BIAYA PENGELOLAAN
SEKOLAH
D A N
PRODUKTIVITAS
KERJA
GURU
T H E S I S
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Ujian
Sidang Magister Pendidikan Bidang Studi Administrasi Pendidikan
O 1 e h :
YAYAT ACHPiAT
349 / D / XV h- 7
FAKULTAS PASCA SARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
B A N D U N G
THESIS INI TELAH DISETUJUI
OLEH »
PROF. DR. OTENG SllTISNA, M.Sc
PEMBIMBING I
P1*MBUA8ING II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
UCAPAN TERIMA KASIH v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR viii
I. PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang Penelitian 1
2. Pokok Permasalahan if
3. Tujuan Penelitian 7
J+. Kegunaan Penelitian 8
5» Kerangka Pemikiran 9
6. Hipotesis Ik
II. LANDASAN TEORI 17
A. Konsep BLaya Pendidikan 21
B. Konsep Produktivitas Kerja 27
C. Hasil Penelitian Penunjang 32
III. METODOLOGI PENELITIAN 37
A. Variabel Penelitian 38
B. Populasi dan Sampel ifl
C. Instrumen Penelitian k2
D. Kerangka Analisis W3
IV. ANALISIS DATA 49
A. Analisis Variabel Bebas 55
B. Analisis Variabel Kontrol 64
V. DISKUSI DAN KESIMPULAN ?Q
A. Diskusi 7$
B. Kesimpulan 100
C. Saran-Saran 104
DAFTAR KEPUSTAKAAN 107
LAMPIRAN-LAMPIRAN 110
149
Gb. Kerangka Pemikiran Penelitian
I41
Gb. Pola Uji Hipothesis 16
Gb. Pola Analisis Data 47
Tb. Penjabaran Konsep Penelitian
48
Tb. Penyebaran SMA Berdasarkan Wilayah Di
Kotamadya Bandung 49
Tb. Biaya Pengelolaan Sekolah Dan Produktivitas
Kerja Guru £0
Gb. Kurve Biaya Pengelolaan Sekolah Dan
Produktivitas Kerja Guru 51
Gb. Komposisi Biaya Pengelolaan Sekolah Dan
Produktivitas Kerja Guru
53
Tb. Ringkasan Hasil Analisis Data Tentang Hubungan
Biaya Pengelolaan Sekolah Dengan Produktivitas 57
Kerja-Guru \ . • .
Tb. Ringkasan Hasil Analisis Data Tentang Komposisi r-,
Biaya Pengelolaan Sekolah Dengan Produktivitas
b^
Karja Guru
Tb. Ringkasan Hasil Analisis Data Tentang Hubungan
Biaya Pengelolaan Sekolah Dengan Produktivitas 68 Kerja Guru Berdasarkan Jenis Kelamin.
Tb. Ringkasan Hasil Analisis Data Tentang Hubungan
Biaya Pengelolaan Sekolah Dengan Produktivitas 71 Kerja Guru Berdasarkan Pengalaman Kerja Sebagai
Guru.
Gb. Ringkasan Hasil Penelitian 77
Gb. Variabel Penentu Produktivitas Kerja Guru 99
I. PENDAHULUAN
Cepatnya laju pertumbuhan ilmu. pengetahuan dan tekno
logi telah menuntut keberadaan manusia terdidik yang memill
ki kesiapan mental serta kemampuan menyerap proses alih tek
nologi dan menerapkannya dalam kehidupan nyata, karena itu
konsep pendidikan pada saat ini tidak lagi hanya ditekankan
pada peningkatan kwantitas tetapi juga kwalitas. Walaupun
kwalitas pendidikan sebenarnya merupakan suatu konsep yang
sangat kompleks, sebab menyangkut berbagai aspek yang ber
kenaan dengan masukan, proses dan keluarannya.
Konsep kwalitas pendidikan perlu diketahui tidak ha
nya untuk mengukur keberhasilan atau kegagalan suatu sistem
pendidikan, melainkan juga untuk menentukan prakiraan sampai
berapa jauh dan berapa lama kita mempunyai kemampuan
menge-ejar berbagai ketinggalan dari negara-negara maju,
khusus-nya ketinggalan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologl
yang sangat bermanfaat bagi percepatan proses pembangunan
nasional, serta kemampuannya untuk bersaing secara berhasil
guna dalam tata kehidupan internasional.
1. Latar Belakang PeneHtlan.
Mj4fiJjJi
Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya
pendidikan telah mendorong peningkatan permintaan pendidikan
pada tingkatan kwalitas tertentu, namun peningkatan ini da
da tingkatan kwalitas yang sesuai dengan kebutuhan, karena
adanya berbagai hambatan. Salah satu hambatan utama lalah
terbatasnya dana pendidikan, baik yang bersumber dari masya
rakat maupun dari pemerintah.
Dengan demikLan tuntutan peningkatan kwalitas pen
didikan yang bias^nya diukur dengan perilaku dan prestasl
-lulusannya, selain mencerminkan kemajuan pola fikir bangsa
juga dapat menlmbulkan tuntutan terhadap peningkatan biaya
pendidikan, karena secara langsung akan berkaitan dengan tun
tutan kelengkapan personal pendidikan serta piranti pendidik
an lainnya yang secara langsung dapat mempengaruhi proses
-belajar mengajar, seperti metoda, bahan dan sumber pelajaran /3ot
maupun suasana kelas dan suasana sekolah. ("^ s<~
Konsep ini memperlihatkan bahwa proses belajar meng
ajar bisa dijadikan sebagai salah satu dimensi kwalitas pen
didikan, Namun karena proses ini melibatkan berbagai aspek
maka dalam pengukurannya sangat rumit, sehingga munculnya
issue tentang menurunnya kwalitas pendidikan khususnya pada
tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas pada awal tahun 1980,-^
sebagaimana yang telah disinyalir oleh salan seorang ilmu
-wran IPB yang kemudian ditunjang oleh kenyataan rendahnya ha
sil tes SIPENMARU dan besarnya disparitas antara NEM (. nilai
abtanas murni 45?sertainilai gata-rata STTB pada tahun
1984-1985» vsering dipandang hanya sebagai akibat ketidak mampuan
gas pekerjaannya sebagai pendidik.
Hal inl kemudian Bering pula dikaitkan dengan adanya
anggapan tentang rendahnya penghargaan, khususnya pengharga
an dalam bentuk materi kepada mereka. Sehingga selain sulit
untuk memperoleh tenaga kependidikan yang berkemampuan tin£
gi, juga mereka kurang dapat memanfaatkan kompetensi dan po
tensinya secara penuh, sehingga produktivitas kerjanya
ren-dah. Produktivitas dalam konsep ini diartikan sebagai " the
relationship between the outcomes of education and the human
and material resources which education consumption " ( J.
Alan Thomas, 1971; 2 ).
Selain konsepsi yang menekankan pada kondisi guru ju
ga muncul konsep lain yang melihat penurunan kwalitas pen
-didikan tidak hanya sebagai tanggung jawab para guru, melain
kan juga tanggung jawab pemerintah dan masyarakat, sebab se
bagian besar waktu peserta didik dihabiskan diluar lembaga
pendidikan formal dan kurangnya piranti pendidikan yang mam
pu menunjang peningkatan kwalitas pendidikan.
Dari adanya dua pandangan ini maka timbul suatu ke
-cenderungan bahwa untuk meningkatkan kwalitas pendidikan me
lalui peningkatan produktivitas kerja guru sebagai tenaga
inti kependidikan, diperlukan adanya peningkatan kondisi so
sio ekonorai tenaga kependidikan dan peningkatan piranti pen
didikan lainnya. Dengan kata lain mengacu kepada suatu ke
cenderungan bahwa kwalitas pendidikan mempunyai kaitan
katkan kondisi sosio ekonomi tenaga kependidikan diperlukan
dana yang bisa dipergunakan bagi pengembangan lembaga pen -t
didikan, pengembangan kelompok, pengembangan minat individu,
peningkatan pendidikan dan latihan, serta pemenuhan kebutuh
an individu lainnya.
Demiklan pula peningkatan piranti pendidikan lainnya
menuntut adanya dana pendidikan yang bisa dipergunakan untuk
meningkatkan proses pengolahan bahan dasar atau bahan baku,
termasuK penyusunan rancangan kerja dan pengembangan metodo
logi. Yang kesemuanya berkaitan erat dengan perkembangan tek
nologi.
Bertolak dari konsep ini maka wajar kalau anggaran
pendidikan dari suatu periode ke periode berikutnya terus
-meningkat. Sehingga untuk PELITA IV sudah mencapai fy.11.697
310.728.000.-, termasuk untuk pendidikan kedinasan sebesar
fo. 743.319.600.000.- serta dana diluar pendidikan formal se
besar fy. 462.628.600.000,-. Dengan demikian dana untuk pen
didikan formalnya adalah fy. 10.142.699.428.000., yang di
-peroleh dari SPP/DPP fr. 157.810.728.000,- serta anggaran pe
merintah $. 9.984.888.700.000.- , dengan ketentuan untuk pro
gram pendidikan Sekolah Lanjutan Atas fy.
2.125.800.000.000.-atau 21,29/6.
2. Pokok Permasalahan.
Dari ungkapan latar belakang tersebut nampak bahwa
-peireTTtlatt Ini bertolak dari adanya peningKatan permintaanrttair~
terhadap pendidikan yang antara lain dibuktikan dengan ada
nya pembangunan pendidikan secara meluas di seluruh pelosok
tanah air, yang dalam pelaksanaannya tidak hanya tergantung
kepada pemerintah saja sebagaimana halnya dengan sekolah ne
geri, tetapi juga tidak sedikit yang dllaksanakan oleh masya
rakat secara berswadaya. Dengan salah satu konseKwensinya
ialah kemungkinan adanya perbedaan alokasi sumber pemblayaan
pendidikan dan alokasi penggunaan biaya pendidikannya disatu
flhak, serta adanya tuntutan peningkatan kwalitas pendidikan
melalui peningkatan produktivitas kerja guru yang cenderung
mempunyai kaitan yang erat dengan pemblayaan pendidikan.
Alokasi penggunaan biaya pendidikan pada dasarnya mem
punyai dua kemungkinan, yaitu : Pertama untuk meningkatkan
kwalitas sumber daya manusianya, yang dalam konsep ini di
-tekankan pada aspek guru sebagai tenaga inti kependidikan .
Kedua, untuk meningkatkan piranti pendidikan lainnya yang
pada umumnya berkaitan erat dengan perkembangan teknologi .
Kemungkinan ini sejalan dengan konsep R.A.Sutermeister yang
melihat bahwa " Productivity depends upon or is determined
by technical factors (. technical development, raw materials,
job layout, and method ) and human factors ( employees, job
performance ) » (R.A.Sutermeister, 1976, 16).
Sutermeister melinat faktor teknologi sebagai
determinan bagi peningkatan produktivitas karena teknologi ber
hubungan langsung dengan produktivitas, baru kemudian per
stimulus, sebab dalam penaayagunaannya masih merapunyai ke
tergantungan pada keslapan dan kemampuan manusia untuk me
-nyerap "transfer of technology " serta mengaplikasikannya
dalam ujud tindakan yang kongkrit. Sehingga yang menjadi de
terminan bukan teknologi melainkan sumber daya manusianya ,
fchususnya guru sebagai tenaga inti kependidikan.
Selain produktivitas, faktor biaya juga merupakan sua
tu konsep yang sangat kompleks karena bisa menyangkut biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung ada yang
dikelola oleh sekolah dan ada juga yang dikelola oleh masya
rakat atau orang tua peserta didik, karena itu dalam pe •
-nelitian ini konsep biaya pendidikan lebih ditekankan pada
biaya pendidikan yang dikelola oleh sekolah, dalam arti bia
ya pengelolaan sekolah.
J- Berdasarkan sumbernya, biaya pengelolaan sekolah mem
(0/punyai tiga sumber utama yaitueanggaran pembangunan & anggar.
an rutin,t|)PP/SPPiserta^BP3 bagi sekolah negeri. Bagi seko
lah swasta biayanya bersumber dari SPP dan Uang Bangunan ,
kecuali sekolah swasta yang memperoleh bantuan atau subsidi
dari pemerintah baik dalam bentuk sarana dan prasarana penun
jang maupun tenaga guru. Dari adanya perbedaan sumber biaya
pengelolaan sekolah ini maka ada kecenderungan besarnya bia
ya pengelolaan sekolah menjadi bermacamragam, sehingga prio
ritas pendayagunaannya berbeda satu sama lain karena disesuai
Dengan demikian penelitian ini tidak dimaksudkan un
tuk mengukur ada tidaknya hubungan antara perubahan biaya
-pengelolaan sekolah dengan produktivitas kerja guru, melain
kan ada tidaknya hubungan antara perbedaan biaya pengelolaan
sekolah, baik jumlah ataupun pendayagunaannya, dengan pro
-duktivitas kerja guru sebagai tenaga inti kependidikan.
3. Tu.1uan Penelitian.
J^tf****^^
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis^ hubungan
antara variabel feiaya pengelolaan sekolah dan variabel pro
duktivitas kerja guru sebagai tenaga inti kependidikan, khu
susnya untuk menjawab ada tidaknya hubungan diantara kedua
variabel tersebut manakala terdapat perbedaan jumlah dan
pendayagunaan biaya pengelolaan sekolah:.
Jadi dari penelitian ini diharapkan selain dapat mem
berikan gambaran secara umum dan lebih jelas tentang situasi
pendidikan, khususnya pada tingkat sekolah menengah atas
-umum, juga dapat diperoleh informasi tentang arah dan keerat
an hubungan kedua variabel tersebut, Sehingga memungkinkan
untuk dapat mempromosikan adanya perbedaan produktivitas ker
ja guru pada situasi biaya pengelolaan sekolah yang berlain
an.
Untuk itu diusahakan agar data yang diperoleh dapat
diukur dan diolah secara statistika, sebab " tanpa pengukur
an kwantitatif sangat sukar mengadakan pembuktian empiris
-ngaruh variabel yang satu terhadap yang lain " (S.Nasution,
1982 : 64 ).
4. Kegunaan Penelitian.
Studi tentang pembiayaan pendidikan dan produktivitas
kerja guru sebagai tenaga inti kependidikan telah banyak di
lakukan para akhli, namun studi tentang hubungan diantara ke
dua variabel tersebut belum begitu banyak dikembangkan. Se
hingga konsep dasar yang ada, termasuk konsep penelitian ini
bisa dipergunakan sebagai dasar untuk mengetahui tentang ba
gaimana kemungkinan hubungannya.
Atas dasar itu maka konsep penelitian ini bersifat
-penjajagan atau berfungsi sebagai penjela^ahan untuk memper
oleh gambaran yang jelas tentang masalah beserta petunjuk
cara pemecahan masalahnya, agar bisa diolah dan dianalisis
secara ilmiah dalam bentuk thesis.
Selain berfungsi sebagai penjelajahan, dari peneliti
an ini juga diharapkan dapat dihasilkan suatu informasi yang
bisa memperkaya para pembuat kebijakan dalam pendidikan, ba
ik pemerintah, lembaga perwakilan rakyat, para orang tua ,
serta masyarakat secara umum. Dalam merumuskan dan
menetap-kan suatu kebijaksanaan yang menyangkut masalah pembiayaan
pendidikan serta tenaga kependidikan, agar benar-benar dapat
dipergunakan secara berdayaguna dan tepatguna bagi upaya pe
ningkatan kwantitas dan kwalitas pendidikan.
ini tidak terlepas dari kondisi empiris yang memperlihatkan
adanya keanekaragaman faktor internal dan eksternal, yang
dapat mempengaruhi kedua variabel penelitian tersebut, serta
kedinamisan tenaga kependidikan sebagai manusia sosio budaya
dan lembaga pendidikan sebagai suatu sistem terbuka. Karena
itu keberlakuan hasil penelitiannya mempunyai ketergantung
an pada kesesuaian situasi dan kondisi lingkungan sosio-buda
ya, yang erat kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknplogi.
5. Kerangka Pemiklran.
Dari ungkapan diatas nampak bahwa studi tentang biaya
pengelolaan sekolah dengan produktivitas kerja guru sebagai
tenaga inti kependidikan tidak bisa melepaskan diri dari ke
terkaitan dengan lingkungannya, karena itu studi ini ber
tolak dari pandangan sekolah sebagai suatu sistem sosial yang
sangat kompleks sebab adanya proses saling mempengaruhi di
antara komponen-komponennya
secara terus menerus. Sehingga
konsep pokok produktivitasnya mengacu pada kemampuan ber
fikir dan bertindak untuk mendayagunakan sumber masukan yang
ada agar menghasilkan keluaran secara optimal.
Konsep produktivitas ini berlaku bagi organisasi se
kolah sebagai lembaga pendidikan formal, yang dalam pencapai
annya sangat ditentukan oleh produktivitas kerja guru. Kare
na guru merupakan salah satu komponen sekolah yang utama yang
-sekolah.
Dalam pengukurannya, produktivitas kerja guru sebagai
tenaga inti kependidikan bisa dikaitkan dengan pelaksanaan
tugas profesi keguruan, baik ditinjau dari segi pengabdian.
nya maupun wewenangnya. Secara teoritis pengabdian seorang
guru dapat dilihat
dari
tujuan pendidikan pada umumnya,
yang melibatkan tugas guru sebagai : (1) Perencana, khusug,
nya merencanakan kegiatan belajar-mengajar untuk suatu jang
ka waktu tertentu, diantaranya menyiapkan materi untuk d£
sajikan di kelas beserta urutan waktu penyajlannya. (2) |>ea
baharu f yaitu mengintrodusir cara-cara baru yang dapat mem.
bangkitkan gairah bertanya dan membahas sesuatu yang di
-pandang baru oleh peserta didik. (3) Pembimbing atan pg
nunjuk arah. maksudnya seorang guru yang berdedikasi tinggi
tidak selalu memberikan jawaban atas sesuatu masalah, me
lainkan diusahakan agar pernyataan tentang sesuatu peng
-etahuan yang dikemukakan tersebut perlu diperiksa kebenaran.
nya dan forum kelaslah yang dijadikan sebagai arena tempat
memutuskan untuk menerima atau menolak pernyataan tersebut.
(4) PenffgloJ.fi> balk pengelola kelas maupun pengelolan pro
ses belajar mengajar, dengan tugasnya antara lain mengamati
dan mencatat perkembangan belajar siswa, membuat pengumuman,
mencatat absensi siswa, serta menggunakan data yang ter
-sedia untuk mengajak siswa agar mau mendalaml ilmu yang te
11
Mengenai wewenang seorang guru, biasanya dipandang
sebagai simbul kekuasaan yang sering mendapat sorotan para
orang tua siswa, terutama sekali bila menyangkut pasalah
sikap dan prilakunya terhadap siswa secara individual. Ka
rena Itu ada sekelompok pendidik yang memandang pentingnya
kepatuhan murid kepada guru, walau dengan melalui paksaan,
sehingga setiap pelanggaran harus diberikan hukuman yang
setimpal. Namun ada pula kelompok lain yang menganjurkan
dipergunakannya pendekatan »» persuasive " dalam mengajak
siswa agar patuh terhadap peraturan.Menurut pandangan yang kedua maka guru bisa bertugas
sebagai (5) Pendorongr dalam arti memberikan perhatian dan
" hadlah " bagi setiap siswa yang memperlihatkan kesungguh.
an dalam proses belajarnya, sambil tetap mengajak siswanya
untuk terus belajar secara sungguh-sungguh dan memberikan
dorongan pada
siswa
yang ketinggalan agar lebih bersemangat
lagi dalam belajar.
Selain pendorong, wewenang lain yang dipandang
pen-ting dari seorang guru ialah tugasnya sebagai (6) Penilai.
Dalam hal ini guru diuji kejujurannya agar tidak berat se,
belah dalam memberikan penilaian, sebagaimana layaknya se
orang hakim. Dengan kata lain la harus memberikan penilaian
secara obyektif berdasarkan prestasi yang dicapai para sig.
wanya, tahpa melibatkan sistem nilai yang dianutnya, sebab
kurang baik. Misalnya seorang guru yang menurut
perkiraan-nya telah membuat pertaperkiraan-nyaan sedemikian mudahperkiraan-nya namun ter.
nyata tidak ada seorang siswa pun yang mampu menjawab per.
tanyaan tersebut secara benar maka mungkin saja la akan me.
nilai bahwa semua siswanya bodoh, sebab ukuran penilaian
yang dipergunakannya adalah kemampuannya sendiri.
Karena
itu seorang guru dalam menilai siswanya juga harus berperan
sebagai pengusut nilai ( value investigator ).
Keenam tugas guru inilah yang dijadikan sebagai
di-mensi indikator produktivitas kerja guru yang dalam pelaksa.
naannya dijabarkan lagi menjadi beberapa item.
Mengenai sumber masukan yang harus didayagunakan, sa
lah satu diantaranya adalah
biaya pengelolaan sekolah atau
biaya pendidikan yang dikelola oleh sekolah, sebab menurut
Dr. M. Fakry Gaffar M.Ed., » produksi total dari.organisasi
pendidikan merupakan kontribusi
dua faktor besar yaitu tek
nologi dan performance kerja. Teknologi adalah sejumlah fak
tor selain human faktor yang mempengaruhi output pekerja per
jam, seperti bahan baku,
metode kerja, plant, Kualitas dan
disain produk, aliran kerja, proses produksi dan manajemen.
Sedangkan performance kerja adalah hasil bentukan antara mo
tivasi dan ability pekerjaan dalam organisasi yang di
-pengaruhi oleh faktor-faktor kondisi sosial kerja,
kondisi
fisik kerja dan kebutuhan pekerja " (M.Fakry Gaffar, 197a).<?.
-13
yang cenderung berkaitan dengan penyediaan dana pendidikan,
tetapi juga performance kerja, sebab untuk menyediakan kon
disi sosial kerja, kondisi fisik pekerja dan kebutuhan pe
-kerja, mempunyai kaitan yang erat dengan penyediaan dana yang
tersedia. Terutama dana untuk membiayai kegiatan pendidikan
di sekolah.
Disampmg penyediaan dana, pendayagunaan biaya pen
didikan atau komposisi alokasi biaya pengelolaan sekolah ju
ga mempunyai kaitan dengan produktivitas kerja guru. Karena
itu konsep penelitian Ini mengacu pada suatu kecenderungan
bahwa komposisi alokasi biaya pengelolaan sekolah pada se
-tiap lembaga pendidikan tidak sama, sebab adanya perbedaan
situasi dan kondisi sekolah yang dapat mendorong perbedaan
dalam menentukan skala prioritas kebutuhan komponen pendidik
annya.
Dengan demiklan penyusunan skala prioritas kebutuhan
sekolah ini sangat penting karena erat kaitannya dengan alo
kasi sumber, sebagaimana Kaufman juga mengatakan bahwa "
-This priority setting is important because there never seems to be enough money and time ( and other resources ) for meet
ing all the identified needs in any educational agency realm
of activity. Resources and funds must be allocated to the
project with the highest priority and the highest payoff "
(R.A.Kaufman, 1972, 38).
Dari adanya kemungkinan perbedaan dalam penentuan ska
pengelolaan-sekolah, juga memungkinkan adanya hubungan antara pengaloka
sian biaya pengelolaan sekolah dengan produktivitas kerja
guru sebagai tenaga inti kependidikan. Sehingga konsep hu
bungannya bisa digambarkan sebagai berikut :
6. Hipotesis.
TENAGA ADKINISTRASI KEPENDIDIKAN
T
GURU SEBAGAI TENAGA - INTI KEPENDIDIKAN
PIRANTI PEN DIDIKAN LAIN
Gb.l. KERANGKA PEMIKIRAN PENELITIAN
Produktivitas kerja guru sebagai tenaga kependidikan
15
Asumsi diperlukan karena hipotesis mi tidak melibat
kan variabel yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja gu
ru secara keseluruhan, melainkan hanya beberapa variabel de
ngan penekanan utama pada variabel biaya pengelolaan sekolah.
Sehingga keberlakuan hipotesisnya ( setelah diuji ) selalu
dilandasai oleh asumsi yang dipergunakan, dengan kata lain
tanpa adanya asumsi tersebut maka hipotesisnya belum tentu
dapat berlaku.
Adapun asumsi yang dipergunakan dalam perumusan hipo
tesis ini adalah :
1. Terdapat perbedaan situasi dan kondisi lingkungan sekolah
yang memungkinkan adanya perbedaan dalam penentuan besar
nya biaya pengelolaan sekolah serta komposisi alokasi
-penggunaannya.
2. Semua guru telah memiliki kemampuan dasar sebagai pen
.-didik, baik melalui pendidikan formal, non formal, atau
pun berdasarkan pengalamannya sebagai guru.
3. Terdapat perbedaan tingkat produktivitas kerja guru se
-bagai tenaga inti kependidikan.
Disamping asumsi, hal lain yang juga harus diperhati
kan ialah walaupun issue yang menimbulkan permasalahan ini
belum melembaga, namun bidang garapan operasionalnya mempunya.
i kesamaan dengan profesi penulis sebagai pendidik. Karena
Itu untuk menghindarkan subyektivitas dalam pengolahan dan
penganalisaan datanya maka hipotesis yang dipergunakan ada
kolah tidak mempunyai hubungan positif dengan produktivitas
kerja guru sebagai tenaga inti kependidikan ". Dengan kata
lain besar kecilnya biaya pengelolaan sekolah yang tersedia
dan perbedaan komposisi alokasi pendayagunaannya, tidak mem
pengaruhi produktivitas kerja guru sebagai tenaga inti ke
-pendidikan.
Hipotesis ini berkenaan dengan pengujian hubungan ti
ga komponen variabel, sehingga teknik penganalisaannya ber
sifat multivarians. Karena itu untuk mempermudah penganalisa
annya agar tidak bersifat multivarians maka dipergunakanlah
sub-sub hipotesi6 sebagai berikut :
1. Besarnya biaya pengelolaan sekolah tidak mempunyai hubunjg
an positif dengan produktivitas kerja guru sebagai tenaga
inti kependidikan.
2. Perbedaan komposisi alokasi pendayagunaan biaya pengelola
an sekolah tidak mempengaruhi produktivitas kerja guru se
bagai tenaga inti kependidikan.
Dari sub hipotesis ini nampak bahwa penelitian dituju
kan untuk menguji dua kecenderungan hubungan yang menunjang
pembuktian hipotesis utama, karena itu pola hubungannya bisa
digambarkan sebagai berikut :
Biaya Pe
ngelolaan
Sekolah.
Besar Biaya Pengelolaan
Sekolah.
Pendayaguna.
an Biaya Pe
ngelolaan
Sekolah.
Gb.2. POLA UJI HIPOTHESIS.
(Jenis "N
Kelamin
J
Produktivitas Kerja
Guru Sebagai Tenaga
Inti Kependidikan.
Pengalaman^
Ill
METODOLOGI PENELITIAN
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa penelitian ini
tidak dimaksudkan untuk mengukur ada tidaknya hubungan an
tara perubahan biaya pengelolaan sekolah dengan produktivi
tas kerja guru, melainkan ada tidaknya hubungan antara per
bedaan biaya pengelolaan sekolah, baik jumlah maupun pen
-dayagunaannya, dengan produktivitas kerja guru sebagai tena
ga inti kependidikan.. Namun karena perubahan produktivi
tas kerja guru tidak hanya ditentukan oleh variabel
biaya
pengelolaan sekolah maka dikumpulkan pula data tentang
variabel lain yang dipandang mempunyai kaitan dengan produk
tivitas kerja guru, antara lain jenis kelamin dan pengalam.
an kerja guru.
Karena itu penelitian ini lebih diarahkan pada per.
olehan data yang berkenaan dengan keempat variabel peneliti
an tersebut secara survey, agar bisa diadakan deskripsi un
tuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
situasi
pendidikan pada tingkat sekolah menengah atas,
khususnya
tentang upaya peningkatan kwalitas pendidikan melalui
pe
ningkatan produktivitas kerja guru.
Pengumpulan data lain sangat bermanfaat untuk meng
etahui variabel mana yang sebenarnya paling dominan
ter
hadap perubahan produktivitas kerja guru, seandainya hubung
an diantara variabel biaya pengelolaan sekolah dan produkti
tas kerja guru tidak memperlihatkan adanya korelasi yang po
sitif atau berada pada taraf korelasi yang sangat rendah.
A. Variabel Penelitian.
Dari ungkapan. diatas nampak bahwa penelitian ini pa
da dasarnya melibatkan dua variabel utama, yaitu biaya pea
didikan yang meliputi besarnya biaya dan pendayagunaannya
sebagai variabel bebas ( independent ) dan variabel produk.
tivitas kerja guru sebagai variabel terikat ( dependent ).
Variabel biaya pendidikan,
sebagaimana yang telah
di
ungkapkan, lebih ditekankan pada biaya pendidikan langsung
yang dikelola oleh sekolah atau biaya pengelolaan sekolah,
baik yang bersumber dari pemerintah, masyarakat, maupun pe
serta didik atau orang tua peserta didik. Denga dimensi va
riabelnya adalah :
1. Besarnya imbalan jasa bagi tenaga kependidikan.
2. Besarnya biaya pengadaan, pemeliharaan dan penggunaan sa
rana serta prasarana pendidikan lainnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan pendayagunaannya adalah kom
posisi alokasi penggunaan biaya pengelolaan sekolah terse
but, dengan dimensi variabelnya meliputi :
1. Besarnya imbalan jasa bagi guru sebagai tenaga inti ke
pendidikan.
2. Besarnya imbalan jasa bagi tenaga kependidikan penunjang,
termasuk Kepala Sekolah beserta wakilnya
3-3
39
rana serta prasarana pendidikan lainnya.
Variabel penelitian berikutnya adalah produktivitas
kerja guru sebagai individu, yang erat kaitannya dengan ke,
mampuan individu untuk melaksanakan tugas profesinya sebagai
guru atau
tenaga inti kependidikan,
dengan dimensi varia
belnya meliputi tugas guru dilihat dari sisi pengabdiannya
dan tugas guru dilihat dari sisi kewenangannya. Berdasarkan
pengabdiannya seorang guru harus bertugas sebagai : Perenca
na, pembaharu, pembimbing atau penunjuk arah dan pengelola.
Sedangkan berdasarkan kewenangannya bisa bertugas sebagai:
Pendorong dan penilai.
Keenam indikator yang dipergunakan untuk mengukur
produktivitas kerja guru itu kemudian dijabarkan lagi men
jadi 16 item yang ditanyakan, yang meliputi : kesiapan
me.
ngajar, banyaknya persiapan untuk setiap pertemuan, banyak
nya pokok bahasan yang bisa disampaikan pada setiap pertemu
an, banyaknya materi pokok bahasan yang bisa diselesaikan,
banyaknya buku yang dihasilkan dan dipergunakan baik sebagai
buku sumber untuk guru maupun sebagai pegangan eiswa> upa_ya
penerapan metode-metode baru, upaya penyampaian kasus-kasus
baru, catatan tentang perkembangan peserta didik, kegiatan
bimbingan dan penyuluhan, pemanfaatan perpustakaan, upaya
pemecahan masalah yang muncul atau dimunculkan dalam pro
ses belajar mengajar, pemberian kesempatan pada anak didik
untuk menjawab / memecahkan persoalan, banyaknya perhatian
nyaknya kegiatan penilaian peserta didik, serta pemilihan
metode yang dipergunakan.
Karena ke 16 item yang ditanyakan itu merupakan pen.
jabaran dari keenam indikator pengukur produktivitas kerja
guru maka setiap item pada dasarnya bisa dijadikan sebagai
cermin atau gambaran tentang salah satu indikator tersebut*
sebab inti daripada item yang ditanyakan itu dipandang se.
bagai kunci utama indikatornya. Walaupun banyaknya item un
tuk setiap indikator tidak sama, ada yang dijabarkan men.
jadi dua item dan ada pula yang lebih dari dua item.
Selain variabel bebas dan variabel terikat, dalam pa
nelitian ini juga terdapat dua variabel lain yang berfungsi
sebagai variabel kontrol, yaitu variabel jenis kelamin dan
pengalaman kerja guru. Kedua variabel ini dipergunakan ma
nakala terjadi penyimpangan hubungan atau lemahnya hubungan
diantara variabel bebas dan variabel terikat, agar bisa di
ketahui variabel mana yang sebenarnya paling menentukan ge
rak perubahan produktivitas kerja guru sebagai variabel ter.
ikat.
Variabel jenis kelamin menggambarkan tentang status
kelamin guru yang pada dasarnya terdiri dari dua dimensi ,
yaitu laki-laki dan perempuan. Variabel ini dimasukan se
3-4
41
jadinya perbedaan dalam pelaksanaan tugas guru sebagai sua
tu profesi. Sedangkan variabel pengalaman kerja menggambar.
kan tentang banyaknya pengalaman responden yang telah be
-kerja sebagai guru, baik pada sekolah tempat dia be-kerja pa
da saat ini maupun pada sekolah lain, sehingga dimensi va
riabelnya adalah lamanya bekerja sebagai guru yang diukur
dengan tahun. Variabel ini dimasukan sebagai variabel kon
trol karena adanya kecenderungan bahwa pengalaman kerja bi
sa dipandang sebagai suatu proses pemantapan atau pemudaran
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan tugas profesinya
sebagai guru.Semua dimensi variabel ini dipergunakan untuk
meng-ukur pencapaian sasaran melalui kombinasi skala kumulatif
dan skala unidimensional dari Gutman, serta skala diskri
-minasi dari Edwards dan Kilpatrick.
B. Populasi dan Sampel.
Penelitian ini mengambil lokasi di wilayah kotamadya
Bandung, sehingga populasi penelitiannya adalah seluruh gu
ru sekolah menengah atas yang mengajar di kotamadya Bandung,
baik yang mengajar di sekolah negeri maupun sekolah swasta.
Dari populasi ini kemudian dipilih sampel melalui dua tahat>
an berikut :
1. Mengadakan klasifikasi sekolah menengah umum tingkat atas
yang ada di kotamadya Bandung berdasarkan statusnya dan
-42
didik, kendisi fisik sekolah dan kelengkapan sarana ser.
ta prasarana pendidikannya. Dengan besarnya sampel 10%.
2. Dari setiap sekolah yang terpilih sebagai sampel, ke
-mudian dipilih sampel untuk guru, secara acak sebesar
23 %.
C. Instrumen Penelitian.
Untuk memperoleh data yang diharapkan maka dalam pa
nelitian ini dipergunakan angket secara pre coded atau semi
coded dan studi kepistakaan, dengan sumber datanya antara
lain dokumen-dokumen tentang ketentuan atau aturan yang ta
lah ditetapkan, guru sebagai tenaga kependidikan inti, Ke.
pala Sekolah dan tenaga kependidikan penunjang lainnya.
Dari angket dan studi kepustakaan ini diharapkan da
pat diperoleh data mengenai :
-1. Variabel biaya pengelolaan sekolah beserta pendayagunaan
nya, yang meliputi besarnya biaya dan proporsi pengguna
annya.
2. Variabel produktivitas kerja guru, yang meliputi pelaksa
an tugas profesi keguruan baik dilihat dari sisi pengabdi
annya maupun kewenangannya.
3. Data lain yang diperkirakan erat kaitannya dengan kedua
variabel tersebut, sehingga bisa mempengaruhi atau menen
tukan gerak perubahannya.
5-6
43
D. Kerangka Analisis.
Data yang diperoleh akan diproses dan dianalisis sa
cara manual berdasarkan tabel-tabel kontingensi tertentu ,
agar sekaligus bisa dipergunakan untuk tes statistik dan
teknik analisa statistik. Tes statistik adalah uji statis
tik yang meliputi pengujian normalitas, homogenitas, keter.
gantungan atau independensi, linieritas, serta untuk mens,
etahui ada tidaknya hubungan antara variabel bebas dan
va
riabel terikat. Sedangkan teknik analisa statistik adalah
uji statistik yang bisa dipergunakan untuk mengukur berapa
besar keeratan hubungan antar kedua variabel tersebut, atau
berapa besar pengaruh perubahan variabel yang satu terhadap
perubahan variabel lainnya.
Karena dalam penelitian ini tidak hanya terdapat va
riabel bebas dan variabel terikat, melainkan ada pula varia
bel kontrol maka dalam pelaksanaannya analisis data dilaku
kan melalui dua tahapan, yaitu analisis tahap pertama ten
tang hubungan biaya pengelolaan sekolah dan kemungkinan pen
dayagunaannya dengan produktivitas kerja guru, serta anali
sis tahap kedua yang merupakan kelanjutan dari analisis ta
hap pertama, sebab menganalisa hubungan kedua variabel ter.
sebut manakala dimasukan variabel jenis kelamin dan peng
-alaman kerja guru sebagai variabel kontrol.
Dalam analisis tahap pertama data tentang biaya pe
ngelolaan sekolah dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu
dengan banyaknya peserta didik dan pendayagunaan biaya pe
ngelolaan sekolah yang meliputi, biaya pengelolaan sekolah
untuk guru sebagai tenaga inti kependidikan,
biaya peng.
elolaan sekolah untuk tenaga administratif dan biaya peng.
elolaan sekolah untuk pengadaan serta pemeliharaan sarana
dan prasarana pendidikan lainnya.
Dalam analisis tahap kedua yang dianalisa adalah hu
bungan tingkat produktivitas kerja guru dengan jenis ke.
lamin pada berbagai tingkat biaya pengelolaan sekolah yang
berlainan, serta hubungan antara tingkat produktivitas ker.
ja guru dengan pengalaman kerja guru pada berbagai biaya
pengelolaan sekolah yang berlainan. Karena analisis
tahap
kedaa ini melibatkan lebih dari dua variabel maka dalam ana
lisisnya memungkinkan dipergunakannya tes dan teknik anali
sa statistik bivariate atau multivariate.
Dari ungkapan diatas nampak jelas bahwa analisis ta
hap pertama ditujukan untuk menguji hipotesis utama melalui
pembuktian sub - sub hipotesisnya, sedangkan analisis tahap
kedua ditujukan untuk mengetahui variabel mana yang paling
menentukan perubahan variabel terikat seandainya
hubungan
kedua variabel utama, yaitu variabel bebas dan variabel ter.
ikat tidak memperlihatkan korelasi yang positif atau berada
dalam taraf korelasi yang rendah.
Apabila memungkinkan maka teknik analisa statistik
yang dipergunakan adalah teknik analisa statistik parame
-s
45
pergunakan tes statistik Chi Square untuk uji normalitas &
tes
statistik Anava serta t tes untuk uji statistik lainnya,
Dengan formulanya :
y2 _
C
( fo - fe )2
..
* =
C.
fe —
dimana :
p
X = Chi Square atau Kai Kwadrat
fo = frekwensi hasil observasi
fe = frekwensi yang diharapkan
Dengan kriteri keputusan populasi berdistribusi normal mana
2 p
kal X hitung lebih kecil daripada
yr
tabel dan sebaliknya
populasi berdistribusi tidak normal manakala X2 hitung la
bih besar daripada X2 tabel.
Untuk uji statistik anava dipergunakan tabel ringkas
an anava yang menggambarkan sumber variasinya, jumlah
sim-pang kwadrat, varians dan F hitung serta F tabel pada taraf
signifikansi 0.01 dan 0.05. Dengan formulanya :
F hitung = Varans Pertama,
& Varians kedua
Sedangkan kriteria fceputusannya untuk uji homogenitas, po
pulasi homogen bilamana F hitung lebih kecil daripada F ta
bel. Untuk uji linieritas, arah hubungan variabel linier ma
nakala F hitung lebih kecil daripada F tabel. Untuk uji in.
dependensi, variabel terikat mempunyai ketergantungan pada
variabel bebas manakala F hitung lebih besar daripada F ta
bel. Untuk uji aignifikansi, hubungannya signifikan atau
Teknik analisis statistik untuk mengetahui besarnya
keeratan hubungan diantara variabel yang diteliti mengguna
kan uji statistik korelasi, baik uji korelasi regresi, uji
korelasi " Spearman Product Moment ", maupun uji korelasi
Kendall. Dengan formulanya :
CXY - fr*>(CY)
_ -s- N
Regresi : r =
Va2-^ a2-^
n-tXY - (^X)(^Y)
Pearson : r =
\f
nex2 -(£X)2
n£Y2 -(Cy)2
€xy
Kendall : r =
V
Q2*y2
Sedangkan kriteria keputusannya, korelasi sangat rendah ma
nakala r^0.20, korelasi rendah manakala 0.20<r)o.40 , kore.
lasi sedang manakala 0.40{r>> 0.60, korelasi tinggi manakala
0.60(^0.80, korelasi sangat tinggi manakala r^0.80 .
Tes dan teknik analisa statistik ini tidak saja di
pergunakan untuk menganalisis hubungan diantara variabel uta
ma tetapi juga untuk menganalisis hubungan diantara kedua
variabel tersebut manakala sudah dimasukan variabel jenis
kelamin dan pengalaman kerja guru sebagai variabel kontrol.
Gb. 3-1 : POLA ANALISIS DATA
BESARNYA BIAYA PENGELOLAAN SE
KOLAH (X1)
JENIS KELAMIN
<x3)
BIAYA PE NGELOLAAN
SEKOLAH.
(X)
"2.1
-'2.2
"2.3
KOMPOSISI PENDAYA
GUNAAN BIAYA PE -NGELOLAAN SEKOLAH
(x2)
X2.^ 'X2.2
X2.3
PENGALAMAN KERJA GURU
(X^)
Biaya Pengelolaan Sekolah Untuk Pendapatan Guru
Biaya Pengelolaan Sekolah Untuk Pendapatan Tenaga
Administratif
Biaya Pengelolaan Sekolah
Untuk Sarana dan Prasarana
Pendidikan.
47
PRODUKTIVITAS
KERJA GURU(Y)
-Konsep Teoritis
1. Besarnya biaya pengelolaan se. ^
kolah per tahun
2. Komposisi aloka si biaya
penge-elolaan sekolah.
3. Produktivitas kerja guru
4. Jenis kelamin
5. Pengalaman kerja
Konsep Empiris
1. Banyaknya uang diperguna
kan untuk membiayai ke
-giatan sekolah selama sa
tu tahun ajaran.
""
2. Besarnya biaya yang di
-keluarkan untuk setiap komponen kegiatan pen
-didikan.
3.Kwantitas dan Kwalitas Pelaksanaan Tugas Guru
sebagai suatu profesi/
semester.
4.Jenis kelamin guru, apa kah laki-laki atau per
empuan.
5.Lamanya bekerja sebagai
guru.
Konsep Operasional
1. Jawaban responden tentang besarnya
biaya pengelolaan sekolah per tahun
per peserta didik
2. Jawaban responden tentang :
- besarnya imbalan jasa untuk guru
sebagai tenaga inti kependidikan
- besarnya imbalan jasa bagi Kepala
sekolah dan tenaga kependidikan penunjang lainnya.
- besarnya biaya untuk pengadaan ,
pemeliharaan dan
penggunaan sara
na serta prasarana pendidikan -lainnya.
3. Jawaban responden tentang pelaksana
an komponen-komponen tugas profesikeguruan, yang meliputi tugas guru
sebagai : planner, inovator,
solu-tioner, manager, motivator dan eva
luator. "~
4. Status jenis kelamin guru, apakah :
laki-laki atau perempuan.
5. Jawaban responden tentang lamanya
-bekerja sebagai guru.
Y.Ahdiat, 1986
DAFTAR PUSTAKA
Andrew, Fran, M., Klem, Laura., Terrence, N, Davidson.,
-Patrick, M, D, Malley., Willord, L, Rodgers., 1974.
A Guide For Selecting Statistical Techniques For
Analyzing Social Science Data. Survey Research -Centre-Institut For Social Research. The University
Of Michigan.
Brubacher, John, S., 1981. Modern Philosonhis Of Education. Tata Mc. Graw Hill Publishing Company. New Delhi.
Bruner, Jerome, S., 1974. Relevance Of Education. Pinguin
Education.
Castetter, William, B., 1976. The Personnel Function In
-Educational Administration. Mac Millan Publishing
Coy. New York.
Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan., 1985. Keputusan Be£
sama Menteri Pendidikan Dc-;n Kebudayaan Dan Menteri
Keuangan Republik Indonesia, Tentang Peraturan
Sum-bangan Pembinaan Pendidikan dan Dana Penunjang Pen
didikan Sekolah Menengah. Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan. Jakarta.
ELchanan, Chon,; 1979. The Economics Of Education. Balli -nger Publishing Company. Cambridge. Massashussets.
Engkoswara., 1983. Kecentferungan Kehidupan Di Indonesia
Men.ielang Tahun 2000 Dan Implikasinya Terhadap Sis
tem Pendidikan. IKIP Bandung.
Gaffar, Mohammad Fakry., (....) TQC Dalam Pembinaan Produk
tivitas LPTK. Makalah.
Gibson, R, Oliver., And, Hunt, Hellord, C., 1976. The School
Personnel Administrator. Houghton Mifflin Company.
Boston.
Gilmore, John, V., 1974. The Productive Personality. Albion Publishing Coy. Ltd., New Delhi.
Hamijoyo, Santoso, S., 1984. Peran Pendidikan Untuk Me
-nunjang Kebijaksanaan Kependudukan. Makalah Dalam
Simposium " Pendidikan Dan Pembangunan Kualitas Hi dup Bangsa ". IKIP Bandung.
Hersey, Paul., and, HLanchard, Kenneth., 1977.
Management
Of Organizational Behavior. Utilizing Human
Resour-ces. Prentice Hall Inc., Englewood Cliffs. New Yersey,
Hough, J,R., (....). A Study Of School Cost.
NFER Nelson
Publishing Company.
Hurlock, B, Elizabeth., 1979. Personality Development. Tata
Mc Graw Hill Publishing Coy, Ltd., New Delhi.
John, L, Roe., and, Morphet, L, Edgar., 1975. The Economic
& Financing Of Education. Prentice Hall Inc., Engle
wood Cliffs. New Yersey.
Kaufman, Roger, A., 1972. Educational System Planning .
Prentice Ball Inc. Englewood Cliffs. New Yersey.
Kohnout, Frans, J., 1971. Statistic For Social SMpn^s.
John Willey & Sons Inc. New York.
Lindquist, E, F., I97O. Statistical Analysis In Educational
Research. Oxford & IBH Publishing Co., Calcuta.
Mali, Paul., 1978. Improving Total Productivity. John Wi~
lley & Sons. New York.
Mc Manama, John., 1971. System Analysis For Effective
School Administration. Parker Publishing Company Inc.
New York.
Murdick, Robert, G., and, Ross, Joel, E., 1982. Information
System For Modern Management. Second Edition. Pren tice Hall Of India Private Limited. New Delhi.
Nasution, S., 1982. Methode Research. Jemmars. Bandung.
Oteng Sutisna., 1983. Administrasi Pendidikan Dasar Dan
-Teoritis. Angkasa. Bandung.
Pierce, Truman, M., 1955. Better Teaching In School Adminis tration. Southern States Cooperative Program In
Educational Administration.
Schultz, Theodore, W., 1966. Investment In Human Capital . In Economic Analysis And Policy. Prentice-Hall. Inc. Englewood Cliffs. New Yersey.
Stanley, Elam., 1971. Performance-Based Teacher Education.
American Association Of Colleges For Teacher Educat
109
Steven, Kerr., and Slocum, John, W,,Jr., 1981. Controlling
•^!u erf0rmannft,\°f Pe0Ple In
to"""*™"™,
T"
^rif
P?ess
0rSanizatl°nal Design. Oxford University
-Sutermeister, Robert, A., I976. People And Productivity
.
Mc. Graw-Hill Book. Coy., Toronto.
Thomas, J, Alan., 1971. The Productive School. A System -Analysis Approach To Educational Administration.
-John Willey & Sons. Inc., New Sork.
Unesco. 1972. Teaching And Learning. Published By The
-United Nations Educational.
Scientific and Cultural
Oragnizations. Paris.
Vaizey, John., Keith, Norris., Sheehan, John., Line, Patrick
Manuela,Ferreira Leite., 1972. The Political Economy Of Education. John Willey. New York.
Wayne, K, Hoy., and Cecil, G, Misckel., 1978.
Educational-Administration. Theory. Research and Practice. Ran
dom House. New York.
Webster's., 1957. Webster's New Word Dictionary. Vol. II . The World Publishing. Coy. New York.
Weisbrod, A, Burton., 1979. Education and Investment In
-Hmman Capital. Washington University. Copied For
The Purpose Studi Guide Bacquire University.
Winston, Gordon, C., and O'Brien, Stephen, F., 1967. Modern
Economics. Houghton Mifflin Company-Boston.
Yayat Achdiat, 1975. Profesionalisasi Pendidikan Tenaga
-Kependidikan. Makalah. FPS-IKIP Bandung.
Zymelman, Manuel., 1973. Financing And Efficiency In Educat
ion. Nimrod Press. Boston.
DISKUSI DAN KESIMPULAN
A. Djskusj.
Dari hasil analisis data nampak bahwa produktivitas
kerja guru mempunyai ketergantungan pada biaya pengelolaan
sekolah, walau pada taraf korelasi rendah. Sehingga perubah
an pada biaya pengelolaan sekolah dapat menyebabkan perubah
an produktivitas kerja guru secara linier dan berarti, se
besar 7.83 %* Hasil ini mempunyai kesamaan dengan konsep
R.L. John dan E.L. Ijlorphet yang cenderung melihat bahwa se
makin besar biaya pendidikan semakin tinggi tingkat produk
tivitas, walau konsep produktivitas mereka lebih ditekan
kan pada aspek kwantitas sebab " cost not always related to
quality " dan biaya pengelolaan sekolah dalam penelitian
ini hanya merupakan bagian daripada biaya pendidikan.
Dengan demikian jelas bahwa biaya pengelolaan seko
lah mempunyai kaitan yang bermak'na dengan produktivitas
kerja guru sebagai komponen utama dalam upaya peningkatan
kwantitas dan kwalitas pendidikan. Karena itu biaya peng elolaan sekolah bisa dijadikan sebagai salah satu ukuran
atau penentu kwantitas dan "kwalitas pendidikan, sebab per.
bedaan dalam pembiayaan pendidikan dapat menimbulkan per
-bedaan kwantitas dan kwalitas pendidikan, sehingga semakin
besar biaya pengelolaan sekolah maka semakin tinggi kwanti
tas dan kwalitas pendidikannya.
)-2 19
Perbedaan kwantitas dan kwalitas pendidikan akibat
adanya perbedaan biaya pengelolaan sekolah timbul karena
kemampuan dalam penyediaan biaya dapat menentukan kesempat
an dalam memperoleh pendidikan, sebagaimana R.L. John dan
E.L. Morphet juga mengemukakan bahwa di setiap negara bagi an terdapat ketidaksamaan dalam memperoleh kesempatan pen didikan yang rentangannya akan lebih jelas daripada
rata-rata antar negara bagian dan pembelanjaan pendidikan di sa
luruh negara bagian di Amerika Serikat berhubungan langsung
dengan kwalitas pendidikan yang diberikan, atau rata-rata
mempunyai korelasi positif dengan indikator kwalitas yang
dipilih, walau tidak membenarkan adanya hubungan sebab aki
bat pada tingkat korelasi tinggi.
Disamping itu karena pendidikan secara konseptual
mempunyai hubungan dengan pertumbuhan ekonomi maka meningkat
nya kwantitas dan kwalitas pendidikan tidak hanya mem
berikan keuntungan pada individu yang bersangkutan tetapi
juga bagi masyarakat dan negara, karena itu wajar kalau ma
syarakat dan negara turut serta terlibat dalam penyediaan
biaya pendidikan, sebab menurut Zymelman Manuel tuntutan
akan pendidikan didorong pula oleh kepercayaan para pen
didik, ahli ekonomi dan politik bahwa mendidik anggota-ang
gibta masyarakat merupakan hal yang paling penting untuk ke
majuan ekonomi selanjutnya.
Menurut laporan komisi pembaharuan pendidikan nasio
80
cerminkan seluruh kemampuan sumber dana yang menunjang pe
laksanaan sistem pendidikan nasional. Karena itu diperlukan
berbagai upaya lain dalam rangka menggali sumber dana yang
telah ada secara lebih mendalam, serta pencarian sumber da
na lain seperti dana dari perusahaan yang menurut pengala&
an di berbagai negara sangat besar sumbangannya bagi pen
-didikan. Semua upaya ini menuntut adanya kesadaran dari ma
syarakat tentang perlunya keikutsertaan mereka dalam peng
adaan pembiayaan pendidikan, sehingga diperlukan adanya pe
nerangan yang terinci dan meluas serta seperangkat peratur.
an perundang-undangan sebagai jaminan hukum, disamping itu
aspek lain yang tak kalah pentingnya ialah perlunya pening
katan kemampuan administrasi personil pengelolanya agar da
na yang dialokasikan untuk pembiayaan pendidikan dapat di
pergunakan secara tepatguna.
Cara yang paling umum untuk menentukan kemampuan eko
nomi masyarakat dan individu dalam kegiatan pendidikan ada
lah dengan melihat pendapatan nasional dan pendapatan per.
capita, khususnya pengeluaran pendapatan yang dicurahkan un
tuk membiayai pendidikan, yang biasanya dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti minat dan sikap terhadap pendidikan
struktur pajak dan biaya hidup sehari-hari, keterlibatan ke
luarga dalam sekolah/pendidikan, serta reaksi terhadap pro
gram yang diberikan oleh sekolah, termasuk lulusannya.
Menurut James, Kelly dan Grams pengeluaran pendidik
5-3
81
ra
$
2,862 di Philadelphia serta $ 10,826 di San Fransisco
yang diukur menurut pengeluaran pajak kekayaan per kepala,
sedangkan hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa anggar.
an pemerintah untuk pendidikan pada Pelita IV adalah to.11.
697.310.728.000,- dengan jumlah penduduk 158.9 juta, sehing
ga rata-rata membiayai pendidikan + to. 73.614,29 atau ka
lau dihitung menurut harga kurs valuta asing sampai dengan
bulan Agustus 1986 = S 64.687 yang kemudian ditambah lagi
dengan pengeluaran yang bereumber dari DPP/SPP serta BP3 s£
besar fo. 78.185, 71,- atau $ 68.70.
Dari perbandingan tersebut nampak bahwa biaya pendi
didikan di negara kita masih jauh lebih rendah dibandingkan
dengan negara yang telah maju, karena itu perlu ada terobos
an terobosan, apalagi dengan adanya kecenderungan hubungan
timbal balik antara pendidikan dan pembangunan ekonomi. Te
robosan yang utama kalau bertolak dari upaya peningkatan
sumber daya manusia untuk pembangunan adalah melalui pening
katan sarana dan prasarana pendidikan, sebab antara sarana
dan prasarana pendidikan dengan produktivitas kerja guru se
bagai dasar untuk meningkatkan kwalitas pendidikan yang me
nunjang pembentukan manusia pembangunan mempunyai korelasi
terbesar bila dibandingkan dengan komponen lain dari biaya
pengelolaan sekolah.
Dalam biaya pengelolaan sekolah yang dikemukakan de ngan sendirinya sudah termasuk anggaran untuk gaji guru se
-82
ini rata-rata gaji guru di Kotamadya Bandung pada tahun 1985
adalah to. 136.128,1906,- atau 61,96% dari seluruh biaya pa
ngelolaan sekolah, yang kalau dihitung menurut harga kurs
valuta asing sampai dengan bulan Agustus 1986 = £ 79.83858
Sedangkan menurut hasil penelitian n The Department of
-Education and Science, Statistics of -Education " gaji guru
di Inggris pada tahun 1976 adalah £ 314 atau 69,6% dari sa
luruh penghasilan, menurut hasil penelitian Burgess and Pratt
rata-rata gaji guru adalah £ 279 atau 59,9$ dari .seluruh
penghasilan dengan tingkat gaji terendah £ 222 dan terting
gi £ 356. Sehingga gaji guru di Kotamadya Bandung pada ta
hun 1985 sama dengan 2d,927% gaji guru di Inggris pada ta
hun 1976/1977.
Dari hasil penelitian ini juga terlihat bahwa secara
nominal terdapat peningkatan dalam pembiayaan pendidikan ,
sebab menurut hasil penelitian yang diungkapkan oleh
Ali-Sadikin pada tahun 1976 biaya pendidikan per murid SLTA di
Jakarta adalah fo. 80.900,- yang ditutup 34% dari anggaran
rutin dan 9,5% dari SPP, sedangkan pada saat ini rata-rata biaya pengelolaan sekolah sebagai bagian utama dari biaya
pendidikan per peserta didik SMTA fo. 151.800,- yang ditutup
oleh anggaran rutin dan anggaran pembangunan 48,49% serta
DPP/SPP dan BP3 sebesar 51,51%.
Walaupun kenaikan secara
nominal ini dalam kenyataanya masih diimbangi dengan ada
nya inflasi dan peningkatan jumlah peserta didik yang cu~
5-5
83
Adanya perbedaan tentang besarnya biaya pendidikan
dan perbedaan gaji guru dapat dijadikan sebagai cermin per.
bedaan kemampuan penyediaan biaya pendidikan, yang menurut
Samuelson antara lain disebabkan oleh :
a. Perbedaan dalam pemilikan kekayaan yang bersumber dari
perbedaan penghasilan, sehingga orang yang lebih kaya
akan lebih beruntung dalam memperoleh kesempatan pen
-didikan.
b. Perbedaan potensi individu atau personal ability, baik
phisik maupun mental yang tidak hanya mengakibatkan per.
bedaan kemampuan dalam memperoleh penghasilan tetapi ju
ga dalam memperoleh kesempatan pendidikan.
c. Perbedaan pendidikan, latihan dan kesempatan yang dapat
mengakibatkan adanya perbedaan dalam kemampuan memper
-oleh penghasilan dan pendidikan.
d. Perbedaan kesehatan dan derma perorangan (privat charity)
yang dapat mempengaruhi kemampuan ekonomi dalam kegiatan
pendidikan.
Penelitian tentang komposisi alokasi pendayagunaan
biaya pendidikan memperlihatkan adanya perbedaan sumber da
na dan perbedaan pendayagunaan biaya pengelolaan sekolah .
Perbedaan sumber dana dinampakan oleh perbedaan status SMA yaitu SMA Negeri dengan anggaran rutin, anggaran pembangun.
an dan DPP/SPP serta BP3 , sedangkan pada SMA Swasta sebagi
an besar bersumber dari masyarakat yang dinampakan dalam
84
Mengenai perbedaan pendayagunaan biaya pengelolaan
sekolah diperlihatkan dengan adanya keanekaragaman prosen
tase biaya pengelolaan sekolah untuk ketiga komponen varia
bel yang dipergunakan pada berbagai tingkat biaya pengelola
an sekolah, sehingga komposisinya ada yang biaya pengelola
an sekolah untuk guru lebih besar dari biaya pengelolaan un
tuk tenaga administratif dan lebih besar dari biaya penge
lolaan sekolah untuk sarana serta prasaran pendidikan (70%),
ada pula yang komposisinya biaya pengelolaan sekolah untuk
tenaga administratif lebih besar dari biaya pengelolaan se
kolah untuk guru dan lebih besar dari biaya pengelolaan se
kolah untuk sarana Serta prasarana pendidikan. Adanya per
bedaan ini dengan sendirinya menunjang konsep R.A. Kaufman
yang memandang pentingnya penyusunan skala prioritas yang erat kaitannya dengan alokasi sumber.
Dengan demikian kunci keberhasilan bujet program ia </^
lah adanya penyusunan konsep analisis yang tepat yang dapat
menjelaskan tentang apa yang harus dilakukan oleh pendidik. serta membuat perencanaan " financial feasibility " untuk \/ setiap program yang akan diproyeksikan, antara lain dengan
membuat satu prosedur " trade off " ( pertukaran ) yang me
mungkinkan penggantian item bujet oleh item lain yang mampu
memberi manfaat yang lebih besar.
Selain menunjang konsep Kaufman, hasil penelitian
ini juga sejalan dengan hasil penelitian Owen tentang ku
-5-7
85
pada guru-guru disatu daerah dengan daerah lain pada 9 kota
besar di Amerika, sebab dari hasil penelitian ini juga ter.
lihat adanya perbedaan pengalaman kerja guru yang berkisar
antara 0.5 sampai dengan 45 tahun, dengan sebagian besar pe
ngalamannya kurang dari 10 tahun ( sebanyak 60,63% ). Se
dangkan untuk produktivitas kerja skore yang dicapai ber
-kisar antara 47,92% daai 79,17% dari skore total.
Dari hasil analisis tentang komposisi alokasi pen
-dayagunaan juga diperoleh taraf korelasi antara biaya peng
elolaan sekolah untuk guru dengan biaya pengelolaan sekolah
untuk tenaga administratif sebesar r,«= 0,63 dan antara bia
ya pengelolaan sekolah untuk guru dengan sarana serta pra
sarana pendidikan lainnya sebesar r = 0.59, atau pada taraf
korelasi sedang. Sehingga sesuai dengan hasil penelitian
-London Borought and ILEA yang juga memperlihatkan adanya hu
bungan positif pada taraf korelasi sedang antara gaji guru
per siswa dengan gaji lainnya dan juga dengan sarana serta
prasarana pendidikan, dengan taraf korelasi r = 0.4637 dan
r = 0.7741.
Dari hasil analisis data dan pembahasan nampak jet -las bahwa sebagian besar hasil penelitian ini ditunjang
a-tau mempunyai kesesuaian dengan hasil - hasil penelitian
terdahulu serta konsep-konsep yang telah dikemukakan para
akhli di negara lain, walau indikator variabel yang diper
gunakan dan nilai yang diperoleh berbeda satu sama lainnya.
mempunyai hubungan yang berarti dengan produktivitas kerja
guru, sebab biaya pengelolaan sekolah secara langsung bisa
dijadikan sebagai pendorong ( incentive ) bagi tenaga ke
pendidikan.
Dorongan adalah sarana organisasi yang bisa meningkat
kan motivasi, ability dan kepuasan kerja individu atau ke
lompok sehingga terangsang untuk bekerja lebih produktif,
di sekolah dorongan ini bisa berupa penghargaan atas pres
tasi yang dicapai. Menurut Chester Barnard dorongan bisa
dibedakan menjadi dua bagian, yaitu : Pertamaf Dorongan atau
rangsangan khusus ( specific inducement ) yang bisa berupa
materi, harta benda ataupun kondisi kerja yang menyenangkan
yang erat kaitannya dengan pengadaan, pemeliharaan dan peng
gunaan sarana serta prasarana pendidikan. Kedua, dorongan
umum ( general incentive ) yang meliputi iklim organisasi,
kepemimpinan serta suasana kerja umumnya.
Dari konsep diatas nampak bahwa dorongan khusus sa
cara langsung berhubungan dengan besarnya biaya pengelolaan
sekolah dan komposisi alokasi pendayagunaannya, sehingga ka
lau besarnya biaya pengelolaan sekolah meningkat dan pen -dayagunaannya juga lebih terarah maka dorongan khusus akan meningkat. Sedangkan dorongan umum yang berkenaan dengan
iklim organisasi dan kepemimpinan yang bisa mempengaruhi
suasana kerja, sehingga bisa menentukan penampilan kerja
atau produktivitas kerja guru, sebab penampilan seseorang
5-10 S>7
pribadi dan juga oleh kedudukannya dalam organisasi ter
-sebut sehingga tidak terlepas dari kondisi lingkungan, bu
daya, suasana perasaan yang kesemuanya bisa menentukan kua
litas internal dan perbedaan suasana organisasi.
Jadi iklim organisasi adalah merupakan produk akhir
yang akan menentukan keseimbangan kerja antara individu dan
organisasi, baik yang menyangkut peserta didik, guru maupun
tenaga penunjang kependidikan. Halpin dan Croft dalam
pe-nyelidikannya telah mengungkapkan konsepsi pengukuran iklim
organisasi yang mencakup hubungan guru dengan guru serta hu
bungan guru dengan kepala sekolah, sehingga diperoleh tiga
tipe iklim organisasi, yaitu : Pertama. " The open climate"
yang dinampakan dengan adanya dorongan dan semangat kerja
yang tinggi yang melekat erat-erat pada diri setiap person
il sekolah, sehingga perselisihan jarang terjadi. Kedua ,
" The closed climate " yang dinampakan dengan adanya dorong an dan semangat kerja yang rendah serta seringnya terjadi
pertengkaran atau ketidakcocokan antara guru dan kepala se
kolah. Ketiga, " The continuum climate " yang disebut pula sebagai " middle climate types " sebab iklim organisasi di liputi oleh batas antara the open-closed climate.
Konsep lain tentang pengukuran iklim organisasi di
kemukakan oleh Rensis Likert yang lebih menekankan pada as
bahwa pengawasan sepenuhnya terpusat pada pucuk pimpinan
dan upaya pencapaian tujuan harus sepenuhnya ditunjang oleh
organisasi formal, sehingga menimbulkan kurangnya kepercaya
an antara yang satu terhadap yang lainnya serta kurangnya
dorongan untuk kehidupan dan upaya pencapaian tujuan organ
isasi. Kedua. " Participative " yaitu suatu tipe organisa
si dimana pimpinan selalu berusaha untuk mensuport staff
-nya agar memiliki motivasi yang tinggi dalam bekerja demi
kepentingan organisasi, dengan pola komunikasi timbal ba
-lik. Sehingga hubungan pribadi diantara anggota organisasi
sangatlah erat, hangat dan penuh persahabatan, serta kerja
sama, pembagian kerja, loyalitas dan tanggung jawab bersama
juga baik, sebab masing-masing, memiliki rasa saling percaya.
Ketiga. " Benevolent-Authoritative "yang pada dasarnya ma
rupakan pembiasan dari Exploitative-Authoritative sehingga
sering dipandang sebagai " intermediate systems ", demikian
juga yang Keempat, " Consultative " yang lebih dekat
meng-arah pada participative.
Disamping hubungan antara guru dengan guru dan anta
ra guru dengan kepala sekolah, adapula iklim organisasi se
kolah yang menekankan pada aspek hubungan guru dan peserta
didik yang menghasilkan dua tipe organisasi, yaitu : Per
-tama. " The custodial school " yaitu kehidupan sekolah yang
tradisional serta bersifat otokratis dengan pengawasan yang
ketat, sehingga peserta didik hanya menerima saja apa yang
->-12
89
mahami perilaku pesertadidiknya. Kedua. " The humanistic
-School " yang memandang sekolah sebagai suatu masyarakat
tempat siswa bekerjasama, sehingga kehidupan sekolah ber
-sifat demokratis sebab situasi diciptakan sesuai dengan ke
butuhan peserta didik.
Konsepsi dan pengukuran iklim organisasi yang lebih
tuntas telah dikembangkan oleh George Stern dan Carl Steinhoff
dengan bertolak dari teori Henry A. Murray dan Kurt Lewin,
yang mengungkapkan bahwa perilaku adalah merupakan hasil
interaksi antara kepribadian dan lingkungan atau B = (P x E)
pada situasi perkembangan dan pengawasan tertentu.
Aspek lain dari dorongan umum adalah kepemimpinan . Membicarakan tentang kepemimpinan berarti tidak hanya mem
persoalkan pemimpinnya melainkan juga yang dipimpin, sebab
tidak akan ada pemimpin tanpa adanya yang dipimpin. Jadi konsep kepemimpinan tidak hanya tergantung pada posisi, pa
rilaku dan sifat khas dari pemimpin melainkan juga peran
lingkungannya. Sehingga tidak ada sifat-sifat kepemimpinan
yang berlaku umum sebab dalam situasi tertentu pemimpin ma
nunjukan sifat yang tertentu pula dengan bermacamragam pola
menurut situasi yane; dihadapinya. Padahal pemimpin adalah
orang yang mampu mempengaruhi aktivitas kelompok.
Dengan demikian tidak semua kepala sekolah adalah pe
mimpin yang sebenarnya, sebab pemimpin lazimnya lahir dan
tumbuh dari anggota kelompok pada situasi tertentu. Sedang
dalam suatu hierarchi birokrasi. Namun setiap kepala seko
lah dituntut untuk melaksanakan kepemimpinan karena struk
tur, kondisi ataupun karena tugas kelompok.
Menurut Chester I. Barnard efektivitas dan efisiensi
kegiatan kepemimpinan diukur dengan pencapaian tujuan organ,
isasi dan pemuasan motifmotif individual, konsep ini se
-jalan dengan pandangan Amitai Etzioni yang juga menekankan
pada dua aspek tertentu, yaitu : instrumental need atau pe
ngerahan sumber untuk mencapai suatu tujuan dan expressive
need atau integrasi sosial dan normatif dari anggota kelom
pok. Sedangkan upaya pencapaian tujuannya itu sendiri me
-nurut Darwin Cartwright dan Alvin Zander bisa diperoleh me
lalui " goal achievement " yaitu pencapaian beberapa tujuan
khusus atau upaya pencapaian tujuannya itu sendiri, serta
" group maintenance " yaitu pengukuhan atau integritas dari
kelompoknya sendiri.
Konsep yang lebih luas dikemukakan oleh David. G.
Bowers dan Stancey E. Seashore yang mengemukakan adanya em
pat dimensi pokok, yaitu : " suport " atau perilaku yang
dapat mendorong seseorang untuk merasa dihargai dan dianggap
penting, " interaction facilitation " yaitu perlakuan atau
fasilitas yang memungkinkan anggota kelompok saling ber
interaksi sehingga menyatu dan dapat saling memuaskan, "
-goal emphasis " atau perilaku yang dapat merangsang ahtusias
me dalam meraih tujuan kelompok dengan penuh rasa tanggung
?-14
91
anggota dalam mencapai tujuan dengan menyiapkan fasilitas
kerja atau layanan khusus.
Dari berbagai konsep diatas nampak bahwa keefektipan
pimpinan bisa dilihat dari keberhasilannya dalam mencapai
tujuan organisasi, dengan dimensi perilaku kepemimpinannya
mencakup pertimbangannya ( consideration ) serta perancang
an dan pengarahannya. Pertimbangannya bercirikan upaya ma
motivir para anggota kelompok untuk menerima tujuan kelom
pok dan mengerjakan tugas kelompok, serta memelihara ke
-selarasan internal dan kepuasan anggota kelompok, dengan
menciptakan persahabatan, saling mempercayai, saling
menghargai dan kehangatan serta kemesraan hubungan antara pe
mimpin dan yang dipimpin. Sedangkan perancangan dan peng
-arahan bercirikan upaya penetapan pola organisasi, saluran
komunikasi, serta metoda atau prosedur yang tepat untuk men
capai tujua& organisasi dan raengkoordinasikan kegiatan ke
giatan para anggota kelompoknya.
Menurut Haplin dan Winer, dimensi perilaku kepemim
pinan ini 83% menentukan perbedaan perilaku kepemimpinan ,
termasuk tipe atau gaya kepemimpinannya. Seorang pemimpin dikatagorikan otoriter manakala secara kuat mencengkramkan kekuasaannya kepada anggota kelompok dengan raengembangkan
fungsi-fungsinya yang mutlak dan secara aktif menolak per.
ubahan dalam fungsinya, dengan cara mencegah anggota
ber-peran serta, memaksakan tujuan yang belum tentu sesuai de
gagasannya hebat dan penting untuk kelompok sebab umumnya
pemimpin sendiri yang menentukan kebijakan kelompok, d i a
sendiri yang meranoang rencana-rencaha penting beserta urut
an langkah-langkahnya, dia menjadi orang terakhir yang mem
pertimbangkan perlu tidaknya anggota kelompok diberi hukum
an atau ganjaran, bahkan nasib setiap individu dalam ke
-lorapok berada ditangannya.
Tipe kepemimpinan yang lain adalah demokratis yang
cenderung mengajak para anggota kelompok untuk berperan
-serta dalam kegiatan kelompok dan penetapan tujuan-tujuan,
dengan memberikan tanggung jawab tertentu. Mengurangi ke
-tegangan dan pertentangan dalam kelompok, mencegah tercipta
nya struktur kelompok yang hierarchis yang memupuk
tumbuh-nya dominasi, dengan pertimbangan kelompoktumbuh-nya dapat berjalan
baik walaupun tanpa kehadirannya.
Kedua tipe kepemimpinan ini memiliki kelebihan dan
kekurangan, sehingga tidak selamanya satu tipe itu diterima
sedangkan tipe lainnya ditolak atau dikecam, sebab tergan tung pada kondisi yang dihadapinya. Menurut hasil peneliti an Lippit tipe otoriter umumnya diterima pada kelompok yang
patuh atau penurut ( submissive group ), sedangkan menurut
Peak, Lenzetta dan Ziller tipe kepemimpinan otoriter juga diterima oleh mereka yang secara emosional merasa tidak
-aman.
-5-16
93
lompok sejawatnya, termasuk pelaksanaan tugas kelompok. da
lam konsepsi ini Hackman dan Morris (1975) telah mengidenti
fikasikan tugas kelompok sebagai memiliki dua fungsi se