• Tidak ada hasil yang ditemukan

Disain Sistem Terintegrasi Berbasis Grid Untuk Analisis Sitiran Data Bibliografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Disain Sistem Terintegrasi Berbasis Grid Untuk Analisis Sitiran Data Bibliografi"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

DISAIN SISTEM TERINTEGRASI BERBASIS GRID UNTUK

ANALISIS SITIRAN DATA BIBLIOGRAFI

ARYA ADHYAKSA WASKITA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Disain Sistem Terintegrasi Berbasis Grid Untuk Analisis Sitiran Data Bibliografi, adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Depok, Agustus 2007

(3)

ABSTRAK

ARYA ADHYAKSA WASKITA. Disain Sistem Terintegrasi Berbasis Grid untuk Analisis Sitiran Data Bibliografi. Dibimbing oleh SUGI GURITMAN dan RINDANG KARYADIN.

Analisis sitiran perlu dilakukan untuk mengevaluasi aktifitas ilmiah. Aktifitas ilmiah tergambar dari berbagai publikasi ilmiah. Karena itu, dibutuhkan sistem terintegrasi data bibliografi untuk memudahkan kegiatan analisis sitiran. Dalam penelitian ini, gambaran aktifitas ilmiah yang ingin diperoleh dari analisis sitiran ditunjukkan melalui formula entropi.

Sebuah prototipe sistem untuk mengintegrasikan dua data bibliografi dari publikasi ilmiah telah dikembangkan dalam penelitian ini dengan memanfaatkan teknologi grid. Kedua data bibliografi tersebut disimpan dalam basis data yang berbeda, masing- masing dalam PostgreSQL dan MySQL. Prototipe sistem memanfaatkan perangkat lunak bantu Globus Toolkit dan OGSA-DAI serta diujicobakan menggunakan sistem operasi Fedora Core 4.

Dalam penelitian ini, prototipe sistem yang dikembangkan mampu mendapatkan komponen-komponen variabel dari formula entropi, sehingga aktfitas analisis sitiran dapat dilakukan dengan mudah. Selain itu, diimplementasikan pula fasilitas keamanan dalam mengakses sumber data bibliografi untuk menjamin hanya pengguna terautentikasi yang dapat meminta layanan.

(4)

ABSTRACT

ARYA ADHYAKSA WASKITA. Grid-based Integrated System Design for Citation Analysis of Bibligraphy Data. Supervised by SUGI GURITMAN and RINDANG KARYADIN

Citation analysis is necessary to evaluate development of scientific activities. These scientific activities are described in various scientific publications. Therefore, an integrated system in bibliography data is required for easier citation analysis. In this research, the development of scientific activities will be represented by entropy formulae.

A grid-based system prototype has been developed to integrate two bibliography database systems, i.e. PostgreSQL and MySQL, respectively. The prototype makes use of Globus Toolkit and OGSA-DAI software, and is tested on Fedora Core 4 Linux platform.

Our approach is promising, since the prototype is able to obtain variables constructing the entropy formulae. It shows that the citation analysis can be performed easier. A security mechanism in accessing the bibliography database systems is also adopted in the prototype which ensure that only the authenticated user can ask the citation analysis services.

(5)

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007

Hak Cipta Dilindungi

(6)

DISAIN SISTEM TERINTEGRASI BERBASIS GRID UNTUK

ANALISIS SITIRAN DATA BIBLIOGRAFI

ARYA ADHYAKSA WASKITA

G651040114

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh ge lar Magister Sains pada

Departemen Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(7)
(8)

Judul Tesis : Disain Sistem Terintegrasi Berbasis Grid untuk Analisis Sitiran Data Bibliografi

Nama : Arya Adhyaksa Waskita

NIM : G651040114

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Sugi Guritman Ketua

Rindang Karyadin, S.T, M.Kom Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Komputer

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Sugi Guritman Prof.Dr.Ir.Khairil Anwar Notodiputro,M.S

(9)

PRAKATA

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang atas izin-Nya, karya ilmiah ini dapat diselesaikan.

Terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Dr. Sugi Guritman dan bapak Rindang Karyadin, S.T., M.Kom atas bimbingan dan masukannya. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada ibu Dra. Mutiara, M.Hum dan bapak Said Mirza Pahlevi, Ph.D yang dari keduanya penulis mendapatkan inspirasi dan bimbingan teknis dalam melakukan penelitian. Tak lupa terima kasih penulis haturkan kepada mama, papa, istri dan putra tunggal penulis yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian. Dan akhirnya, terima kasih kepada rekan-rekan penulis di Program Studi Magister Ilmu Komputer IPB atas dukungan dan kebersamaannya selama ini.

Semoga karya ilmiah ini dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia.

Depok, Agustus 2007

(10)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Larat pada tanggal 24 April 1979 dari ayah Suparno dan ibu Dwiretno Indiastuti.

Tahun 1991, penulis menyelesaikan pendidikan SD di SDN II Passo-Ambon. Penulis kemudian melanjutkan pendidikan SMPN Lateri di Ambon hingga tahun 1992 dan menyelesaikannya tahun1994 di SMPN 87 Jakarta. Tahun 1997, penulis menyelesaikan pendidikan di SMUN 47 Jakarta. Kemudian, penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Indonesia hingga tahun 2002.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL………. xi

DAFTAR GAMBAR………. xi

DAFTAR LAMPIRAN……….. xii

1. PENDAHULUAN………... 1

1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2. Formulasi Permasalahan………. 1

1.3. Tujuan Penelitian………... 2

1.4. Batasan Penelitian………... 3

2. TINJAUAN PUSTAKA………. 4

2.1. Sistem Terdistribusi………... 4

2.2. Grid………. 6

2.2.1 Definisi Grid………. 6

2.2.2 Service Oriented Architecture dan Web Service……….. 8

2.2.3 Open Grid Service Architecture (OGSA)………. 12

2.2.4 Topologi Grid……… 12

2.2.5 Virtual Organization………... 13

2.3. Globus Toolkit………... 14

2.4. Infrastruktur Keamanan Grid (Grid Security Infrastructure)……. 17

2.4.1 Kriptografi Kunci Publik……….. 17

2.4.2 Tanda Tangan Digital……… 18

2.4.3 Sertifikat Digital……… 19

2.4.4 Otentikasi Bersama………... 21

2.4.5 Delegation, Single-Sign-On dan Proxy Ceritificates... 21

2.5. OGSA-DAI WSRF……….. 22

2.5.1 Aktifitas………. 22

2.5.2 Data Service……….. 25

2.5.3 Data Service Resource……….. 26

2.5.4 Interaksi Antar Komponen Utama OGSA-DAI……... 27

(12)

3. METODE PENELITIAN……… 29

3.1. Metode Penelitian……… 29

3.2. Bahan dan Alat………... 32

4. DISAIN DAN IMPLEMENTASI………... 33

4.1. Pengumpulan Data……….. 33

4.2. Disain Skema Basis Data………... 33

4.3. Konfigurasi dan Implementasi Basis Data………. 34

4.4. Konfigurasi GT………... 35

4.5. Implementasi OGSA-DAI WSRF ke Kontainer GT……….. 45

5. HASIL DAN PEMBAHASAN………... 52

5.1. Implementasi Data Bibliografi………... 52

5.2. Konfigurasi GT………... 53

5.3. Konfigurasi OGSA-DAI………. 53

5.4. Pengujian………. 54

5.5. Pembahasan………. 60

6. SIMPULAN DAN SARAN………... 62

6.1. Simpulan……….. 62

6.2. Saran……… 62

DAFTAR PUSTAKA……… 64

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Perbandingan grid terhadap teknologi sistem terdistribusi lainnya………. 8

2 Daftar perangkat lunak... 32

3 Daftar perangkat keras... 32

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Ilustrasi umum sistem terdistribusi dengan middleware... 5

2 Komunikasi client/server menggunakan WS………... 10

3 Hubungan antar komponen pada server WS... 11

4 Keterkaitan topologi intragrid, ekstragrid, dan intergrid... 13

5 Komponen-komponen GT4... 15

6 Arsitektur GT4... 16

7 Ilustrasi enkripsi dengan kunci publik... 18

8 Ilustrasi tanda tangan digital... 19

9 Tahapan dalam membangun otentikasi bersama... 21

10 Ilustrasi delegasi dalam GSI... 22

11 Arsitektur OGSA-DAI... 23

12 Ilustrasi request-response pengguna dan OGSA-DAI... 27

13 Tata laksana penelitian……….. 29

14 Alur kerja penelitian Mutiara (2004)... 30

15 Skema hubungan antar subsistem... 31

16 Skema basis data... 33

17 Memilih basis data………. 48

18 Mengisi informasi mengenai basis data dan penggunanya……… 48

19 Memilih pustaka untuk koneksi ke basis data... 48

20 Menyimpan berkas konfigurasi……….. 49

21 Memilih kontainer……….. 49

22 Konfirmasi konfigurasi DataServiceResource……….. 49

23 DataServiceResource telah dikonfigurasi……….. 50

(14)

25 Memilih DataService yang akan mengekspose DataServiceResource... 50

26 Konfirmasi untuk mengekspose DataServiceResource………. 50

27 DataServiceResource telah diekspose………... 51

28 Mengkases DataService di server2………. 56

29 Hasil aktifitas query ke server2... 56

30 Mengakses DataService di server1……….. 57

31 Hasil aktifitas query ke server1... 57

32 Aktifitas menambahkan data……….. 59

33 Aktifitas memodifikasi data………... 60

34 Aktifitas menghapus data……….. 60

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Berkas konfigurasi layanan GridFTP... 67

2 Berkas konfigurasi kontainer GT... 67

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan iptek telah memungkinkan para peneliti melakukan aktivitas penelitian secara bersama meskipun terpisah dalam jarak yang jauh secara geografis. Mereka melakukan penggabungan (menggunakan bersama) berbagai sumber daya yang dimiliki meliputi sebuah peralatan khusus, sumber daya komputasi, aplikasi, maupun data menggunakan grid. Telah banyak berkembang aplikasi yang memanfaatkan grid tersebut (Foster, 1999). Sebagian aplikasi berkaitan dengan data-intensive seperti pada penelitian fisika energi tinggi yang dapat menghasilkan terabytes data per hari. Contoh lain dari aplikasi yang memerlukan data-intensive adalah dalam bidang astronomi, khususnya misi pengamatan bumi dari luar angkasa (Fusco & Bemmelen 2004).

Mutiara (2004) telah melakukan penelitian dalam menerapkan analisis entropi untuk mengidentifikasi pola sitiran bidang ilmu fisika pada jurnal fisika terakreditasi di Indonesia. Penelitian tersebut bertujuan mengungkap perkembangan ilmu fisika yang tercermin dari pola sitiran jurnal-jurnal fisika.

Di lain pihak, telah dilakukan penelitian untuk melakukan query pada web database (kumpulan data yang dapat diakses melalui antarmuka web) di lingkungan grid (Pahlevi & Kojima 2004). Web database yang diakses adalah basis data yang berisi data ilmiah mengenai obat, paten, serta bibliografi. Dengan grid, basis data yang tersebar secara geografis tidak hanya dapat diakses dan diintegrasikan, tetapi juga dapat diberikan instruksi SQL (Structured Query Language) standar. Dengan demikian, pencarian terhadap sejumlah besar data yang tersebar dapat dilakukan dengan mudah untuk proses pengolahan selanjutnya.

1.2. Formulasi Permasalahan

(16)

terdokumentasi secara lengkap di PDII- LIPI (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) . Selain itu, sumber data yang masih berupa hardcopy menyebabkan tahap pengolahan data harus diawali dengan pencatatan data sitiran dari setiap judul artikel yang terdapat dalam masing- masing jurnal secara manual.

Dengan berkembangnya teknologi perpustakaan digital, tahap pencatatan data sitiran secara manual tentu tidak perlu dilakukan lagi. Selain membutuhkan waktu lama, mekanisme ini rentan terhadap kesalahan pencatatan. Penelusuran langsung ke institusi penerbit juga membutuhkan waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit. Dengan terintegrasinya berbagai perpustakaan digital yang dilengkapi dengan fungsi analisis terhadap data bibliografi yang dimiliki, diharapkan dapat memudahkan proses penelitian.

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk merancangan sistem terintegrasi berbasis grid untuk analisis sitiran data bibliografi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan awal dalam mengembangkan sistem terintegrasi berbasis grid, khususnya untuk mendukung penelitian mengenai analisis sitiran pada data bibliografi. Lebih luas lagi, penelitian ini diharapkan dapat membantu aktifitas yang membutuhkan integrasi data lintas organisasi yang otonom.

Dengan grid, penggunaan bersama sumber daya data bibliografi dari berbagai institusi penerbit jurnal dapat dilakukan dengan mudah dan dinamis. Selain itu, perangkat lunak pendukung yang digunakan dalam penelitian ini dapat diperoleh secara bebas, gratis, tidak tergantung pada sistem operasi di mana basis data diimplementasikan serta dilengkapi fitur keamanan yang baik. Selain itu, penelitian mengenai analisis sitiran pada data bibliografi dimungk inkan untuk diperluas pada banyak institusi penerbit jurnal.

1.4. Batasan Penelitian

(17)

• Kedua data publikasi ilmiah diterapkan dalam basis data relasional dengan skema yang berbeda menggunakan PostgreSQL dan MySQL yang menunjukkan keragaman dan otoritas pemilik sumber daya..

• Tidak mengikutsertakan analisis subyek.

• Penerapan otentikasi bersama antara kedua domain dilakukan secara manual.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Terdistribusi

Sistem terdistribusi adalah kumpulan beberapa komputer yang saling bebas namun tampak sebagai sebuah sistem tunggal (Tanenbaum & Steen 2002). Definisi tersebut memiliki dua aspek yang menjadi perhatian, masing- masing adalah aspek perangkat lunak dan perangkat keras. Dari sisi perangkat keras, setiap komputer adalah saling bebas (otonom). Sedangkan dari sisi perangkat lunak, pengguna disuguhkan sebuah sistem yang oleh mereka dianggap sebagi sebuah sistem tunggal. Dari kedua aspek tersebut, perangkat lunak memiliki peran yang lebih besar dalam menentukan seperti apa sistem terdistribusi tersebut.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa kedua aspek tersebut membentuk karakteristik dari sistem terdistribusi sebagai berikut.

a. Perbedaan komputer dan cara bagaimana setiap komputer saling berkomunikasi tidak tampak bagi pengguna sistem.

b. Interaksi pengguna dengan sistem terdistribusi menggunakan cara yang seragam dan konsisten, meski dilakukan di tempat dan waktu yang berbeda. c. Scalable.

d. Sistem terdistribusi tetap dapat beroperasi meski beberapa bagian sedang tidak dapat digunakan tanpa diketahui pengguna.

(19)

Gambar 1 Ilustrasi umum sistem terdistribusi dengan middleware (Tanenbaum & Steen 2002)

Kemudian, untuk memudahkan pengembangan dan integrasi aplikasi pada sistem terdistribusi, digunakan beberapa model untuk menggambarkan mekanisme distribusi dan komunikasi yang dilakukan middleware. Mahmoud (2000) membagi model sistem terdistribusi menjadi dua, yaitu model client/server dan model berbasis obyek.

Client/server adalah model komputasi terdistribusi di mana sebuah program (client), berkomunikasi dengan program lain (server) untuk saling bertukar informasi. Model client/server menerapkan protokol yang sama untuk dapat saling berkomunikasi. Contohnya adalah Remote Procedure Call (RPC). Model kedua adalah model sistem terdistribusi berbasis obyek. Dengan model ini, client akan diisolasi dari implementasi layanan dalam bentuk representasi data dan kode yang dapat dieksekusi. Pada model ini, client akan mengirimkan pesan pada sebuah obyek yang selanjutnya akan menerjemahkan pesan tersebut untuk kemudian memberikan layanan yang diminta. Pemilihan layanan dilakukan oleh obyek yang disebut broker. Contohnya adalah Remote Method Invocation (RMI) dan Common Object Request Broker Architecture (CORBA).

(20)

sejumlah aplikasi. Menurut Foster et al. (2001) beberapa aplikasi membutuhkan relasi sharing yang sangat fleksibel meliputi client/server sampai peer-to-peer. Sementara aplikasi lain membutuhkan tingkat pengendalian sumber daya yang dapat menjelaskan tentang bagaimana sumber daya digunakan. Kemudian masalah penggunaan bersama sumber daya yang meliputi aplikasi, berkas, data, hingga komputer dan sensor, serta modus penggunaan sumber daya yang meliputi pengguna tunggal hingga pengguna jamak.

Beberapa masalah muncul pada sistem terdistribusi, terutama dalam hal fleksibilitas, skalabilitas dan interoperabilitas dari entitas yang terlibat dalam sistem (Foster et al. 2001). Kemudian berkembanglah pendekatan komputasi yang dikenal sebagai metacomputing, scalable computing, global computing, internet computing dan yang terakhir dikenal adalah grid computing (Roure et al. 2003).

a. Grid

Grid merupakan perkembangan dari sistem terdistribusi yang membutuhkan kemampuan interoperasi dan skalabilitas yang tinggi dari berbagai sumber daya. Akan tetapi, perlu lebih dahulu dipahami konsep grid dalam kaitannya dengan sistem terdistribusi yang telah ada.

2.2.1 Definisi Grid

Grid merupakan salah satu kajian dalam sistem terdistribusi yang difokuskan pada penggunaan bersama sumber daya dalam skala besar dan berorientasi pada kinerja tinggi (Foster et al. 2001). Istilah ini pertama kali dipergunakan pada pertengahan tahun 1990an untuk memberikan istilah pada infrastruktur sistem terdistribusi untuk bidang IPTEK maju .

(21)

Grid terinspirasi dari penemuan baterai oleh Alessandro Volta (Chetty & Buyya 2002). Penemuan tersebut saat ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Yang diharapkan dari analogi ini adalah bahwa jaringan sumber daya komputasi yang dapat diandalkan, konsisten, dan akses yang mudah untuk digunakan dalam penyelesaian permasalahan komputasi. Komputasi gr id adalah perkembangan dari konsep komputasi berskala besar, yaitu jaringan berbasis internet berupa sumber daya komputasi yang terdistribusi secara geografis, yang dapat digunakan para ilmuan untuk digunakan bersama, dapat dipilih dan digabungkan untuk menyelesaikan permasalahan berskala besar.

Dengan analogi power grid tersebut, komputasi grid akan menyediakan akses pada sumber daya yang dibutuhkan bagi pengguna secara maya, andal, dan adaptif terhadap kebutuhan pengguna (on demand computing). Maya di sini berarti bahwa sumber daya yang dapat digunakan sangat bervariasi, baik spesifikasi maupun lokasi. Akan tetapi, pengguna tidak perlu tahu dari sumber daya mana ia bekerja, seperti pada jaringan daya listrik.

Sedangkan grid menurut Berman et al. (2003), adalah kumpulan sumber daya yang dapat berupa CPU, jaringan, peralatan yang bersifat on line, media penyimpanan, dan sebagainya. Grid memiliki potensi dan kemampuan besar dalam pengembangan aplikasi yang membutuhkan kinerja tinggi dan penggunaan sumber daya serta data yang intensif. Dengan demikian, penggunaan sumber daya komputasi dapat lebih dioptimalkan. Akan tetapi, konsep grid tidak membatasi sumber daya yang digunakan hanya pada permasalahan komputasi (CPU).

Selain penekanan pada penggunaan bersama sumber daya secara terkoordinasi, lingkungan grid harus dibangun atas dasar standar protokol dan framework yang terbuka (Joseph & Fallenstein 2005). Hal ini akan meningkatkan interoperabilitas, dan integrasi fisilitas. Standar tersebut harus diaplikasikan pada pencarian, akses dan koordinasi sumber daya.

(22)

Tabel 1 Perbandingan grid terhadap teknologi sistem terdistribusi lainnya

Teknologi yang telah ada

Persamaan dengan grid Perbedaan dengan grid

Web Menyembunyikan

kompleksitas dari pengguna (merasakan sumber daya

tunggal)

Grid mengakomodasi kolaborasi penuh terhadap semua sumber daya

yang ada untuk mencapai suatu tujuan tertentu berkas secara bersama namun

bersifat many-to-many

Cluster Menggabungkan sumber daya menjadi satu

Grid tidak membatasi lokasi setiap mesin untuk berada pada daerah

tertentu (proximity) maupun perbedaan sistem operasi.

Teknologi virtualisasi

Virtualisasi sumber daya IT Grid dapat memvirtualisasi sumber daya yang sangat besar dan berbeda

Perkembangan grid sendiri dikelompokkan ke dalam tiga generasi (Roure et al. 2003). Generasi pertama diawali oleh proyek yang bertujuan menggabungkan situs super komputer. Pada saat tersebut, pendekatan yang dilakukan dikenal sebagai metacomputing. Generasi kedua grid difokuskan pada middleware yang mampu mengintegrasikan aplikasi perangkat lunak dalam mendukung komputasi dan data berskala besar. Setelah solusi grid dieksplorasi, aspek teknis grid menjadi semakin jelas. Aplikasi grid yang baru, diharapkan dapat diwujudkan dengan menggunakan kembali komponen dan sumber daya informasi yang sudah ada dengan mudah. Solusi yang muncul adalah dengan lebih banyak mengadopsi arsitektur yang berorientasi layanan (service-oriented architecture). Arsitektur tersebut kemudian dikenal dengan singkatan SOA.

2.2.2 Service Oriented Architecture dan Web Service

(23)

Model Web Service kemudian mendapatkan popularitas karena menjanjikan standar dalam SOA (Roure et al. 2003). Model tersebut sejalan dengan kebutuhan grid pada generasi ketiga karena mendukung SOA dan mengadopsi standar untuk memfasilitasi aspek informasi seperti deskripsi layanan. Web Service digunakan karena merupakan model sistem terdistribusi yang lebih sederhana daripada model terdahulu (CORBA, RMI) dan menggunakan standar berbasis internet (XML) untuk menangani komputasi terdistribusi yang heterogen. Implementasi Web Service bertanggung jawab menerima pesan, memprosesnya, dan jika diperlukan, memformat dan mengirimkan pesan respon (Foster et al. 2004). Untuk selanjutnya, Web Service disingkat dengan WS.

Standar WS didefinisikan oleh Web Service Interoperability Organization (kumpulan vendor yang berkomitmen pada pengembangan WS) melalui Basic Profile 1.0 (Haefel 2004). Di dalamnya terdapat penjelasan detil mengenai penggunaan empat spesifikasi utama WS. Keempat spesifikasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. XML (eXtensible Markup Language) adalah bahasa untuk mengatur dokumen dan data bisnis yang disimpan dalam berkas teks dengan tags khusus yang menandakan bagian tertentu dari dokumen.

b. SOAP (Simple Object Access Protocol) adalah standar pemaketan dan pengiriman data XML antar dua aplikasi dalam jaringan yang diterima luas. SOAP juga merupakan dokumen XML, namun dirancang khusus untuk memuat dan mengirimkan dokumen XML.

c. WSDL (Web Service Definition Language) adalah standar dalam mendeskripsikan struktur pada data XML yang dipertukarkan antara dua sistem. Seperti SOAP, WSDL juga merupakan dokumen XML.

(24)

Karena berbasis pada teknologi XML, WS tidak tergantung pada bahasa pemrograman maupun sistem operasi tertentu (Sotomayor 2005). Dengan demikian, aplikasi pada client dapat dibangun dengan bahasa yang berbeda dari layanan yang ada pada server. Selain itu, WS menggunakan HTTP untuk mentransmisikan pesan sehingga mudah dalam pengembangan aplikasi berskala internet. Model lain seperti CORBA yang menggunakan Internet Inter-Object Request Broker (IIOP) untuk versi 2.0 dan selanjutnya, biasanya menimbulkan masalah saat melewati firewall. Bahkan versi CORBA terdahulu masih bergantung pada masing- masing pengembangnya (Mahmoud 2000). Kemudian, WS lebih sesuai untuk diterapkan pada sistem terdistribusi yang loosely-coupled. Hal ini karena client tidak perlu mengetahui tentang layanan yang dimiliki server (Sotomayor 2005). Ilustrasi komunikasi menggunakan model WS adalah seperti pada Gambar 2. Sedangkan ilustrasi komponen WS pada sebuah server adalah seperti Gambar 3. Dalam Gambar 3 tersebut, terlihat bahwa Engine SOAP merupakan kontainer (wadah) bagi aplikasi WS.

(25)

Gambar 3 Hubungan antar komponen pada server WS (Sotomayor 2005)

Meskipun implementasi WS sering bersifat stateless, namun masih dimungkinkan untuk memanipulasi state, seperti data yang terlibat dalam interaksi antar layanan (Foster et al. 2004). Dengan kata lain, implementasi WS sering ditujukan untuk mengakses sumber daya yang bersifat steteful (Czajkowski et al. 2004). Merepresentasikan state dalam WS-pun dapat dilakukan dengan banyak cara, tetapi tidak ada kesepakatan yang dapat meningkatkan interoperabilitas WS dan interaksinya dengan sumber daya yang bersifat stateful. Kondisi tersebut melatarbelakangi didefinisikannya kesepakatan dalam WS yang memungkinkan pencarian, dan interaksi dengan sumber daya yang bersifat stateful serta dengan cara yang standar dan tingkat operabilitas yang tinggi.

Kemudian, berkembanglah Web Service Resource Framework (WSRF), yang merupakan kumpulan spesifikasi untuk menghubungkan WS dengan sumber daya yang bersifat stateful (Foster et al. 2004; Czajkowski et al. 2004). Dalam hal ini, yang dimaksud dengan sumber daya yang bersifat stateful adalah sumber daya yang punya sekumpulan state data yang dapat diekspresikan dalam format XML (Foster et al. 2004). Selain itu, sumber daya juga punya siklus yang terdefinisi dengan baik serta diketahui dan beroperasi pada satu atau lebih WS.

(26)

mendeskripsikan jenis hubungan khusus antara WS dengan sumber daya yang bersifat stateful. Mekanisme tersebut mengacu pada mekanis me yang digunakan untuk menghubungkan sumber daya yang bersifat stateful dengan eksekusi pertukaran pesan yang diimplementasikan oleh WS.

2.2.3 Open Grid Service Architecture (OGSA)

Pada tahap awal perkembangan grid, sejumlah solusi middleware khusus dibuat unt uk mengatasi permasalahan dalam grid, seperti pencarian sumber daya, otentikasi, otorisasi, dan mekanisme akses (Joseph & Fellenstein 2005). Tetapi, solusi tersebut rendah tingkat interoperabilitasnya.

OGSA adalah arsitektur grid yang dilatarbelakangi kebutuhan untuk melakukan standardisasi antarmuka layanan middleware pada aplikasi dan pengguna (Foster et al. 2002). Konsep arsitektur tersebut merupakan hasil dari penyejajaran standar grid yang telah ada dengan SOA. OGSA mendefinisikan standar format dan pola pertukaran pesan dalam grid (Joseph & Fellenstein 2005). Standardisasi pesan dan pola pertukarannya memungkinkan interoperabilitas antar layanan grid. OGSA menyediakan cara yang sama untuk mendeskripsikan layanan grid dan mendefinisikan ciri umum semua layanan grid.

OGSA mengintegrasikan dua teknologi penting dalam grid, masing- masing adalah Globus Toolkit (GT) dan mekanisme WS (Foster et al. 2002) dalam membangun kerangka kerja sistem terdistribusi. GT digunakan dalam proses standardisasi ini karena digunakan secara luas dalam banyak aplikasi berbasis grid. Selain itu, GT bersifat open-architecture, open-source, mengakomodasi berbagai isu mengenai keamanan, pencarian informasi mengenai sumber daya yang tersedia, pengelolaan sumber daya dan data, komunikasi, deteksi kesalahan, serta portabilitas.

d. Topologi Grid

(27)

a. Intragrid. Topologi jenis ini bercirikan pada kepemilikan organisasi tunggal, di mana tidak ada integrasi dengan sistem lain di luar organisasi tersebut. Topologi intragrid adalah sebuah cluster tunggal. Karena dimiliki oleh satu oraganisasi saja, kebijakan mengenai keamanan, pengelolaan data serta sumber daya juga bersifat tunggal dan statis.

b. Ekstragrid. Topologi jenis ini melibatkan kepemilikan yang lebih dari satu organisasi. Karena itu, akan ada integrasi lebih dari satu sistem cluster pada masing- masing organisasi yang terlibat. Berbeda dari topologi intragrid, topologi ini menerapkan kebijakan pada sistem grid secara beragam. Sumber daya yang dikelola juga bersifat dinamis sehingga perlu mekanisme antisipasi terhadap kegagalan salah satu komponen yang terlibat.

c. Intergrid. Topologi yang sama seperti ekstragrid, hanya tingkat keberagamannya yang lebih tinggi.

Gambar 4 Keterkaitan topologi intragrid, ekstragrid, dan intergrid (Jacob et al. 2005).

e. Virtual Organization

(28)

terkendali. Dengan kata lain, penyedia sumber daya maupun pengguna haruslah didefinisikan dengan jelas mengenai sumber daya apa saja yang akan digunakan bersama, siapa saja yang diperbolehkan menggunakannya, maupun kondisi di mana penggunaan bersama tersebut boleh dilakukan. Sekumpulan individu maupun institusi yang berinteraksi dalam penggunaan bersama suatu sumber daya dengan aturan tertentu disebut Virtual Organization. Virtual Organization untuk selanjutnya disebut VO.

VO sangat beragam jika ditilik dari tujuan, ruang lingkup, dimensi, durasi, struktur, komunitas dan berbagai faktor lainnya. Keberagaman tersebut meliputi beberapa hal berikut.

a. Hubungan antar entitas dalam skema penggunaan sumber daya client/server hingga peer-to-peer.

b. Tingkat kendali yang jelas terhadap cara sumber daya yang digunakan, meliputi akses kontrol secara fine-grained hingga multi-stackholder.

c. Keberagaman sumber daya yang digunakan meliputi aplikasi, berkas, data, komputer, sensor, jaringan dan sebagainya.

d. Modus penggunaan meliputi pengguna tunggal maupun pengguna jamak. Beragamnya VO mengimplikasikan bahwa VO memiliki batasan yang samar, struktur yang fleksibel, dan kemampuan melibatkan entitas baru saat dibutuhkan.

2.3 Globus Toolkit

Globus Toolkit (GT) adalah alat bantu perangkat lunak yang bersifat open source yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan aplikasi berbasis gr id. Untuk rilis keempat, sebagaimana OGSA, GT telah mengadopsi konsep WS pada beberapa komponennya. Sotomayor (2005) menjelaskan masing- masing komponen sebagai berikut.

a. Common runtime. Komponen ini menyediakan kumpulan pustaka dasar yang diperlukan untuk membangun layanan baik yang berbasis WS atau non-WS.

(29)

c. Data Management. Komponen ini digunakan untuk mengelola data dalam jumlah besar pada VO. Pengelolaan berkaitan dengan integrasi data dengan suatu layanan grid dan publikasi data (Deelman et al. 2004) serta perpindahan, akses dan update data (Foster et al. 2005).

d. Information Service. Komponen ini digunakan untuk mengelola sumber daya yang terlibat dalam VO. Pengelolaan meliputi pencarian dan pengamatan layanan.

e. Execution Management. Komponen ini digunakan untuk mengelola program yang dapat dieksekusi. Pengelolaan yang dilakukan terkait dengan inisiasi, pengamatan, penjadwalan dan koordinasi.

Komponen-komponen GT4 adalah seperti pada Gambar 5. Kemudian, dari kelima komponen tersebut, terdapat komponen-komponen yang berbasis WS, sedangkan sisanya berbasis non-WS. Foster (2005) mengilustrasikan arsitektur GT4 seperti pada Gambar 6.

(30)

Gambar 6 Arsitektur GT4 (Foster 2005)

Dari kelima komponen utama GT4, terdapat sembilan komponen yang berbasis WS. Kesembilan komponen tersebut adalah sebagai berikut.

a. Job Management (Grid Resource Allocation Manager). Komponen ini berfungsi untuk mencari, mengirim, memonitor atau membatalkan suatu job dalam lingkungan grid. WS-GRAM bukan scheduler, namun merupakan layanan yang berkomunikasi dengan berbagai scheduler dalam lingkungan grid.

b. Reliable File Transfer (RFT). Komponen ini berfungsi untuk mengelola berkas di VO.

c. OGSA-DAI (Data Access and Integration). Komponen ini berfungsi untuk mengakses dan mengintegrasikan data pada semua sumber daya di VO.

d. Delegation Service. Komponen ini menyediakan antarmuka untuk delegasi X.509 sertifikat proxy ke layanan yang diinginkan. Hal ini terutama diperlukan saat pengguna akan melakukan operasi tambahan pada mesin remote atau akan melakukan staging berkas (mengirimkan berkas executable ke mesin remote).

(31)

f. Monitoring and Discovery System (MDS). Komponen ini terdiri dari tiga bagian, masing- masing adalah MDS-Trigger yang berfungsi untuk melakukan sebuah aksi saat kondisi yang didefinisikan terpenuhi, MDS-Index untuk mengumpulkan informasi mengenai proses dan MDS-Archieve yang masih dalam tahap pengembangan.

g. Grid TeleControl Protocol (GTCP). Komponen ini memungkinkan pengendalian instrument tertentu dalam lingkungan grid.

Mengacu ke Gambar 3, GT berfungsi sebagai Engine SOAP (kontainer) bagi layanan WS untuk integrasi data.

2.4. Infrastruktur Keamanan Grid (Grid Security Infrastructure)

Grid Security Infrastructure (GSI) adalah salah satu komponen utama yang ada pada Globus Toolkit 4.0.x. GSI menggunakan kriptografi kunci publik sebagai dasar fungsionalitasnya. Latar belakang dari dikembangkannya GSI adalah perlunya melakukan komunikasi yang aman antar entitas grid, tidak terpusat, mendukungan ”single-sign-on” untuk pengguna grid, termasuk delegasi credentials dalam melakukan perhitungan yang melibatkan banyak sumber daya. Berikut adalah beberapa konsep penting dalam GSI.

2.4.1 Kriptografi Kunci Publik

(32)

Gambar 7 Ilustrasi enkripsi dengan kunci publik (Zimmermann 1999)

2.4.2 Tanda Tangan Digital

Tanda tangan digital memungkinkan penerima informasi untuk menguji keaslian sumber informasi dan menguji bahwa informasi yang diterima lengkap seperti saat pertama kali dikirim. Penggunaan tanda tangan digital lebih ditujukan pada integritas informasi dan validitas pihak yang terlibat dalam komunikasi informasi, bukan pada kerahasiaan informasi itu sendiri.

(33)

Gambar 8 Ilustrasi tanda tangan digital (Zimmermann 1999)

2.4.3 Sertifikat Digital

Selain masalah integritas dan validitas yang ditangani oleh tanda tangan digital, isu lain dalam kriptografi kunci publik adalah bagaimana pengguna secara terus menerus menjamin bahwa mereka mengenkripsi informasi kepada penerima yang valid (Zimmermann 1999). Di dalam lingkungan, di mana dibutuhkan pertukaran kunci publik melalui server publik, serangan jenis man-in-the-middle merupakan ancaman serius. Dalam lingkungan seperti itu, pengguna harus dapat diberikan jaminan bahwa kunci publik yang digunakan untuk mengenkripsi informasi adalah benar-benar kunci publik dari penerima yang dimaksudkan.

Sertifikat digital berperan seperti sertifikat secara fisik yang kita kenal. Sertifikat digital adalah informasi yang disertakan dalam kunci publik suatu pihak untuk membantu pihak lain dalam meyakinkannya bahwa kunci publik tersebut valid. Sertifikat digital berisi tiga jenis informasi, yaitu kunci publik, informasi sertifikat (seperti nama, identitas pengguna, dll), serta satu atau lebih tanda tangan digital. Karenanya, sertifikat digital pada dasarnya adalah kumpulan informasi pengidentifikasi yang disertakan bersama kunci publik dan ditandatangani oleh pihak ketiga yang terpercaya untuk menjamin keaslian sertifikat tersebut.

(34)

sekalipun dapat bekerja sama. Kemudian muncul sistem yang hanya fokus sebagai media penyimpanan bersama dan bahkan sistem yang lebih terstruktur dengan fitur pengelolaan kunci yang disebut sebagai Public Key Infrastructure (PKI).

Fitur penting dari PKI adalah Cetificate Authority (CA) yang merupakan entitas manusia, bisa seseorang, kelompok, departemen, perusahaan atau institusi lain yang punya otoritas mengeluarkan sertifikat ke komputer pengguna. Peran CA mirip dengan institusi pemerintah yang menerbitkan paspor. CA menerbitkan sertifikat yang ditandatangani oleh kunci privatnya. Karenanya, peran CA adalah yang terpenting dalam PKI.

Sertifikat digital dapat memiliki format tertentu. Salah satunya adalah format X.509 yang digunakan dalam GSI. Sertifikat X.509 adalah kumpulan standar yang berisi informasi mengenai pengguna atau peralatan tertentu dan kunci publiknya. Standar X.509 mendefinisikan informasi yang akan disimpan dalam sertifikat dan format informasi tersebut. Semua sertifikat X.509 memiliki informasi berikut ini.

a. Nomor versi X.509 yang mengidentifikasi versi X.509 yang diaplikasikan ke sertifikat.

b. Kunci publik pemegang sertifikat, berikut algoritma yang mengidentifikasi kelompok dari jenis kunci yang digunakan serta parameter-parameter terkait.

c. Nomor seri sertifikat, digunakan dalam beberapa kondisi, seperti ketika sertifikat dibatalkan, nomor seri ini ditempatkan di Certificate Revocation List (CRL).

d. Identitas unik pemegang sertifikat atau sering disebut Distingushed Name (DN). DN terdiri dari beberapa bagian, misalnya

("/O=Grid/OU=GlobusTest/OU=simpleCA-server2.anaconda.org/ OU=anaconda.org/CN=Arya Adhyaksa Waskita" arya).

e. Masa valid sertifikat, mengindikasikan waktu sertifikat tidak berlaku lagi. f. Nama unik dari CA. Hal ini disebabkan karena penggunaan sertifikat

mengimplikasikan kondisi percaya terhadap entitas penerbit sertifikat. g. Tanda tangan digital CA, menggunakan kunci publiknya.

(35)

Semua sertifikat X.509 memenuhi standar internasional dari ITU-T X.509. Karenanya, sertifikat X.509 yang dibuat untuk suatu aplikasi dapat digunakan oleh aplikasi lain yang juga memenuhi standar ITU-T X.509. Meskipun secara praktis, banyak perusahaan yang membuat ekstensi terhadap sertifikat X.509 mereka yang belum tentu sesuai dengan ekstensi yang dibuat perusahaan lain.

2.4.4 Otentikasi bersama

Jika dua entitas dalam lingkungan grid memiliki sertifikat, dan jika keduanya saling mempercayai CA yang mensertifikasi sertifikat mereka, maka keduanya berada dalam kondisi otentikasi bersama (Mutual Authentication). Kondisi tersebut memungkinkan keduanya untuk saling membuktikan bahwa mereka adalah benar-benar entitas yang mereka deklarasikan.

Tahapan yang dilakukan dalam membangun otentikasi bersama antara dua entitas dapat dijelaskan pada Gambar 9 berikut.

Gambar 9 Tahapan dalam membangun otentikasi bersama

2.4.5 Delegation, Single-Sign-On dan Proxy Certificates

(36)

membutuhkan beberapa sumber daya dalam lingkungan grid yang masing- masing mensyaratkan otentikasi bersama atau ketika diperlukan agen yang meminta layanan dari sisi pengguna. Pada kondisi tersebut kebutuhan untuk memasukkan lagi kata sandi pengguna diabaikan dengan membuat proxy. Dengan demikian kondisi Single-Sign-On (SSO) dapat diimplementasikan. Mekanisme delegasi tersebut diilustrasikan seperti Gambar 10.

Gambar 10 Ilustrasi delegasi dalam GSI (Globus Toolkit Team 2006a)

Sebuah proxy terdiri dari sertifikat proxy dan kunci privat yang gabungan keduanya dikenal sebagai proxy credential. Sertifikat baru yang berisi identitas pengguna dan penanda proxy tersebut ditandatangani oleh pengguna yang bersangkutan. Selain itu, terdapat pula notasi yang menunjukkan waktu valid dari proxy. Ketika proxy berhasil dibuat dan disimpan, entitas remote tidak hanya menerima sertifikat proxy, tapi sertifikat pengguna. Dalam hal ini, kunci pub lik pengguna yang terdapat dalam sertifikatnya akan digunakan untuk memvalidasi tanda tangan digital yang ada pada sertifikat proxy. Sedangkan, tanda tangan digital dalam sertifikat pengguna divalidasi dengan kunci publik CA. Demikianlah proses terbentuknya rantai kepercayaan dari CA sampai proxy melalui pengguna.

2.5. OGSA-DAI WSRF (OGSA-DAI Team 2006)

(37)

OGSA-DAI dikembangkan dalam dua spesifikasi WS, masing- masing adalah WS-Interoperability (WS-I) dan WSRF. Dalam penelitian ini, digunakan OGSA-DAI WSRF karena akan dijalankan di atas kontainer GT yang juga menggunakan spesifikasi WSRF.

OGSA-DAI memiliki beberapa komponen penting ya ng diilustrasikan pada arsitektur seperti Gambar 11. Komponen-komponen tersebut menyediakan layanan yang berorientasi dokumen bagi pengguna melalui perform document dan response document. Dalam dokumen tersebut, didefinisikan aktifitas yang dikehendaki pengguna serta hasil eksekusinya.

Gambar 11 Arsitektur OGSA-DAI

Secara singkat keempat komponen penting OGSA-DAI dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Data Layer adalah sumber data di luar OGSA-DAI yang akan diakses dan diekspose ke grid. Contohnya adalah basis data relasional seperti MySQL dan PostgreSQL.

(38)

c. Presentation Layer adalah gerbang masuk bagi pengguna yang ingin melakukan operasi yang terkait dengan data seperti query dan transformasi, maupun yang terkait dengan transport. Komponen utamanya adalah data service.

d. Client Layer adalah sisi di mana pengguna dapat berinteraksi dengan data service resource melalui data service.

2.5.1 Aktifitas

Aktifitas adalah operasi yang diharapkan pengguna dilakukan oleh data service resource. Banyak aktifitas yang disediakan dalam paket OGSA-DAI seperti query dan update dalam bentuk skema XML dan pustaka Java. Selain yang telah disediakan, pengguna dapat membangun aktifitas yang didefinisikan sendiri. Secara umum, aktifitas digunakan untuk memanipulasi sumber data serta operasi transformasi dan deliveri data seperti SQL query, transformasi XSL-T, dan GridFTP.

Terdapat empat tahap dalam mendeskripsikan aktifitas. Keempat tahap tersebut masing- masing adalah mendefinisikan skema dalam XML, mengimplementasi kelas Java pada sisi server (untuk layanan) dan client, serta menginstalasinya. Skema XML berisi deskripsi struktur aktifitas. Dengan skema tersebut, penyedia layanan dapat memahami operasi yang diminta client. Contohnya adalah aktifitas sqlQueryStatement yang akan banyak digunakan

dalam penelitian ini. Aktifitas ini mendefinisikan elemen <expression> yang

berisi ekspresi query ke sumber data relasional.

Tahap selanjutnya adalah mengimplementasikan kelas Java untuk layanan yang akan dibuat. Karena banyak sekali pustaka yang tersedia dalam paket OGSA-DAI, implementasi kelas Java menjadi lebih mudah. Umumnya, pustaka tersebut ditujukan untuk aktifitas-aktifitas dasar seperti query dan update. Aktifitas lain, umumnya merupakan turunan dari aktifitas dasar. Untuk tujuan tersebut, beberapa aktifitas dasar dapat digabung dalam pipe aktifitas.

(39)

bagi aktifitas lain. Aktifitas menuliskan blok data ke stream keluaran untuk kemudian dihubungkan dengan aktifitas yang terkait dengan keluaran tersebut. Sebuah blok dapat berupa obyek Java dengan jenis apapun meski pada umumnya berupa String dan array byte. Keuntungannya adalah bahwa konsep pipeline dapat mengeliminasi perpindahan data yang tidak perlu. Ide dasarnya adalah mendekatkan proses perhitungan ke sumber data. Jika setiap aktifitas diselesaikan menggunakan pasangan request-response layanan yang berbeda, akan muncul beban akibat proses serialization, deserialization dan perpindahan data yang cukup besar melalui jaringan.

Tahap selanjutnya adalah mengimplementasi kelas Java pada sisi client. Tujuan utamanya adalah menyusun perform document, disesuaikan dengan skema XML yang sebelumnya dibuat. Kemudian dilanjutkan dengan instalasi. Tahap ini melibatkan penyimpanan skema dan kelas Java baik dari sisi server maupun client pada lokasi yang telah ditentukan. Konfigurasi tersebut dideskripsikan dalam dokumen konfigurasi aktifitas. Dokumen skema XML tersebut digunakan oleh data service resource yang diharapkan pengguna mengkesekusi aktifitasnya. Karena statusnya sebagai dokumen skema, dokumen tersebut juga ditempatkan di direktori yang sama dengan dokumen skema untuk aktifitas lainnya.

2.5.2 Data Service

Data Service adalah gerbang masuk bagi pengguna yang ingin mengakses, melakukan query atau update terhadap sumber data menggunakan OGSA-DAI. OGSA-DAI memberikan layanan berorientasi dokumen yang berarti interaksinya dengan pengguna dilakukan melalui dokumen yang berisi berbagai aktifitas yang diperlukan. Layanan tersebut melibatkan dua jenis dokumen dalam format XML pada setiap interaksi antara pengguna dengan data service. Keduanya adalah perform document dan response document.

(40)

dilakukan dengan cara mengirimkan respon setelah eksekusi perform document selesai dilakukan. Sebaliknya, perform document yang tidak memiliki end-point, data hasil eksekusinya tidak dapat diikutkan dalam respon. Pada kondisi ini, data service resource dapat langsung mengembalikan respon dan kembali mengolah perform document secara asinkron.

b. Response Document. Dokumen ini akan diterima pengguna sebagai respon dari penyedia layanan atas perform document yang dikirimkan sebelumnya. Response document mendeskripsikan status eksekusi dan hasil dari perform document dalam format XML, seperti hasil query basis data.

2.5.3 Data Service Resource

Data Service Resource mengimplementasikan fungsi- fungsi dasar OGSA-DAI dan menerima perform document dari data service untuk diolah. Komponen ini juga dapat menyimpan data sementara untuk keperluan pihak ketiga melalui operasi transport data pada data service.

Konfigurasi data service resource dilakukan melalui berkas konfigurasi dengan jenis berikut ini.

a. Berkas konfigurasi aktifitas, menjelaskan aktifitas yang dimungkinkan oleh data service resource untuk dieksekusi pengguna.

b. Berkas konfigurasi kelas data resource accessor, menjelaskan kelas Java yang mengimplementasikan data resource accessor.

c. Berkas konfigurasi sesi, menjelaskan properti dari sesi pengguna dengan data service resource.

(41)

2.5.4 Interaksi antar komponen utama OGSA-DAI

Telah dijelaskan bahwa OGSA-DAI mendukung interaksi yang berorientasi dokumen. Dengan kata lain, pengguna berinteraksi dengan data service melalui perform document. Data service kemudian meneruskan dokumen tersebut ke data service resource sebagai representasi sumber data. Data service resource kemudian menginterpretasi dan mengeksekusi aktifitas yang dideskripsikan dalam perform document. Hasil eksekusi aktifitas tersebut kemudian dideskripsikan dalam response document untuk kemudian dikirimkan kembali ke pengguna.

Mekanisme request-response antara pengguna dan OGSA-DAI dapat diilustrasikan seperti Gambar 12.

Gambar 12 Ilustrasi request-response pengguna dan OGSA-DAI

2.6. Bibliografi, Bibliometriks serta Analisis Sitiran dan Entropi

Secara harfiah, bibliografi adalah kumpulan publikasi, baik berupa buku, artikel, jurnal, disertasi, situs web, atau informasi lainnya untuk topik tertentu (University of Connecticut Libraries 2005). Dalam bibliografi, terdapat banyak informasi yang berguna bagi ilmu informasi dan perpustakaan.

(42)

berkaitan dengan analisis sitiran dilakukan oleh Kostoff et al. (2004). Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi pengguna hasil suatu penelitian, aplikasi, dan pengaruhnya terhadap pelaku penelitian, manager, penilai, serta penyandang dana.

Analisis entropi dalam ilmu informasi mengadopsi terminologi entropi dalam termodinamika. Entropi dalam termodinamika adalah ukuran ketidakteraturan alam semesta. Dalam sebuah sistem terisolasi, total energi yang terkandung di dalamnya tetap sama.

Akan tetapi, transformasi energi searah (irreversible) menyebabkan sistem tersebut terdegradasi. Degradasi ini adalah bentuk dari mengarahnya distribusi energi dalam sistem pada suatu pola tertentu (Dutta 1995).

Konsep entropi dalam termodinamika kemudian diadopsi dalam ilmu informasi. Dalam hal karya tulis ilmiah, sebuah jurnal dapat menjadi sumber inspirasi penulis/peneliti lain dalam berkarya. Saat suatu tulisan terbit, kondisi ini dapat dianalogikan dengan kondisi saat terjadi ketidakseimbangan distribusi energi dalam sistem termodinamika. Sitiran, merupakan ujud dari mengarahnya distribusi energi tersebut menuju suatu pola tertentu.

Mutiara (2004) memformulasikan nilai entropi untuk kasus bibliografi seperti persamaan 1 berikut ini.

(1)

dengan I = entropi probabilistik

np = jumlah total sitiran saat priori

nq = jumlah total sitiran saat posteriori

fp = frekuensi sitiran saat priori

fq = frekuensi sitiran saat posteriori

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Secara umum, metode penelitian yang digunakan tersusun dalam suatu diagram alir seperti pada Gambar 13. Diagram alir tersebut memperlihatkan tahap-tahap penelitian yang dilakukan.

Gambar 13 Tata laksana penelitian

Penjelasan rinci mengenai tahapan penelitian adalah sebagai berikut.

(44)
(45)

b. Identifikasi subsistem dan pengumpulan data.

• Identifikasi susbsistem yang terlibat dalam prototipe sistem didasarkan pada alur kerja penelitian Mutiara (2004) dengan beberapa batasan. Kemudian, dibuat skema hubungan setiap susbsistem seperti diilustrasikan pada Gambar 15. Kedua subsistem yang menyediakan fasilitas integrasi data untuk mendukung perhitungan entropi. Keduanya juga tergabung dalam sebuah VO yang saling percaya.

• Data yang digunakan diperoleh dari Perpustakaan PPIN – Badan Tenaga Nuklir Nasional.

Gambar 15 Skema hubungan antar subsistem

2.2.3 Konfigurasi GT dan OGSA-DAI serta Disain skema dan implementasi basis data.

• Konfigurasi GT dilakukan di server1 dan server2 meliputi simpleCA

(paket Certificate Authority yang dikemas dalam paket GT). Kedua mesin juga diset untuk saling mempercayai Cetificate Authority keduanya. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan instalasi paket OGSA-DAI sebagai layanan baru dalam GT, instalasi data service dan data service reource.

(46)

d. Pengujian.

Pengujian dititikberatkan pada penggunaan fasilitas internal OGSA-DAI untuk mendapatkan komponen dalam formula entropi (persamaan 1). Pengujian dilakukan melalui antarmuka dengan modus Command Line Interface dan grafik. Selain itu, dilakukan pula pengujian pengaturan hak akses pengguna terhadap sumber data yang tersedia.

e. Pembahasan. Hasil tahap pengujian kemudian dievaluasi untuk tujuan perbaikan dan peningkatan fungsi pada penelitian di masa mendatang.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang akan digunakan adalah prosiding dari lokakarya dan seminar dari yang diselenggarakan di berbagai unit di lingkungan Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN). Dari beberapa prosiding yang tersedia, dipilih prosiding Lokakarya Komputasi Sains dan Teknologi Nuklir (LKSTN) serta prosiding seminar Sains dan Teknologi Nuklir pada tahun 1995 - 1997. Dari prosiding pertama, diperoleh 138 karya ilmiah, sementara dari sisanya diperoleh 123 karya ilmiah. Sedangkan, peralatan terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Tabel 2 berisi daftar perangkat lunak, sedangkan Tabel 3 berisi perangkat keras.

Tabel 2 Daftar perangkat lunak

No. Nama Perangkat Lunak

1 Linux OS Kernel 2.6.x (Fedora Core 4)

2 Basis data MySQL 5.0.21 dan PostgreSQL 8.1.3 3 Globus Toolkit 4.0.2

4 OGSA-DAI WSRF 2.2 5 J2SE Development Kit 1.5.0.8 6 Ant 1.6.5

7 Open Office 2.0.3

Tabel 3 Daftar perangkat keras

No. Nama Alat Spesifikasi

1 Komputer • AMD Athlon 1.7GHz, 256MB ram, 80GB HD, Realtek 10/100MBps LAN

(47)

BAB IV

DISAIN DAN IMPLEMENTASI

4.1. Pengumpulan Data

Bahan yang diperoleh dari perpustakaan PPIN-BATAN. Selain kemudahan dalam memperolehnya, alasan dipilihnya bahan tersebut adalah karena dalam tahun penerbitan tertentu, terdapat cukup banyak karya ilmiah yang dipublikasi. Acuan yang digunakan pada karya ilmiah dalam prosiding tersebut juga cukup beragam.

4.2. Disain Skema Basis Data

Skema untuk kedua basis data server seperti pada Gambar 16. Skema yang dibuat memiliki perbedaan, terutama pada kemampuan PostgreSQL yang mampu mengakomodasi jenis data array. Jenis data ini digunakan untuk menyimpan nama penulis, baik pada artikel dalam prosiding maupun referensi.

(a)

(b)

(48)

4.3. Konfigurasi dan Implementasi Basis Data

Server basis data yang digunakan adalah PostgreSQL rilis 8.1.3 dan MySQL rilis 5.0.21. Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam konfigurasi dan implementasi menggunakan basis data tersebut.

a. Konfigurasi PostgreSQL. Konfigurasi dilakukan pada kedua server dengan penggunaan yang sedikit berbeda. Pada server1, basis data

PostgreSQL digunakan sebagai server basis data untuk salah satu data bibliografi dan untuk layanan RFT. Sedangkan pada server2, digunakan

hanya untuk la yanan RFT. Dalam penelitian ini, digunakan distribusi kode sumber PostgreSQL versi 8.1.3. Akan tetapi, sebelum konfigurasi dilakukan, pengguna dalam sistem operasi untuk mengelola server basis data (diberi nama postgres) perlu ditambahkan dengan tahapan berikut.

# /usr/sbin/useradd-c “PostgreSQL” -g 501 -m -u 501 postgres

Selanjutnya, postgreSQL dikonfigurasi dengan langkah- langkah berikut.

$ ./configure

$ /usr/local/pgsql/bin/initdb -D /home/postgres/data

(inisialisasi basis data server ke direktori /home/postgres/data)

$ /usr/local/pgsql/bin/postmaster -D /home/postgres/data >logfile 2>&1 & (menjalankan server PostgreSQL)

Berikutnya berturut-turut adalah membuat pengguna dengan identitas

globus untuk basis data PostgreSQL dan memasukkan data. Pengguna basis

data tersebut akan digunakan untuk menerima pendelegasian aktifitas dari pengguna grid.

$ /usr/local/pgsql/bin/createuser -A -d -P globus $ su – globus

$ /usr/local/pgsql/bin/createdb lkstn $ /usr/local/pgsql/bin/psql lkstn

(49)

konfigurasi selesai. Sama seperti pada PostgreSQL, pada MySQL juga

memerlukan pengguna globus untuk mengimplementasikan data. Nama

yang sama untuk pengguna pada kedua basis data hanya untuk tujuan kemudahan bagi penulis. Pada MySQL, pembuatan pengguna dan basis data dilakukan dengan cara berikut.

# mysql -p

mysql> use mysql;

mysql> create user 'globus'@'localhost'; mysql> set password for

'globus'@'localhost'=password('globusUser'); mysql> \q

# su – globus

$ mysql -u globus -p

mysql> create database seminar;

Terkait dengan tahapan pengujian, dibuat pula dua pengguna lain pada server basis data MySQL, masing- masing dengan hak akses terbatas ke sumber data. Pengguna dengan identitas tmp dibuat dengan hak akses penuh

ke satu tabel. Sedangkan pengguna dengan identitas tmp2 dibuat dengan hak

akses terbatas (hanya pernyataan select) pada satu tabel. Pembuatan kedua

pengguna tersebut dilakukan dengan cara yang sama seperti perintah di sebelumnya.

4.4. Konfigurasi GT (Globus Toolkit Team 2006b)

Secara umum, konfigurasi paket GT dapat dibagi dalam beberapa tahap.

Berikut adalah tahap-tahap yang dilakukan di server1 dan server2.

a. Persiapan Awal. Konfigurasi dimulai dengan menyiapkan kebutuhan perangkat lunak pendukung yang dibutuhkan oleh GT. Perangkat lunak pendukung tersebut diantaranya adalah kompilator gcc, pustaka Java dan

ant, serta memastikan PATH untuk perangkat lunak pendukung serta

konfigurasi GT dalam sistem operasi. Untuk shell BASH, PATH diset dengan

perintah berikut.

# export JAVA_HOME=/usr/local/jdk1.5.0.8 # export ANT_HOME=/usr/local/ant1.6.5 # export GLOBUS_LOCATION=/opt/gt-4.0.2

(50)

Selain itu, perlu dibuat pengguna dalam sistem operasi dengan nama globus

yang akan mengelola sertifikat host dan pengguna. Konfigurasi dilakukan oleh globus, karena itu PATH untuk paket GT juga diset sebagai miliknya.

Selanjutnya adalah variabel HOSTNAME diset pada masing- masing server.

Karena asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdapat dua domain yang akan digabungkan dalam sebuah VO, pada setiap server juga dijalankan layanan Domain Name Server (DNS). Dalam penelitian ini, variabel localhost.localdomain masing- masing diset menjadi server1.mammoth.org dengan IP 25.20.5.31 dan server2.anaconda.org

dengan IP 195.20.5.31. Dalam penelitian ini, mesin server1 dan server2

menggunakan sistem operasi Fedora Core 4. Langkah konfigurasi paket GT berikut ini dilakukan pada kedua server, tetapi yang ditampilkan hanya pesan dari server1 karena alasan kesamaan. Opsi hostname juga

disesuaikan dengan server yang digunakan.

b. Membangun paket GT. Proses konfigurasi kemudian dapat dilajutkan dengan membangun paket GT. Dalam hal ini, paket GT yang digunakan telah di-precompiled untuk sistem operasi Fedora Core 4 agar dapat diimplementasikan lebih cepat. Langkah- langkah yang dijalankan dalam mambangun paket GT adalah sebagai berikut.

$ ./configure –prefix=$GLOBUS_LOCATION $ make

$ make install.

c. Konfigurasi fasilitas kemanan. Konfigurasi fasilitas keamanan berupa simpleCA sebagai Certificate Authority (CA) yang telah dikemas dalam paket GT untuk tujuan uji coba. Konfigurasi simpleCA dilakukan oleh

pengguna dengan ID globus dengan perintah

$GLOBUS_LOCATION/setup/globus/setup-simple-ca

Perintah tersebut akan memaketkan distribusi simpleCA sebagai berkas

~globus/.globus/simpleCA//globus_simple_ca_cert_hash_setup-x.xx.tar.gz. Paket inilah yang nantinya saling dipertukarkan untuk

(51)

saling percaya (otentikasi bersama). Paket simpleCA kemudian disimpan di

direktori ~globus/.globus/simpleCA.

Langkah selanjutnya adalah membuat kedua server percaya pada CA yang baru saja dikonfigurasi. Tahap ini dilakukan oleh pengguna dengan ID root

menggunakan perintah berikut.

# $GLOBUS_LOCATION/setup/globus_simple_hash_setup/setupgsi -default

Opsi -default digunakan untuk simpleCA yang pertama kali dikonfigurasi

sebagai CA yang utama untuk mesin yang bersangkutan.

Proses dilanjutkan dengan meminta sertifikat untuk host dan pengguna ke CA dengan perintah

# $GLOBUS_LOCATION/bin/grid-cert-request -host server1.mammoth.org

Opsi host digunakan untuk meminta sertifikat host, sedangkan sertifikat

untuk pengguna dilakukan oleh pengguna itu sendiri. Untuk host, sertifikat ada diletakkan di direktori /etc/grid-security/certificates. Perintah grid-cert-request kemudian menghasilkan tiga berkas di direktori /etc/grid-security masing hostcert_request.pem, hostcert.pem

yang masih kosong, dan hostkey.pem. Sertifikat tersebut kemudian perlu

ditandatangani. Berikut adalah proses menandatangani sertifikat oleh

globus. Opsi –in menunjukkan asal berkas permintaan tanda tangan,

sedangkan opsi –out menunjukkan berkas sertifikat yang telah

ditandatangani.

$GLOBUS_LOCATION/bin/grid-ca-sign -in /etc/grid-security/hostcert_request.pem -out hostsigned1.pem

To sign the request

please enter the kata sandi for the CA key: The new signed certificate is at:

/home/globus/.globus/simpleCA//newcerts/01.pem

Perintah tersebut menunjukkan permintaan tanda tangan diberikan melalui berkas hostcert_request, sedangkan sertifikat yang telah ditandatangani

(52)

simpleCA dalam berkas ~globus/.globus/simpleCA//newcerts/01.pem.

Penamaan 01.pem disebabkan karena berkas sertifikat host adalah sertifikat

yang pertama kali ditandatangani simpleCA. Sertifikat yang ditandatangani kemudian akan diberi nama 02.pem, 03.pem, dan seterusnya. Selanjutnya, hostsigned1.pem akan menggantikan berkas /etc/grid-security/hostcert.pem yang sebelumnya masih kosong.

Sertifikat host akan dimiliki oleh root dan akan digunakan oleh layanan

seperti globus-gridftp-server. Akan tetapi, tidak semua layanan dan kontainer yang dijalankan dari root. Karenanya, perlu dibuat salinan dari

sertifikat host bagi kontainer yang akan menjalankan layanan globus. Hal

ini dilakukan dengan menyalin berkas hostcert.pem dan hostkey.pem

masing- masing menjadi containercert.pem dan containerkey.pem yang

dimiliki pengguna dengan ID globus. # cp hostcert.pem containercert.pem # cp hostkey.pem containerkey.pem # chown globus:globus container*.pem

Setelah permintaan sertifikasi host, proses dilanjutkan dengan permintaan

sertifikasi oleh pengguna. Dalam hal ini, server1 menggunakan adhy,

sedangkan server2 menggunakan arya sebaga i pengguna. Permintaan

sertifikasi tersebut dilakukan dengan perintah berikut

$GLOBUS_LOCATION/bin/grid-cert-request

Perintah tersebut akan menghasilkan berkas sertifikat bagi pengguna yang disimpan di direktori ~username/.globus. Sama seperti host, pengguna juga perlu meminta tanda tangan dari simpleCA untuk sertifikatnya. Dengan otoritas globus, sertifikat pengguna ditandatagani dengan perintah berikut. $GLOBUS_LOCATION/bin/grid-ca-sign -in ~username/.globus/ usercert_request.pem -out usersigned.pem

Sertifikat yang baru saja ditandatangani, disimpan sebagai

(53)

Selain itu, sertifikat pengguna yang telah ditandatangani akan menggantikan berkas sertifikat yang sebelumnya masih kosong. Kemudian, perlu dibuat

berkas grid-mapfile untuk keperluan otorisasi. Berkas teks ini berisi

variabel DN (Distinguished Name) bagi pengguna bersertifikat. Berkas tersebut diisi dengan DN seperti contoh pada server1 berikut.

"/O=Grid/OU=GlobusTest/OU=simpleCA-server1.mammoth.org/ OU=mammoth.org/CN=Arya Adhyaksa Waskita" adhy

d. Mengkonfigurasi GridFTP. GridFTP dikonfigurasi menggunakan berkas yang diberi nama /etc/xinetd.d/gridftp. Berkas ini bertujuan untuk

mengkonfigurasi server untuk layanan gridftp. Sebelumnya paket, xinetd-2.3.13-6.i386.rpm harus terlebih dahulu dikonfigurasi di kedua

server. Paket tersebut bertujuan untuk mengkombinasikan fitur daemon

tcpd dan inetd ke dalam satu paket. Berkas tersebut dijelaskan dalam

Lampiran 1. Karena ada tambahan konfigurasi layanan yang akan

dijalankan dalam server, layanan xinetd perlu di-reload. Setelah itu, perlu

ditambahkan baris gsiftp 2811/tcp ke baris terakhir dari berkas /etc/services. Baris ini bertujuan untuk mengkonfigurasi port untuk

layanan gridftp dengan port 2811.

Selanjutnya, untuk menguji konfigurasi GridFTP, dilakukan dengan menyalin berkas menggunakan layanan gridftp. Pengujian dilakukan oleh pengguna bersertifikat dengan tahapan sebagai berikut.

$ grid-proxy-init -verify -debug Files used:

proxy : /tmp/x509up_u1000

user key : /home/arya/.globus/userkey.pem user cert : /home/arya/.globus/usercert.pem Your identity: O=Grid,OU=GlobusTest,OU=simpleCA-server1.mammoth.org,OU=mammoth.org,CN=Arya Adhyaksa Waskita

Enter GRID pass phrase for this identity: Using 512 bits for private key

Creating proxy, please wait... Proxy verify OK

Saving proxy to: /tmp/x509up_u500

Your proxy is valid until Sat May 19 10:45:01 WIT 2007

$ globus-url-copy

gsiftp://server1.mammoth.org/etc/group file:///tmp/arya.copy.group

(54)

Langkah pertama, berkas proxy credential untuk pengguna disimpan

sebagai /tmp/x509up_uxxx, dengan ‘xxx’ adalah nomor identitas pengguna

sistem operasi. Jika perintah diff tidak menemukan perbedaan antara

berkas asal dengan berkas tujuan, maka disimpulkan bahwa proses layanan gridftp telah berjalan baik.

e. Mengkonfigurasi layanan RFT. Untuk mengkonfigurasi RFT, pengguna dengan ID globus perlu menjalankan langkah-langkah berikut.

• Dari modus globus, dibuat basis data dengan nama rftDatabase. $ /usr/local/pgsql/bin/createdb rftDatabase

• Memasukkan konfigurasi layanan RFT yang disimpan dalam berkas

$GLOBUS_LOCATION/share/globus_wsrf_rft/rft_schema.sql ke

dalam basis data rftDatabase.

$ /usr/local/pgsql/bin/psql rftDatabase -f $

GLOBUS_LOCATION/ share/globus_wsrf_rft/rft_schema.sql

• Memasukkan kata sandi globus pada sub elemen password name dalam

berkas $GLOBUS_LOCATION/etc/globus_wsrf_rft/jndi-config.xml

• pindah ke modus postgres, su – postgres

• menambahkan baris: host rftDatabase "globus" "25.20.5.31/8" trust pada berkas ~postgres/data/pg_hba.conf .

f. Mengkonfigurasi kontainer GT

Kontainer GT akan dijalankan menggunakan berkas yang disimpan di

$GLOBUS_LOCATION/start-stop dan isinya diberikan dalam Lampiran 2.

Dari berkas tersebut, dijelaskan bahwa kontainer GT akan dijalankan dengan perintah $GLOBUS_LOCATION/sbin/globus-start-container-detached -p 8443. Sedangkan untuk menghentikannya digunakan

perintah $GLOBUS_LOCATION/sbin/globus-stop-container-detached.

Sedangkan untuk menjalankan berkas tersebut, digunakan berkas yang

disimpan di /etc/init.d/globus-4.0.2. Berkas tersebut memberikan tiga

(55)

Untuk menjalankan berbagai layanan pada kontainer GT, digunakan

perintah /etc/init.d/globus-4.0.2 start

Layanan yang telah dijalankan, disimpan dalam berkas /opt/globus-4.0.2/var/container.log. Jika berhasil, berkas tersebut akan berisi pesan

seperti di bawah ini.

2007-05-05 03:35:32,522 INFO exec.RunQueue

[main,initialize:68] Starting state machine with 18 run queues.

2007-05-05 03:36:19,186 INFO

impl.DefaultIndexService [ServiceThread-9,processConfigFile:107] Reading default

registration configuration from file: /opt/globus-4.0.2/etc/globus_wsrf_mds_index /hierarchy.xml Starting SOAP server at:

https://25.20.5.31:8443/wsrf/services/ With the following services:

[1]:

Sebelumnya, telah dikonfigurasi layanan RFT. Tetapi, karena kontainer GT belum dapat diaktifkan, layanan tersebut belum dapat diuji. Setelah kontainer GT dapat dijalankan, kita dapat menguji layanan RFT. Pengujian dilakukan dengan menggunakan berkas uji coba yang disertakan dalam

distribusi GT. Berkas tersebut terletak di /opt/globus-4.0.2/share/globus_wsrf_rft_test/ transfer.xfr. Berkas tersebut

kemudian disalin (ke dalam /tmp/rft.xfr) untuk kemudian dimodifikasi

(56)

gsiftp://server1.mammoth.org:2811/etc/group

gsiftp://server1.mammoth.org:2811/tmp/rftTest_Done. tmp

Maksud berkas tersebut adalah menyalin berkas /etc/group (baris ke-1) ke

berkas /tmp/rftTest_Done.tmp (baris ke-2) menggunakan layanan RFT.

Layanan RFT kemudian dipanggil dengan perintah berikut.

$ rft -h server1.mammoth.org -f /tmp/rft.xfr Number of transfers in this request: 1

Subscribed for overall status

Termination time to set: 60 minutes Overall status of transfer:

Finished/Active/Failed/Retrying/Pending 0/1/0/0/0

Overall status of transfer:

Finished/Active/Failed/Retrying/Pending 1/0/0/0/0

All Transfers are completed

Hasil tersebut menunjukkan bahwa layanan RFT telah dapat digunakan.

g. Mengkonfigurasi WS GRAM.

Beberapa layanan dalam GT membutuhkan 'sudo' untuk mengeksekusi

proses dari pengguna yang meminta layanan tersebut. Untuk itu, berkas

/etc/sudoers perlu dikonfigurasi dengan menambahkan baris berikut.

Tetapi, sebelumnya berkas tersebut perlu ditambahkan opsi writeable untuk sementara agar dapat dimodifikasi.

globus ALL=(arya) NOPASSWD:

(57)

h. Konfigurasi simpleCA yang saling percaya.

Setelah server1 dan server2 dikonfigurasi, langkah selanjutnya adalah

mempertukarkan paket distribusi simpleCA (~globus/.globus/simpleCA/ globus_simple_ca_cert_hash_setup-x.xx.tar.gz) masing- masing

server untuk kemudian diinstal sebagi CA tambahan. Dengan cara ini, kedua server dapat saling percaya karena.

Paket simpleCA untuk server1 dan server2 masing adalah globus_simple_ca_9f408d32_setup-0.19.tar.gz dan globus_simple_ca_eebc609f_setup-0.19.tar.gz. Dalam penelitian ini,

keduanya dipertukarkan menggunakan fasilitas pertukaran berkas dengan

samba.

Berikut adalah cara mengkonfigurasi paket simpleCA tambahan untuk kepentingan saling percaya. Contoh diberikan untuk kasus server1.

• Konfigurasi paket simpleCA

[globus@server1 ~]$ /opt/globus-4.0.2/sbin/gpt-build /media/samba/

globus_simple_ca_eebc609f_setup-0.19.tar.gz gpt-build ====> CHECKING BUILD DEPENDENCIES FOR globus_simple_ca _eebc609f_setup

gpt-build ====> Changing to

/home/globus/BUILD/globus_simple_ca _eebc609f_setup-0.19/

gpt-build ====> BUILDING

globus_simple_ca_eebc609f_setup

gpt-build ====> Changing to /home/globus/BUILD gpt-build ====> REMOVING empty package

globus_simple_ca _eebc609f_setup-noflavor-data gpt-build ==Times New Roman==> REMOVING empty package globus_simple_ca _eebc609f_setup-noflavor-dev

gpt-build ====> REMOVING empty package

globus_simple_ca _eebc609f_setup-noflavor-doc gpt-build ====> REMOVING empty package

globus_simple_ca _eebc609f_setup-noflavor-pgm_static

gpt-build ====> REMOVING empty package

globus_simple_ca _eebc609f_setup-noflavor-rtl

Gambar

Gambar 1 Ilustrasi umum sistem terdistribusi dengan middleware
Tabel 1 Perbandingan grid terhadap teknologi sistem terdistribusi lainnya
Gambar 3 Hubungan antar komponen pada server WS (Sotomayor 2005)
Gambar 4 Keterkaitan topologi intragrid, ekstragrid, dan intergrid (Jacob et
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Input raster pilih data DEM yang telah anda Clip sesuai boundary seperti langkah. di

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar mata pelajaran Matematika pada siswa kelas II melalui Penerapan Model

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran secara komprehensif mengenai hubungan patron klien antara pemetik teh dengan pengelola Perkebunan, sehingga

Hasil uji dispersivitas bahan timbunan bendungan Duriangkang yang dilakukan dengan uji crumb, pinhole dan kimiawi menunjukkan bahwa sebagian besar bahan timbunan adalah tanah

Balai Pemasyarakatan (BAPAS) wajib melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan program penelitian kemasyarakatan untuk menentukan penyelenggaraan program pendidikan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membuktikan pengaruh pro- mosi terhadap keputusan pembelian produk Sasirangan Martadah Baru Kabu- paten Tanah Laut. Jenis

“Sabagian dari mahasiswa IAIN Batusangkar lai sopan tapi kebanyakan nan sopan itu laki-laki, babeda jo nan padusi mamakai baju hanyo untuak mambungkus badan senyo,

Selain itu penggunaan substrat light guide plate (LGP) sebagai pandu gelombang pada sistem LWC memang terbukti dapat meningkatkan intensitas emisi dari sumber eksitasi