• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X E terhadap materi tumbuhan dengan menggunakan metode Concept Mapping di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X E terhadap materi tumbuhan dengan menggunakan metode Concept Mapping di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-E TERHADAP MATERI TUMBUHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE

CONCEPT MAPPING DI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Veronika Dara Kumalasari NIM : 091434011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

TERHADAP MATERI TUMBUHAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE CONCEPT MAPPING DI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Veronika Dara Kumalasari NIM : 091434011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari

besok, karena hari besok mempunyai

kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari

cukuplah untuk sehari.

Matius 6:34

Ku Persembahkan Karya Ini Untuk :















–

(6)
(7)
(8)

vii

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X-E terhadap materi tumbuhan dengan menggunakan metode Concept Mapping di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Biologi di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, didapatkan permasalahan yaitu siswa kurang aktif dan program tuntas yang diharapkan oleh guru masih belum tercapai. Metode yang digunakan guru adalah ceramah dan diskusi kelompok sehingga siswa sering bosan.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan dengan 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu (1) Perencanaan, yaitu mengidentifikasi masalah dan merencanakan kegiatan pembelajaran seperti mempersiapkan perangkat pembelajaran dan membuat instrumen penelitian. (2)

Pelaksanaaan, yaitu melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan

metode Concept Mapping(3) Observasi, pengambilan data tentang proses pembelajaran di dalam kelas. (4) Refleksi, dilakukan untuk menganalisa data hasil penelitian untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan di setiap siklusnya.

Subjek penelitian adalah 27 siswa kelas X-E SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penggunaan metode Concept Mapping

dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Peningkatan aktivitas siswa dilihat dari hasil observasi siklus I sebesar 81,53% meningkat menjadi 84%. Sedangkan peningkatan hasil belajar siswa dibuktikan dengan presentase siswa yang mencapai ketuntasan minimal pada siklus I sebesar 61.53% meningkat menjadi 88,89%. Nilai rata-rata kelas siklus I sebesar 73,40 meningkat menjadi 80.

(9)

viii

ABSTRACT

This research aims to know the activities and learning outcomes of student at class X-E related to Plantae material by implementation of Concept Mapping method at SMA BOPKRI 2. Based on the results of observation and interviews with Biology teacher in BOPKRI 2 Senior High School, Yogyakarta, the following problems were found that students are less active, the achivement as expected by the teacher has not been reached yet, due to the fact that the teaching method used by the teacher are lecturing and group discussions so that students often get bored.

This research is a kind of of Class Action Research conducted in 2 cycles. Each cycle consists of four phases, namely (1) Planning, identifing problems and plan learning activities such as preparing learning device and make a research instrument,. (2) Conducting, teaching and learning activities using Concept Mapping method,. (3) Observation, collecting data about the learning process in the classroom. (4) Reflection, analyzing the results of the research to know the advantages and disadvantages in each cycle.

The subjects of this study are 27 students of grade X-E Bopkri 2 Senior High School, Yogyakarta. The research shows that the use of Concept Mapping method could increase the activities and learning outcomes of the students. The increase of students activity can be seen from the first cycle observation as much as 81,53 % increasing to 84 % while the increase of student learning outcomes were shown by the percentage of students who reached the minimum of achivement in the first cycle as much as 61.53 % increasing to 88,89 %. It can be shown also that average value of a class in the first cycle as much as 73,40 increasing to 80.

(10)

ix

Segala puji syukur atas segala kebaikan, kemurahan, hikmat dan kasih yang telah diberikan Tuhan Yesus Kristus selama pengerjaan skripsi ini dari awal sampai akhir, sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian penelitian dan penyusunan skripsi yang berjudul ”Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-E terhadap Materi Tumbuhan dengan Menggunakan Metode Concept Mapping

di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk

memenuhi syarat guna mencapai gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma. Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Sanata Dharma

2. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma yang telah memberi ijin penelitian

3. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. dan Ibu Luisa Diana Handoyo, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam rangka penyelesaian skripsi ini

4. Bapak Yusri S.Th selaku Kepala Sekolah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian

5. Bapak Drs. A. Edy Krismanto, M. Pd. selaku guru bidang Studi Biologi kelas X-E SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian

6. Siswa kelas X-E SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang telah bekerjasama selama pelaksanaan penelitian

7. Para dosen yang telah membantu dalam perkuliahan. Terima kasih atas ilmu dan bantuan yang telah saya dapat

8. Bapak, Ibu dan keluarga atas dukungan dan doa yang selalu diberikan

9. Sahabat di Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas dukungan, semangat, dan doa dalam mengerjakan skripsi ini

(11)

x

ini. Semoga kebaikan bapak, ibu, serta rekan-rekan sekalian selalu diberkati oleh Tuhan Yesus Kristus.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, penulis terbuka menerima kritik dan saran yang membangun. Kritik dan saran yang diberikan bagi penulis akan sangat membantu penulis dalam mengerjakan tugas di masa mendatang.

Atas perhatian yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.

(12)
(13)
(14)
(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 36

Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Siswa...36

Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar Siswa ... 37

Tabel 3.4 Rincian Pemberian Skor...38

Tabel 3.5 Kualifikasi Presentase Skor...41

Tabel 4.1 Hasil Analisis Aktivitas Siswa...58

Tabel 4.2 Hasil Analisis Nilai Post-test Siklus I...59

Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Post-test Siklus II...60

Tabel 4.4 Perbandingan Rata-rata Nilai Setiap Siklus...61

(16)

xv

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart ... 27

Gambar 4.1. Siswa mengerjakan pre-test ... 48

Gambar 4.2 Guru menjelaskan materi ... 48

Gambar 4.3 Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok ... 50

Gambar 4.4 Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas ... 50

Gambar 4.5 Siswa mengerjakan soal Post-test siklus 1 ... 51

Gambar 4.6 Guru menjelaskan materi ... 54

Gambar 4.7 Siswa menyusun kartu konsep ... 55

Gambar 4.8 Siswa melakukan presentasi ... 55

Gambar 4.9 Grafik Peningkatan Aktivitas Siswa ... 65

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus ... 75

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 77

Lampiran 3 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 82

Lampiran 4 : Handout Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan Paku... 87

Lampiran 5 : Materi (Power Point) Siklus I ... ... 96

Lampiran 6: Materi (Power Point) Siklus II ... 99

Lampiran 7 : Kisi-kisi Soal Evaluasi ... ... 102

Lampiran 8 : Soal Evaluasi Tumbuhan Lumut dan Paku ... 103

Lampiran 9 : Kunci Jawaban Soal untuk Dianalisis dan Pedoman Penilaian ... 111

Lampiran 10 : Hasil Analisis Soal (Tingkat Kesukaran) ... ... ... 112

Lampiran 11 : Hasil Pengujian Soal pada Siswa Kelas X-A dengan Nilai Terendah... 113

Lampiran 12 : Hasil Pengujian Soal pada Siswa Kelas X-A dengan Nilai Tertinggi ... 117

Lampiran 13 : Soal Pre-Test Tumbuhan Lumut dan Paku ... 120

Lampiran 14 : Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Soal Pre-test ... 122

Lampiran 15 :Soal Post-Test Tumbuhan Lumut... ... 123

Lampiran 16 : Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Soal Post-test Siklus I.. 125

Lampiran 17 : Soal Post-Test Tumbuhan Paku ... 127

Lampiran 18 : Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Soal Post-test Siklus II . 129 Lampiran 19 : Presensi Siswa Kelas X-E ... 130

Lampiran 20 : Daftar Nilai Siswa Kelas X-E ... 131

Lampiran 21 : Hasil Lembar Pre-test Siswa dengan Nilai Terendah ... 132

Lampiran 22 : Hasil Lembar Pre-test Siswa dengan Nilai Tertinggi ... 135

(18)

xvii

Lampiran 25 : Hasil Lembar Post-test Siklus II dengan Nilai Terendah... 140

Lampiran 26 : Hasil Lembar Post-test dengan Nilai Tertinggi... 142

Lampiran 27 : Instrumen Penilaian Keaktivan Siswa ... 144

Lampiran 28 : Instrumen Penilaian Keaktivan Sisswa Siklus I ... 145

Lampiran 29 : Instrumen Penilaian Keativan Siswa Siklus II ... 147

Lampiran 30 : Kunci Jawab Peta Konsep Siklus I ... 149

Lampiran 31: Kunci Jawab Peta Konsep Siklus II ... 151

Lampiran 32: Surat Ijin Penelitian ... 153

Lampiran 33: Dokumentasi Penelitian Siklus I ... 154

(19)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum yang dijalankan pada saat ini merupakan kurikulum KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) di mana peserta didik dituntun berperan aktif dalam proses pembelajaran. Agar pembelajaran menggunakan kurikulum KTSP dapat berhasil, partisipasi guru dan siswa sangat berperan penting. Siswa tidak hanya diam dan selalu mengikuti apa yang diberikan guru melainkan ikut berperan serta dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri, berperan dalam perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses pembelajaran. Tugas guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan saja melainkan harus mampu mambawa peserta didik untuk aktif dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hal ini, guru menjadi kunci utama dalam keberhasilan proses belajar.

Tugas guru mencangkup pemanfaatan media, pengelolaan kelas, dan mengatur strategi pembelajaran dengan baik. Guru harus memiliki kemampuan memilih metode yang tepat agar dapat membawa siswa sesuai dengan yang diharapkan. Metode pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan materi yang diajarkan, kemampuan dan perkembangan siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai (Kusumah W. dan Dwitagama D., 2010).

(20)

Keberhasilan penerapan metode ini sangat bergantung pada kemampuan guru dalam menguasai bahan, forum atau audience dan keterampilan bahasa serta intonasi. Kelemahan dari penerapan metode ceramah ini dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa, kurang merangsang partisipasi sehingga proses belajar hanya terjadi satu arah yaitu dari guru ke siswa.

Fenomena pembelajaran dengan metode ceramah masih dijumpai di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta khususnya di kelas X-E. Hasil observasi yang telah dilakukan yaitu tanggal 3 Oktober 2012 menunjukkan kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran yang menyebabkan tujuan pembelajaran Biologi belum tercapai secara optimal. Fakta yang terlihat pada proses pembelajaran sebelum diadakannya tindakan kelas adalah presentase siswa yang bertanya adalah 23%, presentase siswa yang menjawab pertanyaan adalah 36% dan presentase siswa yang berani mengungkapkan pendapat adalah 15%. Dari hasil observasi tersebut dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya aktivitas siswa terhadap materi yang diajarkan.

(21)

Melihat permasalahan di atas sudah jelas dinyatakan bahwa metode ceramah kurang efektif digunakan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas X-E. Guru harus menggunakan metode lain yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa di dalam kelas.

Alternatif metode yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah mengunakan metode Concept Mapping. Metode Concept Mapping

merupakan salah satu metode yang mengunakan media mind map. Mind Map

merupakan peta rute yang hebat bagi ingatan karena memungkinkan kita menyusun fakta dan pikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan sejak awal. Ini berarti mengingat informasi akan lebih mudah dan lebih bisa diandalkan daripada menggunakan teknik pencatatan tradisional (Buzan T., 2008). Selain memudahkan kita untuk mengingat, mind map juga dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pada mata pelajaran Biologi materi tumbuhan.

Alasan menggunakan metode ini dalam materi tumbuhan adalah melihat materi yang diajarkan memiliki konsep yang sangat banyak. Materi tumbuhan yang diajarkan di kelas X menuntut siswa untuk mengingat semua tumbuhan yang ada di dunia terutama tumbuhan lumut dan paku. Hal itu akan menjadi hambatan bagi siswa karena tumbuhan yang ada saat ini sangat banyak dan memiliki ciri-ciri yang berbeda. Melalui konsep-konsep, siswa akan dipermudah untuk mengingat karena isi dari konsep-konsep ini adalah kata kunci dari setiap materi yang akan dipelajari. Dengan begitu hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.

(22)

untuk menjadi satu kesatuan yang utuh. Berdasarkan konsep-konsep yang disusun, akan didapatkan pengetahuan baru lalu kemudian siswa bertugas menjelaskan hasil pekerjaannya kepada teman-temannya. Penerapkan metode

Concept Mapping ini diharapkan dapat memicu siswa agar lebih aktif dalam

KBM di sekolah.

Sebagai upaya memperbaiki proses pembelajaran Biologi yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa, maka dilakukan penelitian dengan judul MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-E TERHADAP MATERI TUMBUHAN DENGAN MENGGUNAKAN

METODE CONCEPT MAPPING DI SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. apakah penggunaan metode Concept Mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap materi tumbuhan di kelas X-E SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA?

2. apakah penggunaan metode Concept Mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi tumbuhan di kelas X-E SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas ruang lingkupnya, penulis memberi batasan dalam permasalahan sebagai berikut:

(23)

prinsip pengelompokan makhluk hidup untuk mempelajari keanekaragaman dan peran keanekaragaman hayati bagi kehidupan.

2. Kompetensi Dasar : Mendeskripsikan dan mengkomunikasikan

ciri-ciri Kingdom Plantae dan peranannya bagi kehidupan

3. Indikator : Menjelaskan ciri-ciri umum tumbuhan lumut dan tumbuhan paku, menjelaskan struktur tubuh tumbuhan lumut dan paku, menjelaskan daur hidup tumbuhan lumut dan tumbuhan paku, menyebutkan klasifikasi tumbuhan lumut dan tumbuhan paku, menyebutkan manfaat tumbuhan lumut dan tumbuhan paku bagi manusia, menyusun peta konsep mengenai ciri-ciri, pengklasifikasian, daur hidup dan manfaat tumbuhan lumut dan tumbuhan paku bagi manusia. 4. Materi : Tumbuhan lumut dan tumbuhan paku

5. Parameter Hasil Belajar : Parameter yang digunakan adalah hasil

belajar Biologi siswa kelas X-E yang ditunjukkan dalam aspek kognitif.

6. Aktivitas : Aktivitas yang diamati adalah aktivitas

(24)

D. Batasan Definisi

Supaya tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka definisi yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut:

1. aktivitas adalah kegiatan siswa di dalam proses kegiatan belajar mengajar yang diperlihatkan dalam membaca, bertanya, menjawab dan mengemukakan pendapat, dan menanggapi pendapat teman,

2. hasil belajar merupakan hasil yang didapatkan seseorang dari usaha yang dilakukan untuk mendapatkan informasi berupa angka,

3. metode Concept Mapping merupakan teknik pembelajaran yang berusaha menyatukan konsep-konsep menjadi satu kesatuan informasi yang dapat dipahami secara utuh.

E. Variabel

Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah metode Concept Mapping. Aktivitas dan hasil belajar siswa ditempatkan sebagai variabel terikat.

F. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah penggunaan metode Concept Mapping dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap materi tumbuhan di kelas X-E SMA BOPKRI 2 YOGYAKARTA.

G. Manfaaat Penelitian

(25)

1. Bagi siswa

a. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa lebih aktif dan ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

b. Siswa lebih mudah dalam menerima materi pelajaran sehingga diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.

2. Bagi guru

Sebagai masukan bagi guru untuk dapat memilih metode pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

3. Bagi Peneliti

a. Peneliti dapat mengetahui tingkat keefektifan metode Concept Mapping

dalam proses belajar-mengajar.

b. Peneliti dapat menggunakan variasi metode mengajar yang tepat. 4. Bagi sekolah

(26)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran dan Belajar

1. Definisi dan Tujuan Pembelajaran

Pengertian dari pembelajaran didefinisikan sangat banyak oleh para tokoh. Menurut Surya (2004) pembelajaran diartikan secara umum dan secara lengkap. Secara umum pembelajaran merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan secara lengkap, pembelajaran diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Selain mendefinisikan pengertian dari pembelajaran, Surya juga mendefinisikan tujuan dari pembelajaran. Tujuan pembelajaran menurutnya adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu. Hal ini didasarkan sebagai pendapat tentang makna tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.

(27)

yang dinyatakan dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

2. Definisi dan Tujuan Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi pada diri seseorang banyak sekali sifat dan jenisnya yaitu perubahan terjadi secara sadar, perubahan dalam belajar yang bersifat berkelanjutan dan fungsional, perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif, perubahan belajar bukan bersifat sementara, perubahan yang bertujuan atau terarah dan perubahan mencangkup seluruh aspek tingkah laku (Daryanto, 2009).

(28)

3. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang terjadi setelah mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan. Perubahan perilaku hasil belajar itu berupa perubahan dalam kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, tergantung dari tujuan pengajarannya. Hasil belajar hanya terjadi pada individu yang belajar, tidak pada orang lain dan setiap individu menampilkan perilaku belajar yang berbeda (Purwanto, 2011).

Dalam domain kognitif hasil belajar diklasifikasikan sebagai kemampuan hafalan, pemahaman, penerapan, analisis, sintetis dan evaluasi. Dalam domain afektif, hasil belajar meliputi penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi, dan karakterisasi. Sedangkan dalam domain psikomotorik, hasil belajar terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks dan kreativitas (Purwanto, 2011).

Hasil belajar dapat diperoleh dari pengalaman atau aktivitas. Hasil belajar berasal dari aktivitas-aktivitas yang berbeda karena setiap siswa akan merubah caranya untuk mencapai tujuan yang berbeda sesuai dengan yang diharapkan oleh siswa (Airasian, dkk., 2010).

Hasil belajar perlu dievaluasi untuk melihat kembali apakah tujuan yang ditetapkan telah tercapai dan apakah proses belajar mengajar berlangsung efektif untuk memperoleh hasil. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar diperlukan serangkaian pengukuran menggunakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat (Purwanto, 2011).

(29)

diperlihatkan seseorang merupakan hasil belajar. Di sekolah hasil belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa terhadap mata-mata pelajaran yang ditempuhnya. Tingkat penguasaan pelajaran atau hasil belajar dalam mata pelajaran tersebut di sekolah dilambangkan dengan angka-angka atau huruf seperti angka 0-10 pada pendidikan dasar dan menengah dan huruf A,B,C,D pada pendidikan tinggi (Sukmadinata, 2005).

Merujuk dari pemikiran Gagne dalam Sukmadinata (2005), hasil belajar berupa:

1. informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan,

2. keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analisis-sintesis, fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif yang bersifat khas,

3. strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitif sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam pemecahan masalah,

4. keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani, 5. sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian

(30)

Tingkatan hasil belajar yang diperoleh dari proses belajar adalah sebagai berikut (Djamarah dan Zain, 2010);

a. istimewa/maksimal : apabila seluruh bahan pelajaran itu dapat dikuasai oleh siswa

b. baik sekali/optimal : apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pembelajaran dapat dikuasai oleh siswa

c. baik/minimal : apabila bahan pelajaran yang diajarkan hanya 60% s.d 75% saja dikuasai siswa.

d. kurang : apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat bersumber pada dirinya atau di luar dirinya atau lingkungannya (Syaodih, N., 1995).

a. Faktor-faktor dalam diri individu

Faktor-faktor dalam diri individu menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah. Aspek jasmaniah mencangkup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu. Tiap orang memiliki kondisi fisik yang berbeda-beda. Kondisi fisik menyangkut pula kelengkapan dan kesehatan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencecapan. Kesehatan merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan belajar (Syaodih, N., 1995).

(31)

individu. Seorang yang sehat rohaninya adalah orang yang terbebas dari tekanan-tekanan batin yang mendalam, gangguan-gangguan perasaan, kebiasaan-kebiasaan buruk yang mengganggu, frustasi, konflik-konflik psikis (Syaodih, N., 1995).

Kondisi intelektual juga berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Kondisi intelektual ini menyangkut tingkat kecerdasan, bakat-bakat, baik bakat sekolah maupun bakat pekerjaan. Juga termasuk kondisi intelektual adalah penguasaan siswa akan pengetahuan atau pelajaran-pelajaran yang lalu (Syaodih, N., 1995).

Kondisi sosial menyangkut hubungan siswa dengan orang lain, baik guru, teman, orang tua maupun orang-orang yang lainnya. Seorang yang memiliki kondisi hubungan yang wajar dengan orang-orang sekitarnya akan mengalami ketentraman hidup dan berpengaruh pada kosentrasi dan kegiatan belajarnya (Syaodih, N., 1995).

Hal lain yang ada pada diri individu juga berpengaruh terhadap kondisi belajar adalah situasi afektif, selain ketenangan dan ketentraman psikis juga motivasi untuk belajar. Keberhasilan belajar seseorang juga dipengaruhi oleh keterampilan-keterampilan yang dimilikinya, seperti keterampilan membaca, berdiskusi, memecahkan masalah, mengerjakan tugas-tugas, dll (Syaodih, N., 1995).

b. Faktor-faktor Lingkungan

(32)

meliputi keadaan rumah dan ruangan tempat belajar, suasana lingkungan rumah sekitar dan yang tak kalah pentingnya adalah kondisi dan suasana sosial psikologis dalam keluarga (Syaodih, N., 1995).

Lingkungan fisik sekolah yang meliputi lingkungan kampus, sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar, dsb. Lingkungan masyarakat di mana siswa atau individu berada juga berpengaruh terhadap semangat dan aktivitas belajarnya (Syaodih, N., 1995).

B. Aktivitas

Aktif menurut KBBI (2002:12) berarti “giat” (bekerja, beusaha), sedangkan aktivitas adalah kegiatan. Dari pengertian tersebut dapat diartikan sebagai keadaan dimana siswa dapat aktif. Aktivitas adalah bagian penting dalam proses belajar karena prinsip dari belajar adalah berbuat. Tanpa aktivitas, poses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik (Sadirman, 2012). Proses aktivitas harus melibatkan seluruh aspek psikofisis peserta didik, baik jasmani maupun rohani sehingga perubahan dapat terjadi secara cepat dan benar yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor (Hanafiah dan Suhana, 2009).

Aktivitas siswa dalam belajar menuntut siswa untuk aktif sendiri, melihat dari potensi dan energi yang dimilikinya sendiri. Siswa didik dapat menjadi aktif karena adanya motivasi dan dorongan oleh berbagai macam kebutuhan. Tugas pendidik adalah membimbing dan menyediakan kondisi agar anak didik dapat mengembangkan bakat dan motivasinya. Dalam hal ini, anaklah yang beraktivitas, berbuat dan harus aktif sendiri (Sadirman, 2012).

(33)

1. memiliki kesadaran untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal dalam belajar,

2. peserta didik mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral, 3. peserta didik belajar dengan menurut minat dan kemampuannya,

4. menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis,

5. menumbuhkembangkan pemahaman dan berfikir kritis, 6. menumbuhkembangkan sikap kooperatif,

Banyak aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat daftar berisi 177 macam kegiatan yang diantara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,

memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain,

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi,

3. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,

diskusi, musik, pidato,

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan,

angket, menyalin,

5. Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta,

diagram,

6. Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan

(34)

7. Model activities, misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, dll,

8. Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, bergairah, dll.

Aktivitas belajar (learning activities) dapat digunakan untuk mengajar dan mengetest pengetahuan, kemampuan dan kepercayaan kepada siswa. Aktivitas belajar dapat dilakukan secara kelompok maupun individu. Terkadang juga aktivitas dapat dilakukan oleh seorang guru dengan seorang siswa (Sadirman, 2012).

C. Concept Mapping

Concept Mapping merupakan salah satu strategi pembelajaran yang

mengaitkan konsep-konsep menjadi sebuah informasi yang mudah untuk diterima atau sebuah teknik untuk mengeksternalisasikan sebuah konsep dan proposisi (hubungan atau pernyataan yang lengkap) (Novak, 1985). Concept Mapping ini dapat pula diterapkan dalam hal membaca untuk membantu memahami sebuah teks (Buzan, 1993). Sebuah teks terdiri dari bagian-bagian teks yang saling berhubungan dan jika diuraikan lebih jauh maka masing-masing bagian pun terdiri dari bagian yang lebih kecil dan padu.

Tujuan dari pembelajaran dengan metode Concept Mapping yaitu untuk menghasilkan produk atau karya, sehingga peserta didik dapat terlibat aktif dalam penerapan teori yang menghasilkan karya. Dengan menggunakan metode Concept

Mapping, siswa dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu ingatan

(35)

satu bahan materi yang ada dan dapat dimengerti secara garis besar inti dari suatu topik atau bahan yang kita ajarkan kepada siswa (Suparno, 2007).

Hal-hal yang harus dipersiapkan adalah menyiapkan potongan-potongan kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama. Selanjutnya guru membagikan potongan-potongan kartu yang bertuliskan konsep utama kepada para peserta didik. Setelah siswa mendapatkan kartu, siswa diberi kesempatan untuk mencoba beberapa kali membuat suatu peta yang menggambarkan hubungan antar peta konsep. Dalam menyusun konsep-konsep tersebut siswa harus membuat garis penghubung antar peta konsep agar tersusun kalimat yang menunjukkan asumsi dalam menjelaskan hubungan antar konsep (Suprijono, 2009).

Setelah semuanya selesai, hasil pekerjaan peserta didik dikumpulkan kemudian melakukan perbandingan dengan cara memilih salah satu pekerjaan untuk ditampilkan dan siswa memperhatikan. Untuk mengetahui hasil yang telah dibuat, peta konsep dari semua siswa dibahas atau dipresentasikan satu persatu dan kemudian diadakan evaluasi terrhadap peta konsep yang dipresentasikan. Di akhir pembelajaran siswa diminta untuk merumuskan beberapa kesimpulan yang dipelajari melalui peta konsep (Suprijono, 2009).

D. Materi Tumbuhan

(36)

yang dicapai dalam penelitian ini adalah menjelaskan ciri-ciri umum tumbuhan lumut dan tumbuhan paku, menjelaskan struktur tubuh tumbuhan lumut dan paku, menjelaskan daur hidup tumbuhan lumut dan tumbuhan paku, menyebutkan klasifikasi tumbuhan lumut dan tumbuhan paku, menyebutkan manfaat tumbuhan lumut dan tumbuhan paku bagi manusia, menyusun peta konsep mengenai ciri-ciri, pengklasifikasian, daur hidup dan manfaat tumbuhan lumut dan tumbuhan paku bagi manusia.

Adapun uraian materi pelajaran yang akan dipelajari adalah sebagai berikut (Pratiwi, 2012) :

Tumbuhan (Plantae) adalah organisme yang memiliki akar, batang, dan daun. Akar, batang dan daun merupakan organ diferensiasi jaringan. Dalam klasifikasi dengan sistem 5 kingdom, organisme yang dimasukkan dalam kingdom Plantae adalah tumbuhan lumut, tumbuhan paku, dan tumbuhan biji.

1. Tumbuhan Lumut

(37)

a. Struktur Tubuh Tumbuhan Lumut

Lumut memiliki bagian tubuh yang memiliki bagian tubuh yang mirip akar, daun, dan batang pada tumbuhan biji. Akan tetapi akar, batang, dan daun lumut tidak memiliki berkas pembuluh xilem dan floem. Organ kelamin jantan pada lumut berupa anteridium yang dapat menghasilkan spermatozoid. Organ kelamin betina berupa arkegonium yang dapat menghasilkan ovum. Spermatozoid dapat berenang di medium air, menuju ke arkegonium sehingga terjadilah pembuahan di dalam arkegonium.

b. Klasifikasi Tumbuhan Lumut

1. Divisi lumut hati (Hepatophyta), contoh dari spesies ini adalah

Riccicarpus Natans dan Marchantia Polymorpha.

2. Divisi lumut tanduk (Anthocerophyta), contoh dari spesies ini adalah

Anthoceros

3. Divisi lumut daun (Bryophyta), contoh dari spesies ini adalah Polytrichum

dan Sphagnum (lumut janggut).

c. Daur Hidup Tumbuhan Lumut

Pada daur hidup lumut, generasi gametofit berbentuk tumbuhan lumut, sedangkan generasi sporofit berbentuk sporogonium. Tumbuhan lumut berkromosom n (haploid) dan berumur lama, sedangkan sporogonium berkromosom 2n (diploid).

(38)

media air. Gerakan sperma mendekati ovum ini merupakan gerak kemotaksis positif, yaitu gerak menuju ke rangsang kimia. Sperma dirangsang oleh senyawa gula dan protein yang diproduksi oleh arkegonium.

d. Manfaat Lumut bagi Kebutuhan Manusia

Tumbuhan lumut (bersama dengan lumut kerak) merupakan vegetasi perintis. Dikatakan demikian karena tumbuhan lumut dapat menghancurkan batu-batuan menjadi tanah yang dapat digunakan sebagai tempat tumbuh bagi tumbuhan lainnya.

Tumbuhan lumut yang tumbuh di lantai dapat menahan erosi, mengurangi bahaya banjir, dan mampu menyerap air sehingga dapat menyediakan air pada musim kemarau. Marchantia sp. dapat digunakan sebagai obat hepatitis (radang hati), dan Sphagnum untuk bahan pembalut.

2. Tumbuhan Paku

(39)

a. Struktur Tubuh Tumbuhan Paku

Batang tumbuhan paku berada di dalam tanah dan disebut rizom. Pada rizom akan muncul akar-akar seperti rambut yang merupakan akar serabut. Dari rizom ini juga muncul tangkai daun. Ada pula tumbuhan paku yang batangnya mirip tumbuhan palem, yakni batangnya menjulang ke atas, misalnya paku pohon

(Cyathea sp.)

Daun terbagi menjadi 2 bagian, tangkai daun dan helai daun. Helai daun ada yang tunggal dan ada yang merupakan daun majemuk menyirip. Salah satu ciri tumbuhan paku adalah pada saat masih tunas, daunnya menggulung.

Tumbuhan paku menghasilkan spora. Spora terdapat di kotak spora atau sporangium. Sporangium-sporangium berkumpul di dalam wadah yang disebut sorus. Sorus-sorus berkumpul di helaian daun bagian bawah yang tampak kehitaman, bentuk itu adalah sorus. Sorus ada yang dilindungi oleh selaput yang disebut indosium.

Akar, batang dan daun tumbuhan paku memiliki berkas pengangkut xilem dan floem. Xilem atau pembuluh kayu berfungsi untuk mengangkut air dan zat hara dari tanah ke daun. Adapun floem berfungsi untuk mengangkut hasil-hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh. Berkas pengangkut umumnya tersusun konsentris, artinya xilem di tengah dikelilingi oleh floem.

b. Daur Hidup Tumbuhan Paku

(40)

dihasilkannya, tumbuhan paku dibedakan menjadi paku homospora, heterospora dan peralihan.

c. Klasifikasi Tumbuhan Paku

Tumbuhan paku termasuk dalam kingdom Plantae (tumbuhan) dan memiliki beberapa divisi yaitu Psilophyta, Sphenophyta (Equisetophyta), Lycophyta, dan

Pterophyta (Polypodiophyta).

d. Manfaat Tumbuhan Paku bagi Manusia

Manfaat tumbuhan paku bagi manusia antara lain sebagai berikut:

a. untuk tanaman hias, seperti suplir (Adiantum cuneatum), paku tanduk rusa (Lycopodium) yang bentuknya seperti tanduk rusa dan sering ditanam dengan ditempelkan pada pohon. Selain itu ada spesies lain, yaitu Nephrolepis, merupakan pakis yang sering ditanam dihalaman rumah,

b. untuk obat-obatan, misalnya Dryopteris filix-mas dan Lycopodium clavatum,

c. untuk sayuran, misalnya semanggi (Marsilea crenata). Beberapa tumbuhan paku yang diambil daunnya yang masih muda untuk sayur, d. untuk tempat menanam anggrek, yaitu paku tiang (Alsophilla glauca), e. untuk pupuk hijau, yaitu Azolla pinnata yang hidup di sawah-sawah.

Tumbuhan ini bersimbiosis dengan Anabaena azollae (tergolong alga biru) yang dapat mengikat N2 bebas di udara menjadi senyawa N yang

dapat diserap oleh tumbuhan lain. Dengan demikian, Azolla pinnata

(41)

f. tumbuhan paku yang hidup pada zaman Karbon tetap memfosil. Fosil tersebut berupa batu bara yang dapat dijadikan bahan bakar.

E. Penelitian yang Relevan

1. Pengaruh Metode Mind Mapping dan Keaktifan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ilmu Pengetahun Sosial pada Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah 5 Surakarta.

Dalam penelitiannya, peneliti menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang artinya penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala peristiwa dan kejadian pada saat sekarang serta mengungkapkan data yang telah berlangsung tanpa mengikuti variabel terkait. Data-data yang diperoleh berasal dari angket atau yang sering disebut dengan penelitian survey. Berdasarkan penelitian pengaruh metode mind mapping dan keaktifan belajar IPS terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: a. hasil pengujian regresi membentuk suatu persamaan garis regresi linier Y = 34,405 + 0,407X1 + 0,654X2, dengan nilai Fhitung dari hasil analisis data sebesar 54,355 dan taraf signifikan 0,05 diperoleh Fhitung sebesar 3,20 diketahui bahwa Fhitung lebih besar dari Ftabel (54,355 > 3,20), maka dapat diketahui bahwa secara bersama-sama metode mind mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2) berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS (Y) pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta,

(42)

IPS menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar IPS, yaitu ditunjukkan bahwa nilai thitung = 7,544 > ttabel = 2,01,

c. pengujian koefisien determinasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,698, yang artinya bahwa metode mind mapping (X1) dan keaktifan belajar IPS (X2) berpengaruh terhadap prestasi belajar IPS pada siswa kelas VIII SMP Muhammadiyah 5 Surakarta (Y) sebesar 69,8% sedangkan sisanya sebesar 30,2% dapat dijelaskan oleh variabel lain di luar model,

2. Kemampuan Mengkonstruksi Peta Konsep dan Pengaruhnya Terhadap Penguasaan konsep Bioteknologi (Jurnal Pendidikan)

Penelitian dilakukan terhadap mahasiswa Pendidikan Biologi peserta mata Kapita Selekta Biologi SMA 1 dan 2 yang membahas 5 materi/konsep yang melandasi bioteknologi. Efektivitas penggunaan peta konsep diukur berdasarkan peningkatan nilai peta konsep dari satu materi ke materi berikutnya, serta berdasarkan hasil tes. Hasil penelitian menunjukkan, penguasaan konsep-konsep dasar bioteknologi meningkat seiring dengan nilai peta konsep. Penelitian ini menggunakan metode Quasy Experiment,

dengan desain Pre-test andd Post-test Group (Suharsimi, 2006). Desain menggunakan satu kelas dengan pemberian pretest sebelum perlakuan membuat peta konsep dan postest setelah perlakuan. Perbedaan antara hasil pretest dan postest diasumsikan sebagai efek dari perlakuan.

(43)

F. Kerangka Berpikir

Hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas dan hasil belajar dari siswa SMA BOPKRI 2 Yogyakarta masih rendah. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar dikarenakan guru masih memakai metode ceramah dalam proses pembelajarannya. Guru ceramah di depan kelas, sedangkan siswa bermain sendiri tanpa memperdulikan penjelasan dari guru. Alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa adalah menggunakan metode yang membuat siswa aktif yaitu dengan metode Concept Mapping. Dengan menggunakan metode Concept Mapping siswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok yang mengharuskan siswa menyusun kartu-kartu konsep bersama teman sekelompoknya.

Permasalahan pada banyaknya konsep yang harus dihafalkan pada materi tumbuhan akan dicoba dipecahkan dengan menggunakan susunan konsep-konsep tersebut. Dengan demikian, siswa akan terbantu menghafalkan materi dunia tumbuhan yang sangat banyak menggunakan konsep-konsep yang telah disusun dalam Concept Mapping.

G. Hipotesa

1. Penggunaan metode pembelajaran Concept Mapping dapat meningkatkan aktivitas siswa kelas X-E SMA BOPKRI 2 Yogyakarta dalam materi dunia tumbuhan.

(44)

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis dan Mc Taggart, dimana penelitian ini dapat dilihat sebagai suatu siklus spiral dari penyusunan perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi yang selanjutnya diikuti dengan siklus spiral berikutnya tergantung dari target pencapaian, permasalahan atau hambatan yang ditemukan selama penelitian. PTK ini bertujuan untuk mengembangkan kurikulum yang dimiliki sekolah, meningkatkan prestasi belajar dan mengembangkan keahlian mengajar.

(45)

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart (Kusumah, 2012)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2010) metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian. Analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik ini digunakan dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

1. Perencanaan

(46)

2. Pelaksanaan/tindakan

Pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan tindakan yang telah dibuat. Peneliti melaksanakan kegiatan yang telah dipersiapkan dalam perencanaan. Kegiatan ini yang nantinya akan sangat berkaitan dengan kegiatan siswa dan kegiatan-kegiatan ini lah yang nantinya akan dinilai dan dijadikan data.

3. Pengamatan/observasi

Pengamatan/observasi merupakan kegiatan melihat dan mengamati apa yang telah direncanakan dan dilakukan dalam penelitian. Pengamatan ini bertujuan untuk memperoleh data baik kuantitatif maupun kualitatif. Pengamatan ini dilakukan oleh observer terhadap peneliti yang sedang mengajar dan kegiatan siswanya.

4. Refleksi

Kegiatan refleksi dalam PTK berfungsi hampir sama dengan evaluasi. Dalam refleksi peneliti, guru serta observer bersama-sama membicarakan hasil pengamatan pembelajaran. Refleksi ini berguna untuk mengetahui apakah penelitian ini sudah memperbaiki kegiatan pembelajaran di dalam kelas atau belum. Selain itu refleksi juga berfungsi untuk memberikan masukan kepada peneliti dan guru terhadap pelaksanaan penelitian.

(47)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi penelitian di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang terletak di Jln. Jendral Sudirman 87 Yogyakarta.

2. Subjek Penelitian

a. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2010;117) ” Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.” Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/ subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/ sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Dari pengertian tersebut, populasi yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

b. Sampel Penelitian

(48)

c. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X-E SMA BOPRI 2 Yogyakarta dengan menggunakan metode

Concept Mapping pada pelajaran Dunia Tumbuhan.

d. Waktu Penelitian

Penelitian dilakuan selama 1 bulan yaitu pada bulan Februari – Maret 2013.

C. Rencana Tindakan

Rencana penelitian ini akan dilakukan 2 siklus, tiap siklus sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai dan merupakan alur proses kegiatan yang meliputi persiapan dan perencanaan tindakan setiap siklus. Persiapan terdiri dari hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penelitian sedangkan perencanaan tindakan setiap siklus ini terdiri dari rencana tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Siklus I dan 2 mengunakan metode Concept Mapping.

Yang membedakan setiap siklus adalah materi yang akan dibahas.

1. Persiapan

Adapun kegiatan yang dilakukan peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah:

a. meminta permohonan ijin kepada guru Biologi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta, b. melakukan observasi pada siswa kelas X-E SMA BOPKRI 2 Yogyakarta

(49)

c. mengidentifikasi masalah yang dialami oleh siswa kelas X-E pada mata pelajaran Biologi,

d. menyusun proposal penelitian,

e. mengkaji standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pokoknya, f. menyusun instrumen pembelajaran (RPP, LKS, kartu konsep),

g. menyusun instrumen pengumpulan data (kisi-kisi soal, soal evaluasi/tes, dan instrumen penilaian),

h. mempersiapkan media yang diperlukan dalam mendukung pembelajaran di kelas.

2. Rencana Tindakan setiap Siklus

Setelah mendapatkan gambaran situasi kelas dari guru dan observasi secara langsung, maka langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut.

a. Siklus I

Siklus 1 ini akan dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan dengan total 3 jam pelajaran.

1) Rencana Tindakan

Peneliti menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan media pembelajaran lainnya.

2) Pelaksanaan Tindakan I

Hal-hal yang dilakukan peneliti pada tahap ini adalah:

(50)

b) guru memberikan pretest,

c) guru memberikan permasalahan mengenai dunia tumbuhan khususnya pada tumbuhan lumut,

d) siswa menyimak penjelasan singkat dari guru mengenai dunia tumbuhan dan lumut (1 jam pelajaran) yang dibantu dengan media

Power Point,

e) siswa dibagi dalam kelompok, setiap kelompok beranggotakan 5 siswa,

f) setiap kelompok diberi kartu konsep mengenai tumbuhan lumut. 1 kelompok membahas 1 pokok bahasan,

g) siswa diminta untuk mengidentifikasi pengertian/ penjelasan kartu yang didapatkan menjadi satu pokok bahasan yang utuh,

h) memberi kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan hasil identifikasinya,

i) siswa diminta untuk menempelkan konsep-konsep yang ada untuk dijadikan peta konsep,

j) pada saat menempelkan konsep, siswa diminta untuk menjelaskan alasannya kepada teman-temannya,

k) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya,

l) siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan mengenai pembelajaran,

(51)

3) Observasi

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan peneliti adalah:

a) peneliti mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran melalui lembar observasi siswa dibantu oleh observer,

b) peneliti menilai hasil belajar siswa melalui post-test.

4) Refleksi

Refleksi dilakukan pada akhir setiap pertemuan pada pembelajaran. Pada tahap refleksi ini, kegiatan peneliti adalah:

a) merefleksi apa yang telah dilakukan pada siklus 1 baik pertemuan 1 dan 2,

b) mencatat hal-hal yang telah dan belum tercapai pada siklus 1, baik pertemuan 1 dan 2, kendala dan hambatan yang ditemukan, kondisi siswa sebelum dan setelah siklus 1,

c) membandingkan hasil evaluasi siswa dan hasil observasi pada siklus 1, d) merencanakan perbaikan hasil evaluasi untuk siklus I.

b. Siklus 2

Siklus 2 ini akan dilakukan dua kali pertemuan dengan total 3 jam pelajaran

1) Rencana tindakan

Pada tahap ini, peneliti membuat RPP, LKS, dan menyiapkan media lainnya (Power Point, kartu-kartu konsep).

(52)

Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam pelaksanaan tindakan adalah: a) menyampaikan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, indikator dan

tujuan pembelajaran yang akan dicapai,

b) guru menyampaikan masalah kepada siswa berkaitan dengan tumbuhan paku,

c) siswa menjawab dan guru menanggapinya,

d) guru memberikan penjelasan lanjutan selama 1 jam pelajaran, e) siswa dibagi dalam kelompok (anggotanya tetap, 5 orang), f) setiap kelompok diberikan kartu konsep,

g) kelompok berdiskusi untuk menyusun konsep-konsep yang didapatkan untuk menjadi suatu bagan atau suatu konsep yang utuh,

h) siswa mempresentasikan kartu-kartu konsepnya,

i) siswa diberikan kesempatan untuk bertanya/berdiskusi dari kelompok yang melakukan presentasi dengan kelompok yang tidak presentasi, j) siswa dan guru bersama-sama menarik kesimpulan mengenai

pembelajaran,

k) mengadakan evaluasi pembelajaran siklus 2.

3) Observasi

Kegiatan yang dilakukan peneliti pada saat observasi adalah:

a) peneliti mengamati aktivitas siswa selama proses pembelajaran dan menilai aktivitas siswa melalui lembar observasi siswa dibantu oleh observer,

(53)

4) Refleksi

Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam melakukan refleksi adalah:

a) merefleksikan apa yang telah dilakukan pada siklus 2 (pertemuan 1 dan 2),

b) mencatat hal-hal yang telah dan belum dicapai pada siklus 2 pertemuan 1 dan 2, kendala dan hambatan yang ditemukan, kondisi siswa sebelum dan setelah siklus,

c) membandingkan hasil evaluasi dan hasil observasi pada siklus 1 dan 2, d) memutuskan apakah penelitian pada siklus 1 dan 2 sudah berhasil atau

belum. Jika indikator sudah tercapai maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil dan jika belum tercapai maka penelitian ini belum berhasil.

D. Pengumpulan Data

1. Indikator Keberhasilan

(54)

Tabel 3.1 Pengumpulan Data dan Instrumennya

No Peubah Indikator Data Pengum

pulan Instrumen 1. Aktivitas a. Siswa membaca

b. Siswa bertanya

c. Siswa menjawab pertanyaan

d. Siswa mengungkapkan pendapat

e. Siswa menanggapi pendapat Jumlah siswa yang terlibat Pengama

tan Rubrik pengama tan keatifan

2. Hasil

Belajar a. Rata-rata nilai pre-test dan post-tes b. Persentase jumlah siswa

yang mencapai KKM

Nilai tes siswa

Tes

tertulis Lembar tes/ pre-test dan post-test siswa

2. Kriterian Keberhasilan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran Biologi di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta materi dunia tumbuhan kelas X semester 2 adalah 75. Indikator keberhasilan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pencapaian siswa dalam pembelajaran sesuai dengan kriteria keberhasilan yang disusun oleh peneliti seperti pada tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa No Peubah Indikator Jumlah siswa yang terlibat

Awal Siklus 1 Siklus 2 1. Aktivitas a. Membaca

b. Bertanya

c. Menjawab pertanyaan d. Mengungkapkan

pendapat

e. Menanggapi pendapat

(55)

Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar Siswa

No Peubah Indikator Jumlah siswa yang terlibat Awal Siklus 1 Siklus 2 1. Hasil

belajar siswa

a. Rata-rata nilai ulangan b. Persentase jumlah

siswa yang mencapai KKM

n.a n.a

70 60%

80 75%

3. Pengumpulan data

Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan dan digunakan berhubungan dengan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Biologi materi dunia tumbuhan. Keaktifan siswa diukur menggunakan lembar pengamatan keaktifan dan hasil belajar diukur menggunakan tes evaluasi hasil belajar pada akhir pertemuan pembelajaran.

4. Instrumen

a. Tes

Tes merupakan alat pengukuran berupa serangkaian pertanyaan yang harus dijawab secara sengaja dalam situasi yang distandarisasikan, dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan hasil belajar siswa baik secara individu maupun kelompok (Masidjo, 1995:38). Tes yang digunakan dalam penelitian ini merupakan tes tertulis yaitu tes objektif berupa pilihan ganda.

(56)

tes berjumlah 20 nomor, masing-masing nomor mempunyai bobot satu poin. Jika jawaban benar maka bernilai satu (1) dan jika jawaban salah bernilai nol (0).

Tabel 3.4 Rincian Pemberian Skor

Jenis Soal Jumlah Soal Skor Maksimal Tiap Nomor Jumlah Skor Maksimal Pilihan

ganda 20 1 20

Jumlah 20

Sebelum test diujikan dilakukan analisis kualitas butir soal khususnya dalam tingkat kesukaran soal (Difficult Index). Perhitungan tingkat kesukaran soal adalah pengukuran seberapa besar derajat kesukaran suatu soal. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang (proporsional), maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah (Arifin, 2012;266). Berdasarkan dari teori tersebut maka test yang akan diberikan kepada siswa dianalisis terlebih dahulu pada siswa kelas X-A SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang berjumlah 21 siswa. Jumlah soal yang disediakan adalah 60 butir soal pilihan ganda. Soal-soal evaluasi ini dapat dilihat pada lampiran 8 halaman.

Dari hasil analisis yang dilakukan terdapat 10 butir soal sangat sukar, 19 soal sukar, 24 soal sedang, 5 soal mudah dan 2 butir soal sangat mudah. Untuk memenuhi kebutuhan test yang akan diberikan selama penelitian maka soal yang diambil sejumlah 40 butir dengan mempertimbangkan berbagai macam kriteria yang diperlukan dalam menyusun test. Adapun yang diperoleh adalah 20 butir soal sedang, 16 butir soal sukar, 3 soal sangat sukar dan 1 soal mudah (Lihat

(57)

b. Non test

Penilaian non tes merupakan peubahan tingkah laku yang lebih berhubungan dengan apa yang dapat dikerjakan, yang dapat diamati menggunakan indera-indera, yang bersifat konkret (Masidjo, 1995:58). Teknik non tes yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi dan skala sikap. Penilaian yang digunakan yaitu lembar pengamatan aktivitas yang disusun oleh peneliti. Lembar pengamatan aktivitas diisi oleh peneliti ketika kegiatan belajar sedang berlangsung. Pengamatan/observasi dilakukan selama siklus I dan siklus II berlangsung. Setelah kegiatan observasi selesai kemudian dilakukan analisis.

E. Analisis Instrumen Penelitian

Validitas suatu tes adalah kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang ingin diukur (Masidjo, 1995). Sudjiono (2011:163) menyatakan bahwa; “validitas adalah salah satu ciri yang menandai tes hasil belajar yang baik “. Surapranata (2004:50) juga menyatakan bahwa; “validitas adalah suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur sesuatu yang seharusnya diukur”. Jadi validitas adalah kemampuan untuk mengukur ketepatan suatu tes yang seharusnya diukur.

(58)

akan diukur. Validitas perumusan berkenaan dengan aspek-aspek dalam soal-soal itu betul-betul tercangkup dalam perumusan tentang apa yang hendak diukur (Arifin, 2012).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti kemudian mencocokkan materi tes dengan silabus dan kisi-kisi soal evaluasi, serta melakukan diskusi dengan guru pelaksana. Kisi-kisi soal yang telah disusun dikonsultasikan pada dosen pembimbing untuk mengetahui validitasnya sebelum diujikan pada siswa.

Realibilitas instrumen dilakukan dengan uji realibilitas. Uji realibilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu test dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. Penelitian ini dalam melakukan realibilitas instrumen menggunakan koefisien stabilitas. Koefisien stabilitas adalah jenis realibilitas yang menggunakan teknik test and retest, yang memberikan test kepada sekelompok individu, kemudian diadakan pengulangan test pada kelompok yang sama dengan waktu yang berbeda (Arifin, 2012).

F. Analisis Data

(59)

Hasil belajar siswa dinyatakan dengan skor hasil tes/evaluasi. Skor hasil tes/evaluasi dapat membandingkan kondisi awal dengan kondisi akhir yang diharapkan. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Yaitu dengan membandingkan nilai pre-test dengan nilai post-test. Kedua data tersebut kemudian diklasifikasikan ke dalam kategori sangat rendah, rendah, cukup, tinggi dan sangat tinggi dengan berpedoman pada klasifikasi presentase skor.

Tabel 3.5 Kualifikasi Presentase Skor

Rentang Skor Kualifikasi

81% - 100% Sangat Tinggi

66% - 80% Tinggi

56% - 65% Rendah

41 - 55% Sangat Rendah

0 - 40% Sangat Rendah/gagal (Arikunto, Suharsimi, 2012;281)

(60)

1. Peningkatan aktivitas

Siswa yang aktif dapat dinyatakan dengan skor hasil rubrik pengamatan aktivitas siswa di dalam kelas. Analisis aktivitas siswa dapat ditempuh dengan cara membandingkan kondisi awal, akhir siklus I, dan akhir siklus II sesuai dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan. Peningkatan aktivitas siswa dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

a. Penyekoran

Kolom indikator terisi = 1 Kolom indikator kosong = 0

b. Menghitung persen siswa yang aktif dalam setiap indikator (bertanya, menjawab dan mengungkapkan pendapat, menanggapi pendapat teman, dan membaca)

c. Membandingkan hasil yang didapatkan dengan kriteria yang telah ditentukan untuk menunjukkan semakin aktiv atau tidak siswa di kelas

2. Peningkatan Hasil Belajar

Analisis data digunakan untuk menganalisis data hasil belajar siswa yang dinyatakan dengan skor hasil evaluasi. Skor hasil evaluasi dapat membandingkan kondisi akhir siklus I dan akhir siklus II sesuai dengan kriteria keberhasilan yang diharapkan. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:

(61)

a. Penyekoran jawaban benar = 1 jawaban salah = 0

b. Menghitung jumlah skor setiap siswa

c. Menghitung nilai setiap siswa, dengan rumus: 1) Nilai akhir

d. Menghitung Nilai Rata-rata

Ket : ∑N = Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa n = Jumlah seluruh siswa

e. Menghitung persentase siswa yang telah mencapai KKM, dengan rumus:

f. Membandingkan tingkat prestasi belajar siswa pada setiap akhir siklus dengan kondisi awal, untuk menyimpulkan apakah terjadi peningkatan prestasi belajar atau tidak.

Nilai = x100%

Soal Soalbenar

Nilai rata-rata (N)= n

N

(62)

44

BAB IV

PEMBAHASAN

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di SMA BOPKRI 2 Yogyakarta yang terletak di Jln. Jenderal Sudirman 87 Yogyakarta pada tanggal 28 Februari 2013 – 23 Maret 2013. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X-E.

A. Deskripsi Kondisi Awal

Observasi awal penelitian tindakan kelas dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran Biologi di kelas. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan Peneliti, guru mengajar masih menggunakan metode ceramah dan tanya jawab. Interaksi terjadi bila guru memberikan pertanyaan kepada siswa. Apabila guru mengajar, siswa hanya diam mendengarkan tanpa ada pertanyaan ataupun aktivitas lainnya. Ada pula yang berbicara dengan teman-temannya, namun tidak berkaitan dengan materi yang dipelajari.

Peneliti juga mengamati aktivitas yang dilakukan siswa berdasarkan lembar observasi aktivitas siswa, yaitu aktivitas siswa membaca, aktivitas siswa bertanya, aktivitas siswa menjawab pertanyaan, aktivitas siswa mengungkapkan pendapat, dan aktivitas pada waktu siswa menanggapi pendapat teman. Indikator aktivitas ini disusun oleh peneliti melihat dugaan yang paling mungkin terjadi pada saat menyusun peta konsep.

(63)

yang bertanya), aktivitas siswa menjawab pertanyaan 36% (pertanyaan dari guru), aktivitas mengungkapkan pendapat 50%, dan aktivitas menanggapi pendapat 0%. Dengan demikian diperoleh rata-rata aktivitas sebelum dilakukan tindakan sebesar 20,6% (5 siswa).

Selanjutnya peneliti melakukan analisis mengenai data yang telah didapatkan. Aktivitas yang terlihat pada saat obervasi adalah aktivitas siswa menjawab, mengungkapkan pendapat dan aktivitas siswa membaca, sedangkan aktivitas bertanya dan mengungkapkan pendapat tidak terlihat (0%). Aktivitas tersebut berlangsung bukan karena inisiatif dari siswa, melainkan pertanyaan dari guru yang diberikan kepada siswa. Guru pelaksana memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa menjawabnya.

Keinginan siswa dalam bertanya dan menanggapi pendapat teman belum terlihat dalam observasi (0%) dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktornya yaitu metode yang digunakan kurang memancing siswa untuk bertanya. Kurang menariknya metode yang diterapkan akan membawa siswa menjadi bosan dan kurang kosentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Aktivitas bertanya dan mengungkapkan pendapat merupakan aktivitas

Oral activities dimana siswa akan mengungkapkan ide nya setelah mempelajari

materi pelajaran. Aktivitas bertanya dan mengungkapkan pendapat tidak akan terlihat apabila siswa itu sendiri dalam prosesnya tidak kosentrasi mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Hal inilah yang mengakibatkan aktivitas bertanya dan mengungkapkan pendapat sangat rendah (0%).

(64)

hasil rata-rata nilai siswa adalah 26,95 dengan presentase siswa yang telah memenuhi KKM adalah 0% atau tidak ada satu pun siswa yang tuntas KKM.

Hasil evaluasi pre-test dapat dilihat pada daftar nilai siswa di lampiran 20

halaman 127.

Berdasarkan data yang didapatkan dan pengamatan yang telah dilakukan, peneliti melihat bahwa siswa kelas X-E belum cukup aktif berpartisipasi dalam proses kegiatan belajar mengajar. Masih banyak siswa yang tidak mengikuti pembelajaran dengan baik. Selain aktivitas yang masih sangat kurang, hasil evaluasi awal (pre-test) masih sangat rendah. Oleh karena itu, keaktifan dan hasil belajar Biologi siswa kelas X-E masih perlu ditingkatkan. Dengan melakukan penelitian menggunakan metode concept mapping diharapkan aktivitas dan hasil belajar siswa dapat meningkat.

B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Tiap Siklus

1. Siklus 1

a. Perencanaan

Sebelum melaksanakan tindakan terlebih dahulu peneliti melakukan perencanaan. Berikut kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan:

1) penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan digunakan guru sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran (Lihat

lampiran 2 halaman 73),

(65)

pembelajaran Biologi materi Tumbuhan dengan menggunakan Concept Mapping,

3) penyusunan instrumen penelitian yang terdiri dari soal pre-test, post-test siklus I dan post-test siklus II (Lihat lampiran 13, 15 dan 17). Instrumen ini yang nantinya akan digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap materi yang diujikan,

4) penyusunan kartu-kartu konsep yang akan digunakan sebagai bahan diskusi kelompok (Lihat lampiran 30 halaman 146),

5) melakukan koordinasi dengan guru mata pelajaran Biologi yang akan bertindak sebagai sebagai guru dan peneliti sebagai observer selama proses pembelajaran tentang kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan,

6) menyiapkan alat dokumentasi yang diperlukan.

b. Pelaksanaan Kegiatan

Siklus 1 dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan dengan alokasi waktu 3 x 45 menit (2 kali pertemuan). Pada siklus 1 pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Kamis, 28 Februari 2013 dengan alokasi waktu 1 x 45 menit. Dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 2 Maret 2013 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Pembelajaran dilaksanakan di ruang Laboratorium Biologi SMA BOPKRI 2 Yogyakarta.

(66)

menggunakan media Power Point dan diskusi kelas yang dituntun oleh guru

(Lihat lampiran 5 halaman 92). Ada pun materi yang disampaikan pada

pertemuan pertama adalah sebagai berikut;

1) Ciri-ciri tumbuhan lumut

2) Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan lumut 3) Klasifikasi tumbuhan lumut

4) Daur hidup tumbuhan lumut

5) Manfaat tumbuhan lumut bagi manusia.

Sedangkan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan pada pertemuan pertama adalah:

1) melaksanakan pre-test, siswa mengerjakan pre-test selama 10 menit, 2) guru menyampaikan kompetensi dasar, standar kompetensi dan tujuan

pembelajaran yang akan dicapai,

3) guru memberikan apersepsi mengenai tumbuhan lumut,

4) siswa menanggapi pertanyaan dari guru dan guru memberikan penekanan terhadap jawaban dari siswa,

5) guru menjelaskan materi.

(67)

Pada pertemuan kedua dihadiri oleh 26 siswa. Pertemuan kedua ini digunakan untuk menerapkan dan memperjelas materi dengan menggunakan metode Concept Mapping. Materi yang diberikan pada pertemuan kedua sama dengan pertemuan pertama, yang membedakan adalah materi yang diberikan semakin diperjelas dengan menggunakan kartu-kartu konsep atau yang disebut dengan metode Concept Mapping.

Kegiatan pendahuluan pada siklus I diawali dengan menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan selama pembelajaran. Sebelum menjelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan, guru memberikan pengertian terlebih dahulu mengenai metode

Concept Mapping. Pengorganisasian kelompok juga dilakukan pada tahap awal

dengan tujuan agar tidak mengganggu kosentrasi siswa.

Selanjutnya dilakukan diskusi kelompok. Kelompok diskusi terdiri dari 5-6 orang siswa. Setiap kelompok mendapatkan seperangkat alat yang sama yaitu 1 lembar karton, gunting, solasi, spidol dan satu perangkat amplop yang berisi kartu-kartu konsep yang berbeda. Setiap kelompok mengerjakan konsep yang berbeda yaitu sesuai dengan isi amplop dan kartu-kartu yang didapatkan.

(68)

Gambar 4.3 Siswa melakukan kegiatan diskusi kelompok

Selama kegiatan kelompok, guru pelaksana tetap memantau hasil pekerjaan dari setiap kelompok yang dibantu oleh para observer. Setelah pekerjaan selesai guru meminta setiap kelompok untuk maju ke depan untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.

Gambar 4.4 Siswa mempresentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas

(69)

Di akhir pelaksanaan siklus I, ditutup dengan memberikan post-test untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dan kemudian untuk mengetahui ketercapaian indikator yang ditetapkan.

Gambar 4.5 Siswa mengerjakan soal Post-test siklus 1

c. Observa

Gambar

Gambar 3.1 Siklus PTK menurut Kemmis dan Taggart
Tabel 3.2 Kriteria Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 3.3 Kriteria Keberhasilan Hasil Belajar Siswa
Tabel 3.4 Rincian Pemberian Skor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan hasil belajar siswa kelas X-E terhadap materi tumbuhan dengan menggunakan metode Concept Mapping di SMA BOPKRI

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan hikmat-Nya dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Jus

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas hikmat, kemurahan dan kasih karunia-NYA yaang berlimpah kepada penulis selama penulis melakukan penulisan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia, hikmat dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai sumber segala hikmat dan berkat yang telah memberkati penulis dari awal perkuliahan sampai

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih karunia, hikmat dan penyertaan-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menunjukkkan kemurahan, hikmat, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tanggung jawab

Segala puji dan syukur penulis penjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus sebagai sumber segala cinta dan kasih sebab atas berkat dan kasih karunianya yang tak berkesudahan yang