• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN SIFAT – SIFAT CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING ( GUIDED INQUIRY ) : Penelitian Tindakan Kelas ini Akan Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN Cibogor I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN SIFAT – SIFAT CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING ( GUIDED INQUIRY ) : Penelitian Tindakan Kelas ini Akan Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN Cibogor I"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN

SIFAT

SIFAT CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE

INKUIRI TERBIMBING ( GUIDED INQUIRY )

(Penelitian Tindakan Kelas ini Akan Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran

2012/2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mempeoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Tanti Priatiningsih

1004396

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN SIFAT- SIFAT CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING

(GUIDED INQUIRY)

(Penelitian Tindakan Kelas ini Akan Dilaksanakan Pada Siswa kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2012/2013)

oleh :

Tanti Priatiningsih NIM : 1004396

Disetujui dan Disahkan oleh: Pembimbing I

Dr. Ida Kaniawati, M.Si. NIP. 196807031992032001

Pembimbing II

Dr. Pupun Nuryani, M.Pd. NIP. 196205221986032003

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN SIFAT – SIFAT CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING (

GUIDED INQUIRY )

(Penelitian Tindakan Kelas ini Akan Dilaksanakan Pada Siswa Kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung Tahun Ajaran

2012/2013)

Oleh

Tati Priatiningsih

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pendidikan

© Tati Priatiningsih 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(4)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG SUB POKOK BAHASAN SIFAT – SIFAT

CAHAYA MELALUI PENERAPAN METODE GUIDED INQUIRY Oleh:

Tanti Priatiningsih 1004396

(5)
(6)

DAFTAR ISI

C. Hipotesis Tindakan ... 9

D. Pemecahan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

G. Definisi Operasional ... 13

H. Indikator Hasil Belajar Siswa ... 15

BAB II PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING (GUIDED INQUIRY) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA TENTANG CAHAYA ... 16

A. Metode Inkuiri dalam Pembelajaran ... 16

B. Metode Guided Inquiry ... 23

C. Belajar dan Hasil Belajar ... 33

D. Pembelajaran IPA di SD ... 45

(7)

BAB III METODOLOGI DAN PROSEDUR PENELITIAN ... 53

A. Metode Penelitian ... 53

B. Model Penelitian ... 56

C. Lokasi Penelitian ... 57

D. Subyek Penelitian ... 59

E. Prosedur Penelitian ... 59

F. Instrumen Penelitian ... 63

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Deskripsi Awal Penelitian ... 68

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 70

C. Pembahasan Hasil Peneltian ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Rekomendasi ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Sintaks Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 29

3.1 Keadaan Guru SDN Cibogor I ... 58

3.2 Keadaan Siswa SDN Cibogor I ... 58

3.3 Nilai dan kategorinya ... 66

4.1 Daftar Nilai Ulangan Harian Siswa Pra Penelitian ... 69

4.2 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 78

4.3 Distribusi Hasil Evaluasi Siswa Siklus I ... 80

4.4 Persentase Ketercapaian Materi Siklus I ... 82

4.5 Daftar dan kategori Nilai LKS Siklus I ... 84

4.6 Refleksi Tindakan Siklus I ... 89

4.7 Distribusi Hasil Evaluasi Siklus II ... 95

4.8 Persentase Ketercapaian Materi Siklus II ... 96

4.9 Daftar dan Kategori Nilai LKS Siklus II ... 97

4.9 Refleksi Tindakan Siklus II ... 99

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan

harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah

mendorong berbagai upaya dan perhatian seluruh lapisan masyarakat terhadap

setiap gerak langkah dan perkembangan dunia pendidikan. Pendidikan sebagai

salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia pada

intinya bertujuan untuk memanusiakan manusia, mendewasakan, serta

mengubah perilaku, serta meningkatkan kualitas.

Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana,

melainkan suatu kegiatan yang dinamis dan penuh tantangan. Pendidikan akan

selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Setiap saat pendidikan selalu

menjadi fokus perhatian dan bahkan tak jarang menjadi sasaran

ketidakpuasaan karena pendidikan menyangkut kepentingan semua orang.

Pendidikan tidak hanya menyangkut investasi dan kondisi kehidupan di masa

(10)

Itulah sebabnya pendidikan senantiasa memerlukan upaya perbaikan dan

peningkatan sejalan dengan semakin tingginya kebutuhan dan tuntutan

kehidupan masyarakat.

Sekolah Dasar adalah bentuk satuan pendidikan dasar yang

menyelenggarakan program pendidikan 6 tahun. Pendidikan di Sekolah Dasar

merupakan pendidikan formal yang diatur oleh pemerintah. Pendidikan SD

befungsi sebagai salah satu persyaratan untuk melanjutkan jenjang pendidikan

ke jenjang yang lebih tinggi.

Tujuan pendidikan SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar

dalam mengembangkan kehidupan nya sebagai pribadi, anggota masyarakat,

warga negara, serta mempersiapkan siswa untuk melanjutkan ke sekolah

lanjutan tingkat pertama (Kurniasih : 2010).

Untuk mencapai tujuan pendidikan di Sekolah Dasar harus berpedoman

kepada kurikulum yang mengacu pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

pendidikan nasional dan pasal 35 tentang standar nasional pendidkan. Juga

adanya tuntutan globalisasi dalam bidang pendidikan yang mengacu agar hasil

pendidikan nasional dapat bersaing dengan dengan hasil pendidikan

negara-negara maju.

Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

(11)

tertentu. Tujuan tersebut meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian

dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta

didik. Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk

memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan

potensi yang ada di daerah serta proses pembelajaran yang disesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing mata pelajaran.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara

keseluruhan dengan guru dan peserta didik sebagai pemeran utama. Di dalam

pembelajaran melibatkan interaksi antar guru dan peserta didik secara

terencana, terarah, dan terprogram. Interaksi ini memerlukan berbagai

kemampuan guru untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan dalam

proses belajar mengajar tersebut. Proses belajar mengajar harus melahirkan

perubahan tingkah laku yang berarti (permanen) pada peserta didik. Perubaha

tingkah laku ini dapat berupa perubahan kemampuan ranah kognitif,

psikomotor ataupun afektif. Untuk mencapai tujuan tersebut, seorang guru

harus mampu menciptakan pembelajaran yang kondusif melalui penggunaan

berbagai pendekatan, strategi ataupun metode pembelajaran.

Pernyataan di atas mengindikasikan bahwa guru juga harus mampu

menciptakan pembelajaran yang kontekstual dan menyenangkan sehingga

tidak melahirkan sikap verbalisme bagi peserta didik. Dengan kata lain dapat

dikatakan bahwa guru dalam proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan

(12)

pemerintah yang menetapkan bahwa seorang guru harus memenuhi standar

proses sebagaimana dinyatakan dalam PP No. 19 Tahun 2005,

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi pesera didik.

Pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan

dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan

alam sekitar. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian

pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi

dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah dapat

mengembangkan keterampilan proses, sikap ilmiah siswa sehingga siswa

dapat memahami konsep yang diajarkan. Oleh karena itu hendaknya

pembelajaran IPA di Sekolah Dasar harus mempertimbangkan penggunaan

metode atau model pembelajaran yang mampu menciptakan kedekatan siswa

dengan apa yang sedang dipelajari, misalnya kegiatan yang berkaitan dengan

gejala alam dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan pembelajaran yang di mulai

dari yang sederhana dan kongkret kemudian secara bertahap dikenalkan

(13)

Model pembelajaran dipandang paling punya peran strategis dalam

upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar. Karena ia bergerak

dengan kondisi kebutuhan siswa sehingga guru diharapkan mampu

menyampaikan materi dengan tepat tanpa mengakibatkan kebosanan. Namun,

sebaliknya siswa diharapkan dapat tertarik dan terus tertarik mengikuti

pelajaran dengan keingintahuan yang berkelanjutan.

Namun, kondisi di lapangan khususnya di SDN Cibogor I Kecamatan

Soreang kabupaten Bandung menunjukkan bahwa beberapa tujuan

pembelajaran IPA kelas 5 belum tercapai secara optimal. Hal ini dibuktikan

dengan kurangnya hasil belajar dan partisipasi peserta didik dalam

pembelajaran IPA, seperti peserta didik kurang menunjukkan sikap kritis

ketika pembelajaran berlangsung, ketidakmampuan dalam menemukan,

mengemukakan dan memecahkan masalah, kurangnya minat dan motivasi

dalam mempelajari konsep-konsep IPA dan lingkungan, sehingga anak akan

lebih bersikap pasif dalam mengikuti proses belajar mengajar di kelas.

Hasil temuan di lapangan menunjukkan bahwa pembelajaran IPA sering

dilakukan hanya dengan menggunakan metode konvensional seperti ceramah

yang terkesan monoton sehingga melemahkan ketertarikan siswa terhadap

pepmbelajaran yang berlangsung. Hal ini bahkan berakibat pada prestasi siwa

pada mata pelajaran IPA seperti pada salah satu standar kompetensi IPA kelas

V SD yaitu “ menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu

(14)

Pembelajaran tentang Kompentensi Dasar di atas biasanya hanya

dilakukan dengan metode ceramah dan penugasan. Pada saat tes tentang

materi cahaya diberikan kepada siswa kelas V SDN Cibogor I, hasil tes

menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mampu mencapai

KKM.

Hasil temuan di lapangan bahwa pada mata pelajaran IPA sub pkok

bahasan materi cahaya di kelas 5 perolehan hasil belajar siswa hanya 12 siswa

atau 30 % yang mencapai KKM 62, sedangkan sisanya sebanyak 31 siswa

atau 70 % dari 43 siswa masih belum mencapai KKM yang telah ditentukan.

Oleh sebab itu, dalam pembelajaran IPA perlu dilakukan perbaikan

Permasalahan tersebut di atas terjadi karena hasil belajar yang diperoleh

siswa pada pelajaran IPA pada umumnya disajikan secara verbal melalui

kegiatan ceramah dan text book oriented dengan keterlibatan siswa sangat

minim, kurang menarik perhatian siswa dan membosankan, guru jarang sekali

menggunakan alat peraga atau media pembelajaran IPA sekalipun sudah

tersedia KIT IPA serta tidak terbiasa dalam melibatkan siswa melakukan

percobaan.

Kondisi pembelajaran yang dilaksanakan selama ini tentu akan

memberikan kelemahan - kelemahan dalam proses pembelajaran didalam

kelas, berikut ini kelemahan yang dialami dari pembelajaran tersebut adalah

sebagai berikut:

(15)

2. Siswa menerima materi secara pasif hanya menghapal konsep – konsep

yang ada

3. Siswa tidak terbiasa melakukan percobaan

4. Keingin tahuan siswa masih rendah

5. Siswa kurang bergairah dan kurang kreatif dalam belajar

6. Penguasaan konsep - konsep IPA sangat lemah

Mengetahui permasalahan seperti itu, penulis merasa perlu mempelajari

materi cahaya, beberapa metode, dan media pembelajaran guna memperbaiki

proses pembelajaran berikutnya. Salah satu yang dapat dijadikan alternative

perbaikan pembelajaran adalah menggunakan metode inkuiri terbimbing

(guided inquiry). Menurut ensiklopedia of educational research dalam

Suryobroto :192, penemuan (inquiry) adalah suatu strategi yang unik dapat

diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan

keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa

dalam mencapai tujuan pendidikannya. Guided Inquiry adalah cara penyajian

pembelajaran yang banyak melibatkan siswa dalam proses-proses mental

dalam rangka penemuannya. Pada guided inquiry guru mengarahkan atau

member petunjuk kepada siswa tentang materi pelajaran..

Bentuk bimbingan yang diberikan guru biasanya berupa petunjuk,

arahan, pertanyaan atau dialog sehingga diharapkan siswa sampai pada

kesimpulan atau generalisasi sesuai yang diinginkan guru demi mencapai

(16)

Dengan menggunakan metode guided inquiry, penulis merasa yakin

siswa akan lebih mudah mempelajari materi cahaya dan pembelajaranpun

akan menjadi lebih bermakna, sehingga prestasi belajar siswa akan meningkat.

Dalam hal ini juga terjadi pergeseran pembelajaran dari teacher centered

menjadi student centered. Siswa akan diajak untuk turut aktif dalam kegiatan

pembelajaran terutama dalam proses menemukan pengetahuan, sehingga

pengalaman yang didapatkan akan lebih bermakna. Oleh karena itu, penulis

hendak mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “ Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Sub Pokok

Bahasan Sifat-sifat Cahaya Melalui Penerepan Metode Inkuiri Terbimbing

(Guided Inquiry) Di Kelas V SDN Cibogor I”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan permasalahan

yang diajukan dalam proposal ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah perencanaan pembelajaran metode inkuiri terbimbing pada

mata pelajaran IPA sub pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V SDN

Cibogor I kecamatan Soreang Kabupaten Bandung tahun ajaran

2012/2013?

b. Bagaimanakah pelaksananaan pembelajaran metode inkuiri terbimbing

pada mata pelajaran IPA sub pokok bahasan sifat-sifat cahaya di kelas V

SDN Cibogor I kecamatan Soreang Kabupaten Bandung tahun ajaran

(17)

c. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan metode

inkuiri terbimbing pada mata pelajaran IPA sub pokok bahasan sifat-sifat

cahaya di kelas V SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten

Bandung tahun ajaran 2012/2013?

C. Hipotesis Tindakan

Penelitian yang hendak dilakukan direncanakan akan terbagi menjadi tiga

siklus. Dalam setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Melalui ketiga siklus tersebut

diharapkan terjadi peningkatan hasil belajar siswa kelas V pada materi cahaya

di SDN Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung. Oleh karena itu

hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut:

“Melalui penerapan metode pembelajaran guided inquiry dapat meningkatkan

hasil belajar siswa kelas V pada materi sifat-sifat cahaya di SDN Cibogor I

Kecamatan Soreang kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013”.

D. Pemecahan Masalah

Adapun pemecahan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah

dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil

belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang sub pokok bahasan sifat-sifat

cahaya dengan langkah-langkahnya sebagai berikut ini:

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.

(18)

dituliskan di papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan

hipotesis;

2. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini

guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang

mungkin. Dari semua gagasan yang ada , dipilih salah satu hipotesis yang

relevan dengan permasalahan yang diberikan;

3. Merancang Percobaan

Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan

langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan. Guru

membimbing siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan;

4. Melakukan Percobaan untuk memperoleh Informasi

Guru membimbing siswa untuk mendapatkan informasi melalui

percobaan.

5. Mengumpulkan Data dan Menganalisis Data

Guru memberi kesempatan kepada tiap kelompok untuk menyampaikan

hasil pengolahan data yang terkumpul;

6. Membuat Kesimpulan

(19)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IPA materi

sifat-sifat cahaya melelui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing pada

materi cahaya di kelas V SDN Cibogor I KecamatanSoreang Kabupaten

Bandung.

2. Mengetahui gambaran pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat

cahaya melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing di kelas V SDN

Cibogor I Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

3. Mengetahui gambaran peningkatan hasil belajar siswa pada pembelajaran

IPA materi sifat-sifat cahaya setelah diterapkan pendekatan inkuiri

terbimbing.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi ilmiah yang

obyektif mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA

melalui penerapan pendekatan inkuiri terbimbing di kelas V SDN Cibogor I

Kecamatan Soreang Kabupaten Bandung.

Secara rinci, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

(20)

1. Manfaat Teoretis

a. Melalui hasil penelitian ini diharapkan guru SD/MI memiliki

pengetahuan tentang teori pendekatan inkuiri terbimbing sebagai

salah satu bentuk inovasi pembelajaran di SD/MI.

b. Diharapkan guru SD/MI memiliki teori pembelajaran yang dapat

dijadikan acuan untuk meningkatkan hasil belajar IPA dengan materi

cahaya.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi siswa

1) Mendapat pengalaman pembelajaran baru yang lebih menantang,

sehingga siswa dapat turut aktif dalam proses pembelajaran IPA.

2) Dapat mendorong siswa lebih kreatif, meningkatkan kemampuan

berpikir kritis dan berpartisipasi aktif, mengungkapkan

keberanian berpendapat secara bebas.

3) Menumbuhkembangkan kebersamaan dan meningkatkan

penguasaan dalam belajar khususnya tentang materi cahaya

sehingga penerapan metode inkuiri terbimbing ini

memungkinkan dirinya untuk memperoleh hasil belajar yang

(21)

b) Peneliti

1) sebagai bahan acuan dan masukan bagi penelitian selanjutnya

dalam upaya meningkatkan pengembangan alternatif

pembelajaran sains di sekolah dasar;

2) memberikan gambaran mengenai penggunaan penerapan metode

inkuiri terbimbing dalam pembelajaran IPA.

c) Sekolah

1) dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk mengembangkan

komptetensi guru dalam pembelajaran IPA

2) menemukan alternatif metode yang lebih efektif dalam

menyajikan mata pelajaran IPA

3) Sebagai acuan dalam upaya meningkatkan pendidikan yang ideal

di Sekolah Dasar.

G. Definisi Operasional

1. Hasil Belajar adalah kemampuan yang diperoleh individu setelah proses

belajar berlangsung, yang dapat memberikan perubahan tingkahlaku baik

pengetahuan, pengalaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi

lebih baik dari sebelumnya. Hasil belajar siswa yang diukur dalam

(22)

Hasil belajar aspek kognitif yang akan diteliti meliputi jenjang C1

(kemampuan siswa untuk mengingat), C2 (kemampuan siswa untuk

memahami) dan C3 (kemampuan siswa untuk menerapkan). Penilaian

aspek kognitif diukur melalui lembar tes berisi soal-soal yang akan

diberikan kepada siswa kemudian diberi skor penilaian dalam bentuk

angka dengan rentang 0 – 100. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan

indikator pembelajaran dan ketercapaian kurikulum. Sedangkan aktivitas

guru dan siswa dinilai dengan menggunakan lembar observasi aktivitas

guru dan siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung.

2. Guided inquiry atau penemuan terbimbing yaitu suatu metode

pembelajaran penemuan yang dalam pelaksanaannya guru membimbing

siswa-siswanya dengan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing dan

menggunakan langkah-langkah yang sistematis sehingga mereka merasa

menemukan sesuatu. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan metode

guided inquiry, terdapat enam tahapan yang dilakukan, yaitu mengajukan

pertanyaan atau permasalahan, merumuskan hipotesis, merancang

percobaan, melaksanakan percobaan untuk memperoleh informasi,

(23)

H. Indikator Hasil Belajar Siswa

Adapun indikator hasil belajar siswa yang diukur dalam penelitian ini

adalah hasil belajar ranah kognitif. Hasil belajar ranah kognitif berkaitan erat

dengan hasil belajar intelektual. Dari enam ranah kognitif yang telah

dikemukakan Bloom hanya tiga kemampuan saja yang dikur untuk

kepentingan penelitian ini, yaitu: meliputi jenjang C1 (kemampuan siswa

untuk mengingat), C2 (kemampuan siswa untuk memahami) dan C3

(kemampuan siswa untuk menerapkan).

Penilaian aspek kognitif diukur melalui lembar post test berisi soal-soal

yang akan diberikan kepada siswa kemudian diberi skor penilaian dalam

bentuk angka dengan rentang 0 – 100. Pemberian post test sendiri diberikan

(24)

BAB III

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2002;740), metode adalah “cara

teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai

sesuai dengan yang dikehendaki.”. “Penelitian adalah suatu tindakan kegiatan

penyelidikan yang dilakukan menurut metode ilmiah yang sistematis untuk

menemukan informasi ilmiah dan atau teknologi baru, membuktikan

kebenaran atau ketidakbenaran hipotesisi sehingga dapat dirumuskan teori

atau proses gejala sosial” (Kunandar, 2010 : 42). Metode Penelitian dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:740) diartikan sebagai “cara mencari

kebenaran dan asas-asas gejala alam, masyarakat atau kemanusiaan

berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan”.

Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah adalah penelitian

tindakan kelas, dalam istilah Bahasa Inggris penelitian tersebut dikenal

dengan nama Classroom Action Research ( CAR ). Arikunto (2009:2)

menyatakan bahwa :

Penelitian tindakan kelas mengandung tiga (3) pengertian yang dapat diterangkan yaitu :

(25)

2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas, dalam hal ini tidak terkait pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik. Seperti yang sudah lama dikenal dalam bidang pendidikan dan pengajaran, yang dimaksud istilah kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula.

Sedangkan Kunandar (2010:44-45), menyatakan bahwa :

Penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu penelitian tindakan (action research) yang dilakukan oleh guru sekaligus sebagai peneliti dikelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelasnya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus.

Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang

penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang

harus dipenuhi apabila berminat dan akan melakukan penelitian tindakan

kelas, agar apa yang telah dilakukan berhasil dengan baik. Adapun

prinsip-prinsip dalam melakukan penelitian tindakan kelas seperti yang deijelaskan

oleh Prof. Suharsimi Arikunto, dkk (2009: 6-9) adalah sebagai berikut :

1. Kegiatannya nyata dalam situasi rutin;

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja;

3. Penelitian tindakan harus dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT

( Strength – Weakness – Oppurtunity – Threat);

4. Berupaya empiris dan sistemik;

5. Mengikuti prinsip SMART ( Spesific – Managable – Acceptable

(26)

Sedangkan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas menurut Kunandar

(2010:58) adalah sebagai berikut :

One the job problem oriented, masalah yang diteliti dalam PTK adalah

masalah riil atau nyata yang muncul di dunia kerja peneliti atau yang ada

dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti.

1. Problem solving oriented, PTK berorientasi pada pemecahan masalah.

2. Improvement oriented, PTK berorientasi pada peningkatan mutu.

3. Ciclic (siklus), konsep tindakan dalam PTK diterapkan melalui urutan

yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang.

4. Action oriented, dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan

tertentu untuk memperbaiki proses pembelajaran di dalam kelas.

5. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

6. Scientific contextual, di mana aktifitas PTK dipicu oleh permasalahan

praktis yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

7. Participatory, PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan

pihak lain, seperti teman sejawat.

8. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.

9. Dilaksanakan dalam rangkaian langkah dengan beberapa siklus di mana

dalam satu siklus terdiri dari tahapan perencanaan (planning), tindakan

(action), pengamatan (observation), dan refleksi (reflection), dan

(27)

B. Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas, yaitu suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan agar dapat memperbaiki pembelajaran di kelas (Kasbolah,

1999:14).

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan model spiral yang

dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart (1988) dalam Rafi‟uddin (1996)

seperti di bawah ini :

Gambar 3.1 Diagram Alur PTK

Model yang dikembangkan oleh kemmis dan Taggart pada hakekatnya

berupa untaian-untaian dengan satu untaian terdiri atas empat komponen, yaitu

(28)

berupa untaian tersebut disebut siklus. Pada gambar di atas, terlihat bahwa di

dalamnya terdiri atas dua siklus. Namun pada pelaksanaannya, jumlah siklus

bergantung pada permasalahan yang perlu diselesaikan.

C. Lokasi Penelitian

1. Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cibogor I yang beralamat di Jalan.

Raya Soreang Nomor 16 A Desa Pamekaran Kecamatan Soreang

Kabupaten Bandung. Adapun denah dari lokasi penelitian adalah dapat

dilihat pada gambar di bawah ini:

DENAH SEKOLAH DASAR NEGERI CIBOGOR 1

(29)

2. Keadaan Guru

SDN Cibogor I memilki 15 orang tenaga pendidik dan tenaga

kependidikan, yang terdiri-dari seorang kepala sekolah, seorang tenaga

tata usaha, seorang penjaga sekolah, dan 12 orang guru. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.1

Keadaan Guru SDN Cibogor I

No. Nama Guru NIP/NUPTK Jabatan Mengajar

1. A.Wartiningsih, S.Pd.I 195403071974032001 Kepala

Sekolah V-VI 2. Imas Rochipah, A.Md. 196001041982012006 Guru kelas I 3. Tatang Rohimat, A.Md. 196106151982041002 Guru kelas IV B 4. Enung Nurjannah 196103141982042003 Guru kelas III A 5. Suryati, S.Pd. 196206211983052003 Guru kelas VI 6. Maslihah, S.Pd.I. 196206111986102004 Guru PAI I-III 7. H. Epi Hipmi B., M.Ag. 196010211985071001 Guru PAI IV-VI 8. Wawan Hermawan 196905031990051001 Guru kelas IV A 9. Rita Rostika, S.Pd. SD. 196709081991032006 Guru kelas III B 10. Elah Hayati, S.Pd. 196712202007012003 Guru kelas II B 11. W. Widianingsih, S.Pd. 196808172008012010 Guru kelas II A

12. Tanti Priatiningsih, S.sos Guru kelas V

Keadaan Siswa SDN Cibogor I

Jumlah Siswa per Kelas

Jumlah

(30)

D. Subyek Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan siswa kelas V SDN Cibogor I yang

berjumlah 43 orang siswa, yang terdiri dari 23 orang siswa perempuan dan 20

orang siswa laki-laki.

E. Prosedur Penelitian

Proses penelitian tindakan merupakan kerja berulang atau siklus, sehingga

diperoleh pembelajaran yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan

hasil belajar tentang Sifat-sifat Cahaya di Kelas V. Penelitian ini akan

dilaksanakan dalam 2 siklus yang direncanakan mampu memenuhi kepuasaan

peneliti dalam mencapai hasil yang diinginkan dan mengatasi persoalan yang

ada. Siklus akan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila criteria keberhasilan

atau ketuntasan belajar yang ditetapkan belum tercapai. Setiap siklus terdiri

dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Adapun rincian prosedur

penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Sebelum penelitian tindakan ini dilaksanakan, terlebih dahulu disusun

perencanaan yang sistematis sehingga nantinya memudahkan peneliti di

dalam pelaksanaan tindakan. Adapun tahap perencanaan yang dimaksud

(31)

a. Membuat RPP dengan menggunakan metode Guided inquiry dengan

materi cahaya;

b. Merancang dan menerapkan langkah-langkah metode guided inquiry

dalam pelaksanaan pembelajaran yang mencakup:

1) Mengajukan pertanyaan atau permasalahan;

2) Merumuskan hipotesis;

3) Merancang percobaan;

4) Melakukan percobaan untuk memperoleh informasi;

5) Mengumpulkan data dan menganalisis data; dan

6) Membuat kesimpulan

c. Membuat Lembar Kerja Siswa tentang percobaan membuktikan bahwa

sifat cahaya merambat lurus dan pembuatan kaleidoskop untuk

membuktikan bahwa cahaya dapat dipantulkan;

d. Membuat soal evaluasi berupa post test tentang materi cahaya yang

sudah diajarkan;

e. Membuat lembar observasi aktifitas guru dan aktifitas siswa;

f. Memilih media/sumber belajar yang sesuai dengan materi ( alat peraga

konkrit seperti: lilin, lampu, senter, kaca, potongan tripleks,

gambar-gambar tentang sumber cahaya, buku-buku pelajaran yang relevan).

2. Tahap Tindakan

Tahap ini merupakan pelaksanaan dari perencanaan yang telah dibuat

(32)

Guru memotivasi siswa dengan membuat pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang akan diajarkan;

Guru mendemontrasikan gambar-gambar yang berhubungan dengan

materi yang akan disampaikan (misalnya: gambar-gambar sumber

cahaya, benda-benda tembus cahaya, dan benda-benda tidak tembus

cahaya);

Guru membagi siswa menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 7 orang

siswa dan bersifat heterogen;

Guru mengkondisikan siswa dalam beberapa meja kelompok,

kemudian setiap kelompok diberi LKS;

Guru memberikan arahan singkat mengenai kegiatan percobaan yang

akan dilakukan (misalnya pada siklus pertama akan melakukan

percobaan untuk membuktikan apakah benar cahaya merambat lurus;

kemudian pada siklus kedua akan melakukan percobaan untuk

membuktikan apakah benar cahaya dapat dipantulkan);

Siswa melakukan percobaan secara berkelompok mengikuti

langkah-langkah yang tercantum dalam LKS;

Siswa melaporkan hasil temuannya secara tertulis dan

mempresentasekannya di depan kelas;

Guru memberikan soal evaluasi post test pada akhir pembelajaran;

Guru memberikan penguatan dan bersama-sama membuat kesimpulan

(33)

3. Tahap Observasi

Tahap observasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mengetahui seberapa jauh efek tindakan yang telah dilaksanakan.

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh observer selama proses

pembelajaran berlangsung untuk mengumpulkan data dari aktivitas yang

dilakukan guru maupun siswa. Dalam melakukan penelitian ini peneliti

meminta bantuan dari rekan peneliti yang sama-sama mengajar di SDN.

Cibogor I, yaitu Ibu Rita Rostika, S.Pd. SD., sebagai observer.

Adapun instrument yang dipilih adalah format lembar observasi

yang mencakup langkah-langkah pembelajaran. Perekaman data ini

dilakukan dengan cara daftar checklist untuk setiap indicator yang

muncul dalam tindakan kegiatan pembelajaran disertai dengan keterangan

aktivitas siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

4. Tahap Refleksi

Kegiatan refleksi merupakan kegiatan yang mengulas tentang

perubahan yang terjadi pada siswa, guru, dan situasi pembelajaran. Dalam

tahap ini peneliti dapat mengetahui kekurangan dan kelebihan yang

terjadi setelah melakukan perubahan. Keberhasilan dari setiap tindakan

dapat dilihat dari hasil belajar maupun aktivitas yang ditemukan dalam

(34)

tindakan sebelumnya maka diperlukan rencana untuk melakukan tindakan

perbaikan selanjutnya. Kegiatan ini akan terus berulang dalam bentuk

siklus sampai permasalahan dianggap selesai.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah:

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan pembelajaran berisi langkah-langkah

pembelajaran yang terdiri atas standar kompetensi, kompetensi dasar,

indikator, materi pokok, kegiatan pembelajaran, alat dan sumber belajar,

metode pembelajaran, serta evaluasi dan kunci jawaban yang disusun

secara berkesinambungan satu sama lain. RPP yang digunakan dalam

penelitian ini adalah RPP yang menggunakan metode inkuiri terbimbing.

2. Lembar Kerja Siswa (LKS)

LKS adalah lembaran-lembaran yang digunakan peserta didik sebagai

pedoman dalam proses pembelajaran, serta berisi tugas yang dikerjakan

oleh siswa baik berupa soal maupun kegiatan yang akan dilakukan peserta

didik.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 LKS yang

masing-masing digunakan pada siklus pertama dan siklus kedua. Pada siklus

pertama, LKS yang digunakan berisi tentang kegiatan percobaan untuk

(35)

yang diberikan pada siklus kedua berisi tentang kegiatan siswa untuk

membuktikan apakah cahaya dapat dipantulkan.

3. Test

Untuk melihat hasil yang telah dicapai peserta didik, peneliti

menggunakan tes yang dilaksanakan diakhir proses pembelajaran (post

test). Bentuk post test yang digunakan peneliti adalah pilihan ganda dan

essai.

4. Lembar Observasi

Pedoman observasi yang dilakukan peneliti untuk mengamati seluruh

kegiatan yang berlangsung baik dari kinerja guru maupun aktifitas siswa,

mulai dari awal sampai akhir pembelajaran IPA mengenai sifat-sifat

cahaya..Tujuan tindakan observasi adalah untuk memperoleh data perilaku

siswa sehingga didapatkan hasil perubahan perilaku siswa dalam

memperbaiki pembelajaran. Lembar observasi disusun dalam bentuk

daftar cocok (check list)

G. Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data

Pada tahap ini data mentah yang diperoleh dari berbagai instrumen

yang meliputi observasi aktivitas guru dan siswa, tes hasil belajar, dan

LKS dirangkum será dikumpulkan dalam pengolahannya. Berikut adalah

(36)

a. Data Kualitatif

Data yang dianalisis melalui jalur kualitatif adalah data dari

observasi aktivitas guru dan siswa, serta faktor-faktor yang dapat

menyebabkan siswa kurang memahami pokok bahasan sifat-sifat

cahaya.

Analisis data setiap kegiatan dilakukan dengan triangulasi.

Triangulasi adalah bentuk teknik pemeriksa keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan terhadap data itu. Triangulasi yang digunakan ialah

pemeriksaan melalui sumber menurut Denzin (Moleong, 2000), dalam

Rusmiati (2009) berupa membandingkan data hasil pengamatan dengan

data hasil diperoleh dari lembar observasi, catatan lapangan peneliti,

LKS, dan hasil evaluasi post test. Untuk memperoleh data tersebut

peneliti melakukan diskusi dengan observer dalam membandingkan,

dan mengecek data penelitian.

b. Data Kuantitatif

Analisis data kuantitatif digunakan untuk mengetahui kemajuan

hasil belajar siswa selama mengikuti pembelajaran. Dengan cara

membuat daftar nilai, dijumlahkan, dirata-ratakan, dan diprosentasekan.

Rumus yang digunakan untuk mengetahui nilai peserta didik (N) dan

(37)

Kemudian untuk menghitung nilai rata-rata yang diperoleh siswa,

digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: ∑

Tabel 3.3

Nilai dan Katagorinya

No Nilai Presentase Kategori

1 81 – 100 81 -100 Baik Sekali

2 70 – 80 70 – 80 Baik

3 60 – 69 60 – 69 Cukup

4 40 – 59 40 – 59 Kurang

5 ≤ 39 ≤ 39 Sangat Kurang

(Wardhani, dkk, 2006: 216 dalam Sarni, 2011: 35)

2. Analisis Data

Pada dasarnya pengolahan data dan analisa data dilakukan sepanjang

penelitian, secara terus-menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan Nilai � � �

x 100

Rata-rata =∑

(38)

program tindakan. Setelah data yang diperoleh dari berbagai instrument

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian dan temuan-temuan dalam penelitian, penggunaan

metode guided inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPA pada pokok bahasan sifat-sifat cahaya, hal ini terbukti

bahwa:

1. Dalam perencanaan pembelajaran dengan menggunakan metode guided

inquiry, RPP yang dibuat benar-benar telah sesuai dengan langkah-langkah

pembelajaran guided inquiry, termasuk mempersiapkan alat dan bahan

yang digunakan agar disesuaikan dengan banyaknya siswa supaya

pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

2. Dalam pembelajaran dengan menggunakan metode guided inquiry, siswa

dapat termotivasi untuk belajar lebih aktif, mandiri, dan bertanggung

jawab, hal ini terbukti dari kemampuan siswa dalam mempresentasekan

hasil percobaannya di depan kelas, siswa berani dan percaya diri dalam

mengemukakan pendapat di depan kelas dan dapat menghargai pendapat

orang lain dalam berdiskusi. Karena siswa melakukan

sendiri/membuktikan sendiri, begitu pula kerja sama dalam kelompok

terlihat saling mendukung.

(40)

sifat-test dan LKS pada setiap siklusnya, selain itu meningkatnya jumlah siswa

yang mencapai nilai di atas KKM. Pada awal penelitian atau pra siklus

dilaksanakan diperoleh data bahwa nilai rata-rata siswa adalah 57,

sedangkan jumlah siswa yang telah dinyatakan mencapai nilai KKM

sebanyak 12 orang atau sekitar 30 %. Pada siklus I diperoleh nilai rata-rata

sebesar 65, di mana dari 43 jumlah siswa baru 21 orang siswa yang telah

mencapai KKM atau sekitar 50%. Sementara itu, ketercapaian materi dari

pelaksanaan evaluasi post test pada siklus I mencapai 68,5%, dengan

perolehan nilai rata-rata LKS pada siklus I sebesar 72% termasuk kategori

baik.

Sedangkan data hasil belajar siswa pada siklus II dengan materi

“Pembuatan Kaleidoskop dengan Memanfaatkan Sifat-sifat Cahaya”,

diperoleh skor rata-rata sebesar 78, di mana dari jumlah 43 siswa yang

berhasil mencapai KKM jumlahnya meningkat menjadi 38 orang atau sekitar

88%, dengan jumlah persentase ketercapaian materi dari hasil evaluasi

mencapai 78,8 %. Nilai rata-rata LKS yang dicapai pada siklus II sebesar

83,75 %, jumlah tersebut termasuk kategori sangat baik.

B. Rekomendasi

Sebagai implikasi dari hasil penelitian ini dikemukakan beberapa

(41)

dalam upaya perbaikan kegiatan pembelajaran di SD khususnya dalam

penerapan metode guided inquiry, yaitu:

1. Agar dalam penerapan metode guided inquiry dapat meningkatkan hasil

belajar siswa, guru harus menstimulasi siswa agar dapat termotivasi untuk

aktif dalam proses pembelajaran. Guru harus mempunyai kemampuan

untuk memperhatikan peserta didik secara individual maupun merancang

strategi pembelajaran, kemampuan dalam melakukan evaluasi. Selain itu,

dalam penerapan metode guided inquiry seharusnya dalam: (1) Dalam

pembelajaran harus dirumuskan tujuan pembelajaran dengan jelas agar

dapat menciptakan kelas yang kondusif bagi anak; (2) guru harus

mempersiapkan alat dan bahan pembelajaran yang sesuai dengan konsep

sehingga akan diperoleh hasil yang maksimal; (3) Dalam proses belajar

mengajar, hendaknya guru mencoba penggunaan metode guided inquiry

karena terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa sehingga hasil

belajarnya pun meningkat.

2. Pembelajaran dengan menerapkan metode guided inquiry dapat

memfasilitasi kebutuhan siswa melalui tahapan-tahapan yang penuh

dengan aktivitas, di mana siswa melakukan percobaan sendiri dan mencari

(42)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, Prof., Suhardjono, Prof., Supardi, Prof., Penelitian Tindakan Kelas, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009.

Arikunto, Suharsimi, Prof., Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2012

Azmiyawati Choiril, IPA 5 Salingtemas untuk Kelas V SD/MI, Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, Penerbit PT. Bengawan Ilmu, 2008.

http://jurnalpendidikanislam.blogspot.com/2012/04/penelitian-tindakan-kelas-model-kemmis.html

http://tugino230171.wordpress.com/2011/08/03/cahaya-merambat-lurus-dan-dapat-menembus-benda-benin/

Inquiry page, Http://www.inquiry.uice.edu/inquiry/process.php3.

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru Edisi ke-5, Penerbit PT. Raja Grafindo Raja, Jakarta, 2010

Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya Bandung, 2010

Omang Wirasasmita, Drs., dkk., Pendidikan IPA 3, Universitas Terbuka, 1998

Rafi′udin. 1997. Rancangan Penelitian Tindakan. Makalah disajikan dalam Lokakarya Tingkat Lanjut Penelitian Kualitatif. Angkatan ke V tahun 1996/1997. Malang: IKIP.

Sarni, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Konsep Pesawat Sederhana Melalui Pemanfaatan Alat Peraga, Skripsi PGSD FIP UPI Bandung,(2011), tidak diterbitkan

Sudjana Nana, Dr., Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011.

Surya Subrata, Proses Belajar Mengajar di Sekolah Dasar Edisi Pertama, Penerbit PT. Rineka Cipta, 2002.

Sutarno Nono, M.Pd., dkk, Materi dan Pembelajaran IPA SD, Penerbit Universitas Terbuka, Cetakan Kesembilan, 2007.

(43)

Trianto, M.Pd., Model Pembelajaran Terpadu Konsep Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, Penerbit PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2010.

Trianto, M.Pd., Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Penerbit PT. Kharisma Putra Utama, Jakarta, 2009

Universitas Pendidikan Indonesia, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Bandung,

Gambar

Tabel
Gambar 3.1 Diagram Alur PTK
Gambar 3.2
Tabel 3.1 Keadaan Guru SDN Cibogor I
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: (1) apakah waktu standar pengerjaan aktivitas di room division Hotel Grand Zuri Duri sudah sesuai

2) Permodalan: Koperasi Pegawai Negeri UNY, PT Telkom, PT Angkasa Pura, PT Pertamina, PT Jamsostek, dunia perbankan (BNI, BTN, Bank Mandiri, BPD-DIY), Gudang

Untuk mempertahan presepsi guru tentang pembelajaran matematika sesuai dengan konsep pembelajaran kontekstual, perlu diyakinkan secara terus menerus bahwa

[r]

basa, sakumaha anu disebutkeun ku Chomsky (1965) (dina Tarigan & Tarigan, 2011, kc. 127) salaku faktor kompeténsi. Nulis minangka salasahiji aspék tina opat

yang diperoleh dalam penelitian ini adalah persentase manifestasi oral pada penderita. Universitas

Dengan demikian perhitungan harga jual produk cat kayu pada perusahaan sebesar Rp 349.817 dengan menggunakan metode garis lurus dan penulis sebesar Rp 349.697 dengan menggunakan

Aliran bit dan rekonstruksi sinyal ucapan menghasilkan sinyal rekonstruksi yang paling buruk pada kondisi kanal AWGN dengan SNR = 10 dB (plot hasil rekonstruksi