Oleh :
NI MADE ARY WIDYASANTI
NPM : 1012010101
Pr ogram Studi : MANAJ EMEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional “veter an”
J awa Timur
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi : Manajemen
Oleh :
NI MADE ARY WIDYASANTI
NPM : 1012010101
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional “veter an”
J awa Timur
Yang Diajukan Oleh
Ni Made Ary W 1012010101/ FEB / EM
Telah disetujui untuk diseminarkan oleh:
Pembimbing Utama
Dr.Muhadjir Anwar.MM Tanggal :... NIP. 196509071991031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen
Yang diajukan oleh :
Ni Made Ary W 1012010101/ FEB / EM
Disetujui untuk mengikuti Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dr.Muhadjir Anwar.MM Tanggal :... NIP. 196509071991031001
Mengetahui
Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Dr s. Ec. H. R. A. Suwaedi, MS
Yang Diajukan Oleh
Ni Made Ary W 1012010101/ FEB / EM
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh
Pembimbing Utama
Dr.Muhadjir Anwar.MM Tanggal :... NIP. 196509071991031001
Mengetahui
Ketua Jurusan Progam Studi Manajemen
BURSA EFEK INDONESIA
Disusun oleh :Ni Made Ar y W 1012010101/ FEB / EM
Telah diper tahankan dihadapan dan diter ima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogr am Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur
Pada Tanggal
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Univer sitas Pembangunan Nasional ”Veter an” J awa Timur
Widhi Wasa yang telah melimpahkan aranugrah-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS NILAI PERUSAHAAN
PADA PERUSAHAAN KIMIA DAN FARMASI YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA” dengan baik.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Program
Studi Manajemen Keuangan pada Universitas UPN “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan yang berbahagia ini,tidak lupa saya menyampaikan rasa
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin, SE, MM selaku Dekan Manajemen UPN
“Veteran” Jatim.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi dan selaku dosen pembimbing yang telah mencurahkan
waktu untuk memberikan bimbingan, saran, pengarahan dan petunjuk-petunjuk
yang berarti bagi penulisan skripsi ini.
4. Ibu Dra.Ec.Nurjanti Takarini,Msi selaku dosen wali.
5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi progdi Manajemen yang telah
memberikan ilmu pengetahuan selama masa perkuliahan di UPN “Veteran”
dengan yang diinginkan.
7. Kedua kakak saya Putu Candra Wirawan dan I Nyoman Adi W yang telah
memberikan semangat dan dukungan untuk menyelesaikan sesuai harapan.
8. Sahabat saya Rinda, Maryana, Vicki, Intan, Uyun, Rizky, Dwi J yang selalu
membuat keceriaan & menambah pengalaman yang seru.
9. Teman-teman Angkatan 2010 dan teman-teman lainnya yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Terima kasih semuanya karena sudah mendukung.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari
kata sempurna. Untuk itu peneliti akan menerima dengan tangan terbuka saran
dan kritik yang membawa ke arah kesempurnaan.
Akhirnya, kembali saya ucapkan syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi
Wasa, semoga nikmat,rahmat serta Karunia-Nya akan selalu tercurahkan untuk
kita semua.
Surabaya,
Penulis
DAFTAR ISI ... iv
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ... 9
2.2 Landasan Teori ... 11
2.2.1 Manajemen Keuangan ... 11
2.2.1.1 Jenis Laporan Keuangan... 14
2.2.2 Nilai Perusahaan ... 15
2.2.2.1 Konsep Nilai Perusahaan ... 18
2.2.2.2 Indikator Nilai Perusahaan... 19
2.2.3 Struktur Modal ... 21
2.2.3.1 Tujuan Analisa ... 22
2.2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal... 27
2.2.4 Kebijakan Dividen ... 29
2.2.4.1 Teori Kebijakan Diveden ... 31
2.2.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Diveden... 35
2.2.5 Kinerja Perusahaan ... 37
Nilai Perusahaan... 41
2.3.2 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan... 43
2.3.3 Pengaruh Kinerja Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan ... 43
2.4 Kerangka Konseptual ... 44
2.5 Hipotesis ... 44
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 45
3.1.1 Variabel Dependen ... 45
3.1.2 Variabel Independen ... 46
3.2 Teknik Penentuan Populasi dan Sampel ... 47
3.2.1 Populasi ... 47
3.2.2 Sampel ... 48
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.3.1. Jenis Data ... 48
3.3.2 Pengumpulan Data ... 48
3.3.3 Sumber Data... 49
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 49
3.4.1 Regresi Linier Berganda ... 49
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 50
3.4.3 Uji Hipotesis ... 51
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 53
4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI)... 53
4.1.2 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia... 57
4.1.3 Perkembangan Industri Kimia dan Farmasi... 58
4.3. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ... 67
4.3.1 Uji Outlier... 67
4.3.2 Uji Normalitas ... 67
4.3.3 Uji Asumsi Klasik... 69
4.3.2.1 Multikolinieritas... 69
4.3.2.2 Autoheteroskedasiti ... 70
4.3.2.3 Heteroskedastisitas ... 70
4.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda ... 71
4.3.5 Koefisien Determainansi (R2) ... 74
4.3.6 Uji F... 74
4.3.7 Uji t ... 75
4.4. Pembahasan ... 77
4.4.1 Struktur ModalTerhadap Nilai Perusahaan ... 77
4.4.2. Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan ... 78
4.4.3. Kinerja Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 81
5.2. Saran ... 82
Oleh :
Ni Made Ary Widyasanti NPM : 1012010101
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang bagaimana pengaruh perusahaan yang difokuskan pada Struktur Modal, Kebijakan Deviden dan Kinerja Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Kimia Farmasi yang terdaftar di BEI periode 2009-2012.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Laporan Keuangan tahunan Perusahaan Kimia Farmasi yang terdaftar di BEI periode 2009-2012. Sampel yang digunakan sebanyak 15 Perusahaan Kimia Farmasi yang terdaftar di BEI. Metode analisa yang digunakan dalam penelitian ini dengan analisis regresi berganda, uji hipotesis yaitu koefisien determinan, uji F, dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Struktur Modal memberikan kontribusi yang nyata terhadap Nilai Perusahaan. (2) Kebijakan Deviden memberikan kontribusi yang nyata terhadap Nilai Perusahaan. (3) Kinerja Perusahaan memberikan kontribusi yang nyata terhadap Nilai Perusahaan.
1.1 Latar Belakang
Tujuan utama perusahaan didirikan adalah meningkatkan nilai perusahaan
melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau pemegang saham. Bila harga
saham meningkat berarti nilai perusahaan meningkat dan kesejahteraan pemilik
juga meningkat. Hal ini sesuai pernyataan Salvator (2005) dan Mulianti (2009)
bahwa tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan
kemakmuran pemilik atau pemegang sham guna mempengaruhi nilai perusahaan.
Nilai perusahaan sangat penting karena mencerminkan kinerja perusahaan
yang dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan. Nilai
perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham pada perusahaan tersebut. Nilai
perusahaan dapat dilihat dari Price Book Value (PBV) yang merupakan
perbandingan anataa harga saham dengan nilai buku per lembar saham (Ang,
2002: 18.5).
Dalam menjalankan usahanya, para pemilik perusahaan melimpahkan
pengelolaan perusahaan kepada pihak professional yaitu manajer. Manajer ini
diharapkan dapat bertindak untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu
meningkatkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan kemakmuran
pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Pemegang saham mengharapkan memperoleh keuntungan dari dividen
yang terus meningkat di atas harga beli saham perilaku inverstor di pasarsaham
pada umumnya membeli saham bila mengetahui bahwa harga saham dinilai
terlalu rendah yaitu harga saham dibawah nilai sebenarnya dan menjual sahamnya
dinilai tinggi dariharga sebenarnya (Astuti, 2004)
Optimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi
manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan
mempengaruhi keputusan lainya dan berdampak pada nilai perusahaan (Wijaya,
2010). Salah satu unsur dari keputusan keuangan yang perlu diperhatikan adalah
keputusan investasi. Keputusan investasi yang dimaksudkan meliputi investasi
persediaan, investasi piutang, investasi kas dan investasi aktiva tetap. Keputusan
investasi yang dilakukan perusahaan baik dalam bentuk aktiva tetap atau aktiva
lancar diharapkan mampu menghasilkan return. Keseluruhan proses perencanaan
dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dengan jangka waktu
pengembalian melebihi waktu satu tahun tersebut termasuk dalam Capital
Budgeting (Riyanto, 2010).
Penyatuan kepentingan antara pemegang saham dan manajemen yang
notabene merupakan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap tujuan
perusahaan seringkali menimbulkan masalah-masalah yang sering disebut dengan
agency problem. Agency problem adalah konflik yang timbul antara pemilik
perusahaan, karyawan dan manajer perusahaan dimana ada kecenderungan
Tabel 1.1 Nilai perusahaan kimia dan far masi tahun 2009 – 2012
3 PT. Colorpak Indonesia Tbk.
5 PT. Eterindo Wahanatama
Tbk.
13 PT. Schering Plough
Nilai perusahaan sering diproksikan dengan price book value. Price to
book value dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga saham dengan
nilai buku per lembar saham. Menurut Ang (1997) secara sederhana menyatakan
bahwa price book value merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur
kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya
Dari tabel 1.1 diatas nilai perusahaan yang dihitung dengan Price Book
Value (PBV) dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan rata-rata
nilai PBV dari tiap perusahaan berbeda-beda. Dari 15 perusahaan, 8 perusahaan
diantaranya mengalami kenaikan pada nilai perusahaannya namun ada yang
kenaikannya masih dibawah nilai yang pernah dicapai, dan 7 perusahaan
cenderung mengalami penurunan pada nilai prusahaannya. Dari fenomena ini,
muncul permasalahan yaitu penurunan nilai perusahaan pada perusahaan kimia
dan farmasi, inilah yang menarik untuk diteliti agar dapat mengetahui apakah
struktur modal, kebijakann dividen, dan kinerja berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
Nilai perusahaan dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan. Menurut
Brigham dan Houston (2001) penggunaan hutang pada tingkat tertentu akan dapat
mempengaruhi biaya modal perusahaan karena biaya atas hutang merupakan
pengurangan atas pajak perusahaan dan dapet meningkatkan harga saham.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penambahan hutang dlam proporsi yang tepat
dapat mencapai tingkat struktur modal yang optimal dan akan mampu
Untuk dapat menigkatkan nilai perusahaan manajemen harus dapat
menentukan struktur modal yang optimal yang dapat digunakan oleh perusahaan.
Oleh karena setiap sumber dana yang mempunyai biaya modal, maka struktur
modal yang optimal adalah struktur modal yang meminimalkan biaya modal
perusahaan. Struktur modal diperlukan untuk meningkatkan nilai perusahaan
karena penetapan struktur modal dalam kebijakan pedanaan perusahaan
menentukan profitabilitas perusahaan. Dalam hal ini manajemen keuangan
memiliki peran yang penting dalam rangka maksimalisasi kemakmuran pemegang
saham. Dalam investasi diperlukan sumber-sumber dana yang berasal dari dalam
perusahaan ataupun dari luar perusahaan. Penggunaan sumber dana untuk
investasi perlu memperhitungkan biaya modal (cost of capital) baik biaya modal
internal maupun biaya modal eksternal. Berdasarkan kajian pecking order theory
penelitian ini tertarik menguji pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan,
Faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah kebijakan
dividen. Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh
perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham atau ditahyan dlam bentuk
laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa mendatang (Agus, 2002 dalam
Perdana (2012). Pembagian dividen akan menbuat pemegang saham mempunyai
tambhan return selain dari capital gain. Memasukkan variabel kebijakan dividen
dalam penelitian ini karena kebijakan dividen sangat berpengaruh terhadap nilai
perusahaan dimana sebagian besar calon investor melihat nilai perusahaan dari
saham, maka calon investor menganggap nilai perusahaan itu tinggi begitu
sebaliknya.
Selain struktur modal dan kebijakan dividen, nilai perusahaan juga
dipengaruhi oleh kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan adalah suatu tampilan
keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan
hasil atau perstasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional perusahaan dalam
memanfaatkan sumber daya- sumber daya yang dimiliki (Ceacilia Srimindarti,
2004). Pengukuran kinerja merupakan suatu tolok ukur atau bagi manajemen
perusahaan dalam menentukan kebijakan perusahaan, apakah kinerja perusahaan
sudah baik dari segi keuangan maupun non keuangan.
Handoyo (2008) menguji faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal
dan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan. Hasilnya menunjukan bahwa struktur
modal mempengaruhi nilai perusahaan. Safrida (2008) juga menguji pengaruh
struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan. Hasilnya
menunjukan bahwa struktur modal dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh
terhadap nilai perusahaan. Berdasarakan kajian pecking order throry penelitian ini
tertarik menguji pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan, dengan
menambhakan kebijakan dividen dan kinerja perusahaan dalam model.
Memasukkan kebijakan dividen dianggap penting mengingat pembagian dividen
dalam kaitanya dengan nilai perusahaan. Sedangkan memasukkan kinerja dalam
model dilakukan untuk memperkuat asumsi apakah internal benar menjadi pilihan
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarakan latar belakang di atas, maka dapat sirumuskan pokok
permasalahannya adalah sebagai berikut :
1 Apakah struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
2. Apakah kebijakan dividen berpengaruh gterhadap nilai perusahaan?
3. Apakah kinerja berpengaruh terhadap nilai perusahaan?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukanya penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 Mengatahui pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan
2. Mengetahui pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan
3. Mengetahui pengaruh kinerja terhhadap nilai perusahaan
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Perusahaan
Sebagai tambahan pengetahuan tentang variabel-variabel apa saja yang
dapat mempengaruhi nilai perusahaan,sehinggadapat menjadi tolak
ukur jika peruhasaan ingin menaikan nilai perusahaannya.
Sebagai bahan masukan bagi investor untuk mengetahui pengaruh
struktur modal, kebijakan dividen dan kinerja terhadap nilai
perusahaan, sehingga investor memiliki informasi yang dapat
2. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan mampu digunakan sebagai penerapan ilmu
atau teori yang telah diperoleh pada saat mengikuti perkuliahan dengan
permasalahan yang sesungguhnya, sehinga memperoleh gambaran
yang jelas sejauh mana tercapai keselarasan antara pengtahuan secara
teoritis dan prakteknya dalam menghadapi masalah. Hasil penelitian
ini diharapakan dapat menambah pengetahuan dan wawasan terutama
2.1 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian
ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sudar man /Subchan (2011), dengan
judul “PENGARUH STRUKTUR MODAL, KEBIJAKAN DIVIDEN DAN
KINERJA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN, penelitian ini dilakukan pada
perusahaan LQ 45 di BEI. Dalam penelitian ini terdapat variabel-variabel anatara
lain struktur modal, kebijakan dividen dan kinerja sebagai variabel independen
dan nilai perusahaan sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2007 sampai dengan
2009. Penentuan sample dalam penelitian ini dengan menggunakan Metode
purposive sampling. Sampel penelitian ini adalah sebanyak 54 pengamatan yang
terdiri dari masing-masing 18 perusahaan (selain bank and asuransi) yang
konsisten masuk dalam kelompok LQ 45 tahun 2007, 2008 dan 2009. Namun
demikian untuk data-data ekstrim dioutliers sehingga didapatkan n sebesar 48.
Model analisis pada penelitian ini menggunakan regresi ordinary least square
(OLS). Berdasarkan analisis yang dilakukan penelitian ini menunjukkan hasil
sebagai berikut: (1) Struktur Modal berdampak positif pada nilai perusahaan. (2)
Kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. (3) Kinerja
Wira Adi Dar mawa (2013), dengan judul ”ANALISIS PENGARUH
KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS DAN KEBIJAKAN DIVIDEN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN. Penelitian dilakukan Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI Periode 2009 - 2011. Variabel - variabel yang
terdapat dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang, profitabilitas dan kebijakan
deviden sebagai variabel independen dan nilai perusahaan sebagai variabel
dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesian dari 2009 sampai periode 2011. Sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling. Dengan metode sampling tersebut
didapat sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 15 perusahaan
manufaktur. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari
Indonesian Capital Market Directory (ICMD). Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
ini adalah : 1) kebijakan hutang terbukti memliki pengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan, 2) variable profitabilitas memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan, dan 3) variable kebijakan dividen memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan.
Agnes (2013), dengan judul “PENGARUH KEPEMILIKAN
MANAJERIAL, STRUKTUR MODAL DAN UKURAN PERUSAHAAN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN”, penelitian ini dilakukan pada perusahaan
property dan real estate yang terdaftar di BEI pada tahun 2005 – 2010. Variabel
perusahaan sebagai variabael independen, dan nilai perusahaan sebgai variabel
dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate
yang terdaftar di IDX periode 2005 – 2010. Sampel dilakukan dengan metode
purposive sampling, didapat sampel yang digunakan dalam penelitian ini
sebanyak 78 perusahaan properti dan real estate. Jenis data yang digunakan adalah
data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis regresi
linier berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1) kepemilikan manajerial berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan, 2) struktur modal berpengaruh
positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, dan 3) ukuran perusahaan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Manajemen Keuangan
Pengaturan kegiatan keuangan di dalam suatu organisasi sering disebut
sebagai manajemen keuangan. Manajemen keuangan menyangkut kegiatan
perencanaan, analisis dan kegiatan pengendalian kegiatan keuangan. Manajemen
keuangan suatu perusahaan berbeda dengan perusahaan lain, tetapi semuanya
memiliki dasar yang sama. Riyanto (2001) mendefinisikan manajemen keuangan
sebagai keseluruhan aktivitas yang berkaitan dengan usaha untuk mendapatkan
dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut. Pelaksana dari
memerlukan berbagai kekayaan atau aktiva untuk operasinya. Untuk itu
perusahaan perlu mencari dana untuk membiayai kebutuhan operasional tersebut.
Fungsi utama dari manajer keuangan adalah merencanakan, mencari dan
memanfaatkan dana dengan berbagai cara untuk memaksimumkan efisiensi
operasi perusahaan. Hal ini memerlukan pengetahuan akan pasar uang,
darimana modal diperoleh, bagaimana keputusan–keputusan yang tepat di bidang
keuangan harus dibuat, dan efisiensi dalam operasi perusahaan dapat digalakkan.
Manajer harus mempertimbangkan berbagai sumber keuangan yang luas dan
bagaimana cara memanfaatkan uang tersebut .
Tujuan manajemen keuangan telah terlihat dalam proses penilaian yang
dilakukan oleh pasar uang. Tujuan utama manajemen keuangan adalah
memaksimumkan kekayaaan pemegang saham. Tingkah laku pasar keuangan
harus dipakai dalam menentapkan tujuan–tujuan perusahaan yang bersifat
membela kepentingan pemegang saham.
Menurut Suad Husnan (2000), Manajemen keuangan dalam kegiatannya
harus mengambil keputusan tentang:
1. Penggunaan dana, disebut sebagai keputusan investasi
2. Memperoleh dana, disebut sebagai keputusan pendanaan
3. Pembagian laba, disebut kebijakan deviden.
Keputusan investasi akan tercermin pada sisi aktiva perusahaan. Dengan
demikian akan mempengaruhi struktur kekayaan perusahaan, yaitu
perbandingan antara aktiva lancar dan aktiva tetap. Sebaliknya keputusan
Apabila hanya memperhatikan dana yang tertanam dalam jangka waktu lama
maka perbandingan itu dikatakan sebagai struktur modal.
Keputusan pendanaan dan kebijakan dividen mempengaruhi struktur
modal tersebut. Keputusan yang diambil oleh manajer keuangan tersebut
ditunjukkan oleh nilai perusahaan. Nilai perusahaan pada dasarnya sama dengan
nilai pasar saham ditambah nilai pasar hutang. Apabila besarnya nilai hutang
konstan maka setiap peningkatan nilai saham dengan sendirinya akan
meningkatkan nilai perusahaan. Namun bila nilai hutang berubah maka struktur
modal akan berubah pula. Perubahan dalam struktur modal akan menguntungkan
bagi pemegang saham jika nilai perusahaan meningkat. Untuk itu penting bagi
manajemen keuangan untuk memahami kondisi perusahaan dan lingkungan
keuangan yang dihadapinya, dimana lingkungan keuangan merupakan faktor–
faktor eksternal keuangan yang mempengaruhi keputusan keuangan yang diambil.
Pada laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang
meliputi :
a. Aktiva meruoakan harta atau kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan,
baik pada saat tertentu maupun periode
b. Kewajiban merupakan hutang kepada pihak yang timbul karena
memperoleh pinjaman (ktredit) atau karena pembelian suatu barang atau
jasa yang pembayarannya dilakukan secara angsuran.
c. Ekuitas merupakan hak yang dimiliki oleh perusahaan
Pendapatan merupakan hasil dari penjualan barang atau jasa yang
dibebankan kepada langganan atau yang menerima jasa.
Bebab merupakan semua biaya yang telah dikenakan dan dapat
dikurangkan pada penghasilan.
Keuntungan dan kerugian adalah naiknya dan turunnya ekuitas dari
transaksi yang sifatnya insidentil dan buka kegiatan uama entitas dan dari
transaksi kejadian lainya yang mempengaruhi entitas selama satu periode
tertentu.
e. Arus kas merupakan aliran penerimaan dan pengeluaran kas atau setara
kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu.
2.2.1.1 J enis Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan terdiri dari beberapa jenis
tergantung dari maksud dan tujuan pembuatan lapran keuangan. Dalam
prakteknya, perusahaan diharuskan untuk menyusun laporan keuangan yang
sesuai dengan standar yang telah ditentukan, terutama umtuk kepentingan diri
sendiri maupun untuk kepentingan pihak lain. Laporan keuangan utama menurut
IAI (2007) terdiri dari :
a. Neraca
Neraca atau disebut juga posisi keuangan menggambarkan posisi
keuangan (harta, utang dan modal) perusahaan dalam suatu periode
tertentu.
Laporan laba rugi melaporkan seluruh hasil dan biaya untuk mendapatkan
hasil dan laba rugi perusahaan selama suatu periode tertentu.
c. Laporan perubahan ekuitas
Laporan perubahan ekuitas merupakan laporan yang berisi jumlah dan
jenis modal yang dimiliki pada saat ini. Laporan ini akan dibuat apabila
terjadi perubahan modal.
d. Laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan jumlah kas yang dihasilkan dan digunakan
oleh perusahaanmelalui tiga tipe aktivitas yaitu, operasi, investasi dan
pendanaan
e. Catatan catatan atas laporan keuangan
Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang memberikan
informasi apabila terdapat laporan keuangan yang memerlukan penjelasan
tertentu.
2.2.2 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi (diwakili) oleh saham.
Saham adalah tanda penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan usaha dalam
suatu perusahaan (Halim, 2007). Definisi lain saham adalah sumber keuangan
korporasi yang berasal dari pemilik korporasi dan merupakan bukti kepemilikan
atas korporasi oleh pemegangnya serta surat berharga yang dapat diperdagangkan
di pasar bursa (bursa efek) (Tampubolon, 2005). Menurut Sunariyah (2003),
maupun instuisi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk
perseroan terbatas (PT). Definsi nilai perushaan adalah nilai pasar yang dimiliki
oleh perusahaan.
Pemegang saham memperoleh keuntungan dari dividen yang dibagikan
secara periodik dan dari keuntungan capital gain yaitu nilai saham yang terus
meningkat di atas harga beli saham. Perilaku investor di pasar saham pada
umumnya membeli sham bila mereka tahu bahwa harga saham dinilai terlalu
rendah atau undervalued yaitu harga saham pasar dibawah nilai sebenarnya dan
mereka menjual sahamnya bila mereka merasa sahamnya dinilai terlalu tinggi dari
harga sebenarnya (Astuti, 2004).
Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang sham dapat ditempuh
dengan memaksimalkan nilai sekarang atau semua keuntungan pemegang saham
yang diharapkan akan diperoleh di masa datang. Kemakmuran pemegang saham
akan meningkat apabila harga saham yang dimilikinya meningkat. Sementara itu,
harga saham itu terbentuk di pasar modal dan ditentukan oleh beberapa factor
seperti laba per saham dan rasio laba terhadap harga per lembar saham (Sartono,
2001).
Salah satu masalah utama dalam menganalisa merjer potensial melibatkan
penempatan nilai dari perusahaan yang diperoleh. Nilai suatu perushaaan
bergantung tidak hanya dari kemampuan mneghasilkan arus kasn tetapi juga
tergantung pada karakteristik operasional dan keuangan dari perusahaan yang di
dalam menghasilkan arus kas, baik saat ini maupun dimasa mendatang (Brigham
dan Houston, 2006).
Price book value dapat diartikan sebagai hasil perbandingan antara harga
saham dengan nilai buku per lembar saham. Secara sederhana menyatakan PBV
merupakan rasio pasar yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar
saham terhadap nilai bukunya.
Keberadaan PBV sangat penting bagi investor untuk menentukan strategi
investasi di pasar modal karena melalui price book value, investor dapat
memprediksi saham-saham yang overvalued atau undervalued (Ahmed dan
Nanda, 2000). Price bookvalue menggambarkan seberapa besar pasar menghargai
nilai buku saham suatu perusahaan. Perusahaan yang berjalan dengan baik,
umumnya memiliki rasio price book value di atas satu, yang mencerminkan
bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Price book value yang
tinggi mencerminkan tingkat kemakmuran para pemegang saham, dimana
kemakmuran bagi pemegang saham merupakan tujuan utama dari perusahaan
(Weston dan Brigham, 2000).
Beberapa kekurangan sehubungan dengan penggunaan rasio PBV, antar lain:
1. nilai buku sangat dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi yang
diterapkan oleh perusahaan. Apabila penggunaan standar akuntansi
yang berbeda di antara perusahaan-perusahaan maka ini akan
2. Kedua, nilai buku mungkin tidak banyak artinya bagi perusahaan
berbasis teknologi dan jasa karena perusahaan-perusahaan tersebut
tidak memiliki asset nyata yang signifikan.
3 Ketiga, nilai buku dari ekuitas akan menjadi negatif bila perusahaan
selalu mengalami earnings yang negative sehingga akan
mengakibatkan nilai rasio PBV juga negatif (Murhadi, 2009:148).
2.2.2.1 Konsep Nilai Perusahaaan
Mmenurut Christiawan dan Taigan (2007), terdapat beberapa konsep nilai
yang menjelaskan nilai suatu perusahaan antara lain :
a. Nilai nominal
Yaitu nilai yang tercantum secara formal dalaam anggaran dasar
perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan dan
juga ditulis secara jelas dalam surat saham kolektif.
b. Nilai pasar
Sering disebut dengan kurs adalah harga yang trejadi dari proses tawar
menawar di pasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham
perusahaan dijual di pasar saham.
c. Nilai Intrinsik
Merupakan nilai yang mengacu pada pemikiran nilai riil suatu
perusahaan. nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan
sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan
keuntungan di kemudian hari.
d. Nilai buku
Nilai perusahaan yang di hitung dengan dasar konsep akuntansi
e. Nilai likuiditas
Nilai likuiditas itu adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah
dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu
merupakan bagian oara pemegang saham. Nilai likuiditas bisa di
hitung berdasarkan neraca performa yang disiapkan ketika suatu
perusahaan akan likuidasi.
2.2.2.2 Indikator nilai perusahaan
Indikator-indikator yang mempengaruhi nilai perusahaan diantaranya
adalah (Susanti, 2010:33):
a. PER (Price Earning Ratio)
PER yaitu rasio yang mengukur seberapa besar perbandingan antara harga
saham perusahaan dengan keuntungan yang diperoleh para pemegang saham.
Faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah :
1. Tingkat pertumbuhan laba
2. Dividend Payout Ratio
b. PBV (Price Book Value)
Rasio ini mengukur nilai yang diberikan pasar keuangan kepada
manajemen dan organisasi perusahaan sebagai sebuah perusahaan yang terus
tumbuh (Susanti, 2010:35). Ada beberapa alasan mengapa investor menggunakan
rasio harga terhadap nilai buku (PBV) dalam analisis investasi:
a. pertama, nilai buku sifatnya relatif stabil. Bagi investor yang kurang
percaya terhadap estimasi arus kas, maka nilai buku merupakan cara
paling sederhana untuk membandingkannya.
b. Kedua, adanya praktik akuntansi yang relatif standar diantara
perusahaan-perusahaan menyebabkan PBV dapat dapat dibandingkan
antar berbagai perusahaan yang akhirnya dapat memberikan signal
apakah nilai perusahaan under atau overvaluation. Terakhir, pada
kasus perusahaan yang memiliki earnings negatif maka tidak
memungkinkan untuk mempergunakan PER, sehingga penggunaan
PBV dapat menutupi kelemahan PER yang ada pada PER dalam kasus
ini (Murhadi, 2009:148). Namun ada beberapa kekurangan
sehubungan dengan penggunaan rasio PBV yakni: satu, nilai buku
sangat dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi yang diterapkan oleh
perusahaan. Apabila penggunaan standar akuntansi yang berbeda di
antara perusahaan-perusahaan maka ini akan mengakibatkan rasio
PBV tidak dapat diperbandingkan. Kedua, nilai buku mungkin tidak
perusahaanperusahaan tersebut tidak memiliki asset nyata yang
signifikan.
c. Ketiga, nilai buku dari ekuitas akan menjadi negatif bila perusahaan
selalu mengalami earnings yang negative sehingga akan
mengakibatkan nilai rasio PBV juga negatif (Murhadi, 2009:148).
2.2.3 Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah bada pengaruh perubahan
struktur modal terhadap nilai perusahaan, apabila keputusan investasi dan
kebijakan dividen dipegang konstan. Dengan kata lain jika perusahaan mengganti
sebagian modalm sendiri dengan hutang atau sebaliknya apakah harga saham
akan berubah. Tetapi kalau dengan merubah struktur modalnya ternyata nilai
perusahaan berubah, maka akan diperoleh struktur modal yang terbaik. Struktur
modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan atau harga saham adalah
struktur modal yang terbaik. Setiap keputusan pendanaan mengharuskan manajer
keuangan untuk dapat mempertimbangkan manfaat dan biaya sumber-sumber
dana yang akan dipilih karena masing-masing sumber dana mempunyai
konsekuensi financial yang berbeda-beda.
Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan
perimbangan atau perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Apabiula struktur keuangan tercermi pada sisi pasiva dalam neraca, maka
modal sendiri dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau
jangka panjang (Sartono, 2000).
Perusahaan menjalankan usahanya akan selalu memerlukan modal. Berapa
besar modal yang diperlukan sangat tegantung pada seberapa besar kecilnya usaha
yang dijalankan. Pada dasarnya modal yang dimiliki perusahaan seperti yang
terliht disisi pasiva neraca perusahaan yang dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Modal asing, adalah modal yang berasal dari kreditur yang
merupakan hutangg bagi perusahaan yang bersangkutan.
2. Modal sendiri, adalah modal yang berasal dari perusahaan itu
sendri.
2.2.3.1 Teori Struktur Modal
Ada beberapa teori struktur modal yang dikembangkan oleh beberapa ahli,
antara lain
1. The Modigliani–Miller Model
Modigliani dan Miller menyebutkan bahwa dimungkinkan munculnya
proses arbitrase yang akan membuat harga saham (nilai perusahaan) yang tidak
menggunakan hutang maupun yang menggunakan hutang, akhirnya sama. Proses
arbitrase muncul karena investor selalu lebih menyukai investasi yang
memerlukan dana yang lebih sedikit tetapi memberikan penghasilan bersih yang
sama dengan tingkat resiko yang sama pula
modal sempurna dan tidak ada pajak, maka keputusan pendanaan menjadi
tidak relevan, artinya penggunaan hutang maupun modal sendiri akan
memberikan dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan. Dalam
keadaan ada pajak, MM berpendapat bahwa keputusan pendanaan menjadi tidak
relevan. Karena pada umumnya bunga yang dibayarkan dapat dipergunakan untuk
mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak (bersifat tax deductible). Dengan
kata lain apabila ada dua perusahaan yang memperoleh laba operasi yang sama,
tetapi yang satu menggunakan hutang sedangkan yang satunya tidak, maka
perusahaan yang membayar bunga akan membayar pajak penghasilan yang lebih
kecil. Penghematan membayak pajak merupakan manfaat bagi pemilik
perusahaan, maka sudah tentu nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan
lebih besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan hutang.
2. Trade Off Model
Model Trade Off Theory menggambarkan bahwa struktur modal yang
optimal dapat ditentukan dengan menyeimbangkan keuntungan atas penggunaan
hutang (tax shield benefit of laverage ) dengan coat of financial distrees dan
agency problem. Implikasi Trade Off theory adalah perusahaan yang resiko bisnis
tinggi lebih baik menggunakan hutang yang sedikit dan perusahaan yang terkena
pajak tinggi memperoleh pengehematan pajak lebih tinggi bila menggunakan
hutang. Menurut Hartono (2003), Trade Off theory memberikan kontribusi
a) Perusahaan yang memiliki aktiva tinggi variabilitas keuntungan
akan memiliki probabilitas financial distress yang besar dan
seharusnya perusahaan menggunakan sedikit hutang.
b) Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak
menggunakan hutang dibanding dengan perusahaan yang
membayar pajak rendah.
Esensi Trade Off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan
manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagaiakibatdari penggunaan hutang.
Sejauh manfaat yang diterima lebih besar, maka tembhan hutang masih
diperbolehkan. Apabila pengorbanan akibat hutang sudah lebih besar, maka
tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.
3. Pecking order Theory
Susi Indriyani (2006) menyatakan bahwa Pecking order theory
memberikan banyak pengaruh dengan memberikan pandangan bahwa teori ini
sesuai dengan banyaknya fakta yang terjadi tentang penggunaan external finance
yang dilakukan oleh perusahaan–perusahaan. Adapunkeunggulan dari Pecking
order theory itu sendiri dianggap masih dapat mengorganisir bukti–bukti yang ada
dan menjelaskan dengan baik beberapa aspek dalam perilaku pendanaan
perusahaan yang diobservasi. Kemudian didapati bahwa terdapat banyak bukti
empiris dari berbagai survei yang mendukung model ini disebabkan karena
model ini mempunyai bentuk model yang sederhana dengan ketersediaan
dimiliki Pecking order adalah teori ini mengabaikan pentingnya agency theory
yang akan muncul jika perusahaan memelihara financial slack dalam jumlah besar
Teori Pecking order Theory ini merupakan teori yang mengemukakan bahwa:
a). perusahaan menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi
perusahaan berwujud laba ditahan),
b). apabila pendanaa dari luar (external financing) diperlukan, maka
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih
dahulu, yaitu dimulai dengan peneritan obligasi, kemudian diikuti oleh
sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi, baru
kahirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru diterbitkan.
(Saisi, 2004)
Sesuai dengan teori ini,tidak ada satu target debt equity ration, karena ada
dua jenis modal sendiri yaitu internal dan eksternal. Modal sendiri berasal dari
dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar
perusahaan.
Urutan penggunaann sumber pendanaa dengan mengacu pada Pecking
Order Theory adalah dana internal, hutang dan equitty (maodal sendiri) (Kaaro,
2003). Dana internal lebih disukai daripada dana eksternal karena dana internal
memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu membuka diri lagidari sorotan dan
publik sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana eksternal lebih disukai dalam
bentuk hutang daripada modal sendiri karena biaya emisi obligasi lebih murah
baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh para pemodal dan membuat harga
saham akan turun. Halini disebabkan oleh kemungkinan adanya informasi
asimetrik antara pihak manajemen dan pihak pemodal.
4. Signaling Model
Signal atau isyarat menurut Brigham and Houston (2006) adalah suatu
tindakan yang diambil manajemen yang memberi petunjuk kepada investor
mengenai bagaimana cara pandang menejemen terhadap prospek perusahaan.
Signaling Model merupakan langkah manajemen dari perusahaan yang
sebenarnya memberikan petunjuk secara implisit kepada investor tentang
bagaimana investor memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek
yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan shaam dan
mengusahakan setiap modal yang baru diperlukan dengan cara lain-lain, termasuk
penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan
dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual
sahamnya. Penggunaan emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan
sinyal bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram.
Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari
biasanya, maka harga saham akan menurun, karena menerbitkan saham baru
berarti memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham
2.2.3.2 Faktor yang Mempengar uhi struktur Modal
Perusahaan pada umumnya mempertimbangkan faktor-faktor berikut yang
mungkin mempunyai pengaruh penting terhadap struktur modal. Menurut J.
Weston dan Brigham (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur
modal diantaranya :
1. Profitabilitas
Menurut Sartono (2001) profitabilitas adalah kemampuan suatu
perusahaan untuk memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total
aktiva maupun modal sendiri. Sedangkan, menurut Weston dan Brigham
(2008,h.68) profitabilitas adalah mengukur efektivitas manajemen berdasarkan
hasil pengembalian yangdhasilkan dari volume penjualan, total aktiva, dan modal
sendiri.
2. Stabilitas Penjualan
Stabilitas penjualan dan rasio-rasio utang berhubungan satu sama lain
secara langsung. Dengan stabilitas yang lebih besar dalam penjualan dan laba,
suatu perusahaan dapat mengambil beban tetap utang dengan risiko yang lebih
sedikit daripada bila penjualan dan labanya mengalami penurunan secara periodic
dalam hal yang disebut terakhir perusahaan akan menghadapi kesulitan dalam
3. Struktur Saingan
Kemampuan pelayanan utang tergantung pada kemampuan untuk
memperoleh laba dan juga volume penjualan. Oleh karena itu, stabilitas margin
laba adalah sama pentingnya dengan stabilitas penjualan. Artinya, perusahaan
baru memasuki industri dan kemampuan perusahaan yang bersaing untuk
memperluas kapasitas mempengaruhi margin laba.
4. Struktur Aktiva
Struktur aktiva mempengaruhi sumber-sumber pembelanjaan dalam
beberapa cara. Perusahaan dengan aktivaaktiva tetap yang berumur panjang
terutama bila permintaan untuk keluaran /outputnya secara relatif dijamin.
5. Sikap Manajemen
Sikap manajemen yang paling banyak mempengaruhi secara langsung
pilihan pembelanjaan adalah hal-hal yang menyangkut pengendalian (control)
perusahaan dan risiko.
6. Sikap Pemberi Pinjaman
Lepas dari analisis-analisis menajemen atas faktor-faktor leverage yang
tepat bagi perusahaan-perusahaan mereka, tidak terdapat permasalahan kecuali
bahwa sikap para pemberi pinjaman (lender) sering dianggap sebagai determinan
penting kadang-kadang sangat penting (faktor yang menentukan) dari
Tujuan akhir suatu perusahaan dari struktur modal yang optimum adalah
meningkatkan pendapatan pemilik perusahaan melalui peningkatan nilai
perusahaan, disamping mempunyai tujuan yang lain yaitu meningkatkan
keuntungan perusahaan. Struktur modal perusahaan harus memaksimumkan profit
bagi kepentingan modal sendiri, dan keuntungan yang diperoleh harus lebih besar
dari biaya modal sebagai akibat penggunaan struktur modal tertentu.
Struktur modal yang tidak baik dapat menyebabkan beban yang
ditanggung perusahaan lebih besar. Apabila modal yang ditanggung perusahaan
lebih besar akan menyebabkan keuntungan yang seharusnya diperoleh perusahaan
menjadi berkurang. Sedangkan struktur modal yang optimal bukan saja untuk
meningkatkan tingkat keuntungan perusahaan tetapi juga untuk meningkatkan
nilai perusahaan. Struktur modal yang mempunyai biaya modal yang minimum.
2.2.4 Kebijakan Dividen
Seorang investor yang menanamkan modalnya pada suatu perusahaan
tentu saja mengharapkan return atau keuntungan yang akan diperoleh dari
investasi yang telah dilakukannya. Keuntungan yang dapat diterima oleh investor
atau pemegang saham dari penanaman modal melalui pembelian saham suatu
perusahaan terdiri dari dua macam yaitu dividen dan capital gain.
Kebijakan dividen menyangkut masalah penggunaan laba yang menjadi
dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali. Dengan demikian
pertanyaannya yang seharusnya muncul adalah kapan (artinya, dalam keadaan
seperti apa) laba akan dibagikan dan kapan akan ditahan, dengan tetap
memperhatikan tujuan perusahaan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
Besarnya dividen tersebut dapat mempengaruhi harga saham. Apabila
dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai
perusahaan juga tinggi dan jika dividen dibayarkan kepada pemegang saham
kecil maka harga saham perusahaan yang membagikannya tersebut juga rendah.
Kemampuan sebuah perusahaan membayar dividen erat hubungannya dengan
kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang
tinggi, maka kemampuan perusahaan akan membayarkan dividen juga tinggi.
Dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan (Harjito dan
Martono, 2005).
Permasalahan kadang menjadi nampak rumit karena nadanya alternatif
pendanaan dari luar. Dengan demikian dimungkinkan membagi laba sebagai
dividen, dan pada saat yang sama menerbitkan saham baru. Ataukah lebih baik
tidak membagi dividen dan juga tidak menerbitkan saham baru? Apakah cara
semacam ini memang membawa dampak yang berbeda bagi pemegang saham?
Banyak penelitian menunjukkan bahwa dividen yang baik seringkali
dikaitkan dengan naiknya harga saham, sementara penurunan dividen secara
umum menunjukkan bahwa harga saham mengalami penurunan. Hal ini
capital gain. Berarti pula bahwa terdapat adanya informasi bagi investor tentang
kondisi perusahaan sangat terbatas. Sehingga salah satu cara yang mereka
gunakan untuk mengetahui kondisi perusahaan dengan melihat naik dan turunnya
dividen.
Dalam menentukan kebijakan dividen, manajer harus memperhatikan
kesejahteraan bagi para pemegang saham. Selain itu manajer juga harus
meningkatkan petumbuhan perusahaan, keputusan dividen menciptakan
keseimbangan diantara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan
datang.
Perusahaan yang memilih kebijakan dividen tinggi tanpa arus kas untuk
mendukungnya, pada akhirnya harus memotong investasi atau beralih ke pasar
modal untuk mendapatkan pendanaan utang atau ekuitas tambahan. Karena mahal,
manajer tidak meningkatkan dividen kecuali mereka yakin bahwa perusahaan
menghasilkan cukup banyak kas untuk membayar mereka. Ini adalah alasan
utama yang kita katakan bahwa ada isi informasi dividen-yaitu, perubahan dividen
dapat diterjemahkan sebagai tanda perubahan prospek perusahaan (Brealey,
Myers, Marcus, 2008:60).
2.2.4.1 Teori Kebijakan Deviden
Berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen antara lain :
1. Teori Dividen Tidak Relevan dari Modigliani dan Miller :
Modigliani dan Miller (MM) berpendapat , nilai suatu perusahaan tidak
bersih sebelum pajak (EBIT) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM,
dividen adalah tidak relevan untuk diperhitungkan karena tidak akan
meningkatkan kesejahteraan pemegang saham. Menurut MM kenaikan nilai
perusahaan dipengaruhi oleh kemampuan perusahaan untuk mendapatkan
keuntungan atau earning power dari asset perusahaan. Pernyataan MM ini
didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti :
a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional.
b. Tida ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru.
c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan.
d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individu
Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen tidak relevan
dengan menunjukkan adanya biaya emisi saham baru yang akan mempengaruhi
nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba ditahan dan menerbitkan
saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari laba ditahan, biaya modal
sendiri sebesar Kas (Biaya modal sendiri dari laba ditahan). Tapi bila berasal dari
saham biasa baru, biaya modal sendiri adalah Ke (biaya modal sendiri dari saham
biasa baru).
Jika ada pajak maka penghasilan investor dari dividen dan dari capital
gains (kenaikan harga saham) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk
dividen dan capital gains adalah sama, investor cenderung lebih suka menerima
capital gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat
2. Teori The Bird in The Hand
Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan
akan naik jika Dividend Payout rendah karena investor lebih suka menerima
dividen dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend
yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat dari sisi
investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan (Ks) adalah tingkat keuntungan
yang disyaratkan investor pada saham. Ks adalah keuntungan dari dividen
(dividend yield) ditambah keuntungan dari capital gains (capital gains yield).
3. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Menyatakan bahwa
karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains, para investor
lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Oleh
karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada
saham yang memberikan dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari
pada saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak
atas dividend lebih besar dari pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin
terasa.
4. Teori Signaling Hypothesis
Terdapat bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti
dengan kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan deviden pada umumnya
bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains. Tapi MM
berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya merupakan suatu
sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu
penghasilan yang baik diveden masa mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan
dividen atau keanikan dividen yang dibawah keanaikan normal (biasanya)
diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa sulit
diveden waktu mendatang.
Seperti teori dividen yang lain , teori Signaling Hypotesis ini juga sulit
dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen mengandung
beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga
setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh
efek sinyal atau disebabkan karena efek sinyal dan preferensi terhadap dividen.
5. Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang
berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen
perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada
saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya
kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih
senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanut usia dikenai
pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih
menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini
pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen
yang besar.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada. Tapi
menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil,
demikian sebaliknya. Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi
sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan
mereka.
2.2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengar uhi Kebijakan Dividen
Menurut Hanafi (2004), adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besar
kecilnya deviden yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham
antara lain
a. Kesempatan investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka deviden yang bisa dibagikan
akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika ditanamkan pada investasi yang
menghasilkan NPV positif.
b. Likuiditas dan Profitabilitas
Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa
membayar deviden atau meningkatkan deviden. Hal yang sebaliknya akan terjadi
jika jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran deviden adalah untuk
berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi,
perusahaan tersebut bisa membayarkan deviden, dan sekaligus juga membuat
senang pemegang saham.
c. Akses ke pasar keuangan
Jika perusahaan mempunyai akses ke pasar keuangan yang baik,
perusahaan bisa membayarkan deviden lebih tinggi. Akses yang baik bisa
membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
d. Stabilitas pendapatan.
Jika pendapatan perusahaan relatif stabil, aliran kas dimasa mendatang
bisa diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu dapat membayar
deviden yang lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk perusahaan yang
mempunyai pendapatan yang tidak stabil. Ketidakstabilan aliran kas dimasa
mendatang membatasi kemampuan perusahaan membayar deviden yang tinggi.
e. Pembatasan-pembatasan.
Seringkali kontrak utang, obligasi, ataupun saham preferen membatasi
pembayaran deviden dalam situasi tertentu, atau rasio likuiditas tertentu, atau
perusahaan tidak bisa membayarkan deviden sebelum deviden untuk pemegang
saham preferen dibayar. Dalam situasi normal, atau baik, pembatasan semacam itu
tidak berpengaruh banyak terhadap kemampuan perusahaan membayarkan
devidennya. Tetapi dalam situasi buruk dimana aliran kas lebih kecil, pembatasan
2.2.5 Kinerja Perusahaan
Kinerja perusahaan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang
dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
(Sucipto, 2003). Menurut Febryani dan Zulfadin (2003) dalam Cornelius (2007)
kinerja perusahaan merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap
perusahaan dimana pun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan
perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Kinerja
perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam menjelaskan operasionalnya
(Payatma, 2001).
Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional
suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran, standar
dan kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Penilaian kinerja perusahaan dapat
dilihat dari segi analisis laporan keuangan dan dari segi perubahan harga saham.
Tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam
mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah
ditetapkan sebelumnya agar membedakan hasil dan tindakan yang diinginkan.
Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang
dituangkan dalam anggaran.
2.2.5.1 Manfaat Penilaian Kinerja Perusahaaan
Penilaian kinerja menurut Sucipto (2003) dalam Indriastiti (2009)
dimanfaatkan oleh manajer untuk hal-hal berikut:
pemotivasian karyawan secara maksimal.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
karyawan seperti promosi, transfer dan pemberhentian.
3. Menyediakan kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan
mereka menilai kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi menilai kinerja mereka.
Rasio keuangan merupakan alat utama untuk menganalisa keuangan. Ada
dua kelompok yang menganggap rasio keuangan berguna. Pertama, terdiri dari
manajer yang menggunakannya untuk mengukur dan melacak kinerja perusahaan
sepanjang waktu. Kedua, pengguna rasio keuangan mencakup para analis yang
merupakan pihak eksternal bagi perusahaan.
2.2.5.2 Rasio - Rasio Pengukur Kinerja Keuangan
Berikut ini adalah beberapa rasio keuangan yang digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan Cornelius (2007) adalah:
1. Rasio Likuiditas
Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
2. Rasio Aktivitas
Rasio yang menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan
secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan
standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri.
3. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas dapat mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan memperoleh laba baik dalam hubungannya dengan penjualan, aset
maupun laba bagi modal sendiri
4. Rasio Solvabilitas (Leverage)
Finansial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk
membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak mempunyai leverage berarti
menggunakan modal sendiri 100%.
5. Rasio Pasar
Rasio ini menunjukkan informasi penting perusahaan yang diungkapkan
dalam basis per saham.
Menurut Hastuti (2005), kinerja perusahaan adalah hasil banyak keputusan
individual yang dibuat secara terus-menerus oleh manajemen. Oleh karena itu
dalam menilai kinerja perusahaan diperlukan analisis dampak keuangan kumulatif
dan ekonomi dari keputusan dan mempertimbangkannya dengan menggunakan
ukuran komparatif. Kinerja keuangan adalah salah satu faktor yang menunjukkan
efektivitas dan efisiensi suatu organisasi dalam pencapaian tujuan. Efektivitas
mencapai tujuan. Efisien dapat diartikan sebagai perbandingan antara masukan
dan keluaran.
Penilaian perusahaan khususnya kinerja memiliki beberapa tujuan.
Perusahaan yang akan melakukan merger memerlukan kegiatan penilaian untuk
mengetahui berapa nilai perusahaan dan nilai ekuitas dari masing-masing
perusahaan. Jika perusahaan bermasalah, penilaian kinerja bertujuan untuk
mengimplementasikan program pemulihan usaha atau restrukturisasi, untuk
mengetahui apakah nilai usaha lebih besar daripada nilai likuiditasnya.
Perusahaan yang akan menjual sahamnya pada umum atau bursa juga
harus dinilai dengan penelitian yang wajar untuk ditawarkan kepada masyarakat
atau publik. Untuk memperoleh pendapatan wajar atas penyertaan dalam suatu
perusahaan, memperoleh pembelanjaan penetapan besarnya pinjaman atau
tambahan modal juga untuk keperluan divestasi.
Ada dua macam kinerja yang diukur dalam berbagai penelitian yaitu
kinerja operasi perusahaan dan kinerja pasar. Kinerja operasi perusahaan diukur
dengan melihat kemampuan perusahaan yang tampak pada laporan keuangannya.
Untuk mengukur kinerja operasi perusahaan biasanya digunakan rasio
profitabilitas. Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan
2.3 Hubungan Antar Var iabel
2.3.1 Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan
Teori trade-off menjelaskan bahwa (dengan asumi titik target struktur
modal belum optimum) penigkatan rasio hutang pada stuktur modal akan
meningkat nilai perusahaan sebesar tafir pajak dikalidengan jumlah hutang.
Struktur modal optimal dapat diperoleh dengan adanya keseimbangan antara
keuntungtan tax shield dengan financial destress dan agency cost, karena
penggunaan leverage. Dengan kata lain terjadi trade-off antara benefit dengan
biaya. Financial destress terjadi jika perusahaan mengalami kesulitan dalam
me;unasi kewajiban hutangnya, dimana perusahaan terancam kebangkrutan.
Karena itu financial destress perlu dipertimbangkankarena mengurangi nilai
perusahaan. Model ini juga menarik, karena adanya pendapat bahwa perusahaan
yang tidak menggunakan leverage dengan perusahaaan yang menggunakan
leverage 100% (extim) adalh buruk, sedangkan keputusan yang terbaik adalah
diantaranya. Perkembangan lebih lanjut, para ahli pembuktikan bahwa trade-off
model bukanlah semata-mata teori struktur modal yang paling sempurna, karena
dalam struktur modal perlu juga dipertimbangkan perilaku pembelanjaan
perusahaan yang lebih besar bagi pemberi hutang, sehingga biaya hutang menjadi
besar juga. Hasil penelitian Handoyo (2008) membuktikan bahwa sturktur modal
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.hasil empiris ini mendukung
Nurhayati (2008) pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemgaruh struktur modal terhadap nilai
perusahaan. Penelitian ini menggunakanWeight Average Cost Of Capital
(WACC) sebagai indikator struktur modal dan rasio Price to Book Value (PBV)
sebagai indikator nilai perursahaan. Ppo;ulasi dalam penelitian ini adlah
perusahaan pertambangan betubara yang terdaftar di BEI tahun 2003-2007.
Sampel diambil menggunakan teknikm purposive judment sampling. Teknik
analisis data menggunakan metode regresi linier sederhana. Berdasarkan analisis
yang dulakukan penelitian ini membuktikan bahwa struktur modal berpengaruh
terhadap nilai perusahaan.
Safrida (2008) menguji pengaruh struktur modal terhadap nilai prusahaan.
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang listing tahun
2004-2006. Berdasarkan analisis yang dilakukan disimpulkan bahwa struktur modal
berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Biaya hutang besar merupakan monitoring cost bagi manajemen. Karena
biaya bunga siftanya tetap, biaya yang tinggi tersebut membuatpara manajer akan
berusaha untuk menggunakan dana tersebut untuk investasi yang benar. Di sisi
lain struktur modal yang opyimal akan meningkatkan nilai perusahaan, karena
dengan struktur modal yang optimal akan meningkatkan nilai perusahaan sebesar
2.3.2 Pengaruh Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Per usahaan
Kebijakan dividen menentukan berapa banyak keuntungan yang akan
diperoleh pemegang saham. Keuntungan yang akan diperoleh pemegang sham ini
menentukan kesejahteraan para pemegang saham yang merupakan tujuan utama
perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagi kepada pemegang saham,
makakinerja emiten atau oerusahaan akan dinilai semakin baik pula dan akhirnya
perusahaan yang memiliki kinerja manajerial yang baik dianggap menguntungka
dan tentunya penilaian terhadap perusahaan tersebut akan semakin baik pula, yang
biasanya tercermin melalui tingkat harga saham perusaaahan.
Apabila perusahaaan meningkatkan pembayaran dividen, mungkin
diartikan oleh pemodal sebagai sinyal harapan manajemen tentang akan
membaiknya kinerja perusahaan di masa yang akan datang. Sehingga kebijakan
dividen memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaaan.
2.3.3 Pengaruh Kinerja Ter hadap Nilai Per usahaan
Teori yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller ,enyatakan bahwa
nilai perusahaan ditentukan oleh earning power dari aset perusahaan. Hasil positif
menunjukan bahwa semakin tinggi earning power semakin efisien perputaran aset
dan semakin tinggi profit margin yang diperoleh perusahaan. Hasil penelitian
Ulipui (2007) dan Makaryati (2002) dalam Suranta dan Pranata (2004)
mengemukakan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Suranta dan Pranata (2004) menemukan bahwa