• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TRUST IN A BRAND TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN OBAT FLU MEREK MIXAGRIP DI SURABAYA SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TRUST IN A BRAND TERHADAP BRAND LOYALTY PADA KONSUMEN OBAT FLU MEREK MIXAGRIP DI SURABAYA SELATAN."

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Manajemen

Diajukan Oleh :

GABRIELA KATYA MILANDA

0612010084 / FE / EM

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul “PENGARUH TRUST IN A BRAND TERHADAP BRAND

LOYALTY PADA KONSUMEN OBAT FLU MEREK MIXAGRIP DI SURABAYA SELATAN” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi

Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Pada kesempatan kali ini, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima

kasih yang sebesar – besarnya kepada para pihak yang telah memberikan bantuan

dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. R. Teguh Soedarto, MP., Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM., Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM., Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Dr. Ali Maskun, MS., Dosen Pembimbing Utama yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan serta petunjuk –

petunjuk yang berguna hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Seluruh staf Dosen Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur yang

telah memberikan ilmunya.

6. Kedua orang tua saya yang selalu memberikan dukungan, doa dan bantuan

(3)

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam

penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan

saran bagi perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi

ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Maret 2011

(4)

KATA PENGANTAR………....i

DAFTAR ISI….………....iii

DAFTAR TABEL………...vi

DAFTAR GAMBAR………....vii

DAFTAR LAMPIRAN………..viii

ABSTRAKSI………..ix

BAB I PENDAHULUAN………..………1

1.1.Latar Belakang………...1

1.2.Rumusan Masalah………..7

1.3.Tujuan Penelitian………...7

1.4.Manfaat Penelitian……….7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………9

2.1.Penelitian Terdahulu………...9

2.2. Landasan Teori………10

2.2.1.Manajemen Pemasaran………....10

2.2.2.Pengertian Merek………..………...11

2.2.3.Kepuasan Konsumen…………...………13

2.2.4.Trust In a Brand………..14

(5)

BAB III METODE PENELITIAN……….29

3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….…..29

3.2.Teknik Penentuan Sampel………33

3.2.1.Populasi………...………33

3.2.2.Sampel……….33

3.3.Teknik Pengumpulan Data……….……..34

3.3.1.Jenis Data………34

3.3.2.Sumber Data………..………..35

3.3.3.Pengumpulan Data………..35

3.4.Teknik Analisis Data………..………..35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...44

4.1.Deskripsi Obyek Penelitian………..44

4.1.1.Sejarah Perusahaan………..……44

4.2.Deskripsi Hasil Penelitian………45

4.2.1.Deskripsi Karakteristik Responden……….45

4.2.2.Deskripsi Variabel Trust In a Brand (X)……….…47

4.2.2.1.Deskripsi Variabel Brand Characteristic (X1)………....47

4.2.2.2.Deskripsi Variabel Company Characteristic (X2)……..48

(6)

4.3.2.Evaluasi atas Outlier………...…53

4.3.3.Deteksi Multicollinierity dan Singularity………54

4.3.4.Uji Validitas dan Reliabiltas………...55

4.3.5.Pengujian Model Dengan One-Step Approach……….….58

4.4.Pembahasan ………62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...64

5.1.Kesimpulan………..………64

5.2.Saran………64

(7)

3.1. Goodness Of Fit Indices……….40

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin………...46

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia………..46

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan……….47

4.4. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Brand Characteristic (X1)..47

4.5. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Company Characteristic (X2)………....49

4.6. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Consumer-Brand Characteristic (X3)……….………50

4.7. Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Brand Loyalty (Y)………..51

4.8. Hasil Uji Normalitas………..52

4.9. Hasil Pengujian Outlier Multivariate……….54

4.10. Faktor Loading dan Konstruk dengan Confirmatory Factor Analysis…..55

4.11. Pengujian Reliability Consistency Internal………56

4.12. Construct Reliability dan Variance Extrated………..58

4.13. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices……….60

4.14. Evaluasi Kriteria Goodness of Fit Indices……….61

(8)

4.1. Model Pengukuran Kausalitas One-Step Approach………59

(9)

Lampiran 2. Kuesioner

(10)

OLEH :

Gabriela Katya Milanda

Abstraksi

Di pasar obat sudah lama diyakini bahwa konsumen kerap cocok –

cocokan dengan obat tertentu. Dan begitu cocok biasanya mereka enggan berganti

ke merek lain. Hal itu karena konsumen memiliki trust in a brand pada obat –

obat tertentu dan pada akhirnya mereka akan menjadi loyal pada suatu merek.

Pemain baru untuk obat flu selalu hadir namun selalu kalah bersaing dengan

merek – merek lama yang memang sudah mapan. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk membuktikan apakah trust in a brand berpengaruh terhadap brand loyalty.

Penelitian ini menggunakan variabel brand characteristic (X1), company

characteristic (X2), consumer-brand characteristic (X3), serta variabel brand

loyalty (Y). Populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang membeli dan

mengkonsumsi obat flu merek Mixagrip di Surabaya Selatan. Teknik penentuan

sampel yang digunakan adalah purposive sampling dan untuk pengujian data

digunakan analisis SEM (Structural Equation Modeling).

Dari hasil pengujian dengan menggunakan SEM dan dilihat dari tingkat

probabilitas arah hubungan kausal, maka hipotesis menyatakan bahwa faktor trust

in a brand berpengaruh positif terhadap faktor brand loyalty, dapat diterima

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap perusahaan harus

mampu bertahan hidup, bahkan harus dapat terus berkembang. Salah satu hal

penting yang perlu dilakukan dan diperhatikan oleh setiap perusahaan adalah

mempertahankan pelanggan yang telah ada, terus menggarap pelanggan –

pelanggan potensial baru agar jangan sampai pelanggan meninggalkan

perusahaan menjadi pelanggan perusahaan lain. Dengan kata lain perusahaan

harus mampu mempertahankan loyalitas pelanggan.

Loyalitas pelanggan terhadap merek produk merupakan konsep yang

sangat penting khususnya pada kondisi tingkat persaingan yang sangat ketat

dengan pertumbuhan yang rendah. Pada kondisi demikian loyalitas pada

merek sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Di samping

itu, upaya mempertahankan loyalitas merek ini merupakan upaya strategis

yang lebih efektif dibandingkan dengan upaya menarik pelanggan baru.

Dalam konteks merek, loyalitas mencerminkan komitmen psikologis

terhadap merek tertentu, sedangkan perilaku pembelian ulang semata – mata

menyangkut pembelian merek tertentu yang sama secara berulang kali bisa

dikarenakan memang hanya satu – satunya merek yang tersedia, merek

(12)

Suatu merek memberikan serangkaian janji yang di dalamnya

menyangkut kepercayaan, konsistensi,dan harapan. Dengan demikian, merek

sangat penting baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi konsumen,

merek bermanfaat untuk mempermudah proses keputusan pembelian dan

merupakan jaminan akan kualitas. Sebaliknya, bagi produsen merek dapat

membantu upaya – upaya untuk membangun loyalitas dan hubungan

berkelanjutan dengan konsumen (Riana, 2008:184).

Persoalan merek menjadi salah satu persoalan yang harus dipantau

secara terus – menerus oleh setiap perusahaan. Merek – merek yang kuat,

teruji, dan bernilai tinggi terbukti tidak hanya sukses mengalahkan hitungan –

hitungan rasional, tetapi juga canggih mengolah sisi – sisi emosional

konsumen. Merek bisa memiliki nilai tinggi karena ada brand building

activity yang bukan sekadar berdasarkan komunikasi, tetapi merupakan

segala macam usaha lain untuk memperkuat merek tersebut.

Dari komunikasi, merek bisa menjanjikan sesuatu, bahkan lebih dari

janji, merek juga mensinyalkan sesuatu (brand signaling). Merek akan

mempunyai reputasi jika ia memiliki kualitas dan karisma. Agar memiliki

karisma, merek harus mempunyai aura, harus konsisten, kualitasnya harus

dijaga dari waktu ke waktu, selain tentunya juga harus mempunyai

kredibilitas (Riana, 2008:185).

Konsep trust (kepercayaan) menjadi suatu isu yang populer dalam

(13)

konsumen dan trust merupakan atribut terpenting yang dimiliki oleh merek.

Para peneliti pemasaran menyatakan bahwa trust merupakan faktor

fundamental yang dapat mengembangkan loyalitas konsumen (Riana,

2008:188).

Di pasar obat apa pun, sudah lama diyakini bahwa konsumen kerap

cocok – cocokan atau berjodoh dengan obat tertentu. Dan begitu cocok

biasanya mereka enggan “pindah ke lain hati” . Sebuah level preferensi yang

tak mudah digoyang dan diusik karena konsumen memiliki trust in a brand

pada obat – obat tertentu. Itu membuat konsumen menjadi loyal pada suatu

merek walau banyak pesaing sejenis yang muncul.

Pasar obat flu atau analgesik rupanya tergolong “seksi” bagi para

marketer. Bayangkan saja, tidak kurang dari 200-an merek obat flu beredar di

masyarakat seperti Ultraflu, Mixagrip, Decolgen, Sanaflu, Neozep, Bodrex

Flu & Batuk, Panadol Cold & Flu, Procold, Inza, Tolak Angin Flu. Merek –

merek tersebut sudah tidak asing lagi di masyarakat. Pasarnya akan

bertambah sesak bila ditambah lagi dengan obat – obat herbal yang juga

memiliki khasiat menyembuhkan flu. Menurut riset AC Nielsen, market size

untuk obat flu sendiri atau “single flu” sekitar Rp 500 miliar. Bisa dikatakan

pemain baru untuk obat flu selalu hadir. Maklum, kategori penyakit ini yang

memang sering dialami penduduk Indonesia, rata – rata dewasa saja

menderita sakit flu sebanyak dua kali setahun. Kendati demikian, merek –

merek tersebut selalu kalah bersaing (kemudian hilang dengan sendirinya)

(14)

obat flu yang tergolong sudah mapan dan terus bersaing memperebutkan

“singgasana” yaitu : Mixagrip, Ultraflu, dan Decolgen.

Tabel 1.1 : Peringkat Tiga Besar Obat Flu Tahun 2008 s/d 2010

Merek TBI

Sumber : Majalah Marketing 2008– 2010

Menurut survei Top Brand Index (TBI) yang dikeluarkan Frontier,

pada 2010 ini Ultraflu menduduki peringkat teratas dengan TBI 13,0 %.

Disusul Neozep dengan TBI 10,1 % yang sebelumnya tidak masuk posisi

tiga besar sekarang menduduki posisi kedua. Peringkat ketiga diduduki oleh

Mixagrip dengan TBI 9,4 %.

Pada tahun 2009, peringkat pertama juga diduduki Ultraflu dengan

TBI 15,2 %. Disusul peringkat kedua Mixagrip 14,7 %. Peringkat ketiga

diduduki oleh Decolgen 10,0 %.

Jika ditengok sedikit ke belakang, terjadi pergerakan di papan atas.

(15)

Ultraflu yang memilki TBI sebesar 14,1 %, sementara Decolgen memiliki

TBI 10,6 %.

Berdasarkan fenomena tersebut di atas, peneliti memilih untuk meneliti

obat flu Mixagrip karena masih kalah bersaing. Hal tersebut ditunjukkan

dengan menurunnya peringkat TBI Mixagrip dari tahun ke tahun yang diduga

di sebabkan oleh tingkat kepercayaan merek dan loyalitas merek terhadap

obat flu Mixagrip cenderung mengalami penurunan seperti yang telah

dikemukakan pada fenomena di atas. Oleh karena itu suatu merek produk

hendaklah didukung dengan adanya kepercayaan pada merek (trust in a

brand) yang berpengaruh terhadap loyalitas merek (brand loyalty) hal ini

didukung penelitian yang dilakukan oleh Riana (2008:184).

Mixagrip sudah hadir di pasar sejak 30 tahun silam. Obat flu Mixagrip

andalan PT Dankos Laboratories Tbk (kini menjadi bagian dari PT Kalbe

Farma Tbk setelah di merger pada akhir 2005) tak bisa membuat diferensiasi

yang luar biasa dibandingkan dengan produk sejenis lainnya. “Semua obat flu

dilihat dari komposisinya semuanya sama. Tidak ada unique selling

point-nya. Tidak ada diferensiasi kalau kita ambil dari produknya”, ungkap Boedi

Harjono, Manajer merek grup PT Kalbe Farma Tbk. Lazimnya obat flu

mengandung komponen :1) analgesic – antipiretik, zat penghilang rasa sakit

dan penurun demam, 2) antihistamin, zat pereda bersin – bersin, dan 3)

dekongestan, zat pereda hidung tersumbat. Cobalah tilik obat flu yang

beredar, paling tidak mengandung minimal dua komponen di atas. Belum ada

(16)

komposisi dan kandungan formulanya yaitu, parasetamol 500mg,

fenilpropanolamin 15 mg, dan klorfeniramin 2mg. Komposisi yang

dipandang ampuh serta patuh pada regulasi yang digariskan pemerintah, tidak

lebih dan tidak kurang. Mixagrip juga mempunyai jingle yang sudah dikenal

oleh mayarakat. Berikut jingle yang dibuat Ade Hamzah ini terlantun lewat

Desy Ratnasari yang sejak tahun 2000 sampai sekarang sebagai endorser.

“…Saya cocok minum Mixagrip, semua cocok minum Mixagrip. Sakit

flu memang cocok minum Mixagrip…Cocok…”

Untuk membangun kepercayaan konsumen Mixagrip selalu melakukan

perbaikan produk, menjaga kualitas, dan melakukan esensi – esensi lain

untuk menjaga merek Mixagrip. Hal ini dilakukan untuk selalu memberikan

yang terbaik kepada konsumen. (http://books.google.co.id)

Menurut Riana (2008:193), terdapat tiga faktor yang dapat membentuk

kepercayaan terhadap merek yaitu brand characteristic, company

characteristic, dan consumer – brand characteristic. Selanjutnya

kepercayaan terhadap merek akan menimbulkan loyalitas merek.

Dalam upaya meningkatkan loyalitas merek, pihak perusahaan harus

senantiasa meningkatkan dan mempertahankan kepercayaan pelanggan

terhadap perusahaan. Brand characteristic, Company characteristic, dan

Consumen – brand characteristic sebagai variabel – variabel yang

berpengaruh harus tetap dapat dikendalikan secara langsung oleh perusahaan

(17)

Dari latar belakang tersebut maka peneliti mengambil judul Pengaruh

Trust In a Brand Terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Obat Flu Merek Mixagrip di Surabaya Selatan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka

perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

“Apakah trust in a brand berpengaruh terhadap brand loyalty pada konsumen

obat flu merek Mixagrip di Surabaya Selatan?”

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian maka tujuan dari penelitian

ini adalah :

“Untuk membuktikan apakah trust in a brand berpengaruh terhadap brand

loyalty pada konsumen obat flu merek Mixagrip di Surabaya Selatan”.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :

a) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat dipergunakan bagi peneliti yang akan datang

sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam penelitiannya agar dapat

(18)

b)Bagi perusahaan

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perusahaan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan perusahaan yang berkaitan

dengan produknya.

c) Bagi lembaga

Hasil penelitian ini dapat menambah referensi perbendaharaan buku dari

penelitian yang ada di perpustakaan dan juga dapat dijadikan sebagai

bahan acuan untuk melakukan penelitian selanjutnya.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Riana (2008), yang berjudul “Pengaruh Trust

in a Brand Terhadap Brand Loyalty Pada Konsumen Air Minum Aqua di

Kota Denpasar”. Rumusan masalah yang diangkat adalah: 1) Apakah variabel

brand characteristic, company characteristic, dan consumer brand

characteristic secara bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap brand

loyalty pada konsumen air minum Aqua?. 2) Apakah variabel brand

characteristic, company characteristic, dan consumer brand characteristic

secara parsial berpengaruh signifikan terhadap brand loyalty pada konsumen

air minum Aqua serta variabel mana yang berpengaruh dominan?. Teknik

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik analisis

regresi berganda.

Hasil penelitian menyatakan bahwa penelitian ini berhasil

membuktikan bahwa memang terdapat pengaruh yang signifikan dan positif

variabel brand characteristic, company characteristic, dan consumer brand

characteristic terhadap brand loyalty baik secara bersama – sama maupun

parsial. Hal ini menunjukkan dalam upaya meningkatkan brand loyalty, pihak

perusahaan harus senantiasa meningkatkan dan mempertahankan trust in a

(20)

Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Badawi (2007), yang

berjudul “Pengaruh Trust in a Brand dan Satisfaction Terhadap Loyalitas

Merek (Studi pada Merek Perbankan Syariah di Cirebon)”. Permasalahan

yang diajukan adalah pengaruh kepercayaan pada merek produk perbankan

syariah melalui persepsi construct trust in a brand sebagai variabel mediasi

yang menghubungkan antara brand liking, brand competance, brand

predictability dan brand reputation, terhadap variabel satisfaction dan

loyalitas merek.

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis structural equation modeling (SEM). Hasil penelitian ini menyatakan

bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan variabel trust in a brand

terhadap satisfaction, trust in a brand terhadap loyalitas merek, dan

satisfaction terhadap loyalitas merek.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Manajemen Pemasaran

Pemasaran atau Marketing yaitu suatu proses sosial yang didalamnya

individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas

mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2000:9

(21)

Definisi pemasaran yaitu segala kegiatan yang menawarkan suatu

produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Laksana,

2008:4).

Manajemen pemasaran atau marketing management adalah proses

perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi serta

penyaluran gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang

memenuhi sasaran – sasaran individu dan organisasi (Kotler, 2000:9 dalam

Laksana, 2008:4).

2.2.2. Pengertian Merek

Menurut UU Merek No. 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1, merek adalah

tanda berupa gambar, nama, kata, huruf – huruf, angka – angka, susunan

warna, atau kombinasi dari unsur – unsur tersebut yang memiliki daya

pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang dan jasa

(Tjiptono, 2005:2).

Menurut American Marketing Association, merek adalah nama, istilah,

tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari hal – hal tersebut, yang

dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang atau

kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. (Riana,

2008:186)

Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten

memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek

(22)

sekadar simbol. Merek dapat memiliki enam level pengertian yaitu sebagai

berikut (Riana, 2008:186):

1) Atribut : merek mengingatkan pada atribut tertentu.

2) Manfaat : bagi konsumen, kadang sebuah merek tidak sekadar menyatakan

atribut, tetapi manfaat. Mereka membeli produk tidak membeli atribut,

tetapi membeli manfaat. Atribut yang dimiliki oleh suatu produk dapat

diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan atau emosional.

3) Nilai : merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai produsen.

4) Budaya : merek juga mewakili budaya tertentu.

5) Kepribadian : merek mencerminkan kepribadian tertentu.

6) Pemakai : merek mewujudkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk tersebut.

Pada intinya merek adalah penggunaan nama, logo, trade mark, serta

slogan untuk membedakan perusahaan – perusahaan dan individu – individu

satu sama lain dalam hal apa yang mereka tawarkan. Penggunaan konsisten

suatu merek, simbol, atau logo membuat merek tersebut segera dapat dikenali

oleh konsumen sehingga segala sesuatu yang berkaitan dengannya tetap

diingat. Dengan demikian, suatu merek dapat mengandung tiga hal, yaitu

sebagai berikut :

1) Menjelaskan apa yang dijual perusahaan.

2) Menjelaskan apa yang dijalankan oleh perusahaan.

(23)

Suatu merek memberikan serangkaian janji yang di dalamnya

menyangkut kepercayaan, konsistensi, dan harapan. Dengan demikian, merek

sangat penting baik bagi konsumen maupun produsen. Bagi konsumen,

merek bermanfaat untuk mempermudah proses keputusan pembelian dan

merupakan jaminan akan kualitas. Sebaliknya bagi produsen, merek dapat

membantu upaya – upaya untuk membangun loyalitas dan hubungan

berkelanjutan dengan konsumen.

2.2.3. Kepuasan Konsumen

Persaingan yang semakin ketat, dimana semakin banyak produsen

yang terlibat dalam pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen,

menyebabkan setiap perusahaan harus menempatkan orientasi pada kepuasan

konsumen sebagai tujuan utama. Dewasa ini semakin diyakini bahwa kunci

utama untuk memenangkan persaingan adalah memberikan nilai dan

kepuasan kepada konsumen melalui penyampaian produk dan jasa

berkualitas dengan harga pesaing (Tjiptono, 1997:24).

Menurut Schnnars (1991), pada dasarnya tujuan dari suatu bisnis

adalah untuk menciptakan para pelanggan yang merasa puas. Terciptanya

kepuasan pelanggan dapat memberikan manfaat, diantara hubungan antara

perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis. Memberikan dasar yang

baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas pelanggan, dan

membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of-mouth) yang

(24)

Sedangkan Engel et al. (1990) dalam Tjiptono (1997:24), menyatakan

bahwa kepuasan konsumen merupakan evaluasi purnabeli dimana alternatif

yang dipilih sekurang – kurangnya sama atau melampaui harapan konsumen,

sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan.

2.2.4. Trust In a Brand (Kepercayaan Terhadap Merek)

Kepercayaan memiliki peran yang penting dalam pemasaran industri.

Dinamika lingkungan bisnis yang cepat memaksa pemasaran perusahaan

untuk mencari cara yang lebih kreatif dan fleksibel untuk beradaptasi. Untuk

tetap bertahan dalam situasi tersebut, perusahaan akan mencari cara yang

kreatif melalui pembentukan hubungan yang kolaboratif dengan pelanggan.

Kepercayaan dianggap sebagai cara yang paling penting dalam membangun

dan memelihara hubungan dengan pelanggan dalam jangka panjang

(Tjahyadi, 2006:71).

Kepercayaan terbangun adanya harapan bahwa pihak lain akan

bertindak sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen. Ketika

seseorang telah mempercayai pihak lain maka mereka yakin bahwa harapan

akan terpenuhi dan tak akan ada lagi kekecewaan (Sanner, 1997 dalam

Ferrinadewi, 2007).

Menurut Worcel (1979) dalam Lau and Lee (1999), mendefinisikan

kepercayaan sebagai kesediaan (willingness) individu untuk menguntungkan

(25)

ada pemahaman individu tentang pihak lain yang didasarkan atas pengalaman

masa lalu.

Menurut Delgado (2004) dalam Ferrinadewi (2007) kepercayaan

merek adalah harapan akan kehandalan dan intensi baik merek karena itu

kepercayaan merek merefleksikan dua hal yakni brand reliability dan brand

intentions.

Pemahaman yang lengkap tentang loyalitas merek tidak dapat

diperoleh tanpa penjelasan mengenai kepercayaan terhadap merek (trust in a

brand) dan bagaimana hubungannya dengan loyalitas merek. Dalam

pemasaran industri, para peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan

terhadap sales dan supplier merupakan sumber dari loyalitas. (Riana,

2008:187)

Menurut Lau dan Lee (1999:344), terdapat tiga faktor yang

mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga faktor ini berhubungan

dengan tiga entitas yang tercakup dalam hubungan antara merek dan

konsumen. Adapun ketiga faktor tersebut adalah merek itu sendiri,

perusahaan pembuat merek, dan konsumen.

2.2.5. Dimensi Trust In a Brand

Menurut Riana (2008:193), terdapat tiga faktor yang dapat membentuk

kepercayaan terhadap merek yaitu :

1. Brand characteristic (Karakteristik Merek)

(26)

3. Consumer – brand characteristic (Karakteristik Konsumen-Merek)

1. Brand Characteristic (Karakteristik Merek) Serta Indikatornya

Sudah menjadi kebiasaan pengusaha pabrik untuk menjual barang –

barang yang dihasilkan oleh pabriknya dibubuhi tanda lukisan dan / atau

perkataan untuk membedakannya dari barang – barang sejenis pabrik lain.

Tanda itu disebut “merek”.

Dengan merek tersebut perusahaan mengharapkan agar konsumen

mempunyai kesan positif pada barangnya. Pemberian merek terhadap hasil

produksi ini harus disesuaikan dengan keadaan produk atau perusahaan yang

bersangkutan (Alma, 2002:106).

Berdasarkan definisi klasik dari Jacob & Keyner (1973) dalam

Tjiptono (2000:109), merek memiliki karakteristik :

1. Bersifat bias (non – random)

2. Merupakan respon behavioral (berupa pembelian)

3. Diekspresikan sepanjang waktu

4. Diekspresikan oleh unit pengambilan keputusan

5. Unit pengambilan keputusan mengekspresikan loyalitas merek berkenaan

dengan satu atau lebih alternatif merek dalam serangkaian merek.

6. Merek merupakan fungsi dari proses – proses psikologis (pengambilan

keputusan, evaluatif)

(27)

atribut lain yang melekat pada suatu produk. Merek yang sukses dipersepsi

oleh pelanggan akan memberikan nilai superior (Tandjung, 2004:57).

Indikator Brand characteristic yang digunakan dalam penelitian ini

adalah yang dikembangkan oleh Riana (2008:197) :

a. Merek dengan reputasi tinggi

b. Pengetahuan publik tentang merek

c. Berita positif tentang merek

d. Pengetahuan positif tentang merek

e. Merek konsisten dengan kualitasnya

f. Berbeda dengan merek yang lain

2. Company Characteristic (Karakteristik Perusahaan) Serta Indikatornya

Perusahaan dapat didefinisikan sebagai suatu organisasi produksi yang

menggunakan dan mengkoordinir sumber – sumber ekonomi untuk

memuaskan kebutuhan dengan cara yang menguntungkan (Swastha dan

Sukotjo, 2002:13).

Dalam kehidupan masyarakat, unit kegiatan ekonomi tersebut sering

disebut lembaga sosial. Perusahaan dan lembaga sosial memiliki perbedaan

yang terletak pada kegiatannya yang diarahkan untuk dapat memperoleh laba

atau keuntungan. Walaupun demikian tujuan perusahaan bukan satu –

satunya akan memperoleh laba, tetapi masih terdapat tujuan – tujuan lain

(28)

masyarakat sekitarnya, perkembangan perusahaan, prestise dan membantu

meningkatkan pendapatan pemerintah melalui pajak (Asri dan Suprihanto,

1986:3)

Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu entitas

dengan entitas lainnya. Karakteristik perusahaan merupakan ciri khas yang

dimiliki perusahaan untuk membedakan dengan perusahaan yang lain.

Dimana karakteristik perusahaan tersebut dapat membentuk kepercayaan

konsumen terhadap merek tersebut.

Karakteristik perusahaan yang ada di balik suatu merek akan

berpengaruh terhadap loyalitas merek. Karakteristik perusahaan merupakan

dasar awal pemahaman konsumen terhadap suatu produk. Karakteristik ini

meliputi reputasi suatu perusahaan serta integritas perusahaan di balik merek

tersebut. (Riana, 2008:193).

Indikator Company characteristic dalam penelitian ini dikembangkan

oleh Riana (2008:197) :

a. Kepercayaan terhadap perusahaan

b. Perusahaan tidak akan menipu pelanggan

c. Perhatian perusahaan terhadap pelanggan

(29)

3. Consumer - Brand Characteristic (Karakteristik Konsumen - Merek) Serta Indikatornya

Consumer - brand characteristic merupakan dua kelompok yang

saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen – merek dapat

membentuk kepercayaan terhadap merek. Karakteristik ini meliputi

kemiripan antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek,

kesukaan terhadap merek, dan pengalaman terhadap merek.

Konsep diri merupakan totalitas pemikiran dan perasaan individu

dengan acuan dirinya sebagai objek sehingga sering kali dalam konteks

pemasaran dianalogkan merek sama dengan orang. Suatu merek dapat

memiliki kesan atau kepribadian. Kepribadian merek adalah asosiasi yang

terkait dengan merek yang diingat oleh konsumen dan konsumen dapat

menerimanya. Konsumen sering kali berinteraksi dengan merek seolah – olah

merek tersebut adalah manusia. Dengan demikian, kesamaan antara konsep

diri konsumen dengan kepribadian merek sangat berkaitan dengan

kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut (Riana, 2008:188).

Indikator Consumer – Brand characteristic dalam penelitian ini yang

telah dikembangkan oleh Riana (2008:197) :

a. Ada kesamaan merek dengan emosi pelanggan

b. Merupakan merek favorit

(30)

2.2.6. Brand Loyalty (Loyalitas Merek) Serta Indikatornya

Loyalitas merek (brand loyalty) merupakan suatu konsep yang sangat

penting dalam strategi pemasaran. Keberadaan konsumen yang loyal pada

merek sangat diperlukan agar perusahaan dapat bertahan hidup. Loyalitas

dapat diartikan sebagai suatu komitmen yang mendalam untuk melakukan

pembelian ulang produk atau jasa yang menjadi prereferensinya secara

konsisten pada masa yang akan datang dengan cara membeli ulang merek

yang sama meskipun ada pengaruh situasional dan usaha pemasaran yang

dapat menimbulkan perilaku peralihan (Riana,2008:187).

Aaker (1996) dalam Riana (2008:187), mendefinisikan brand loyalty

sebagai “A measure of the attachment that a costumer has a brand”.

Loyalitas merek menunjukkan adanya suatu ikatan antara pelanggan dengan

merek tertentu dan ini seringkali ditandai dengan adanya pembelian ulang

dari pelanggan. Mowen (2002) dalam Riana (2008:187) mengemukakan

bahwa loyalitas dapat didasarkan pada perilaku pembelian aktual produk

yang dikaitkan dengan proporsi pembelian.

Sedangkan menurut Banks (1968) dalam Badawi (2007), mengatakan

bahwa konsepsi loyalitas merek sama halnya dengan perilaku pembelian

ulang untuk membeli merek produk dan mencegah untuk membeli pada

merek lain.

Perusahaan yang mempunyai basis pelanggan yang mempunyai

(31)

dibandingkan dengan mendapatkan pelanggan baru. Loyalitas merek yang

tinggi dapat meningkatkan perdagangan. Dan dapat menarik minat pelanggan

baru karena mereka memiliki keyakinan bahwa membeli produk bermerek

minimal dapat mengurangi resiko. Keuntungan lain yang didapat dari

loyalitas merek adalah perusahaan dapat lebih cepat untuk merespons

gerakan pesaing.

Secara garis besar, literatur loyalitas pelanggan didominasi dua aliran

utama, yaitu aliran stokastik (behavioral) dan aliran deterministik (sikap).

Dengan kata lain, loyalitas merek dapat ditinjau dari merek apa yang dibeli

konsumen dan bagaimana perasaan atau sikap konsumen terhadap merek

tertentu sebagai berikut (Tjiptono, 2008:77) :

1. Perspektif Behavioral (Stokastik)

Ukuran – ukuran loyalitas berbasis perspektif behavioral didasarkan pada

perilaku pembelian aktual konsumen atau laporan konsumen mengenai

perilaku pembeliannya. Ukuran – ukuran tersebut dapat dikelompokkan

menjadi tiga macam, yaitu :

a. Ukuran proporsi pembelian

Exclusive purchase (undivided loyalty) yaitu loyalitas terjadi

apabila seorang konsumen membeli ulang hanya satu merek

tertentu (loyalitas 100%).

Market-share concept yaitu loyalitas ditentukan berdasarkan

persentase total pembelian merek favorit (merek tunggal yang

(32)

dikatakan loyal apabila persentase pembelian merek favoritnya

melebihi 50%.

Hard-core criterion yaitu ukuran ini pada dasarnya sama dengan

market-share concept, hanya saja cutoff point yang dipakai 75%.

Dual brand loyalty yaitu loyalitas diukur berdasarkan persentase

total pembelian dua merek yang paling sering dibeli.

Triple brand loyalty yaitu loyalitas ditentukan berdasarkan

persentase total pembelian tiga merek yang paling sering dibeli.

b. Ukuran urutan pembelian

Divided loyalty yaitu kondisi ini terjadi manakala konsumen

loyal pada dua merek dengan pola pembelian ABABABAB atau

AAABBAABBB.

Unstable loyalty (switch loyalty) yaitu situasi ini berlangsung

apabila konsumen secara konsisten membeli sebuah merek

selama periode waktu tertentu dan kemudian beralih membeli

merek lain secara konsisten (contohnya, AAABBB).

Occasional switch yaitu konsumen cenderung setia pada sebuah

merek spesifik, namun kadang – kadang mencoba merek lainnya

(contohnya, AABAAACAADA)

Brand indifference (non-loyalty) yaitu konsumen tidak loyal pada

(33)

Three-in-a-row criterion yaitu konsumen dianggap loyal pada

merek tertentu manakala ia membeli merek tersebut tiga kali atau

lebih secara berturut – turut.

c. Ukuran probabilitas pembelian

Ukuran ini mengombinasikan proporsi dan urutan pembelian

berdasarkan sejarah pembelian yang dilakukan pelanggan dalam

periode yang relatif lama.

2. Perspektif Sikap (Deterministik)

Perspektif ini berfokus pada komitmen psikologis konsumen dalam

pembelian, tanpa perlu mempertimbangkan secara spesifik perilaku

pembelian efektif (aktual). Berbeda dengan aliran behavioral yang

mengoperasionalisasikan loyalitas sebagai dikotomi antara loyal dan tidak

loyal, perspektif sikap mengukur loyalitas sebagai skala interval atau

kontinum (a degree of loyalty). Karena itu, tujuan utama pengukuran

loyalitas berdasarkan perspektif sikap bukanlah untuk mengetahui apakah

seseorang loyal atau tidak, namun untuk memahami intensitas loyalitasnya

terhadap merek atau toko tertentu. Contoh – contoh ukuran loyalitas

berbasis perspektif deterministik meliputi :

Brand preference yaitu konsumen dianggap loyal terhadap merek yang

disebutnya sewaktu menjawab pertanyaan “Merek apa yang paling

(34)

Constancy of preference yaitu loyalitas disimpulkan apabila ada

kesamaan atau konstansi sikap positif terhadap merek spesifik selama

periode beberapa tahun.

Brand name loyalty yaitu tingkat loyalitas diukur berdasarkan jawaban

responden terhadap item pernyataan dalam rating 7 poin skala Likert

berikut “Saya memilih produk yang dibeli berdasarkan nama merek

favorit saya, bukan atas dasar harga”

Jarak antara acceptance region dan neutrality region. Yaitu semakin

jauh jarak antara accepted brands dan neutral brands semakin besar

tingkat loyalitas merek attitudinal.

Proporsi atau jumlah merek dalam acceptance region. Yaitu semakin

banyak jumlah merek aktual yang berada dalam acceptance region,

semakin besar kecenderungan terjadinya multibrand loyalty dan

semakin kecil kecenderungan terjadinya unibrand loyalty.

Proporsi atau jumlah merek dalam rejection region. Yaitu semakin

besar jumlah merek dalam rejection region semakin besar pula tingkat

loyalitas konsumen terhadap merek – merek yang berada dalam

acceptance region.

Indikator brand loyalty yang digunakan dalam penelitian ini adalah

yang dikembangkan oleh Astuti dan Cahyadi (2007:152) :

a. Terus menggunakan merek tertentu

(35)

2.2.7. Pengaruh Trust In a Brand Terhadap Brand Loyalty

Merek sangat penting dalam situasi persaingan yang tidak terkendali.

Pelanggan paling mudah untuk mengenali merek dibandingkan atribut –

atribut lain yang melekat pada suatu produk. Merek yang sukses dipersepsi

oleh pelanggan akan memberikan nilai superior (Tandjung, 2004:57).

Konsep trust (kepercayaan) menjadi suatu isu yang populer dalam

bidang pemasaran dengan munculnya orientasi relasional dalam aktivitas

pemasaran. Trust dipandang sebagai dasar dalam hubungan dengan

konsumen dan trust merupakan atribut terpenting yang dimiliki oleh merek.

Para peneliti pemasaran menyatakan bahwa trust merupakan faktor

fundamental yang dapat mengembangkan loyalitas konsumen (Riana,

2008:188).

Menurut Riana (2008:193), terdapat tiga faktor yang dapat membentuk

kepercayaan terhadap merek yaitu brand characteristic, company

characteristic, dan consumer – brand characteristic. Selanjutnya

kepercayaan terhadap merek akan menimbulkan loyalitas merek. Hubungan

ketiga faktor tersebut dengan kepercayaan merek dapat digambarkan sebagai

berikut :

Brand characteristic mempunyai peran yang sangat penting dalam

menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu

merek. Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum

membeli. Karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek

(36)

Company characteristic yang ada dibalik merek akan berpengaruh

terhadap loyalitas merek. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang

ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal pemahaman

konsumen terhadap merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi reputasi

suatu perusahaan, motivasi perusahaan yang diinginkan, dan integritas suatu

perusahaan

Consumer – brand characteristic merupakan totalitas pemikiran dan

perasaan individu dengan acuan dirinya sebagai objek sehingga sering kali

dalam konteks pemasaran dianalogkan merek sama dengan orang. Konsumen

sering kali berinteraksi dengan merek seolah – olah merek tersebut adalah

manusia sehingga kesamaan antara konsep diri konsumen dengan merek

dapat membangun kepercayaan terhadap merek.

Konsep diri merupakan totalitas pemikiran dan perasaan individu

dengan acuan dirinya sebagai objek sehingga sering kali dalam konteks

pemasaran dianalogkan merek sama dengan orang. Suatu merek dapat

memiliki kesan atau kepribadian. Kepribadian merek adalah asosiasi yang

terkait dengan merek yang diingat oleh konsumen dan konsumen dapat

menerimanya. Konsumen sering kali berinteraksi dengan merek seolah – olah

merek tersebut adalah manusia. Dengan demikian, kesamaan antara konsep

diri konsumen dengan kepribadian merek sangat berkaitan dengan

kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut.

(37)

Untuk mengawali hubungan suatu kelompok harus disukai atau mendapat

simpati dari kelompok yang lain. Bagi konsumen, untuk membuka hubungan

dengan suatu merek, maka konsumen harus menyukai dahulu merek tersebut.

Konsumen yang memiliki kepercayaan pada merek membuat

konsumen tidak akan pindah ke merek lain. Jika trust in a brand yang

dimiliki oleh konsumen meningkat maka brand loyalty juga akan meningkat.

Hal ini akan menguntungkan perusahaan karena konsumen menjadi loyal

pada suatu merek. Loyalitas merek sangat dibutuhkan agar perusahaan dapat

bertahan hidup. Di samping itu, upaya mempertahankan loyalitas merek ini

merupakan upaya strategis yang lebih efektif dibandingkan dengan upaya

menarik pelanggan baru.

Ketika pelanggan percaya terhadap sebuah merek, dan memperlihatkan

keinginannya untuk bersandar pada merek tersebut, maka pelanggan tersebut

mungkin akan membentuk maksud pembelian yang positif pada merek itu.

Sehingga, loyalitas merek akan tergantung pada tingkat kepercayaan

pelanggan pada merek tersebut. Ketika pelanggan percaya pada suatu merek,

maka pelanggan tersebut mungkin akan lebih menunjukkan sikap dan

perilaku positif kepada suatu merek karena merek tersebut memberikan hasil

(38)

2.3. Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah penelitian maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

“Diduga trust in a brand berpengaruh positif terhadap brand loyalty pada

konsumen obat flu merek Mixagrip di Surabaya Selatan”.

   

Brand Characteristic

( X1)

Company Characteristic

( X2)

Consumer-Brand Characteristic

( X3)

Trust In a Brand ( X )

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu

variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti atau menspesifikasikan

kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk

mengukur konstrak atau variabel tersebut.

Untuk kemudahan dalam memahami penelitian ini serta menghindari

kesalahan persepsi, maka perlu diuraikan definisi operasional variabel –

variabel yang akan diteliti. Variabel – variabel tersebut adalah :

A.Trust in a brand (X), merupakan kepercayaan konsumen dalam

mengkonsumsi obat flu Mixagrip

1. Brand Characteristic (X1)

merupakan karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan

konsumen terhadap obat flu Mixagrip dalam melakukan penilaian sebelum

membeli. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Riana,

2008:197) :

a. Merek dengan reputasi tinggi (X1.1)

merupakan reputasi yang dicapai bahwa obat flu Mixagrip dapat

(40)

b. Pengetahuan publik tentang merek (X1.2)

merupakan pengetahuan umum tentang komposisi yang terkandung pada

obat flu Mixagrip.

c. Berita positif tentang merek (X1.3)

merupakan informasi yang beredar di masyarakat bahwa obat flu Mixagrip

tidak menimbulkan efek samping.

d. Pengetahuan konsumen tentang merek (X1.4)

merupakan pengetahuan konsumen mengenai komposisi yang terkandung

dalam obat flu Mixagrip.

e. Merek yang konsisten dengan kualitasnya (X1.5)

merupakan ketetapan obat flu Mixagrip dengan kualitas komposisinya dari

awal.

f. Berbeda dengan merek yang lain (X1.6)

merupakan perbedaan komposisi, kemasan, harga antara obat flu Mixagrip

dengan merek lain yang sejenis.

2. Company Characteristic (X2)

Merupakan pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada dibalik

obat flu Mixagrip. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(Riana, 2008:197) :

a. Kepercayaan terhadap perusahaan (X2.1)

merupakan tingkat kepercayaan konsumen terhadap perusahaan yang

(41)

b. Perusahaan tidak akan menipu pelanggan (X2.2)

merupakan kejujuran perusahaan obat flu Mixagrip dalam melayani

pelanggan.

c. Perhatian perusahaan terhadap pelanggan (X2.3)

merupakan perhatian perusahaan Mixagrip terhadap keluhan para

pelanggannya.

d. Keyakinan pelanggan terhadap produk perusahaan (X2.4)

merupakan keyakinan yang dimiliki oleh pelanggan untuk mengkonsumsi

produk yang dihasilkan oleh perusahaan obat flu Mixagrip.

3. Consumer – Brand Characteristic (X3)

Merupakan totalitas pemikiran dan perasaan individu dengan acuan

dirinya sebagai objek. Indikator dalam penelitian ini adalah (Riana,

2008:197) :

a. Ada kesamaan merek dengan emosi pelanggan (X3.1)

merupakan persepsi yang diciptakan obat flu Mixagrip pada pelanggan

untuk memberi kepuasan dalam mengkonsumsinya agar cepat sembuh.

b. Merupakan merek favorit (X3.2)

merupakan pilihan konsumen dimana pilihannya jatuh pada obat flu merek

Mixagrip yang sesuai dengan kebutuhannya.

c. Merek yang sesuai dengan kepribadian pelanggan (X3.3)

merupakan tingkat kesesuaian komposisi dan efek samping antara obat flu

(42)

B.Brand Loyalty (Y)

Mencerminkan seberapa jauh kecenderungan pelanggan untuk berganti ke

merek lain. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Astuti

dan Cahyadi, 2007:152) :

a. Terus menggunakan merek tertentu (Y1)

merupakan kesetiaan konsumen pada obat flu merek Mixagrip untuk terus

menggunakan merek tersebut.

b. Merekomendasikan kepada konsumen yang lain (Y2)

merupakan pemberian informasi oleh konsumen kepada konsumen lainnya

untuk memilih obat flu merek Mixagrip tersebut.

c. Tidak terpengaruh oleh promosi merek lain (Y3)

merupakan bentuk kesetiaan konsumen pada obat flu merek Mixagrip dan

tidak mudah terpengaruh oleh promosi merek lain.

Skala pengukuran yang dipergunakan untuk 3 variabel tersebut adalah

skala semantic differensial. Skala ini disusun dalam suatu garis kontinu

dengan jawaban sangat positifnya terletak di sebelah kanan, jawaban sangat

negatifnya terletak di sebelah kiri atau sebaliknya. Skala data yang digunakan

adalah skala interval 1 sampai 7, digambarkan sebagai berikut :

(43)

3.2. Teknik Penentuan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk

peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang

menjadi pusat perhatian peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah

konsumen yang membeli dan mengkonsumsi produk obat flu merek Mixagrip

di Surabaya Selatan.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:56). Teknik penarikan sampel dalam

penelitian ini menggunakan purposive sampling yaitu sampel yang dipilih

berdasarkan atas ciri – ciri atau karakteristik yang sudah ditetapkan untuk

mencapai tujuan atau maksud tertentu. Karakteristik sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah konsumen di Surabaya Selatan berusia minimal

17 tahun yang membeli dan mengkonsumsi obat flu Mixagrip lebih dari dua

kali.

Pedoman pengukuran sampel menurut Ferdinand (2002:48) :

a. 100 – 200 sampel untuk teknik maximum Likelihood Estimation.

b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya adalah

(44)

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh variabel

laten. Jumlah sampel adalah jumlah indikator dikali 5-10. Bila terdapat 20

indikator, besarnya sampel adalah 100 – 200.

d. Sedangkan jenis pengambilan sampel didasari oleh analisis SEM bahwa

besarnya sampel yaitu 5-10 kali parameter yang diestimasi.

Pada penelitian ini terdapat 16 indikator, maka 16 x 8 = 128.

Berdasarkan hasil perkalian tersebut didapatkan jumlah responden sebesar

128 responden.

3.3. Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden di lapangan dengan

penelitian sendiri. Data tersebut diperoleh dengan penelitian

menggunakan kuesioner terhadap konsumen potensial yaitu konsumen

yang pernah mengkonsumsi obat flu Mixagrip.

b. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh peneliti berasal dari studi kepustakaan dan

sumber lain yang mendukung berkaitan dengan masalah yang diteliti

dapat diperoleh melalui buku teks, artikel, jurnal, internet, dan sumber

(45)

3.3.2. Sumber Data

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini berasal dari konsumen

yang membeli dan mengkonsumsi obat flu merek Mixagrip di Surabaya

Selatan sebagai responden dalam penelitian.

3.3.3. Pengumpulan Data a. Metode Wawancara

Merupakan teknik yang dipakai dalam pengumpulan data dengan

mewawancarai langsung kepada responden untuk keterangan yang lebih

mendalam mengenai hal – hal yang diperlukan dalam penelitian.

b. Metode Kuesioner

Merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebarkan daftar

pertanyaan (angket) kepada responden untuk memperoleh informasi

langsung.

3.4. Teknik Analisis Data

Model yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

adalah Structural Equation Modeling (SEM). Model pengukuran faktor

menggunakan Confirmatory Factor Analysis. Penaksiran pengaruh masing –

masing variabel bebas terhadap variabel terikatnya menggunakan koefisien

jalur. Langkah – langkah dalam analisis SEM model pengukuran dengan

(46)

Persamaan dimensi faktor persepsi :

X1.1 = 1 Consumer Brand Characteristic + er_1

X1.2 = 2 Consumer Brand Characteristic + er_2

X1.3 = 3 Consumer Brand Characteristic + er_3

Bila persamaan di atas dinyatakan dalam sebuah pengukuran model

untuk diuji unidimensionalitasnya melalui confirmatory factor analysis, maka

model pengukuran dengan contoh faktor persepsi akan tampak sebagai

berikut :

Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor Consumer Brand

Characteristic

Keterangan :

X1.1 = Pertanyaan tentang adanya kesamaan merek dengan emosi pelanggan

X1.2 = Pertanyaan tentang merupakan merek favorit

X1.3 = Pertanyaan tentang merek yang sesuai dengan kepribadian pelanggan

er_j = error term xij er_1 

er_2 

er_3 

X1.1 

X1.2 

X1.3 

(47)

Demikian juga faktor lain seperti brand characteristic dan company

characteristic.

1. Asumsi Model (Structural Equation Modeling) a. Uji Normalitas Sebaran dan Linieritas

1) Normalitas dapat diuji dengan melihat gambar histogram data atau dapat

diuji dengan metode – metode statistik.

2) Menggunakan Critical Ratio yang diperoleh dengan membagi koefisien

sampel dengan standar errornya dan Skewness Value yang biasanya

disajikan dalam statistik deskriptif dimana nilai statistik untuk menguji

normalitas itu disebut juga Z – Value. Pada tingkat signifikansi 1 %, jika

nilai Z lebih besar dari nilai kritis, maka dapat diduga bahwa distribusi

data adalah tidak normal.

3) Normal Probability Plot (SPSS 10.1)

4) Liniearitas dengan mengamati scatterplots dari data yaitu dengan memilih

pasangan data dan dilihat pola penyebarannya untuk menduga ada

tidaknya liniearitas.

b. Evaluasi atas Outlier

1) Mengamati nilai Z – score : ketentuannya diantara ± 3.0 non outlier.

2) Multivariate outlier diuji dengan kriteria jarak Mahalanobis pada tingkat

ρ < 0,001. Jarak diuji dengan Chi-Square (X2

) pada df sebesar jumlah

variabel bebasnya. Ketentuan : bila Mahalanobis > dari nilai X2 adalah

(48)

3) Outlier adalah observasi atau data yang memiliki karakteristik unik yang

terlihat sangat berbeda jauh dari observasi – observasi lainnya dan muncul

dalam bentuk nilai ekstrim untuk sebuah variabel tunggal atau variabel

kombinasi (Hair, 1998).

c. Deteksi Multicolinearity dan Singularity

Dengan mengamati Determinan matriks cavarians. Dengan ketentuan apabila

determinan sample matrix mendekati angka 0 (kecil). Maka terjadi

multikolinearitas dan singularitas (Tabachnick & Fidell, 1996).

d. Uji Validitas dan Reliabilitas

Validitas menyangkut tingkat akurasi yang dicapai oleh sebuah indikator dalam

menilai sesuatu atau akuratnya pengukuran atas apa yang seharusnya diukur.

Sedangkan reliabilitas adalah ukuran mengenai konsistensi internal dari

indikator – indikator sebuah konstruk yang menunjukkan derajat sampai

dimana masing – masing indikator itu mengindikasikan sebuah konstruk yang

umum.

Karena indikator multidimensi maka uji validitas dari setiap latent variabel

construct akan diuji dengan melihat loading faktor dari hubungan antara setiap

observed variabel dan latent variabel construct reliability dan variance –

(49)

Construct Liability =

Variance Extracted =

Sementara εј dapat dihitung dengan formula εј = 1 – (standardize loading)2

secara umum, nilai construct reliability yang dapat diterima adalah ≤ 0,7 dan

variance extracted≥ 0,5 (hair et. al. 1998). Standardize loading dapat diperoleh

dari output AMOS 4.01 dengan melihat nilai estimasi setiap construct

standardize regression weights terhadap setiap butir sebagai indikatornya.

2. Pengujian Hipotesis dan Hubungan Kausal

Pengaruh langsung (koefisien jalur) diamati dari bobot regresi terstandar

dengan pengujian signifikansi pembanding nilai CR (Critical Ratio) atau ρ

(probability) yang sama dengan nilai t hitung. Apabila t hitung lebih besar

daripada t tabel berarti signifikan.

3. Evaluasi Model

Hair et.al. (1998) menjelaskan bahwa pola “confirmatory” menunjukkan

prosedur yang dirancang untuk mengevaluasi utilitas hipotesis – hipotesis

dengan pengujian fit antara model teoritis dan data empiris. Jika model teoritis

menggambarkan “good fit” dengan data, maka model dianggap sebagai yang

diperkuat. Sebaliknya, suatu model teoritis tidak diperkuat jika teori tersebut

(50)

“good fit” atau “poor fit” jadi, “good fit” model yang diuji sangat penting

dalam penggunaan structural equation modelling.

Pengujian terhadap model yang dikembangkan dengan berbagai kriteria

goodness of fit, yakni chi – square, probability, RMSEA, GFI, TLI, CFI, AGFI,

CMIN/DF. Apabila model awal tidak good fit dengan data maka model

dikembangkan dengan pendekatan two step approach to SEM.

Tabel 3.1. GOODNESS OF FIT INDICES

GOODNESS

OF FIT INDEX

KETERANGAN CUT – OFF

VALUE

X – Chi square Menguji apakah covariance populasi yang destimasi sama dengan covariance sample (apakah

model sesuai dengan data)

Diharapkan kecil, 1 s/d 5 atau paling

baik diantara 1 dan 2

Probability Uji signifikansi terhadap perbedaan matriks

covariance data dan matriks covariance yang diestimasi

Minimum 0.1 atau

0.2 atau ≥ 0.05

RMSEA Mengkompensasi kelemahan Chi – square pada sampel besar

≤ 0.08

GFI Menghitung proporsi tertimbang varians dalam

matriks sample yang dijelaskan oleh matriks covariance populasi yang diestimasi (analog

dengan R2 dalam regresi berganda)

0 sampai dengan 1

AGFI GFI yang disesuaikan terhadap DF ≥ 0.90

CMIN / DF Kesesuaian antara data dan model ≤ 2.00

TLI Pembandingan antara model yang diuji terhadap

baseline model

≥ 0.95

CFI Uji kelayakan model yang tidak sensitive terhadap besarnya sample dan kerumitan model

(51)

1. X2 – Chi Square Statistic

Alat uji paling fundamental untuk mengukur overall fit adalah Likelihood Ratio

Chi Square Statistic. Chi – Square ini bersifat sangat sensitif terhadap besarnya

sampel yang digunakan. Karenanya bila jumlah sampel cukup besar [lebih dari

200], statistik Chi – Square ini harus didampingi oleh alat uji lain. Model yang

uji akan dipandang baik atau memuaskan bila nilai Chi – Square-nya rendah.

Semakin kecil nilai X2 semakin baik model itu. Karena tujuan analisis adalah

mengembangkan dan menguji sebuah model yang sesuai dengan data atau yang

fit terhadap data, maka yang dibutuhkan justru sebuah nilai X2 yang kecil dan

tidak signifikan.

X2 bersifat sangat sensitif terhadap besarnya sampel yaitu terhadap sampel yang

terlalu kecil maupun yang terlalu besar. Penggunaan Chi – Square hanya sesuai

bila ukuran sampel antara 100 dan 200. Bila ukuran sampel ada di luar rentang

itu, uji signifikan akan menjadi kurang reliabel. Oleh karena itu pengujian ini

perlu dilengkapi dengan alat uji lain.

2. RMSEA – The Root Mean Square Error Of Approximation

RMSEA adalah sebuah indeks yang dapat digunakan mengkompensasi Chi –

Square Statistic dalam sampel yang besar. Nilai RMSEA menunjukkan

Goodness Of Fit yang dapat diharapkan bila model diestimasi dalam populasi

nilai RMSEA yang lebih kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk

dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit dari model itu

(52)

3. GFI – Goodness of Fit Index

GFI adalah analog dari R2 dalam regresi berganda. Indeks kesesuaian ini akan

menghitung proporsi tertimbang dari varian dalam matrix kovarians sampel

yang dijelaskan oleh matrix kovarians populasi yang terestimasi. GFI adalah

sebuah ukuran non – statistikal yang mempunyai rentang nilai antara 0 [Poor

Fit] sampai dengan 1.0 [Perfect Fit]. Nilai yang tinggi dalam indeks ini

menunjukkan sebuah ‘better fit’.

4. AGFI – Adjusted Goodness of Fit Index

AGFI = GFI/DF tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila AGFI

mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90. GFI maupun AGFI

adalah kriteria yang memperhitungkan proporsi tertimbang dari varians dalam

sebuah matriks kovarians sampel. Nilai sebesar 0,95 dapat diinterpretasikan

sebagai tingkatan yang baik [Good Overal Model Fit] sedangkan besaran nilai

antara 0,90 – 0,95 menunjukkan tingkatan cukup [Adequate Fit].

5. TLI – Tucker Lewis Index

TLI adalah sebuah alternatif incremental fit indeks yang membandingkan

sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model. Nilai yang

direkomendasikan sebagai acuan untuk diterimanya sebuah model adalah

penerimaan ≥ 0,95 dan nilai yang sangat mendekati 1 menunjukkan a very good

(53)

6. CMIN/DF (Minimum sampel discrepancy function / Degrees of Freedom)

CMIN/DF sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat fitnya sebuah

model. Dalam hal ini CMIN/DF tidak lain adalah statistik Chi – Square, X2

dibagi Dfnya sehingga disebut X2 relatif.

Nilai X2 relatif kurang dari 2,0 atau bahkan kadang kurang dari 3,0 adalah

indikasi dari acceptable fit antara model dan data. Nilai X2 relatif yang tinggi

menandakan adanya perbedaan yang signifikan antara matriks kovarians yang

diobservasi dan yang diestimasi.

7. CFI – Comparative Fit Index

Besaran indeks ini adalah pada rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin

mendekati 1 mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi [A Very Good Fit].

Nilai yang direkomendasikan adalah CFI > 0,95. Keunggulan dari indeks ini

besarannya tidak dipengaruhi oleh ukuran sampel karena itu sangat baik untuk

mengukur tingkat penerimaan sebuah model. Indeks CFI adalah identik dengan

Relative Noncentrality Indeks (RNI).

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian 4.1.1. Sejarah Perusahaan

Didirikan pada 10 September 1966, PT Kalbe Farma Tbk telah

jauh berkembang dari awal mulanya sebagai usaha farmasi yang dikelola

di garasi rumah pendirinya di wilayah Jakarta Utara. Selama lebih dari 40

tahun sejarah Perseroan, pengembangan usaha telah gencar dilakukan

melalui akuisisi strategis terhadap perusahaan-perusahaan farmasi lainnya,

membangun merek-merek produk yang unggul dan menjangkau

Pasar internasional dalam rangka transformasi Kalbe menjadi

perusahaan produk kesehatan serta nutrisi yang terintegrasi dengan daya

inovasi, strategi pemasaran, pengembangan merek, distribusi, kekuatan

keuangan, keahlian riset dan pengembangan serta produksi yang sulit

ditandingi dalam mewujudkan misinya untuk meningkatkan kesehatan

untuk kehidupan yang lebih baik.

Grup Kalbe telah menangani portofolio merek yang handal dan

beragam untuk produk obat resep, obat bebas, minuman energi dan nutrisi,

yang dilengkapi dengan kekuatan bisnis usaha kemasan dan distribusi

yang menjangkau lebih dari 1 juta outlet. Perseroan telah berhasil

(55)

masing-namun juga di berbagai pasar internasional, dengan produk-produk

kesehatan dan obat-obatan yang telah senantiasa menjadi andalan keluarga

seperti Promag, Mixagrip, Woods, Komix, Prenagen dan Extra Joss. Lebih

jauh, pembinaan dan pengembangan aliansi dengan mitra kerja

internasional telah mendorong pengembangan usaha Kalbe di pasar

internasional dan partisipasi dalam proyek-proyek riset dan pengembangan

yang canggih serta memberi kontribusi dalam penemuan terbaru di dalam

bidang kesehatan dan farmasi termasuk riset sel punca dan kanker.

Pelaksanaan konsolidasi Grup pada tahun 2005 telah memperkuat

kemampuan produksi, pemasaran dan keuangan Perseroan sehingga

meningkatkan kapabilitas dalam rangka memperluas usaha Kalbe baik di

tingkat lokal maupun internasional. Saat ini, Kalbe adalah salah satu

perusahaan farmasi terbesar di Asia Tenggara yang sahamnya telah dicatat

di bursa efek dengan nilai kapitalisasi pasar di atas US$ 1 miliar dan

penjualan melebihi Rp 7 triliun. Posisi kas yang sangat baik saat ini juga

memberikan fleksibilitas yang luas dalam pengembangan usaha Kalbe di

masa mendatang. (http://kalbe.co.id)

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.1. Deskripsi Karakteristik Responden

Data mengenai keadaan responden dapat diketahui melalui

(56)

kuesioner yang telah diberikan. Dari jawaban-jawaban tersebut diketahui

hal-hal seperti dibawah ini.

a. Jenis kelamin

Dari 128 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan

dapat diketahui jenis kelamin dari responden yakni pada tabel dibawah

ini :

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-laki 52 41%

2 Wanita 76 59%

Total 128 100%

Sumber : Data kuesioner diolah

b. Usia

Dari 128 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan

dapat diketahui usia para responden yakni pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Prosentase (%)

Sumber : Data kuesioner diolah

c. Pekerjaan

Dari 128 responden yang menjawab kuesioner yang telah diberikan

dapat diketahui pekerjaan para responden yakni pada tabel dibawah

(57)

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No. Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase (%)

1 Pegawai Negeri 39 30%

Sumber : Data kuesioner diolah

4.2.2. Deskripsi Variabel Trust in a Brand (X)

4.2.2.1. Deskripsi Variabel Brand Characteristic (X1)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 128 orang diperoleh jawaban sebagai

berikut :

Tabel 4.4 Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Brand Characteristic (X1)

Skor Jawaban No Pertanyaan

1 2 3 4 5 6 7 Total

1

Anda memilih obat flu Mixagrip karena merupakan merek dengan reputasi tinggi

0 0 0 5 58 53 12 128

2

Anda mengetahui bahwa Mixagrip adalah obat flu yang sudah dikenal oleh masyarakat

0 0 0 0 45 62 21 128

3

Anda memilih obat flu Mixagrip berdasarkan berita positif yang anda peroleh tentang merek tersebut

0 0 2 6 68 49 3 128

4 Anda mempunyai pengetahuan

tentang merek obat flu Mixagrip 0 0 0 8 47 63 10 128

5 Obat flu Mixagrip selalu konsisten dengan kualitasnya dari awal 0 0 0 8 35 67 18 128

6

Obat flu Mixagrip memiliki perbedaan dengan merek lain yang sejenis

0 0 3 22 64 32 7 128

Total 0 0 5 49 317 326 71

(58)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban

yang diberikan responden dapat dikatakan setuju dengan pernyataan yang

diajukan mengenai brand characteristic. Hal tersebut ditunjukkan dengan

besarnya total skor yang berada pada skor 6 dengan jumlah sebesar 326

jawaban. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa responden memilih obat

flu Mixagrip karena merupakan merek dengan reputasi tinggi, responden

mengetahui bahwa Mixagrip adalah obat flu yang sudah dikenal oleh

masyarakat, responden memilih obat flu Mixagrip berdasarkan berita

positif yang diperoleh tentang merek tersebut, responden mempunyai

pengetahuan tentang merek obat flu Mixagrip, obat flu Mixagrip selalu

konsisten dengan kualitasnya dari awal, dan obat flu Mixagrip memiliki

perbedaan dengan merek lain yang sejenis.

4.2.2.2. Deskripsi Variabel Company Characteristic (X2)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner yang dilakukan kepada

para responden yang berjumlah 128 orang diperoleh jawaban sebagai

(59)

Tabel 4.5 Hasil Jawaban Responden untuk Pertanyaan Company

Anda percaya terhadap

perusahaan yang memproduksi obat flu

Mixagrip

0 0 0 9 24 74 21 128

2

Anda yakin pada kejujuran perusahaan obat flu Mixagrip tersebut tidak akan menipu pelanggan

0 0 0 5 50 60 13 128

3

Perusahaan obat flu Mixagrip memberi perhatian lebih terhadap para pelanggannya

0 0 2 9 55 52 10 128

4

Anda yakin terhadap produk obat flu Mixagrip yang anda pilih

0 0 0 3 42 65 18 128

Total 0 0 2 26 171 251 62

Sumber : Hasil Penyebaran Kuesioner (Lampiran)

Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner diketahui bahwa jawaban

yang diberikan responden dapat dikatakan setuju dengan pernyataan yang

diajukan mengenai company characteristic. Hal tersebut ditunjukkan

dengan besarnya total skor yang berada pada skor 6 dengan jumlah sebesar

251 jawaban. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa responden percaya

terhadap perusahaan yang memproduksi obat flu Mixagrip, responden

yakin pada kejujuran perusahaan obat flu Mixagrip tersebut tidak akan

menipu pelanggan, perusahaan obat flu Mixagrip memberi perhatian lebih

terhadap para pelanggannya, dan responden yakin terhadap produk obat

Gambar

Tabel 1.1 : Peringkat Tiga Besar Obat Flu Tahun 2008 s/d 2010
Gambar 3.1 : Contoh Model Pengukuran Faktor Consumer Brand
Tabel 3.1. GOODNESS OF FIT INDICES
Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Daerah sempadan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Menteri atau menteri yang terkait dengan bidang sumber daya air atau pemerintah daerah sesuai dengan

Sutardi (2008) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa, terdapat hubungan yang signifikan antara supervisi akademik dengan kinerja kepala sekolah di SMP N Kabupaten

pelanggan akan pelayanan yang diterima. Tentunya pelayanan yang diberikan memberikan suatu jaminan kepercayaan yang maksimal. 9) Competence (kompetensi) yaitu keterampilan yang

Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Hasil Belajar Matematika Materi Garis Singgung Lingkaran. Belajar matematika merupakan suatu proses pembelajaran

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat terselesaikannya Skripsi dengan judul “EVALUASI POSTUR KERJA DAN STASIUN

(2) lulusan terbaik (cumlaude/dengan pujian) dibuktikan dengan fotokopi Ijazah dan Transkrip Nilai, dilegalisir sekurang-kurangnya oleh Dekan atau yang sederajat. b)

Faculty of Industrial Technology Universitas Bung Hatta Padang, West Sumatera,

Metode dakwah ruqyah yang digunakan oleh Ustadz Alif Muttaqin yakni melalui Metode terapi dan Metode Self.. Layaknya setiap perjuangan, pasti ada faktor pendukung