MATERI POKOK CAHAYA DI SMA SWASTA GALIH AGUNG KECAMATAN KUTALIMBARU
KABUPATEN DELI SERDANG
Oleh:
HALIMATUSYA’DIYAH GINTING NIM 4101121012
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan nikmat kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Accelerated Learning Tipe MASTER Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Cahaya Di SMA Swasta Galih Agung Kec. Kutalimbaru, Kab. Deli Serdang.” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: Bapak
Purwanto, S. Si, M.Pd sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal penulisan
proposal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan pada Bapak Drs. Khairul Amdani, M.Si selaku dosen
pembanding I, Bapak Dr. Makmur Sirait, M.Si selaku dosen pembanding II, dan
Bapak Drs. Rahmatsyah, M.Si selaku dosen pembanding III, yang telah
memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai
selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada
Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku dosen pembimbing akademik, Bapak
Prof. Drs. Motlan, M.Sc., Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed, Ibu Dr. Derlina,
M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen
beserta Staf Pegawai Jurusan Fisika FMIPA UNIMED yang sudah membantu
penulis.
Ucapan terima kasih disampaikan juga kepada Bapak Drs. Zulfan Arifin
Marpaung selaku Kepala sekolah SMA Swasta Galih Agung, bapak dan ibu guru
serta seluruh staf pegawai dan siswa kelas X SMA Swasta Galih Agung.
Teristimewa penulis sampaikan terimakasih kepada Ayahanda H.
Syarifuddin Ginting dan Ibunda tercinta Hj. Hafni zahara Siregar S.Pd, serta
kakak dan adik-adik tercinta yang telah memberikan dukungan, motivasi serta
v
henti, yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan studi di UNIMED
hingga selesainya skripsi ini. Dan termakasih penulis sampaikan kepada
teman-teman dan sahabat seperjuangan Nia, Dwi, Sundari, Sarah, Rati, Nining, Tuti,
Indah, Yani, Taufik yang telah banyak membantu, memotivasi dan saling
menyemangati dalam menyelesaikan studi di UNIMED hingga selesainya skripsi
ini.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan dari segi isi
maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan.
Medan, 2014
Penulis,
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 3.1. Tabel Desain Penelitian (Two Group Pretes – Postes Design) 26
Tabel 3.2. Tabel Spesifikasi Tes Hasil Belajar Materi Cahaya 27
Table 3.3. Pedoman Penskoran Observasi Aktivitas Belajar Siswa 29
Table 3.4. Kategori Aktifitas 34
Tabel 4.1 Data Nilai Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 45
Tabel 4.2 Data Nilai Postes Kelas Kontrol 36
Tabel 4.3 Data Nilai Postes Kelas Eksperimen 37
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Observasi Aktivitas Siswa 38
Tabel 4.5 Nilai Rata-rata, Simpangan Baku dan Varians 39
Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes Kelas 39
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Tabel 4.7 Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data 40
Tabel 4.8 Ringkasan Perhitungan Uji t 41
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Hukum pemantulan cahaya 17
Gambar 2.2. Gambar bayangan pada cermin datar 18
Gambar 2.3. Pemantulan sinar datang sejajar sumbu utama pada cermin 18
cekung
Gambar 2.4. Pemantulan sinar melalui titik fokus utama pada cermin 19
cekung.
Gambar 2.5. Pemantulan sinar melalui pusat kelengkunagn utama pada 19
cermin cekung
Gambar 2.6. Pembentukan bayangan pada cermin cekung ketika benda 19
berada di luar pusat kelengkungan cermin menghasilkan
bayangan nyata, terbalik, diperkecil
Gambar 2.7. Pemantulan sinar datang sejajar sumbu utama pada cermin 21
cembung
Gambar 2.8. Pemantulan sinar datang melalui titik fokus cermin cekung 21
Gambar 2.9. Pemantulan sinar datang melalui pusat kelengkungan 21
cermin pada cermin cembung
Gambar 2.10. Penomoran ruang pada cermin cekung 22
Gambar 2.11. Penomoran ruang pada cermin cembung 22
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I 48 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II 55
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III 62
Lampiran 4. Lembar Kerja Sisiwa I 70
Lampiran 10.Kunci jawaban 112
Lampiran 11.Pretes kontrol 113
Lampiran 12.Pretes eksperimen 114
Lampiran 13.Postes kontrol 115
Lampiran 14.Postes eksperimen 116
Lampiran 15.Perhitungan statistik dasar 117
Lampiran 16.Uji Normalitas 122
Lampiran 17.Uji Homogenitas 125
Lampiran 18.Uji Hipotesis 127
Lampiran 19.Lembar Observasi aktivitas siswa 131
Lampiran 20.Lembar Observasi aktivitas siswa 133
Lampiran 21.Lembar Observasi aktivitas siswa 135
Lampiran 22.Rekapitulasi hasil Observasi aktivitas siswa 137
Lampiran 23.Lembar Jawaban LKS siswa 138
Lampiran 24.Dokumentasi 139
xi
Lampiran 26.Daftar nilai kritisi untuk uji lilliefors 144
Lampiran 27.Tabel wilayah luas dibawah kurva normal 0 ke z 145
Lampiran 28.Daftar nilai persentil untuk distribusi F 146
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Abad XXI dikenal sebagai abad globalisasi dan abad teknologi informasi.
Perubahan yang sangat cepat ini merupakan fakta dalam kehidupan siswa
sehingga siswa perlu dibekali dengan kompetensi yang memadai agar menjadi
peserta aktif dalam masyarakat. Pendidikan Sains menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu
menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pengembangan
kemampuan siswa dalam bidang sains merupakan salah satu kunci keberhasilan
peningkatan kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan dan
memasuki dunia tehnologi termasuk tehnologi informasi untuk kepentingan
pribadi, sosial, ekonomi dan lingkungan (Depdiknas, 2003).
Menanggapi hal tersebut pemerintah sudah banyak berupaya untuk
membenahi proses pembelajaran seperti penataran guru-guru Sains, membentuk
musyawarah guru bidang studi, bantuan alat-alat laboratorium, dan juga
melakukan penyusunan kurikulum baru pada setiap jenjang dan sistem
pendidikan. Sesuai dengan amanat Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1999-2004, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) menetapkan kebijakan untuk
menyempurnakan kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004, yang telah dilakukan
mulai tahun pelajaran 2004/2005, yang kemudian disempurnakan lagi menjadi
KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi ), dan menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pelajaran) dan akhirnya pada tahun 2013 telah dicanangkan kurikulum
baru yaitu kurikulum 2013 yang masih diuji cobakan saat ini pada beberapa
sekolah. Perubahan kurikulum ini tentunya harus diikuti dengan penggunaan
pendekatan atau strategi pembelajaran yang sesuai oleh guru dalam proses
pembelajaran di kelas.
Perubahan kurikulum ini tentunya harus diikuti dengan penggunaan
pendekatan atau strategi pembelajaran yang sesuai oleh guru dalam proses
pembelajaran di kelas khususnya pada mata pelajaran Fisika. Fisika sebagai salah
2
dipelajari melalui pendekatan secara matematis sehingga seringkali ditakuti dan
cenderung tidak disukai anak-anak karena pada umumnya anak-anak yang
memiliki kecerdasan Logical Mathematical sajalah yang menikmati fisika. Belajar
fisika bukan hanya sekedar tahu matematika, tetapi anak didik diharapkan mampu
memahami konsep yang terkandung didalamnya, menuliskan ke dalam
parameter-parameter atau simbol-simbol fisis, memahami permasalahan serta
menyelesaikannya secara matematis. Tidak jarang hal inilah yang menyebabkan
ketidak senangan anak didik terhadap mata pelajaran ini menjadi semakin besar.
Kemampuan pemahaman konsep adalah hal penting dalam kemampuan
intelektual yang selalu ditekankan di sekolah dan Perguruan Tinggi. Kemampuan
pemahaman konsep suatu materi subjek merupakan hal terpenting dalam
pengembangan intelektual. Bila siswa belajar, maka akan terjadi perubahan
mental pada diri siswa. Dimyati dan Mudjiono (2002) mengatakan bahwa dalam
pembelajaran fisika, kemampuan pemahaman konsep merupakan syarat mutlak
dalam mencapai keberhasilan belajar fisika. Hanya dengan penguasaan konsep
fisika seluruh permasalahan fisika dapat dipecahkan, baik permasalahan fisika
yang ada dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan fisika dalam bentuk
soal-soal fisika di sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa pelajaran fisika bukanlah
pelajaran hafalan tetapi lebih menuntut pemahaman konsep bahkan aplikasi
konsep tersebut.
Adapun hal-hal yang dilakukan oleh guru untuk dapat membantu
meningkatkan kualitas peserta didik adalah dengan meningkatkan hasil dari proses
pembelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
menggunakan model-model pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk dapat merancang, menyusun dan menggunakan pendekatan yang
tepat untuk tiap-tiap materi pelajaran, sehingga guru dapat menjalankan tugasnya
dengan efektif, efesien, dan anak didik dapat memiliki pemahaman yang tuntas
dan bermakna terhadap materi pelajaran yang disajikan, sehingga dapat
meningkatkan hasil pembelajaran dan dalam dirinya senantiasa ada dorongan
Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis di SMA Swasta Galih
Agung Tahun Pelajaran 2013/2014 pada tanggal 7 bulan Januari tahun 2014,
dengan menggunakan instrumen angket dan wawancara diperoleh hasil bahwa
siswa kurang menyukai pelajaran fisika. Siswa juga cenderung menganggap
pelajaran fisika selalu identik dengan rumus matematika dan susah untuk dihapal.
Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran guru sering menggunakan pola
mengajar dengan menyajikan materi yang lebih menekankan pada penggunaan
rumus.
Selain informasi dari siswa, penulis juga memperoleh informasi dari guru
bidang studi fisika, dari hasil wawancara diperoleh hasil bahwa pada umumnya
hasil belajar siswa belum mencapai KKM yang ditetapkan sekolah, yaitu 75 pada
T.P 2013/2014. HaL ini terlihat dari hasil ulangan siswa. Dilihat dari nilai
rata-rata ujian pertengahan semester untuk bidang studi fisika yaitu 58,87 pada kelas
x2. Selain dari hal itu, guru juga mengatakan bahwa dalam melaksanakan
pembelajaran beliau menggunakan model pembelajaran konvensional yang
dominan dengan metode ceramah. Akibatnya, seringkali ditemui siswa yang
mengobrol di dalam kelas. Pada pembelajaran konvensional suasana kelas
cenderung bersifat teacher–centered sehingga siswa menjadi kurang bisa berfikir
kritis. Dalam proses pembelajaran konvensional guru hanya menjelaskan materi,
menjelaskan rumus, memberi contoh soal dan memberikan tugas rumah, sehingga
siswa dalam pembelajaran menjadi penerima informasi pasif dengan kata lain
keterlibatan dan keaktifan siswa masih rendah. Siswa lebih banyak belajar dengan
menerima, mencatat dan menghafal pelajaran. Hal inilah yang membuat siswa
kurang berminat belajar fisika, sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa kurang
maksimal.
Menyikapi masalah diatas, perlu adanya upaya yang dilakukan oleh guru
untuk menggunakan model mengajar yang membuat suasana belajar menjadi lebih
menyenangkan sehingga mampu memotivasi siswa untuk belajar. Salah satunya
adalah menerapkan model Accelerated learning dengan tipe 6 langkah MASTER.
4
mengubah kelas secara total. Dengan cara para pengajar menggunakan aneka
permainan dan aktifitas, emosi dan musik, relaksasi, visualisasi, permainan peran,
warna, peta konsep, proses belajar menjadi kejadian yang menyenangkan dan
bebas tekanan. Rose dan Nicholl, (2002).
Dalam model Accelerated Learning, siswa diajarkan untuk memahami
bagaimana cara belajar dan bagaimana cara berfikir dengn menerapkan 6 langkah
dasar yang dikenal dengan istilah MASTER yang merupakan singkatan dari kata
Mind (pikiran), Acquire the information (memperoleh informasi), Searching out
the meaning (menyelidiki makna), Trigger the memory (memicu ingatan), Exhibit
what you know (memamerkan apa yang kamu ketahui), Reflect (merefleksikan).
Peneliti sebelumnya dilakukan oleh khairul husna dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Accelerated Learning untuk meningkatkan Hasil Belajar siswa kelas x SMA Negeri 1 Dewantara pada konsep Hukum Newton”.
Diperoleh nilai rata-rata 38,8 dan standar deviasi (SD) 7,3 untuk tes akhir nilai
rata-rata 71,2 dan standar deviasi (SD) 9,3 (khairul 2013). Peneliti lain yaitu Yuyum
dengan judul “ Pengaruh Pendekatan Accelerated Learning terhadap Hasil Belajar Fisika
siswa pada konsep Termodinamika SMA Negeri 1 Sepatan Tangerang”. Diperoleh hasil
postest kelas eksperimen 73,29 sedangkan untuk kelas kontrol 61,19 (Yuyum 2011).
Peneliti lain yaitu budiman dengan judul “ Perbedaan Penerapan Accelerated Learning
Dengan Metode Konvensional Pada Materi Pokok Besaran dan Satuan Di SMA Negeri 1
Batang Kuis T.P. 2007/2008”. Diperoleh hasil rat-rata pretes kelas eksperimen sebesar 3,26 dan pretes kelas kontrol 3,36. Rata-rata postes kelas eksperimen adalah 7,56 dan
postes kelas kontrol 6,75 (budiman 2008).
Adapun kelemahan dari peneliti sebelumnya, kurang memaksimalkan
dalam penerapan tahap-tahap rancangan pembelajaran yang telah disusun
terutama pada tahap memicu ingatan, karena pada tahap ini guru harus
benar-benar bisa menarik perhatian siswa dengan cara yang lebih menarik, misalnya
membuat alat peraga yang menarik dan dapat dipraktekkan langsung oleh siswa,
agar benar-benar dapat terlaksana dengan baik sehingga dapat membangkitkan
untuk melakukan penelitian di SMA Swasta Galih Agung dengan menerapkan
model Accelerated Learning agar dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul : “Pengaruh model Accelerated Learning Tipe
MASTER Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Cahaya Di SMA Swasta Galih Agung Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
permasalahan yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar siswa disekolah masih dibawah Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
2. Model pembelajaran fisika yang masih berpusat pada guru
3. Rendahnya pemahaman siswa dalam mempelajari fisika.
4. Siswa kesulitan apabila dihadapkan dengan rumusan matematis.
5. Siswa cenderung pasif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
1.3. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka
pengkajian dan pembatasan masalah ditiik beratkan pada :
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
model pembelajaran Accelerated Learning Tipe MASTER.
2. Objek yang diteliti adalah siswa kelas X SMA Swasta Galih Agung
Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang.
3. Materi Pokok yang disampaikan adalah Cahaya
1.4. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan Model
Accelerated Learning Tipe MASTER pada materi Pokok Cahaya di SMA
6
2. Bagaimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran konvensional pada materi pokok Cahaya di SMA Swasta
Galih Agung Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang.
3. Bagaimana aktifitas belajar siswa yang diajar dengan menggunakan Model
Accelerated Learning Tipe MASTER pada materi Pokok Cahaya di SMA
Swasta Galih Agung Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang.
4. Apakah ada pengaruh Model Pembelajaran Accelerated Learning terhadap
hasil belajar siswa pada materi pokok Cahaya di SMA Swasta Galih
Agung Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang.
1.5. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
Model Accelerated Learning Tipe MASTER pada materi pokok Cahaya di
SMA Swasta Galih Agung Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli
serdang.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
pembelajaran konvensional pada materi pokok Cahaya di SMA Swasta
Galih Agung Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang.
3. Untuk mengetahui aktifitas belajar siswa yang diajar dengan menggunakan
Model Accelerated Learning Tipe MASTER pada materi Pokok Cahaya di
SMA Swasta Galih Agung Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli
serdang.
4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh Model Pembelajaran Accelerated
Learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok Cahaya di SMA
Swasta Galih Agung Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli serdang.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun pemanfaatan yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis, merupakan pedoman sebagai calon guru untuk diterapkan
2. Sebagai bahan informasi hasil belajar siswa dengan menggunakan Model
Accelerated Learning Tipe MASTER pada sub materi Cahaya kelas X
SMA.
3. Bagi sekolah, sebagai bahan informasi alternatif penggunaan strategi
pembelajaran.
4. Sebagai bahan alternatif bagi guru fisika dalam memilih strategi
pembelajaran yang sesuai untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
1.7. Defenisi Operasional
Beberapa defenisi/istilah yang diambil dari judul penelitian ini yaitu:
1. Accelerated learning merupakan pembelajaran yang dipercepat yang
melibatkan penuh pembelajar, kerja sama murni, variasi dan keragaman
dalam metode belajar, motivasi internal, adanya kegembiraan dan
kesenangan dalam belajar (Meier, 2002).
2. Hasil belajar Fisika merupakan suatu hasil yang dilihat dari produk dan
proses. Sebagai produk hasil belajar fisika berupa pemahaman terhadap
fakta, konsep, prinsip dan prosedur atau hukum IPA. Sedangkan sebagai
proses, hasil belajar fisika berupa sikap, nilai dan keterampilan ilmiah
47
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S., (2008), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta.
Budiman, (2008), Perbedaan Penerapan Accelerated Learning Dengan Metode Konvensional Pada Materi Pokok Besaran dan Satuan Di SMA Negeri 1 Batang Kuis T.P. 2007/2008, Skripsi, Jurusan Fisika FMIPA, UNIMED, Medan.
Depdiknas, (2003), Panduan Pengembangan Pembelajaran Terpadu, Depdiknas Jakarta.
Dimiyati dan Mudjiono, (2002), Belajar dan Pembelajarn, Rineka Cipta, Jakarta.
Fendi dan Purwoko., (2010), Fisika SMA Kelas X, Yudistira. Jakarta.
Kamajaya, (2007), Fisika SMA Kelas X, Grafindo. Jakarta.
Majid, A. (2009), Perencanaan Pembelajaran, Penerbit Rosda,. Bandung.
Meier, D., (2002), Accelerated Learning Hand Book, Mizan Media Utama, Bandung.
Mulyono, A., (2003), Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan Belajar, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Purwanto, (2010), Pengaruh Pembelajaran Kreatif dan Kemampuan Penalaran Terhadap Hasil Belajar Fisika., Tesis, Program Pasacasarjana, Unimed, Medan.
Rose, C. dan nicholl, J, M., (2002), Accelerated Learning For The 21st Century Cara Belajar Cepat Abad XXI, Nuansa, Jakarta.
Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Gramedia, Jakarta.
Sudjana, N., (2010), Penilaian Hasil Proses Mengajar, PT. Rosdakorya, Bandung.
Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Supiyanto, (2002), Fisika SMA Kelas X, Erlangga.