• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MENGGUNAKAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

(Studi Pra Eksperimen Pada Siswa/i Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Tahun Ajaran 2016/2017)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Umi Masrokhah 131114076

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MENGGUNAKAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

(Studi Pra Eksperimen Pada Siswa/i Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Tahun Ajaran 2016/2017)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh : Umi Masrokhah 131114076

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN MOTTO Man Jadda Wa Jadda”

Barang siapa yang bersungguh - sungguh akan mendapatkannya.

Barang siapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkannya mendapat jalan ke syurga

( H.R Muslim)

Allah mencintai pekerjaan yang apabila bekerja ia menyelesaikannya dengan baik (H.R Thabrani)

There is apparently nothing that cannot happen today.

(Mark Twain)

"I think and think for months and years. Ninety-nine times, the conclusion is false. The hundredth time I am right."

(6)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebuah karya sederhana ini ku persembahkan bagi….

Yang utama dari segalanya Alloh SWT yang selalu memberi karunia serta

kemudahan yang Engkau berikan kepada penulis

Ayah (Sugiyanto), Ibuku (Martini) dan Nenekku tercinta, yang tiada pernah

hentinya selama ini memberiku semangat, doa dan dorongan

Saudara-saudaraku tercinta Laila Nur Qomariyah, Risma Nur Isnaini, dan Dera

Emy Mahmudah

Catur Septiawan

Serta sahabatku dan teman-temanku 2013 yang selalu menemani di setiap

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL MENGGUNAKAN TEKNIK SOSIODRAMA DALAM MENINGKATKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

(Studi Pra Eksperimen Pada Siswa/i Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Tahun Ajaran 2016/2017)

Umi Masrokhah

Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur: 1) Peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII.2 di sekolah SMP Taman Dewasa JetisYogyakarta sebelum dan sesudahmendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama 2) Signifikansi keterampilan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatifpre-experimental menggunakan One Group Pre-test Post-test Design.Subjek dalam penelitian ini berjumlah 23 siswa kelas VII 2 di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta.Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan Self Assessment Scale Keterampilan Komunikasi Interpersonal.Dengan nilai koefisien reliabilitas senilai 0,855. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan kategorisasi dan Uji Wilcoxon Signed Two Ranks.

Temuan penelitian menunjukan, 1) Terdapat peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII 2 SMP Taman Dewasa Jetis sebelum dan sesudah diberikan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama. 2) Keterampilan komunikasi interpersonal pada siswa kelas VII 2 SMP Taman Dewasa Jetis secara signifikan dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama dari mean sebesar 108,52(pretest)menjadi 112,83 (posttest), signifikansi senilai 0,001.

(10)

ix

ABSTRACT

THE EFFECTIVENESS OF CLASSICAL GUIDANCE USING SOCIODRAMA TECHNIQUE IN IMPROVING INTERPERSONAL

COMMUNICATION SKILLS

(Pre-experiment Study on VII Graders of SMP (Junior High School) Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Batch 2016/2017)

Umi Masrokhah

Sanata Dharma University

2017

This research was aimed at measuring: 1) improvement of interpersonal communication skills of VII.2 Graders of SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta before and after receiving classical guidance service using sociodrama technique,

2) the significance of students’ interpersonal communication skills before and

after receiving classical guidance service using sociodrama technique.

This research was a pre-experimental quantitative research using One Group Pre-test Post-test Design. The subjects of this research were 23 VII.2 graders of SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta. The data in this research were collected using self-assessment scale of interpersonal communication skills with the reliability coefficient of 0.855. Data analysis technique used in this research was categorization and Wilcoxon Signed Two Ranks Test.

This research showed, 1) there was improvement of interpersonal communication skills of VII.2 Graders of SMP Taman Dewasa Jetis before and after receiving classical guidance service using sociodrama technique, 2) Interpersonal communication skills of VII.2 Graders of SMP Taman Dewasa Jetis could significantly be improved through classical guidance service using sociodrama technique from a mean of 108.52 (pretest) to a mean of 112.83 (Posttest) wit a significance of 0.001.

(11)

x

KATAPENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karunia-Nya, penulisan tugas akhir dengan judul“Efektivitas Layanan Bimbingan Klasikal

Menggunakan Teknik Sosiodrama Dalam Meningkatkan Keterampilan

Komunikasi Interpersonal (Studi Pra Eksperimen Pada Siswa/I Kelas VII SMP

Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, Tahun Ajaran 2016/2017)” dapatterselesaikan

denganbaik.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar sarjana pada Program Studi Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma.Selama menulis tugas akhir ini, peneliti

menyadari bahwa begitubanyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing,

mendampingi, dan mendukungsetiap proses yang peneliti jalani. Oleh sebab itu,

peneliti ingin menyampaikanucapan terimakasihkepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan IlmuPendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr.Gendon Barus,M.Si selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan

Konseling.

3. Juster Donal Sinaga, M.Pd selaku Wakil Ketua ProgramStudi Bimbingan

dan Konseling, sekaligus dosen pembimbing tugas akhir.

4. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan

(12)

xi menempuhstudi.

5. Stefanus Priyatmoko (Mas Moko) selaku petugas sekretariat Program

Studi Bimbingandan Konseling yang senantiasa ramah melayani

administrasiselama peneliti menempuh studi.

6. SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakartayang menerima peneliti dengan

terbuka selama melaksanakan penelitian.

7. Seluruh siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta, khususnya kelas VII

2 yang dengan senang hati dan antusias menerima peneliti untuk

melaksanakan penelitian.

8. Kedua orangtua tercinta Bapak Sugiyanto dan Ibu Martini yang tiada

hentinya memberikan dorongan, semangat serta doa yang terus mengalir

sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Kakak serta adik-adikkuyang selalu membuat peneliti bangkit ketika

keputusasaaan datang.

10.Catur Septiawan yang selalu meluangkan waktu membantu peneliti

menyelesaikan skripsi dari awal hingga akhir.

11.Sahabat-sahabatku Juliana Melani, Anastasia H, Windriati, Rima Septiana,

Mita Yuliani yang sudah terlibat dan mau melibatkan diri membantu

peneliti.

12.Teman-teman BK angkatan 2013 yang selalu memberikan dukungan dan

(13)

xii

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini kurang sempurna, meski demikian

peneliti berharap semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat

(14)

xiii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN HASIL KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR GRAFIK ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

(15)

xiv

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Definisi Masalah ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. Hakikat Keterampilan Komunikasi Interpersonal ... 11

1. Pengertian keterampilan komunikasi interpersonal ... 11

2. Aspek-aspek keterampilan komunikasi interpersonal ... 14

3. Faktor-faktor keterampilan komunikasi interpersonal ... 17

B. Hakikat layanan bimbingan klasikal ... 21

1. Pengertian bimbingan klasikal ... 21

2. Tujuan layanaan bimbingan klasikal ... 22

C. Teknik Sosiodrama... 23

1. Pengertian teknik sosiodrama ... 23

2. Tujuan sosiodrama ... 25

3. Manfaat sosiodrama ... 26

4. Langkah-langkah penggunaan sosiodrama ... 26

5. Kaitan antara Sosiodrama dengan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa... 29

D. Hakikat Remaja sebagai pelajar SMP ... 30

1. Pengertian remaja sebagai pelajar ... 30

2. Ciri-ciri remaja ... 31

3. Tugas-tugas perkembangan remaja sebagai pelajar ... 32

E. Penelitian yang relevan ... 33

F. Kerangka berpikir... 34

G. Hipotesis ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Tempat dan waktu penelitian ... 38

C. Subjek penelitian ... 38

(16)

xv

1. Teknik pengumpulan data ... 39

2. Instrumen ... 40

E. Validitas, Reliabilitas, dan Uji Normalitas ... 43

1. Validitas ... 43

2. Reliabilitas ... 45

3. Uji Normalitas ... 47

4. Prosedur tindakan eksperimen ... 48

F. Teknik analisis data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Hasil penelitian... 55

1. Gambaran Tingkat Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa kelas VII 2 di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 Sebelum dan Sesudah Mendapatkan Layanan Bimbingan Klasikal Menggunaakan Teknik Sosiodrama... 55

2. Signifikansi Peningkatan hasil keterampilan komunikasi Interpersonal Siswa kelas VII 2 SMP Taman dewasa jetis sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama ... 59

B. Pembahasan ... 61

1. Gambaran tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII 2 SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama ... 61

3. Signifikansi Peningkatan hasil keterampilan komunikasi Interpersonal Siswa kelas VII 2 SMP Taman dewasa jetis sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

(17)

xvi

B. Keterbatasan penelitian ... 68

C. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Desain Penelitian One-group pretest posttest design ... 37

Tabel 3.2 Jadwal kegiatan bimbingan ... 38

Tabel 3.3 Tabel subjek penelitian ... 38

Tabel 3.4 Gradasi pernyataan item skala likert ... 41

Tabel 3.5 Kisi-kisi skala keterampilan komunikasi interpersonal ... 42

Tabel 3.6 Hasil rekapitulasi skala komunikasi interpersonal ... 45

Tabel 3.7 Norma Kategori reliabilitas statistic Guilford ... 46

Tabel 3.8Hasil uji reliabilitas skala keterampilan komunikasi interpersonal ... 47

Tabel 3.9 Tabel uji normalitas skala keterampilan komunikasi interpersonal ... 48

Tabel 3.10 Tabel norma kategorisasi ... 52

Tabel 3.11 Norma kategorisasi tingkat keterampilan komunikasi interpersonal ... 53

Tabel 4.1 Distribusi skor keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII 2 di sekolah SMP Taman Dewasa Jetis Tahun ajaran 2016/2017 sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama ... 56

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xix

DAFTAR GRAFIK

Grafik4.1Tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa sebelum dan sesudah mendapat layanan bimbingan klasikal menggunakan

teknik sosiodrama ... 56

(21)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Skala keterampilan komunikasi inter personal ... 75

Lampiran 2. Hasil uji validitas butir item skala keterampilan komunikasi Interpersonal ... 81

Lampiran 3. Hasil uji reliabilitas keterampilan komunikasi interpersonal ... 86

Lampiran 4. Tabulasi data instrumen hasil pretest dan post test skala keterampilan komunikasi interpersonal ... 87

Lampiran 5. Tabulasi data pre test ... 89

Lampiran 6. Tabulasi data post-test ... 90

Lampiran 7. Rencana pelayanan bimbingan ... 91

Lampiran 8. Surat ijin penelitian ... 111

Lampiran 9. Daftar hadir siswa ... 112

Lampiran 10. Hasil sosiodrama siswa ... 113

Lampiran 11. Hasil sosiodrama siswa ... 114

(22)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi paparan secara berurutan mengenai latar belakang,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Penelitian

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.

Manusia membutuhkan keberadaan manusia lain terkait kebutuhannya

baik dalam bentuk jasa maupun kebutuhan yang sifatnya material.

Kebutuhan manusia akan mudah terpenuhi apabila terjalin hubungan yang

baik antara sesama manusia yang saling berinteraksi dalam suatu

lingkungan. Manusia dalam memenuhi kebutuhannya, memerlukan

hubungan sosial yang ramah dengan cara membina hubungan yang baik

dengan orang lain. Manusia ingin bergabung dengan orang lain ingin

mengendalikan dan dikendalikan, dan ingin mencintai dan dicintai

(Rakhmat, J.2012:14).

Proses kehidupan manusia yang dimulai sejak lahir hingga dewasa

mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Salah satu fase

perkembangan manusia adalah masa remaja.Masa remaja merupakan masa

yang penuh gejolak dan masa dimana keingintahuan tentang segala sesuatu

yang remaja belum tahu, termasuk didalamnya adalah tentang bagaimana

melakukan hubungan interpersonal yang baik agar bisa diterima oleh

(23)

menentu (Wijayanti, 2012: 1). Hurlock (Istiwidayanti, 1995: 10)

mengemukakan dalam perkembangannya remaja memiliki tugas

perkembangan yang menitikberatkan kepada hubungan sosial yang

diantaranya: mencapai hubungan baru yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita, mencapai peran sosial pria dan wanita,

mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab,

serta memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk

berperilaku mengembangkan ideologi. Kemampuan yang harus dimiliki

oleh remaja dalam menjalin hubungan interpersonal, termasuk hubungan

pertemanan, meliputi kemampuan untuk melakukan inisiatif, kemampuan

membuka diri dengan tepat,kemampuan untuk menyediakan dukungan

emosi kepada teman, kemampuan untuk menyatakan ketidaksetujuan, serta

kemampuan untuk mengelola konflik (Buhmester et.al 1988:991).

Namun masalah komunikasi menjadi pembuka bagi permasalahan

lainnya terutama penyimpangan moral, dendam yang mengarah kepada

perkelahian, pembunuhan dan lain-lainnya. Hasil penelitian yang

dilakukan terhadap 180 remaja dikabupaten Kudus menunjukkan 94%

menyatakan pernah melakukan tindakan tidak menyenangkan terhadap

orang lain. Tindakan tidak menyenangkan melalui komunikasi yang sering

dilakukan adalah mengejek dan memberikan julukan. Sasaran atau kepada

siapa tindakan tidak menyenangkan tersebut dilakukan adalah 50% kepada

teman sekelas, 16 % adik kelas, 14 % kepada anak dari sekolah lain, 7 %

(24)

Data-datatersebut bermakna siswa kurang mampu menunjukkan sikap

kesetaraan dan sikap positif kepada teman sebayanya.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada saat

melaksanakan magang BK 2 dengan salah satu wali kelas VII di SMP

Taman Dewasa Jetis menyatakan bahwa “Di sekolah ini khususnya kelas

VII laki-laki sering memanggil nama teman mereka dengan sebutan yang

tidak baik misalkan: ireng, koplak. Bahkan terkadang mereka memanggil

dengan nama panggilan orangtua dan ketika saya masuk ke kelas siswa itu

sangat pasif sekali untuk bertanya atau mengajukan pertanyaan kepada

guru”. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara terhadap guru

bimbingan konseling terdapat siswayang memiliki kesulitan melakukan

komunikasi interpersonal, yang diindikasikan adanya perilaku komunikasi

interpersonal siswa yang kurang baik dengan teman sekelasnya dan kelas

lainnya, banyak siswa yang menyendiri serta mereka cenderung lebih

bersifat individu. Kemudian ketika berkomunikasi dengan teman sebaya

cenderung mengeluarkan kata-kata yang kurang baik serta

membeda-bedakan teman. Selain itu masih ada siswa yang kurang terbuka dalam

mengungkapkan masalahnya kepada teman guru bimbingan konseling

karena ada perasaan malu, sungkan dan takut.

Usaha membantu mengembangkan kemampuan komunikasi

interpersonal siswa di sekolah dapat dilakukan melalui layanan bimbingan

(25)

pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah adalah guru bimbingan

dan konseling. Guru bimbingan dan konseling memegang peranan penting

dalam perkembangan peserta didik sebagai bagian integral pendidikan.

Pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional. Pada Bab I Pasal 1 ayat (4) menyatakan:

Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator

dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya yang berpartisipasi

dalam penyelenggaraan pendidikan.

Bimbingan klasikal dipandang tepat digunakan pada layanan

bimbingan dan konseling yang dapat diberikan kepada siswa yang belum

memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang efektif.Melalui

bimbingan klasikal diharapkan siswa secara optimal mendapatkan

pemahaman dan perubahan untuk mencapai kemampuan perkembangan

komunikasi interpersonal yang positif.

Teknik bimbingan klasikal yang dapat digunakan untuk

meningkatkan komunikasi interpersonal siswa di sekolah ialah melalui

teknik sosiodrama.Menurut Winkel, (2012:571) sosiodrama merupakan

dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam pergaulan

dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering dialami dalam

pergaulan sosial.Teknik sosiodrama dipandang tepat membantu siswa

untuk meningkatkan komunikasi interpersonal sesuai dengan salah satu

(26)

yaitu memiliki kemampuan interaksi sosial yang diwujudkan dalam bentuk

hubungan persahabatan, persaudaraan atau silaturahmi dengan sesama

manusia (Depdiknas, 2008: 198).

Teknik sosiodrama menuntut kualitas tertentu pada siswa, siswa

diharapkan mampu menghayati tokoh-tokoh (peran) atau posisi yang

dikehendaki keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan

menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan, dan identifikasi diri

terhadap nilai berkembangnya (Hasan, 1996: 266). Melalui teknik

sosiodrama para siswa diajak untuk belajar memecahkan dilema-dilema

pribadi yang mendukungnya dengan bantuan kelompok sosial yang

anggota- anggotanya adalah teman-teman sendiri.Menurut penelitian

Pratiwi (2013) pemberian bimbingan dengan teknik sosiodrama dapat

meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal siswa SMP.

Di dalam bimbingan klasikal membuat siswa yang diberi tugas

memainkan peran dapat berusaha mengeksplorasi perilaku sesuai dengan

perannya, sehingga siswa yang semula pemalu, pendiam dapat belajar

berbicara di depan kelas dan di hadapan temannya. Siswa yang semula

kurang berani mengemukakan pendapat dapat belajar berpendapat dan

memberi masukan kepada teman yang kurang sempurna dalam

memainkan peran yang diperoleh.Setelah memainkan sosiodrama,

diharapkan juga terdapat perubahan perilaku pada siswa yaitu siswa dapat

mengatasi hambatan-hambatan komunikasi interpersonal (Djannah, 2012:

(27)

Berdasarkan kajian yang telah dipaparkan, peneliti tertarik

melakukan penelitian mengenai “Efektivitas Layanan Bimbingan Klasikal

Menggunakan Teknik Sosiodrama Dalam Meningkatkan Keterampilan

Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis”.

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, dapat

diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta diam saat

di berikan kesempatan untuk bertanya (pasif).

2. Beberapa siswa memiliki perilaku komunikasi interpersonal yang

kurang baik dengan teman sekelasnya yaitu siswa laki-laki sering

memanggil nama teman mereka dengan sebutan yang tidak baik

misalkan: ireng, koplak. Bahkan terkadang mereka memanggil dengan

nama panggilan orangtua

3. Kurangnya keterbukaan dalam mengungkapkan masalahnya kepada

guru bimbingan konseling karena ada perasaan malu, sungkan dan

takut.

4. Beberapa siswa suka menyendiri serta mereka cenderung lebih bersifat

individu.

5. Belum pernah diterapkan layanan bimbingan klasikal menggunakan

teknik sosiodrama untuk meningkatkan komunikasi interpersonal pada

(28)

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini fokus kajian diarahkan pada menjawab

masalah-masalah yang teridentifikasi di atas khususnya masalah mengenai

kurangnya keterampilan komunikasi interpersonal siswa sebagai peserta

didik.Maka peneliti fokus pada “Layanan Bimbingan Klasikal

Menggunakan Teknik Sosiodrama Dalam Meningkatkan Keterampilan

Komunikasi Interpersonal Siswa Kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis”.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Seberapa tinggi peningkatan keterampilan komunikasi interpersonal

siswa kelas VII.2 di sekolah SMP Taman Dewasa Jetissebelum dan

sesudahmendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik

sosiodrama?

2. Apakah terdapat peningkatan yang signifikan komunikasi interpersonal

siswa kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis sebelum dan sesudah

mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik

sosiodrama untuk meningkatkan keterampilan komunikasi

interpersonal?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian

ini adalah:

1. Menganalisis seberapa tinggi tingkat komunikasi interpersonal siswa

(29)

mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik

sosiodrama.

2. Menganalisis signifikansi peningkatan komunikasi interpersonal siswa

kelas VII SMP Taman Dewasa Jetis sebelum dan sesudah

mendapatkan layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik

sosiodrama untuk meningkatkan keterampilan komunikasi

interpersonal.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan khususnya dalam bidang bimbingan dan konseling

terutama tentang efektifitas layanan bimbingan klasikal menggunakan

teknik sosiodrama dalam meningkatkan komunikasi interpersonal.

Sehingga dapat dijadikan sumber informasi pendidikan dalam

penerapan layanan bimbingan dan konseling dalam setting sekolah.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan pada sekolah SMP Taman

Dewasa jetis Yogyakarta tentang efektivitas teknik sosiodrama

dalam meningkatkan keterampilan interpersonal siswanya, dalam

hal ini yang berusia remaja.

b. Bagi pembimbing, dapat menjadi masukan bahwa melalui teknik

(30)

dibutuhkan oleh remaja, misalnya informasi tentang bagaimana

meningkatkan keterampilan interpersonal.

c. Untuk mengenalkan teknik sosiodrama pada siswa bahwa dengan

kegiatan tersebut dapat membantu siswa untuk menunjang aktivitas

dalam kehidupannya.

d. Bagi jurusan Bimbingan dan Konseling, bermanfaat untuk

menambah khazanah keilmuan pada umumnya dan rancangan

metode sosiodrama dalam meningkatkan keterampilan

interpersonal remaja.

G. Definisi Istilah

Adapun definisi operasional dalam penelitian ini yaitu:

1. Bimbingan klasikal adalah suatu layanan yang menjembatani dalam

proses penerimaan diri dan orang lain, menemukan aternatif cara

berkomunikasi dengan orang lain dna mengambil keputusan yang tepat

dari permasalahan yang dialaminya.

2. Sosiodrama merupakan dramatisasi dari persoalan-persoalan yang

dapat timbul dalam pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk

konflik yang sering dialami dalam pergaulan sosial.

3. Komunikasi interpersonal yaitu komunikasi yang terjadi antara dua

orang dengan bentuk percakapan face to face dan adanya feedback

secara langsung atau seketika.

(31)

5. Bimbingan pribadi-sosial adalah usaha bimbingan, dalam menghadapi

dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri,

(32)

11 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan hakikat keterampilan komunikasi

interpersonal, hakikat layanan bimbingan klasikal, hakikat teknik

sosiodrama, hakikat layanan bimbingan klasikal, hakikat remaja sebagai

pelajar, kerangka berpikir, hipotesis. Masing-masing pokok pikiran

tersebut dijelaskan sebagai berikut.

A. Hakikat Keterampilan Komunikasi Interpersonal

1. Pengertian Keterampilan Komunikasi Interpersonal

Devito (2011) mengungkapkan pendapatnya bahwa pengetahuan

dan keterampilan komunikasi termasuk yang paling penting dan berguna.

Melalui komunikasi seseorang dapat berbicara, mengenal, mengevaluasi,

meyakinkan diri sendiri, mempertimbangkan berbagai keputusan yang

diambil dan menyiapkan pesan yang akan disampaikan kepada orang lain.

Melalui komunikasi antar pribadi seseorang dapat berinteraksi dengan

orang lain,mengenal orang lain,dan mengungkapkan diri kepada orang

lain.

Kata “komunikasi” berasal dari Bahasa Latin yaitu cum yang

berarti dengan, bersama dengan, dan unus yaitu kata bilangan yang berarti

satu.Dari kedua kata itu terbentuk kata benda communion yang dalam

Bahasa Inggris menjadi communion artinya kebersamaan, persatuan,

persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan. Jadi komunikasi oleh

sebagian orang dianggap sebagai proses pemberitahuan dari satu pihak ke

(33)

sarana. Muhammad (2000) mengungkapkan bahwa komunikasi adalah

pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si

penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.Pengirim pesan dapat

berupa individu, kelompok maupun suatu organisasi demikian juga degan

si penerima pesan. Proses komunikasi berlangsung melalui

tahapan-tahapan tertentu dan berkesinambungan,berubah-ubah dan tidak berakhir.

Proses komunikasi merupakan proses yang timbal balik karena si pengirim

dan si penerima saling mempengaruhi.

Dalam suatu organisasi komunikasi mempunyai arti penting.Salah

satu bentuk komunikasi yang digunakan dalam organisasi adalah

komunikasi interpersonal.Rogers (Liliweri, 1991) mengemukakan bahwa

komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi dari mulut ke mulut yang

terjadi dalam interaksi tatap muka antara dua atau lebih pribadi.

Komunikasi interpersonal merupakan pengiriman informasi atau pesan

oleh seseorang dan diterima oleh orang lain dan mendapatkan umpan balik

secara langsung (Devito 2013).

Johnson (Supratiknya, 1995) merumuskan komunikasi

interpersonal sebagai komunikasi dua arah yang berlangsung apabila

pengirim pesan cukup leluasa mendapatkan umpan balik dari penerima

yang menangkap pesan yang dikirimnya. Komunikasi interpersonal

memudahkan terjadinya saling pemahaman dalam komunikasi dan

selanjutnya sangat menologi dalam mengembangkan suatu relasi yang

(34)

Keterampilan komunikasi tidak serta merta ada sejak kita

dilahirkan, oleh karena itu untuk dapat memiliki kemampuan

berkomunikasi yang baik perlu proses pembelajaran dan pelatihan.

Memiliki keterampilan dalam berkomunikasi sangat penting artinya untuk

menjaga kelangsungan komunikasi kita dengan orang lain. Seperti

keterampilan-keterampilan yang lainnya, keterampilan komunikasi

interpersonal dapat dipelajari dengan kiat-kiat tertentu Johnson

(Supratiknya, 1995).

Keterampilan komunikasi interpersonal sangat penting dimiliki

agar terwujud komunikasi yang efektif. Keterampilan komunikasi

interpersonal adalah tingkat dimana perilaku kita mencapai tujuan

komunikasi interpersonal yang kita lakukan kepada orang lain (Hardajana,

2003). Johnson (Supratiknya, 1995) mengungkapkan bahwa keterampilan

dasar berkomunikasi sangat dibutuhkan untuk dapat memulai,

mengembangkan dan memelihara komunikasi yang produktif, hangat dan

akrab dengan orang lain. Kemampuan seseorang untuk mengirim pesan

secara efektif disebut keterampilan komunikasi interpersonal.

Keterampilan komunikasi interpersonal meliputi banyak hal seperti

kemampuan untuk memahami individu yang diajak bicara dan memahami

caramengirimkan pesan secara efektif (Devito, 2013).

Dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

komunikasi interpersonal adalah tingkat kemampuan seseorang untuk

(35)

orang lain terjadi secara langsung, degan efek umpan balik secara

langsung. Dalam proses komunikasi ini perilaku individu disesuaikan

dengan situasi dan dapat mencapai tujuan komunikasi interpersonal.

2. Aspek-aspek Komunikasi Interpersonal

Menurut Devito (2011), aspek-aspek komunikasi interpersonal antara

lain:

a. Keterbukaan (Openness)

Keterbukaan mengacu pada tiga aspek yaitu sikap terbuka oleh

komunikator kepada orang yang diajak berinteraksi,ini tidaklah

berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua

riwayat hidupnya.Memang ini mungkin menarik, tapi biasanya

tidak membantu komunikasi.Sebaliknya, harus ada kesediaan

untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya

disembunyikan asalkan pengungkapan diri ini patut.

Aspek keterbukaan yang kedua mengacu kepada kesediaan

komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang

datang.Orang yang diam, tidak kritis, dan tidak tanggap pada

umumnya merupakan peserta percakapan yang menjemukan. Kita

ingin orang bereaksi secara terbuka terhadap apa yang kita

ucapkan. Dan kita berhak mengharapkan hal ini.Tidak ada yang

lebih buruk daripada ketidak acuhan, bahkan ketidaksependapatan

jauh lebih menyenangkan. Kita memperlihatkan keterbukaan

(36)

Aspek ketiga menyangkut kepemilikan perasaan dan

pikiran.Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa

perasaan dan pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik

anda dan anda bertanggungjawab atasnya.Cara terbaik untuk

menyatakan tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang

menggunakan kata Saya (kata ganti orang pertama tunggal).

b. Empati(Empaty)

Devito (2011) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan

seseorang untuk mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain

pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui

kacamata orang lain ” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan

bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati

adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya,

berada di kapal yang sama dan merasakan perasaan yang sama

dengan cara yang sama.

Orang yang empatik mampu memahami motivasi dan pengalaman

orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan

mereka untuk masa mendatang. Kita dapat mengkomunikasikan

empati baik secara verbal maupun non verbal. Secara nonverbal,

kita dapat mengkomunikasikan empati dengan memperlihatkan (1)

keterlibatan aktif dengan orang itu melalui ekspresi wajah dan

(37)

mata, postur tubuh yang penuh perhatian, dan kedekatan fisik; serta

(3) sentuhan atau belaian yang sepantasnya.

c. Sikap Mendukung (Supportive-ness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana

terdapat sikap mendukung (supportiveness).Suatu konsep yang

perumusannya dilakukan berdasarkan karya Jack Gibb.Komunikasi

yang terbuka dan empatik tidak dapat berlangsung dalam suasana

yang tidak mendukung.Kita memperlihatkan sikap mendukung

dengan bersikap (1) deskriptif, bukan evaluatif, (2) spontan, bukan

strategik, dan (3) provisional, bukan sangat yakin.

d. Sikap positif(Positiveness)

Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi

interpersonal dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap

positif dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman

kita berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek

dari komunikasi interpersonal.Pertama, komunikasi interpersonal

terbina jika seseorang memiliki sikap positif terhadap diri mereka

sendiri.Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada

umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif.Tidak ada

yang lebih menyenangkan daripada berkomunikasi dengan orang

yang tidak menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara

menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.

(38)

Dalam setiap situasi, barangkali terjadi ketidaksetaraan.Salah

seorang mungkin lebih pandai. Lebih kaya, lebih tampan atau

cantik, atau lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua

orang yang benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari

ketidaksetaraan ini, komunikasi interpersonal akan lebih efektif

bila suasananya setara. Artinya, harus ada pengakuan secara

diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan

bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting

untuk disumbangkan. Dalam suatu hubungan interpersonal yang

ditandai oleh kesetaraan, ketidak-sependapatan dan konflik lebih

dilihat sebagai upaya untuk memahami perbedaan yang pasti ada

daripada sebagai kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain.

Kesetaraan tidak mengharuskan kita menerima dan menyetujui

begitu saja semua perilaku verbal dan nonverbal pihak lain.

Kesetaraan berarti kita menerima pihak lain.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Komunikasi Interpersonal

Keterampilan komunikasi yang dimaskud dalam penelitian ini

adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif, dimana pesan

yang diterima sama dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Rakhmat (1989) mengatakan bahwa efektifitas komunikasi

interpersonal tergantung pada persepsi interpersonal yang dimiliki

(39)

terhadap orang lain seringkali tidak cermat dan berbeda-beda pada tiap

orang. Sedangkan yang terjadi apabila kedua belah pihak saling

menanggapi dengan tidak cermat adalah kegagalan komunikasi

(communication breakdown).

Selanjutnya Rakhmat (2000) mengatakan bahwa ada beberapa

faktor yang mempengaruhi keterampilan komunikasi, yaitu:

a. Konsep diri

Faktor ini merupakan faktor yang amat penting dalam terwujudnya

komunikasi interpersonal, karena seseorang yang memiliki konsep

diri positif akan mampu mengeluarkan segala sesuatu yang ada

pada dirinya terutama dalam mengeluarkan pendapat, ide, atau

gagasan pada orang lain.

b. Percaya diri

Seseorang yang tidak percaya diri akan cenderung menghindari

situasikomunikasi karena takut jika orang lain menyalahkan atau

meremehkan dirinya. Kegagalan dalam membina komunikasi

dengan orang lain menjadikan seseorang menarik diri dari

pergaulan, dan berusaha sekecil mungkin berkomunikasi dan hanya

berbicara jika situasi mendesaknya.

c. Atraksi interpersonal

Ketertarikan yang terjadi diantara pelaku komunikasi interpersonal

dapat dipakai sebagai alat untuk memprediksi komunikasi

(40)

orang lain maka kecenderungan untuk berkomunikasi semakin

besar dan komunikasi yang berlangsung akan semakin efektif.

d. Persepsi interpersonal

Persepsi interpersonal yang tidak tepat seringkali menyebabkan

kegagalan dalam komunikasi interpersonal. Jadi dapat dikatakan

bahwa apabila seseorang berperilaku sesuai dengan persepsi orang

lain maka komunikasi interpersonal akan semakin lancer. Perilaku

seseorang dalam komunikasi interpersonal sangat tergantung pada

perepsi interpersonal.

Lunandi (2003) mengemukakan faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap komunikasi interpersonal, yaitu:

a. Citra Diri (Self Image)

Setiap manusia merupakan gambara tertentu mngenai dirinya,

status sosialnya, kelebihan dan keurangannya. Dengan kata lain

citra diri menentukan ekspresi dan persepsi orang. Manusia belajar

menciptakan citra diri melalui hubungannya dengan orang lain,

tertutama manusia lain yang penting bagi dirinya.

b. Citra Pihak Lain (The Image of The Others)

Citra pihak lain juga menentukan cara dan menentukan orang lain

berkomunikasi. Di pihak lain, yaitu orang yang diajak

berkomunikasi mempunyai gambaran khas pada dirinya kadang

dengan orang yang satu komunikatif ancar, tenang, jelas dengan

(41)

berkomunikasi dirasakan campur tangan citra diri dan campur

tangan pihak lain.

c. Lingkungan Fisik

Tingkah laku manusia berbeda dari satu tempat ke tempat lain,

karena setiap tempat ada norma sendiri yang harus ditaati. Di

samping itu suatu tempat atau di sebut lingkungan fisik sudah

barang tentu ada kaitannya juga dengan kedua faktor diatas.

d. Lingkungan Sosial

Sebagaimana lingkungan, yaitu fisik dan sosial mempengaruhi

tingkah laku dan komunikasi, tingkah laku dan komunikasi

mempengaruhi suasana lingkungan, setiap orang harus memiliki

kepekaan terhadap lingkungan tempat berada, memiliki kemahiran

untuk membedakan lingkungan yang satu dengan lingkungan yang

lain.

e. Kondisi

Kondisi fisik punya pengaruh terhadap komunikasi yang sedang

sakit kurang cermat dalam memilih kata-kata.Kondisi emosional

yang kurang stabil, komunikasinya kurang stabil, karena

komunikasi berlangsung timbal balik.Kondisi tersebut bukan hanya

mempengaruhi pengiriman komunikasi juga penerima.Komunikasi

berarti peluapan sesuatu yang terpenting adalah meringankan

kesalahan yang dapat membantu meletakkan segalanya pada

(42)

f. Bahasa badan

Komunikasi tidakhanya dikirim atau terkirim melalui kata-kata

yang diucapkan, badan juga merupakan medium komunikasi yang

kadang sangat efektif kadang pula dapat samar. Akan tetapi dalam

hubungan antara orang dalam sebuah lingkungan kerja tubuh dapat

ditafsirkan secara umum sebagai bahasa atau pernyataan.

B. Hakikat Layanan Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal

Makhrifah & Nuryono, (2014:1) mengemukakan bimbingan

klasikal merupakan suatu layanan bimbingan dan konseling yang

diberikan kepada siswa oleh guru bimbingan & konseling (Guru BK)

atau konselor kepada sejumlah siswa dalam satuan kelas yang

dilaksanakan di dalam kelas. Kebutuhan dan masalah yang bersifat

umum, dihadapi oleh seluruh atau sebagian besar siswa, dan tidak

selalu bersifat pribadi, dapat dibantu dengan layanan bantuan secara

klasikal atau kelompok besar yang biasanya bersifat informatif,

sehingga dapat segera diberikan oleh konselor atau guru BK

(Sukmadinata, 2007:116 &118).

Winkel dan Hastuti (2004) menjelaskan bimbingan klasikal

merupakan istilah yang khusus digunakan di institusi pendidikan

sekolah dan menunjuk pada sejumlah siswa yang dikumpulkan

bersama untuk kegiatan bimbingan. Pengertian lain menyebutkan

(43)

kelompok siswa dalam jumlah yang cukup besar antara 30-40 orang

siswa (satu kelas).

Bimbingan klasikal dirancang menuntut konselor untuk

melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas.Berdasarkan

pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian

bimbingan klasikal adalah kegiatan bimbingan yang diberikan untuk

membantu siswa yang memiliki kebutuhan serta masalah yang bersifat

umum, dihadapai oleh seluruh atau sebagian besar siswa dalam satuan

kelas.

2. Tujuan Layanan Bimbingan Klasikal

Menurut Makhrifah dan Nuryono, (2014:2) strategi layanan

bimbingan klasikal sebagai salah satu strategi dalam pelayanan

bimbingan dan konseling memiliki tujuan untuk meluncurkan

aktivitas-aktivitas pelayanan yang mengembangkan potensi siswa atau

mencapai tugas perkembangannya sehingga dapat mencapai tujuan

pendidikan.

Suciati (2005) mengungkapkan bahwa bimbingan klasikal

diklasifikasi dalam beberapa tujuan sebagai berikut:

a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitifberorientasi pada

kemampuan berfikir mencakup kemampuan intelektual sederhana

yakni mengingat sampai kemampuan memcahkan masalah. Secara

(44)

padatingkatan paling rendah meliputi:pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintetis dan evaluasi.

b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif berorientasi dengan

perasaan, emosi, sistem nilai dan sikap yang menunjukan

penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Secara hirarkis tujuan

bimbingan klasikal pada aspek afektif dari tingkatan paling rendah

meliputi: penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, pembentukan

organisasi sistem nilai dan pembentukan pola hidup.

c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi

kepada keterampilan motorik yang berhubungan dnegan anggota

tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot.

Secara hirarkis bimbingan klasikal pada aspek timgkatan

psikomotor dari tingkatan paling rendah meliputi: persepsi,

kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks,

penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.

C. Teknik Sosiodrama

1. Pengertian teknik Sosiodrama

Sosiodrama adalah teknik pembelajaran bermain peran untuk

memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena

sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia

seperti kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter,

dan lain sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan

(45)

mengembangkan kemampuan siswa untuk memecahkannya Depdiknas

2012 ( Abdullah 2013). Sociodrama is a learning method that creates

depp understanding of the social systems that shape us individually

and collectively (Brown, 2005).Artinya sosiodrama adalah metode

belajar yang menciptakan pemahaman yang mendalam mengenai

sistem sosial yang membentuk kita secara individu dan kolektif.

Menurut Winkel (2004) sosiodrama merupakan dramatisasi

dari berbagai persoalan yang sering dialami dalam pergaulan sosial.

Metode sosiodrama merupakan metode mengajar dengan cara

mempertunjukkan kepada siswa masalah hubungan sosial tersebut

didramatisasikan oleh siswa dibawah pimpinan guru. Dari penjelasan

tentang sosiodrama diatas dapat disimpulkan bahwa sosiodrama adalah

kegiatan bermain peran yang didalamnya mengulas mengenai masalah

yang biasa terjadi dalam hubungan sosial.Dalam kegiatan sosiodrama,

beberapa siswa memerankan tokoh yang terdapat di skenario dan yang

lainnya mengamati dan menganalisis interaksi antara pemeran.

Pada masa sekarang ini istilah metode selalu dihubungkan

dengan masalah pendidikan yang bertujuan mengubah tingkah laku

siswa, serta dapat memotivasi siswa supaya dapat berbuat dengan

tujuan pendidikan. Metode sosiodrama dalam aplikasinya melibatkan

siswa untuk memainkan peranan sesuai dengan tokohdan di dalam

memerankan peranan siswa tidak perlu menghafal nasakah,

(46)

judul dan garis besar skenarionya.Mereka di bawa ke dalam peristiwa

seperti yang pernah terjadi dan mereka belajar untuk memahami dan

menghayati setiap kisah agar dapat mengaplikasikan kemudian.

Menurut Abdullah (2013:108), keunggulan sosiodrama sebagai

berikut:

a. Menumbuhkan rasa empati dan memperkaya siswa dalam berbagai

pengalaman situasi sosialisasi yang bersifat problematik.

b. Memperkaya pengetahuan dan pengalaman semua siswa mengenai

cara menghafal dan memecahkan suatu masalah.

c. Dengan bermain peran siswaa memperoleh kesempatan untuk

belajar mengekspresikan penghayatan mereka mengenai suatu

problema sosial.

d. Memupuk keberanian siswa untuk tampil di depan umum tanpa

kehilangan keseimbangan pribadi.

e. Merupakan suatu hiburan bagi siswa dengan melakukan/melihat

permainan peran.

2. Tujuan Sosiodrama

Menurut Azwan dan Djamarah (2010), tujuan yang diharapkan

dengan penggunaan metode sosiodrama antara lain:

a. Agar individu dapat menghayati dan menghargai perasaan orang

lain.

(47)

c. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi

kelompok secara spontan.

d. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

3. Manfaat Sosiodrama

Manfaat sosiodrama (Pratiwi, 2009) adalah sebagai berikut:

a. Individu dapat menempatkan diri pada tempat orang lain dan

memperdalam pengertian mereka tentang orang lain.

b. Dapat mempertinggi perhatian individu melalui adegan-adegan, hal

mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.

c. Individu tidak saja mengerti persoalan sosial psikologi, tetapi

mereka juga ikut merasakan perasaan dan pikiran orang lain bila

berhubungan dengan sesama manusia.

4. Langkah-langkah Penggunaan Sosiodrama

Menurut Romlah (2001) pelaksanaan sosiodrama secara umum

mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan, fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang

disosiodramakan, dan tujuan permainan. Kemudian diadakan tanya

jawab untuk memperjelas masalah dan peranan-peranan yang akan

dimainkan.

b. Membuat skenario sosiodrama.

c. Menentukan kelompok yang akan memainkan sesuai dengan

kebutuhan skenarionya, dan memilih individu yang akan

(48)

dilakukan secara suka rela. Setelah fasilitator mengemukakan

ciri-ciri atau rambu-rambu, masing-masing peran, usulan dari anggota

kelompok yang lain, atau berdasarkan kedua-duanya.

d. Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya.

Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain yang tidak ikut

menjadi pemain. Tugas kelompok pemain adalah untuk

mengobservasi pelaksanaan permainana. Hasil observasi kelompok

penonton merupakan bahas diskusi setelah permainan selesai.

e. Pelaksanaan sosiodrama. Setelah semua peran terisi, para pemain

diberi kesempatan untuk berdiskusi beberapa menit untuk

menyiapkan diri bagaimana sosiodrama akan dimainkan. Setelah

siap, dimulailah permainan. Masing-masing pemain memerankan

perannyaberdasarkan imajinasinya tentang peran yang

dimainkannya. Pemain diharapkan dapat memperagakan

konflik-konflik yang terjadi, mengekspresikan perasaan-perasaan, dan

memperagakan sikap-siksp tertentu sesuai dengan peranan yang

dimainkannya. Dalam permainan ini diharapkan terjadi identifikasi

yang sebesar-besarnya antara permainan maupun penonton dengan

peran-peran yang dimainkannya.

f. Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan diskusi

mengenai pelaksanaan permainan berdasrkan hasil observasi dan

tanggapan-tanggapan penonton. Diskusi diarahkan untuk

(49)

membawakan perannya sesuai dengan cirri-ciri masing-masing

peran, cara pemecahan masalah, dan kesan-kesan pemain dalam

memainkan perannya. Balikan yang paling lengkap adalah melalui

rekaman video yang diambil pada waktu permainan berlangsung

dan kemudian diputar kembali.

g. Ulangan permainan. Dari hasil diskus dapat ditentukan apakah

perlu diadakan ulangan permainan atau tidak. Ulangan permainan

dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain sebagai berikut:

1) Bertukar peran (role reversal). Bertukar peran terjadi bila

seorang pemain diminta untuk memainakan peran yang

sebelumnya diperankan oleh orang lain.

2) Peran ganda (doubling). Peran ganda terjadi apabila ada

orang ketiga yang ikut bermain dalam permainan peranan

dengan mengisi suara salah satu seorang pemain.

3) Teknik cermin (the mirror technique). Anggota kelompok

yang lain diminta menirukan peran yang dibawakan oleh

salah seorang pemain seperti pada waktu pemain itu

memerankannya.

4) Teknik kursi kosong (the empty chair technique). Tenik

ini digunakan bila anggota kelompok mengalami

kesulitan untuk berinteraksi secara langsung dengan

(50)

5) Bermain peranan sendiri (monodrama). Sering terjadi

seseorang dapat meningkatkan penghayatannya terhadap

peran yang dimainkannya dengan bermain peran sendiri

denganberpindah-pindah tempat duduk pemeran yang lain

dan melakukan monolog.

5. Kaitan antara Sosiodrama dengan Keterampilan Komunikasi Interpersonal Siswa

Menurut Winkel, W. S (2012:571) sosiodrama merupakan

dramatisasi dari persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam

pergaulan dengan orang-orang lain, termasuk konflik yang sering

dialami dalam pergaulan sosial. Teknik sosiodrama dipandang tepat

membantu siswa untuk meningkatkan komunikasi interpersonal sesuai

dengan salah satu tujuan bimbingan dan konseling yang terkait dengan

aspek pribadi sosial yaitu memiliki kemampuan interaksi sosial yang

diwujudkan dalam bentuk hubungan persahabatan, persaudaraan atau

silaturahmi dengan sesama manusia (Depdiknas, 2008: 198).

Teknik sosiodrama dipilih secara spesifik dalam meningkatkan

komunikasi interpersonal siswa karena pada teknik sosiodrama siswa

dapat saling berinteraksi antar anggota kelompok dengan berbagai

pengalaman, pengetahuan, gagasan, ide-ide yang diharapkan dapat

membantu siswa mengembangkan komunikasi interpersonal. Siswa

juga mempunyai kesempatan untuk menggali potensi belajar yang

(51)

dapat melatih dan memiliki kemampuan kerjasama, komunikatif, dan

menginterprestasikan suatu kejadian melalui interaksi antar anggota

kelompok yang akan menimbulkan rasa saling percaya untuk

mengungkapkan masalah.

Teknik sosiodrama dimaksudkan untuk mencegah

berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa dalam

membuat rencana dan keputusan yang tepat.Pada teknik sosiodrama,

siswa juga diharapkan memperoleh suatu dorongan atau kekuatan

untuk menjaga hubungan interaksi dengan sesama (hubungan

interpersonal), dimaksudkan agar siswa mampu belajar menyesuaikan

dirinya dengan lingkungan sekitar, lingkungan yang dimaksud

meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat (Natawijaya,

R. 1987: 33).Teknik sosiodrama dijadikan alat untuk mengatasi siswa

yang memiliki kemampuan interaksi sosial yang rendah, dikarenakan

teknik sosiodrama memiliki kelebihan yaitu dapat membantu siswa

dalam memahami seluk-konflik-konflik sosial (Romlah, T. 2001:

104).

D. Hakikat Remaja sebagai Pelajar SMP 1. Pengertian Remaja sebagai Pelajar

Remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh

atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang

lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental emosional sosial dan

(52)

tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga

golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon

(dalam Hurlock 1992: 207) masa remaja menunjukan dengan jelas sifat

transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa

dan tidak lagi memiliki status anak.

Masa remaja ditandai dengan (a) berkembangnya sikap dependen

kepada orang tua kearah independen (b) minat seksualitas dan (c)

kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri,

nilai-nilai etika, dan isu-isu moral Salzaman dan pikunas, 1976 (Yusuf

2010). Erikson (Yusuf ,2010) berpendapat bahwa remaja

kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri,

nilai-nilai etika, dan isu-isu moral. Erikson (Yusuf,2010) berpendapat bahwa

remaja merupakan masa berkembangnya identity. Erikson memandang

pengalaman hidup saat remaja diharapkan mampu mempersiapkan

dirinya untuk masa depan, dan mampu menjawab siapa dirinya. Jika

remaja gagal dalam mengembangkan rasa identitasnya, maka remaja

akan kehilangan arah,dan berdampak remaja mungkin akan

mengembangkan perilaku yang menyimpang.

2. Ciri-ciri Remaja

Awal masa remjaa berlangsung kira-kira dari tiga belas tahun

sampai tujuh belas tahun dan akhir masa remaja dari usia enam belas

tahun sampai delapan belas tahun yaitu usia matang secara hukum.

(53)

dengan periode sebelum dan sesudahnya.Ciri-ciri masa remaja adalah

sebagai berikut (Hurlock,1980):

a. Periode penting

Usia remaja merupakan masa yang penuh dengan kejadian

penting yang menyangaakut mengenai pertumbuhan dan

perkembangan rohnai maupun jasmani.

b. Periode peralihan

Usia remaja merupakan peralihan dari masa kanan-kanak

menuju masa remaja.

c. Periode perubahan

Perubahan pada emosi peerubahan tubuh, minat dan peran,

perubahan pada nilai-nilai yang dianut serta keinginan akan

kebebasan.

d. Masa mencari identitas

Remaja mencoba mencari identitas diri dengan berpakaian ,

berbicara dan berperilaku yang sama dengan kelompoknya..

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja sebagai Pelajar

Tugas-tugas perkembangan yang harus disesuaikan individu

pada masa remaja adalah (Hurlock 1991):

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman

sebaya baik pria maupun wanita

(54)

c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara

efektif

d. Mencapai kemandirian emosional dan orangtua serta orang-orang

dewasa lainnya

e. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung

jawab

f. Mempersiapkan karir ekonomi

g. Mempersiapakan perkawinan dan keluarga

h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan

untuk berperilaku mengembangkan ideologi.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian pengembangan ini

adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Penelitian Teknik Sosiodrama Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal

Pratiwi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “ Penelitian

Teknik Sosiodrama Untuk Meningkatkan Komunikasi Interpersonal

Pada Kelas VII F di SMP Kemlagi Mojokerto", dilihat dari hasilnya

diketahui hasil mean pre-test 99,883 dan mean post test 119,7835

dengan demikian selisih nilai mean sebesar 38,875. Dapat disimpulkan

bahwa pemberian bimbingan dengan teknik sosiodrama dapat

(55)

F.

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Keterampilan Komunikasi Interpersonal

Pembuka dan memainkan drama

- berdiskusi mngenai pembawaan karakter pemain dan bagaimana

cara memecahkan masalah

- siswa memaknai setiap nilai -fasilitator mendorong siswa menciptakan konsep baru Penutup

- siswa merumuskan niat-niat

- siswa mengimplementasikan nilai-nilai tersebut pada

kehidupan sehari-hari - fasilitator memberi

peneguhan

Fakta Komunikasi Interpersonal di sekolah

Siswa pasif, suka menyendiri, memanggil teman dengan sebutan yang tidak baik

Layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama

(56)

Melalui kerangka pikir di atas, dapat diketahui bahwa model

bimbingan klasikal dalam rangka meningkatkan keterampilan komunikasi

interpersonal menggunakan teknik sosiodrama di SMP Taman Dewasa

Jetis, merupakan sebuah tawaran untuk meningkatkan pemahaman,

penghayatan secara afektif dan meningkatkan keterampilan komunikasi

interpersonal menggunakan teknik sosiodrama di SMP Taman Dewasa

Jetis tahun ajaran 2016/2017. Pada pelaksanaanya bimbingan klasikal akan

diselenggarakan oleh guru BK.

G. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori yang telah dipaparkan maka hipotesis

tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 :Layanan Bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama

secara

signifikan tidak efektifmeningkatkan keterampilan komunikasi

interpersonal di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta kelas VII 2

tahun ajaran 2016/2017.

H1 :Layanan bimbingan klasikal menggunakan teknik sosiodrama

secara

signifikan efektif meningkatkan keterampilan komunikasi

interpersonal di SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta kelas VII 2

tahun ajaran 2016/2017.

(57)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan

metode penelitian antara lain jenis penelitian dan desain penelitian, setting

(lokasi, waktu, dan pengkondisian penelitian), subjek penelitian, teknik

dan instrumen pengumpulan data, validitas, reliabilitas uji normalitas dan

analisis data.

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan

menggunakan pendekatan pre-experimental one group pretest-posttest

design.Menurut Sugiyono (2013:109) dikatakan

pre-experimentaldesignkarena desain ini belum merupakan eksperimen

sunggguh-sungguh.Dikatakan demikian karena masih terdapat variabel

luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen hasil

penelitian pra experiment merupakan varibel dependen.Hal ini dapat

terjadi karena tidak ada variabel control, dan sampel tidak dipilih secara

random.Desain ini merupakan teknik untuk mengetahui efek sebelum dan

sesudah perlakuan.Maka dalam penelitian ini sebelum perlakuan subjek

penelitian terlebih dahulu diberikan pretest (tes awal), dan diakhiri

perlakuan diberi posttest (tes akhir).

Tujuan dari penggunaan desain ini adalah mengetahui gambaran

umum tingkat keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII

(58)

keterampilan komunikasi interpersonal berbasis layanan bimbingan

klasikal dengan teknik sosiodrama Tahun Ajaran 2016/2017, dan

mengetahui efektifitas keterampilan komunikasi interpersonal berbasis

layanan bimbingan klasikal dengan teknik sosiodrama untuk

meningkatkan keterampilan komunikasi interpersonal siswa kelas VII

SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Secara

sederhana, desain penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam

tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1

Desain Penelitian One Group Pretest Posttest Design

Pretest Treatment Posstest

O1 X O2

Keterangan:

O1 : tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan

O2 : tes akhir (posttest) setelah perlakuan diberikan

X : perlakuan atau treatment (layanan bimbingan klasikal

menggunakan teknik sosiodrama)

Peneliti memberikan satu kali pre-test sebelum perlakuan

(treatment) dan satu kali posstest setelah perlakuan (treatment). Dalam

penelitian ini peneliti memberikan dua kali perlakuan (treatment) dengan

dua topik bimbingan yakni; “Jujur Lebih Baik” dan “Indahnya

(59)

B.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu sekolah swasta di Yogyakarta

yaitu SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta. Penelitian dilakukan pada

bulan April 2017. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama 1 hari. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai berikut.

Tabel 3.2

Jadwal Kegiatan Bimbingan Klasikal

Hari,tanggal Waktu Topik Bimbingan Durasi Senin, 15 Mei

2017

07.30-09.30 Jujur Lebih Baik 120 Menit 10.00-12.00 Indahnya Berempati 120 Menit

C.Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa/siswi kelas VII SMP Taman

Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016.Jumlah subjek dalam

penelitian sebanyak 23 siswa.Berikut rincian subjek penelitian yang

digambarkan pada tabel 3.3 terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 11 siswa

perempuan. Objek penelitian ini adalah keterampilan komunikasi

interpersonal

Tabel 3.3

Tabel Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Jenis Kelamin

Perempuan Laki-laki

Siswa-siswi kelas VII 11 12

(60)

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan

utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik

pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang

memenuhi standar data yang ditetapkan. Data merupakan suatu bahan

yang sangat diperlukan untuk diteliti atau dianalisis, maka dari itu

siperlukan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan

penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tes sebagai teknik

pengumpulan data.Tes ini bertujuan untuk mendapatkan data dari hasil

pre-test dan post-test peningkatan komunikasi interpersonal.Adapun

tahap-tahap yang dilakukan dalam pengumpulan data pada penelitian

ini adalah sebagai berikut.

a. Tahap persiapan

1) Menganalisis topik materi.

2) Menyusun rancangan pelayanan bimbingan dan

konseling.

3) Mempersiapkan instrumen penelitian kuesioner

4) Membuat soal-soal tes dan itemkuesioner

5) Revisi dan konsultasi bersama dengan tim ahli, dalam

(61)

b. Tahap pelaksanaan

1) Pemberian pretest untuk mengetahui penguasaan dan

pemahaman konsep siswa sebelum mengikutibimbingan.

2) Memberikan layanan bimbingan klasikal untuk

meningkatkan komunikasi interpersonal menggunakan

teknik sosiodrama dengan menyajikan 2 (dua) topik

bimbingan klasikal.

3) Pemberian posttest untuk melihat peningkatan

penguasaan dan pemahaman konsep siswa setelah

mengikuti rangkaian kegiatanbimbingan.

c. Tahap akhir

1) Mengumpulkan data yangdiperoleh.

2) Mengolah data hasilpenelitian.

3) Menganalisis dan membahas hasil temuanpenelitian.

4) Menarikkesimpulan.

2. Instrumen

Menurut Umar (1995:49), teknik kuesioner merupakan suatu

pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar

pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan

memberikan respon atau daftar pertanyaan tersebut. Dalam penelitian ini

menggunakan satu instrumen berupa skala penilaian diri komunikasi

interpersonal seperti pada penjelasan di bawah ini.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berpikir keterampilan komunikasi  interpersonal ..... 34
Grafik 4.2 Perkembangan skor.....................................................................
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Keterampilan Komunikasi Interpersonal
tabel 3.1 sebagai berikut:
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Menteri, gubernur, atau bupati/wali- kota sesuai dengan kewenang-annya wajib melakukan pengawasan ter- hadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas keten- tuan

[r]

Hasil pengukuran fungsi paru (restriktif, obstruktif dan gabungan/Mixed) dengan Spirometer dan hasil laboratorium pemeriksaan imunoglobulin (IgE total dan IgG total) serum

golongan yang berada dalam lapisan atasan tidak hanya memiliki satu macam saja dari. apa yang dihargai oleh masyarakat, tetapi kedudukannya yang tinggi itu

21 Alt + ctrl + I Beralih ke tampilan print preview 22 Ctrl + F2 Beralih ke tampilan print preview 23 Alt + ctrl + F Menambahkan footnote 24 Alt + ctrl + D

Jenis penjual: situs iklan baris seperti ini cocok bagi penjual yang hanya ingin menjual sekali-kali saja, seperti barang bekas atau barang yang stoknya sedikit.. Marketplace

November 2017 pukul 15.00 WIB di

• Understanding the Adjective Superlative Degree. Find the patterns of Adjective Superlative Degree. Answer the questions in order to apply the Adjective Superlative Degree. Choose