• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Metode activity Based Costing dalam Menghitung Kos Pengerjaan Ulang Produk Cacat Gulungan (Studi kasus pada PT. World Yamatex Spinning Mills).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Metode activity Based Costing dalam Menghitung Kos Pengerjaan Ulang Produk Cacat Gulungan (Studi kasus pada PT. World Yamatex Spinning Mills)."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

Non value added activity always found in every manufacturing industry. Non-value added activity is an activity that does not add value to a product, but consumes resources. In the production activity of PT. WYSM, it is found several non-value added activities. One of the non-value added activities found in the PT. WYSM is reworking defective product rolls activity.

This study purpose to calculate cost of reworking defective products using ABC system, and to calculate the percentage cost of reworking defective product rolls to the total cost of production. The method used in conducting this research is descriptive analysis, with field research, library research and analyze data. At PT. WYSM, reworking defective product rolls activity always found every day. because it is considered not material, until now PT. WYSM don’t perform calculations related to these non-value added cost. Based on the calculation using ABC system it is known that the cost of reworking defective products rolls is Rp 951.925 / kg. Cost of reworking defective product rolls only 3.29% of product cost. Meanwhile, the cost of reworking defective product rolls per month compared to monthly product cost only 0.0076%.

Based on calculations, the researchers agreed with the company that the cost of reworking defective product rolls is not significant and this cost can be ignored.

(2)

ABSRTAK

Non value added activity selalu dijumpai pada setiap industri manufaktur. Non

value added activity adalah aktivitas yang tidak menambah nilai pada suatu produk,

namun menggunakan sumber daya. Dalam aktivitas produksi PT. WYSM ditemukan beberapa non value added activity. Salah satu dari non value added activity yang dijumpai di PT. WYSM adalah aktivitas pengerjaan ulang produk cacat gulungan. Tujuan penititian ini adalah untuk menghitung besarnya kos pengerjaan ulang produk cacat dengan menggunakan metode ABC, dan untuk menghitung besarnya persentase kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan terhadap total kos produksi. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah deskriptif analisis, yaitu dengan penelitian lapangan, penelitian kepustakaan dan menganalisa data.

Pada PT. WYSM, aktivitas menggulung ulang benang selalu dijumpai setiap hari. Namun karena dianggap tidak material, sampai sekarang ini PT. WYSM belum melakukan perhitungan terkait non value added cost ini. Berdasarkan hasil perhitungan dengan sistem ABC maka diketahui bahwa besarnya kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan sebesar Rp 951,925/kg. Kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan hanya 3,29% dari kos produk. Sementara itu kos pengerjaan produk cacat gulungan perbulan dibanding kos produk perbulan hanya 0,0076%.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

ABSTRACT... vii

ABSTRAK... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Identifikasi masalah... 4

1.3 Maksud Penelitian... 5

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

(4)

2.1 Kualitas... 7

2.1.1Pengertian Kualitas... 7

2.1.2 Pengertian Kos Kualitas... 9

2.1.3 Mengukur Kos Kualitas... .... 10

2.2 Kos... 11

2.2.1 Pengertian Kos dan Kos per Unit... 11

2.2.2 Perilaku Kos... ….. 13

2.2.3 Pengertian Kos Produksi dan Elemennya... 14

2.2.3.1 Pengukuran Kos Overhead... 15

2.2.4 Metode Penelusuran Kos... 16

2.3 Traditional Costing system... 16

2.3.1 Tarif Keseluruhan Pabrik... 17

2.3.2 Tarif Departemen... 17

2.3.3 Kos Produk yang Terdistorsi... 19

2.3.4 Kelemahan Traditional Costing System... 19

2.4 Activity Based Costing System... 19

2.4.1 Pengertian Activity Based Costing (ABC) System... 19

2.4.2 Prosedur Sistem Activity Based Costing... 22

(5)

2.4.3.1 Aktivitas Berlevel Unit... 24

2.4.3.2 Aktivitas Berlevel Batch... 25

2.4.3.3 Aktivitas Berlevel Produks... 25

2.4.3.4 Aktivitas Berlevel Fasilitas... 26

2.4.4 Driver Aktivitas... 26

2.4.5 Cost Driver... 27

2.4.6 Manfaat Sistem Activity Based Costing... 28

2.5 Non Value Added Cost... 29

2.6 Kerangka Pemikiran... 30

BAB III OBJEK DAN METODA PENELITIAN... 34

3.1Objek Penelitian... 34

3.1.1Sejarah Singkat Perusahaan... 34

3.1.2Stuktur Organisasi... 34

3.2 Metode Penelitian... 40

3.3 Metode Pengumpulan data... 40

3.3 Metode Analisis... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

(6)

4.2.1 Sumber Daya yang Digunakan PT. WYSM untuk Aktivitas Menggulung Benang Dalam Gulungan

Besar Mejadi Benang Gulungan Kecil (cone) ... 46

4.2.1.1 Perhitungan Kos Sumber Daya... 47

4.2.1.1.1 Kos Listrik... 47

4.2.1.1.2 kos Pemeliharaan... 48

4.2.1.1.3 Kos Depresiasi... 49

4.2.1.1.4 Kos Tenaga Kerja... 50

4.2.2 Perhitungan Kos Aktivitas... 51

4.2.3 Perhitungan Kos Pengerjaan Ulang Produk Cacat Gulungan 53 4.3 Persentase Kos Pengerjaan Ulang Produk Cacat Terhadap Kos Produk... 54

4.4 Pembahasan... 55

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 57

5.1 Simpulan... 57

5.2 Saran... 57

DAFTAR PUSTAKA... 59

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perhitungan Kos Berdasarkan Fungsi: Tarif Keseluruhan... 17

Gambar 2.2 Perhitungan Kos Berdasarkan Fungsi: Tarif Departemen... 18

Gambar 2.3 Activity Based Costing: Pembebanan Dua Tahap... 22

Gambar 2.4 Identifikasi Aktivitas... 24

Gambar 2.5 Proses Pengerjaan Produk Cacat Gulungan... 32

Gambar 2.6 Model Activity Based Costing untuk Pengerjaan Ulang Produk Cacat... 33

Gambar 3.1 Struktur Organisasi PT. WYSM... 35

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Kos Lisrik untuk 4 Mesin Winding... 48

Tabel 4.2 Kos Pemeliharaan untuk 4 Mesin Winding... 49

Tabel 4.3 Kos Depresiasi untuk 4 Mesin Winding... 50

Tabel 4.4 Kos Aktivitas untuk 4 mesin Winding / Jam... 51

(9)

BAB 1 Pendahuluan 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Persaingan di dunia industri manufaktur sekarang ini semakin ketat. Semua perusahaan berlomba-lomba agar tetap mampu bertahan dan bersaing di pasar global. Agar tetap mampu bersaing, perusahaan harus menghasilkan produk yang berkualitas. Hal ini dilakukan agar pelanggan tidak berpindah pada produk lain yang sejenis.

Menurut artikel Strategic Cost Managment: Tailoring Controls to Strategies (Reeve, 2000:305), bagi perusahaan yang baru berdiri, harus menciptakan produk yang unik dan berkualitas. Produk yang dihasilkan harus memiliki ciri khas tersendiri agar dapat diingat oleh pelanggan. Pada perusahaan yang baru berdiri atau baru berkembang, biasanya memiliki banyak non value added activity. Bagi perusahaan yang sudah berjalan lama, perusahaan harus memiliki strategi untuk menurunkan kos produk dengan kualitas produk yang tetap baik agar harga jual bias menurun. Salah satu cara untuk menurunkan kos produk adalah dengan cara menganalisis non value added activity, setelah itu membuat report mengenai non value added cost. Bila informasi mengenai

non value added activity dan non value added cost dibuat dengan baik, hal ini akan

membantu perusahaan dalam menentukan kos mana saja yang bisa berkurang. Berkurangnya kos untuk non value added activity akan mengurangi kos produk tersebut. Disetiap industri, sering kali dijumpai non value added activity. Ada non value

(10)

BAB 1 Pendahuluan 2

activity yang digunakan untuk aktivitas penyimpanan, pemindahan, dan lain sebagainya.

Non value added activity adalah aktivitas yang tidak menambah nilai pada suatu produk,

namun menggunakan sumber daya.

PT. World Yamatex Spinning Mills (WYSM) merupakan salah satu dari perusahaan manufaktur yang bergerak dalam bidang pemintalan benang. Untuk terus berada dalam persaingan pasar global, PT. WYSM selalu menjaga kualitas benang yang dihasikan, hampir tidak ada produk cacat yang sampai ke tangan konsumen. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya konsumen yang mengeluh atas kualitas benang PT.WYSM.

Dalam aktivitas produksi PT. WYSM ditemukan beberapa non value added

activity. Salah satu dari non value added activity yang dijumpai di PT. WYSM adalah

aktivitas pengerjaan ulang produk cacat gulungan. Aktivitas ini terjedi karena dijumpai produk cacat gulungan pada hasil produksi. Ada beberapa jenis cacat gulungan yang bisa digulung ulang, seperti berikut:

1. Gulungan bertingkat 2. Gulungan bertumpang

3. Gulungan yang memiliki: (1) sambungan double, dan (2) kusut / rusak 4. Gulungan berbulu

5. Gulungan bergelombang

(11)

BAB 1 Pendahuluan 3

Perusahaan sebaiknya menghitung secara jelas mengenai kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan, agar perusahaan mengetahui secara jelas besarnya kos yang dikeluarkan untuk non value added activity ini. Dengan mengetahui kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan, perusahaan dapat menhitung persentase kos tersebut terhadap kos produksi. Perhitungan terkait kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan ini juga dapat digunakan sebagai model dalam menghitung kos dari non value added acivity lainnya. Menurut Hongren, Foster dan Datar (2000:28) kos produk dapat digolongkan menjadi kos langsung dan kos tidak langsung. Kos langsung adalah kos yang langsung berhubungan dengan objek kos dan dapat ditelusuri secara ekonomi ke produknya. Kos tidak langung adalah kos yang berhubungan secara langsung dengan objek kos, tetapi tidak dapat ditelusuri secara ekonomi ke produknya. Sumber daya yang digunakan untuk penggerjaan ulang produk cacat gulungan merupakan kos yang dapat langsung ditelusuri ke aktivitasnya, namun setelah menjadi kos aktivitas, kos ini tidak dapat ditelusuri langsung pada produk cacat gulungan.

Dalam menghitung kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan, dapat digunakan metode Activity Based Costing. Amin Wijaya Tunggal (1992:27) mendefinisikan activity

based costing sebagai berikut:

Activity based costing sebagai suatu cara untuk membebankan kos pada produk atau

pada langganan berdasarkan sumber daya yang dikosumsi. Aktivitaslah yang mengkonsumsi sumber daya dan produklah yang mengkonsumsi aktivitas.

(12)

BAB 1 Pendahuluan 4

aktivitas memiliki cost driver masing-masing yang sesuai dengan aktivitas yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis terkait untuk menerapkan metode ABC dalam menghitung non value added cost terkait dengan pengerjaan ulang produk cacat gulungan di PT. WYSM dengan judul PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED

COSTING DALAM MENGHITUNG KOS PENGERJAAN ULANG PRODUK

CACAT GULUNGAN (studi kasus pada PT. WORLD YAMATEX SPINNING MILLS)

1.2 Identifikasi Masalah

Disetiap industri manufaktur, selalu dijumpai non value added activity. Perusahaan harus melakukan process value analysis untuk dapat memisahkan mana yang termasuk

value added activity mana yang termasuk non value added activity. Dengan adanya

informasi mengenai non value added activity, membuat perusahaan lebih mudah dalam menghitung kos dari non value added activity. Kos untuk non value added activity disebut juga non value added cost.

(13)

BAB 1 Pendahuluan 5

produksi. Dengan mengetahui besarnya kos pengerjaan ulang ini juga, perusahaan akan memiliki informasi yang jelas untuk kepentingan pengambilan keputusan. Perhitungan terkait kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan ini juga dapat digunakan sebagai model dalam menghitung kos dari non value added acivity lainnya. Oleh karena itu, digunakan metode Activity Based Costing untuk menghitung kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan. Karena dengan metode Activity Based Costing pembebanan kos akan lebih adil, karena hanya produk cacat gulungan yang mengkonsumsi aktivitas tertentu yang dibebani kos tersebut. Perhitungan akan lebih akurat karena masing-masing aktivitas memiliki cost driver masing-masing-masing-masing yang sesuai dengan aktivitas yang bersangkutan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengidentifikasikan beberapa masalah pokok yang akan mendasari penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana penerapan metode Activity Based Costing untuk menentukan besarnya kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan?

2. Berapa besar persentase kos pengerjaan ulang produk cacatgulungan terhadap total kos produksi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, maka maksud dan tujuan penelitian ini adalah:

(14)

BAB 1 Pendahuluan 6

2. Untuk menghitung besarnya persentase kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan terhadap total kos produksi.

1.1Kegunaan Penelitian

Informasi dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi semua pihak yang bersangkutan, terlebih pada:

1. Praktisi bisnis

 Semoga dengan adanya penelitian ini perusahaan-perusahaan akan menghitung dengan jelas besarnya kos pengerjaan ulang, karena akan mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh.

 Semoga dengan adanya penelitian ini, ada upaya untuk memperbaiki kualitas produk sehingga tidak terjadi pengerjaan ulang.

 Semoga dengan adanya penelitian ini, investor bisa mempertimbangkan dalah hal pengambilan keputusan investasi, kerena jika terdapat biaya pengerjaan ulang yang besar, ini menandakan pengendalian yang kurang. 2. Akademisi

 Semoga hasil penelitian ini bisa menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitan berikutnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

(15)

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 57

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diketahui bahwa PT. WYSM tidak melakukan perhitungan terpisah mengenai kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan. PT. WYSM tidak melakukan perhitungan terpisah karena dianggap hal ini tidak material. Berdasarkan perhitungan dengan metode Activity Based Costing, diketahui jumlah kos untuk pengerjaan ulang produk cacat gulungan adalah sebesar Rp 951,925 ,-per kilo gram. Dari angka tersebut di,-peroleh besarnya ,-persentase kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan terhadap kos produk per unit, yaitu sebesar 3,92 %. Persentase kos pengerjaan ulang produk cacat terhadap kos produk per bulannya adalah 0,0076%. Perhitungan terkait kos pengerjaan ulang produk cacat gulungan ini juga dapat digunakan sebagai model dalam menghitung kos dari non value added acivity lainnya guna membuat non value added cost report yang lebih tepat.

5.2 Saran

Pengerjaan produk cacat gulungan adalah salah satu dari non value added activity. Non

value added activity bukan hanya berbicara mengenai pengerjaan ulang yang termasuk

(16)

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 58

perusahaan dalam penentuan non value added cost. Dengan adanya report mengenai non

value added activity dan non value added cost akan membantu perusahaan dalam

memperbaiki kinerja di masa yang akan datang

Dalam pembuatan skripsi ini penulis menyadari masih memilki banyak kelemahan. Penulis hanya mengidentifikasi satu aktivitas dari berbagai non value added activity. Untuk penulis berikutnya diharapkan mampu mengidentifikkasi dan membahas non

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, A. Anthony, Robert S. Kaplan, S. Mark Young. 2001. Management

Accounting. Edisi 3. New Jersey: Prentice Hall, Inc

Blocher, Edward J., Kung H. Chen, Gary Cokins, Thomas W. Lin. 2005. Cost

Management: A Strategic Emphasis. Edisi 3. New York: McGraw-Hill

Companies, Inc

Hansen, Don R. dan Maryanne M. Mowen. 2003. Management Accounting. Edisi 6. Ohio: Thomson South-Western

Hansen, DR, Mowen M, “Cost Management: accounting and control”. China: South

Western, 2006.

Hilton, Ronald W. 2005. Managerial Accounting. Edisi 6. New York: McGraw-Hill Companies, Inc

Horngren, Charles T., George Foster, Srikant M. Datar. 2003. Cost Accounting: A

Managerial Emphasis. Edisi 11. Upper Saddle River, New Jersey: Prentice Hall,

Inc

Mulyadi, “Akuntansi Biaya”, Edisi 5. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 2005.

Reeve, James M. dan Carl S. Warren. 2008. Principles of Managerial Accounting. Edisi 9. China: Thomson South-Western

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dapat dikembangkan dengan melakukan perbandingan hasil pengukuran menggunakan region growing dengan pengukuran secara manual untuk mengetahui nilai error

Hasil penerapan studi kasus dengan pendekatan GLS pada pemodelan linier hierarki untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkar perut adalah untuk level

Sebelum mengkaji tentang aljabar supertropical terlebih dahulu mengkaji teorema Cayley-Hamilton dalam aljabar konvensional dan teorema Cayley- Hamilton dalam aljabar

Pada awal keberadaan usaha konveksi di Tingkir Lor, bahan baku yang digunakan adalah kain limbah industri konveksi Damatex. Kain limbah ini diperoleh atas

Teknik auto lip-sync digunakan untuk melakukan pembentukan karakter virtual 3D yang dapat berbicara seperti manusia pada umumnya.. Preston blair phoneme series dijadikan acuan

Although manufacturing now seems to be declining in terms of national output (GDP) and smaller share of total employment, many economists argue industrialization is important for

Pada ruang transit khususnya dari ruang dalam menuju lapangan, bagaimana bentuk ruang transit yang mampu mempersiapkan fisik pemain sebelum berlatih, serta mampu menjadi

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, daging kerang bulu yang berasal dari peraian Muara Angke mengandung lemak sebesar 2,29%, nilai ini lebih kecil jika