PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP SWASTA
LAKSAMANA MARTADINATA T.A 2014/2015
Oleh: Mega Sulastri NIM. 4101111030
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI BILANGAN BULAT DI KELAS VII SMP SWASTA
LAKSAMANA MARTADINTA T.A 2014/2015 Mega Sulastri (NIM. 4101111030)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menerapkan model pembelajaran RME pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP Swasta Laksamana Martadinata tahun ajaran 2014/2015.
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII-3 SMP Swasta Laksamana Martadinata, pada semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-3 SMP Swasta Laksamana Martadinata yang berjumlah 32 orang sedangkan objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) pada materi bilangan bulat di SMP Swasta Laksamana Martadinata tahun ajaran 2014/2015.
Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah tes komunikasi matematika. Tes digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa pada materi bilangan bulat saat dilakukan tindakan model pembelajaran RME, dan lembar observasi digunakan untuk mengamati kegiatan belajar mengajar siswa pada saat menerapkan model pembelajaran RME.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa pembelajaran mengalami peningkatan, dimana berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran untuk siklus I berdasarkan hasil observasi sudah berada pada kategori baik dan pada siklus II hasil observasi proses pembelajaran berada pada kategori sangat baik.
vi DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi vi
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Lampiran xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Identifikasi Masalah 8
1.3Batasan Masalah 8
1.4Rumusan masalah 8
1.5Tujuan penelitian 9
1.6Manfaat Penelitian 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1Kerangka Teoritis 10
2.1.1 Pengertian Belajar 10
2.1.2 Belajar Matematika 10
2.1.3 Pendidikan Matematika Realistik 12
2.1.3.1Pembelajaran Matematika Realistik 12
2.1.3.2Karakteristik Pendidikan Matematika Realistik 14
2.1.3.3Peran Guru, Siswa dan Pengajaran dalam Pendidikan
Matematika Realistik 16
2.1.3.4Implementasi Pembelajaran Matematika Realistik 18
vii
2.1.3.6Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Matematik Realistik 19
2.1.4 Pengertian Komunikasi 22
2.1.5 Komunikasi Matematika 25
2.1.6 Aspek – Aspek Komunikasi 27
2.1.7 Materi Bilangan Bulat 31
2.2 Kerangka Konseptual 39
2.3 Penelitian yang Relevan 41
2.4Hipotesis Tindakan 42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian 43
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 43
3.3. Subjek dan Objek Penelitian 43
3.4.Instrumen Penelitian 43
3.5.Proses Pelaksanaan Penelitian 45
3.6.Teknik Analisis Data 48
3.7.Penarikan Kesimpulan 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus I 51
4.1.2 Pelaksanaan Dan Hasil Penelitian Pada Siklus II 64
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 76
4.2.1Proses Pembelajaran 76
viii BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 81
5.2 Saran 81
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Garis Bilangan 32
Gambar 2.2 Bilangan Bulat dan Lawannya 33
Gambar 2.3 Kapal Selam 34
Gambar 2.4 Letak Bilangan Bulat Dalam Garis Bilangan 34
Gambar 2.5 Mistar Hitung 35
Gambar 2.6 Penjumlahan Dengan Menggunakan Garis Bilangan 36
Gambar 3.1 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas 55
Gambar 4.1 Grafik Tingkat kemampuan komunikasi matematika
Siswa Siklus I 63
Gambar 4.2. Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika
Siklus II 75
Gambar 4.3. Grafik Proses Pembelajaran Pada Pra Penelitian, Siklus I
dan Siklus II 77
Gambar 4.4. Grafik Tingkat Kemampuan Komunikasi Siswa Pada
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 : RPP I (siklus I) 85
Lampiran 2 : RPP II (siklus I) 90
Lampiran 3 : RPP III (siklus I) 98
Lampiran 4 : RPP IV (siklus II) 106
Lampiran 5 : RPP V (siklus II) 113
Lampiran 6 : RPP VI (siklus II) 118
Lampiran 7 : Lembar Kerja Siswa I 123
Lampiran 8 : Lembar Kerja Siswa II 126
Lampiran 9 : Lembar Kerja Siswa III 130
Lampiran 10 : Lembar Kerja Siswa IV 132
Lampiran 11 : Lembar Kerja Siswa V 136
Lampiran 12 : Lembar Kerja Siswa VI 139
Lampiran 13 : Kisi-Kisi Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika
Siswa 142
Lampiran 14 : Tes Kemampuan Awal Komunikasi Matematika 143
Lampiran 15 :Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan Awal Komunikasi
Matematika 145
Lampiran 16 :Penskoran Tes Komunikasi Awal Matematika 149
Lampiran 17 : Kisi – Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik I 150
Lampiran 18 : Tes Kemampuan Komunikasi Matematika I 151
Lampiran 19: Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan komunikasi
Matematika I 153
Lampiran 20 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika I 156
Lampiran 21 : Kisi – Kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematik II 157
Lampiran 22 : Tes Kemampuan Komunikasi Matematika II 158
Lampiran 23 : Alternatif Penyelesaian Tes Kemampuan komunikasi
xii
Lampiran 24 : Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi
Matematika II 164
Lampiran 25 : Lembar Validasi Tes kemampuan Komunikasi
Matematika I 165
Lampiran 26 : Lembar Validasi Tes kemampuan Komunikasi
Matematika II 166
Lampiran 27 : Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus I 167
Lampiran 28 : Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus II 176
Lampiran 29 : Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus I 185
Lampiran 30 : Hasil Observasi Proses Pembelajaran Siklus II 188
Lampiran 31 : Tabel Analisis Data Pada Tes Kemampuan Awal
Komunikasi Matematika 191
Lampiran 32 : Tabel Analisis Data Pada Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika I 193
Lampiran 33 : Tabel Analisis Data Pada Tes Kemampuan
Komunikasi Matematika II 195
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah
Pada masa kini diseluruh dunia telah timbul pemikiran baru terhadap
status pendidikan. Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat
berharga dan benar-benar produktif, sebab pekerjaan produktif pada masa kini
adalah pekerjaan yang didasarkan pada akal, bukan tangan. Pembentukan
orang-orang terdidik merupakan modal yang paling utama bagi suatu bangsa. Oleh
karena itu, hampir di semua negara saat ini menjadikan pendidikan sebagai pokok
perhatian. Pendidikan dianggap sebagai suatu langkah menuju kehidupan yang
berguna dan produktif dimasa mendatang. Menurut Djemari mardapi dalam
Kunandar (2011;10) mengatakan bahwa “pendidikan memiliki peran utama
dalam pengembangan personal dan sosial, mempengaruhi perubahan individu dan
sosial, perdamaian, kebebasan, dan keadilan”.
Direktur pendidikan badan perencanaan dan pembangunan (Bappenas)
Subandi Sardjoko ( www.beritasatu.com/pendidikan/1441) mengatakan bahwa:
Berdasarkan data United Nations Develpment Program (UNDP) 2011, indeks pembangunan manusia (IPM) Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei dengan indeks 0,67 persen. Sedangkan Singapura dan Malaysia mempunyai indeks yang lebih tinggi yaitu 0,83 persen dan 0,86 persen. Menurut subandi, indeks pendidikan negara Indonesia juga dinilai masih rendah yaitu 14,6 persen, berbeda dengan Singapura dan Malaysia mempunyai indeks tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33 persen.
Berdasarkan kutipan di atas diketahui bahwa kualitas pendidikan di
Indonesia masih rendah. Masih rendahnya kualitas pendidikan Indonesia akan
melemahkan daya saing Indonesia dalam menghadapi masyarakat ekonomi
ASEAN 2015. Oleh sebab itu kunci untuk meningkatkan daya saing Indonesia,
dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan melakukan terobosan terbaru
dalam sektor pendidikan.
Sebagai warga negara Indonesia yang berhak mendapatkan pendidikan
2
umum minimum. Pengetahuan umum itu diantaranya adalah matematika.
Matematika diberikan di sekolah dikarenakan matematika memiliki peranan yang
sangat penting. Siswa memerlukan matematika di dalam kehidupan sehari-hari
untuk memenuhi kebutuhan praktis dan memecahkan masalah-masalah yang
sering muncul di kehidupan yang nyata.
Pelajaran matematika diberikan di setiap jenjang pendidikan dengan bobot
yang kuat, ini menunjukkan bahwa matematika adalah salah satu pelajaran yang
mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam kondisi tersebut, seharusnya
hasil belajar matematika peserta didik menunjukkan hasil yang cukup baik, akan
tetapi hal tersebut sangat bertolak belakang dengan keadaan yang terjadi di
lapangan.
Berdasarkan hasil observasi awal (tanggal 8 juli 2014) yang dilaksanakan
di SMP Swasta Laksamana Martadinata Medan, peneliti masih melihat bahwa
pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional. Dengan
langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sebagai berikut:
1. Guru menuliskan bentuk umum dan rumus-rumus di papan tulis tanpa
mengajak siswa berfikir aktif.
2. Guru membahas cara-cara penyelesaian contoh soal di papan tulis.
3. Guru meminta siswa mencatatat penjelasan guru yang ada di papan
tulis.
4. Guru meminta siswa mengerjakan soal latihan.
Selanjutnya diberikan soal tes kemampuan awal komunikasi tulisan
kepada siswa, dari hasil tes kemampuan awal komunikasi matematika yang
diberikan kepada siswa menunjukkan bahwa dari 32 siswa hanya 2 orang siswa
yang tuntas sedangkan 30 lainnya tidak tuntas. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan komunikasi siswa masih sangat rendah.
Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa terlihat dari
jawaban soal yang diberikan kepada siswa, yang mana siswa belum benar dalam
mengkomunikasikan soal yang diberikan. Adapun contoh beberapa jawaban siswa
3
pada jawaban siswa no 1,2,3 siswa belum mampu menyelesaikan soal operasi hitung bilangan bulat dengan benar.
Pada jawaban siswa no 3,4,5 siswa belum mampu
menyelesaikan operasi hitung bilangan dengan cara membaca gambar yang diberikan di soal.
Pada jawaban siswa no 6,7, siswa sudah dapat
menyelesaiakn soal dengan cara
menggambarkannya walaupun belum secara lengkap.
4
Dari jawaban siswa terlihat bahwa kemampuan komunikasi matematika
siswa masih sangat rendah. Siswa belum mampu memahami maksud dari soal
yang diberikan, siswa belum mampu menggambarkan ide matematikanya kedalam
bentuk gambar dan siswa belum memahami cara menyelesaikan soal yang
diberikan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa
masih rendah.
PERMENDIKNAS No. 22 tahun 2006 menyebutkan bahwa:
Salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah mampu mengkomunikasikan matematika dengan gagasan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Kenyataannya pembelajaran matematika saat ini hanya berorientasi pada pemberian materi dan soal-soal tanpa meminta siswa untuk mengemukakan pemahamannya secara lisan maupun tulisan.
Faktor diatas menunjukkan bahwa kemampuan berkomunikasi matematika
siswa dalam pembelajaran matematika masih menjadi titik lemah bagi siswa.
Misalnya saja jika pada siswa diajukan suatu pertanyaan, pada umumnya reaksi
mereka adalah menunduk, atau melihat kepada teman yang duduk disebelahnya.
Siswa kurang memiliki kepercayaan diri dalam mengkomunikasikan ide yang
dimilikinya karena takut salah dan ditertawakan oleh teman. Hal ini menunjukkan
bahwa komunikasi matematika siswa masih rendah.
Matematika memiliki posisi dan peran yang penting dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi matematik siswa karena matematika ini adalah salah satu
alat untuk berkomunikasi. Seperti yang diungkapkan Ariyadi (2012;1) :” Ada
empat macam pandangan tentang posisi dan peran matematika, yaitu : (1)
matematika sebagai suatu cara untuk berfikir (2) matematika sebagai suatu
pemahaman tentang pola dan hubungan (3) matematika sebagai suatu alat (4)
matematika sebagai suatu bahasa atau alat untuk berkomunikasi”.
Dari kutipan di atas jelas bahwa matematika ini merupakan suatu bahasa
atau alat untuk berkomunikasi. Berkomunikasi matematika berarti mampu
menjelaskan pemikiran tentang suatu masalah matematika dan mampu
memberikan pemahaman tentang masalah tersebut, baik kepada guru maupun
5
Banyak manfaat yang didapat ketika kemampuan komunikasi matematika
ini diterapkan dalam pembelajaran. Seperti yang tertera dalam (MES, 2009):
komunikasi matematika merupakan salah satu komponen proses pemecahan masalah matematis. Komunikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan bahasa matematik untuk mengekspresikan gagasan matematik dan argumen dengan tepat, singkat, dan logis. Komunikasi membantu siswa mengembangkan pemahaman mereka terhadap matematika dan mempertajam berfikir matematis mereka.
Selain itu (NCTM, 2002) mengemukakan:“ ketika para siswa berpikir,
merespon, berdiskusi, menjelaskan, menulis, membaca, mendengarkan dan
mengkaji tentang konsep-konsep matematika, siswa mendapat keuntungan ganda
yaitu siswa berkomunikasi untuk mempelajari matematika dan siswa belajar untuk berkomunikasi secara matematika”.
Berdasarkan kutipan di atas, komunikasi matematika memberikan manfaat
yang banyak bagi siswa, yang mana ketika siswa mampu berkomunikasi
matematika maka siswa tersebut akan mampu mengembangkan pemahamannya
terhadap suatu masalah dan kemampuan berfikir matematikanya semakin kritis.
Siswa mampu menggunakan simbol-simbol dan mengekspresikan gagasan
matematikanya dengan baik. hal ini akan menjadikan komunikasi matematika
siswa semakin baik.
Peningkatan komunikasi matematika siswa dapat dilakukan dengan
mengadakan perubahan-perubahan dalam pembelajaran. Dalam hal ini, perlu
dirancang suatu pembelajaran yang membiasakan siswa untuk mengkonstruksi
sendiri pengetahuannya, sehingga siswa lebih memahami konsep yang diajarkan
serta mampu mengkomunikasikan pemikirannya baik dengan guru, teman maupun
terhadap materi itu sendiri. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan komunikasi matematika siswa adalah dengan melaksanakan model
pembelajaran yang relevan untuk diterapkan guru.
Pada kesempatan yang sama dengan observasi dilakukan, peneliti juga
mewawancarai salah seorang guru matematika SMP Swasta Laksamana
Martadinata Medan yaitu Ibu Yetty Marzuny,S.Pd yang mengatakan bahwa
6
pembelajaran langsung. Pembelajaran yang berlangsung tidak aktif karena siswa
cenderung kurang aktif mengikuti pelajaran. Khususnya pada materi bilangan
bulat yang mana siswa masih sulit untuk memahami materi tersebut. Kemudian
ketika diberikan soal-soal yang terkait dengan kehidupan sehari-hari,nilai yang
diperoleh siswa cenderung rendah dibandingkan soal objektif.
Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan proses pembelajaran
matematika jarang dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari siswa.
Sehingga walaupun siswa sudah mempelajari konsep suatu materi pelajaran, siswa
masih mengalami kesulitan untuk menyelesaikan persoalan matematika yang
menyangkut kehidupan sehari-hari.
Mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, sebagai alternatif dapat
diterapkan model pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME). Model
pembelajaran matematika realistik cocok untuk mengatasi masalah diatas karena
seperti yang diungkapkan Permendiknas RI nomor 41 tahun 2007 tentang standar
proses mengamanatkan bahwa proses pembelajaran sebaiknya dilakukan melalui
proses eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Menurut Ariyadi (2012;28) :
7
interaktivitas dari pendidikan matematika realistik memberikan ruang bagi siswa untuk saling berkomunikasi dalam mengembangkan strategi dan membangun konsep matematika.
Dari pemaparan di atas jelas bahwa model pembelajaran matematika
realistik memberikan kesempatan bagi siswa untuk saling mengkomunikasikan
suatu permasalahan yang real baik mengkomunikasikan secara lisan maupun
secara tulisan.
Pembelajaran matematika realistik menuntut pembelajaran dimulai dengan
guru memberikan suatu masalah yang kontekstual atau real, sehingga siswa dapat
memunculkan ide atau pengetahuan matematikanya dari masalah yang diberikan
tersebut. Pembelajaran realistik juga memberikan keterkaitan antara kehidupan
nyata dengan matematika dan penyelesaian suatu masalah dalam matematika
dapat diselesaikan dengan berbagai cara, tidak hanya dapat diselesaikan dengan
satu solusi tunggal saja. Pembelajaran matematika realistik juga dapat menjadikan
siswa lebih aktif dan kreatif, siswa berani mengungkapkan ide atau pendapat dan
dapat memberikan alasan tentang ide yang diungkapkannya. Siswa juga berani
bertanya kepada guru dan temannya, serta ketika menjawab soal yang diberikan
siswa akan selalu memberikan alasan untuk jawaban yang dikemukakannya.
Ketika siswa berani mengungkapkan ide atau pendapatnya, berani bertanya
kepada guru dan temannya, serta dapat menjawab soal dan memberikan alasan
atas jawabannya maka siswa tersebut sudah mampu berkomunikasi matematika.
Menggunakan pembelajaran matematika realistik yang pembelajarannya
bertitik tolak pada masalah kehidupan nyata diharapkan siswa dapat berfikir kritis
dan mengungkapkan ide atau pendapatnya sendiri dan membuat pembelajaran
lebih bermakna sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematikanya . Dengan latar belakang hal diatas, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian tentang pembelajaran matematika realistik dengan judul: “Penerapan Model Pembelajaran Realistic Mathematics Education (RME) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Pada Materi Bilangan
Bulat Di Kelas VII SMP Swasta Laksamana Martadinata Medan Tahun Ajaran
8 1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kemampuan komunikasi matematika siswa yang masih tergolong rendah
sehingga hasil belajar juga rendah.
2. Kurangnya penggunaan model pembelajaran khususnya model pembelajaran
matematika realistik dalam kegiatan belajar matematika dan khususnya pada
materi bilangan bulat.
3. Siswa masih kurang aktif dan kreatif dalam pembelajaran matematika.
4. Siswa masih banyak yang beranggapan matematika itu sulit.
5. Siswa masih kurang dalam berfikir kritis dalam pelajaran matematika dan
tidak mau mengemukakan ide atau pendapatnya karena takut salah atau pun
takut ditertawai oleh temannya.
1.3Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka
masalah dalam penelitian ini dibatasi pada penerapan model pembelajaran
Realistic Mathematic Education ( RME) untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa pada materi bilangan bulat di kelas VII SMP
Swasta Laksamana Martadinata Medan tahun ajaran 2014/2015.
1.4Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa dengan menerapkan model
pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) pada materi
Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Swasta Laksamana Martadinata T.A
9
2. Apakah model pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)
dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada
materi Bilangan Bulat di Kelas VII SMP Swasta Laksamana Martadinata
T.A 2014/2015?
1.5Tujuan Penelitian :
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilakukan sehingga dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dengan
menerapkan model pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME)
pada materi Bilangan Bulat di kelas VII SMP Swasta Laksamana
Martadinata T.A. 2014/2015
2. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Realistic Mathematic
Education (RME) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa pada materi Bilangan Bulat di kelas VII SMP Swasta
Laksamana Martadinata T.A. 2014/2015
1.6Manfaat Penelitian
Setelah melakukan penelitian diharapkan hasil penelitian ini dapat
memberikan manfaat yang berarti yaitu :
1. Memberikan informasi kepada siswa tentang pentingnya komunikasi
matematika dalam belajar matematika.
2. Sebagai bahan masukan bagi guru maupun calon guru untuk menerapkannya
dalam melakukan suatu pembelajaran.
3. Sebagai suatu pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa.
4. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru terutama guru matematika dalam
meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam kegiatan
belajar matematika.
5. Bagi siswa yang telah mendapatkan pengajaran dari gurunya semakin dapat
81 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
komunikasi matematika siswa dengan menerapkan Model RME (Realistic
Mathematic Education) pada materi bilangan bulat di Kelas VII SMP
Swasta Laksamana Martadinata T.A 2014/2015 adalah pada siklus I
proses pembelajaran sudah masuk kategori baik hanya saja ada beberapa
hal yang masih belum terpenuhi di siklus I. Pada siklus II guru lebih aktif
memotivasi, memberikan arahan, mengamati siswa satu persatu serta
berkomunikasi dengan siswa mengenai pelajaran. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi kekurangan di siklus I dimana siswa banyak melakukan hal
yang tidak relevan dengan pembelajaran dan agar pembelajaran lebih
efisien peneliti merubah kelompok belajar siswa.
2. Model RME (Realistic Mathematic Education) dapat meningkatkan
kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi bilangan bulat di
Kelas VII SMP Swasta Laksamana Martadinata T.A 2014/2015. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan banyaknya siswa yang tuntas dalam
pembelajaran mulai dari pra penelitian siswa yang tuntas hanya 2 siswa
(6,25%), pada siklus I mengalami peningkatan menjadi 9 siswa
(28,125%), dan pada siklus II memenuhi Persentase Ketuntasan Klasikal
(PKK) yaitu menjadi 28 siswa (87,5 %) dan kelas dikatakan tuntas.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu:
1. Kepada guru matematika untuk dapat mempertimbangkan pendekatan
pembelajaran RME (Realistic Mathematic Education) dalam pembelajaran
82
pembelajaran RME dapat meningkatkan kemampuan komunikasi
matematika siswa.
2. Agar siswa tertarik dan termotivasi dalam belajar, hendaknya guru selalu
melibatkan siswa secara aktif dan membuat suasana yang menyenangkan
dalam proses belajar mengajar sehingga siswa tidak beranggapan bahwa
matematika merupakan pelajaran sulit.
3. Kepada peneliti selanjutnya yang berminat agar dapat meneliti
disekolah-sekolah lain pada materi yang berbeda agar dapat dijadikan sebagai studi
perbandingan guna untuk meninngkatkan kualitas pendidikan khususnya
ii RIWAYAT HIDUP
Mega Sulastri Gultom lahir di TAPSEL, 04 November 1991. Ibu bernama
Mardiyah Simatupang dan Ayah bernama Arifin Gultom dan merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1998, penulis masuk SD Negeri 016 di
Tapung Lestari kecamatan Tapung Hilir dan lulus tahun 2004. Pada tahun 2004
melanjutkan sekolah di MTs Swasta Darul Mursyid dan lulus pada tahun 2007.
Selanjutnya penulis bersekolah di MAS Darul Mursyid dan lulus pada tahun 2010.
Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi pendidikan Matematika,