• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI OCEAN ECOPARK DI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA DENISSA VIKADITYA PARAMASTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN REKREASI OCEAN ECOPARK DI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA DENISSA VIKADITYA PARAMASTRI"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

DI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA

DENISSA VIKADITYA PARAMASTRI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(2)

Dengan ini, saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Ocean Ecopark di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara” adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi, baik yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan pada Daftar Pustaka skripsi ini.

Bogor, Desember 2012

Denissa Vikaditya Paramastri A44080023

(3)

DENISSA VIKADITYA PARAMASTRI. Recreation Landscape Management

of Ocean Ecopark at Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara. Supervised by

WAHJU QAMARA MUGNISJAH.

In this modern era, recreation becomes an important element for human life. Recreational options are increasingly diverse and interesting. Along with the rise of the enviromental sustainability issue and the high human need for a recreational green open space, recreational areas associated with nature is more and more popping up. Taman Impian Jaya Ancol being one of recreation industry that can answer the needs of society quickly. This is indicated by the presence of a new recreation area that offers the comfort of the environment with a large green open spaces, namely Ocean Ecopark . The success and sustainability of recreational places are determined by a good management system. From intership activity in Ocean Ecopark, the student expected to learn the process of managing recreation areas in depth and provide an alternative landscape management strategies for solving any problems arise. To solve the problems, student used alternative strategies using SWOT analysis that produced seven points to be input for the Ocean Ecopark management.

(4)

DENISSA VIKADITYA PARAMASTRI. PENGELOLAAN LANSKAP

KAWASAN REKREASI OCEAN ECOPARK DI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA. Dibimbing oleh WAHJU QAMARA

MUGNISJAH.

Di era modern ini rekreasi menjadi unsur penting bagi kehidupan manusia. Kegiatan rekreasi ini bertujuan melepas kejenuhan akan rutinitas sehari-hari. Rekreasi juga berdampak positif bagi kehidupan manusia karena dapat menimbulkan rasa senang dan menghilangkan stress. Taman rekreasi menjadi salah satu alternatif wisata untuk melepaskan kepenatan dari rutinitas keseharian. Pilihan tempat rekreasi pun semakin beragam dan menarik. Seiring dengan maraknya isu tentang kelestarian lingkungan dan tingginya kebutuhan manusia akan ruang terbuka hijau yang rekreatif, tempat rekreasi yang berhubungan dengan alam pun semakin banyak bermunculan. Taman Impian Jaya Ancol menjadi salah satu industri rekreasi yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat dengan cepat, hal ini ditunjukkan dengan hadirnya tempat rekreasi baru yang menawarkan kenyamanan lingkungan dengan ruang terbuka hijau yang luas, yaitu Ocean Ecopark. Ocean Ecopark adalah tempat rekreasi yang mengedepankan kelangsungan ekosistem alam sehingga masyarakat tidak hanya menikmati wahana rekreasi, tetapi juga dapat menikmati lingkungan yang serasi dengan alam. Selain itu, Ocean Ecopark juga menyajikan kepada masyarakat akan arti pentingnya membangun lingkungan yang kondusif bagi pengembangan sebuah ekosistem dan keragaman hayati.

Dalam kegiatan magang yang dilaksanakan di bawah bimbingan Manager Operasional dan Kepala Bagian Pemeliharaan Lingkungan Ocean Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol, dipelajari sistem pengelolaan yang diterapkan dalam suatu kawasan rekreasi. Mahasiswa mempelajari sistem organisasi perusahaan serta alur koordinasinya, serta berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengelolaan baik secara administratif maupun operasional di lapang. Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung, wawancara pihak pengelola dan instansi terkait, penyebaran kuisioner, dan studi literatur.

Pengelohan Data dari lapang dianalsis menggunakan analisis deskriptif, analisis IPA, dan analisis SWOT. Analisis deskriptif dilakukan untuk menganalisis segala aspek baik kondisi umum maupun pengelolaan. Analisis IPA dilakukan untuk menganalisis kuisioner yang disebar kepada pengunjung. Melalui analisis IPA ini dapat diketahui atribut-atribut apa saja yang menjadi prioritas utama, prestasi, prioritas rendah, ataupun atribut yang mendapatkan perlakuan terlalu berlebih oleh pihak pengelola. Dari analisis deskriptif, analisis IPA, dan wawancara dari pihak internal maupun eksternal yang terkait dengan Ocean Ecopark sehingga didapatkan kekuatan, kelemahan, peluang, serta ancaman yang kemudian dianalisis dengan menggunakan metode SWOT. Metode SWOT ini menghasilkan matriks SWOT yang menjadi dasar pembuatan alternatif strategi pengelolaan Ocean Ecopark.

(5)

berjumlah tujuh butir, yang urutan prioritasnya dari tinggi ke rendah sebagai berikut: (1) mempertahankan dan meningkatkan fasiltas, sarana dan prasarana olahraga outdoor yang variatif, mudah dijangkau dan nyaman secara fungsional dan estetika; (2) meningkatkan promosi terhadap wahana rekreasi yang ada; (3) menjalin hubungan baik dengan instansi-instansi yang peduli akan aksi go green atau greenlife style; (4) mempertahankan keunggulan area rekreasi dalam hal pelayanan dan mutu; (5) mengembangkan wahana dan kegiatan rekreasi dengan inovasi-inovasi baru agar semakin menarik minat pengunjung; (6) melengkapi kekurangan fasilitas yang dibutuhkan pengunjung untuk mempertahankan kinerja Ocean Ecopark sebagai tempat rekreasi; (7) memanfaatkan kemajuan teknologi dan pengetahuan tentang alat-alat pertamanan dalam merespon perubahan iklim dan alam.

Tujuh alternatif strategi yang didapatkan dengan prioritasnya masing-masing diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak pengelola Ocean Ecopark untuk mengembangkan Ocean Ecopark sebagai tempat rekreasi yang nyaman,

aman, indah, bersih, dan selaras dengan alam. Selain itu, dalam

pengembangannya, Ocean Ecopark harus berpedoman pada pengertian dasar

ecopark, yaitu suatu taman ekologis yang berbasis rekreasi alam dengan tujuan

untuk meningkatkan interaksi manusia dengan lingkungan dan konsep-konsep pengembangan yang ada masih perlu ditingkatkan agar tujuan awal Ocean Ecopark sebagai ecopark dapat tercapai.

Kata Kunci: rekreasi, ocean ecopark, pengelolaan lanskap, analisis IPA, analisis SWOT

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2012

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya diizinkan untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik, atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.

(7)

DI TAMAN IMPIAN JAYA ANCOL, JAKARTA UTARA

DENISSA VIKADITYA PARAMASTRI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(8)

Nama : Denissa Vikaditya Paramastri

NRP : A44080023

Program Studi : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M. Agr. NIP 19491105 197403 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA NIP 19480912 197412 2 001

(9)

Denissa Vikaditya Paramastri dilahirkan di Semarang pada tanggal 20 September 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Drs. Eko Timur Putranto Wardhoyo dan Vita Triargini.

Penulis memulai pendidikan di SDN Polisi 4, Bogor, pada tahun 1996 sampai dengan 2002. Kemudian pada tahun 2002 sampai dengan 2005 penulis mengenyam pendidikan di SMP Negeri 1, Bogor. Selanjutnya, pada tahun 2005 sampai dengan 2008 penulis mengenyam pendidikan di SMA Negeri 1, Bogor.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa kuliah penulis aktif mengikuti kegiatan di luar akademik , diantaranya Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP), Music Agriculture X-pression!! (MAX!!), Obscura, dan Bogor Berkebun. Penulis pernah menjadi pengurus HIMASKAP divisi fund-raising tahun kepengurusan 2009/2010, Manajer divisi event organizer MAX!! tahun kepengurusan 2010/2011, dan Dewan Penasihat MAX!! tahun kepengurusan 2011/2012. Penulis juga aktif mengikuti berbagai pelatihan dan seminar yang mengasah kemampuan soft skill.

(10)

Puji syukur dipanjatkan kepada Allah Swt. atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengelolaan Lanskap Kawasan Rekreasi Ocean Ecopark di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara”.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu, membimbing, dan memberikan masukan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA sebagai pembimbing akademik atas bimbingan, masukan, dan arahannya selama penulis menjalani kuliah dan kepada R. Dikky Indrawan, SP, MM, dosen Fakultas Ekonomi dan Manajemen atas masukan dan bimbingannya. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada General Manager Ocean Ecopark, yaitu Bapak Pirsa Gautama, Manajer Operasional, yaitu Bapak Imam Tajuddin, Manajer Keuangan, yaitu Ibu Ina Sukacita, Kepala Bagian Pemeliharaan Lingkungan, yaitu Ibu Vierna Noor Septiyanti, dan seluruh karyawan Taman Impian Jaya Ancol khususnya Departemen Ecopark dan Pasar Seni yang telah memberikan kesempatan dan membimbing penulis selama kegiatan magang berlangsung serta kepada Ibu Heidy selaku Direktur PT. Tidar Utama Teknika atas bantuannya. Penulis juga ingin memberikan ucapan terima kasih kepada Ibunda Vita Triargini dan Ayahanda Eko Timur, serta Dinda Chantya Safira selaku saudara kandung yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan, dan doa kepada penulis. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat yang ada di UKM MAX!! yaitu Syifa Utari Dyah Permatasari, Rona Jutama Yonanda, Andri Budi Wicaksono, Bimandra Adiputra Djaafara, Sheila Fanny Erawati, Tengku Arif Pahlevi, Amelia Putri Saadiah, Restroka Gorbiyanto, Muhammad Fikri, dan Fatchurahman, atas kebersamaan, kebahagiaan dan semangat kepada penulis saat masa-masa tersulit. Terima kasih pula kepada sahabat-sahabat Putri Bunda yaitu Ayu Sri Utami, Dina Restiana, Ida Nurul Fitri, Gita Sugistiawati, Mafia Sartika Dewi, dan Mutia Rahim yang selalu

(11)

teman-teman Arsitektur Lanskap angkatan 45 atas persahabatan, bantuan, doa, dukungan, dan motivasi yang tiada henti-hentinya diberikan kepada penulis, serta seluruh teman-teman yang tidak mungkin disebutkan satu per satu dan seluruh pihak yang telah memberikan motivasi, saran, nasehat, dukungan, dan bantuan untuk penulis selama proses penyusunan skrpsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak mengandung kekurangan. Penulis berharap adanya saran dan kritik yang membangun agar dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.

Bogor, Desember 2012

Penulis

(12)

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat ... 2

1.4 Kerangka Pikir ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap ... 4

2.2 Wisata dan Rekreasi ... 4

2.3 Manajemen Pemeliharaan Taman Rekreasi... 5

2.4 Rekreasi Ekologi ... 8

BAB III METODOLOGI ... 10

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang ... 10

3.2 Alat dan Bahan ... 10

3.3 Metodologi ... 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22

4.1 Kondisi Umum ... 22

4.1.1 Sejarah Taman Impian Jaya Ancol ... 22

4.1.2 Letak dan Aksesibilitas ... 23

4.1.3 Luas dan Batas Kawasan ... 25

4.1.4 Iklim ... 25

4.1.5 Hidrologi ... 26

4.1.6 Topografi dan Tanah ... 27

4.1.7 Vegetasi ... 28

4.1.8 Satwa ... 29

4.1.9 Sosial dan Ekonomi ... 29

(13)

4.2 Konsep Ocean Ecopark... 41

4.2.1 Konsep Hijau ... 41

4.2.2 Konsep Biru ... 42

4.2.3 Konsep Merah ... 42

4.2.4 Konsep Kawasan ... 43

4.3 Pengelolaan Lanskap Ocean Ecopark ... 47

4.3.1 Struktur Organisasi ... 47

4.3.2 Kontraktor Pemeliharaan dan Kebersihan Taman ... 48

4.3.3 Tenaga Kerja dan Penjadwalan Pemeliharaan Taman ... 50

4.3.4 Peralatan dan Bahan Pemeliharaan Taman ... 53

4.3.5 Pemeliharaan Lanskap ... 55

4.3.6 Anggaran Pemeliharaan Taman dan Kebersihan ... 65

4.3.7 Pengawasan dan Evaluasi Pekerjaan Taman ... 66

4.4 Karateristik dan Penilaian Pengunjung ... 68

4.5 Analisis SWOT ... 75

4.5.1 Identifikasi Faktor Internal ... 75

4.5.2 Identifikasi Faktor Eksternal ... 76

4.5.3 Pembuatan Matriks IFE dan EFE ... 77

4.5.4 Pencocokan ... 78

4.5.5 Penentuan Alternatif Strategi ... 79

4.5.6 Pemeringkatan Alternatif Strategi SWOT ... 80

4.6 Strategi Pengelolaan ... 81

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 89

5.1 Simpulan ... 89

5.2 Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 91

LAMPIRAN ... 93

(14)

Halaman

1. Kerangka Pikir ... 3

2. Peta Lokasi Ocean Ecopark ... 10

3. Diagram Kuadran IPA ... 14

4 Formulir Matriks IE ... 19

5 Jumlah Pengunjung Ocean Ecopark Bulan Januari-April ... 30

6 Kondisi Signage yang Rusak ... 33

7 Kegiatan Panen di EcoLearning Farm ... 34

8 Bercocok Tanam dengan Menggunakan Caping ... 35

9 Pertunjukan Fantastique... 35

10 Peta Outbondholic ... 36

11 Salah Satu Trek pada Sirkuit Dewasa ... 37

12 Pemain dengan Kelengkapan Paintball ... 38

13 Fun Boat Cruiser ... 39

14 Commuter Area ... 40

15 Peta Konsep Kawasan Ocean Ecopark ... 43

16 Plaza Ecoenergy... 44

17 Ecoisland Toyota ... 45

18 Suasana Jalur Sepeda Econature ... 46

19 Kegiatan Memberi Pakan Ikan ... 46

20 Alur Kordinasi Sistem Organisasi ... 48

21 Alur Proses Tender ... 49

22 Penyiraman Taman Menggunakan Mobil Tangki ... 56

23 Penggunaan Alkon untuk Penyiraman Taman ... 56

24 Penyiraman Tambahan Menggunakan Torn ... 57

25 Kegiatan Pendangiran dan Penyiangan Gulma... 59

26 Kegiatan Pemupukan ... 60

27 Kegiatan Penyapuan ... 61

(15)

30 Penyikatan Elemen Keras ... 64

31 Pencabutan Rumput Liar pada Paving ... 65

32 Alur Kordinasi Pengawasan Pekerjaan Taman dan Kebersihan... 66

33 Persentase Pengunjung Ocean Ecopark Berdasarkan Umur ... 68

34 Persentase Pengunjung Ocean Ecopark Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 69

35 Persentase Pengunjung Ocean Ecopark Berdasarkan Jumlah Pendapatan Perbulan ... 69

36 Persentase Pengunjung Ocean Ecopark Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 70

37 Persentase Pengunjung Ocean Ecopark Berdasarkan Lama Kunjungan ... 70

38 Persentase Pengunjung Ocean Ecopark Berdasarkan Tujuan Kunjungan .... 71

39 Persentase Pengunjung Ocean Ecopark Berdasarkan Frekuensi Kunjungan... 71

40 Persentase Pengunjung Ocean Ecopark Berdasarkan Kendaraan yang Digunakan ... 72

41 Persentase Pengunjung Ocean Ecopark Berdasarkan Pendamping Saat Berkunjung ... 72

42 Grafik Penilaian Pengunjung terhadap Ocean Ecopark Menggunakan IPA ... 73

43 Matriks IE Ocean Ecopark... 78

(16)

Halaman

1. Atribut Penilaian IPA ... 12

2. Bobot Tingkat Kinerja dan Kepentingan ... 13

3. Penentuan Bobot Faktor Internal ... 16

4. Penentuan Peringkat Faktor Internal ... 16

5. Matriks IFE ... 17

6. Penentuan Bobot Faktor Eksternal ... 17

7. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal ... 18

8. Matriks EFE ... 18

9. Formulir Matriks SWOT ... 20

10. Formulir Penentuan Peringkat Alternatif Strategi ... 21

11. Pembagian Luasan Ocean Ecopark ... 25

12. Data Iklim Rata-Rata Tahun 2006-2011... 26

13. Jumlah Satwa yang Dipelihara oleh Ecopark Ancol ... 29

14. Sarana dan Prasarana di Ocean Ecopark ... 31

15. Harga Tiket Wahana Rekreasi Ocean Ecopark ... 41

16. Pembagian Wilayah Kerja Pemeliharaan Taman Ocean Ecopark ... 51

17. Frekuensi Item Pekerjaan Taman Ocean Ecopark ... 52

18. Kapasitas Tenaga Kerja Pemeliharaan Taman Ocean Ecopark ... 53

19. Peralatan dan Bahan Pemeliharaan Taman dan Kebersihan Ocean Ecopark selama 1 tahun ... 54

20. Matriks IFE ... 77

21. Matriks EFE ... 78

22. Matriks SWOT Ocean Ecopark ... 79

23. Peringkat Alternatif Strategi SWOT ... 80

(17)

Halaman

1. Jenis Data dan Pengamatan ... 94

2. Kuisioner Penilaian Pengunjung ... 95

3. Kuisioner SWOT ... 100

4. Perhitungan Bobot Faktor Internal dan Eksternal ... 107

5. Perhitungan Peringkat Faktor Internal dan Eksternal ... 108

6. Data Vegetasi Ocean Ecopark ... 109

7. Struktur Organisasi Ocean Ecopark... 111

8. Surat Perintah Kerja Kontraktor Pemeliharaan ... 112

9. Peta Kawasan Ocean Ecopark ... 113

10. Peta Wilayah Pemeliharaan Ocean Ecopark... 114

11. Standar Penampilan dan Pedoman Perilaku Kerja Pertamanan ... 115

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di era modern ini rekreasi menjadi unsur penting bagi kehidupan manusia. Kegiatan rekreasi bertujuan melepas kejenuhan rutinitas sehari-hari. Rekreasi juga berdampak positif bagi kehidupan manusia karena dapat menimbulkan rasa senang dan menghilangkan stress. Rekreasi sekarang ini menyuguhkan suatu bentuk rehabilitasi secara mental dan fisik dan telah menjadi fokus utama dalam lingkungan industrial yang modern (Kraus,1977).

Pilihan tempat rekreasi semakin beragam dan menarik. Seiring dengan maraknya isu tentang kelestarian lingkungan dan tingginya kebutuhan manusia akan ruang terbuka hijau yang rekreatif, tempat rekreasi yang berhubungan dengan alam pun semakin banyak bermunculan. Taman rekreasi menjadi salah satu alternatif wisata untuk melepaskan kepenatan dari rutinitas keseharian. Taman Impian Jaya Ancol merupakan salah satu industri rekreasi yang dapat menjawab kebutuhan masyarakat tersebut, hal ini ditunjukkan dengan hadirnya taman rekreasi baru yang menawarkan kenyamanan lingkungan dengan ruang terbuka hijau yang luas, yaitu Ocean Ecopark.

Ocean Ecopark yang dibangun di atas lahan seluas 33,8 ha adalah tempat rekreasi yang mengedepankan kelangsungan ekosistem alam sehingga masyarakat tidak hanya menikmati wahana rekreasi, tetapi juga dapat menikmati lingkungan yang serasi dengan alam. Selain itu, Ocean Ecopark juga menyajikan kepada masyarakat mengenai arti penting dalam membangun lingkungan yang kondusif bagi pengembangan sebuah ekosistem dan keragaman hayati. Dengan demikian, Ocean Ecopark dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan lingkungan hidup.

Ocean Ecopark memberikan kesempatan bagi masyarakat kota untuk berinteraksi dengan keanekaragaman hayati sehingga lebih peduli terhadap lingkungan. Ocean Ecopark memadukan tiga unsur dalam pengembangannya, yaitu unsur hijau yang berarti penghijauan yang terencana, unsur biru yang berarti pengaturan air yang baik, dan merah yang berarti penyediaan ruang interaksi bagi

(19)

masyarakat. Kehadiran Ocean Ecopark ini dirancang untuk memperkuat koridor hijau dan menjadi pusat paru-paru di Taman Impian Jaya Ancol.

Ocean Ecopark merupakan tempat rekrerasi baru yang memerlukan strategi pengelolaan. Perumusan strategi pengelolaan Ocean Ecopark tentunya harus melihat segala aspek secara terpadu untuk mengetahui potensi dan kendalanya. Oleh karena itu, diperlukan adanya penyusunan strategi pengelolaan yang direncanakan dengan baik dan tepat agar tujuan awal dari pembangunan tempat rekreasi ini dapat tercapai dan berkelanjutan.

1.2 Tujuan

Tujuan dari kegiatan magang ini adalah sebagai berikut:

1. mempelajari segala proses pengelolaan yang dikerjakan secara nyata;

2. meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam bidang pengelolaan lanskap kawasan rekreasi, khususnya dalam hal pengelolaan Ocean Ecopark;

3. memberikan alternatif strategi pengelolaan untuk pemecahan permasalahan pengelolaan lanskap Ocean Ecopark.

1.3 Manfaat

Kegiatan magang ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan di bidang pengelolaan lanskap dan memberikan pengalaman kerja nyata untuk mahasiswa. Kegiatan magang menyediakan kesempatan bagi mahasiswa untuk memberikan masukan bagi pihak pengelola Ocean Ecopark agar pengelolaan yang dijalankan dapat berjalan secara berkelanjutan.

1.4 Kerangka Pikir

Kegiatan magang ini dilakukan atas dasar pemikiran bahwa Ocean Ecopark merupakan tempat rekreasi yang berada pada suatu kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, dengan nilai estetika yang baik dan konsep lingkungan hijau yang nyaman. Keberhasilan Ocean Ecopark sebagai suatu tempat rekreasi yang nyaman, aman, dan berkelanjutan ditentukan oleh pengelolaan lanskap yang baik dan profesional. Pengelolaan lanskap yang baik memperhatikan kondisi fisik, biofisik, sosial ekonomi, teknis, dan manajerial.

(20)

Keseluruhan aspek ini harus dilihat secara terpadu agar diketahui potensi dan kendalanya. Perumusan potensi dan kendala tersebut diketahui melalui kegiatan magang, dimana mahasiswa dapat terlibat dalam kegiatan-kegiatan pengelolaan yang berlangsung. Selanjutnya, dengan analisis SWOT strategi pengelolaan yang tepat bagi Ocean Ecopark dapat dirumuskan agar tujuan pembangunannya dapat terwujud secara berkelanjutan. Kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengelolaan dan Pemeliharaan Lanskap

Pengelolaan lanskap merupakan sebuah upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya (Arifin dan Arifin, 2005). Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan merupakan bagian dari pengelolaan yang dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar tetap baik dan sesuai dengan tujuan desain fungsi semula.

Pemeliharaan dibagi menjadi dua, yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada tujuan dan desain semula sehingga pada periode waktu tertentu diadakan suatu evaluasi (Arifin dan Arifin, 2005). Pemeliharaan fisik dilakukan terhadap elemen keras dan lunak. Pemeliharaan elemen lunak merupakan pemeliharaan terhadap elemen taman berupa tanaman dan satwa yang meliputi penyiraman, pemangkasan, penyiangan, pemupukan, dan penyemprotan hama dan penyakit. Pemeliharaan elemen keras merupakan pemeliharaan terhadap elemen taman seperti bangunan taman dan lantai yang meliputi penyapuan, pembersihan kanal dan saluran, pengangkutan sampah, dan pemeliharaan paving dan pedestrian.

2.2 Wisata dan Rekreasi

Wisata adalah kegiatan perjalanan seseorang atau sekelompok orang untuk sementara dalam jangka waktu tertentu ke tujuan-tujuan di luar tempat mereka tinggal dan tempat rutinitas bekerja, untuk tujuan kesenangan (Gunn dan Var, 2002).

Rekreasi adalah aktivitas pemulihan atau liburan tertentu dan penyegaran kekuatan sertasemangat setelah bekerja, yang memberikan suasana baru (Brockman dan Merriam, 1973). Menurut Kraus (1977), aktivitas ini dilakukan

(22)

saat waktu luang dan tidak ada hubungannya dengan pekerjaan. Aktivitas tersebut biasanya juga bersifat menyenangkan, dan jika kegiatan tersebut merupakan bagian dari komunitas yang tersusun dengan baik atau suatu agen perjalanan, kegiatan tersebut akan bersifat membangun dari segi sosial bagi seseorang yang mengikutinya.

Pada umumnya, rekreasi dan wisata memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mendapat kenikmatan dan penyegaran kembali mental dan fisik. Tempat tujuan bagi orang yang melakukan wisata merupakan suatu kesatuan ruang tertentu yang dapat menarik keinginan untuk berekreasi. Setiap ruang umum dan pribadi yang diperuntukkan bagi penggunaan rekreasi merupakan area rekreasi (Gold,1980).

Simonds dan Starke (2006) menggambarkan taman rekreasi sebagai tempat berbagai bentuk, gerakan, suara, warna, dan ilusi yang menyenangkan. Atmosfer yang tercipta di dalamnya harus dapat mengejutkan, menarik, mengagumkan, sekaligus menggembirakan pengunjungnya.

2.3 Manajemen Pemeliharaan Taman Rekreasi

Pemeliharaan taman memerlukan manajemen yang baik. Menurut Stoner dan Freeman (1994), manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengedalian upaya anggota organisasi dan proses penggunanaan semua sumber daya organisasi untuk tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Sternloff dan Warren (1984) menyatakan bahwa pemeliharaan lanskap dimaksudkan untuk menjaga dan merawat areal lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya agar kondisinya tetap baik dan sedapat mungkin mempertahankan keadaan yang sesuai dengan rancangan dan desain semula.

Manjamen pemeliharaan suatu areal atau kawasan memiliki prinsip dasar. Menurut Sternloff dan Warren (1984), prinsip dasar tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tujuan dan standar pemeliharaan harus ditetapkan.

2. Pemeliharaan harus dilaksanakan dengan waktu, tenaga kerja, peralatan, dan bahan yang ekonomis.

(23)

4. Jadwal pekerjaan pemeliharaan harus didasarkan pada kebijakan dan prioritas.

5. Pengelola pemeliharaan hendaknya menekankan pada pemeliharaan untuk pencegahan.

6. Pengelola pemelihara harus terorganisir dengan baik.

7. Suatu agen taman rekreasi harus memiliki sumber dana yang cukup untuk mendukung program pemeliharaan.

8. Suatu agen taman rekreasi harus menyediakan tenaga kerja yang cukup untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemeliharaan.

9. Program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami. 10. Pengelola pemeliharan harus bertanggung jawab terhadap keamanan umum

dan pegawai pemeliharaan.

11. Dalam desain dan kontruksi suatu taman rekreasi dan fasilitasnya, pemeliharaan hendaknya menjadi pertimbangan awal saat pembangunan. 12. Para pegawai pemeliharaan bertanggung jawab terhadap pencitraan khalayak

umum dan pihak pengelolaaan taman rekreasi.

Pemeliharaan lanskap memerlukan manajemen yang terjadwal dengan baik agar semua kegiatan berjalan dengan lancar dan tepat. Menurut Sternloff dan Warren (1984), perencanaan pengelolaan yang baik dan logis harus mencakup hal-hal seperti berikut:

1. inventarisasi lengkap seluruh area taman rekreasi, fasilitas, dan peralatan yang akan dipelihara;

2. perencanaaan pemeliharaan rutin secara tertulis yang meliputi

a. standar pemeliharaan seluruh area, fasilitas, dan peralatan yang telah didata dalam inventarisasi,

b. pengidentifikasian dan pembuatan daftar kegiatan pemeliharaan rutin untuk mencapai standar yang telah ditetapkan,

c. prosedur yang menerangkan metode yang efisien dalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan rutin,

d. frekuensi kegiatan pemeliharaan, e. pegawai yang melaksanakan kegiatan,

(24)

g. peralatan untuk melaksanakan kegiatan, dan h. pendugaan waktu yang akurat;

3. cara pelaksanaan pemeliharaan yang bersifat tidak rutin dan insidental seperti pekerjaan perbaikan atau persiapan untuk suatu acara khusus;

4. pemeliharaan yang bersifat pencegahan terhadap kondisi yang dapat mempercepat kerusakan melalui inspeksi yang sistematik dan terjadwal; 5. jadwal penugasan untuk tipe pekerjaan pemeliharaan yang meliputi

perorangan, tim, atau kontraktor sehingga dapat terpantau dengan baik; 6. sistem untuk mendesain dan merencanakan pekerjaan, jadwal pemeliharaan,

dan pengawasan beban kerja;

7. sistem analisis dan pengawasan biaya pemeliharaan.

Pada suatu taman rekreasi berskala besar, biasanya manajemen pemeliharaan dibentuk dalam suatu sistem organisasi. Sistem organisasi ini biasanya dibagi dalam beberapa seksi yang spesifik. Menurut Arifin dan Arifin (2005), seksi-seksi yang diperlukan dalam manjemen pemeliharaan agar mencapai efisiensi dan efektivitas kerja, antara lain, sebagai berikut:

1. Seksi Pemeliharaan Taman, yang meliputi berbagai pekerjaan pemeliharaan semua tanaman;

2. Seksi Pemeliharaan Bangunan Taman, yang meliputi berbagai pekerjaan pemeliharaan elemen keras taman;

3. Seksi Teknik Perpipaan dan Utilitas, yang meliputi pengawasan, pemeliharaan, dan pengontrolan terhadap keseluruhan utilitas;

4. Seksi Bengkel dan Pergudangan, yang meliputi inventarisasi seluruh peralatan pemeliharaan, pengontrolan kelancaraan kerja alat, dan perbaikan apabila terdapat kerusakan.

Jika dilihat dari segi penanggung jawab pekerjaan pemeliharaan, menurut Sternloff dan Warren (1984), terdapat tiga sistem/metode pemeliharaan berikut: 1. sistem pemeliharaan unit, yaitu sistem dengan setiap unit taman mempunyai

tim pemeliharaan tersendiri;

2. sistem pemeliharaan khusus, yaitu pemeliharaan yang didasarkan pada keahlian tertentu dari pegawainya, dan pegawai ini dapat berpindah dari satu unit ke unit lain;

(25)

3. sistem pemeliharan secara kontrak, yaitu seluruh pekerjaan pemeliharaan diserahkan dan dikerjakan oleh kontraktor.

Kapasitas kerja pegawai pemeliharaan berpengaruh terhadap efesiensi biaya pemeliharaan. Kemampuan dan keterampilan tenaga kerja sangat dibutuhkan agar pemeliharan dapat berjalan dengan maksimal. Efektivitas tenaga kerja menurut Sternloff dan Warren (1984) sangat ditentukan oleh

1. motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh pegawai; 2. sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan;

3. ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan; 4. tingkat pengawasan kerja di lapangan;

5. kelancaran komunikasi antara pimpinan dan pegawai.

Untuk kolam di taman rekreasi yang berukuran besar atau jumlahnya relatif banyak, misalnya, diperlukan kontrol sistem distribusi air bersih dan filtrasi air kolam. Sistem air bersih terdiri dari pompa air bersih, pompa deep well (bila menggunakan sumber air tanah), hydrofor, dan pompa drain. Sistem filtrasi berfungsi untuk menyaring air kolam sehingga air yang dihisap pompa tidak terlalu banyak membawa kotoran (Arifin dan Arifin, 2005). Kerusakan aliran air harus dapat diperbaiki sesegera mungkin. Pengelola pemeliharaan harus dapat menjaga blueprints dan gambar akurat dari seluruh lokasi aliran atau pipa air pada suatu fasilitas taman rekreasi.

2.4 Rekreasi Ekologi

Ekologi secara umum didefinisikan sebagai studi tentang interaksi antara organisme dengan lingkungan sekitanya dan lanskap adalah sebuah mosaik yang merupakan bagian dari ekosistem lokal dan penggunaan lahan (Dramstad et al., 1996). Menurut Dramstad et al. (1996), ekologi lanskap dengan cepat muncul di dekade terakhir ini menjadi sesuatu yang sangat penting dalam praktik seorang perencana penggunaan lahan dan arsitek lanskap.

Seiring dengan permintaan pasar mengenai perjalanan ke tempat-tempat yang menawarkan kealamian, munculah sarana rekreasi yang ekologikal. Kepedulian akan lingkungan meningkat secara universal dan berhasil meningkatkan permintaan pasar pada segmen rekreasi. Namun, terdapat

(26)

kontradiksi antara perlindungan alam dengan travel massa dan hal ini merupakan tantangan dalam perencanaan rekreasi berbasis ekologi (Gunn dan Var, 2002).

Kawasan rekreasi ekologis menerapkan lima prinsip utama berdasarkan

common sense dan didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab dan

pengertian dalam menggunakan lingkungan alami yang kita miliki. Kelima prinsip tersebut adalah wise use (penggunaan secara bijaksana), carrying capacity (daya dukung), environment quality (kualitas lingkungan), precautionary principles (prinsip pencegahan), dan shared benefits (pembagian keuntungan) (Bell, 2008 dalam Saraswati, 2010).

(27)

BAB III METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang dilaksanakan di Ocean Ecopark Ancol yang terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara (Gambar 2). Ocean Ecopark yang terletak di kawasan rekreasi terpadu memiliki luas 33,8 ha.

Pelaksanaan kegiatan magang dilakukan selama tiga bulan dari pertengahan bulan Februari 2012 sampai dengan pertengahan bulan Mei 2012. Kegiatan magang ini meliputi seluruh kegiatan dan proses pekerjaan yang berkaitan dengan pengelolaan lanskap yang dikerjakan oleh pihak pengelola baik secara lapangan maupun administratif.

Sumber: Anonim (2011)

Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

3.2 Alat dan Bahan

Kegiatan magang ini memerlukan alat-alat seperti perekam suara, kamera digital, alat tulis, alat gambar, dan komputer. Bahan yang dibutuhkan adalah catatan, kuisioner, data aspek fisik-biofisik, sosial ekonomi dan pengelolaan.

3.3 Metodologi

Fokus pencapaian kegiatan magang ini adalah mempelajari dan memberi rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan rekreasi Ocean Ecopark Ancol. Tahapan yang dilakukan dalam kegiatan magang ini adalah sebagai berikut.

(28)

3.3.1 Persiapan

Pada tahap ini dilakukan persiapan berupa penentuan lokasi yang sesuai dengan bidang arsitektur lanskap, pembuatan proposal, perizinan kegiatan magang pada pihak pengelola, serta pencarian informasi umum tentang kondisi saat ini di tempat magang.

3.3.2 Inventarisasi

Kegiatan dalam proses inventarisasi adalah pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan langsung pada tapak dan wawancara terhadap pihak pengelola serta pengunjung kawasan rekreasi. Data sekunder dapat diperoleh dari studi literatur yang berasal dari buku-buku teks, brosur, internet, skripsi, dan tesis.

Dalam proses inventarisasi juga dilakukan identifikasi terhadap manajemen kerja pengelolaan Ocean Ecopark melalui proses pengenalan kelembagaan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan yang bersifat partisipasi aktif. Pengenalan kelembagaan ini bertujuan mengetahui dan memahami tujuan pembangunan dan pengelolaan Ocean Ecopark, melalui sejarah kawasan, struktur organisasi, dan prosedur pelaksanaan pengelolaan kawasan, sedangkan pelaksanaan kegiatan pengelolaan adalah keikutsertaan dalam seluruh kegiatan pengelolaan lanskap Ocean Ecopark, baik secara administrasi maupun operasional di lapang. Kegiatan ini bertujuan menambah pengetahuan manajerial dan pengalaman kerja praktis dalam bidang pengelolaan lanskap. Data yang dibutuhkan adalah berupa data yang berkaitan dengan aspek fisik/biofisik, teknis, manajerial, dan sosial ekonomi (Lampiran 1).

3.3.3 Pengolahan Data dan Analisis

Pengolahan seluruh data yang diperoleh dari hasil inventarisasi dan observasi dilakukan untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di kawasan magang. Untuk keperluan ini dilakukan analisis deskriptif, IPA, dan analisis SWOT.

(29)

3.3.3.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang dilakukan dengan penjabaran hasil pengamatan berdasarkan data dan informasi yang diperoleh melalui survei lapang, penyebaran kuisioner dengan purposive sampling, wawancara, dan studi pustaka.

3.3.3.2 Importance Performance Analysis (IPA)

IPA dilakukan untuk mengukur atribut-atribut dari tingkat kepentingan dengan tingkat kinerja pengelola yang diharapkan oleh pengunjung. Terdapat 16 atribut yang dinilai oleh responden (Tabel 1). Hasil IPA ini dapat dijadikan sebagai salah satu dasar perumusan strategi pengelolaan untuk meningkatkan kepuasan pengunjung.

Tabel 1. Atribut Penilaian Pengunjung

No. Atribut

1. Kestrategisan lokasi

2. Kemudahan akses menuju lokasi

3. Ketersedian fasilitas dan sarana untuk berolahraga

4. Ketersediaan wahana rekreasi dan edukasi keluarga

5. Ketersediaan fasilitas umum, seperti toilet umum, tempat sampah,lampu

taman, bangku taman, areal parkir, shelter, tempat ibadah dan sebagainya

6. Ketersediaan area untuk berinteraksi atau berkumpul, seperti gazebo,

saung, lawn dan sebagainya

7. Kondisi sarana dan prasarana yang baik

8. Keberadaan satwa

9. Keberadaan pohon peneduh

10. Keberagaman tanaman

11. Kenyamanan area untuk berekreasi 12. Keindahan penataan taman

13. Kebersihan area rekreasi 14. Keamanan area rekreasi 15. Keramahan pelayanan

16. Kemudahan untuk mendapatkan informasi, seperti adanya penunjuk jalan, informasi lokasi wahana, harga tiket, dan sebagainya

Melalui pengisian kuisioner dengan penyebaran purposive sampling kepada pengunjung, nilai-nilai kepentingan dan kinerja dapat diketahui. Kuisioner yang diisi oleh pengunjung dapat dilihat pada Lampiran 2. Nilai kepuasan pengunjung pada kuisioner menggambarkan kinerja pengelola. Penilaian nilai kepentingan dan kinerja menggunakan skor nilai dengan skala Likert. Skala Likert menunjukkan

(30)

tanggapan pengunjung terhadap atribut-atribut yang disebutkan dalam kuisioner. Pilihan pada skala Likert dibuat mulai dari prioritas rendah hingga prioritas tinggi. Skala tersebut terdiri dari tidak penting atau tidak puas, kurang penting atau kurang puas, cukup penting atau cukup puas, penting atau puas, dan sangat penting atau sangat puas (Supranto, 2001). Kelima penilaian tersebut memiliki bobot-bobot tersendiri (Tabel 2).

Tabel 2. Bobot Tingkat Kinerja dan Kepentingan

Skala (Bobot) Kinerja (X) Kepentingan (Y)

1 Tidak puas Tidak penting

2 Kurang puas Kurang penting

3 Cukup puas Cukup penting

4 Puas Penting

5 Sangat puas Sangat penting

Skor dengan menggunakan skala Likert digambarkan pada diagram kartesius, tingkat kepuasan yang menggambarkan kinerja pengelola digambarkan dengan Sumbu X (garis mendatar) dan tingkat kepentingan digambarkan dengan Sumbu Y (garis tegak). Perhitungan untuk mengetahui skor sumbu X dan Y pada masing-masing atribut yang pada kuisioner adalah sebagai berikut,

n

X

X

i

dan

n

Y

Y

i

i

X = skor rataan tingkat kinerja (tingkat kepuasan atribut dalam Lampiran 2),

i

Y = skor rataan tingkat kepentingan (tingkat kepentingan atribut dalam Lampiran

2)

n = jumlah responden.

Setelah didapatkan X dan i Y dibuat diagram kartesius. Diagram kartesius i

membentuk empat kuadran yang dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan

tegak lurus pada titik X dan Y . Titik X dan Y dapat diketahui dengan

menggunakan rumus sebagai berikut,

k

X

X

n i

1 dan

k

Y

Y

n i

1

(31)

Keterangan :

X = skor rata-rata dari tingkat pelaksanaan kinerja seluruh atribut, Y = skor rata-rata dari tingkat kepentingan seluruh atribut,

k = banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen

Menurut Wong et al. (2011), keempat kuadran yang terbentuk oleh diagram kartesius menggambarkan keadaan yang berbeda-beda (Gambar 3), sebagai berikut:

Sumber: Wong et al. (2011) Gambar 3. Diagram Kuadran IPA

1. Kuadran I (Prioritas Utama), kuadran ini menunjukkan nilai suatu atribut dengan tingkat kepentingan diatas rata-rata, tetapi kurang mendapat perhatian dari pihak pengelola karena tingkat kinerja dibawah rata-rata, sehingga tingkat kepuasaan pengunjung rendah;

2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi), kuadran ini menunjukkan nilai suatu atribut dengan tingkat kepentingan yang dinilai oleh pengunjung diatas rata-rata dan dilaksanakan pengelola dengan baik, dengan tingkat kinerja juga diatas rata-rata sehingga tingkat kepuasan pengunjung tinggi;

3. Kuadran III (Prioritas Rendah), kuadran ini menunjukkan atribut yang dianggap kurang penting oleh pengunjung dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa;

4. Kuadran IV (Terlalu Berlebihan), kuadran ini menunjukkan nilai suatu atribut yang tidak begitu penting oleh pengunjung tetapi dilaksanakan sangat baik oleh manajemen sebagai sesuatu sangat berlebihan.

(32)

3.3.3.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap Ecopark Taman Impian Jaya Ancol dengan menganalisis faktor internal yang terdiri dari kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta faktor eksternal yang terdiri dari peluang (opportunities) dan ancaman (threats). Metode analisis data yang digunakan adalah analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis data secara kualitatif adalah analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal, sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian peringkat.

Dalam merumuskan strategi dengan menggunakan analisis SWOT dibutuhkan identifikasi terhadap faktor-faktor internal dan eksternal. Perumusan faktor internal dan eksternal berdasarkan hasil diskusi dengan pihak yang sangat memahami kondisi Ocean Ecopark secara internal maupun eksternal, serta hasil kuisioner pengunjung menggunakan metode IPA. Setelah merumuskan faktor internal dan eksternal, pemberian bobot dan peringkat dilakukan oleh tiga responden ,yaitu dua responden internal dan satu responden eksternal, ketiganya merupakan responden yang paham mengenai Ocean Ecopark (Lampiran 3).

Pada analisis SWOT, faktor internal akan dirumuskan dalam matriks yang dikenal dengan sebutan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan faktor eksternal dirumuskan dalam matriks EFE (External Factor Evaluation). Langkah kerja dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT adalah sebagai berikut. 1. Pembuatan Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE)

Evaluasi faktor internal ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan yang dimasukkan dalam kategori kekuatan dan kelemahan (David, 2011). Matriks IFE membantu perusahaan untuk menganalisis dan mengatur faktor-faktor strategi internal. Menurut David (2011), dalam membuat matriks IFE terdapat lima langkah yang harus dilakukan sebagai berikut:

a. Langkah kesatu, mengindentifikasi dan mendaftar setiap faktor yang menjadi kelemahan dan kekuatan bagi perusahaan.

b. Langkah kedua, memberi bobot pada setiap faktor yang telah ditentukan. Bobot yang diberikan berkisar dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat

(33)

penting). Jumlah seluruh bobot sama dengan 1,0. Menurut David (2011), Bobot mengindikasikan pentingnya suatu faktor terhadap keberhasilan perusahaan. Pengolahan data untuk mengetahui bobot dari setiap faktor strategis dilakukan dengan menggunakan teknik Delphi mengingat responden yang digunakan berjumlah lebih dari satu orang. Perhitungan bobot dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Penetuan Bobot Faktor Internal Faktor

Internal

Tingkat Kepentigan Jumlah

Responden Rata-rata Bobot

1 2 3 4 S1 S2 Sn W1 W2 Wn Jumlah rata-rata 1,00 Sumber: Rosa (2003)

c. Langkah ketiga, memberikan peringkat 1-4 pada setiap faktor, dengan 1 kelemahan utama, 2 kelemahan minor, 3 kekuatan minor, dan 4 kekuatan utama. Kekuatan harus mendapat peringkat 3 atau 4 dan kelemahan harus mendapat peringkat 1 atau 2. Pada Tabel 4, peringkat adalah nilai rata-rata dari tingkat kepentingan.

Tabel 4. Penentuan Peringkat Faktor Internal Faktor

Internal

Tingkat Kepentingan

Jumlah Responden Peringkat

1 2 3 4 S1 S1 Sn W1 W2 Wn Sumber: Rosa (2003)

d. Langkah keempat, menentukan skor bobot masing-masing faktor dengan cara mengalikan bobot pada tiap faktor dengan peringkatnya. Perhitungan ini dibuat dalam matriks IFE (Tabel 5).

(34)

Tabel 5. Matriks IFE

Simbol Faktor Internal Bobot Peringkat Skor Bobot

S1 S2 Sn W1 W2 Wn Total Sumber: David (2011)

e. Langkah kelima, menjumlahkan seluruh skor bobot untuk mendapatkan skor bobot total. Skor bobot maksimal adalah 4,0 dan skor bobot minimal adalah 1,0, dengan skor rata-rata 2,5. Skor bobot total di bawah 2,5 menandakan bahwa perusahaan lemah secara internal, sedangkan skor di atas 2,5 menandakan bahwa perusaahaan kuat secara internal.

2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE)

Evaluasi faktor eksternal digunakan untuk mengetahui faktor-faktor eksternal perusahaan yang dimasukkan dalam kategori peluang dan ancaman (David, 2011). Secara umum, tahapan kerja pada matriks EFE sama dengan matriks IFE, yaitu sebagai berikut.

a. Langkah kesatu, mengidentifikasi dan mendaftar faktor yang menjadi ancaman dan peluang yang mempengaruhi perusahaan.

b. Langkah kedua, menentukan bobot pada setiap faktor eksternal mulai dari 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting). Pengolahan bobot menggunakan menggunakan teknik Delphi. Perhitungan bobot dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Penentuan Bobot Faktor Eksternal Faktor

Eksternal

Tingkat Kepentigan Jumlah

Responden Rata-rata Bobot

1 2 3 4 O1 O2 On T1 T2 Tn Jumlah rata-rata 1,00 Sumber: Rosa (2003)

(35)

c. Langkah ketiga, memberikan peringkat 1-4 pada setiap faktor eksternal untuk menunjukkan seberapa efektif kinerja perusahaan dalam merespon faktor-faktor eksternal yang berpengaruh. Peringkat 1 menandakan bahwa respon perusahaan di bawah rata-rata, Peringkat 2 menandakan bahwa respon perusahaan rata-rata, Peringkat 3 menandakan bahwa respon perusahaan di atas rata-rata, dan Peringkat 4 menandakan bahwa respon perusahaan sangat bagus. Baik ancaman maupun peluang dapat menerima peringkat 1,2,3, atau 4. Perhitungan peringkat dapat dilihat pada Tabel 7. Peringkat merupakan nilai rata-rata tingkat kepentingan.

Tabel 7. Penentuan Peringkat Faktor Eksternal Faktor

Eksternal

Tingkat Kepentingan Jumlah

Responden Peringkat 1 2 3 4 O1 O2 On T1 T2 Tn Sumber: Rosa (2003)

d. Langkah keempat, mengalikan bobot dengan peringkat setiap faktor untuk mendapatkan skor bobot. Perhitungan ini dibuat dalam matriks EFE (Tabel 8).

Tabel 8. Matriks EFE

Simbol Faktor Eksternal Bobot Peringkat Skor Bobot

O1 O2 On T1 T2 Tn Total Sumber: David (2011)

(36)

e. Langkah kelima, menjumlahkan seluruh skor bobot tiap faktor untuk mendapatkan skor bobot total. Skor bobot total tertinggi yang mungkin didapatkan adalah 4,0 sedangkan skor bobot terendah yang mungkin didapatkan adalah 1,0. Semakin tinggi skor bobot total yang didapatkan mengindikasikan bahwa perusahaan mampu merespon peluang dan ancaman yang ada dengan baik, perusahaan dapat memanfaatkan peluang dan meminimalisir ancaman yang ada.

3. Pencocokan (Matriks Internal-Eksternal)

Tahapan pencocokan dilakukan untuk mengetahui strategi mana yang sesuai untuk diterapkan pada perusahaan. Dari skor pembobotan yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE dapat diketahui Matriks Internal-Eksternal (IE) yang dibagi kuadran-kuadran yang masing-masing kuadran tersebut menggmabarkan implikasi strategi yang berbeda-beda. Sumbu X pada matriks IE menggambarkan skor bobot IFE dan skor bobot EFE digambarkan pada Sumbu Y (Gambar 4).

Sumber: David (2011) Gambar 4. Formulir Matriks IE

Menurut David (2011), matriks IE memiliki sembilan kuadran yang dapat dibagi menjadi tiga bagian sebagai berikut.

a. Grow and build strategy (Kuadran I, II, dan IV)

Fokus strategi ini adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk yang bersifat intensif dan agresif.

b. Hold and maintain strategy (Kuadran III, V, dan VII)

(37)

c. Harvest and divest strategy (Kuadran VI, VIII, dan IX)

Fokus strategi ini adalah perlunya manajemen biaya yang agresif saat biaya peremajaan bisnis untuk merevitalisasi bisnis tergolong rendah. 4. Penentuan Alternatif Strategi

Pemilihan alternatif strategi berfokus terhadap kuadran yang didapatkan. Fokus strategi tersebut tentunya akan dikembangkan agar didapatkan suatu alternatif strategi manajemen lanskap yang dapat meningkatkan kekuatan dan peluang serta mengatasi kelemahan dan ancaman yang kemudian digambarkan dengan matriks SWOT (Tabel 9). Matriks SWOT memiliki empat alternatif strategi (David, 2011). Keempat strategi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Strategi SO (Strengths-Opportunities)

Strategi ini memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal.

b. Strategi ST (Strengths-Threats)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal.

c. Strategi WO (Weaknesses-Opportunities)

Strategi ini bertujuan memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal.

d. Strategi WT (Weaknesses-Threats)

Strategi ini merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal.

Tabel 9. Formulir Matriks SWOT

Internal Eksternal Strenghts Weaknesses Opportunities Memanfaatkan kekuatan untuk menarik

keuntungan dari peluang

Memperbaiki kelemahan dengan cara mengambil keuntungan dari peluang

Threats

Menggunakan kekuatan untuk mengurangi ancaman

Taktik defensif untuk mengurangi kelemahan, dan menghindari ancaman

(38)

5. Pemeringkatan Alternatif Strategi

Penentuan prioritas dilakukan kepada beberapa alternatif strategi yang diperoleh dari matriks SWOT. Jumlah dari skor pembobotan yang menentukan peringkat dari setiap strategi. Peringkat diurut berdasarkan skor tertinggi sampai yang terendah (Tabel 10). Urutan peringkat tersebut menunjukkan urutan alternative strategi pengelolaan yang direkomendasikan.

Tabel 10. Formulir Penentuan Peringkat Alternatif Strategi

Alternatif Strategi Keterkaitan dengan Unsur SWOT Skor Peringkat

SO1 SO2 SOn ST1 ST2 STn WO1 WO2 WOn WT1 WT2 WTn Sumber: Saraswati (2010) 3.3.4 Sintesis

Sintesis merupakan hasil yang diperoleh berdasarkan analisis yang dilakukan. Sintesis bertujuan untuk mengembangkan potensi dan menyelesaikan permasalahan yang ada sehingga didapatkan suatu rekomendasi pengelolaan yang efektif dan berkelanjutan.

(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum

Gambaran kondisi umum Ocean Ecopark meliputi beberapa aspek, yaitu sejarah pembangunannya, letak dan aksesibilitasnya, luas dan batas kawasan, iklim, hidrologi, topografi dan tanah, vegetasi, satwa, sosial dan ekonomi, sarana dan prasarana, serta wahana rekreasi dan olahraga.

4.1.1 Sejarah Taman Impian Jaya Ancol

Ancol adalah sebuah kawasan rekreasi yang telah berdiri sejak abad ke-17. Pada saat itu keindahan pantainya sangat mempesona berbagai kalangan. Namun, hal tersebut sirna saat Sungai Ciliwung meluap dan menumpahkan lumpurnya. Ancol pun berubah menjadi rawa-rawa yang kotor, kumuh, dan berlumpur.

Setelah masa kemerdekaan, melalui keputusan Presiden Soekarno pada akhir Desember 1965 diperintahlah Gubernur DKI Jakarta, Dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, untuk melaksanakan proyek pembangunan Taman Impian Jaya Ancol.

Pembangunan kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol baru terlaksana saat masa jabatan Ali Sadikin sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pemikiran Ali Sadikin saat itu, Jakarta harus memiliki dua pencapaian utama. Pencapaian pertama adalah Ancol yang harus dapat menjadi kawasan rekreasi yang dapat mengayomi rakyatnya dari sejak lahir hingga meninggal dan harus dapat memfasilitasi semua kebutuhan rakyat sekarang dan akan datang. Pencapaian kedua adalah Ancol yang harus dapat menjadi tempat rekreasi yang representatif dan mewah untuk kota Jakarta. Ali Sadikin pun bertemu dengan Ir. Ciputra yang dapat memberikan masukan dan ide-ide untuk pembangunan kawasan rekreasi yang diinginkan oleh Ali Sadikin.

Pada awal pembangunan, Ancol yang masih berupa rawa-rawa direklamasi dan dijadikan jalur hijau sebagai tempat rekreasi. Taman Impian Jaya Ancol pun berdiri pada tahun 1966. Sejak awal berdiri, Taman Impian Jaya Ancol ditujukan

(40)

sebagai kawasan wisata terpadu oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunjuk PT Pembangunan Jaya sebagai Badan Pelaksanaan Pembangunan (BPP) Proyek Ancol.

Pembangunan proyek Ancol ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan peningkatan perekonomian nasional serta daya beli masyarakat. Bisnis rekreasi Ancol diawali dengan membuat saung-saung di pinggir pantai. Semua diawali dengan sederhana, tetapi mendapat respon yang baik dari masyarakat Jakarta.

Status Badan Pelaksana Pembangunan (BPP) Proyek Ancol pun berubah menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol pada tahun 1992. Ancol merupakan proyek kerja sama antara pemerintah dan swasta. Taman Impian Jaya Ancol berdiri di atas lahan pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang kemudian dikelola oleh PT Pembangunan Jaya Ancol.

Pada awal Taman Impian Jaya Ancol berdiri, sesuai dengan akta perubahan No. 33 tanggal 10 Juli 1992, persentase kepemilikan saham masing-masing adalah Pemda DKI Jakarta sebesar 80% dan PT Pembangunan Jaya sebesar 20%. Namun, pada 2 Juli 2004, Ancol melakukan go public dan mengganti statusnya menjadi PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. dengan persentase kepemilikan saham masing-masing Pemda DKI Jakarta sebesar 72%, PT Pembangunan Jaya sebesar 18%, dan masyarakat sebesar 10%. Langkah go public ini dilakukan untuk menciptakan Good & Clean Governance yang akan memacu perusahaan untuk terus tumbuh dan berkembang secara sehat di masa depan.

Pada 10 Juli 2005 PT Pembangunan Jaya Ancol, Tbk. juga melakukan upaya repositioning dengan diluncurkannya logo baru untuk memacu semangat dan budaya perusahaan secara keseluruhan.

4.1.2 Letak dan Aksesibilitas

Taman Impian Jaya Ancol terletak di Jalan Lodan Timur No.7, Jakarta Utara. Ocean Ecopark berada di dalam kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol. Taman Impian Jaya Ancol ini memiliki enam pintu gerbang, yaitu

1. Pintu Gerbang Barat atau Pintu Gerbang Utama (PGU),

(41)

3. Pintu Gerbang Carnaval,

4. Pintu Gerbang Selatan,

5. Pintu Gerbang Marina, dan

6. Pintu Gerbang Transjakarta.

PGU, Pintu Gerbang Timur, dan Pintu Gerbang Carnaval adalah pintu gerbang yang buka 24 jam setiap harinya yaitu Senin sampai dengan Minggu. Ketiga pintu tersebut diperuntukkan bagi kendaraan baik motor maupun mobil, pejalan kaki, dan rombongan. PGU hanya digunakan untuk akses masuk saja sedangkan untuk Pintu Gerbang Timur dan Pintu Gerbang Carnaval dapat digunakan sebagai akses keluar masuk kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol.

Pintu Gerbang Selatan buka setiap hari dari pukul 07.00 – 22.00. Pintu gerbang ini diperuntukkan untuk pejalan kaki saja, tetapi saat hari libur Sabtu dan Minggu, pintu gerbang ini juga digunakan untuk akses keluar kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat dan saat hari besar nasional, pintu ini dapat digunakan untuk pintu masuk kendaraan bermotor.

Pintu Gerbang Marina buka setiap hari dari pukul 07.00 – 22.00. Pintu ini diperuntukan untuk akses keluar masuk kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat.

Pintu Gerbang Transjakarta merupakan pintu gerbang untuk pengunjung yang ingin menggunakan kendaraan umum. Untuk mengakses kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, pengunjung dapat menggunakan Transjakarta Busway Koridor V jurusan PGC-Ancol atau Koridor VII dengan jurusan Kampung Melayu- Ancol.

Kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol ini dapat diakses melalui Jalan Tol dengan exit Ancol yang berdekatan dengan Pintu Gerbang Timur dan Jalan Tol dengan exit Lodan yang berdekatan dengan PGU. Selain melalui jalan tol, kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol ini dapat diakses melalui Jalan Martadinata.

Dalam kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol, Pengunjung dapat mengakses Ocean Ecopark melalui empat gerbang utama, yaitu gerbang Ecoenergy yang berdekatan dengan gerbang barat Taman Impian Jaya Ancol,

(42)

gerbang Ecocare berada di dekat pintu masuk Dunia Fantasi, gerbang Econature dapat diakses melalui area Pasar Seni, dan gerbang Ecoart yang berada dekat Ecovention dan lapangan parkir Ocean Ecopark.

4.1.3 Luas dan Batas Kawasan

Ocean Ecopark merupakan taman yang dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 34 hektar. Di atas lahan seluas ini dibangun berbagai macam wahana rekreasi dan edukasi, fasilitas untuk berolahraga, serta fasilitas yang yang mengakomodasi kebutuhan pengunjung untuk melakukan kegiatan rekreasi lainnya. Seluruh fasilitas, sarana, dan prasarana yang menunjang kegiatan tersebut dibangun dan diatur dengan pembagian luasan yang berbeda-beda. Pembagian luasan Ocean Ecopark dapat dilihat secara terperinci dan jelas pada Tabel 11. Tabel 11. Pembagian Luasan Ocean Ecopark

No. Jenis Area Luas (m2)

1. Kanal 37,645 2. Danau 15,920 3. Pedestrian 14,939 4. Jalur Sepeda 5,254 5. EcoLearning Farm 2,813 6. Fantastique 2,297

7. Toilet barat dan Musholla 201

8. Toilet Timur 101 9. Power House 171 10. Ecovention 6,372 11. Parkir 26,095 12. Paintball 11,101 13. Area Hijau 215,381 Total Area 338,290

Sumber: Pengelola Ocean Ecopark (2012)

Ocean Ecopark ini memiliki batas wilayah sebelah utara yaitu Hotel Mercure, batas selatan yaitu Kali Ancol, batas barat yaitu Dunia Fantasi, dan batas timur yaitu Atlantis.

4.1.4 Iklim

Ocean Ecopark terletak di sisi utara kota Jakarta yang merupakan daerah pantai beriklim panas. Diukur dari stasiun Meteorologi Kemayoran Jakarta

(43)

dengan ketinggian 4 meter di atas permukaan laut, daerah ini memiliki suhu

rata-rata sebesar 28,4oC, suhu mimimum pada bulan Februari 27oC dan suhu

maksimum pada bulan Oktober 29oC. Curah hujan rata-rata adalah 159,98

mm/bulan, curah hujan maksimum 387,33 mm/bulan pada bulan Februari dan curah hujan minimum 43,6 mm/bulan pada bulan Agustus. Kelembaban udara rata-rata adalah 74,59%, penyinaran matahari rata-rata adalah 57,89%, dan kecepatan angin rata-rata adalah 5 km/jam (Tabel 12).

Tabel 12. Data Iklim Rata-rata Tahun 2006-2011

Bulan Suhu Udara (oC) Curah Hujan (mm/bulan) Kelembaban Udara (%) Penyinaran Matahari (%) Kecepatan Angin (km/jam) Januari 28,27 316,32 77,73 41,23 5,03 Februari 27,02 387.33 80.48 36,07 7,50 Maret 28,03 204,23 76,68 50,77 5,18 April 28,63 154,37 76,23 60,65 4,77 Mei 28,82 134,93 75,33 61,50 4,50 Juni 28,32 76,93 74,00 54,67 4,50 Juli 28,70 62,55 71,33 68,67 4,50 Agustus 28,65 43,60 69,75 84,42 4,57 September 28,75 92,37 70,07 82,00 5,00 Oktober 28,95 116,05 71,83 68,50 4,50 November 28,67 119,53 74,03 53,30 4,50 Desember 28,08 211,57 77,58 31,92 5,50 Rata-rata 28,41 159,98 74,59 57,89 5,00

Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Kemayoran, Jakarta (2012)

Ocean Ecopark yang terletak di pinggir pantai yang merupakan daerah yang rawan akan banjir baik karena naiknya air pasang laut ataupun banjir yang disebabkan oleh adanya dua banjir kanal yang ada di dekat wilayah rekreasi ini. Selain itu, iklim pada daerah ini tergolong cukup kering dan panas sehingga diperlukan vegetasi peneduh yang banyak agar pengunjung merasa nyaman. Oleh karena itu, diperlukan perawatan yang ekstra pada area hijau yang ada.

4.1.5 Hidrologi

Ocean Ecopark memiliki tiga sumber air, yaitu PAM, kanal, dan RO (reverse osmosis). Ketiga sumber ini memiliki kegunaan yang berbeda untuk Ocean Ecopark. PT PAM JAYA menjadi sumber air untuk penggunaan manusia

(44)

secara langsung. Perusahaan ini merupakan penyedia air bersih layak pakai untuk masyarakat.

Pembangunan kanal di Ocean Ecopark sebesar 20% dari luas Ocean Ecopark bertujuan meningkatkan kemampuan water management yang mampu mengantisipasi air pasang, gelombang laut, dan curah hujan yang tinggi. Selain itu, kanal ini juga berfungsi sebagai habitat ikan dan menjadi sumber air bagi kehidupan satwa lain serta tanaman yang berada pada pulau besar yang berada di tengah-tengah Ocean Ecopark. Sumber air kanal berasal dari air resapan tanah dan hujan. Letak Ocean Ecopark yang berdekatan dengan laut membuat air pada kanal bersifat payau karena tercampurnya air tawar dengan air laut yang asin.

Pada musim kemarau, ketinggian air mengalami penurunan, saat itulah dua saluran inlet akan dibuka agar air pada kanal tidak mengalami kekeringan. Air tersebut berasal dari tiga sumber yang berbeda. Ketiga sumber tersebut adalah Kali Ancol, air limbah kolam renang yang masih layak pakai, dan air hujan. Ketiga sumber tersebut mengalami proses penyaringan dan penetralan pH terlebih dahulu agar tidak berbahaya. Pada musim hujan, ketinggian air akan melebihi kapasitas, sehingga pembuangan air akan dilakukan melalui tiga saluran outlet menuju ke Kali Ancol.

Selain PAM dan kanal, sumber air Ocean Ecopark juga berasal dari RO. RO adalah tempat produksi air bersih yang didirikan oleh Taman Impian Jaya Ancol. Air bersih ini berasal dari air laut yang kemudian diolah dengan teknologi reverse

osmosis. Penyulingan air laut menjadi bersih ini merupakan inovasi sebagai

langkah mengantisipasi krisis air yang sering terjadi. Air RO ini digunakan untuk penyiraman tanaman di beberapa wilayah di Ocean Ecopark. Namun, karena sulitnya birokrasi, penggunaan air RO ini bukan menjadi sumber utama air untuk Ocean Ecopark.

4.1.6 Topografi dan Tanah

Pada awal pembangunan Taman Impian Jaya Ancol, Ocean Ecopark dahulunya merupakan sebuah lapangan golf. Namun, pada tahun 2009 lapang golf ditutup dan dibangun menjadi Ocean Ecopark pada awal tahun 2010. Ocean

(45)

pembangunannya. Konturnya tetap bergemlobang mengikuti topografi awal lapangan golf. Saat pembangunan Ocean Ecopark berlangsung proses cut and fill dilakukan pada beberapa titik untuk pembuatan kanal.

Tanah Ocean Ecopark merupakan tanah lumpur yang berasal dari proses cut

and fill pembuatan kanal. Tanah lumpur ini sifatnya keras, tidak subur, dan

mengandung kadar garam karena berdekatan dengan laut sehingga pada kondisi ini tidak ada tanaman yang bertahan hidup. Untuk menyiasati hal tersebut, bagian yang akan dijadikan untuk taman diurug dengan tanah merah super setinggi 10-20 cm. Tanah merah super ini subur sehingga tanaman dapat tumbuh.

4.1.7 Vegetasi

Ocean Ecopark merupakan kawasan rekreasi yang didominasi oleh elemen lunak. Vegetasi merupakan salah satu elemen lunak yang dijual di dalam kawasan rekreasi ini. Ocean Ecopark menawarkan kenyamanan dan kesejukan yang diperoleh melalui banyaknya vegetasi yang ditanam.

Jenis vegetasi yang ada di Ocean Ecopark saat ini diodominasi oleh pepohonan dan rumput. Semak, perdu, dan tanaman air berfungsi sebagai aksen pada zona-zona tertentu. Vegetasi di Ocean Ecopark ditanam berdasarkan konsep tiap kawasan yang berbeda-beda.

Ocean Ecopark memiliki vegetasi eksisting sebelum adanya pembangunan tempat rekreasi ini, vegetasi tersebut adalah Accasia mangium, Barringtonia

asiatica, Cocos nucifera, Khaya senegalensis, Kigelia pinnata, Melia azaderach, Parkia speciosa, Pritchardia pacifica, Sterculia foetida, dan Terminalia catappa.

Salah satu pohon yang dibudidayakan di Ocean Ecopark adalah ebony (Diospyros celebica) atau lebih dikenal dengan sebutan Kayu Hitam Sulawesi. Pohon ini menghasilkan kayu yang berkualitas baik. Berwarna cokelat gelap, kehitaman, atau hitam belang-belang kemerahan.

Saat ini, Ocean Ecopark sedang dalam masa pengembangan sehingga nantinya kawasan rekreasi ini akan memiliki jenis vegetasi yang semakin beragam. Selain itu, pohon-pohon yang ada pada kawasan ini tergolong baru sehingga masih banyak pohon yang belum tumbuh besar sesuai dengan yang diharapkan. Menurut prediksi pihak pengelola, diharapkan kurang lebih 5 tahun

(46)

lagi, pohon-pohon yang ada pada kawasan ini sudah tumbuh besar dan kawasan rekreasi ini menjadi teduh dan nyaman untuk pengunjung. Jenis data vegetasi dapat dilihat pada Lampiran 6.

Pengelola Ocean Ecopark menargetkan untuk menanam 200-300 pohon dalam setiap satu hektar. Jadi, untuk ke depannya Ocean Ecopark yang memiliki luas sekitar 34 hektar akan memiliki pohon lebih dari 3.000 pohon. Saat ini, Ocean Ecopark masih berusaha untuk mencapai target yang telah ditentukan.

4.1.8 Satwa

Ocean Ecopark Ancol memiliki satwa yang dipelihara dan dibudidayakan seperti siamang, rusa, kasuari, burung merpati, burung pelikan, kambing, angsa, kelinci, ikan koi, ikan mujaer, ikan nila merah, dan ikan mas (Tabel 13). Satwa yang tidak dibudidayakan dan tidak dipelihara secara sengaja, diantaranya, adalah burung kutilang, burung gereja, kucing, anjing, dan monyet. Anjing liar dan monyet adalah hewan yang menjadi perusak atau pengganggu hasil pemeliharaan yang telah dikerjakan di Ocean Ecopark Ancol

Tabel 13. Jumlah satwa yang dipelihara oleh Ocean Ecopark Ancol

No. Nama Binatang Jumlah Binatang

(ekor) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Rusa Tutul Rusa Sambar Rusa Bawean Rusa Timur Leste Kasuari Angsa Merpati Siamang 11 3 3 6 4 45 ± 500 2 Sumber: Pengelola Ocean Ecopark (2012)

4.1.9 Sosial Ekonomi

Pengunjung Ocean Ecopark sangat beragam, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sampai lansia. Keberagaman ini dikarenakan Ocean Ecopark menyediakan sarana rekreasi yang menunjang segala umur. Tidak hanya sekedar

(47)

rekreasi hiburan saja, sarana edukasi pun disediakan untuk para pengunjung Ocean Ecopark.

Dilihat dari tingkat sosial, pengunjung Ocean Ecopark Ancol berasal dari kalangan menengah ke atas. Umumnya, pengunjung kalangan menengah ke atas ini adalah penghuni apartemen dan perumah elite yang berada di sekitar kawasan Taman Impian Jaya Ancol. Keberagaman tingkat sosial pengungjung Ocean Ecopark terjadi karena kawasan rekreasi ini tidak mengenakan tarif masuk. Pengunjung hanya membayar tarif masuk gerbang utama kawasan rekreasi Taman Impian Jaya Ancol yaitu sebesar Rp 15.000,00 per orang, Rp 15.000,00 per motor, dan Rp 20.000,00 per mobil (Pengelola Taman Impian Jaya Ancol, 2012). Jam operasional Ocean Ecopark pada hari Senin-Jumat adalah pukul 06.00-21.00, sedangkan pada hari Sabtu-Minggu dan hari libur nasional adalah pukul 05.00-21.00.

Ocean Ecopark Ancol merupakan wahana baru yang dibuka pada tanggal 22 Juni 2011, sehingga jumlah pengunjung yang datang pun masih mengalami naik dan turun tiap bulannya (Gambar 5). Pada bulan Januari 2012, jumlah pengunjung Ocean Ecopark cukup tinggi. Hal ini disebabkan, pada bulan Januari terdapat perayaan Tahun Baru dan Liburan Sekolah. Lonjakkan kunjungan biasanya terjadi saat ada hari libur nasional, libur sekolah, dan hari libur Sabtu dan Minggu.

(Sumber: Pengelola Ocean Ecopark, 2012)

Gambar 5. Jumlah Pengunjung Ocean Ecopark pada Bulan Januari-April tahun 2012 Ju m lah P eng u n ju n g ( o rg )

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel 2. Bobot Tingkat Kinerja dan Kepentingan
Tabel 5. Matriks IFE
Tabel 11. Pembagian Luasan Ocean Ecopark
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian Hartanti (2008) Desa Taman Jaya yang merupakan salah satu desa daerah penyangga kawasan TNUK memiliki potensi objek dan atraksi yang

Desain Interior Ancol Ocean Boutique Hotel di Jakarta Utara dengan Pendekatan Konsep Bahari Kolonial adalah perancangan ruang dalam suatu bangunan yang menggunakan tata kehidupan

Pola community behavioral settings di Kawasan Taman Fatahillah, Kota Tua Jakarta adalah pola yang terbentuk karena interaksi antara satu grup komunitas dengan grup

Dunia Fantasi yang biasa disingkat Dufan yang terletak di kawasan Ancol Taman Impian, Jakarta Utara, menjadi tempat tujuan rekreasi bagi warga Jakarta maupun luar kota Impian,

Dapat diartikan bahwa Kawasan Wisata Resort Kamal Muara Jakarta Utara adalah tempat atau daerah yang memiliki fungsi untuk melakukan kegiatan rekreasi atau bisnis, dimana tempat

Berarti dengan keadaan faktor ini menunjukkan bahwa objek wisata berada pada posisi yang menguntungkan dimana kawasan objek wisata Pemandian Alam Taman Rekreasi Gotong

Dalam setiap program yang dibuat dan dilaksanakan oleh Marketing Event Taman Impian PT Pembangunan Jaya Ancol harus terlebih dilakukan pengajuan untuk pemakaian

Penelitian dilakukan di lokasi petak Sembilan, berada di kecamatan Taman Sari, Glodok, Jakarta Barat.Penelitian dilakukan dalam sebuah kawasan pecinan yang bernama Petak