• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Membangun Argumen terhadap Keterampilan Argumentasi Tertulis Siswa SMP Kelas VII pada Pembelajaran Konsep Spesies dalam Materi Keanekaragaman Hayati.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Membangun Argumen terhadap Keterampilan Argumentasi Tertulis Siswa SMP Kelas VII pada Pembelajaran Konsep Spesies dalam Materi Keanekaragaman Hayati."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 A.Latar Belakang

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran dalam bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang bukan hanya kegiatan penyampaian konsep atau informasi dari guru kepada siswa, juga bukan sekedar merupakan kumpulan prinsip-prinsip atau fakta-fakta. Akan tetapi, Biologi sebagai bagian dari IPA meliputi kegiatan pembentukan ilmu pengetahuan serta cara berfikir dan penalaran ilmiah. Bahkan lebih dari itu, secara umum IPA juga merupakan kegiatan argumentasi ilmiah, di mana para ilmuwan saling berargumentasi untuk dapat menyimpulkan suatu penjelasan akan mengapa atau bagaimana suatu fenomena dapat terjadi. Nagel mengungkapkan dalam McNeill & Krajcik, J. (2007), bahwasanya IPA pada dasarnya ialah mengenai penjelasan suatu fenomena dengan menentukan bagaimana atau mengapa fenomena itu terjadi, serta mengenai kondisi dan akibat dari suatu peristiwa yang diamati. Osborne, Erduran, & Simon (2004) mengungkapkan, “IPA ialah mengenai pembentukan argumen-argumen dan mempertimbangkan serta memperdebatkan beragam penjelasan atas suatu fenomena.”

(2)

itu, dalam upaya merubah persepsi yang keliru mengenai IPA, maka sebaiknya siswa dilibatkan secara langsung dalam praktek ilmiah. McNeill & Krajcik (2007) mengungkapkan “Jika kita menginginkan siswa terlibat dalam pembelajaran IPA yang sebenarnya, maka siswa perlu dilibatkan dalam praktek berpikir dan bertindak selayaknya ilmuwan.”

Adapun salah satu cara untuk melibatkan siswa sebagaimana ilmuwan berpikir dan bertindak layaknya ilmuwan diantaranya ialah dengan melibatkan siswa dalam praktek argumentasi ilmiah. Driver, Newton, & Osborne (dalam McNeill, 2010) mengungkapkan, “ Argumentasi adalah prktek imliah penting dalam IPA, di mana para ilmuwan secara sosial mengembangkan pengetahuan dengan cara mengevaluasi klaim ilmiah, mempertimbangkan bukti dan menaksir penjelasan alternatif.”

Keterlibatan siswa dalam kegiatan argumentasi akan dapat menghasilkan beberapa keuntungan. Diantaranya, McNeill (2010) mengungkapkan “Melibatkan siswa dalam argumentasi ilmiah memiliki banyak potensi, seperti mempelajari konsep sains, terlibat dalam percakapan ilmiah, mengubah sudut pandang siswa mengenai sains, dan mendukung siswa dalam pengambilan keputusan yang bersifat sosio-sains.” Zohar & Nemet (dalam la Velle & Erduran, 2007) mengungkapkan bahwa kegiatan argumentasi akan memperkuat pemahaman siswa mengenai suatu konsep. Bell & Linn (dalam la Velle & Erduran, 2007) mengungkapkan bahwa kegiatan argumentasi dapat memperbaiki persepsi siswa mengenai IPA.

(3)

Dalam beberapa penelitian yang dilakukan para peneliti di bidang pendidikan dan IPA di beberapa tahun terakhir (McNeill & Krajcik, 2007; Acar, 2008; Berland & Mc.Neill, 2009; McNeill, 2010; Ekanara, 2010; Fardhani, 2010), menunjukkan bahwa dunia pendidikan dan IPA pada saat ini sudah memfokuskan pengkajian mengenai argumentasi pada berbagai tingkat pendidikan. Berland & Mc.Neill (2009) mengatakan, “Argumentasi adalah tujuan utama dari pendidikan sains dikarenakan argumentasi dapat melibatkan siswa dalam praktek sains yang kompleks di mana para siswa menggagas dan menjustifikasi klaim pengetahuan.” Seiring dengan berkembangnya penelitian mengenai argumentasi di berbagai tingkat pendidikan ini, aktivitas pembelajaran dalam IPA pun terus menerus dikembangkan. Sampson & Schleigh (2013) menyajikan 30 rancangan aktifitas argumentasi ilmiah dalam biologi, yang tidak hanya berdasarkan pada penelitian-penelitian terkini mengenai keterampilan argumentasi, akan tetapi juga berdasarkan aplikasi langsung pembelajaran di kelas-kelas IPA. Sepuluh diantara ketiga puluh aktifitas tersebut dirancang dengan menggunakan model pembelajaran Membangun Argumen (Generate an Argument Instructional Models, Sampson & Grooms, 2010).

Model pembelajaran membangun argumen (MPMA) yang diusulkan oleh Sampson & Grooms (2010) terdiri atas empat tahapan, yakni tahap identifikasi tugas, permasalahan, atau pertanyaan; tahap pembentukan argument sementara; tahap sesi poster interaktif; dan tahap penulisan argument final. Kemudian model ini dituangkan kembali oleh Sampson & Schleigh (2013), menjadi lima tahapan pembelajaran. Kelima tahapan tersebut yakni 1) tahap identifikasi permasalahan dan pertanyaan penelitian; 2) tahap pembuatan argumen sementara; 3) tahap sesi argumentasi; 4) tahap diskusi reflektif, dan 5) tahap penulisan argument final. Di mana setiap tahap dalam MPMA ini diarahkan untuk dapat memfasilitasi berkembangnya keterampilan argumentasi siswa.

(4)

tertentu. Model ini terdiri atas beberapa tahap, di mana setiap tahapnya diarahkan untuk dapat memfasilitasi siswa dalam mengasah keterampilan argumentasi di bidang IPA, salah satunya dalam mata pelajaran Biologi.

MPMA dirancang untuk membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam akan konten yang dipelajari, latar belakang empiris atau teoritis dari suatu konten, dan apa yang dianggap sebagai pengetahuan yang terjamin kebenarannya dalam IPA (Sampson & Grooms, 2010). MPMA memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengungkapkan apa yang telah diketahui, bagaimana siswa mengetahui suatu pengetahuan tertentu, dan mengapa siswa perlu menerima suatu pengetahuan tertentu sebagai suatu kesimpulan yang paling valid atau dapat diterima (Sampson dan Grooms, 2010).

Di Indonesia, pembelajaran yang mengaplikasikan keterampilan argumentasi siswa dalam bidang IPA belum banyak diterapkan dan dikembangkan. Begitupun peneltian terkait keterampilan argumentasi ilmiah siswa dalam bidang IPA belum banyak dilakukan. Penelitian argumentasi dalam bidang pendidikan Biologi, diantaranya dilakukan oleh Ekanara (2010) dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada konsep sistem pencernaan, dan Fardhani (2010) meneliti kualitas argumentasi siswa sekolah menengah pertama pada materi ekosistem dengan pembelajaran menggunakan metode debat. Adapun penelitian mengenai keterampilan argumentasi dengan model pembelajaran membangun argumen, belum diketahui secara pasti.

Dengan demikian, penulis tertarik untuk menerapkan model pembelajaran membangun argumen, khususnya pada konsep spesies dalam materi keanekaragaman hayati, serta melihat pengaruhnya terhadap perkembangan keterampilan argumentasi siswa, khususnya keterampilan argumentasi tertulis pada tingkat sekolah menengah pertama.

(5)

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini, maka rumusan masalah yang pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah pengaruh Model Pembelajaran Membangun Argumen terhadap keterampilan argumentasi tertulis siswa SMP pada pembelajaran konsep spesies dalam materi keanekaragaman hayati?” Rumusan masalah tersebut kemudian dirinci ke dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut.

1. Bagaimanakah keterampilan argumentasi tertulis siswa SMP sebelum menerapkan model pembelajaran Membangun Argumen?

2. Bagaimanakah keterampilan argumentasi tertulis siswa SMP setelah menerapkan model pembelajaran Membangun Argumen?

3. Adakah perbedaan keterampilan argumentasi tertulis siswa SMP sebelum dan setelah menerapkan model pembelajaran Membangun Argumen pada konsep spesies?

4. Bagaimanakah peningkatan keterampilan argumentasi tertulis siswa setelah penerapan model pembelajaran Membangun Argumen pada konsep spesies? 5. Bagaimanakah ketercapaian aktivitas keterampilan argumentasi lisan siswa

dalam pembelajaran dengan model pembelajaran Membangun Argumen pada konsep spesies?

6. Bagaimanakah keterlaksanaan sintaks model pembelajaran Membangun Argumen pada pembelajaran konsep spesies dalam materi keanekaragaman hayati?

C. Batasan Masalah

Untuk lebih memfokuskan penelitian ini, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal-hal berikut ini.

(6)

2) Konsep yang akan disampaikan ialah mengenai konsep spesies dalam materi keanekaragaman hayati untuk SMP Kelas VII.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, tujuan dari penelitian ini secara umum ialah untuk mengetahui keterampilan argumentasi ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran Membangun Argumen.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari diadakannya penelitian ini diantaranya sebagai berikut.

1. Bagi Guru:

a. Sebagai sumber informasi mengenai kegiatan argumentasi lisan dan tulisan yang terdapat dalam model pembelajaran Membangun Argumen khususnya untuk pembelajaran konsep spesies dalam materi keanekaragaman hayati.

b. Sebagai rujukan kegiatan pembelajaran yang dapat diterapkan untuk mengakomodasi kebutuhan siswa dalam mengembangkan keterampilan argumentasi.

c. Sebagai bahan masukan dan wawasan mengenai pentingnya mengembangkan keterampilan argumentasi siswa dalam pembelajaran Biologi dan dapat memberikan gambaran keterampilan argumentasi siswa untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

2. Bagi Siswa:

(7)

3. Bagi Peneliti:

Mengetahui cara penelitian mengenai keterampilan argumentasi dan implementasi model pembelajaran Membangun Argumen pada konsep spesies dalam materi keanekaragaman hayati.

4. Bagi Peneliti Lain:

a. Memberikan gambaran penelitian mengenai keterampilan argumentasi pada model pembelajaran Membangun Argumen.

b. Memberikan gambaran kegiatan pembelajaran Membangun Argumen yang memfasilitasi pengembangan kegiatan argumentasi siswa, sehingga diharapkan dapat diterapkan untuk pembelajaran konsep lain baik dalam IPA maupun dalam Biologi khususnya.

F. Asumsi

1. Pendekatan pembelajaran dengan rancangan model pembelajaran Membangun Argumen berperan sebagai kerangka pencapaian tujuan inkuiri sebagai pembentuk argumen yang baik dalam memberikan dan menjustifikasi suatu kesimpulan, penjelasan, atau jawaban dari suatu pertanyaan penelitian (Sampson & Schleigh, 2013).

2. Penggunaan model argumentatif dalam pendidikan IPA dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk meningkatkan keterampilan kognitif dan keterampilan berbahasa (Gonzalez & del Castillo, 2010) 3. Model pembelajaran Membangun Argumen memberikan kesempatan bagi

siswa untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui, bagaimana mereka mengetahuinya, dan mengapa mereka perlu menerimanya sebagai kesimpulan yang dapat diterima (Sampson dan Grooms, 2010).

G. Hipotesis

(8)
(9)

62 A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh Model Pembelajaran Membangun Argumen (MPMA) terhadap keterampilan argumentasi tertulis siswa, diperoleh hasil bahwa MPMA mampu memberikan pengaruh terhadap keterampilan argumentasi tertulis siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian hipotesis yang dilakukan dengan perhitungan menggunakan program SPSS ™ 20.0 for windows didapatkan nilai signifikansi 0,002, sehingga Ho

ditolak, H1 diterima. Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan

yang signifikan antara keterampilan argumentasi tertulis siswa yang belajar dengan MPMA dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok, dan diskusi kelas.

Berdasarkan rekapitulasi keterampilan argumentasi tertulis siswa pada setiap aspek yang diukur, diperoleh hasil bahwa siswa mampu membuat argumen dengan menyertakan komponen klaim, bukti, maupun rasionalisasi, meskipun untuk aspek rasionalisasi rata-rata nilainya masih rendah. Siswa yang belum terlalu mahir dalam membuat rasionalisasi pada argumen yang dibuat. Hal ini dapat dikarenakan tahap perkembangan siswa pada tingkat sekolah menengah pertama yang masih pada masa remaja awal yadanng baru memasuki fase berfikir operasional fomal .Oleh karena itu siswa perlu diberikan banyak latihan untuk mengasah keterampilan berfikirnya, dalam hal ini siswa perlu diberikan banyak peluang untuk terlibat dalam kegiatan argumentasi ilmiah.

(10)

B. Rekomendasi

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, berikut ini dikemukakan rekomendasi sebagai berikut.

1. Bagi setiap guru yang akan mengaplikasikan model pembelajaran Membangun Argumen agar dapat lebih meringkas kegiatan pembelajaran dengan memberikan bantuan dan pengarahan seperlunya saja selama pembelajaran di kelas berlangsung dan tetap memegang kendali kelas secara penuh.

2. Model pembelajaran Membangun Argumen dapat diaplikasikan untuk melatih keterampilan argumentasi lisan siswa dan meningkatkan keterampilan argumentasi siswa secara tertulis, sehingga direkomendasikan untuk menerapkan model pembelajaran ini pada konsep lain, pada mata pelajaran Biologi khususnya dan pada IPA secara umumnya.

(11)

64

Acar, O. Argumentation Skills And Conceptual Knowledge Of Undergraduate Students In A Physics By Inquiry Class. Disertasi pada Ohio State University. Tersedia: etd.ohiolink.edu/send-pdf.cgi/Acar%20Omer.pdf?osu1228972473

[Diakses 7 November 2010]

Arikunto, Suharsimi. (2010a). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. (2010b). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Awalludin, J.(2010). Implementasi Field Trip Pada Pebelajaran Ekosistem Bermuatan Nilai Terhadap Penguasaan Konsep dan Sikap Siswa. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Berland, L. K., & McNeill, K. (2009). Using A Learning Progression to Inform Scientific Argumentation in Talk and Writing. Makalah yang dipersentasikan pada Learning Progressions in Science (LeaPS). Tersedia:

http://www.education.msu.edu/projects/leaps/proceedings/Berland.pdf

[Diakses 8 November 2013]

Campbell, Reece, dan Mitchell. (2003). Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Campbell, dkk. (2008). Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Curto, K., & Bayer, T. (2005). Writing & Speaking to Learn Biology: An Intersection of Critical Thinking an Communication Skills. Bioscene, 31 (4), 11-19.

(12)

Fardhani, Indra. (2010). Analisis Kualitas Argumentasi Siswa SMP Kelas VII pada Materi Ekosistem dengan Metode Debat. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Gonzalez, J. & del Castillo, F.D. (2010). Argumentation in Science Classroom. Tersedia: http://ikit.org/SummerInstitute2012/Papers/2998-Gonzalez.pdf [Diakses 11 November 2013]

Gumilar, Rika. 2009. Kemampuan Merencanakan Percobaan Praktikum Pencemaran Udara pada Siswa SMA melalui Metode SQ3R. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Keraf, Gorys. (2004). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.

Kuhn, Deanna. (2010). Teaching and Learning Science. Science Education, 94 () 810-824. Tersedia: http://www2.fiu.edu/~blissl/Arguement.pdf [Diakses 8 November 2013]

La Velle, L.B., & Erduran, S. (2007). Argument and developments in the science curriculum. School Science Review, 88 (324).

McNeill, K. L. & Krajcik, J. (2007). Teacher instructional practices to support students writing scientific explanations. Dalam: Luft, J., Gess-Newsome, J. & Bell, R. (penyunting). Science as Inquiry in the Secondary Setting. Washington, DC: National Science Foundation.

McNeill, K. L. (2010). Explanations, Arguments and Evidence in Science, Science Class and the Everyday Lives of Fifth Grade. Research in Science Teaching. Boston College.

Osborne, J., dkk. (2010). Arguing to Learn in Science: The Role of Collaborative, Critical Discourse. Science. 328 (2010) 463-466.

(13)

Putri, Yuli R. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Nht Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Sistem Hormon. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Sampson, V. (2010). Scoring Rubric. Tersedia: http://www.nsta.org/ highschool/connections/201007SampsonRubric.pdf [21 November 2013]

Sampson, V., dan Grooms, J. (2010). Generate an Argument: An Instructional Model. The Science Teacher 77 (5): 32-37.

Sampson, V., dan Schleigh, S. (2013). Scientific Argumentation in Biology 30 Classroom Activities. Pratinjau buku. [Online] Tersedia: www.nsta.org [6 September 2013].

Simon, S. (2008). Using Toulmin’s Argument Pattern in the evaluation of

argumentation in school science.

Subandia, Rika. (2010). Pengaruh Penggunaan SQ3R dan Writing terhadap Kemampuan Penguasaan Konsep Siswa SMP pada Materi Fotosintesis. Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Susetyo, Budi. (2010). Statistika Untuk Analisis Data Penelitian, Dilengkapi Cara Penghitungan Dengan SPSS Dan MS Office Excel. Bandung: Refika Aditama

Referensi

Dokumen terkait

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Yaya Sukaya 2016 Universitas

Polaris Jaya Motor yang dilihat dari 5 dimensi penentu kualitas jasa yaitu dimensi keandalan, dimensi keresponsifan, dimensi keyakinan, dimensi empati, dan dimensi berwujud. jadi

Dalam Penulisan Ilmiah ini hasil-hasil peramalan penjualan pada Perusahaan Mulia Mitraplas Injection Moulding menurut metode Moving Average, peramalan untuk semester satu tahun

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Menjadi

Setelah dilakukan analisa dari data yang diperoleh dari hasil kuesioner yang dilakukan pada Distro Spin Shop & Clothing.Co menghasilkan kesimpulan ternyata semua penentu mutu

Faktor bukan harga kurva permintaan bergerak kekanan, Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi makin tinggi atau makin menurun atau

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan mengenai penggunaan model yang akan mempengaruhi kemampuan analisis siswa, juga

Jaringan PABX yang sudah dikembangkan dapat mengakses data dengan kecepatan 64 KBps jauh lebih cepat dari komunikasi Telepon PSTN atau sama cepat dengan pelayanan Integrated