• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBINAAN SIKAP KELUARGA HUBUNGANNYA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MTS AL-GHIFARI INDRAMAYU.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PEMBINAAN SIKAP KELUARGA HUBUNGANNYA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI MTS AL-GHIFARI INDRAMAYU."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 1575/UN/402.2/PL/2013

MODEL PEMBINAAN SIKAP KELUARGA HUBUNGANNYA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA

DI MTS AL-GHIFARI INDRAMAYU.

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalammenempuhUjianSarjanaPendidikan

Oleh : RifqiNurulAslami

(0906072)

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Model

PembinaanSikapKeluargaHubungany

aTerhadapPembentukanSiswa di

MTs. Al-GhifariIndramayu.

Oleh RifqiNurulAslami Sebuahskripsi yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelarSarjanapadaFakultasPendidika nIlmuPengetahuanSosial

@RifqiNurul 2013 UniversitasPendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Surat Pernyataan

Denganinisayamenyatakanbahwaskripsidenganjudul “Model PembinaanSikapKeluargaHubunganyaTerhadapPembentukanKarakterSiswa“

inibesertaseluruhisinyaadalahbenarkaryasayasendiri, dan

sayatidakmelakukanpenjiplakanataupengutipandengancara-cara yang tidaksesuaidenganetikakeilmuan yang berlakudalammasyarakatkeilmuan.

Ataspernyataaninisayasiapmenanggungresiko/sanksi yang

dijatuhkankepadasayaapabilakemudianditemukanadanyapelanggaranterhadapetikakeilm uandalamkaryasayainiatau ada klaim dan lain-lainterhadapkeasliankaryaini.

Penulis

(4)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Model PembinaanSikapKeluargaHubunganyaTerhadapPembentukanKaraterSiswa. ( StudiDeskriptif di MTS Al-Ghifari Indramayu )

Oleh RifqiNurulAslami

0906072

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I

Prof. Dr. H. EndangDanial AR., M.Pd NIP : 19500502 197603 1002

Pembimbing II

Dra.Hj. Dartim Nan Sati NPP : 13051477600

Mengetahui:

(5)

Syaifullah,. S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 001

Skripsi Ini Diuji Pada Hari Jumat Tanggal 31 Mei Tahun 2013

Panitia Ujian dan Penguji Terdiri dari :

Ketua : Prof. Dr. KarimSuryadi M.Si. NIP. 19700814 1994021 001

Sekretaris : Syaifullah, S.Pd., M.Si NIP. 19721112 199903 001

Penguji 1 : Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 001

(6)
(7)

Abstrak anaknyadanmembimbinganak-anaknya yang nantinyaapa yang ialakukandalamkeluargaakandirekamolehanakdandipraktikankedalamlingkunganluaryak nisekolahdanlingunganbermain.

Metode yang digunakandalampenelitianiniadalahdeskriptifanalitis, denganteknikpengumpulan data yang digunakanadalah; observasi, wawancara, angket,studiliteraturdanstudidokumentasi.Subjekdalampenelitianiniadalahsiswa MTs AL-ghifariIndramayukelas VII dan VII, dengansampelsebanyak31 siswa.

Berdasarkanhasilpenelitian yang penulislakukanbaikitumelaluiwawancara, observasilangsungdanpenyebaranangket yang diperkuatdaribeberapateori-teorimengenai model pembinaansikap orang tuaterhadapperkembangankaraktersiswa. Berikutinimerupakanhasilpenyimpulanpenulis (1)Modelbimbingan orang

tuadalammengembangkankaraktersiswasangatpenting, orang

tuamerupakanpendidikterbaikuntukanaknya. (2)Hubungan model pembinaansikap orang tuadalammemupukkaraktersiswa di sekolahsangatbesar. Model pembinaan yang tepatyakni model keteladananakanmenjadikananakdapatmeniru orang

tuanyadenganbaik. Namun di MTs Al-Ghifari orang

tuanyamasihcenderungacuhtakacuh.(3).Konstribusiaktif orang tuadalammengembangkankaraktersiswa di MTs Al-Ghifarimasihkurang. Padalahseoranganakdalamusianya yang masihbelumdewasatidak bias membedakanmana yang baikdanmana yang benar. (4).Kurangnyapengetahuan orang tuaterhadappentingnyamembinaanak di dalamkeluargamerupakankendala yang dihadapi, selainitupendidikan orang tua, pekerjaan orang tuasertakeadaanekonomi orang tuamerupakansatuhal yang menjadikendala orang tua orang tuadalammembinaanakdenganbaik.

Solusinyauntukhaliniadalahmautidakmaupihaksekolahdalamhalini guru harusmeluruskananggapan yang sepertiitu, di sini guru berusahamembangunhubungan

yang baikdengan orang

tuadengaberbagaipendekatanuntukbersinergimenjadikansiswanya agar memilikikarakter yang kuat.Sehinggatidakadalagianak yang mencontek, anak yang membolos, tawuran, berbicarakasar, malasbelajar.

Agar siswamenyadaripentingnyamemilikikarakterreligius, disiplin, bertanggungjawab, penyayangdan lain sebagainyaterhadapsegalakegiatan. Hal

(8)

tuamemberikanpenerangandanpenyuluhantentangpentingnyakonrtibusi orang tuadalampendidikananak.

Abstract

Character education through the development of attitudes within the family environment is an important factor in realizing the ideals of education in Indonesia namely the intellectual life of the nation. The background of this research with the number of juvenile delinquency, conflict, corruption, cheating mass action when the National Examination and the failure to build the character of the Indonesian nation from the focus of the problem, the authors explored the problems tersbut "Coaching Model Family Attitudes Toward Students Character Development" so the purpose of this study is to determine the extent of contribution, knowledge, understanding, attitudes and behavior of families in nurturing their children and guide their children that will be what he does in the family will be recorded by the child and practiced outside environment into the school and lingungan play.

The method used in this study is a descriptive analysis, the data collection techniques used are: observation, interviews, questionnaires, literature studies and documentation. Subjects in this study were students MTs AL-GhifariIndramayu class VII and VII, with a sample of 31 students.

Based on the results of research by the author either through interviews, direct observation and questionnaires were amplified from several theories regarding the coaching model parents 'attitudes towards students' character development. The following is the result of inference author (1) Model parental guidance in developing the character of students is very important, parents are the best educators for their children. (2) The relationship coaching model of parental attitudes in fostering students' character in a very large school. Appropriate coaching model that is exemplary models will make the child can imitate their parents well. But at MTs Al-Ghifari parents still tend indifferent. (3). Contribution active parents in developing the character of students at MTs Al-Ghifari still lacking. Padalah a child under the age bias is not immature to distinguish what is good and what is right. (4). Lack of parental knowledge of the importance of foster children in the family are the obstacles faced, besides parental education, parental employment and economic circumstances of parents is one thing that a constraint elderly parents in nurturing their children well. The solution for this is inevitably the school in this case the assumption that teachers should straighten as it is, here teacher trying to build a good relationship with parents premises of various approaches to make students work together in order to have a strong character. So that no child is cheating, children who play truant, fighting, roughly speaking, lazy learning.

(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Definisi Operasional ... 7

F. Metode Penelitian ... 10

G. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembinaan Keluarga ... 14

1. Konsep Keluarga ... 14

2. Ciri-ciri Keluarga yang baik ... 17

3. Pembinaan Keluarga ... 18

B. Pembinaan Sikap ... 19

1. Pengertian Sikap ... 19

2. Pembinaan Sikap dalam Keluarga ... 23

3. Pembinaan Sikap di Sekolah ... 25

C. Perkembangan Karakter Siswa di Sekolah ... 26

1. Pengertian Karakter ... 26

2. Bentuk-bentuk Karakter ... 27

(10)

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 37

B. Jenis dan Sumber Data ... 38

C. Teknik Pengumpulan Data ... 40

D. Instrumen Penelitian ... 45

E. Tahap-Tahap Penelitian ... 46

F. Teknik Analisis Data ... 49

G. Jadwal Penelitian (terlampir dilampiran) ... 52

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum MTs AL-Ghifari Indramayu ... 53

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 73

BAB V KESIMPULAN DANSARAN A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

“Model Pembinaan Sikap Keluarga Hubunganya Terhadap Pembentukan Karakter Siswa”

(Studi Deskriptif di MTS Al- Ghifari Indramayu)

A. Latar Belakang

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan dasar pendidikan yang mengajarkan masyarakat untuk menjadi warga negara yang baik. Dalam mata pelajaran PKn banyak hal diajarkan untuk menjadikan siswa memiliki karakter baik. Salah satu materi yang diajarkan kepada siswa adalah pendidikan nilai dan moral yang banyak memcontohkan bagaimana seorang harus berperilaku baik dan berkarakter baik sebagai warga negara. Kemudian PKn dalam peraturan mentri nomor 22 tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajiban dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Terlihat bahwa PKn merupakan salah satu elemen pendidikan sebagai penentu kemajuan bangsa yang lebih baik sesuai dengan muatan di dalamnya yaitu undang-undang dan pancasila.

(12)

Pendidikan tidak akan terlepas dari sebuah keluarga, baik tidaknya model pembinaan yang diberikan oleh keluarga mencerminkan seorang anak di masyarakat. Dalam keluarga anak mula-mula mendapatkan pendidikan, sehingga keluarga bisa dibilang sebagai pendidik utama sebelum anak masuk ke sekolah. Karena dari buaian hingga besar seorang anak belajar banyak dari orang tuanya. Jika seorang anak mendapatkan pembinan sikap yang baik dari keluarganya, maka besar kemungkinan, pembinaan yang sudah diberikan akan melekat dan model pembinaan yang diberikan orang tua akan tercermin metika ia dewasa dan berinteraksi dengan lingkungan luar.

Model pembinaan keluarga merupakan sesuatu yang berulang dilakukan dan bersifat tetap. Menurut Erna Wulan Syaodih (1999: 9).

Orang tua merupakan orang yang pertama memberikan model pendidikan, bimbingan dan perawatan didalam keluarga. Namun pada kenyataannya orang tua yang tidak mengetahui bagaimana model pembinaan yang baik diberikan kepada anaknya. Bahkan ada orang tua yang sibuk pekerjaanya dengan alih dia bekerja untuk kebaikan dan masa depan anaknya, sehingga seorang anak dibiarkan tumbuh dan berkembang sendiri dengan sekolah dan lingkungan sekitarnya tanpa dibarengi dengan bimbingan dari orangtuanya.

Hal tersebut tentu tidak baik untuk anak, karena dengan dibiarkanya anak belajar sendiri tanpa ada bimbingan orang tua anak bebas menerima model bimbingan yang ia terima dari luar tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Sehingga karena terlalu bebas menerima apapun yang masuk pada dirinya, pada anak bermunculan karakter-karakter menyimpang yang ia dapat dan dibawa hingga dia dewasa.

(13)

Di sini selain sekolah keluarga memiliki peranan penting dalam mengatur dan melaksanakan model pembinaan kepada anaknya. Dengan adanya pembinaan dalam kehidupan keluarga, diharapkan anak dapat terbentuk karakternya.

Karakter menurut Dharma Kesuma dkk (2011;11) berasal dari nilai tentang sesuatu, nilai yang diwujudkan dalam bentuk prilaku anak itulah yang disebut karakter. “Pendidikan Karakter sangat diperlukan untuk siswa di sekolah, karena pendidikan karakter pada intinya tidak hanya menajadikan siswa menjadi seorang yang cerdas, namun mampu menghasilkan siswa yang memiliki kepribadian yang kuat.”

Dari pendapat di atas pendidikan karakter penting diberikan untuk menjadikan seorang yang cerdas dan untuk menjadikan siswa memiliki kepribadian yang kuat. Namun, Pendidikan Karakter seharus sudah dimulai dalam lingkungan keluarga, karena dari keluarga akan menentukan seorang anak kedapan. Meskipun disekolah seorang anak akan mendapatkan pendidikan namun pendidikan disekolah hanya sebatas pendidikan formal yang terbatas oleh waktu. Oleh karena itu pendidikan karakter harus bisa sedini mungkin diberikan kepada anak, bahkan semenjak usia dini sehingga dewasa akan mewariskan karakter yang nantinya telihat dalam kehidupannya kelak.

Hal ini dapat dipertegas oleh Megawangi seperti yang dikutip oleh Masnur Muslich (2011:97), “anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan

suci dapat berkembang segera optimal.” Dari situ dapat dikatakan dengan pendidikan karakter yang diajarkan terus menerus dari bayi hingga dewasa dalam lingkungan diamana anak tinggal maka kedepan akan terciptanya suatu bangsa yang warga negaranya berkarakter.

(14)

misalnya latar belakang keluarga orang tuanya, usia orang tua dan anak, pendidikan dan pengalaman orang tua, jenis kelamin orang tua dan anak, karakter orang tua dan anak serta konsep peran orang tua dalam keluarga dan juga model bimbingan seperti apa yang diterapkan oleh orang tua dalam keluarga. Sedangkan yang termasuk faktor dari luar adalah tradisi yang berlaku dalam lingkungannya, sosial ekonomi lingkungan dan semua yang berasal dari keluarga tersebut dalam menentukan satu bentuk model pembinaan.

Dapat dikatakan bahwa, model pembinaan yang dilakukan oleh orang tua yang usianya tidak terlalu jauh dengan seorang anak jauh lebih mudah melakukan pendekatan dengan seorang anak, dibandingkan usia orang tua yang jaraknya terlalu jauh terlihat lebih sulit karena terkadang model bimbinganya sudah tidak sesuai dengan jamanya. Khususnya dalam pembinaan terkait prilaku yang baik.

Selanjutnya, pendidikan orang tua juga merupakan faktor lain yang menentukan model pembinaan orang tua terhadap anak. Orang tua yang dilatar belakangi pendidikan tinggi dalam melakukan pembinaan kepada anak jauh lebih memperhatikan perubahan yang terjadi dalam diri anak. Perubahan sikap, tingkah laku dan kebisaaan terkecil seorang anak sekalipun.

(15)

Anak yang dilahirkan dalam keluarga yang demokratis akan memunculkan karakter anak yang mempu kerjasama dengan orang lain ketika dewasa, dan anak akan terbisaa hidup dalam perbedaan dengan orang lain. Berbeda dengan anak yang dilahirkan dalam kondisi keluarga yang menerapkan model bimbingan otoriter, anak yang lahir dalam keluarga otoriter maka akan memunculkan karakter anak yang tidak mau ngalah dan cenderung anak tersebut selalu ingin mendominasi dalam setiap kegiatan apapun

Model bimbingan yang diberikan kepada anak menurut Masnur Muslich (2011; 101), “melalui model pola asuh yang dilakukan oleh orang tua, anak akan belajar banyak

hal, termasuk karakter” Tentu saja. Model pola asuh yang diberikan keluarga otoriter yang cenderung menuntut anak untuk patuh terhadap segala keputusan orang tua berbeda dengan model pola asuh yang diberikan oleh keluarga demokratis yang cenderung mendorong anak untuk terbuka namun bertanggung jawab dan mandiri sehingga anak terbisaa membawanya dalam lingkungan luar.

Keluarga merupakan peran utama dalam memberikan pendidikan kepada anak. Dengan menerapkan model pembinaan yang terarah terhadap pembentukan dan pengembangan seorang anak diharapkan anak akan memiliki karakter yang kuat dan sesuai dengan pancasila dan undang-undang. Dapat dikatakan bahwa, seorang anak akan menjadi orang yang baik ketika dia menadapatkan pendidikan dan pembinaan yang baik pula. Selain dari lingkungan sekolah anak juga belajar dari lingkungan keluarga, bahkan lebih utama anak mendapat pembinaan sikap keluarga karena semenjak buaian dia belajar dilingkungan itu dan orang tua merupakan faktor utama yang harus diperbaiki.

(16)

Penelitian: “Model Pembinaan Sikap Keluarga Hubunyanya Terhadap Pembentukan

Karakter Siswa.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini diadakan rumusan permasalahan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana model bimbingan orang tua dalam mengembangkan karakter siswa

2. Bagaimana hubungan model bimbingan orang tua dengan perkembangan karakter siswa

3. Bagaimana pengaruh kontribusi orang tua dalam mengembangkan karakter siswa 4. Bagaimana kendala dan solusi orang tua dalam menghadapi perkembangan karakter

siswa

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui model bimbingan orang tua dengan perkembangan karakter siswa di sekolah

2. Mengetahui hubungan model bimbingan orang tua dengan perkembangan karakter siswa

3. Mengetahui pengaruh kontribusi orang tua dalam mengembangkan karakter siswa 4. Mengetahui kendala dan solusi orang tua dalam menghadapi perkembangan karakter

siswa

D. Manfaat Penelitian

(17)

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran penulis mengenai pembelajaran pendidikan kewarganegaraan, terutama dalam bidang pendidikan nilai dan moral.

2. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi para guru PKn khususnya dalam membelajarkan materi mengenai pendidikan karakter.

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan keluarga dalam hal ini orang tua dapat menerapkan model pembinaan sikap yang baik dalam proses mendidik anak dan dapat mengambangkan karakternya.

2. Hasil penelitian ini dapat menjadikan seorang guru dapat menerapkan dan bekerjasama dengan orang tua dalam pembinaan sikap yang baik agar dapat mengembangkan karakter siswa.

E. Definisi Operasional

Agar dalam penelitian ini tidak ada pengkaburan makna atau pemaknaan lain, maka penulis akan mengartikan satu-satu makna dari suatu kata.

 Pembinaan merupakan upaya untuk meningkatkan mutu penggunaan bahasa, antara lain mencakupi peningkatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa yang dilakukan melalui jalur pendidikan dan pemasyarakatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia:2010)

 Sikap merupakan pandangan hidup pemasyarakatan (Kamus Besar Bahasa Indonesia:2010)

 Keluarga secara luas diartika sebagai satuan kerabat yang terdiri atas beberapa orang, yang berasal dari kerabat dekat suami istri (Kamus Besar Bahasa Indonesia:2010)

(18)

1. Pembinaan Sikap Keluarga

Membina menurut Dharma Kusuma (2009:8). “Membina adalah usaha kegiatan mengarahkan para peserta didik dalam melaksanakan suatu kegiatan mengarahkan para peserta didik dalam melaksanakan suatu kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan yang

diinginkan.” Dalam lingkungan keluarga, keberhasilan keluarga dalam menenamkan nilai-nilai kebijakan (karakter) pada seorang anak akan bergantung pada jenis model pembinaan sikap yang diterapkan orang tua kepada anak.

2. Lingkungan keluarga

Menurut William Bannet seperti yang di kutip oleh Masnur Muslich (2011:117),

“keluarga merupakan tempat paling awal dan efektif untuk menjalankan fungsi dalam menjalankan kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan.” Dapat dikayakan, apabila keluarga gagal mengajarkan kejujuran, semangat, keinginan untuk menjadi yang terbaik, dan kemampuan-kemampuan dasar maka akan sulit sekali bagi institusi-institusi lain untuk memperbaiki kegagalan-kegagalannya.

Jadi, peran keluarga dalam menerapkan model bimbingan yang baik dalam lingkungan keluarga itu sangat diperlukan. Sehingga keluaga, orangtua khususnya semenjak dalam lingkungan keluarga harus siap memberikan model bimbingan yang tepat untuk anaknya.

(19)

3. Karakter

Karakter menurut Sigmund Freud seperti yang dikutip oleh Zainal Aqiq (2011: 30),

“character is a striving sistem which underly behaviour,” hal ini diartikan sebagai kumpulan tata nilai yang mewujudkan dalam suatu sistem daya dorong (daya juang) yang melandasi pemikiran sikap dan perilaku yang akan ditampilkan secara mantap.

Menurut Muhammad Nuh seperti yang dikutip oleh Masnur Muslich (2011;92) bahwa, “karakter merupakan aspek penting dari kualitas Sumber Daya Manusia karna kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa.” Karakter yang berkualiatas perlu dibina dan di bentuk sejak usia dini, karena kecil kemungkinan jika seoranang anak yang dari keluarganya diterapkan karakter baik berubah menjadi buruk ketika di lingkungan sekolah. Meskipun ada saja kemungkinan seperti itu, namun jarang sekali ditemukan.

Selanjutnya pendidikan karakter menurut Hurlock seperti yang di kutip oleh Dharma Kesuma (2011:24) mengatakan bahwa, “karakter terdapat pada kepribadian. Karakter mengimplikasikan suatu standar moral dan melibatkan sebuah standar moral dan melibatkan sebuah pertimbangan nilai. Karakter berkaitan dengan tingkah laku yang

diatur oleh upaya dan keinginan.”

(20)

f. Metode Penelitian

A.Metode Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian salah satunya dengan menggunakan metode yang tepat. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode peneltian kualitatif, di mana menurut Nasution (1996:18), “metode penelitian kualitatif bisa disebut juga metode penelitian naturalistik, karena data yang didapat dari lapangan dapat diperoleh secara natural, wajar, dan apa adanya tanpa dimanipulasi dan diatur dengan eksperimen atau

tes.”

Selain itu menurut Moleong (2010:6), “Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis atatistik atau cara kuantifikasi lainya Pendekatan.”

Adapun mengenai definisi metode penelitian, menurut Sugiyono (2011:3), “secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu.” Jadi dalam hal ini dapat diartikan metode penelitian merupakan suatau cara untuk memperoleh pengetahuan atau memcahkan suata permasalahan yang dihadapi untuk diteliti agar menemukan kegunaan yaitu solusi.

Salah satu jenis metode penelitian adalah metode penelitian deskriptif, Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian tentang kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikikran ataupun suatu kejadian pada masa sekarang. Pendekatan Deskriptif menurut Suharsimi Arikunto (2009:235), “penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu gejala menurut apa

(21)

Dengan menggunakan metode penelitian seperti ini, diharapkan dapat memberikan gambaran tentang model pembinaan sikap keluarga yang hubunganya terhadap pembentukan karakter siswa di sekolah. Dan penggunaan metode penelitian kualitatif merupakan sangat tepat karena disesuaikan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penelitian. Di mana dalam penelitianya diperlukan pengamatan dan penelitian lebih dalam.

B.Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

1. Teknik Pengelolaan Data

Teknik pengelolaan data pada penelitian ini menggunakan Triangulasi, Sugiyono (2011;330) mengartikan Triangulasi sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Trianggulasi merupakan teknik yang menggabungkan antara berbagai teknik pengumpulan data, yaitu teknik Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Adapun pengertian dari masing-masing teknik penelitian adalah sebagai berikut :

 Wawancara

Wawancara atau interview menurut Nasution (2009:113), merupakan “suatu bentuk

komunikasi verbal, jadi semacam percakapan untuk memperoleh informasi.” Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi dari sumber yang utama sehingga informasi atau data yang dicari dapat ditemukan dari sumbernya langsung tanpa melalui perantara.

 Observasi

(22)

 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi menurut Suharsimi Arikunto (1993:202), “mencari data mengenai hal-hal atau variable berupa catatan, transkrip, buku-buku, surat kabar,

majalah, prasasti dan sebagainya.”

Kuesioner (Angket )

Selain wawancara dan studi literature di sini penulis juga menggunakan angket untuk penelitian. Digunakanya angket ini merupakan salah satu cara agar peneliti mengetahui kondisi keluarga siswa untuk memudahkan analisis penulis. Menurut Sugiyono (2012: 142) “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.”

2. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung. Pada saat memulai wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Menurut Miles dan Hubermen seperti yang dikutip oleh Sugiyono (2011;337), mengemukakan bahwa, ”aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh, aktifitas dalam analisis data, yaitu Reduksi data, Sajian data dan Penarikan kesimpulan. ”Adapun penjelasan dari masing masing aktifitas adalah sebagai berikut :

1. Reduksi Data

(23)

ini berlangsung terus menerus selama penelitian. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, menajamkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data.

2. Display Data

Diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan penyajian data, peneliti akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan pemahaman tentang penyajian data.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan yang diambil akan ditangani secara longgar dan tetap terbuka sehingga kesimpulan yang semua belum jelas, kemuadia akan meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan ini juga diveryfikasi selama penelitian berlangsung dengan maksud-maksud menguji kebenaran, kekokohan dan kecocokan yang merupakan validitasnya.

G. Subjek dan Lokasi Penelitian

1. Subjek Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif Penelitian yang dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif, maka subjek penelitian ini adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposife berkaitan dengan tujuan penelitian. Oleh sebab itu yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa dan siswi MTs Al-Ghifari Indramayu. Penelitian ini mengambil lokasi di satu sekolah yaitu MTs Al-Ghifari Indramayu. Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu.

(24)

1. Kepala Sekolah MTs MTs Al-Ghifari

2. Guru Pendidikan Kewarganegaraan MTs Al-Ghifari 3. Guru Bimbingan dan Konseling MTs Al-Ghifari

(25)

37 | P a g e

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang diguanakan adalah metode penelitian kualitatif. Kenapa pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif ? ada alasan mengapa peneliti menggunakan model penelitian ini yakni permasalahan yang dikaji dalam penelitian tentang Model Pembinaan Sikap Keluarga Hubunganya Terhadap Perkembangan Karakter Siswa. Ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Selain itu pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya.

Dalam melaksanakan suatu penelitian, peneliti harus menentukan metode yang akan digunakan untuk dapat menunjukan dan sebagai petunjuk dalam kegiatan penelitian. Berkaitan dengan hal ini Straus dan Corbin seperti yang di kutip oleh Basrowi dan Suwandi (2008:1) menjelaskan bahwa. Dalam penelitian kali ini yang berkenaan dengan kondisi masa sekarang, yaitu:

Model penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang ditdak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau dengan cara kuantifikasi lainya. Peneliti kualitatif dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsi organisasi, gerakan sosial atau hubungan kekerabatan.

(26)

Penulis melakukan penelitian dengan studi deskriptif analitis karena sesuai dengan sifat masalah serta tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji hipotesis, tetapi berusaha untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang bagaimana tingkah laku seorang siswa dalam satu sekolah.

Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitis maka dalam memperoleh data yang sebanyak-banyaknya dilakukan melalui berbagai teknik yang disusun secara sistematis untuk mencari pengumpulan data hasil penelitian yang sempurna.

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Sumber data primer yang dipilh peneliti adalah Guru PKn, Guru Bimbingan Konseling dan Siswa MTs Al-Ghifari Indramayu, data sekunder yang akan dijadikan rujukan adalah berupa buku-buku, atau artikel-artikel yang sesuai dan berhubungan dengan masalah penelitian.

Penelitian kualitatif memerlukan sumber data yang akurat dan tepat dengan tujuan penelitian. Sumber data dalam penelitian ini merupakan sumber data yang alami atau natural sesuai dengan keadaan sebenarnya untuk mempermudah penelitian. Berangkat dari hal itu dalam penelitian ini penulis menentukan sumber data yang terdiri dari orang dan benda. Orang sebagai informan sedangkan benda merupakan sumber data dalam bentuk dokumen seperti artikel dan berita yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dalam penelitian ini menentukan jenis data, sumber data, dan subjek penelitian yang tergambar dalam tabel berikut ini.

Tabel 3.1

(27)
(28)

C. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut.

1. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Basrowi dan suwandi (2008:99) berpendapat bahwa “observasi merupakan upaya pengamatan yang dilakukan oleh pelaksana penelitian kualitatif untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi dengan menggunakan alat bantu atau tidak.” Pengamatan, pengawasan terhadap perbuatan (kegiatan, keadaan) orang lain; perbuatan mengamati dengan penuh untuk melihat dunia sebagaimana yang dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan yang dianut oleh para subjek pada keadaan waktu itu. Pengamatan memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subjek sehingga memungkinkan pula peneliti menjadi sumber data.

Data observasi diharapkan lebih faktual mengenai situasi dan kondisi kegiatan penelitian di lapangan. Menurut M.Q. Patton (Nasution 1996:59) “manfaat data observasi” adalah sebagai berikut:

a. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jdai ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dapat dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

(29)

41 | P a g e

d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan sehingga akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan situasi sosial.

Oleh karena itu, keberadaan peneliti secara langsung dilapangan dapat memberikan kesempatan yang luas untuk mengumpulkan data yang dijadikan dasar untuk mendapatkan data yang lebih terinci dan akurat.

2. Wawancara

Wawancara menurut Esterberg (Sugiyono 2009:317) adalah “pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Menurut Licoln dan Guba seperti yang dikutip oleh basrowi dan suwandi (2008;127), maksud diadakanya wawancara untuk “mengkonstruksi perihal orang, kejadian kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan dam kepedulian mengkontruksi kebulatan-kebulatan harapan pada masa yang akan mendatang……..dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.”

Jadi dengan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam meninterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi.

3. Studi Dokumentasi

(30)

berdasarkan perkiraan.” Data yang diperoleh dari studi dokumen dapat menjadi sumber penelitian selain wawancara dan observasi.

4. Kuesioner (Angket )

Selain wawancara dan studi literature di sini penulis juga menggunakan angket untuk penelitian. Digunakanya angket ini merupakan salah satu cara agar peneliti mengetahui kondisi keluarga siswa untuk memudahkan analisis penulis. Menurut Sugiyono (2012: 142) “Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.”

Angket yang digunakan dalam penalitian ini adalah angket semi tertutup. Menggunakan pengumpulan data dengan cara mengajukan daftar pernyataan dengan pilihan jawaban yang sudah tersedia tersedia, di mana siswa diberikan pernyataan dan siswa juga memilih alternatif jawabanya sesuai dengan apa yang dia rasakan, yaitu alternatif jawaban Sering, Pernah, kadang-kadang dan tidak pernah. Hal ini diajukan kepada siswa untuk memperoleh data mengenai model bimbingan yang diterapkan keluarga. Untuk memperoleh data yang lebih valid dan memungkinkan pencarian dan penganalisaan dari hasil penelitian untuk memperoleh gambaran deskriptif mengenai masalah-masalah yang diteliti. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data angket meliputi:

a. Seleksi Data

Seleksi data adalah memilih data yang valid, dan difokuskan kepada rumusan masalah penelitian. Beberapa hal yang dilakukan peneliti dalam proses seleksi data, yaitu: 1) Mengecek kelengkapan dalam pengisian angket

(31)

43 | P a g e

lengkap, peneliti menyempurnakan lagi ke sumber datanya sehingga angket dapat diisi secara lengkap dan dapat digunakan dalam analisis data.

2) Memeriksa relevansi jawaban

Pemeriksaan relevansi jawaban ini dilakukan terhadap data hasil wawancara. Hal ini dilakukan karena dalam kegiatan wawancara yang dilakukan terhadap guru MTs Al-Ghifari Indramayu ada jawaban yang tidak sesuai dengan masalah yang diteliti. Untuk itu, peneliti memisahkan jawaban yang sesuai dengan pertanyaan dan jawaban yang diluar pertanyaan peneliti.

3) Pemberian skor

Setelah proses seleksi data selesai dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah proses pemberian skor (pensekoran). Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian di MTs Al-Ghifari Indramayu berupa jawaban tertutup dari setiap pernyataan yang diajukan dan dijawab dengan jawaban tertutup, yaitu:

Angket yang digunakan dalam penelitian ini sifatnya tertutup sehingga jawaban yang diberikan pun tertutup. Jawaban pertanyaan tertutup maksudnya adalah jawaban yang diberikan sudah disediakan lebih dahulu, dan responden dalam hal ini siswa hanya tinggal memberikan jawaban pada beberapa alternative jawaban dengan cara memberikan tanda centang (V) pada salah satu jawaban yang diinginkan. Pemberian skor dilakukan dengan kriteria yaitu menjawab diberi skor 4 sampai 1.

Adapaun jawaban alternatif yang diberikan peneliti akan diberikan skor dari setiap jawaban yang ada, yaitu :

Untuk peryataan positif alternatif jawaban tersebut dikenakan skor sebagai berikut :

Selalu = 4

(32)

Kadang-kadang = 2 Tidak pernah =1

Sedangkan untuk pernyataan negative alternatif jawaban dikenakan skor sebagai berikut:

Selalu = 1

Pernah = 2

Kadang-kadang = 3 Tidak pernah = 4 b. Tabulasi Data

Tabulasi data adalah memasukan data yang berbentuk jawaban ke dalam table-tabel, dan mengatur angka-angka sehingga dapat dihitung jumlahnya. Jenis table yang digunakan adalah tabel frekuensi. Tabel frekuensi adalah tabel yang menyajikan beberapa kali sesuatu hal yang terjadi. Dalam penyusunan prosentase, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Membuat tabel prosentase dengan kolom-kolom: Nomor urut, alternative jawaban, frekuensi jawaban dan prosentasenya.

2) Mencari frekuensi jawaban (f) dengan jalan menjumlahkan tallynya dari setiap alternative jawaban.

3) Mencari frekuensi seluruhnya (n) dengan jalan menjumlahkan frekuensi yang menjawab dari tiap-tiap alternative jawaban.

c. Perhitungan persentase

Untuk menghitung prosentase jawaban dari penyebaran angket yang digunakan rumus sebagai berikut:

(33)

45 | P a g e

p = ___ x 100% n

Keterangan Rumus: p = Prosentase.

f = frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang menjadi pilihan yang telah dipilih responden atas pertanyaan yang diajukan.

n = Jumlah seluruh responden selaku sampel penelitian. 100% = Bilangan tetap.

d. Penafsiran Data

Data yang sudah diolah dengan tabel prosentase, kemudian dilakukan penafsiran atau interpretasi dari setiap pertanyaan. hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti dalam penarikan kesimpulan.

Adapun Untuk memudahkan pemilihan kriteria penilaian Suryadi seperti yang dikutip oleh Kusmiati (2004:81) yaitu :

0% = ditafsirkan tidak ada 1%-24% = ditafsirkan sebagian kecil 25%-49% = ditafsirkan hampir setengahnya 50% = ditafsirkan setengahnya

(34)

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri sehingga peneliti merupakan instrumen utama (key instrument) dalam mengumpulkan data dan menginterpretasi data dengan dibimbing oleh pedoman wawancara dan pedoman observasi. Nusa Putra (2011;174) mengatakan “istrumen dalam penelitian ini menggunakan peneliti itu sendiri, dan utama diapatkan melalui observasi. Untuk mendapatkan keobjekan, pengematan juga dilakukan oleh guru pengamat yang memanfaatkan lembar observasi.” Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti sendiri akan terjun langsung ke lapangan untuk mengadakan observasi dan wawancara secara mendalam. Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan wawancara. Dalam prakteknya kedua metode tersebut dapat digunakan secara bersama-sama, artinya sambil wawancara juga melakukan observasi atau sebaliknya. Dalam observasi ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian.

Observasi ini dimaksudkan untuk mengamati sikap siswa dan juga penyebab munculnya sikap dalam diri siswa. Hal yang harus observasi yaitu diantaranya melakukan observasi mengenai aktivitas keseharian siswa di MTs Al-Ghifari Indramayu, tingkah laku dan factor penyebabnya. Aktor dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang terlibat dalam kegiatan yang tengah diteliti yang diantaranya adalah siswa, guru bimbingan konseling, kepala sekolah dan guru pendidikan kewarganegaraan.

(35)

47 | P a g e

Dalam melakukan wawancara, peneliti membuat dan menyiapkan instrumen penelitian yang isinya berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang berkaitan dengan pengalaman, pendapat, perasaan dan pengetahuan yang didapatkan dari sumber data yang terdiri dari aparat pemerintahan itu sendiri, siswa, guru dan orang tua siswa di sekolah tersebut.

Supaya hasil wawancara dapat terekam degan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka memakai bantuan alat-alat yaitu antara lain buku catatan untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data, tape recorder untuk merekam semua percakapn atau pembicaran, dan camera untuk memotret kalau peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

E. Tahap-Tahap Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian harus melalui beberapa tahapan-tahapan penelitian terlebih dahulu, berikut adalah tahapan-tahapan yang harus dilaksanakan oleh penulis:

1. Tahap Pra Penelitian

Dalam tahap pra penelitian peneliti melakukan persiapan yang diperlukan sebelum terjun ke dalam kegiatan penelitian. Penyusunan rancangan penelitian, pertimbangan masalah penelitian, lokasi penelitian dan pengurus perijinan merupakan kegiatan tahap pra penelitian ini.

(36)

mengenai kondisi subjek penelitian, langkah selanjutnya menyusun proposal penelitian dan pedoman wawancara serta format observasi sebagai alat pengumpul data yang disesuaikan dengan fokus penelitian. Pedoman wawancara yang dibuat terdiri dari dua bagian yaitu pedoman wawancara untuk pihak siswa dan pedoman wawancara untuk guru dan orang tua. Langkah selanjutnya, proposal penelitian, pedoman wawancara, dan observasi tersebut dikonsultasikan dengan pembimbing, kemudian setelah disetujui dijadikan sebagai pedoman penulis dalam mengadakan penelitian dilapangan.

Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu penulis menempuh proses perijinan sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan ijin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan I atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan ijin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala sekolah MTs Al-Ghifari Indramayu.

2. Tahap Pelaksanaan Lapangan

Setelah tahap pra penelitian selesai, maka penulis mulai terjun ke lapangan untuk melakukan penelitian. Pelaksanaan penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data dari responden. Selain observasi penulis juga memperoleh data melalui wawancara dengan responden.

(37)

49 | P a g e

atas persetujuan pembimbing. Peneliti melakukan studi pendahuluan untuk mendapatkan gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti.

Setelah diperoleh gambaran mengenai subjek yang akan diteliti serta relevan antara masalah yang dirumuskan dengan kondisi objektif dilapangan, selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:

a. Menghubungi Kepala sekolah untuk meminta izin dalam melaksanakan penelitian dan meminta informasi

b. Menentukan responden yang akan diwawancarai yaitu siswa, guru PKn dan guru BK serta siswa sebagai responden.

c. Menghubungi responden melalui wali kelas

d. Mengadakan wawancara dengan responden sesuai dengan waktu yang telah disepakati sebelumnya

e. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan dan dianggap berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi disusun dalam bentuk catatan lengkap setelah didukung dokumen-dokumen yang mendukung sampai pada titik jenuh yang berarti perolehan data tidak lagi mendapatkan informasi yang baru.

F. Teknik Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari responden melalui hasil wawancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.

(38)

dalam lapangan segera harus dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”. Tahapan analisis data menurut Nasution (2009:129) adalah sebagai berikut:

Tidak ada suatu cara tertentu yang dapat dijadikan pendirian bagi semua penelitian, salah satu cara yang dapat dianjurkan ialah mengikuti langkah-langkah berikut yang bersifat umum yaitu reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses analisis data yang dilakukan untuk mereduksi dan merangkum hasil-hasil penelitian dengan menitikberatkan pada hal-hal yang dianggap penting oleh peneliti. Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data yang telah terkumpul sehingga data yang direduksi memberikan gambaran lebih rinci.

Dalam penelitian ini data yang terkumpul dari hasil wawancara dengan guru dan siswa serta angket yang diberikan kepada siswa diperiksa kembali keabsahanya. Asapek-aspek yang direduksi berkaitan dengan Model Pembinaan Sikap Orang Tua Hubunganya Terhadap Pembentukan Karakter Siswa di MTs Al-Ghifari indramayu, kemudian diuraikan dalam bentuk pokok pertanyaan sebagai berikut:

1. Seberapa besar Pengaruh Model Pembinaan Orang Tua Hubungannya Terhadap Pembentukan Karakter Siswa ?

2. Bagaimana Model Pembinaan Orang Tua Hubungannya Terhadap Pembentukan Karakter Siswa?

3. Bagaimana peran guru dalam melibatkan Orang Tua sekaligus memberitahukan betapa penting peran orang tua dalam membina sikap Hubungannya Terhadap Pembentukan Karakter Siswa?

(39)

51 | P a g e

Display data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubungannya.

Penyajian data di awali dari hasil wawancara dengan Guru dan siswa MTs AL-Ghifari Indramayu. Hal ini karena pertanyaan untuk Guru dan siswa relatif sama. Semua data hasil wawancara dari kelima responden itu dipahami satu persatu kemudian disatukan sesuia dengan rumusan masalah.

c. Validitas

Hasil penelitian kualitatif seringkali diragukan karena tidak memenuhi sarat validitas dan reabilitas, oleh sebab itu ada cara-cara memperoleh tingkat kepercayaan yang dapat digunakan untuk memenuhi kriteria kredibilitas (Validitas internal) menurut Nasution (2009:114-118) cara yang dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaraan penelitian dapat dipercaya yaitu antara lain:

1. Triangulasi

(40)

Dari data yang diperoleh dari wawancara dan angket dengan siswa, peneliti melakukan cek dan ricek terhadap jawaban yang diperoleh dengan menanyakan kepada Bimbingan Konseling dan guru Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Membicarakan dengan orang lain (peer debriefing)

Dengan menggali lebih dalam debriefing bagi observasi dilakukan setelah observasi. Tujuanya adalah untuk memancing persepsi penutur sejati tentang penampilan responden. Dalam proses penelitian kemudian dirasa perlu dilakukan general debriefing,. Pembicaraan ini antara lain bertujuan untuk memperoleh kritik pertanyaan-pertanyaan tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian. Selain itu pembicaraan ini memberi petunjuk tentang langkah-langkah yang akan dilakukan selanjutnya.

Tujuan dari debriefing dalam penelitian ini yakni untuk analisis data, observasi dan keseluruhan untuk yang pertama dilakukan tim pembimbing skripsi yang kedua dilakukan oleh peneliti itu sendiri, dan ketiga dilakukan seluruhnya bersama-sama dengan responden. Dalam penelitian ini peneliti melakukan debriefing dengan Organisasi Pengajar Privat, tempatnya di Masjid Al-Furqon UPI, selain itu berdiskusi dengan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan pertanyaan seputar penelitian serta langkah-langkah yang dilakukan selanjutnya.

3. Menggunakan bahan referensi

(41)

53 | P a g e

4. Mengadakan Member Check

Salah satu cara yang paling penting adalah melakukan Member Check pada akhir wawancara dengan menyebutkan garis besarnya dengan maksud agar responden memperbaiki bila ada kekeliruan, atau menambahkan apa yang masih kurang. Tujuan member check adalah agar informasi yang penulis peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud informan. Member check dalam penelitian ini dengan mahasiswa jurusan Pendidikan Kewarganegaraan yang diangap mengetahui permasalahan yang sedang diteliti.

G. Jadwal Penelitian (terlampir dilampiran)

Untuk mempermudah dan lebih sistematis dalam penyusunan skripsi ini, maka harus dibuatlah jadwal penelitian. Berikut ini adalah jadwal pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan oleh penulis selama penyususnan skripsi.

(42)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan baik itu melalui wawancara, observasi langsung dan penyebaran angket yang diperkuat dari beberapa teori-teori mengenai model pembinaan sikap orang tua terhadap perkembangan karakter siswa di MTs Al-Ghifari Indramayu. Dari hasil tersebut penulis dapat menarik kesimpulan. Berikut ini menrupakan hasil penyimpulan penulis :

1. Model bimbingan orang tua dalam mengembangkan karakter siswa sangat penting, orang tua merupakan pendidik terbaik untuk anaknya. Hal apa yang telihat dari anaknya merupakan hasil dari pembinaan yang dilakukan oleh orang tuanya. Baik itu secara disadari maupun tidak disadari. Siswa yang dapat mencapai karakter yang baik dalam sekolahnya, seperti terbentuknya karakter religius, jujur, berfikir kreatif, disiplin dan bertanggung jawab merupakan keberhasilan dari model pembinaan yang dilakukan oleh orang tua. Sebaliknya jika tercermin karakter yang tidak baik dalam diri siswa, di sana orang tua dalam membina sikap anak di rumah belum maksimal sehingga kemungkinan siswa tersbut akan tercermin karakter yang negatif seperti tidak percaya diri dalam ujian, tidak jujur, tidak disiplin, kurangnya rasa tanggung jawab dan kurangnya kerjasama dengan teman lainya.

(43)

81 | P a g e

diperlukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar anak memiliki karakter cerdas. Tidak hanya itu, orang tua mencontohkan kedisiplinan beribadah, bekerja dan menyelesaikan sesuatu, hal itu akan memberikan gambaran kepada anak tentang bagaimana harus disiplin dan praktis dalam mengerjakan sesuatu. 3. Konstribusi aktif orang tua dalam mengembangkan karakter anak sangat

dibutuhkan, seorang anak dalam usianya yang masih belum dewasa tidak bisa membedakan mana yang baik dan mana yang benar. Orang tua yang aktif berdialog dengan anak, memantau perkembangan anak disekolah dan mendengarkan apa pendapat anak akan menjadikan seoarang anak yang berkarakter kuat.

4. Kurangnya pengetahuan orang tua terhadap pentingnya membina anak di dalam keluarga merupakan kendala yang dihadapi, selain itu pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua serta keadaan ekonomi orang tua merupakan satu hal yang menjadi kendala orang tua orang tua dalam membina anak dengan baik. Kebanyakan orang tua berpikir bahwa karakter siswa itu merupakan tanggung jawab sekolah sebagai lebaga formal yang harus memperbaiki kesalahan, padahal itu tidak bisa dibenarkan karena ada keluaraga, unit terkecil dari suatu masyarakat yang senarusnya juga sebagai dasar pendidikan anak sepeti pendidikan agama dan karakter, agar ketika anak mengenal lingkungan luar sudah dapat membedakan mana hal yang baik dan yang bukuk.

(44)

B. SARAN

Adapun saran yang dapat peneliti berikan dari permasalahan ini guna memenuhi tujuan dan manfaat penelitian adalah sebagai berikut :

1. Saran untuk Guru di sekolah

Sekolah merupakan lembaga formal yang merupakan tempat tranformasi nilai yang diberikan oleh guru kepada siswa. Nilai yang harus ditransformasikan oleh guru sebagai pelaksana yakni,

a. Guru dapat mengembangkan nilai-nilai positif yang ada di masyarakat, seperti seperti kejujuran, kepercayaan, norma-norma, dan gotong royong. Hal tersebut dapat dilakukan melalui aturan-aturan sekolah yang tegas, serta kegiatan-kegiatan yang bisa mengembangkan atau mentranformasikan nilai-nilai tersebut kepada siswa.

b. Perlunya di skeolah guru seharusnya memberikan keteladanan sikap yang baik kepada siswanya.

c. Dalam belajar guru perlu menyiapkan model pembelajaran yang sebaik mungkin agar siswa dapat menuerap apa yang guru ajarkan.

d. Dalam setiap mebelajaranya perlu kiranya guru menyelipkan karakter-karakter yang baik untuk siswanya.

e. Diperlukanya jalinan komunikasi antara guru dengan orang tua gurna membantu proses pendidikan yang baik.

2. Saran untuk siswa

(45)

83 | P a g e

b. Perhatikan apa yang di ajarkan oleh guru di sekolah

(46)

Daftar Pustaka

- Ahmadi (1991). Pengantar Psikologi Sosial. Bandung: Bina Cipta

- Arikunto, Suharsimi. (1993). Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian. Jakarta: Gelar Pustaka Mandiri.

- Arikunto, Suharsimi (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. - Aqiq, Zaenal (2011). Pendidikan Karakter. Bandung : Yrama Widya. - Basrowi dan Sukidin (2002). Metode Penelitian Kualitatif Mikro. Surabaya

: Lisan Cendikia

- Hasan, Chalidjah. (1990). Psikologi Sosial, Interaksi Sosial, Sikap Sosial. Bandung : Fakulias Usuludin Sunan Gunung Jati IAIN Bandung.

- Daradjat, Zakiah (1971). Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang

- Djahiri, Kosasih (1989). Menyusuri Duni Afektif untuk moral dan pendidikan nilai moral. Bandung : Lab PMPKN Bandung.

- Djahari, Kosasih (1995). Landasan Operasional Kurikulum Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Persekolahan 1994. Bandung : LAB PMPKN IKIP Bandung.

- Budimansyah, Dasim (2010). Penguatan pendidikan kewarganegaraan untuk membangun karakter bangsa. Bandung : Widya Aksara Press.

- Gudarsih, S, Singgih (2001). Psikologi Praktis: Anak, Remaja Dan Keluarga. Jakarta: Gunung Mulia.

- Gerungan, WA (1987). Psikologi Sosial. Bandung : Refika Aditama

(47)

Prilaku Anak Didik. Bandung : Fakultas Paska Sarjana IKIP.

- Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011). Jakarta. Deprtemen Pendidikan Indonesia : Balai Pustaka

- Kartajaya, H (2010). Grow With Character. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rohmy Husniah YudhiArifani ,(2008). Pendidikan Budi Pekerti Melalui Pendekatan Moral Dalam Pengajaran Sastra: Journal Of Counseling Psychology.

- Karyono (2009). Metode Penelitian. Tersedia di www.karyono1993.wordpress.com

- Kusuma, Dede (2009). Membina karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

- Kesuma Dharma dkk (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

- Lincona, Thomas. (1992). “Education charakter how our schol can teach

respect and responsibility”. USA: A. Bantam Book.

- Lena. (2010). Pendidikan Karakter : Mengajarkan Nilai-Nilai Keutamaan Dan Nilai-Nilai Keindonesiaan. Tersedia di www.uny.ac.id

- Mar’at (1982). Sikap Manusia Perubahan dan Pengukuran. Bandung: Galia

Indonesia.

- Moleong, Lexy J. 2010.metodologi penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosda Karya

- Muslich, Masnur (2011). Pendidikan Karakter. Jakarta : Bumi Aksara - Nasution (2009). Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

(48)

- Natawidjaya, Rohman (1977). Memahami Tingkah Laku Sosial.Bandung : IKIP.

- Sugiyono. (2012). “Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan R&D”. Bandung: Alfabeta.

- Sugiyono (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

- Sugiyono, (2009)“Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif”. Bandung:

Alfabeta.

- Syaodi, Erna Wulan (1999). Peran Bimbingan Guru Pengasuhan Orang Tua, Interaksi Teman Sebaya terhadap Perkembangan Prilaku Sosial anak. Bandung PPS-IKIP.

- Syarbini, Amirulloh (2012). Buku Pintar Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Karakter Anak. Jakarta: Prima Pustaka.

- Yusuf LN, Syamsu (2001). Psikologi perkembangan anak dan Remaja. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

- Yusuf Syamsu (2011). “Pendidikan Karakter di Sekolah.” Peniti (16 Maret 2011)

- Syamsudin Abin (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

- Taryati Dkk (1994). Pembinaan Budaya dalam Lingkungan Keluarga Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

- Ulfa, Fatria I (2012). Pembinaan Karakter Melalui Seni Tradisional. Bandung: FPIPS Pendidikan Kewarganegaraan.

(49)

- Republik Indonesia (2006). Peraturan Mentri nomor 22 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.

Gambar

gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

tuberculosis.( Okkels et al. Salah satu anggota PPE yang menjadi kandidat vaksin adalah PPE Rv 1168c. Diketahui pula bahwa kelompok ini terkonservasi pada mikobakteri

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (a) Pengolahan tanah dan mulsa jerami menghasilkan interaksi pada komponen pertumbuhan dan yang terbaik pada

The author continued his education in economics by taking mangement major and received his Bachelor’s degree in management from Esa Unggul Unversity in 2017..

Uzer Usman dalam bukunya “ Menjadi Guru Profesional “ mengemukakan delapan komponen keterampilan dasar mengajar yaitu keterampilan bertanya, keterampilan memberi

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Guru yang memiliki pengalaman mengajar lebih dari lima tahun dan kurang dari sepuluh tahun sudah menerapkan project based learning namun belum pernah ikut

2 Saya dapat membuat prioritas karir yang akan saya pilih dan lakukan SS S TS STS 3 Saya dapat mengendalikan diri saya dalam situasi pekerjaan apapun SS S TS STS 4

Mahasiswa yang bekerja paruh waktu memiliki hambatan tambahan dalam penyusunan skripsi dengan diperlukannya pembagian waktu yang baik antara menyusun skripsi dengan