• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Orang Tua Pasien Terhadap Pelayanan Bagian Klinik Anak di Rumah Sakit "X" di Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Orang Tua Pasien Terhadap Pelayanan Bagian Klinik Anak di Rumah Sakit "X" di Bandung."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Kristen Maranatha   

Penelitian ini berjudul “Studi Deskriptif Mengenai Kepuasan Orang Tua Pasien Terhadap Pelayanan Bagian Klinik Anak di Rumah Sakit “X” di Kota Bandung”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dan mendalam mengenai tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan Klinik Anak di Rumah Sakit “X” di kota Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, sedangkan populasi dalam penelitian ini adalah orang tua pasien di Klinik Anak, kemudian dilakukan pengambilan sample penelitian yang diambil berdasarkan pada kesediaan dan kemudahan untuk mendapatkannya dan karena sample tersebut ada pada waktu yang tepat, maka didapatkan sampel sebanyak 100 orang responden.

Alat ukur yang digunakan untuk menjaring data mengenai kepuasan orang tua pasien di Klinik Anak adalah modifikasi alat ukur Servqual A Multidimensional Scale to Capture Customer Perceptions and Expectationof Service Quality dari Valerie A Zeithaml pada tahun 2000. Alat ukur ini terdiri dari 25 item pernyataan yang menggali dimensi-dimensi kualitas pelayanan tentang kepuasan orang tua pasien. Data yang diperoleh akan diolah menggunakan analisis GAP (kesenjangan) dan di tabulasi silang.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar orang tua pasien merasa cukup puas dengan pelayanan yang diberikan oleh bagian Klinik Anak di Rumah Sakit “X” dan sebagian kecil orang tua pasien merasa tidak puas dengan pelayanan yang diberikan.

(2)

Universitas Kristen Maranatha   

ABSTRACT

The study is entitled "Descriptive Study of Parents' Satisfaction Regarding Patient Services Section on Clinical Child in Hospital" X "in the city of Bandung". The purpose of this research is to obtain a clearer picture and deeper about the level of patient satisfaction to services at the Hospital Clinic Children "X" in the city of Bandung.

The method used in this study is a survey method, while the population in this study were elderly patients at the Clinic of the Child, and then conducted research sampling taken based on the willingness and ease to get it and because the sample is at the right time, then the obtained samples as many as 100 respondents.

Measuring instrument used to gather data about the satisfaction of parents of patients in Child Clinic is a modification of measuring instruments Servqual A Multidimensional Scale to Capture Customer Perceptions of Service Quality and Expectation of Service Quality from Valerie A Zeithaml in 2000. This instrument consists of 25 items a statement that explores the dimensions of service quality on patient satisfaction of parents. The data obtained will be processed using GAP analysis (the gap) and in the cross tabulation.

The results of this study indicate that most elderly patients feel quite satisfied with the services provided by the Clinic Children in Hospital "X" and a small percentage of parents of patients were dissatisfied with the services provided.

(3)

Universitas Kristen Maranatha   

LEMBAR PENGESAHAN...ii

ABSTRAK...iii

ABSTRACT...iv

KATA PENGANTAR...v

DAFTAR ISI...ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah...1

1.2.Identifikasi Masalah...10

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian...10

1.3.1. Maksud penelitian...10

1.3.2. Tujuan Penelitian...10

1.4.Kegunaan Penelitian...10

1.4.1. Kegunaan Ilmiah...10

(4)

Universitas Kristen Maranatha   

1.5.Kerangka Pikir...12

1.6.Asumsi...22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Jasa...23

2.1.1. Definisi Jasa...23

2.1.2. Karakteristik Jasa...24

2.1.3. Kualitas Jasa... 25

2.1.3.1. Perceived Service...25

2.1.3.2. Expected Service...26

2.1.4. Model Kualitas Jasa...29

2.1.5. Dimensi Kualitas Jasa...31

2.2. Kepuasan Konsumen...33

2.2.1. Definisi Kepuasan Konsumen...33

(5)

Universitas Kristen Maranatha   

2.3. Organisasi Pelayanan Kesehatan...42

2.4. Jenis-jenis Rumah Sakit...45

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1. Rancangan Penelitian...51

3.2. Bagan Prosedur Penelitian...51

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...52

3.3.1. Variabel Penelitian...52

3.3.2. Definisi Operasional...52

3.4. Alat Ukur ...53

3.4.1. Kuesioner Kepuasan Orang Tua Pasien...53

3.4.2. Data Penunjang...56

3.4.3. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur...57

A. Uji Validitas Alat Ukur...57

(6)

Universitas Kristen Maranatha   

3.5. Hasil Uji Coba Alat Ukur...60

3.6. Populasi dan Sampel Penelitian...60

3.5.1. Populasi Sasaran...60

3.5.2. Karakteristik Sampel...61

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel...61

3.7. Teknik Analisa Data...61

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...63

4.1. Gambaran Responden...63

4.1.1. Jenis Kelamin...63

4.1.2. Usia...64

4.1.3. Pekerjaan...64

4.1.4. Pendidikan...65

4.1.8. Pengalaman Datang ke Klinik Anak...66

4.2. Hasil Penelitian...66

(7)

Universitas Kristen Maranatha   

Kualitas Pelayanan...67

4.3. Pembahasan...67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...77

5.1. Kesimpulan...77

5.2. Saran...79

5.2.1. Saran Teoritis...79

5.2.2. Guna Laksana...80

DAFTAR PUSTAKA ...82

(8)

Universitas Kristen Maranatha   

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1. Kerangka Pikir...21

Bagan 2.1. Bagan Rumah Sakit Sebagai Suatu Sistem...44

(9)

Universitas Kristen Maranatha   

Tabel 3.1. Alat Ukur Kepuasan Orang Tua Pasien...54

Tabel 3.2. Skor Item...55

Tabel 4.1. Jenis Kelamin...63

Tabel 4.2. Usia...64

Tabel 4.3. Pekerjaan...64

Tabel 4.4. Pendidikan...65

Tabel 4.5. Pengalaman Datang ke Klinik Anak...66

Tabel 4.6. Data Kepuasan Otang Tua Pasien Keseluruhan...66

Tabel 4.7. Analisis GAP Berdasarkan Dimensi Kualitas Pelayanan...67

(10)
(11)

Universitas Kristen Maranatha

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Beberapa waktu yang lalu, dunia sempat dihebohkan dengan munculnya virus

baru yang mengancam kesehatan manusia. Virus tersebut merupakan varian baru

dari flu yaitu flu burung (H5N5) yang menyerang manusia yang berasal dari

unggas (burung) hingga mengakibatkan kematian. Jika dicermati lebih lanjut

perkembangan penyakit “baru” semacam ini dimulai dari negara-negara yang

memiliki kualitas kesehatan yang rendah. Indonesia tercatat sebagai negara yang

memiliki jumlah korban flu burung terbesar bersama China. Kini masyarakat tidak

bisa menutup mata bahwa pemerintah belum memberikan perhatian yang optimal

pada permasalahan kesehatan seperti layaknya masalah ekonomi. Anggaran

kesehatan Indonesia hanya berkisar pada 2-4 % dari total APBN sementara yang

dianjurkan WHO adalah 8-15% (http://sevinasusilia.wordpress.com/ 2009/05/07/ globalisasikesehatan/).

Hal tersebut mengakibatkan banyak masyarakat yang kurang terpantau dan

terlayani kesehatannya oleh pemerintah. Di sisi lain, masyarakat mulai menyadari

pentingnya menjaga kesehatan karena kesehatan merupakan salah satu kebutuhan

yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat sekarang ini. Kesadaran akan

(12)

2

Universitas Kristen Maranatha sendiri ke rumah sakit apabila sedang sakit atau merasa ada sesuatu yang tidak

normal dalam tubuhnya.

Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan

pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat

darurat yang mencakup pelayanan medis, serta dapat dimanfaatkan untuk

pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Daftar Rumah Sakit Indonesia, Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral Pelayanan Medik). Saat memberikan pelayanan, rumah sakit diharapkan dapat memperhatikan fungsi

sosial, karena rumah sakit merupakan tempat bagi masyarakat yang berasal dari

berbagai lapisan untuk mendapatkan pelayanan dan pertolongan medis.

Keberhasilan sebuah rumah sakit dapat dilihat dari mutu pelayanan rumah sakit

tersebut, apakah sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pasien atau tidak,

misalnya pelayanan yang diberikan oleh dokter, perawat, dan bagian administrasi.

Selain itu pasien dapat menilai dari keramahan serta perhatian yang diberikan oleh

dokter, perawat, bagain administrasi serta karyawan lain yang ada di rumah sakit

tersebut.

Namun perkembangan menuju sistem kesehatan yang baik selama ini

terkendala adanya krisis tenaga kesehatan serta ketimpangan dalam pemenuhan

kebutuhan pelayanan kesehatan. Hal ini mengacu pada temuan WHO yang

menyebutkan adanya peningkatan kematian setiap tahun yang terjadi di

negara-negara berkembang. Hal tersebut akan semakin bertambah buruk jika tidak ada

peningkatan yang lebih cepat dalam sistem pelayanan kesehatan di negara

(13)

Universitas Kristen Maranatha

&sid=1172&Itemid=2). Dari hal di atas, dapat dilihat bahwa pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan mutu kesehatan dan

perkembangan suatu bangsa.

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan pelayanan

kesehatan, semakin banyak pula bermunculan rumah sakit baru yang menawarkan

fasilitas dan pelayanan yang baik. Di Kota Bandung, terdapat 32 rumah sakit

swasta dan daerah serta lebih dari 50 rumah bersalin (http://bataviase.co.id/ node/391501). Rumah sakit tersebut saling bersaing untuk mendapatkan pasien. Salah satu yang membuat suatu rumah sakit mampu bertahan bahkan berkembang

adalah pasien. Pasien adalah orang yang karena kelemahan fisik atau mentalnya

menyerahkan pengawasan dan perawatannya, menerima dan mengikuti

pengobatan yang ditetapkan oleh tenaga kesehatan (Prabowo, 1999). Sedangkan

Aditama (2002) berpendapat bahwa pasien adalah mereka yang di obati dirumah

sakit (http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/). Dari uraian di atas, maka dapat dikatakan bahwa pasien merupakan hal utama yang dapat membuat suatu rumah

sakit dapat bertahan dan berkembang.

Memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien adalah

hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan

aset yang sangat berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus

melakukan pemakaian terhadap jasa pilihannya, tetapi jika pasien merasa tidak

puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada orang lain tentang

pengalaman buruknya. Untuk menciptakan kepuasan pasien suatu perusahaan atau

(14)

4

Universitas Kristen Maranatha pasien yang lebih banyak dan kemampuan untuk mempertahankan pasiennya

(http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/). Sebuah rumah sakit akan dapat berkembang dan bersaing dengan rumah sakit lain apabila memiliki pasien yang

loyal dan mempercayai rumah sakit tersebut sebagai tempat yang cocok bagi

mereka untuk berobat.

Namun karena banyak bermunculan rumah sakit yang bertaraf internasional,

kesempatan sebuah rumah sakit untuk bertahan atau berkembang akan semakin

sulit terlebih lagi bagi rumah sakit yang bertahan dengan pelayanan konvensional.

Untuk itu, rumah sakit yang telah lebih dahulu muncul harus mampu bertahan dan

harus mampu bersaing dengan rumah sakit modern yang sedang berkembang agar

mampu bertahan dan tetap memberikan citra rumah sakit yang baik dan tetap

memberikan pelayanan yang terbaik untuk para pasiennya. Para pasien

mengharapkan bahwa rumah sakit menyediakan fasilitas yang dapat membuat

pasien nyaman misalnya pelataran parkir yang luas, tersedianya alat bantu seperti

kursi roda, laboratorium yang lengkap, dokter dan staf rumah sakit yang

berkompeten. Pasien juga mengharapkan rumah sakit mampu menjelaskan

aturan-aturan yang ada di rumah sakit dan dapat dengan cepat menangani keluhan

yang disampaikan pasien.

Pasien juga mengharapkan sikap ramah dari karyawan dan staff rumah sakit

pada saat melayani pasien yang datang untuk mendapatkan pemeriksaan dan

pengobatan, serta keamanan yang terjamin selama pasien menjalani pengobatan

di rumah sakit tersebut. Selain itu pasien mengharapkan rumah sakit dapat

(15)

Universitas Kristen Maranatha apabila ada pasien yang memerlukan informasi mengenai dokter yang bagus. Hal

tersebut membuat faktor kepuasan pasien menjadi faktor utama yang menunjang

rumah sakit untuk dapat bertahan.

Kepuasan merupakan hal penting yang harus diperhatikan oleh seluruh badan

usaha yang bergerak di bidang jasa, salah satunya adalah Rumah Sakit “X”.

Rumah Sakit X berdiri sejak tahun 1932 sebagai sebuah balai pengobatan namun

sejalan dengan perkembangan waktu maka pada tahun 1937, balai pengobatan

tersebut dibangun dan diresmikan menjadi sebuah Rumah Sakit yang cukup besar.

Sebagian besar pasien yang harus ditangani oleh Rumah Sakit “X” adalah

masyarakat dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Lokasi Rumah Sakit “X”

yang berada di daerah kawasan kumuh paling padat di dunia membuat Rumah

Sakit “X” harus mampu bertahan dan tetap mempertahankan kualitas

pelayanannya terhadap pasien. Masyarakat di sekitar Rumah Sakit “X” sebagian

besar berasal dari kalangan buruh, tukang becak, pedagang kaki lima sehingga

sangat banyak yang tidak mampu. Pasien yang berobat di Rumah Sakit “X”,

umumnya hanya mampu membayar ruang rawat kelas III. Pasien yang mampu

membayar untuk kelas II dan kelas I, sangat jarang terjadi. Bahkan, untuk pasien

tidak mampu, Rumah Sakit “X” memiliki anggaran khusus yang bertujuan untuk

membantu para pasien yang sakit namun tidak memiliki biaya untuk berobat

(pdpersi.co.id). Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa Rumah Sakit”X” rata-rata melayani pasien yang berasal dari golongan menengah kebawah.

Untuk itu, Rumah Sakit “X” memiliki prosedur tersendiri bagi pasien yang

(16)

6

Universitas Kristen Maranatha keterangan untuk membayar dengan cara mencicil. Kebijakan ini dilakukan

karena Rumah Sakit “X” memiliki visi yaitu “ Dalam terang dan semangat iman

Kristiani, kami mengabdi seutuhnya untuk keselamatan jiwa dan raga bagi sesama

umat manusia tanpa membedakan suku, golongan, warna kulit, asal usul, status

sosial, ekonomi, agama, atau kepercayaan. Tugas mewartakan Kabar Keselamatan

bagi manusia adalah tugas mulia. Kami menghormati martabat serta nilai-nilai

kemanusiaan yang luhur dan mendasarkan peduli kepada mereka yang kurang

mampu atau yang mengalami kesesakan hidup. Organisasi kegiatan kami

berwujud organisasi nirlaba yang ingin tumbuh yang berkembang dan mandiri

serta peduli terhadap perubahan menuju masa depan yang lebih baik. Apa yang

kami peroleh, selalu kami kembalikan kepada masyarakat. Para pengabdi

kehidupan yang menjalankan tugas mulia bidang pelayanan dan karya sosial ini

menjadi sumber daya utama dan amat bernilai ”. Hal tersebut yang membuat

Rumah Sakit “X” ingin menolong orang-orang yang tidak mampu untuk berobat.

Rumah Sakit “X” berkapasitas 253 tempat tidur, memiliki fasilitas pelayanan

gawat darurat 24 jam, rawat jalan, rawat inap, pelayanan ibu bersalin, Pusat

Informasi Air Susu Ibu (PI-ASI), serta berbagai pelayanan penunjang medis

seperti farmasi, USG, rontgent, EKG, laboratorium, fisiotherapi, dan berbagai

macam pelayanan medis lainnya. Rumah Sakit “X” menjadi andalan masyarakat

di bagian Timur Kota Bandung. Rumah Sakit “X” mengunggulkan pelayanan

Obstetri dan Ginekologi, dengan Neonatalnya. Rumah Sakit “X” memang sangat

berarti bagi masyarakat, terutama golongan menengah ke bawah. Apalagi,

(17)

Universitas Kristen Maranatha

(pdpersi.co.id). Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa Rumah Sakit “X” memiliki fasilitas dan pelayanan medis yang cukup memadai.

Namun mengingat Rumah Sakit “X” lebih banyak melayani pasien sesuai

visinya tersebut di atas, maka tidak heran jika Rumah Sakit “X” ini mengalami

kesulitan untuk meremajakan alat-alat dan fasilitas medisnya guna menunjang

kebutuhan pasien dengan alat-alat kesehatan yang lebih modern. Banyaknya alat

yang rusak atau tidak dimiliki oleh Rumah Sakit “X”, mengakibatkan pasien

dengan diagnosa tertentu tidak dapat ditangani oleh Rumah Sakit “X” sehingga

harus dirujuk ke rumah sakit lain. Secara langsung atau tidak langsung, keadaan

ini menyebabkan pasien yang datang ke Rumah Sakit “X” mengalami penurunan.

Pasien mengharapkan Rumah Sakit “X” memiliki peralatan medis yang mampu

menangani penyakit pasien. Selain itu juga pasien mengharapkan pelayanan dan

penerimaan dari Rumah Sakit “X”. Kebutuhan pasien tersebut terhadap pelayanan

dari sebuah rumah sakit, tidak lepas dari harapan para pasien tersebut mengenai

apa yang seharusnya diterima oleh dari sebuah rumah sakit dan kenyataan yang

ada di rumah sakit tersebut. Pasien akan datang kembali ke rumah sakit tersebut

atau lebih memilih rumah sakit lain, dapat dipengaruhi pula oleh persepsi pasien

tersebut terhadap rumah sakit dan apa saja yang telah diberikan oleh rumah sakit

tersebut untuk memenuhi kebutuhan pasien.

Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang

berasal dari perbandingan antara kesan terhadap kinerja suatu produk dengan

harapan-harapannya. Dalam hal ini, pelayanan merupakan hal yang penting, yaitu

(18)

8

Universitas Kristen Maranatha menimbulkan kepuasan maka pasien akan tetap menggunakan jasa tersebut, dan

sebaliknya (Kotler, 1997). Kepuasan yang dirasakan pasien berhubungan dengan

kinerja berbagai pihak yang terkait, misalnya dokter dan perawat yang

merawatnya, bagian administrasi yang melayani pembayaran, dan pelayanan yang

diberikan karyawan lain yang ada di rumah sakit. Jika kinerja berada di bawah

harapan, maka pasien tersebut akan merasa tidak puas. Jika kinerja memenuhi

harapan, akan menghasilkan perasaan puas.

Rumah Sakit “X” memiliki Poliklinik yang terbagi menjadi 15 klinik. Namun

Klinik yang paling banyak dikunjungi dan paling banyak memiliki pasien adalah

Klinik Anak. Kurang lebih 40 sampai 50 pasien per hari yang datang dan

diperiksa di Klinik Anak dan dalam satu bulan dapat mencapai kurang lebih 1400

pasien. Banyaknya pasien yang datang dan diperiksa di Klinik Anak

mengakibatkan timbul berbagai keluhan dari pasien yang datang. Berdasarkan

survei yang dilakukan terhadap sepuluh orang tua pasien yang datang ke Klinik

Anak, enam dari sepuluh orang tua pasien tersebut merasa pelayanan yang

diberikan baik oleh bagian kasir, bagian pendaftaran, perawat dan dokter kurang

sesuai dengan apa yang para pasien tersebut harapkan. Terdapat tiga orang tua

pasien yang kurang puas karena mereka harus menunggu giliran untuk

memeriksakan anak mereka kepada dokter selama berjam-jam. Dua responden

lagi mengatakan kekurangpuasan yang dirasakan karena harus menunggu proses

pembayaran dan pengambilan obat selama kurang lebih tiga jam. Satu orang tua

pasien merasa tidak puas terhadap perawat yang dinilai kurang memiliki

(19)

Universitas Kristen Maranatha merasa puas terhadap dokter di Klinik Anak yang kompeten dalam menangani dan

memeriksa pasien yang datang.

Data lain yang berhasil diperoleh adalah pada bulan Juli tahun 2009, pasien

yang berobat ke bagian Klinik Anak sebanyak 1664 pasien. Pada bulan Agustus

tahun 2009, pasien yang berobat ke bagian Klinik anak sebanyak 1801 pasien.

Pada bulan September tahun 2009, pasien yang berobat ke bagian Klinik Anak

sebanyak 1284 pasien. Pada bulan Oktober 2009, pasien yang berobat ke bagian

Klinik Anak sebanyak 1294 pasien. Sedangkan pada bulan November tahun 2009,

pasien yang berobat ke bagian Klinik Anak sebanyak 1135 pasien.

Berdasarkan fakta-fakta dan wawancara yang telah dijelaskan di atas, peneliti

merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai kepuasan pasien terhadap

(20)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.2.Identifikasi Masalah

Bagaimanakah tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan bagian Klinik

Anak di Rumah Sakit “X” di kota Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

mengenai kepuasan orang tua pasien terhadap pelayanan Klinik Anak di

Rumah Sakit “X” di kota Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapat informasi dan

mengetahui derajat kepuasan dan aspek-aspek yang mempengaruhi

kepuasan orang tua pasien terhadap pelayanan Klinik Anak di Rumah

Sakit “X” di kota Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Ilmiah

1. Hasil penelitian dapat menjadi informasi dan bahan masukan

untuk menambah wawasan empirik dalam teori Psikologi

(21)

Universitas Kristen Maranatha 2. Menambah informasi bagi peneliti lain yang berminat dalam

penelitian serupa, dalam konteks mengembangkan pelayanan

untuk meningkatkan kepuasan konsumen.

1.4.2. Kegunaan Praktis

1. Memberi informasi kepada Rumah Sakit “X” mengenai tingkat

kepuasan yang dirasakan pasien terhadap pelayanan bagian

Klinik Anak sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dan

masukan bagi pimpinan, staf, dan seluruh karyawan bagian

Poliklinik di Rumah Sakit “X” untuk dapat meningkatkan mutu

pelayanan terhadap pasien Rumah Sakit “X” di kota Bandung.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam

rangka menyusun program pelatihan bagi peningkatan

mutu pelayanan terhadap konsumen di Rumah Sakit “X”

(22)

12

Universitas Kristen Maranatha

1.5. Kerangka Pikir

Rumah Sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan

kegiatan pelayanan berupa pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap,

pelayanan gawat darurat yang mencakup pelayanan medis, serta dapat

dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Daftar Rumah Sakit Indonesia, Departemen Kesehatan R.I. Direktorat Jendral Pelayanan Medik). Pada saat pasien datang berobat ke Rumah Sakit, biasanya pasien akan memperhitungkan bagaimana Rumah Sakit tersebut. Seorang pasien yang akan

berobat ke Rumah Sakit akan bertanya kepada rekan atau saudaranya mengenai

Rumah Sakit yang biasanya didatangi untuk berobat. Calon pasien juga akan

mempertimbangkan pengalaman yang pernah dirasakan pada saat pasien tersebut

datang ke Rumah Sakit. Biasanya pasien yang baru pertama kali berobat ke

sebuah Rumah Sakit, pasien tersebut akan memperhitungkan biaya yang harus

dikeluarkan apabila pasien tersebut berobat atau bahkan harus dirawat di Rumah

Sakit tersebut.

Hal lain yang menjadi pertimbangan pasien untuk datang ke Rumah Sakit

adalah fasilitas dan pelayanan yang disediakan bagian Poliklinik. Dalam

Poliklinik, terdapat sub bagian yang disebut Klinik dan dari beberapa Klinik yang

ada terdapat Klinik Anak. Pasien yang datang di Klinik Anak ingin mendapatkan

pelayanan dan pemeriksaan yang cepat, ramah dan baik dari dokter. Selain itu,

para pasien juga ingin dilayani dengan ramah dan sabar oleh para perawat.

Selain fasilitas dan pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit, faktor lain

(23)

Universitas Kristen Maranatha Persepsi merupakan suatu proses pemaknaan terhadap sesuatu. Persepsi pasien

terhadap pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit terutama pada bagian Klinik

Anak dapat membuat pasien kembali lagi atau tidak ke Rumah Sakit “X”. Persepsi

pasien terhadap pelayanan Klinik Anak akan berpengaruh kepada frekuensi pasien

tersebut untuk berobat di Rumah Sakit “X”, apakah pasien tersebut akan kembali

lagi ke Rumah Sakit “X” atau pasien tersebut mencari Rumah Sakit lain yang

memiliki pelayanan yang lebih baik dibandingkan dengan Rumah Sakit “X”. Jika

pasien memiliki persepsi yang buruk terhadap pelayanan Klinik Anak di Rumah

Sakit “X”, maka keinginan pasien untuk kembali berobat di Rumah Sakit “X”

dapat menurun.

Sebaliknya, jika pasien memiliki persepsi yang baik terhadap pelayanan

Klinik Anak di Rumah Sakit “X”, maka keinginan pasien untuk kembali berobat

di Rumah Sakit ”X” dapat meningkat. Sebagai contoh, jika pasien memiliki

persepsi yang buruk mengenai para perawat yang ada di bagian Klinik Anak,

maka pada saat pasien tersebut datang ke Rumah Sakit itu, pasien akan

berpendapat bahwa pelayanan yang akan diterima dari bagian Klinik Anak juga

buruk sehingga pelayanan seperti apapun yang diberikan bagian Klinik Anak akan

dianggap buruk oleh pasien tersebut, dan begitu pula sebaliknya.

Untuk itu, perlu dilihat seberapa besar kepuasan pasien terhadap pelayanan

Klinik Anak di Rumah Sakit “X” karena kepuasan pasien terhadap pelayanan

Klinik Anak secara langsung atau tidak langsung akan berdampak pada kemajuan

Rumah Sakit “X”. Kepuasan konsumen adalah perasaan senang atau kecewa

(24)

14

Universitas Kristen Maranatha produk dengan harapan-harapannya. Dalam hal ini, pelayanan merupakan hal

yang penting. Apabila pelayanan yang diberikan melebihi harapan konsumen,

akan menimbulkan kepuasan sehingga konsumen akan tetap menggunakan jasa

tersebut, dan sebaliknya (Kotler, 1997). Kepuasan yang dirasakan konsumen dapat berdampak sangat besar bagi perusahaan yang menyediakan barang atau

jasa. Apabila kinerja di bawah harapan, pelanggan akan sangat kecewa.

Sedangkan bila kinerja melebihi harapan, pelanggan akan sangat puas. Pelanggan

yang puas akan setia lebih lama, kurang sensitif terhadap harga dan memberi

komentar yang baik tentang perusahaan tersebut (Oliver, dalam Supranto, 2001),

sehingga tingkat kepuasan orang tua pasien merupakan kesenjangan yang terjadi

antara Expected Service dan Perceived Service yang dirasakan oleh konsumen terhadap pelayanan bagian Klinik Anak.

Pasien akan kembali untuk berobat di suatu rumah sakit apabila pasien

tersebut telah mendapatkan gambaran bahwa kualitas pelayanan yang diberikan

oleh bagian Klinik Anak sesuai dengan harapan dan kebutuhan pasien tersebut

(Expected Service). Pasien akan melakukan penilaian terhadap kualitas pelayanan yang diberikan bagian Klinik Anak ketika pasien tersebut mendapatkan pelayanan

dari bagian Klinik Anak tersebut (Perceived Service). Dari hasil yang didapatkan, maka pasien tersebut dapat membandingkannya dengan apa yang diharapkan oleh

pasien tersebut.

Menurut Zeithaml (2003), ada lima dimensi kualitas pelayanan jasa, yaitu

Tangibles, Reliabilities, Assurance, Responsiveness, dan Empathy. Dimensi

(25)

Universitas Kristen Maranatha fisik organisasi dan keadaan lingkungan sekitar yang disediakan oleh Rumah

Sakit “X”. Rumah Sakit “X” berada lingkungan pasar yang padat dan

berdampingan dengan sebuah sekolah swasta. Selain itu lokasi Klinik Anak

berada di belakang Rumah Sakit sehingga mengharuskan pasien berjalan agak

jauh untuk mencapai Klinik Anak. Klinik anak juga memiliki fasilitas kursi roda

dan tempat tidur dorong yang dapat digunakan bagi pasien yang tidak dapat

berjalan dan membutuhkan bantuan. Penampilan dokter, perawat, dan seluruh staf

yang cukup rapih juga menjadi hal yang diperhatikan oleh orang tua pasien.

Dimensi Reliability berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya yang

dimiliki bagian Klinik Anak seperti segera menangani pasien yang membutuhkan

pengobatan dan pemeriksaan dari dokter, staf perawat menjalankan tugasnya

secara tepat dan tidak asal-asalan.

Dimensi Responsiveness berhubungan dengan kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pasien, dengan

penyampaian informasi yang jelas seperti menjelaskan mengenai aturan-aturan

yang ada di rumah sakit dan dengan cepat menangani penyakit pasien agar

penyakit pasien tidak menjadi bertambah parah, bagian pendaftaran secara cepat

melayani orang tua pasien yang akan mendaftar rawat jalan untuk anaknya.

Dimensi Assurance berhubungan dengan pengetahuan atau kesopansantunan dan kemampuan bagian untuk menumbuhkan rasa percaya para pasien kepada

Rumah Sakit “X” seperti sikap ramah dan sopan bagian Poliklinik saat melayani

(26)

16

Universitas Kristen Maranatha keamanan yang sigap dalam memberi tahu informasi yang ditanyakan orang tua

pasien, keamanan yang terjamin selama pasien menjalani pengobatan di Klinik

Anak Rumah Sakit “X”.

Dimensi Empathy berhubungan dengan pemberian perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pasien dengan

berupaya memahami keinginan pasien seperti melayani pendaftaran dan

pembayaran sesegera mungkin karen merada peduli terhadap kondisi pasien yang

sedang tidak sehat, dapat memberikan informasi apabila ada pasien yang

memerlukan informasi mengenai dokter yang memiliki kompetensi yang baik,

memperhatikan perasaan pasien yang datang pada saat pemeriksaan dan

pengobatan.

Selain terdapat lima dimensi kualitas pelayanan jasa, terdapat faktor-faktor

yang mempengaruhi kepercayaan pasien terhadap kualitas pelayanan yang

diberikan Rumah Sakit “X” (Perceived Service). Terdapat empat faktor yang mempengaruhi Perceived Service, yaitu tempat transaksi jasa pelayanan (Service Encounters), kepercayaan konsumen terhadap jasa pelayanan (Evidence of Service), reputasi penyedia jasa (Image), dan harga jasa pelayanan (Price). Faktor

Service Encounters berhubungan dengan tempat transaksi jasa pelayanan yang diberikan Rumah Sakit “X” kepada pasien pada saat pasien tersebut datang dan

mendapatkan pelayanan, yaitu ruangan pemeriksaan di Klinik Anak pada saat

pasien akan diperiksa, fasilitas dan kelengkapan alat-alat di ruang pemeriksaan

pada saat pasien akan diperiksa dan pelayanan yang diberikan karyawan di Klinik

(27)

Universitas Kristen Maranatha dan berobat kembali ke Klinik Anak di Rumah Sakit “X”. Faktor Evidence of Service berhubungan dengan kepercayaan pasien terhadap jasa pelayanan yang diberikan bagian kasir di Rumah Sakit “X” misalnya, pada saat akan melakukan

pemeriksaan, orang tua pasien akan mendaftar terlebih dahulu ke bagian

pendaftaran. Pada saat orang tua mendaftar, mereka akan melihat bagaimana

bagian pendaftaran tersebut melayani mereka. Hal tersebut akan mempengaruhi

persepsi orang tua pasien tentang pelayanan yang akan diberikan dokter, perawat,

dan bagian kasir. Proses ini akan berlangsung sampai keluarga pasien selesai

melakukan transaksi jasa dan akan mempengaruhi persepsi orang tua pasien

apabila berobat kembali ke Klinik Anak di Rumah Sakit “X”.

Faktor Image berhubungan dengan reputasi yang dirasakan pasien terhadap Rumah Sakit “X” dan kepercayaan pasien terhadap pelayanan yang diberikan

bagian Klinik Anak di Rumah Sakit “X”. Faktor Price berhubungan dengan imbalan yang diberikan pasien atas pelayanan dan fasilitas di Rumah Sakit “X”

misalnya, orang tua pasien akan mempersepsikan antara harga dengan pelayanan

yang akan didapatkan. Faktor-faktor tersebut akan saling melengkapi dan tidak

dapat dipisahkan. Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi persepsi orang tua

pasien yang datang ke Klinik Anak di Rumah Sakit “X” untuk datang kembali

atau tidak.

Selain Perceived Service, terdapat Expected Service yaitu harapan pasien terhadap pelayanan yang diberikan Rumah Sakit “X”. Terdapat sebelas faktor

(28)

18

Universitas Kristen Maranatha harapannya, biasanya dimulai dari dalam diri orang tua pasien (psikologis) seperti

kebutuhan untuk merasa aman, nyaman dengan perawat dan dokter yang akan

memeriksa dan menangani anaknya. Kemudian akan berlanjut menjadi kebutuhan

untuk bersosialisasi seperti kebutuhan untuk berkonsultasi dengan dokter atau

perawat yang menangani pasien, atau berinteraksi dengan sesama pasien lain. Hal

ini akan mempengaruhi harapan orang tua pasien terhadap pelayanan yang akan

diberikan Klinik Anak. Personal need pasien terhadap pelayanan akan semakin meningkat sensitivitasnya karena terdapat faktor Enduring Service Interfisiers dan

Transitory Service Interfisiers. Faktor Enduring Service Interfisiers berhubungan dengan harapan yang disebabkan oleh anggota keluarga dari pasien yang berharap

agar pasien mendapatkan pelayanan yang sesuai dan tidak ditangani dengan

sembarangan. Faktor Transitory Service Interfisiers berhubungan dengan faktor individual untuk meningkatkan sensitivitas orang tua pasien terhadap pelayanan

yang diberikan namun hanya bersifat sementara.

Faktor Perceived Service Alternative berhubungan dengan persepsi orang tua pasien terhadap tingkat atau derajat pelayanan yang diberikan oleh Klinik Anak

Rumah Sakit “X” dengan rumah sakit lain yang sejenis. Semakin banyak alternatif

Rumah Sakit yang ada, maka semakin tinggi pula harapan pasien tersebut

terhadap pelayanan yang diberikan bagian Klinik Anak di Rumah Sakit “X”.

Faktor Self Perceived Service Role berhubungan dengan persepsi orang tua pasien tentang derajat keterlibatan dalam mempengaruhi jasa yang diterima.

(29)

Universitas Kristen Maranatha Rumah Sakit “X”, misalnya karena Rumah Sakit “X” berdekatan dengan pasar

dan sekolah maka ketenangan dan kenyamanan pasien akan terganggu dan

membuat pasien dan orang tua pasien tidak nyaman. Predicted Factor

berhubungan dengan perkiraan orang tua pasien atas pelayanan yang diberikan

oleh bagian Klinik Anak Rumah Sakit “X”, misalnya pada saat pasien dan orang

tua pasien datang ke Klinik Anak, mereka telah memiliki gambaran tentang

bagaimana pelayanan yang akan didapat karena telah memiliki pengalaman

sebelumnya.

Faktor Explicit Service Promises berhubungan dengan pernyataan secara personal atau non personal oleh bagian Klinik Anak Rumah Sakit “X” tentang

jasa yang diberikan, misalnya pada saat melakukan pendaftaran, bagian

pendaftaran mengatakan bahwa pasien akan ditangani sesegera mungkin. Pasien

dan orang tua pasien akan memiliki harapan bahwa pasien akan ditangani sesegera

mungkin, dan orang tua pasien akan melihat antara apa yang telah diucapkan

bagian pendaftaran sesuai dengan kenyataannya. Faktor Implicit Service Promises

berhubungan dengan petunjuk yang memberikan kesimpulan bagi pasien tentang

jasa yang seharusnya diberikan, berasal dari harga dan alat-alat pendukung

jasanya. Faktor Word of Mouth berhubungan dengan pernyataan secara personal atau non personal yang disampaikan orang lain kepada pasien, misalnya tentang

gambaran Klinik Anak di Rumah Sakit “X” di mata pasien-pasien lain, apakah

positif atau negatif. Faktor terakhir yang mempengaruhi Expected Service yaitu

(30)

20

Universitas Kristen Maranatha di atas saling berkaitan dan mempengaruhi harapan orang tua pasien dan pasien

mengenai Klinik Anak di Rumah Sakit “X”.

Apabila pasien merasa kualitas pelayanan yang diberikan oleh bagian Klinik

Anak dapat memenuhi kebutuhan pasien tersebut, atau bahkan melebihi dari apa

yang diharapkan, maka akan muncul perasaan puas terhadap pelayanan yang

diberikan oleh bagian Klinik Anak (Perceived Service > Expected Service). Perasaan puas yang dirasakan oleh pasien tersebut, akan menimbulkan rasa

nyaman terhadap kualitas pelayanan bagian Klinik Anak sehingga dapat

memunculkan keinginan dari pasien untuk kembali berobat di Rumah Sakit “X”.

Hal tersebut dapat memperkuat keinginan atau harapan calon pasien lain untuk

berobat di Rumah Sakit “X”.

Perasaan tidak puas terjadi apabila pasien mengharapkan kualitas pelayanan

yang tinggi, namun tidak dapat dipenuhi oleh pihak Rumah Sakit “X” (Perceived Service < Expected Service). Pasien akan merasa kecewa atau tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh bagian Klinik Anak karena bagian Klinik Anak di

Rumah Sakit “X” tidak dapat memenuhi kebutuhan pasien sesuai dengan apa yang

ditawarkan kepada pasien, sehingga kualitas pelayanan bagian Klinik Anak

dianggap kurang optimal dan tidak sesuai dengan harapan pasien. Hal ini akan

berpengaruh terhadap persepsi orang tua terhadap Klinik Anak di Rumah

(31)
(32)

22

Universitas Kristen Maranatha

1.6.Asumsi

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dibuat, dapat ditarik asumsi

sebagai berikut :

1. Pasien memberikan penilaian yang berbeda-beda terhadap pelayanan

yang diberikan oleh bagian Klinik Anak.

2. Expected Service adalah kualitas pelayanan bagian Klinik Anak yang diharapkan oleh pasien, sedangkan Perceived service merupakan kualitas pelayanan yang diberikan Klinik Anak.

3. Kesenjangan antara Expected Service dengan Perceived Service

terhadap pelayanan bagian Klinik Anak dapat mengindikasikan tingkat

kepuasan atau ketidakpuasan.

4. Orang tua pasien akan merasa puas apabila pelayanan yang diberikan

bagian Klinik Anak melebihi harapannya, artinya semua kebutuhan

orang tua pasien dan pasien dapat dipenuhi oleh bagian klinik Anak.

5. Orang tua pasien akan merasa tidak puas apabila pelayanan yang

diberikan klinik Anak tidak sesuai dengan harapannya, artinya

pelayanan yang diberikan tidak memenuhi kebutuhan orang tua pasien

(33)

Universitas Kristen Maranatha 

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan pada pengolahan data dan pembahasan hasil penelitian, maka

didapatkan kesimpulan bahwa:

1. Dari hasil kepuasan secara keseluruhan, sebagian besar pasien yang

berobat di Klinik Anak Rumah Sakit “X” merasa puas dengan pelayanan

yang diberikan bagian Klinik Anak.

2. Berdasarkan kelima aspek dari kualitas pelayanan jasa, pasien di Klinik

Anak merasa puas pada seluruh aspek dan perasaan puas tersebut berada

pada aspek Responsiveness, Assurance, Tangible, Empathy, dan

Reliability.

3. Dari kelima aspek tersebut, aspek Reliability dan aspek Assurance

merupakan aspek yang paling berpengaruh terhadap rasa puas yang

dialami pasien.

4. Rasa puas yang dialami responden pada aspek Reliability terjadi karena

para responden merasa bahwa staf perawat menangani pasien dengan baik

pada saat pemeriksaan dan bagian kasir menghitung jumlah pembayaran

dengan tepat dan tidak melakukan kesalahan.

5. Rasa puas yang dirasakan pada aspek Assurance terjadi karena sebagian

(34)

78   

Universitas Kristen Maranatha 

 

Klinik Anak mampu berkomunikasi dengan ramah dan sopan kepada para

pasien dan keluarganya.

6. Rasa puas yang dirasakan pada aspek Tangible terjadi karena sebagian

besar responden merasa bahwa bagian klinik anak memiliki kelengkapan

fasilitas laboratorium yang cukup lengkap, ruang pemeriksaan yang

memiliki AC dan kebersihan di lingkungan klinik anak yang cukup bersih

pula.

7. Rasa puas yang dirasakan pada aspek Empathy terjadi karena sebagian

besar responden merasa bahwa bagiak klinik anak memiliki dokter yang

memahami dan mengerti perasaan pasien sehingga dokter melayani pasien

dengan lembut dan baik serta sesuai dengan keadaan perasaan pasien.

8. Perasaan puas yang dialami responden pada aspek Responsiveness terjadi

karena bagian pendaftaran dan perawat yang ada di klinik anak cukup

sigap dan cepat dalam menangani pendaftaran dan menangani pasien yang

datang.

9. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi perasaan puas yang dialami

oleh pasien yaitu harga yang ditentukan oleh pihak rumah sakit, lokasi

rumah sakit, kredibilitas dokter dan perawat serta pengaruh dari pihak

keluarga dan kerabat responden.

(35)

 

Universitas Kristen Maranatha 

 

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti ingin memberikan beberapa

saran, yaitu :

5.2.1. Saran Teoritis

1. Bagi teori Psikologi Industri dan Organisasi, diharapkan penelitian ini dapat

memberi sumbangan untuk teori kepuasan konsumen agar lebih memiliki

banyak informasi tentang teori kepuasan konsumen pada Rumah Sakit.

2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti lebih lanjut tentang

kepuasan orang tua pasien pada dimensi Empathy karena pada penelitian ini,

orang tua pasien yang merasa tidak puas dimensi tersebut.

3. Untuk peneliti selanjutnya yang akan meneliti mengenai kepuasan orang tua

pasien terhadap bagian Klinik Anak Rumah Sakit “X” di Kota Bandung, agar

menggunakan metodel lain, misalnya metode korelasi, metode kontribusi, dan

metode-metode lain agar dapat lebih menjaring kepuasan orang tua pasien

(36)

80   

Universitas Kristen Maranatha 

 

5.2.2. Guna Laksana

Dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti menyarankan beberapa hal

kepada bagian Klinik Anak di Rumah Sakit “X” untuk mempertahankan dan

meningkatkan kualitas pelayanannya, yaitu:

1. Bagi para dokter dan staff perawat yang berada di bagian Klinik Anak, untuk

dapat lebih memperdulikan pasien. Misalnya datang tepat waktu sehingga

pasien tidak perlu menunggu terlalu lama, staff perawat dan dokter lebih

ramah dan sabar kepada pasien yang datang ke Klinik Anak yang merupakan

anak-anak yang masih membutuhkan kesabaran dan kelemah lembutan dalam

penanganannya.Pada dimensi Tangible, peneliti ingin menyarankan kepada

pihak Rumah Sakit “X” untuk menyiapkan bagian pendaftaran dan bagian

kasir yang dikhususkan bagi bagian Klinik Anak sehingga orang tua pasien

tidak perlu menunggu lama karena harus mengantri dengan pasien dari bagian

lain. Selain itu, bagian Klinik Anak juga disarankan untuk lebih

memperhatikan kebersihan lingkungannya agar orang tua pasien dan pasien

merasa nyaman pada saat menunggu.

2. Bagi staff bagian pendaftaran dan kasir diharapkan memberikan pelayanan

yang lebih baik, lebih cepat dan tepat sehingga pasien dan orang tua pasien

tidak perlua menunggu dan mengantri terlalu lama sehingga anak mereka

(37)

 

Universitas Kristen Maranatha 

 

3. Bagi pihak Rumah Sakit, apabila memungkinkan dapat merubah letak Klinik

Anak agar letaknya tidak berada di belakang Rumah Sakit dan membuat kasir

serta bagian pendaftaran tersendiri bagi Klinik Anak sehingga orang tua

pasien dan pasien tidak perlu menunggu lama untuk mendaftar dan melakukan

pembayaran karena bila kasir dan bagian pendaftaran disatukan untuk semua

Klinik, akan membuat anak-anak yang sedang sakit harus menunggu lama dan

dapat membuat suasana rumah sakit menjadi tidak tenang karena anak-anak

(38)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Hall S, Calvin. Gardner Lindzey. 1993. Teori-teori Holistik (Organismik-Fenomenologis). PT. Kanisius. Yogyakarta.

Ilyas. 1999. Manajemen Rumah Sakit. Jakarta.

Irawan, Handi. 2002. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, PT. Gramedia. Jakarta.

Irawan, Handi. 2002. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta.

Kottler, Philiph. 1997. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Kontrol Jilid 1.PT. Gramedia. Jakarta.

Kottler, Philips.2005. Manajemen Pemasaran (Terjemahan) Jilid I, PT. Indeks. Jakarta.

Oliver, RL.1997. Satisfaction : A Behavioral Perspective On The Customer. New York.

Parasuraman A. Valeri A, Zeithaml dan Berry L. Leonard. 1996. Delivery Quality Service Balancing Customer Perceptionand Expectation.

Siegel, Sidney. Statistik Non Parametik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. PT. Gramedia.

(39)

Universitas Kristen Maranatha

Siegel, Murray R. Ph.D. 1992. Schawn’s Outline of Theory and Problems of Statistics. 2th edition. UK. McGraw-Hill International.

Sugiarto, Endar. 2002. Psikologi Pelayanan dalam Industri Jasa. Jakarta.

Undang-undang Kesehatan No. 23. 1992. Jakarta.

Yoeti, H. Oka A. 1999. Customer Service - Cara Efektif Memuaskan Konsumen. Jakarta.

(40)

84

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Aditama. 2002. (online). (http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/, diakses 20 November 2010).

Amaranthy, Nadia. 2010. Survey mengenai tingkat kepuasan pasien Rumah Sakit terhadap mutu pelayanan rawat jalan di RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang Kalimantan Barat. Skripsi Fakultas Psikologi UKM.

Departemen Kesehatan. (online). (http://www.depkes.go.id /index.php?option=news&task=viewarticle&sid=1172&Itemid=2).

Dwianti, Marcellina. 0330109. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Kaos Merk “X” di Kota Bandung. Metodologi Penelitian Lanjutan Universitas Kristen Maranatha.

Hartati , Indah . 2010. Survey mengenai tingkat kepuasan konsumen terhadap kualitas pelayanan di Hotel “X” Bandung. Skripsi Fakultas Psikologi UKM.

NN. Program Kesehatan Anak dan Remaja 1. (online).

(http://www.who.or.id/ind/ourworks.asp?id=ow5#3, diakses 20 November 2009).

Prabowo. 1999. (online). (http://klinis.wordpress.com/2007/12/28/, diakses 20 November 2010).

Susila, Sevina. 2009. Globalisasi Kesehatan. (online). (http://sevinasusilia.wordpress.com /2009/05/07/globalisasikesehatan/, diakses tanggal 15 November 2009).

Suzan N. Kucukarslan, PhD dan Anagha Nadkarni, M.S. 2008. ”Evaluating Medication Related Service in a Hospital Setting Using the Disconfirmation of Expectation Model of Satisfaction, ” Journal Of Research in Social and Administrative Pharmacy, Vol. 4. Hal. 12 – 22.

Tjahjadi, Dr. Haryanto. November 2009. (online). (pdpersi.co.id).

Referensi

Dokumen terkait

bapak / ibu dosen program studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memotivasi serta memberikan ilmu yang

Banjarbaru dan Martapura Kab. Prakiraan cuaca dari BMKG Syamsudin Noor Banjarmasin untuk tanggal 28 Juli 2017 terlampir. Patroli darat NIHIL. Patroli udara ke wilayah

Hasil penelitian ini nilai probabilitas t-hitung lebih besar dari tingkat signifikansi yaitu 0,05 atau 5% maka artinya variabel motivasi investasi tidak

Status dermatologikus pada regio dorsal, kruris anterior dextra dan sinistra didapatkan makula hiperpigmentasi, multipel dengan lesi satelit, bentuk iregular, ukuran

7.2 Kondisi untuk penyimpanan yang aman, termasuk ketidakcocokan Bahan atau campuran tidak cocok.. Pertimbangan untuk nasihat lain •

Dari alasan tersebut, maka peneliti mempunyai ketertarikan dengan mengangkat judul yaitu “ Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perubahan Harga Secara Sepihak Dalam Jual

Keterlibatan jalur otak dan imunitas mengarah pada produksi sitokin pro-inflamasi oleh sel mikroglia. Proses tersebut melibatkan dua aktivitas dengan waktu yang

Kegiatan penyuluhan pencegahan kebakaran hutan dan lahan di desa Pematang Rahim kecamatan Mendahara Ulu kabupaten Tanjung Jabung Timur dan desa Arang- arang Kecamatan