• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Kadar Kreatinin Serum Pada Pria Dewasa Muda Instruktur Fitnes Dengan Pria Dewasa Muda Yang Tidak Menjalani Program Fitnes.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Kadar Kreatinin Serum Pada Pria Dewasa Muda Instruktur Fitnes Dengan Pria Dewasa Muda Yang Tidak Menjalani Program Fitnes."

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

iv Suci Mutiara Gunawan, 2012

Pembimbing I : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M. Kes Pembimbing II : Heddy Herdiman, dr., M.Kes

Sekarang ini hampir semua orang lebih memperhatikan penampilan atau bentuk tubuh, baik untuk menjaga kesehatan atau pun hanya untuk menjaga penampilan agar lebih menarik. Olahraga merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat menjaga bentuk tubuh dan juga kesehatan. Pelatihan fitnes telah menjadi pilihan banyak orang sekarang ini dan menjadi suatu tren di masyarakat. Kreatinin merupakan produk akhir dari metabolisme kreatin otot dan kreatin fosfat, disintesis dalam hati, ditemukan dalam otot rangka, darah, dan dieksresikan dalam urin. Peningkatan massa otot yang dialami oleh seseorang yang menjalani program latihan fisik diikuti pula oleh peningkatan kreatinin darahnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar kreatinin pada pria dewasa muda instruktur fitnes dengan yang tidak menjalani program pelatihan fitnes.

Bentuk penelitian merupakan observasional analitik, dengan desain . Subjek penelitian adalah 60 orang pria dewasa muda yang terdiri dari dua kelompok yaitu 30 orang pria dewasa muda intruktur fitnes dan 30 orang pria dewasa muda yang tidak menjalani program fitnes. Pada kedua kelompok tersebut diperiksa kadar kreatinin serumnya. Analisis data menggunakan uji ‘t’ tidak berpasangan, dengan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan rerata kadar kreatinin serum pria dewasa muda instruktur fitness (1,35 mg/dL) lebih tinggi daripada rerata kadar kreatinin serum pria dewasa muda yang tidak menjalani program fitness (0,91 mg/dL). Kelompok sampel dengan kontrol berbeda secara bermakna dengan nilai = 0,000.

Simpulan penelitian adalah kadar kreatinin serum pria dewasa muda instruktur fitnes lebih tinggi jika dibandingkan dengan pria dewasa muda yang tidak menjalani program fitnes.

(2)

v Suci Mutiara Gunawan, 2012

1st Tutor : Adrian Suhendra, dr., Sp.PK., M. Kes 2nd Tutor : Heddy Herdiman, dr., M.Kes

!

! " # #

$% &% &%

! "

' &( ) *

% +' ) * , % %%

(3)
(4)

ix

2.3.2 Latihan Kardiovaskuler ... 25

2.3.3 Latihan Fitnes... 25

2.3.4 Faktor Makanan ... 28

2.3.5 Faktor Istirahat ... 30

2.4 Kreatinin ... 31

2.4.1 Pembentukan Kreatinin ... 31

... 34

3.1 Subjek, Alat dan Subjek Penelitian ... 34

3.1.1 Bahan dan Alat Penelitian ... 34

3.2.5.1 Pengambilan Sampel Darah vena... 37

3.2.5.2 Pemeriksaan Kadar Kreatinin Serum ... 37

3.2.6 Metode Analisis ... 38

3.2.6.1 Hipotesis Penelitian ... 38

3.2.6.2 Kriteria Uji ... 38

(5)

x

... 39

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ... 39

4.2 Uji Normalitas ... 40

4.3 Hasil Peneltian ... 41

4.4 Pembahasan ... 41

... 43

5.1 Simpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

... 44

... 46

(6)

xi

Halaman Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 39 Tabel 4.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Lamanya Menjalani

Program dan Durasi Fitnes ... 40 Tabel 4.3 Uji Normalitas ... 40 Tabel 4.4 Kadar Kreatinin Serum pada Pria Dewasa Muda Instruktur Fitnes dan

(7)

xii

Halaman

Gambar 2.1 Contoh bentuk otot ... 9

Gambar 2.2 Contoh tipe otot ... 10

Gambar 2.3 Organisasi dari otot rangka ... 12

Gambar 2.4 Pelepasan kalsium pada # ... 14

Gambar 2.5 Aktivitas tropomiosin dengan tropomin ... 16

Gambar 2.6 Jalur metabolik produksi ATP ... 18

Gambar 2.7 Mekanisme hipertrofi otot ... 20

Gambar 2.8 Sistem transduksi sinyal pada permukaan sel reseptor ... 22

(8)

xiii

Halaman LAMPIRAN 1 Surat Keputusan Komite Etik Penelitian ... 46 LAMPIRAN 2 / ... 47 LAMPIRAN 3 Data Tabulasi Usia dan Hasil Kadar Kreatinin Serum Kelompok

Kontrol (Pria Dewasa Muda Instruktur Fitnes) ... 48 LAMPIRAN 4 Data Tabulasi Usia dan Hasil Kadar Kreatinin Serum Kelompok

Kontrol (Pria Dewasa Muda yang Tidak Menjalani Program

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

*& ?

? 8 $ 5 ; >&*

? 8 $ 5 ; >&*

(15)

! " # $ % & ' '

( ) *+# "

, )

- ( ) ) # " # ''

. /-/# " #

# " #

( # " # $

* - 0 % - " #

(16)

1

Sekarang ini hampir semua orang lebih memperhatikan penampilan atau

bentuk tubuh, baik untuk menjaga kesehatan ataupun hanya untuk menjaga

penampilan agar lebih menarik. Olahraga merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk dapat menjaga bentuk tubuh dan juga kesehatan. Olahraga adalah

serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana yang dilakukan orang untuk

mencapai suatu maksud atau tujuan tertentu (Y.S. Santoso Giriwijoyo, 2005).

Kegiatan olahraga tersebut dicapai dalam bentuk suatu latihan meliputi empat

aspek, yaitu fisik, teknik, taktik, dan mental. Latihan adalah satu proses berlatih

yang sistematis yang dilakukan secara berulang&ulang dan yang kian hari jumlah

beban latihannya kian bertambah (Harsono, 1988). Pelatihan fitnes telah menjadi

pilihan banyak orang sekarang ini dan menjadi suatu tren di masyarakat. Fitnes

adalah gaya hidup seseorang dalam beradaptasi dengan tekanan fisik dan mental.

Latihan fitnes adalah program latihan yang disusun secara ilmiah dan sistematis

untuk membantu beradaptasi dengan beban fisik pada suatu latihan yang

terkontrol (Nurjaya, 2009). Dengan menjalankan latihan fitnes akan menurunkan

komposisi lemak dan menjaga atau meningkatkan komposisi otot dan tulang

dalam tubuh (Ade Rai, 2010).

Latihan fisik yang dilakukan secara sistematis, teratur dan berkelanjutan

dengan prinsip&prinsip latihan yang baik dan tepat akan menyebabkan perubahan&

perubahan tubuh yang mengarah pada peningkatan kemampuan tubuh untuk

melaksanakan kerja yang lebih berat. Efek latihan dikelompokkan menjadi tiga

bagian yaitu efek langsung, efek tidak langsung, dan efek berkelanjutan (Mucshin

Doewes, 1994). Berkaitan dengan pengaruh daya tahan aerobik, beberapa

(17)

2

perubahan kardiorespiratori, peningkatan daya tahan otot, dan perubahan bahan&

bahan kimia dalam jaringan (Junusul Hairy, 1989).

Seseorang yang menjalani program latihan fitnes secara rutin biasanya

mengkonsumsi beberapa jenis suplemen. Suplemen adalah substansi penting atau

zat gizi berupa vitamin, mineral, atau asam amino yang disarikan dari bahan

makanan yang berasal dari hewan maupun tumbuhan. Suplemen ini dikemas

dalam bentuk tablet, cairan atau dimasukkan ke dalam kapsul. Suplemen

bukanlah pengganti makanan, melainkan hanya tambahan atau pelengkap. Bila

dikonsumsi dalam dosis tertentu atau dikombinasikan dengan suplemen lain,

dapat membantu menjaga kesehatan senantiasa dalam kondisi puncak (Atok

Isyulukhi, 2011). Salah satu suplemen yang marak dikonsumsi oleh para

binaragawan adalah suplemen kreatin. Sekarang kreatin telah ditetapkan sebagai

suplemen yang berharga dalam binaraga industri, perusahaan semakin banyak

mencoba untuk mengembangkan suplemen lain atau derivatif untuk membuat

penyerapan kreatin jauh lebih efektif. Ilmuwan Soviet adalah yang pertama kali

menemukan bahwa suplemen kreatin dapat meningkatkan kinerja atlet pada tahun

1970&an. Suplemen kreatin menjadi semakin populer di kalangan atlet profesional

di tahun 1990&an. Suplemen kreatin dapat meningkatkan massa otot dan

meningkatkan kinerja atletik, terutama selama intensitas tinggi, olahraga durasi

pendek, seperti angkat beban. Maraknya penggunaan konsumsi suplemen kreatin

dianggap dapat merusak ginjal, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk

menilai fungsi ginjal seperti pemeriksaan laju filtrasi glomerulus (GFR) atau

kadar kreatinin urin, tidak hanya pemeriksaan kadar kreatinin serum saja,

Kreatinin adalah produk penguraian dari kreatin yang menyediakan

pemasok energi untuk otot. Kreatin adalah zat yang dihasilkan dari kontraksi otot

normal dan dilepaskan ke dalam darah, kemudian melewati ginjal untuk

dieksresikan. Wanita biasanya memiliki tingkat kreatinin lebih rendah daripada

pria, karena wanita memiliki jaringan otot yang lebih sedikit dibandingkan

(18)

3

pada wanita adalah 0,5&1,1 mg/dL (Candice Hubbard, 2011). Pemeriksaan

kreatinin dalam darah merupakan salah suatu pemeriksaan klinis sehari&hari yang

dilakukan sebagai parameter penting untuk mengetahui fungsi ginjal. Kreatinin

merupakan metabolit endogen yang sangat berguna untuk menilai fungsi

glomerulus. Peningkatan massa otot yang dialami oleh seseorang yang menjalani

program latihan fisik diikuti pula oleh peningkatan kreatinin darahnya. Tipe

olahraga juga dapat berpengaruh dalam kadar kreatinin serumnya, hal itu

disebabkan karena perbedaan massa otot dan konsumsi suplemen. Pada prakter

dokter kadar kreatinin serum sudah disesuaikan dengan parameter yang sudah

ada, namun sebaiknya disesuaikan dengan kondisi pasien instruktur fitnes atau

atlet lainnya yang mungkin masih dianggap normal karena pengaruh massa otot

atau penggunaan suplemen. Sampai saat ini belum ada parameter kadar kreatinin

serum normal bagi instruktur fitnes maupun atlet yang lain. Penelitian ini dapat

dipakai sebagai dasar untuk panduan selanjutnya dalam menentukan parameter

kadar kreatinin serum normal untuk instruktur fitnes atau atlet lainnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk membandingkan

lebih lanjut kadar kreatinin pada pria dewasa muda yang tidak menjalani program

pelatihan fitnes dengan instruktur fitnes. Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk

mengetahui perbandingan peningkatan kreatinin secara fisiologis.

Berdasarkan pada latar belakang masalah yang diuraikan di atas maka dapat

dilakukan identifikasi masalah yaitu apakah ada peningkatan kadar kreatinin pada

pria dewasa muda instruktur fitnes dengan yang tidak menjalani program

(19)

4

Maksud dari penelitian ini adalah membuktikan secara ilmiah mengenai

adanya peningkatan kadar kreatinin darah pada seseorang yang memiliki massa

otot yang berlebih.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kadar kreatinin pada

pria dewasa muda instruktur fitnes dengan yang tidak menjalani program

pelatihan fitnes.

!

! "

Manfaat akademis penelitian ini adalah diharapkan dapat mengembangkan

wawasan ilmu pengetahuan bidang kedokteran, yaitu untuk mengetahui apakah

penambahan massa otot pada instruktur fitnes diikuti juga dengan penambahan

kadar kreatinin serumnya. Penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar untuk

penelitian selanjutnya dalam menentukan parameter kadar kreatinin serum normal

untuk instruktur fitnes atau atlet lainnya.

!

Memberi wawasan kepada para dokter mengenai gambaran kadar kreatinin

serum khususnya pada instruktur fitnes yang meningkat secara fisiologis sehingga

belum tentu didiagnosis menderita gangguan ginjal.

# $ " %&

# $ "

Kreatinin dalam urin berasal dari filtrasi glomerulus dan sekresi oleh tubulus

(20)

5

dalam filtrat glomerulus. Kreatinin yang diekskresi dalam urin terutama berasal

dari metabolisme kreatinin dalam otot sehingga jumlah kreatinin dalam urin

mencerminkan massa otot tubuh dan relatif stabil pada individu sehat (Levey,

2003; Remer et al . 2002; Henry, 2001). Kreatin terutama ditemukan di jaringan. Kreatin

dari otot diambil dari darah karena otot sendiri tidak mampu mensintesis kreatin.

Kreatin darah berasal dari makanan dan biosintesis yang melibatkan berbagai

organ terutama hati. Proses awal biosintesis kreatin berlangsung di ginjal yang

melibatkan asam amino arginin dan glisin. Menurut salah satu penelitian in vitro,

kreatin secara konstan akan diubah menjadi kreatinin dalam jumlah 1,1% per hari.

Kreatinin yang terbentuk ini kemudian akan berdifusi keluar sel otot untuk

kemudian diekskresikan ke dalam urin. Pembentukan kreatinin dari

kreatin berlangsung secara konstan dan tidak ada mekanisme reuptake oleh tubuh,

sehingga sebagian besar kreatinin yang terbentuk dari otot diekskresi lewat ginjal

sehingga ekskresi kreatinin dapat digunakan untuk menggambarkan filtrasi

glomerulus walaupun tidak 100% sama dengan ekskresi inulin yang

merupakan parameter pemeriksaan laju filtrasi glomerulus. Meskipun demikian,

sebagian dari kreatinin yang terbentuk dalam otot akan mengalami degradasi dan

diubah kembali menjadi kreatin. Sebagian kreatinin juga dibuang lewat

jalur intestinal dan mengalami degradasi lebih lanjut oleh kreatininase bakteri

usus. Kreatinisasi bakteri akan mengubah kreatinin menjadi kreatin yang

kemudian akan masuk kembali ke darah ( ). Produk degradasi

kreatinin lainnya ialah 1&metilhidantoin, sarkosin, urea, metilamin, glioksilat,

glikolat, dan metilguanidin (Victor W. Rodwell, 2003).

Rerata pembentukkan kreatinin berbanding langsung dengan total massa otot.

Kreatinin dieksresikan melalui aliran darah oleh ginjal (Siregar, 2004). Kadar

kreatinin darah normal pada wanita lebih rendah jika dibandingkan dengan kadar

kreatinin darah pria. Pada pria berkisar antara 0,6&1,2 mg/ dL. Sedangkan pada

wanita 0,5&1 mg/ dL. Kadar kreatinin akan meningkat seiring dengan

(21)

6

Program pelatihan fitnes dapat memperbesar ukuran otot dengan latihan

anaerob, durasi pendek, serta latihan kekuatan dengan intensitas yang tinggi,

seperti angkat beban. Latihan ini akan menghasilkan peningkatan diameter

(hipertrofi) yang digunakan pada kontraksi yang sangat kuat. Penebalan serabut

ini dihasilkan oleh peningkatan sintesis filamen aktin dan miosin, sehingga

kesempatan interaksi jembatan silang meningkat. Akibatnya, kekuatan kontraksi

otot juga meningkat. Stress mekanik akan merangsang gen yang secara langsung

mensintesis protein kontraktil menjadi lebih banyak. Latihan beban yang berlebih

dapat meningkatkan ukuran otot menjadi dua sampai tiga kali lipat. Latihan beban

ini akan menghasilkan peningkatan kekuatan yang besar untuk penggunaan

jangka pendek (Sherwood, 2010).

# %&

Kadar kreatinin serum pada pria dewasa instruktur fitnes lebih tinggi

dibandingkan dengan yang tidak menjalani program latihan fitnes.

' & %

Bentuk penelitian merupakan observasional analitik, dengan desain

. Subjek penelitian 60 orang pria dewasa muda yang terdiri dari dua

kelompok yaitu 30 orang pria dewasa muda instruktur fitnes dan 30 orang pria

dewasa muda yang tidak menjalani program fitnes. Pada ke 60 pria tersebut

diperiksa kadar kreatinin darahnya.

Pengumpulan data yang akan dilakukan yaitu meliputi usia, lamanya fitnes

beserta durasinya, dan kadar kreatinin darah. Analisis data menggunakan uji ‘t’

(22)

7

( & )

Lokasi : Pusat kebugaran wilayah Bandung

Laboratorium Patologi Klinik FK UKM, Bandung

Laboratorium Rumah Sakit Efarina Etaham, Purwakarta

(23)
(24)

! ! "

# $ %%!!! & ' # % & % &$$ %# !( (! "

& )

! * ) &"& "& + " , ' "

*-. + # / ) ' *'&

&

. 0& - )112 3

3

4 , 5 )11 /# '

- !

- + 6 + , ' " " , ' "

*-- ! 7 5 # ! ,& "& , 8

" 9

-&5 : 2 &"& ! "*' 1 "

*-6 )12 # # ' # +

; " ' &< #

! ' 4 1 $ $ %

# $ %!!! # 5! ' % # 5! ' ) 7 & )

, # ' 6 . , # =4 1

6 ' 6 "

, 6 " 2 & &

,

4 > & ) ' ( # $ %%!!! > + % % ) &

(25)

8

= " , 8 #

& ,

& 5 3, - .3 5 3 '! =6 *'

8 9 7 # ' 5 " , ' "

*-3 )) )*) ' " 4 3

3 )) +, " 4 3

3 << 4 3 ,& = 2 $$

-2# ' # ' $# 5 > 6 & ' $ 5

5 )) ; +7 " ?&# ' "

5 3 3 $# 9 . 9 /# '

- !

# " 5 )) ' # 9 7 # * . ? &

" 3 7 !

# ! ' 4 . # 8# '

9# 4 +

$ ) & 5 " . *' " < ,

;&'# / *' ) " < ! ' 5

65 , ''& #(' " 3 ' <

/ ( " @ A )) 2(

B&" ! " 2 & + & > " ' 5

Referensi

Dokumen terkait

[r]

1) Makan dengan menu seimbang (appropriate diet). Menu seimbang ini dalam arti kualitas dan kuantitas.. 2) Olahraga teratur, yang juga mencakup kualitas (gerakan), dan

mengambil data yang diperlukan dengan menggunakan alat ukur Humor Style Questionnaire.. (HSQ) yang disusun oleh Martin dkk (2003) dan Beck Depression Inventory (1996)

Selain keterlibatan langsung melalui Musyawarah Desa, masyarakat Desa juga dapat terlibat melalui mekanisme perwakilan warga di Badan Permusyawaratan Desa dalam hal penetapan

Untuk mengevaluasi kesesuaian lahan digunakan model kuantitatif dari FAO (1976) yang memadukan data lingkungan, iklim dan kondisi tanah (sifat fisika dan kimia

Hasil penelitian ini adalah Pen Wiimote yang merupakan alat berupa pen inframerah yang telah dibuat dan wiimote yang telah dimodifikasi lalu perangkat ini di coneksikan ke

Sebagai upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis khususnya dalam menulis teks drama, guru harus menerapkan pengetahuannya mengenai media pembelajaran dalam

James Dananjaya berpendapat ada tiga tahap yang harus dilakukan peneliti di objek penelitian. Tiga tahap itu adalah : 1) tahap pra penelitian di tempat, 2) tahap