Coba ... 127

Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Uji Coba ... 135

Lampiran 6 Pembahasan Soal Tes Uji Coba ... 136

Lampiran 7 Kisi-kisi Angket Uji Coba ... 146

Lampiran 8 Soal Angket Uji Coba ... 148

Lampiran 9 Sebaran Skor Angket Uji Coba ... 155

Lampiran 10 Kisi-kisi Soal Tes Penelitian ... 156

Lampiran 11 Soal Tes Penelitian ... 158

Lampiran 12 Kunci Jawaban Tes Penelitian ... 166

Lampiran 13 Pembahasan Soal Tes Penelitian ... 167

Lampiran 14 Kisi-kisi Angket Penelitian ... 176

Lampiran 15 Angket Penelitian ... 178

Lampiran 16 Sebaran Skor Angket Penelitian ... 184

Lampiran 17 Penghargaan Kelompok ... 185

Lampiran 18 Lembar Validasi Instrumen Tes ... 192

Lampiran 19 Daya Pembeda ... 198

Lampiran 20 Tingkat Kesukaran ... 200

Lampiran 21 Fungsi Pengecoh ... 202

Lampiran 22 Uji Reliabilitas Instrumen Tes ... 203

Lampiran 23 Lembar Validasi Angket... 205

Lampiran 24 Uji Konsistensi Internal Angket... 214

Lampiran 25 Uji Reliabilitas Angket ... 216

Lampiran 26 Data Induk Penelitian ... 218

Lampiran 27 Uji Normalitas Kelas Eksperimen (Sebelum Penelitian) .... 220

Lampiran 28 Uji Normalitas Kelas Kontrol (Sebelum Penelitian) ... 222

(18)

commit to user

xviii

Lampiran 30 Uji Normalitas Kelas Eksperimen... 226

Lampiran 31 Uji Normalitas Kelas Kontrol ... 228

Lampiran 32 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Tinggi ... 230

Lampiran 33 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Sedang ... 232

Lampiran 34 Uji Normalitas Kelompok Siswa Minat Rendah ... 235

Lampiran 35 Uji Homogenitas (Model Pembelajaran) ... 237

Lampiran 36 Uji Homogenitas (Minat Belajar) ... 240

Lampiran 37 Uji Hipotesis (Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama) ... 244

Lampiran 38 Komparasi Ganda Antar Kolom (Analisis Variansi Dua Jalan Dengan Sel Tak Sama) ... 251

Lampiran 39 Tabel Distribusi Normal Baku ... 254

Lampiran 40 Tabel Nilai Kritik Uji Lilliefors ... 255

Lampiran 41 Tabel Nilai �2α;r ... 256

Lampiran 42 Tabel Nilai F0.05;v1,v2 ... 257

(19)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia sampai saat ini

terus dilakukan pemerintah dalam rangka menghadapi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Salah satunya yaitu dalam

bidang pendidikan.

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini

ditunjukkan dengan semakin merendahnya peringkat pendidikan Indonesia di

mata internasional. Laporan badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk

bidang pendidikan, Educationals, Scientific and Cultural Organization

(UNESCO) 2007 menunjukkan, peringkat Indonesia dalam hal pendidikan

turun dari 58 menjadi 62 dari 130 negara di dunia.

(http://groups.yahoo.com/group/puskur/message/1741 diakses tanggal 20 Mei

2010 pukul 13.30 WIB)

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC),

kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di

Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The

World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang

rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di

dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya

berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53

negara di dunia.

(http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00

WIB).

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data

Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan

sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary

Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya

delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle

(20)

commit to user

Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja

yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

(http://meilanikasim.wordpress.com/2009/03/08/makalah-masalah-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).

Sedangkan kualitas pendidikan di dalam negeri sendiri belakangan

inipun juga cukup mengecewakan. Sebagaimana yang disampaikan Menteri

Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh saat memberikan

keterangan pers di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas), Jakarta,

Jumat (23/4/2010). Nuh menyampaikan bahwa tingkat kelulusan UN SMA/

MA 2010 mencapai 89,88%,turun 4% dibanding tahun sebelumnya,93,74%.

Dari total 1.522.162 peserta UN tingkat SMA/MA, sebanyak 1.362.696 siswa

dinyatakan lulus, sedangkan 154.079 (10,12%) tidak lulus.

(http://ujiannasional.org/hasil-ujian-nasional-2010.htm diakses tanggal 20 Mei

2010 pukul 13.30 WIB)

Banyak faktor yang mungkin menyebabkan rendahnya kualitas

pendidikan di Indonesia. Beberapa diantaranya yaitu kekurangseriusan

pemerintah menangani hal yang berkaitan dengan pendidikan, masih

minimnya tenaga pengajar yang benar-benar mempunyai kualitas dalam

mengajar, masih rendahnya anggaran untuk pendidikan, kurangnya sarana dan

prasarana dalam pendidikan, maupun faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri siswa itu sendiri, semisal kurangnya motivasi, aktivitas, dan minat untuk

belajar.

Setiap negara di seluruh dunia begitu menekankan pentingnya

kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan kualitas

pendidikan adalah dengan menetapkan anggaran pendidikan yang lebih besar

dibandingkan anggaran lainnya. China dan Korea Selatan menjadi dua negara

yang begitu menekankan pentingnya pendidikan bagi rakyatnya. Anggaran

pendidikan di China mencapai 13,1% dari anggaran negara, sedangkan di

Korea Selatan anggaran pendidikan negara mencapai 18,9%. Bandingkan

dengan Indonesia yang memang menganggarkan anggaran pendidikan sebesar

(21)

commit to user

(

http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/18/peningkatan-kualitas-pendidikan-di-indonesia/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).

Selain itu proporsi waktu untuk belajar bagi kebanyakan masyarakat

di Indonesia masih sangat kurang. Sebagaimana yang disampaikan oleh

Gamawan Fauzi yang kala itu menjabat sebagai gubernur Sumatera Barat saat

meresmikan pencanangan Program Wajib Belajar Gratis 12 Tahun untuk

Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel) di GOR Zaini Zein (Juni 2009)

mengatakan, di Indonesia, secara umum masyarakat menghabiskan waktu

mengisi ilmu (pendidikan) sekitar tujuh tahun, sedang di luar negeri mencapai

18,5 tahun.

(http://samanui.wordpress.com/2009/06/19/mutu-pendidikan-di-indonesia-masih-rendah/ diakses tanggal 1 Maret 2010 pukul 15.00 WIB).

Pendidikan matematika memegang peran penting dalam

perkembangan pendidikan. Dengan belajar matematika, siswa akan diajarkan

banyak hal, diantaranya tentang cara berhitung, menggunakan rumus-rumus

hitung, menerapkan suatu teorema untuk membuktikan teorema yang lain, dan

lain-lain. Selain itu siswa juga diajarkan cara berpikir yang logis, sistematis

dan rasional dalam menyelesaikan suatu masalah. Sehingga perkembangan

pendidikan matematika adalah salah satu hal yang memegang peran penting

dalam perkembangan pendidikan.

Kebanyakan siswa dalam belajar matematika hanya mendengarkan

dan mengikuti apa yang disampaikan oleh guru. Padahal kebanyakan guru

hanya memakai model konvensional dalam mengajar yaitu hanya

menyampaikan materi pelajaran dengan ekspositori ataupun berceramah.

Sehingga berkesan monoton dan kurang menarik bagi siswa. Selain itu,

kebanyakan guru hanya mengajar saja tanpa memperhatikan suasana

pembelajaran, apakah pembelajaran yang telah dilakukan telah dapat diterima

oleh siswa dengan baik atau belum. Tak dapat dipungkiri, hal ini akan

menyebabkan ketidaknyamanan para siswa dalam belajar dan akhirnya pikiran

siswa menjadi tegang dan tertekan dalam mengikuti pembelajaran yang

dilakukan oleh guru. Sehingga dimungkinkan hal ini merupakan salah satu

(22)

commit to user

Statistika merupakan salah satu pokok bahasan dalam pelajaran

matematika. Pokok bahasan statistika sangat berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari. Statistika mempunyai peranan penting dalam banyak hal.

Misalnya dalam menghitung jumlah penduduk suatu negara, peningkatan

jumlah penduduk tersebut, penelitian-penelitian ilmiah dan sebagainya.

Semuanya tidak terlepas dari peran statistika. Misalnya saja akan dilakukan

penelitian mengenai usia wanita ketika menikah di seluruh propinsi di

Indonesia. Adalah tidak mungkin pemerintah akan melibatkan semua wanita

di Indonesia yang telah menikah. Selain biaya yang terlalu besar, waktu yang

dibutuhkan untuk penelitian pun semakin lama. Untuk menghindari hal

tersebut, digunakan statistika. Namun, kebanyakan siswa masih mengalami

kesulitan dalam mempelajari statistika. Hal ini mungkin disebabkan karena

statistika memakai perhitungan yang banyak dan rumit sehingga siswa merasa

malas. Selain itu statistika sangat membutuhkan ketelitian yang tinggi.

(Sartono, 2007: 2).

Sedangkan dalam usaha meningkatkan mutu dari pendidikan ataupun

kualitas hasil belajar, banyak faktor yang mempengaruhi. Diantaranya terdapat

faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi minat, bakat,

kecerdasan dan lain-lain yang berkenaan dengan kondisi jasmani dan rohani

siswa. Sedang faktor eksternal yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa,

diantaranya metode pembelajaran, sarana dan prasarana maupun fasilitas

belajar.

Model pembelajaran merupakan salah satu hal yang sangat

berpengaruh dalam suatu pembelajaran. Dengan menerapkan model yang

lebih bervariasi dan tepat, seorang guru akan mampu meningkatkan kualitas

hasil belajar siswa. Dan sebaliknya, apabila model yang digunakan kurang

baik maka kualitas hasil belajar yang diperoleh siswapun kurang maksimal.

Pada saat ini kebanyakan guru menggunakan model konvensional yaitu

menggunakan model pembelajaran dengan metode ceramah. Sehingga apabila

menerapkan model konvensional ini, keaktifan siswa sangat kurang dan

(23)

commit to user

biasa sehingga kurang menarik bagi siswa. Padahal pemilihan model

pembelajaran yang menarik dan bervariasi diharapkan dapat menarik minat

belajar siswa sehingga siswa terdorong untuk berperan lebih aktif dalam

proses belajar. Sehingga dibutuhkan suatu model pembelajran baru yang

menuntut siswa agar lebih aktif. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe

STAD (Student Teams Achievement Divisions) merupakan salah satu metode

pembelajaran yang menuntut siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran di

dalam kelompok-kelompok tertentu. Selanjutnya diharapkan siswa lebih giat

lagi belajar dan berlatih mengerjakan soal-soal untuk memperdalam konsep

yang dimiliki dalam kelompok-kelompok tersebut.

Selain itu, lingkungan belajar terutama suasana pembelajaran di

dalam kelas sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar. Siswa yang belajar

dalam suasana yang gaduh dan tertekan tentunya akan mempunyai prestasi

belajar yang berbeda dengan siswa yang belajar dalam suasana yang nyaman

dan menyenangkan. Dalam hal ini, suasana yang nyaman dan menyenangkan

akan membuat pikiran siswa cenderung rileks dan tidak jenuh sehingga dapat

dengan mudah menangkap apa yang sedang dipelajarinya. Terlebih lagi,

matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit dan

menakutkan bagi banyak siswa. Sehingga tak jarang pikiran siswapun akan

tertekan dalam pembelajaran matematika ini. Pendekatan quantum learning

merupakan salah satu pendekatan yang dalam proses pembelajarannya

memperhatikan suasana belajar dalam kelas. Pendekatan ini senantiasa

berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dan senyaman mungkin

bagi para siswa. Salah satu langkah dalam pendekatan quantum learning

adalah dengan mengiringi pembelajaran dengan musik yang dapat membuat

pikiran siswa rileks dan nyaman. Dengan menciptakan suasana yang nyaman

dan menyenangkan ini hasil dari pembelajaranpun akan meningkat.

Selain model pembelajaran, minat merupakan salah satu faktor yang

mungkin mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa. Minat

merupakan rasa ingin dalam diri seseorang terhadap sesuatu. Minat untuk

(24)

commit to user

menaruh perhatian lebih terhadap pelajaran tertentu tanpa ada unsur paksaan.

Adanya minat belajar yang optimal kemungkinan dapat mempengaruhi

kualitas pencapaian hasil belajar yang optimal pula pada diri siswa.

B.Identifikasi Masalah

Dari latar belakang tersebut maka dapat diidentifikasi permaslahan

sebagai berikut :

1. Dalam belajar matematika banyak faktor yang mempengaruhi kualitas

hasil belajar. Diantaranya faktor intern meliputi minat, bakat, kecerdasan,

dan lain-lain serta faktor eksternal meliputi kondisi lingkungan di sekitar

siswa diantaranya metode, sarana maupun fasilitas pembelajaran. Karena

kurangnya kualitas dari masing-masing faktor inilah yang mungkin

menyebabkan rendahnya prestasi belajar matenatika siswa.

2. Penggunaan model pembelajaran yang bervariasi dengan metode-metode

yang sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran akan membuat siswa

lebih mudah menerima materi yang diajarkan. Tetapi masih banyak guru

yang menggunakan model konvensional yang memakai metode

konvensional di semua materi yang diajarkan, padahal tidak semua materi

cocok disampaikan dengan metode konvensional. Banyak siswa yang

kurang memahami materi pada pokok bahasan statistika yang diajarkan

oleh guru dimungkinkan karena pemilihan model yang kurang tepat dalam

pembelajaran tersebut.

3. Dalam pembelajaran matematika, guru umumnya kurang memperhatikan

suasana pembelajaran, apakah para siswa dapat merasa nyaman mengikuti

pembelajaran tersebut atau tidak. Karena pembelajaran yang tanpa

diperhatikan suasana pembelajarannya dimungkinkan menyebabkan

ketidaknyamanan bagi para siswa dalam belajar dan akhirnya pikiran

siswa menjadi tegang dan tertekan. Dimungkinkan hal ini yang

menyebabkan rendahnya prestasi belajar para siswa tersebut.

4. Minat belajar sangat diperlukan oleh siswa dalam suatu pembelajaran

(25)

commit to user

pelajaran yang sulit dan menakutkan. Minat yang kurang terhadap

matematika inilah yang mungkin mempengaruhi rendahnya prestasi

belajar matematika siswa.

C.Pemilihan Masalah

Adalah tidak mungkin untuk melakukan penelitian dengan banyak

pertanyaan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu, dalam penelitian

ini hanya akan dicoba menyelesaikan masalah penelitian yang kedua, ketiga

dan keempat dari keempat masalah yang telah diidentifikasi di atas.

D.Pembatasan Masalah

Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti, maka

penelitian ini hanya akan dibatasi dalam :

1. Model yang digunakan dalam penelitian ini dibatasi pada model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning

untuk kelas eksperimen dan model konvensional untuk kelas kontrol.

2. Minat belajar siswa merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan

siswa untuk belajar. Minat belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada

minat belajar matematika siswa dengan minat belajar tinggi, sedang, dan

siswa dengan minat belajar rendah untuk kelas eksperimen maupun kelas

kontrol.

3. Prestasi belajar siswa dibatasi pada prestasi belajar matematika pada

materi statistika, yaitu pada pokok bahasan tabel distribusi frekuensi dan

menentukan ukuran pemusatan data berupa menentukan rataan, median,

dan modus. Prestasi belajar ini adalah dari tes prestasi belajar yang

dilakukan pada akhir penelitian terhadap siswa kelas XI semester ganjil

tahun pelajaran 2010/2011 SMA Negeri 7 Surakarta.

E.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut

(26)

commit to user

1. Apakah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning

menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa

yang diberi pembelajaran dengan model konvensional?

2. Apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi

belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai

minat belajar sedang, apakah siswa yang mempunyai minat belajar sedang

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang mempunyai minat belajar rendah, dan apakah siswa yang mempunyai

minat belajar tinggi mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah?

3. Pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning,

apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang

maupun rendah dan apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar

sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat

belajar rendah?

4. Pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional, apakah

prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang

maupun rendah dan apakah prestasi siswa yang mempunyai minat belajar

sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat

belajar rendah?

5. Pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi, apakah prestasi siswa

yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model

konvensional?

6. Pada siswa yang mempunyai minat belajar sedang, apakah prestasi siswa

(27)

commit to user

baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan quantum learning?

7. Pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah, apakah prestasi siswa

yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan model

konvensional?

F.Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai

dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum

learning menghasilkan prestasi belajar matematika yang lebih baik

daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional.

2. Mengetahui apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi

mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang mempunyai minat belajar sedang, apakah siswa yang mempunyai

minat belajar sedang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar rendah, dan

apakah siswa yang mempunyai minat belajar tinggi mempunyai prestasi

belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai

minat belajar rendah.

3. Mengetahui apakah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan quantum learning, prestasi siswa yang mempunyai minat

belajar tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai

minat belajar sedang maupun rendah dan prestasi siswa yang mempunyai

minat belajar sedang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

(28)

commit to user

4. Mengetahui apakah pada siswa yang diberi pembelajaran dengan model

konvensional, prestasi siswa yang mempunyai minat belajar tinggi lebih

baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar sedang

maupun rendah dan prestasi siswa yang mempunyai minat belajar sedang

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai minat belajar

rendah.

5. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar tinggi,

prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan

model konvensional.

6. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar sedang,

prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional lebih

baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan quantum learning.

7. Mengetahui apakah pada siswa yang mempunyai minat belajar rendah,

prestasi siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran dengan

model konvensional.

G.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Memberi masukan kepada tenaga pengajar atau guru tentang penggunaan

metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.

2. Memberi masukan kepada tenaga pengajar agar mampu menyampaikan

pembelajaran dengan menarik sehingga siswa lebih tertarik dalam belajar.

3. Sebagai bahan pertimbangan, referensi dan bahan masukan pada materi

(29)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar Mengajar

a. Pengertian Belajar

Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:14), “Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”. Sehingga belajar tidak bisa lepas dari usaha atau proses pembelajaran itu

sendiri. Proses ini merupakan suatu proses dari yang tidak tahu sampai

seseorang memperoleh pengetahuan tertentu.

Selain itu belajar bukan hanya sekedar menghafal dan mengingat.

Menurut Nana Sudjana (2000:28), “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang”. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah

pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya,

keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya

penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu.

Sedangkan menurut Witherington dalam Ngalim Purwanto (1995:84), “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.

Menurut Chaplin dalam Muhibbin Syah (2004:90), belajar dibatasi dalam dua rumusan yaitu, “Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman”. Sedangkan rumusan yang kedua yakni, “Belajar ialah proses memperoleh respons-respons sebagai akibat adanya latihan khusus”.

Sedang menurut Reber dalam Muhibbin Syah (2004:91), ia membatasi definisi belajar dalam dua macam yakni, “Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan”, dan “Belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat”.

(30)

commit to user

Sehingga dari beberapa pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah suatu proses memperoleh pengetahuan yang ditandai

dengan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang dari hal yang tidak tahu

menjadi tahu yang mana perubahan tersebut bersifat menetap yang diperoleh

dari akibat latihan dan pengalaman.

b. Pengertian Mengajar

Persoalan yang sering muncul adalah bagaimana cara guru

mengembangkan dan menciptakan serta mengatur situasi yang memungkinkan

siswa melakukan proses belajar sehingga bisa berubah tingkah lakunya dalam

proses belajar. Persoalan ini menyangkut masalah mengajar, yakni kegiatan

dan pekerjaan yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran.

Sehingga mengajar bukan hanya menyampaikan sesuatu hal,

melainkan melibatkan kognitif siswa atau peserta didik. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Mulyani Sumantri dan H. Johar Permana (2001:54), mereka menerangkan bahwa, “Mengajar adalah penciptaan lingkungan dimana struktur kognitif siswa dapat terbentuk dan berubah”. Tujuan mengajar adalah menyediakan pernyataan belajar yang memungkinkan siswa untuk

mempraktekkan operasi tertentu. Dalam pengalaman belajar ini siswa harus

berperan aktif menemukan sendiri secara induktif. Kepada anak harus

diberikan kesempatan yang ekspensif untuk memanipulasikan lingkungan.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2000:28), “Mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses, yakni suatu proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada di sekitar siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar”.

Selanjutnya Oemar Hamalik (1992:58) juga menyatakan bahwa, “Mengajar adalah menyampaikan proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa”.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa mengajar

merupakan suatu proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada

(31)

commit to user

siswa sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses

belajar.

2. Prestasi Belajar Matematika

a. Pengertian Prestasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) kata prestasi mempunyai pengertian, “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan/dikerjakan dan sebagainya)”.

Sehingga dapat dikatakan bahwa prestasi merupakan hasil yang telah

dicapai dari apa yang telah dilakukan sebaik-baiknya dalam suatu hal tertentu.

b. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:787) dikatakan bahwa, “Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.

Berdasarkan dari uraian di atas, prestasi belajar dapat diartikan sebagai

hasil usaha yang diperoleh siswa setelah mengikuti proses belajar, yaitu

adanya suatu perubahan pada diri siswa berupa perkembangan pengetahuan

baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa nilai.

c. Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu bidang dalam ilmu pengetahuan.

Matematika timbul dari pemikiran manusia yang berhubungan dengan

penalaran seseorang. Menurut Tim Penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:637) menyatakan bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaiaan masalah mengenai bilangan”.

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran

suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran

sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika

(32)

commit to user

Namun demikian, pembelajaran dan pemahaman konsep dapat diawali

secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata atau intuisi. Proses

induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika.

Dari penegertian di atas, dapat disimpulkan bahwa matematika

merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dan memakai penalaran

dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

d. Pengertian Prestasi Belajar Matematika

Berdasarkan pengertian prestasi belajar dan matematika yang telah

diuraikan di atas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar matematika adalah

hasil yang telah dicapai siswa dalam mengikuti pelajaran matematika yang

mengakibatkan perubahan pada diri seseorang berupa penguasaan dan

kecakapan baru yang ditunjukkan dengan hasil berupa nilai dari suatu tes.

3. Pendekatan Pembelajaran

a. Pendekatan Quantum Learning

Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar

yang mengkombinasikan penumbuhan rasa percaya diri, ketrampilan belajar,

dan kemampuan berkomunikasi dalam suatu lingkungan yang menyenangkan

(DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike, 1999: 15).

Quantum learning menemukan bentuknya di SuperCamp yang

dikembangkan DePorter bersama kawan-kawannya sejak awal tahun 1980-an.

Dalam SuperCamp tersebut, kurikulum dikembangkan secara harmonis dan

berisi kombinasi dari tiga unsur yaitu keterampilan akademis, prestasi atau

tantangan fisik, dan keterampilan dalam hidup. Pembelajaran berdasarkan

pada landasan konteks yang menyenangkan dan situasi penuh kegembiraan.

Pencetus quantum learning adalah seorang pendidik berkebangsaan

Bulgaria Georgi Lozanov, yang melakukan uji coba tentang sugesti dan

pengaruhnya terhadap hasil belajar, teorinya yang terkenal disebut

suggestology. Prinsipnya bahwa sugesti dapat mempengaruhi hasil belajar dan

setiap detail apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif (Udin

(33)

commit to user

Menurut Lozanov dalam DePorter (1999:14) menyatakan bahwa

beberapa teknik yang digunakan untuk memberikan sugesti positif dalam

belajar diantaranya yaitu mendudukan siswa secara nyaman, memasang musik

latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan

poster-poster umtuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi,

menyediakan guru-guru terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.

Istilah lain yang hampir dapat dipertukaran dengan suggestology

adalah pemercepatan belajar (accelerated learning). Pemercepatan belajar

didefinisikan sebagai memugkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan

yang mengesankan, dengan upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan.

Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak

mempunyai persamaan: hiburan, permainan, warna, cara berpikir positif,

kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja

sama untuk mengasilkan pengalaman belajar yang efektif.

1) Lingkungan Belajar yang Tepat

Belajar di lingkungan yang ditata dengan baik akan lebih mudah

untuk mengembangkan dan mempertahankan sikap juara. Sedang sikap

juara akan menghasilkan pelajar yang lebih berhasil dalam hal ini adalah

prestasi belajar.

Selain itu dengan penataan lingkungan yang baik maka akan

menjadi sarana yang bernilai dalam membangun dan mempertahankan

sikap positif yang merupakan aset berharga dalam belajar.

Salah satu alasan keberhasilan program yang dilakukan DePorter

adalah penciptaan lingkungan yang optimal, baik secara fisik maupun

mental.

Dalam usaha menciptakan lingkungan yang optimal, DePorter

melakukan hal-hal yang membuat suasana menyenangkan dan nyaman.

(34)

commit to user

jendela-jendela dilap dan dinding-dinding dihiasi dengan poster-poster indah dan tulisan-tulisan yang bermakna positif (DePorter, 1999: 66).

Dengan berada pada lingkungan yang nyaman, maka akan

membuat para siswa membuka diri untuk memperluas wilayah

kenyamanan mereka dan mencoba hal-hal baru. Dan itulah keadaan

pikiran yang ideal untuk belajar secara optimal.

2) Iringan Musik

Iringan musik merupakan kunci menuju quantum learning.

DePorter (1999: 72) mengatakan bahwa alasan mengapa musik sangat

penting untuk lingkungan quantum learning adalah musik sebenarnya

berhubungan dan mempengaruhi kondisi fisiologis seseorang. Selama

melakukan pekerjaan mental yang berat, tekanan darah dan denyut jantung

akan cenderung meningkat. Gelombang-gelombang otak meningkat, dan

otot-otot menjadi tegang. Selama relaksasi dan meditasi, denyut jantung

dan tekanan darah menurun, dan otot-otot mengendur.

Georgi Lonazov, yang teknik-teknik pemercepatan belajarnya

menjadi fondasi bagi SuperCamp, mencari cara untuk mengombinasikan

pekerjaan mental yang menekan dengan fisiologi relaks agar melahhirkan

pelajar-pelajar yang istimewa. Setelsh percobaan intensif dengan para

siswa, ia mendapatkan bahwa musik adalah kuncinya. Relaksasi yang

diiringi dengan musik membuat pikiran selalu siap dan mampu

berkonsentrasi (DePorter, 1999: 72).

Menurut Lonazov dalam DePorter (1999: 72) menyatakan bahwa

musik yang paling membantu adalah musik barok seperti Bach, Handel,

Pachelbel, dan Vivaldi. Para komposer ini menggunakan ketukan yang

sangat khas dan pola-pola yang secara otomatis menyinkronkan tubuh dan

pikiran seseorang.

Pengaruh musik barok tidak terbatas pada manusia. Dalam

eksperimen, tanaman mempunyai daun-daun yang subur dan akar yang

(35)

commit to user

dan tanaman ini bahkan cenderung mengarah ke musik, seolah-olah

mengarah ke matahari. Akan tetapi, ketika diperdengarkana musik rock

yang kacau, tanaman yang sama ini akan layu dan mati.

Selanjutnya, DePorter (1999: 74) juga menyebutkan bahwa dalam

situasi otak kiri sedang bekerja, seperti mempelajari materi baru, musik

akan membangkitkan reaksi otak kanan yang intuitif dan kreatif sehingga

masukannya dapat dipadukan dengan keseluruhan proses. Otak kanan

cenderung terganggu selama rapat, kuliah dan semacamnya, yang

merupakan penyebab seseorang melamun saat berniat berkonsentrasi.

Dengan memasang musik maka akan menyibukkan otak kanan ketika

sedang berkonsentrasi pada aktivitas-aktivitas otak kiri.

3) Ikuti Tanda-Tanda Positif

DePorter (1999: 76) menyatakan bahwa, “Bila saya mengatakan tanda-tanda positif, saya sedang berbicara mengenai rangsangan visual

yang mengingatkan Anda bahwa Anda mampu untuk menjadi orang yang istimewa”. Selanjutnya ia menyarankan beberapa hal yang dapat dimanfaatkan dalam tempat kerja, antara lain pemacu semangat, seperti

slogan atau kata-kata mutiara, sertifikat dan penghargaan-penghargaan

yang telah diterima, bentuk-bentuk dukungan berupa foto-foto saat

seseorang berada di puncak prestasi, serta catatan, hadiah, atau kartu

penghargaan dari teman-teman dan kolega.

Hal-hal di atas dapat memacu kerja dan memberi semangat kepada

seseorang bahwa dia dapat melakukan hal-hal yang membanggakan dalam

hidup.

4) Konsilidasi

(36)

commit to user

Selanjutnya DePorter (1999: 84) menjelaskan bahwa jeda

merupakan sesuatu yang sangat penting hingga kadang-kadang

membiarkan para siswa menentukan sendiri kapan waktu jeda tersebut.

Selanjutnya DePorter menjelaskan alasan mengapa jeda ini sangat

penting.

Ada beberapa alasan untuk ini; saya akan menyebutkan beberapa. Pertama, dalam setiap masa belajar, yang paling Anda ingat dengan baik adalah informasi yang Anda pelajari pada saat pertama dan terakhir. Karena itu, jika Anda sering meminta jeda, Anda akan mengingat lebih banyak dari seluruh informasi. Banyaknya jeda pendek ini berarti akan memperbanyak pertama dan terakhir. Kedua, ketika pikiran Anda menjadi letih, perubahan keadaan mental yang terjadi selama jeda akan menyegarkan kembali sel-sel otak Anda untuk langkah berikutnya (DePorter, 1999: 86).

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa quantum leaning

adalah suatu pendekatan pembelajaran yang dalam pembelajarannya berupaya

menciptakan suasana yang nyaman, santai, dan menyenangkan dengan cara

menjadikan lingkungan belajar menjadi lingkungan belajar yang optimal,

melaksanakan pembelajaran dengan iringan musik, memperhatikan

tanda-tanda positif serta mempergunakan jeda dalam pembelajarannya.

4. Model Pembelajaran

a. Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran meliputi pendekatan suatu model

pengajaran yang luas dan menyeluruh. Model pembelajaran mempunyai empat

ciri khusus yaitu: rasional teoritik, tujuan pembelajaran, tingkah laku

pembelajaran, dan lingkungan yang diperlukan. Model pembelajaran adalah

bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan

secara khas oleh guru di kelas (http://smacepiring.wordpress.com).

Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah bentuk

pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara

(37)

commit to user

b. Model Pembelajaran Konvensional

Menurut Tim penyusun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999:

523), “Konvensional adalah tradisional”, sedangkan “ Tradisional diartikan sebagai sikap dan cara berfikir dan bertindak yang selalu berpegang teguh

pada norma dan adat kebiasaa yang ada secara turun menurun”.

Dalam pembelajarannya, model konvensional menggunakan metode

konvensional. Sedangkan metode konvensional yang biasa dipakai oleh guru

dalam mengajar adalah metode ceramah ataupun metode ekspositori.

Langkah-langkah dalam model konvensional:

1) Pembukaan

Kegiatan pembukaan dalam proses pembelajaran dengan model

konvensional adalah guru memberi salam dan menerangkan tentang materi

yang akan dipelajari.

2) Kegiatan Inti

Kegiatan inti pembelajaran dalam model konvensional adalah

berupa penjelasan materi yang terkait dari guru. Penyampaian materi ini

dilakukan guru dengan berceramah atupun ekspositori. Umumnya pertama

guru menuliskan materi di papan tulis dan selanjutnya menjelaskan materi

tersebut dengan cara berceramah. Dapat pula selanjutnya guru memberi

latihan soal-soal sekadarnya.

3) Penutup

Guru menutup pembelajaran di dalam kelas tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa dipakai

guru pada umumnya yaitu melalui metode ceramah atupun ekspositori.

c. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan pembalajaran yang menekankan

kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi

interaksi dalam kelompoknya dalam menyelesaikan masalah belajar.

(38)

commit to user

metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran”.

Sedangkan dalam pelaksanaan pembelajarannya, pembelajaran

kooperatif dibedakan dalam beberapa tipe diantaranya yaitu tipe Pembelajaran

Tim Siswa (PTS), tipe Student Team-Achievement Divisions (STAD), tipe

Teams Games-Tournament (TGT), tipe Jigsaw II, dan tipe Team Accelerated

Instruction (TAI).

Selanjutnya Slavin (2008:26) menjelaskan bahwa terdapat enam

karakteristik prinsipil dalam pembelajaran kooperatif, antara lain :

1) Tujuan Kelompok.

Kebanyakan pembelajaran kooperatif menggunakan beberapa

bentuk tujuan kelompok. Dalam tipe PTS, ini bisa berupa sertifikat atau

rekognisi lainnya yang diberikan kepada tim yang memenuhi kriteria yang

telah ditentukan sebelumnya.

2) Tanggung jawab individual

Ini dilaksanakan dalam dua cara. Yang pertama adalah dengan

menjumlah skor kelompok atau nilai rata-rata kuis individual atau

penilaian lainnya, seperti dalam model Pembelajaran Siswa. Yang kedua

adalah spesialisasi tugas, di mana tiap siswa diberikan tanggung jawab

khusus untuk sebagian tugas kelompok.

3) Kesempatan Sukses yang Sama

Karakteristik unik dari tipe PTS adalah penggunaan metode skor

yang memastikan semua siswa mendapat kesempatan yang sama untuk

berkontribusi dalam timnya. Metode tersebut terdiri atas poin kemajuan

(STAD), kompetisi dengan yang setara (TGT), atau adaptasi tugas

terhadap tingkat kinerja individual (TAI dan CIRC ).

4) Kompetisi Tim

Studi tahap awal dari STAD dan TGT adalah menggunakan

kompetensi antar tim sebagai sarana untuk memotivasi siswa untuk

(39)

commit to user

5) Spesialisasi Tugas

Unsur utama dari Jigsaw, GI, dan spesialis tugas yang lainnya

adalah tugas untuk melaksanakan subtugas terhadap masing-masing

anggota kelompok.

6) Adaptasi terhadap Kebutuhan Pokok

Kebanyakan tipe pembelajaran kooperatif menggunakan

pengajaran yang mempercepat langkah kelompok, tetapi ada dua –TAI dan CIRC- mengadaptasi pengajaran terhadap kebutuhan individual.

d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement

Divisions)

Tipe pembelajaran STAD merupakan salah satu jenis dari berbagai tipe

dalam pembelajaran kooperatif. Dalam pembelajaran ini, siswa

dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat atau

lima siswa per kelompok. Dalam hal ini guru hanya berperan sebagai

fasilisator belajar dan bertugas menciptakan situasi belajar yang kondusif,

sedangkan siswa bekerja sama dalam kelompoknya dalam memecahkan

masalah-masalah belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran yang

disampaikan oleh guru.

1) Komponen-Komponen Model Pembelajaran tipe STAD

Robert Slavin (2008:4) menjelaskan bahwa STAD terdiri dari lima

komponen utama yaitu : presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan

individual, rekognisi tim.

a) Presentasi Kelas

Materi STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di

dalam kelas. Presentasi kelas ini seperti dalam presentasi-presentasi

biasa tetapi yang membedakan, presentasi kelas ini haruslah

benar-benar fokus pada unit STAD.

b) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh

bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan

(40)

commit to user

anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah

untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis

dengan baik.

c) Kuis

Setelah satu atau dua periode setelah guru memberikan

presentasi dan sekitar satu atau dua periode praktik tim, para siswa

akan mengerjakan kuis individual. Para siswa tidak dibolehkan saling

membantu dalam mengerjakan kuis sehingga siswa bertanggung jawab

secara individual memahami materinya.

d) Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk

memberikan kepada setiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat

dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang

lebih baik daripada sebelumnya.

Tabel 2.1 Skor Perkembangan Individu

Skor Kuis Skor Perkembangan

Individu

Turun lebih dari 10 0

Turun sampai dengan 10 10

Naik sampai dengan 10 20

Naik lebih dari 10 30

Tetap berada di puncak 30

e) Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan

yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai criteria tertentu. Skor

tim siswa juga dapat digunakan untuk menentukan dua puluh persen

(41)
[image:41.595.133.514.121.644.2]

commit to user

Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok

Kriteria Rata-rata Kelompok Penghargaan X ≤ 20

20 < X ≤ 25 X > 25

TIM BAIK

TIM HEBAT

TIM SUPER

2) Pelaksanaan Pembelajaran dengan Model Kooperatif tipe STAD

a) Tahap Pengajaran

Tiap pelajaran dalam STAD dimulai dengan presentasi pelajaran di

dalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan,

pengembangan, dan pengarahan-praktis tiap komponen dari keseluruhan

pelajaran.

Menurut Slavin (2008:153) yang diadaptasi dari Good, Grouws,

dan Ebmeir (1983), menyatakan bahwa penekanan yang dilakukan dalam

pembelajaran diantaranya :

i. Pembukaan

Dalam pembukaan guru menekankan pada apa yang akan dipelajari

siswa dan mengapa itu penting. Hal ini dilaksanakan untuk memotivasi

siswa dalam mempelajari konsep yang diajarkan.

ii. Pengembangan

Hal-hal yang harus dilakukan guru dalam tahap pengembangan yaitu :

(a) Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

(b) Pembelajaran kooperatif menekankan bahwa belajar adalah

memahami makna dan bukan hafalan.

(c) Mengontrol pemahaman peserta didik seseringmungkin.

(d) Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar

atau salah.

(e) Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah menguasai pokok

masalahnya.

(42)

commit to user

Sedangkan yang dilakukan guru dalam pedoman pelaksanaan yaitu :

(a) Menyuruh siswa mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan yang

diberikan.

(b) Memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan.

b) Tahap Belajar Tim

Selama masa belajar tim, tugas para anggota tim adalah

menguasai materi yang guru sampaikan di dalam kelas dan membantu

teman sekelasnya untuk menguasai materi tersebut. Guru memberikan

tugas atau lembar kegiatan beserta kunci jawabannya untuk

didiskusikan oleh siswa. Apabila ada siswa mempunyai suatu

permaslahan atau pertanyaan, sebaiknya ditanyakan terlebih dahulu

pada anggota kelompoknya untuk didiskusikan bersama. Dalam

berdiskusi untuk memecahkan masalah tersebut jika siswa masih

mengalami kesulitan dapat ditanyakan kepada guru.

d. Model Kooperatif Tipe STAD dengan Pendekatan Quantum Learning

Model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan quantum learning

merupakan suatu model pembelajaran baru yang memakai model

kooperatif tipe STAD dan pendekatan quantum learning sekaligus dalam

pembelajarannya. Dalam model kooperatif tipe STAD dengan pendekatan

quantum learning ini, pembelajaran diatur sedemikian rupa sehingga siswa

dapat melakukan diskusi dalam kelompok-kelompok yang heterogen

tentang materi tertentu dalam suasana belajar yang nyaman dan

menyenangkan.

1) Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran Model Kooperatif Tipe STAD

dengan Pendekatan Quantum Learning

Proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD dengan

pendekatan quantum learning antara lain meliputi tahap:

a) Persiapan Pembelajaran

i. Mempersiapkan bahan ajar dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

(43)

commit to user

ii. Mempersiapkan ruang atau tempat yang akan dipakai dalam

pembelajaran. Ruangan dipersiapkan sedemikian rupa sehingga

siswa merasa nyaman di dalamnya dan tidak merasa jenuh

dengan kondisi ruangan yang akan dipakai dalam

pembelajaran.

iii. Mempersiapkan perangkat audio yang akan digunakan untuk

mengiringi selama proses pembelajaran berlangsung.

b) Pelaksanaan Pembelajaran

1) Pembukaan

Kegiatan pembukaan dalam proses pembelajaran

dengan model kooperatif

Gambar

Tabel 2.2 Penghargaan Kelompok
Gambar 2.1. Diagram Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian
Tabel 3.2 Contoh Distribusi Jawaban Pada Fungsi Pengecoh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam

kumpulan gambar dan suara yang telah selesai dilakukan dalam kegiatan produksi,. sehingga menjadi sebuah tayangan yang utuh dan bermakna sesuai dengan

Biaya akomodasi, transportasi, dan biaya pribadi yang dikeluarkan oleh peserta tidak ditanggung oleh Panitia Seleksi7. Setiap Peserta wajib mematuhi ketentuan dalam

KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM KALIMANTAN TIMUR JL..

Mata ajar keperawatan maternitas II merupakan kelanjutan dari mata ajar keperawatan maternitas I, di mana mata ajar keperawatan maternitas II menekankan pada penerapan

Setiap pemanfaatan ruang diwajibkan mengacu pada rencana pengembangan sistem pusat pelayanan yang telah ditetapkan; Pada pusat pelayanan kota, kegiatan berskala kota

 Proses production (produksi) multimedia diilustrasikan secara sekuensial dan benar mulai content creation sampai dengan build beta version..  Proses produksi

[r]