• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

30 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Kondisi Geografis, Luas dan Batas Wilayah

Kawasan Taman Wisata Perairan (TWP) Gili Matra memiliki tiga gugusan pulau-pulau kecil, yaitu Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan. Gili dalam bahasa Sasak berarti pulau. Penamaan Gili Matra merupakan singkatan dari ketiga pulau tersebut (Meno, Air dan Trawangan). Dalam Dinas Pariwisata kawasan ini juga dikenal dengan nama singkatan lain yaitu Gili Tramena (Trawangan, Meno dan Air).

Secara geografis, kawasan TWP Gili Matra berada pada posisi 8o20’- 8o23’ LS dan 116o00’-116o08’BT. Kawasan ini memiliki total luas 2.954 ha yang terdiri dari luas daratan Gili Air ± 175 ha dengan keliling pulau ± 5 km, Gili Meno ± 150 ha dengan keliling pulau ± 4 km dan Gili Trawangan ± 340 ha dengan keliling ± 7,5 km. Batas-Batas wilayah dari TWP Gili Matra adalah sebagai berikut:

 Sebelah utara berbatasan dengan Selat Lombok

 Sebelah timur berbatasan dengan Tanjung Sire

 Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pemenang Barat dan Desa Malaka

 Sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa

Secara administratif, kawasan TWP Gili Matra berada di wilayah Desa Gili Indah, Kecamatan Pemenang, Kabupaten Lombok Utara. Kabupaten Lombok Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Lombok Barat berdasarkan Udang-Undang Nomor 26 tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Lombok Utara. Karena belum terlalu lama mengalami pemekaran, saat ini dinas-dinas pemerintah yang berada di Lombok Utara masih tergabung-gabung. Bidang Kelautan dan Perikanan merupakan bagian dari Dinas Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Utara. Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dan setiap bidang dipimpin oleh Kepala Bidang.

(2)

Desa Gili Indah memiliki tiga dusun dimana masing-masing gili merupakan dusun-dusun tersebut. Setiap dusun dipimpin oleh seorang Kepala Dusun yang bertanggung jawab kepada Kepala Desa. Dusun sebagai unsur pelaksana tugas Kepala Desa mempunyai tugas membantu melaksanakan tugas-tugas operasional Pemerintah Desa sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4.1.2 Iklim

TWP Gili Matra memiliki iklim tropis yang dipengaruhi oleh musim hujan dan kemarau. Suhu udara di kawasan ini berkisar antara 20o-32oC. Periode basah dengan curah hujan 200 mm/bulan umumnya terjadi pada bulan Desember hingga Februari sedangkan periode kering dengan curah hujan di bawah 10 mm/bulan terjadi pada bulan Agustus dan September. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari dan curah hujan terendah terjadi pada bulan September.

Angin musim merupakan komponen angin yang paling dominan. Selama musim barat angin bertiup dari arah barat laut dengan kecepatan maksimum 35 knot yang terjadi antara bulan Januari dan Februari. Pada musim timur angin bertiup dari arah timur dengan kecepatan maksimum 15 knot yang terjadi antara bulan Juni dan September. Selain angin musim kawasan ini juga dipengaruhi oleh angin akibat cyclone di Samudera Hindia yang berkembang di wilayah Nusa Tenggara Barat dan Australia.

4.1.3 Geologi dan Topografi

Keadaan geologi di ketiga gili memiliki pembentukan yang sama dengan daratan Pulau Lombok bagian barat. Keadaan tanah terdiri dari tanah coklat dengan bahan induk endapan pasir.

Gili Air dan Gili Meno memiliki topografi permukaan tanah yang datar dengan ketinggian hampir sejajar dengan permukaan laut. Gili Trawangan pada bagian tengah ke arah tenggara topografinya berbukit dengan ketinggian ± 70 m di atas permukaan laut.

(3)

4.1.4 Hidrologi dan Oseanografi

Air tanah yang dimanfaatkan di ketiga gili berupa air resapan hujan. Umumnya air tanah yang berkadar garam rendah berada di tengah pulau. Air tawar yang digunakan oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-sehari, kecuali untuk minum, dapat bersumber dari sumur gali dengan rata-rata kedalaman 5-10 meter. Sedangkan kebutuhan air konsumsi masyarakat memakai air pam yang disuplai menggunakan kapal khusus pengangkut air yang beroperasi 2 sampai 3 kali sehari sesuai kebutuhan. Masing-masing gili memiliki dua buah kapal pengangkut air. Khusus pada Gili Trawangan terdapat sebuah perusahaan desalinasi air laut milik swasta yang ikut mensuplai kebutuhan air tawar untuk mendukung aktivitas pariwisata di Gili Trawangan yang lebih padat daripada Gili Meno dan Gili Air.

Kondisi oseanografi di kawasan ini pantainya berpasir putih dengan kedalaman perairan antara 1-3 meter pada batas 20 meter. Kedalaman 20 meter terdapat pada jarak sekitar 40 meter dari pantai. Kecepatan arus rata-rata 0,25 m/detik dengan kecepatan tertinggi mencapai ± 0,40 m/detik pada bulan Desember dan Januari disertai gelombang tertinggi rata-rata 1 meter. Adapun kualitas air untuk parameter fisika dan kimia pada kedalaman 10 meterdi ketiga gili disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Kondisi Kualitas Air di Gili Air, Meno dan Trawangan pada Kedalaman Perairan 10 Meter

No. Parameter Kawasan

Air Meno Trawangan

1 Suhu perairan (oC) 27 25.5 25.9

2 Salinitas (o/oo) 35 34 34

3 Oksigen terlarut (mg/l) 6.38 6.43 6.85

4 pH 7.86 7.76 7.69

5 Nitrat 0.136 ppm 0.133 ppm 0.235 ppm

(4)

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, baku mutu air laut adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air laut. Berdasarkan tabel di atas dan mengacu pada baku mutu air laut untuk wisata bahari (Tabel 14.) maka kualitas perairan di ketiga gili kawasan TWP Gili Matra dapat digunakan untuk kegiatan wisata.

Tabel 14. Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari

No. Parameter Baku Mutu

1 Suhu perairan (oC) Alami3(c)

2 Salinitas (o/oo) Alami3(e)

3 Oksigen terlarut (mg/l) > 5

4 pH 7-8.5

5 Nitrat 8 ppm

Sumber: Keputusan MenteriNegara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Wisata Bahari

Keterangan:

 Alami adalah kondisi normal suatu lingkungan, bervariasi setiap saat (siang, malam, dan musim).

 c : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <2oC dari suhu alami.

 e : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan <5% salinitas rata-rata musiman.

4.1.5 Demografi a) Jumlah Penduduk

Desa Gili Indah pada tahun 2012 memiliki jumlah penduduk sebanyak 3.694 jiwadengan 969 kepala keluarga (KK) yang terdiri dari jumlah laki-laki sebanyak 1.870 orang dan perempuan sebanyak 1.824 orang (Profil Desa Gili Indah 2012). Persentase jumlah penduduk Desa Gili Indah berdasarkan jenis kelaminnya dapat dilihat pada Gambar 2.

(5)

Gambar 2. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Jenis Kelamin

b) Tingkat Pendidikan

Sebagian besar penduduk Desa Gili Indahmerupakan tamatan SD (33,64%). Hanya sebagian kecil penduduk saja yang pernah melanjutkan pendidikan hingga sarjana/diploma (1,27%). Rincian tingkat pendidikan penduduk Desa Gili Indah disajikan pada Tabel 15. dan Persentase jumlah penduduk Desa Gili Indah menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 15. Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (orang)

1. Belum Sekolah 362

2. Tidak Pernah Sekolah 152

3. Tidak Tamat SD 237

4. Tamat SD 1.243

5. Tamat SMP 831

6. Tamat SMA 786

7. Tamat Sarajana/Diploma 47

Sumber: Profil Desa Gili Indah (2012)

Pendidikan merupakan sarana untuk membentuk sumber daya manusia yang ahli dan terampil serta produktif sehingga pada gilirannya dapat mempercepat kesejahteraan masyarakat. Perbedaan tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi pola pikir dan sikap. Meskipun faktor lingkungan dan kebiasaan juga berperan namun pendidikan tetap penting dalam pembentukan karakter seseorang dalam melakukan maupun mengatasi suatu permasalahan yang timbul (Handayani 2011).

50,62% 49,38%

Laki-Laki Perempuan

(6)

Gambar 3. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan masyarakat Desa Gili Indah yang pada umumnya cukup rendah dapat berdampak terhadap pola pikir yang sederhana dan kurangnya keterampilan yang dimiliki. Tetapi berdasarkan observasi di lapangan, tingginya interaksi sosial penduduk dengan wisatawan asing setidaknya memberikan efek postif terhadap kemampuan dan keberanian masyarakat, baik tua maupun muda, untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris.

c) Mata Pencaharian

Jenis mata pencaharian yang dimiliki oleh penduduk Desa Gili Indah cukup bervariasi. Aktivitas pariwisata yang padat di Gili Matra menjadikan sebagian besar penduduknya bekerja sebagai karyawan swasta (44,23%) dengan menjadi pegawai di penginapan atau restoran, instruktur selam dan pemandu wisata. Profesi masyarakat yang paling rendah adalah pengrajin (0,70%). Berdasarkan observasi di lapangan, kawasan TWP Gili Matra juga tidak memiliki bentuk cinderamata atau kerajinan yang khas. Meski berseberangan dengan Bali, kemungkinan jiwa seni masyarakat penduduk Desa Gili Indah memang tidak terlalu tinggi. 9,79% 4,11% 7,39% 33,64% 23,30% 21,27% 1,27% 0,00% 5,00% 10,00% 15,00% 20,00% 25,00% 30,00% 35,00% 40,00% Tingkat Pendidikan

(7)

Rincian mata pencaharian penduduk Desa Gili Indah disajikan pada Tabel 16. dan Persentase jumlah penduduk Desa Gili Indah menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 16. Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Mata Pencaharian No. Mata Pencaharian Jumlah Penduduk (orang)

1. Belum Bekerja 342 2. Petani 65 3. Buruh 87 4. Karyawan Swasta 1.634 5. PNS 28 6. Pengrajin 26 7. Pengusaha/Pedagang 845 8. Pertukangan 167 8. Nelayan 292 9 Jasa Transportasi 208

Sumber: Profil Desa Gili Indah (2012)

Gambar 4. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Mata Pencaharian

d) Agama

Sebagian besar penduduk Desa Gili Indah menganut agama Islam. Oleh karena itu, meski TWP Gili Matra merupakan kawasan pariwisata yang banyak dikunjungi oleh wisatawan asing tetapi nilai-nilai Islam di desa ini masih terjaga

9,25% 1,75% 2,35% 44,23% 0,75% 0,70% 22,87% 4,52% 7,90% 5,63% 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% Mata Pencaharian

(8)

dengan baik. Rincian agama penduduk Desa Gili Indah disajikan pada Tabel 17. dan persentase jumlah penduduk Desa Gili Indah menurut tingkat pendidikannya dapat dilihat pada Gambar 5.

Tabel 17. Jumlah Penduduk Desa Gili Indah Berdasarkan Agama No. Agama Jumlah Penduduk (orang)

1. Islam 3.665

2. Kristen 5

3. Katolik -

4. Hindu 3

5. Budha 21

Sumber: Profil Desa Gili Indah (2012)

Gambar 5. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Agama

4.1.6 Tata Guna Lahan

Desa Gili Indah memiliki bentang luas 675 ha dengan pola pemanfaatan lahan di ketiga gili hampir sama. Lahan yang terdapat di pinggir pulau terutama sekitar jetty paling banyak digunaan untuk penyediaan jasa pariwisata dan akomodasi seperti hotel, cottage, bungalow, cafe, restoran dan warung. Sementara bagian dalam pulau merupakan pusat pemukiman serta lahan perkebunan penduduk. Sarana dan prasarana penduduk baik untuk pemerintahan, kesehatan dan pendidikan juga terdapat di bagian dalam pulau. Rincian tata guna lahan di Desa Gili Indah disajikan pada Tabel 18. dan Persentase Tata Guna Lahan Desa Gili Indah disajikan pada Gambar 6.

99,20% 0,13% 0,00% 0,08% 0,56% 0,00% 50,00% 100,00% 150,00%

Islam Kristen Katolik Hindu Budha

(9)

Tabel 18. Tata Guna Lahan Desa Gili Indah

No. Pemanfaatan Luas (ha)

1. Pemukiman dan Kebun 438

2. Rawa 4

3. Bangunan Perkantoran dan Sekolah 3

4. Lahan Akomodasi Pariwisata 188

Sumber: Profil Desa Gili Indah (2012)

Gambar 6. Persentase Tata Guna Lahan Desa Gili Indah

Masing-masing gili sudah mempunyai jalan lingkar untuk mengelilingi pulau walaupun sebagian besar masih berupa jalan tanah/pasir biasa. Hanya Gili Trawangan saja yang saat ini hampir seluruh bagian jalan lingkarnya sudah menggunakan batu bata. Di Gili Trawangan juga terdapat sebuah bukit dengan ketinggian ± 70 meter dari permukaan laut. Kawasan bukit tersebut saat ini masih merupakan tanah kosong.

Lain halnya dengan Gili Meno, pulau ini memiliki danau air asin seluas ± 3 ha yang dikelilingi oleh hutan mangrove. Danau ini terletak di sebelah barat daya pulau dan merupakan tempat persinggahan dari berbagai jenis burung migran yang berasal dari Australia terutama antara bulan Maret dan Mei. Banyaknya burung migran tersebut kemudian menjadi salah satu alasan dibangunnya Taman Burung Gili Meno (Meno Bird Park) di pulau tersebut.

64,60% 0,59% 0,44% 27,73% 0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00%

Pemukiman dan Kebun Rawa Bangunan Perkantoran

dan Sekolah

Lahan Akomodasi Pariwisata

(10)

4.1.7 Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat

Masyarakat Gili Matra bersikap terbuka terhadap kegiatan pariwisata. Mereka melihat pariwisata sebagai peluang dan memanfaatkannya sebagai sumber pencaharian utama maupun sampingan. Dengan pesatnya perkembangan pariwisata yang berkembang di TWP Gili Matra, interaksi sosial antara penduduk sekitar dengan wisatawan pun relatif tinggi. Kondisi tersebut tentunya memberi kesempatan masuknya budaya asing ke dalam ruang lingkup kehidupan masyarakat Desa Gili Indah.

Tetapi penerimaan masyarakat terhadap masuknya budaya asing dari wisatawan mancanegaera bukan berarti tanpa batasan. Dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam, nilai-nilai kesopanan tetap dijaga. Contohnya jika di kawasan pantai yang berada di pinggir pulau wisatawan asing dapat berpakaian terbuka, di bagian dalam pulau, yang merupakan pusat pemukiman penduduk, setiap wisatawan tetap dianjurkan untuk berpakaian sopan.

Untuk batasan-batasan lain di ketiga gili sedikit berbeda. Gili Trawangan sebagai pulau dengan kegiatan pariwisata yang paling berkembang, sangat ramai dengan aktivitas hiburan malam. Pulau ini bahkan memiliki julukan sebagai “party island” dimana hampir setiap malamnya beberapa cafe dan bar yang berlokasi di gili tersebut secara bergiliran mengadakan party sebagai hiburan bagi para wisatawan. Tetapikhusus pada setiap malam Jumat diberlakukan larangan untuk mengadakan kegiatan party karena pada waktu tersebut masyarakat muslim Gili Trawangan mengadakan pengajian rutin bersama di Masjid Agung Gili Trawangan.

Masyarakat Gili Air memiliki penerimaan terhadap budaya barat yang hampir sama dengan Gili Trawangan, hanya saja berdasarkan wawancara dengan tokoh setempat, kepala dusun Gili Air terdahulu pernah memberikan batasan terhadap pembangunan tempat wisata yang dimiliki oleh investor asing sehingga perkembangan pariwisata di Gili air tidak sepesat di Gili Trawangan. Selain itu masyarakat bermata pencaharian nelayan di pulau ini juga memiliki jumlah populasi terbesar dibandingkan kedua pulau lainnya. Jika hanya terdapat 12 orang

(11)

nelayan di Gili Trawangan dan 48 orang nelayan Gili Meno, jumlah nelayan di Gili Air mencapai kurang lebih 232 orang. Oleh karena itu masih banyak penduduk di Gili Air yang fokus terhadap kegiatan perikanan penangkapan ikan.

Lain halnya dengan Gili Trawangan dan Gili Air yang tidak memperbolehkan kegiatan party di malam Jumat, masyarakat Gili Meno justru melarang secara penuh adanya kegiatan hiburan malam di pulau tersebut. Masyarakat Gili Meno lebih menginginkan kondisi pulau mereka lebih dekat dengan norma-norma Islam. Oleh karena itu, meski perkembangan pariwisata di pulau ini paling tertinggal tetapi berdasarkan wawancara dengan masyarakat, mereka justru menginginkan agar kehidupan di Gili Meno tidak berubah seperti yang saat ini dialami oleh Gili Trawangan.

Norma lain yang menjaga keutuhan masyarakat Gili Matra adalah adanya kearifan lokal yang disebut sebagai awig-awig. Awig-awig mengatur sumberdaya alam apa saja yang boleh dieksploitasi dan di kawasan mana saja sumberdaya alam dapat dieksploitasi (Lampiran 4). Kearifan lokal tersebut didukung dengan persepsi masyarakat yang sudah cukup baik terhadap nilai-nilai konservasi. Sehingga pada akhirnya masyarakat pun turut menjaga kelestarian lingkungan kawasan TWP Gili Matra (KKP 2012).

4.1.8 Aktivitas Wisata

TWP Gili Matra menawarkan berbagai aktivitas wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Aktivitas-aktivitas tersebut antara lain:

1. Selam

Aktivitas selam merupakan salah satu tujuan utama dari wisatawan yang berkunjung ke Gili Matra. Menurut informasi dari Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Utara, 75% wisatawan yang datangke Gili Matra melakukan aktivitas selam. Untuk lokasi selam, terdapat sekitar 25 divespot (titik selam) yang tersebar di seluruh kawasan Gili Matra. Beberapa diantaranya yang paling populer adalah Hidden Reef, Hans Reef, Halik Reef, Andy’s Reef/Shark Point, Bounty Wreck, Meno Slope, Manta Point dan Meno Wall (KKP 2012).

(12)

2. Snorkeling

Snorkeling merupakan salah satu aktivitas yang paling digemari oleh wisatawan. Berbeda dengan selam yang membutuhkan keterampilan khusus, semua orang dapat melakukan snorkeling. Aktivitas snorkeling dilakukan pada perairan yang relatif dangkal sehingga pemandangan bawah air dapat dinikmati dengan jelas. Pada saat snorkeling, kegiatan yang paling menarik adalah memberi makan ikan. Wisatawan dapat memasukkan roti atau biskuit ke dalam botol untuk kemudian diberikan kepada ikan-ikan di dalam air. Pada wilayah pantai yang biasa ramai oleh wisatawan, biasanya ikan-ikan karang yang berada di lokasi tersebut sudah terbiasa dengan wisatawan dan tidak segan untuk mendekat.

3. Surfing (Berselancar)

Kegiatan berselancar biasanya dilakukan di sebelah barat Gili Meno yang memiliki ombak cukup besar atau di sebelah selatan Gili Trawangan. Pada hari-hari biasa aktivitas ini biasanya tidak begitu ramai. Aktivitas berselancar baru akan sangat ramai antara bulan Desember dan Januari ketika ombak tinggi.

4. Glass Bottom Boat

Pemandangan bawah laut juga dapat dinikmati tanpa harus snorkeling ataupun menyelam. Dengan menggunakan perahu berdasar kaca, wisatawan dapat melihat dan menikmati pemandangan bawah laut dari atas kapal.

5. Sun Bathing (Berjemur)

Kegiatan berjemur merupakan aktivitas yang umumnya digemari oleh wisatawan mancanegara. Aktivitas ini dapat dilakukan di sekitar pantai ataupun di dekat kolam renang yang ada di sekitar tempat penginapan.

6. Photo hunting

Berada di kawasan pantai tentunya akan sangat rugi jika tidak menyempatkan diri untuk mengabadikan diri dengan kamera. Ketiga gili memiliki pemandangan yang indah dengan keunikannya masing-masing bagi pecinta fotografi.

(13)

7. Wisata Kuliner

Setelah lelah dengan aktivitas wisata sepanjang hari, pengunjung dapat menyantap berbagai hidangan yang disediakan oleh cafe dan restoran setempat. Bagi wisatawan yang menginginkan makan malam dengan harga murah, setiap malamnya Pasar Seni (Art Market) di Gili Trawangan aneka menyediakan berbagai menu warung makan ala kaki lima.

4.1.9 Sarana dan Prasarana Wisata

Tersedianya fasilitas pariwisata memegang peranan penting di dalam pengembangan suatu kawasan wisata. Melihat dari jumlah penginapan restoran dan fasilitas wisata lainnya, kawasan TWP Gili Matra memiliki pembangunan pariwista yang sangat pesat. Data lengkap sarana dan prasarana wisata di TWP Gili Matra disajikan pada Tabel 19.

Tabel 19. Sarana dan Prasarana Wisata di Kawasan TWP Gili Matra No. Jenis Sarana dan

Prasarana

Jumlah

Gili Trawangan Gili Meno Gili Air

1. - Hotel bintang - - -

- Hotel melati 127 40 59

- Homestay 99 1 11

2. Restoran, cafe dan

rumah makan 85 30 45

3. Bar 33 - 21

4. Kolam renang 50 1 11

5. Dive shop 19 2 7

6. SPA dan Salon 12 - 2

7. Biro perjalanan wisata 11 2 2

8. Live music & convention 2 - 1

9. Wisata tirta 1 1 -

10. Money changer 3 - 3

11. Art shop 26 2 2

Sumber: Dinas Perhubungan, Pariwisata, Komunikasidan Informasi Kabupaten Lombok Utara (2012)

(14)

4.2 Persepsi Masyarakat terhadap Minawisata KJA di Gili Matra 4.2.1 Persepsi Nelayan

Minawisata KJA (Karamba Jaring Apung) adalah percontohan dari pilot project program minawisata yang sedang dikembangkan oleh KKP di TWP Gili Matra saat ini. Pembangunan dan penyediaan pakan awal untuk KJA tersebut dibiayai oleh pemerintah pusat sementara untuk pengadaan bibit ikan awalnya dibiayai oleh Bidang Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lombok Utara. KJA kemudian diserahkan kepada kelompok nelayan untuk dikelola secara mandiri.

KJA tersebut berada di sebelah selatan Gili Air dan kelompok nelayan yang mengelolanya untuk saat ini seluruhnya juga merupakan nelayan Gili Air. Namun kondisi tersebut bukan berarti nelayan Gili Meno dan Gili Trawangan tidak boleh ikut berpartisipasi. Berdasarkan wawancara, beberapa nelayan Gili Meno pun pernah menyatakan keinginannya untuk ikut serta. Sayangnya keinginan tersebut belum direalisasikan dalam partisipasi nyata di lapangan. Kurangnya partisipasi nelayan bahkan juga terjadi di Gili Air sendiri. Pada awalnya semua nelayan Gili Air memang menyambut positif keberadaan KJA tersebut tetapi lambat laun satu per satu nelayan mulai mundur.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap sampel nelayan di Gili Air, 100% nelayan Gili Air setuju dengan adanya KJA (Gambar 7) tetapi hanya 28,57% saja yang saat ini berpartisipasi (Gambar 8).

Gambar 7. Persepsi Nelayan Gili Air terhadap Keberadaan KJA

Gambar 8. Partisipasi Nelayan Gili Air dalam Kegiatan KJA

100% Setuju Tidak Setuju 71,43% 28,57% Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi

(15)

Berdasarkan sensus terhadap 10 orang nelayan di Gili Trawangan, 50% nelayan setuju dengan adanya KJA (Gambar 9). Sayangnya 100% nelayan Gili Trawangan tidak ada yang berpartisipasi dalam kegiatan KJA (Gambar 10).

Gambar 9. Persepsi Nelayan Gili Trawangan terhadap Keberadaan KJA

Gambar 10. Partisipasi Nelayan Gili Trawangan dalam kegiatan KJA

Rendahnya partisipasi nelayan diduga akibat dari dua hal. Pertama adalah sulitnya merubah kebiasaan nelayan yang selama ini dapat langsung memperoleh ikan dengan cara menangkap ikan di laut kepada kegiatan budidaya yang untuk mendapatkan hasilnya memerlukan proses dan waktu terlebih dahulu untuk pembesaran ikan. Pola pikir sebagian nelayan yang masih menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan saat itu harus mendapatkan hasil saat itu juga adalah tantangan terbesar dalam pengembangan KJA.

Penyebab kedua adalah tidak adanya satu pun nelayan di Gili Matra yang memiliki latar belakang di bidang budidaya. Tentunya hal ini sangat berpengaruh apalagi ketika ikan yang dipelihara terjangkit penyakit dan tidak ada yang mengetahui bagaimana penanganannya. Pada akhirnya ketua kelompok nelayan mempekerjakan pegawai dari luar yang sudah memiliki keterampilan dalam budidaya sehingga harapannya seluruh nelayan bisa bersama-sama belajar tentang cara budidaya. Tetapi hal tersebut ternyata belum efektif untuk meningkatkan partisipasi aktif dari para nelayan. Bahkan beberapa nelayan justru kurang sependapat dengan dipekerjakannya pegawai dari luar gili karena tujuan awal saat

50,00%

50,00% Setuju

Tidak Setuju

100% Berpartisipasi Tidak Berpartisipasi

(16)

dibangunnya KJA tersebut khusus diperuntukkan kepada masyarakat Gili Matra saja. Berbagai macam polemik yang terjadi itulah yang menjadikan KJA belum dapat berjalan secara optimal.

4.2.2 Persepsi Wisatawan

Wisatawan sebagai salah satu komponen terpenting di dalam kegiatan pariwisata bersikap positif terhadap minawisata KJA. Berdasarkan wawancara terhadap wisatawan asing dan lokal, seluruhnya masih awam terhadap istilah minawisata namun setuju dengan keberadaan KJA di Gili Matra (Gambar 11). Bagi mereka, minawisata adalah suatu hal yang baru dan menarik untuk dikunjungi. Karena itu mereka mendukung adanya pengembangan dari program minawisata KJA di Gili Matra, dengan catatan KJA tidak akan menimbulkan pencemaran seperti yang terjadi di beberapa wilayah lain Indonesia.

Gambar 11. Persepsi Wisatawan terhadap Keberadaan KJA

4.3 Analisis Kesesuaian Minawisata

Analisis kesesuaian minawisata dilakukan untuk mengetahui kesesuaian berbagai aktifitas minawisata yang ada di Gili Matra dengan mempertimbangkan kriteria yang disyaratkan. Setiap kegiatan minawisata mempunyai persyaratan sumberdaya dan lingkungan sesuai dengan objek minawisata yang akan di kembangkan.

Mengingat luasnya wilayah dan terbatasnya waktu penelitian yang dilakukan, maka data pembobotan dan skor aktivitas minawisata yang digunakan dalam penelitian ini memakai data sekunder yang diperoleh dari Kementerian Kelautan Perikanan tahun 2012. Data tabel lalu dihitung Indeks Kesesuaian

100,00% Setuju

(17)

Minawisata Baharinya (IKMB) kemudian diklasifikasikan kelas kelayakan

minawisatanya.

4.3.1 Analisis Kesesuaian untuk Pemanfaatan Minawisata Pancing

Aktivitas minawisata pancing yang terdapat di kawasan Gili Matra adalah kegiatan pancing untuk wisata (sport fishing) dan kegiatan pancing produksi. Pada umumnya minawisata pancing dilakukan oleh nelayan untuk kegiatan pancing produksi. Hanya sedikit wisatawan yang melakukan kegiatan mancing.

Minawisata pancing dapat dilakukan di seluruh kawasan TWP Gili Matra selama berada di luar zona wisata yang telah ditentukan dengan kesepakatan awig-awig (Lampiran 4) dan di luar zona perlindungan. Nelayan pada umumnya memakai perahu dengan mesin ketinting. Jenis-jenis ikan yang biasa dipancing antara lain kakap, kerapu, bawal dan ikan karang lainnya. Indeks kesesuaian minawisata pancing di Gili Matra dapat dilihat pada Tabel 20.

(18)

Tabel 20. Indeks Kesesuaian Minawisata Pancing di Gili Matra

No. Parameter

Kawasan

Bobot Skor

Bobot x Skor

Meno Air Trwg Meno Air Trwg

1. Kelompok jenis ikan 88 81.5 76 5 3 15 15 15 2. Kecepatan arus (cm/det) 35 32 32 5 2 10 10 10 3. Tinggi gelombang (cm) 1-1.5 1-1.5 1-1.5 5 1 5 5 5 4. Kecerahan perairan (m) >10 >10 >10 3 1 3 3 3 5. Suhu perairan (oC) 25.5 27 25.9 3 1 3 3 3 6. Salinitas (o/oo) 34 35 34 3 2 6 6 6 7. Kedalaman perairan (m) 1-20 m 1-20 m 1-20 m 1 3 3 3 3 8.

Jarak dari alur pelayaran dan kawasan lain (m) 300-700 m > 500 m > 500 m 1 2 2 3 3 9. Dermaga kecil (jetty) ada, beton dan kayu ada, beton ada, beton 2 2 4 4 4 10. Perahu (boat) ada, kayu, bermotor ada, kayu, bermotor Ada, kayu, bermotor 2 2 4 4 4 Jumlah 55 56 56 IKMB (%) 50,92 51,85 51,85 Evaluasi Kelayakan SB SB SB

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Parameter dalam analisis ini adalah kelompok jenis ikan, kecepatan arus, tinggi gelombang, kecerahan perairan, suhu perairan, salinitas, kedalaman perairan, jarak dari alur pelayaran dan kawasan lain, serta ada tidaknya dan jenis bahan dermaga kecil dan boat. Berdasarkan hasil di atas, diketahui bahwa ketiga gili memiliki evaluasi kelayakan sesuai bersyarat (SB) untuk aktivitas minawisata pancing karena berada dalam rentang 51-75%. Sementara berdasarkan indeks kesesuaian minawisata baharinya (IKMB), lokasi Gili Air dan Gili Trawangan

(51,85%) lebih sesuai dibandingkan dengan Gili Meno (50,92%). Tetapi karena perbedaan persentasenya tidak begitu jauh maka perbedaan tersebut tidak terlalu signifikan.

(19)

Gambar 12. Peta Kesesuaian Wisata Pancing di Gili Matra Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Jika berdasarkan gambar di atas, seluruh wilayah di sekitar Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang dibatasi oleh warna hijau sebenarnya merupakan wilayah yang sesuai untuk kegiatan minawisata pancing. Tetapi perlu diperhatikan kegiatan tersebut tetap hanya boleh dilakukan pada kawasan yang diperbolehkan dalam awig-awig dan di luar zona inti.

4.3.2 Analisis Kesesuaian untuk Pemanfaatan Minawisata KJA

Kegiatan KJA yang berada di sebelah selatan Gili Air adalah konsep minawisata yang diperkenalkan oleh KKP kepada masyarakat nelayan Gili Matra. Pengadaan KJA tersebut baik untuk pembangunan dan persediaan pakan awal sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah pusat. Sementara untuk pengadaan bibit ikan bawal sebagai bibit awal budidaya difasilitasi oleh DKP Kabupaten Lombok Utara. KJA diserahkan kepada kelompok nelayan untuk dikelola sendiri sebagai sarana pembelajaran budidaya dan sebagai salah bentuk bantuan pemerintah dalam menambah pendapatan nelayan.

(20)

KJA memiliki 20 jaring budidaya berukuran 4x4 m. Pembangunan dimulai sejak Agustus 2012 dan saat ini kegiatan budidaya telah berjalan. Ikan yang dibudidaya adalah jenis kerapu bebek dan bawal. Namun KJA tersebut belum rampung sepenuhnya. Jika telah selesai, nantinya wisatawan dapat berkunjung ke KJA tersebut dandapat menikmati langsung wisata kuliner dari hasil budidaya KJA atau dari aktivitas memancing di sekitar karamba. Sementara ruangan di dalam KJA dapat dijadikan sebagai salah satu pusat informasi bagi wisatawan mengenai Gili Matra. Indeks kesesuaian minawisata KJAdi Gili Matra dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Indeks Kesesuaian Minawisata KJA di Gili Matra

No. Parameter Kawasan Bobot Skor Bobot x Skor

Meno Air Trwg Meno Air Trwg

1. Suhu perairan (oC) 25.5 27 25.9 5 3 15 15 15 2. Salinitas (o/oo) 34 35 34 5 1 5 5 5 3. Kecepatan arus (cm/det) 35 32 40 4 3 12 12 12 4. Tinggi gelombang (cm) 1-1.5 1-1.5 1-1.5 4 1 4 4 4 5. Kedalaman air dari dasar jaring

(m) 5 m 5 m 5 m 4 3 12 12 12 6. Oksigen terlarut (mg/l) 6.43 6.38 6.85 3 3 9 9 9 7. pH 7.76 7.86 7.69 3 3 9 9 9 8. Nitrat (mg/l) 0.133 ppm 0.136 ppm 0.235 ppm 2 2 4 4 4 9. Phospat (mg/l) - - - - 10.

Jarak dari alur pelayaran dan kawasan lain (m) 300 m 500 m > 500 m 2 4 4 2 Jumlah 74 74 72 IKMB (%) 72,55 72,55 70,59 Evaluasi Kelayakan SB SB SB

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Parameter dalam analisis ini adalah suhu perairan, salinitas, kecepatan arus, tinggi gelombang, kedalaman air dari dasar jaring, oksigen terlarut, pH, kandungan nitrat dan phospat serta jarak dari alur pelayaran dan kawasan lain. Tetapi untuk kadar phospat saat ini belum dilakukan. Berdasarkan hasil di atas,

(21)

diketahui bahwa ketiga gili memiliki evaluasi kelayakan sesuai bersyarat (SB) untuk aktivitas minawisata KJA karena berada dalam rentang 51-75%. Sementara berdasarkan indeks kesesuaian minawisata baharinya (IKMB), lokasi yang lebih

sesuai adalah Gili Air dan Gili Meno (72,55%) dibandingkan dengan Gili Trawangan (70,59%).

Saat ini hanya ada 1 KJA yang dibuat oleh KKP. Meskipun Gili Air dan Gili Meno memiliki nilai akhir yang sama, pemilihan lokasi KJA di bagian selatan Gili Air memiliki beberapa pertimbangan. Secara fisik, Gili Air memiliki kecepatan arus yang lebih rendah dibandingkan Gili Meno sehingga dianggap lebih sesuai untuk KJA yang memerlukan air tenang. Selain itu Gili Air adalah pulau dengan populasi nelayan terbanyak dan KJA ini notabenenya memang untuk dikelola oleh kelompok nelayan.

Gambar 13. Peta Kesesuaian Wisata KJA di Gili Matra

(22)

Berdasarkan gambar di atas, terdapat dua kelayakan wilayah. Pada bagian selatan Gili Air dan bagian luar Gili Trawangan (menghadap laut lepas), wilayah tersebut sesuai bersyarat untuk minawisata KJA. Sementara pada bagian utara dan barat Gili Air serta bagian Selatan Gili Meno, kelayakan wilayahnya sesuai.

4.3.3 Analisis Kesesuaian untuk Pemanfaatan Minawisata Selam

Kegiatan minawisata selam merupakan kegiatan favorit bagi wisatawan di TWP Gilimatra tetapi memerlukan keterampilan dan peralatan khusus. Kegiatan menyelam dilakukan untuk melihat ekosistem terumbu karang, ikan karang, dan biota laut lainya. Indeks kesesuaian minawisata selamdi Gili Matra dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Indeks Kesesuaian Minawisata Selam di Gili Matra

No. Parameter

Kawasan

Bobot Skor

Bobot x Skor

Meno Air Trwg Meno Air Trwg

1 Suhu perairan (oC) 25.5 27 25.9 5 2 10 10 10 2 Salinitas (o/oo) 34 35 34 5 3 15 15 15 3 Kecerahan perairan (m) > 10 > 10 > 10 5 3 15 15 15 4 Kecepatan arus (cm/det) 35 32 32 5 2 10 10 10 5 Tutupan komunitas karang (%) 30.5 35 42 4 2 8 8 8

6 Jenis life form

(sp) 7 8 8 4 2 8 8 8

7 Jenis ikan karang

(sp) 88 81.5 76 3 3 9 9 9 8 Kedalaman terumbu karang (m) 1 - 10 m 1 - 10 m 1 - 10 m 3 3 9 9 9 9 Perahu (boat) 13 15 25 2 2 4 4 4 10 Peralatan selam (scuba diving) 2 dive shop 8 dive shop 14 dive shop 2 3 6 6 6 11 Pemandu selam (buddies) 2 4 10 2 3 6 6 6 Jumlah 100 100 100 IKMB (%) 79,32 79,32 79,32 Evaluasi Kelayakan S S S

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Parameter dalam analisis ini adalah suhu perairan, salinitas, kecerahan perairan, kecepatan arus, tutupan komunitas karang, jenis lifeform, jenis ikan

(23)

karang, kedalaman terumbu karang, perahu serta ketersediaan peralatan selam dan pemandu selam. Berdasarkan hasil di atas, diketahui bahwa ketiga gili memiliki evaluasi kelayakan sesuai (S) untuk minawisata selam karena berada dalam rentang 76-100%. Sementara jika dilihat dari indeks kesesuaian minawisata baharinya (IKMB), ketiga gili memiliki kondisi yang sama (79,32%).

Terumbu karang pada umumnya dapat tumbuh dengan baik pada kedalaman 1-20 meter karena cahaya masih bisa masuk/tembus sampai ke dasar (Barnes and Hughes 2004 dalam KKP 2012). Tetapi pada kedalaman 7 meter lebih kondisi terumbu karang di Gili Matra umumnya sudah rusak dengan kesehatan terumbu karang dibawah 20% (kategori rusak). Sarana dan prasarana untuk minawisata selam di Gili Matra sudah lengkap. Di setiap gili terdapat dive shop yang menyediakan jasa selam dengan instruktur selam berlisensi dive master.

Gambar 14. Peta Kesesuaian Wisata Selam di Gili Matra Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

(24)

Berdasarkan gambar di atas, seluruh wilayah di sekitar Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang dibatasi oleh warna hijau merupakan wilayah yang sesuai untuk kegiatan minawisata selam. Tetapi untuk lokasi selam yang menarik terdapat setidaknya 25 dive spot (titik selam) yang tersebar di kawasan TWP Gili Matra.

4.3.4 Analisis Kesesuaian untuk Pemanfaatan Minawisata Snorkeling

Kegiatan minawisata snorkeling dilakukan di wilayah perairan dangkal dengan kedalaman 1-5 m. Kegiatan ini bayak dilakukan baik oleh wisatawan asing maupun lokal. Dalam aktivitas snorkeling, wisatawan dapat berenang di pinggir pantai atau menggunakan perahu untuk menuju spot snorkeling. Tingkat kecerahan perairan di kawasan TWP Gili Matra cukup bagus dengan jarak pandang > 10 meter. Indeks kesesuaian minawisata snorkeling di Gili Matra dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Indeks Kesesuaian Minawisata Snorkeling di Gili Matra

No. Parameter Kawasan Bobot Skor Bobot x Skor

Meno Air Trwg Meno Air Trwg

1 Kecerahan perairan (%) > 80 > 80 > 80 5 3 15 15 15 2 Tutupan komunitas karang (%) 30.5 35 42 5 1 5 5 5

3 Jenis life form

(sp) 7 8 8 3 2 6 6 6

4 Jenis ikan karang

(sp) 88 81.5 76 3 3 9 9 9 5 Kecepatan arus (cm/det) 35 32 32 1 1 1 1 1 6 Kedalaman terumbu karang (m) 1-20 m 1-20 m 1-20 m 1 3 3 3 3

7 datar karang (m) Lebar hamparan 5-10 m 5-10 m 5-10 m 1 2 2 2 2

Jumlah 41 41 41

IKMB (%) 71,93 71,93 71,93

Evaluasi Kelayakan SB SB SB

Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

Parameter dalam analisis ini adalah kecerahan perairan, tutupan komunitas karang, jenis life form, jenis ikan karang, kecepatan arus, kedalaman terumbu

(25)

karang dan lebar hamparan datar karang. Berdasarkan hasil di atas, diketahui bahwa ketiga gili memiliki evaluasi kelayakan sesuai bersyarat (SB) untuk minawisata snorkeling karena berada dalam rentang 51-75%. Sementara jika dilihat dari indeks kesesuaian minawisata baharinya (IKMB), ketiga gili memiliki

kondisi yang sama (71,93%).

Gambar 7 . Peta Kesesuaian Wisata Snorkeling di Gili Matra

Gambar 15. Peta Kesesuaian Wisata Snorkeling di Gili Matra Sumber: Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, KKP (2012)

4.4 Analisis Daya Dukung Kawasan

Pemanfaatan suatu kawasan untuk kegiatan wisata yang sesuai dengan daya dukungnya akan sangat berpengaruh bagi keberlanjutan kegiatan tersebut. Berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari Masterplan dan Rancang Bangun Pulau-Pulau Kecil di Gili Matra, KKP (2012), diketahui bahwa area yang dapat dikembangkan untuk kegiatan selam di Gili Matra sebesar 42.971,6 m2 dan untuk snorkeling sebesar 2.544,5 m2 .

(26)

Dengan mengolah data tersebut kedalam rumus Daya Dukung Kawasan (DDK), maka diketahui bahwa Taman Wisata Perairan Gili Matra memiliki daya dukung untuk aktivitas selam sebanyak 172 orang/hari sedangkan daya dukung untuk aktivitas snorkeling sebanyak 21 orang/hari. Perhitungan nilai DDK tersebut adalah sebagai berikut:

1. Selam DDK = K x LP/LT x Wt/Wp = 1 x (42.971,6 m2 / 1000 m2 ) x (8 / 2) = 171,8 = 172 orang 2. Snorkeling DDK = K x LP/LT x Wt/Wp = 1 x (2.544,5 m2 / 250 m2 ) x (6 / 3) = 20,44 = 21 orang

Hasil analisis di atas sangat signifikan dengan kondisi faktual di lapangan. Berdasarkan observasi, dalam sehari terdapat sekitar 150-200 orang melakukan aktivitas snorkeling di Gili Trawangan dan 30-50 orang/hari di Gili Air. Hanya Gili Meno saja yang berkisar sekitar 20 orang/hari.

Sementara untuk kegiatan selam, berdasarkan Hilman (2010) dalam KKP (2012), dalam sehari terdapat setidaknya 240 orang melakukan aktivitas selam di Gili Trawangan, 58 orang di Gili Air dan 10 orang di Gili Meno.

4.5 Analisis Finansial Usaha

Analisis terhadap kegiatan usaha perlu dilakukan untuk melihat kondisi perekonomian di Gili Matra. Dikarenakan minawisata menggabungkan antara sektor perikanan dan pariwisata maka diperlukan analisis kepada keduanya. Dalam penelitian ini analisis finansial usaha di sektor perikanan dilakukan terhadap nelayan. Sedangkan di sektor pariwisata dilakukan terhadap penginapan dan transportasi boat. Adapun untuk kegiatan usaha yang sudah mencakup sektor perikanan dan pariwisata dilakukan terhadap penangkaran penyu.

(27)

4.5.1 Analisis Usaha Nelayan

Analisis terhadap usaha nelayan dilakukan kepada nelayan yang berada di Gili Air dan Gili Trawangan. Pemilihan tersebut dikarenakan Gili Air merupakan pulau dengan populasi nelayan terbesar dan merupakan pusat dari kelompok nelayan sedangkan Gili Trawangan adalah pulau yang pembangunannya jauh mengedepankan sektor pariwisata dan memiliki populasi nelayan terkecil.

Terdapat setidaknya 232 orang nelayan di Gili Air. Berdasarkan penarikan jumlah sampel yang telah dijelaskan pada Bab Metode Penelitian, maka dilakukan analisis terhadap 7 orang nelayan dengan rincian data pada Tabel 24.

Tabel 24. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Gili Air

No. Nama Jenis

Alat Tangkap Rata-rata pendapatan/trip (Rp) Rata-rata pengeluaran/trip (Rp) 1. Wak Jawe Jaring sered, pancing, panah 2.000.000 500.000 2. H. Ismail Jaring sered, pancing 1.500.000 500.000 3. Making Jaring sered, pancing, panah 1.000.000 500.000 4. Wak Jawas Jaring sered, pancing 2000.000 500.000 5. Warobahak Jaring sered, pancing, panah 1.500.000 600.000

6. Wak Sabar Jaring sered 2000.000 500.000

7. Sam Jaring sered 2000.000 500.000

Rata-Rata 1.714.285,71 514.285,714

Keuntungan = TR-TC = 1.714.285,71-514.285,714= Rp 1.200.000 R/C ratio = TR/TC = 1.714.285,71/514.285,714 = 3.33

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan. Profitabilitas =

=

= 233,33%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan usaha menguntungkan.

Sementara untuk nelayan Gili Trawangan terdapat 12 orang populasi nelayan. Karena jumlah yang sangat sedikit maka pengambilan sampel digunakan metode sensus. Namun dalam pelaksanaan penelitian di lapangan, peneliti hanya berhasil menjumpai 10 orang nelayan sehingga di dalam pengolahan datanya

(28)

hanya dilakukan analisis terhadap 10 orang nelayan tersebut. Rincian data nelayan Gili Trawangan disajikan pada Tabel 25.

Tabel 25. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Nelayan Gili Trawangan

No. Nama Jenis

Alat Tangkap Rata-rata pendapatan/trip (Rp) Rata-rata pengeluaran/trip (Rp) 1. Haerudin Pancing 300.000 200.000 2. Sehak Pancing 250.000 150.000 3. Hasanudin Pancing 150.000 100.000 4. Aker Pancing 250.000 150.000 5. Bahrun Pancing 250.000 150.000 6. Masnun Pancing 300.000 250.000 7. Asmirin Pancing 250.000 150.000 8. Zakaria Pancing 250.000 150.000 9. H. Cakdi Pancing 500.000 250.000 10. Maun Pancing 350.000 250.000 Rata-Rata 285.000 180.000 Keuntungan = TR-TC = 285.000-180.000 = Rp 105.000 R/C ratio = TR/TC = 285.000/180.000 = 1,58

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan. Profitabilitas =

=

= 58,33%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan usaha menguntungkan.

4.5.2 Analisis Usaha Penginapan

Penginapan di Gili Matra terdiri dari cottage, bungalow dan hotel dimana penginapan-penginapan tersebut menyediakan fasilitas yang berbeda-beda. Berbagai fasilitas yang ditawarkan meliputi restoran/cafe/bar, penyewaan sepeda, penyewaan alat snorkeling dan selam, hingga penyediaan jasa perjalanan.

Agar menghindari perbedaan data yang signifikan maka dilakukan analisis terhadap usaha penginapan yang hanya menyediakan jasa kamar saja. Analisis finansial dilakukan di Gili Trawangan sebagai pulau dengan sektor pariwisata

(29)

yang paling berkembang. Rincian data penginapan di Gili Trawangan disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Penginapandi Gili Trawangan No. Nama Rata-rata pendapatan/bulan (Rp) Rata-rata penngeluaran/bulan (Rp) 1. Rinjani Losmen 30.000.000 7.500.000 2. Dream Village 30.000.000 8.000.000 3. Villa Unggul 15.000.000 6.000.000 4. Mawar Bungalow 20.000.000 7.000.000 5. Easy Bungalow 30.000.000 7.000.000 6. Tanah Qita 25.000.000 6.500.000 Rata-Rata 20.000.000 7.000.000 Keuntungan = TR-TC = 20.000.000–7.000.000 = Rp 13.000.000 R/C ratio = TR/TC = 20.000.000/7.000.000 = 2,86

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan. Profitabilitas =

=

= 185,71%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan usaha menguntungkan.

4.5.3 Analisis Usaha Kapal Penumpang

Kapal (boat) adalah satu-satunya alat transportasi untuk mencapai lokasi ke ketiga gili. Untuk itu koperasi menyediakan kapal penumpang (public boat) sebagai alat transportasi umum dari dermaga Bangsal untuk menuju ke masing-masing gili dan sebaliknya. Sementara untuk menyeberang dari satu gili ke gili lainnya, koperasi menyediakan 1 boat khusus yang disebut hopping boat dan beroperasi dua kali dalam sehari untuk menyeberang ke masing-masing pulau.

Tarif public boat dari pelabuhan bangsal menuju Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan masing-masing adalah Rp 8000, Rp 9000 dan Rp 10.000 per penumpang. Boat akan menunggu hingga terisi 20 orang sebelum berangkat. Sementara untuk hopping boat ditetapkan tarif 35.000 per orang dengan jumlah

(30)

penumpang sebanyak 40 orang. Rincian data public boat disajikan pada Tabel 27. dan Rincian data hopping boat disajikan pada Tabel 28.

Tabel 27. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Public Boat

No. Nama Jurusan

Rata-rata pendapatan/bulan (Rp) Rata-rata penngeluaran/bulan (Rp) 1. Wisata Ikhtiar Trawangan 14.400.000 7.020.000 2. Fajar Pagi Trawangan 14.400.000 8.760.000

3. Sari Laut Meno 6.480.000 3.510.000

4. Sinar Pelita Meno 6.750.000 3.510.000

5. Pantai Indah Air 6.000.000 3.510.000

6. Pada Idik Air 5.760.000 3.510.000

Rata-Rata 8.965.000 4.970.000

Keuntungan = TR-TC = 8.965.000-4.970.000 = Rp 3.995.000 R/C ratio = TR/TC = 8.965.00 /4.970.000 = 1,80

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan. Profitabilitas =

=

= 80,38%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan usaha menguntungkan.

Tabel 28. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Hopping Boat Nama Rata-rata pendapatan/bulan (Rp) Rata-rata penngeluaran/bulan (Rp) Koperasi Karya Bahari 84.000.000 13.980.000 Keuntungan = TR-TC = 84.000.000-13.980.000= Rp 70.020.000 R/C ratio = TR/TC = 84.000.000/13.980.000= 6,01

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan. Profitabilitas =

=

= 50,21%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan usaha menguntungkan.

(31)

4.5.4 Analisis Usaha Penangkaran Penyu

Saat ini terdapat satu penangkaran penyu di masing-masing gili. Meskipun penangkaran penyu merupakan objek wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan tetapi kegiatan ini memiliki pengeluaran yang sangat besar. Pengelola penangkaran penyu yang masih ada saat ini adalah orang-orang yang memiliki kepedulian sangat tinggi terhadap konservasi khususnya keberadaan penyu di Gili Matra serta tidak mementingkan keuntungan.

Untuk penelitian mengenai kegiatan usaha ini, peneliti hanya menganalisis penangkaran penyu yang terdapat di Gili Trawangan. Hal tersebut dikarenakan kegiatan penangkaran penyu yang berada di Gili Meno mendapatkan gaji/bulan dari pemerintah sementara untuk penangkaran penyu yang berada di Gili Air biaya perawatan utamanya diambil dari keuangan resort milik asing tempat penangkaran penyu tersebut berada. Oleh karena itu, hanya penangkaran penyu di Gili Matra saja yang benar-benar memperoleh penerimaan dari wisatawan. Rincian data penangkaran penyu di Gili Trawangan disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Rata-Rata Pendapatan dan Pengeluaran Penangkaran Penyu Nama Rata-rata pendapatan/bulan (Rp) Rata-rata penngeluaran/bulan (Rp) Turtle Conservation Gili Trawangan 4.500.000 3.600.000 Keuntungan = TR-TC = 4.500.00–3.600.000= Rp 900.000 R/C ratio = TR/TC = 4.500.000 /3.600.000 = 1,25

Karena nilai berada di atas 1, artinya usaha layak dijalankan. Profitabilitas =

=

= 25%

Kriteria untung rugi dalam profitabilitas adalah suku bunga bank dengan suku bunga pinjaman sebesar 16%. Karena nilai di atas lebih tinggi maka kegiatan usaha menguntungkan.

(32)

4.6 Analisis SWOT

Penentuan rencanan strategi pengelolaan Taman Wisata Peraitan Gili Matra sebagai kawasan minawisata bahari dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT yang mempelajari atau mengidentifikasi pada kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kemudian dianalisa untuk menentukan langkah strategis yang sesuai.

4.6.1 Identifikasi Faktor Internal a. Kekuatan (Strenghts)

Identifikasi kekuatan yang dimiliki oleh kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra adalah sebagai berikut:

1. Kondisi lingkungan perairan yang baik untuk kegiatan wisata bahari dan wisata pantai. Gili Matra baik pada Gili Air, Meno, maupun Trawangan memiliki keindahan alam yang cukup terjaga baik untuk pantai maupun bawah lautnya. 75% pengunjung yang berkunjung ke Gili Matra datang untuk melakukan aktivitas selam di kawasan ini karena pesona keanekaragaman terumbu karang dan ikan karangnya.

2. Kearifan lokal yang masih terjaga. Kelebihan kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra dengan kawasan wisata bahari lain salah satunya dalam bidang sosial dimana kearifan lokal di gili-gili ini masih terjaga. Meskipun berupa kawasan wisata, masyarakat yang sebagian besar beragama muslim masih menjaga nilai-nilai kehidupan beragama. Selain itu adanya awig-awig sebagai adat istiadat lokal menjadikan masyarakat lebih peduli terhadap lingkungannya. Awig-awig mengatur sumberdaya alam apa saja dan kawasan mana saja yang boleh dieksploitasi. Hal ini didukung kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungannya.

b. Kelemahan (Weaknesses)

Identifikasi kelemahan yang dimiliki oleh kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra adalah sebagai berikut:

(33)

1. Masalah sampah sebagai salah satu masalah utama di Gili Trawangan. 5 ton sampah diproduksi setiap harinya dan saat ini mulai menimbulkan persoalan dalam pengelolaannya. Penanganan yang dilakukan adalah dengan cara menimbun dan membakar sampah tetapi upaya tersebut belum optimal.

2. Alat tangkap jaring muroami yang tidak ramah lingkungan jika digunakan kembali dalam jangka panjang akan merusak seluruh terumbu karang di TWP Gili Matra.

4.6.2 Identifikasi Faktor Eksternal a. Peluang (Opportunities)

Identifikasi kelemahan yang dimiliki oleh kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra adalah sebagai berikut:

1. Adanya kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra.

2. Transportasi dan akses ke lokasi yang tidak sulit memudahkan kunjungan wisatawan baik asing maupun lokal.

3. Adanya promosi wisata yang baik sehingga TWP Gili Matra banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia, tidak seperti beberapa tahun lalu yang sangat didominasi oleh wisatawan asing.

b. Ancaman (Threats)

Identifikasi ancaman yang dimiliki oleh kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra adalah sebagai berikut:

1. Lemahnya pendanaan pengembangan dari pemerintah daerah sehingga tidak ada dana untuk melengkapi fasilitas.

2. Belum adanya kesepakatan zonasi menjadikan pemanfaatan wilayah yang ada belum tertata.

(34)

4.6.3 Matriks IFE dan EFE

Tingkat kepentingan setiap faktor ditentukan sebagai langkah untuk menentukan bobot dan rating.Tingkat kepentingan faktor internal dan eksternal disajikan pada Tabel 30. dan Tabel 31.

Tabel 29. Tingkat Kepentingan Faktor Internal

Simbol Faktor Kekuatan Tingkat

Kepentingan S1

Kondisi lingkungan perairan yang baik untuk kegiatan wisata bahari dan wisata

pantai.

Sangat penting S2 Kearifan lokal yang masih terjaga. Sangat penting

Simbol Faktor Kelemahan Tingkat

Kepentingan W1 Masalah sampah sebagai salah satu masalah

utama di Gili Trawangan. Sangat Penting W2 Alat tangkap jaring muroami yang tidak

ramah lingkungan. Penting

Tabel 30. Tingkat Kepentingan Faktor Eksternal

Simbol Faktor Peluang Tingkat

Kepentingan O1

Adanya kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan kawasan Taman

Wisata Perairan Gili Matra.

Sangat penting

O2

Transportasi dan akses ke lokasi yang tidak sulit memudahkan kunjungan wisatawan

baik asing maupun lokal.

Sangat penting

O3

Adanya promosi wisata yang baik sehingga TWP Gili Matra banyak dikenal oleh

masyarakat Indonesia.

Penting

Simbol Faktor Ancaman Tingkat

Kepentingan T1

Lemahnya pendanaan pengembangan dari pemerintah daerah sehingga tidak ada dana

untuk melengkapi fasilitas.

Sangat Penting

T2

Belum adanya kesepakatan zonasi menjadikan pemanfaatan wilayah yang ada

belum tertata.

(35)

Setelah tingkat kepentingan dari setiap faktor internal dan eksternal diperoleh kemudian dilakukan penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal yang disajikan pada Tabel 32. dan Tabel 33.

Tabel 32. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Faktor Internal S1 S2 W1 W2 Total Bobot S1 0 2 2 1 5 0,21 S2 2 0 2 1 5 0,21 W1 2 2 0 1 5 0,21 W2 3 3 3 0 9 0,37 Total 24 1

Tabel 33. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Faktor Eksternal O1 O2 O3 T1 T2 Total Bobot O1 0 1 2 2 1 6 0,12 O2 4 0 4 4 2 14 0,30 O3 2 1 0 4 1 8 0,16 T1 2 1 2 0 1 6 0,12 T2 4 2 4 4 0 14 0,30 Total 48 1

Tahap selanjutnya adalah pembuatan Matriks IFE dan Matriks EFE. Pada tahap ini bobot dikalikan dengan rating sehingga diperoleh skor.

Tabel 34. Matriks IFE

Simbol Faktor Kekuatan Bobot Rating Skor

S1

Kondisi lingkungan perairan yang baik untuk kegiatan wisata bahari

dan wisata pantai.

0,30 4 1,20

S2 Kearifan lokal yang masih terjaga. 0,16 4 0,48

Simbol Faktor Kelemahan Bobot Rating Skor

W1 Masalah sampah sebagai salah satu

masalah utama di Gili Trawangan. 0,30 4 1,20 W2 Alat tangkap jaring muroami yang

(36)

Tabel 35. Matriks EFE

Simbol Faktor Peluang Bobot Rating Skor

O1

Adanya kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan kawasan

Taman Wisata Perairan Gili Matra.

0,16 4 0,64

O2

Transportasi dan akses ke lokasi yang tidak sulit memudahkan kunjungan wisatawan baik asing

maupun lokal.

0,22 4 0,88

O3

Adanya promosi wisata yang baik sehingga TWP Gili Matra banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.

0,12 3 0,36

Simbol Faktor Ancaman Bobot Rating Skor

T1

Lemahnya pendanaan pengembangan dari pemerintah daerah sehingga tidak ada dana

untuk melengkapi fasilitas.

0,22 4 0,88

T2

Belum adanya kesepakatan zonasi menjadikan pemanfaatan wilayah

yang ada belum tertata.

0,12 4 0,48

4.6.4 Matriks SWOT

Matriks SWOT merupakan alat yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman (faktor eksternal) yag dihadapi oleh kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan (faktor internal) yang dimiliki. Dari matriks ini akan dihasilkan rancangan pengembangan minawisata bahari yang dapat dilakukan di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra. Matriks SWOT ditampilkan pada Tabel 36.

(37)

Tabel 36. Penyusunan Matriks SWOT

IFE

EFE

S

1. Kondisi lingkungan perairan yang baik untuk kegiatan wisata bahari dan wisata pantai. 2. Kearifan lokal yang

masih terjaga.

W

1. Masalah sampah sebagai salah satu masalah utama di Gili Trawangan. 2. Alat tangkap jaring muroami yang tidak ramah lingkungan O 1. 1. Adanya kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra.

2. Transportasi dan akses ke lokasi yang tidak sulit memudahkan kunjungan wisatawan baik asing maupun lokal

3. Adanya promosi wisata yang baik sehingga TWP Gili Matra banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia.

Strategi SO Pengelolaan potensi wisata baik dalam segi biofisik maupun budaya masyarakat disertai peningkatan

kualitas sarana prasarana dantata ruang yang lebih baik.

(S1S2O1O2)

Strategi WO Membuat kebijakan pemerintah yang pro terhadap kelestarian lingkungan disertai sosialisasi yang rutin diadakan kepada masyarakat. (W1W2O1) T 1. Lemahnya pendanaan pengembangan dari pemerintah daerah sehingga tidak ada dana untuk melengkapi fasilitas.

2. Belum adanya kesepakatan zonasi menjadikan

pemanfaatan wilayah yang ada belum tertata.

Strategi ST 1.

Membuat kesepakatan nyata antara masyarakat dan stakeholders guna

perlindungan kawasan wisata yang didasari dengan awig-awig sebagai kearifan lokal masyarakat setempat. (S1S2T2)

(

Strategi WT Segera disusunnya zonasi sehingga pemanfaatan wilayah pesisir menjadi berkelanjutan dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dapat dihentikan. (W1W2T2)

(38)

4.6.5 Alternatif Strategi

Alternatif strategi menghasilkan prioritas kebijakan yang akan dipilih dalam pengelolaan kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra. Analisis alternatif strategi disajikan pada Tabel 37.

Tabel 37. Perangkingan Alternatif Strategi

Unsur SWOT Keterkaitan Skor Ranking

Strategi SO

Pengelolaan potensi wisata baik dalam segi biofisik maupun budaya masyarakat disertai peningkatan kualitas sarana prasarana dantata ruang yang lebih baik.

S1,S2,O1,O2 3,20 I

Strategi ST

Membuat kesepakatan nyata antara masyarakat dan

stakeholders guna perlindungan kawasan wisata yang didasari dengan awig-awig sebagai kearifan lokal masyarakat setempat

S1,S2,T2

1,96 IV

Strategi WO

Membuat kebijakan pemerintah yang pro terhadap kelestarian lingkungan disertai sosialisasi yang rutin diadakan kepada masyarakat.

W1,W2,O1 2,20 II

Strategi WT

Segera disusunnya zonasi sehingga pemanfaatan wilayah pesisir menjadi berkelanjutan dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dapat dihentikan.

W1,W2,T2 2,04 III

Berdasarkan perangkingan di atas, maka urutan prioritas di dalam pengembangan minawisata bahari di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra adalah sebagai berikut:

(39)

1. Pengelolaan potensi wisata baik dalam segi biofisik maupun budaya masyarakat disertai peningkatan kualitas sarana prasarana dantata ruang yang lebih baik.

2. Membuat kebijakan pemerintah yang pro terhadap kelestarian lingkungan disertai sosialisasi yang rutin diadakan kepada masyarakat.

3. Segera disusunnya zonasi sehingga pemanfaatan wilayah pesisir menjadi berkelanjutan dan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan dapat dihentikan.

4. Membuat kesepakatan nyata antara masyarakat dan stakeholders guna perlindungan kawasan wisata yang didasari dengan awig-awig sebagai kearifan lokal masyarakat setempat.

Gambar

Gambar 2. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah  berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 3. Persentase Jumlah Penduduk Desa Gili Indah  berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 16. Jumlah Penduduk Desa Gili Indah berdasarkan Mata Pencaharian
Tabel 20. Indeks Kesesuaian Minawisata Pancing di Gili Matra
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan, anime dan budaya Jepang tidak terlalu berpengaruh buruk terhadap perilaku sosial keagamaan siswa SMKN 3 Banjarmasin

Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat Desa Sedan terkait adanya faktor pendukung terhadap aktivitas keagaamaan selama masa pandemi beliau mengatakan

Selain Praja, pendamping PEKKA juga mendekati Mukti, saat itu adalah Kepala Dusun (atau apel dalam bahasa setempat) Bajur Barat yang juga merupakan tokoh masyarakat

Dari grafik diatas dan berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat dapat disimpulkan bahwa pemanenan air hujan yang dapat diterapkan pada kelompok permukiman

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Idris Mointi selaku kepala Dusun Nantu Desa Tunas Harapan mengatakan bahwa untuk meningkatkan keterampilan aparatur

c) KH. Qosim Tafsir seorang pengusaha dan sekaligus tokoh masyarakat Pada awal bulan September ketiga orang ini mengadakan pembicaraan dengan Bupati Kepala Daerah

KPC, dan Pemerintah Daerah Kutai Timur serta dukungan pengembangan ekowisata dari kepala desa, tokoh adat/tokoh masyarakat, masyarakat Dusun Kabo Jaya dan Dusun G III, serta LSM yang

Adapun nilai-nilai pendidikan Islam dalam tradisi Mabbarasanji yang di implementasikan masyarakat Dusun Kajuangin yaitu nilai aqidah, nilai ibadah, dan nilai akhlak, sebagai berikut: