• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XII PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XII PADA MATERI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN."

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XII PADA MATERI SIFAT

KOLIGATIF LARUTAN

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia

oleh

Wiji Lestari Khasannah

NIM 1000295

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENGEMBANGAN TES DIAGNOSTIK TWO-TIER MULTIPLE CHOICE UNTUK MENGIDENTIFIKASI MISKONSEPSI SISWA KELAS XII PADA MATERI SIFAT

KOLIGATIF LARUTAN

Oleh

Wiji Lestari Khasannah NIM 1000295

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahua Alam

© Wiji Lestari Khasannah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk tes diagnostik two-tier

multiple choice yang dikembangkan melalui tahap tes esai, tahap tes pilihan ganda

beralasan terbuka, dan tahap uji reliabilitas. Penelitian ini menggunakan mix

method (kualitatif dan kuantitatif). Metode kualitatif dilakukan ketika

mendeskripsikan kontribusi hasil tes esai dan hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka terhadap penyusunan opsi pada tes two-tier multiple choice. Metode kuantitatif dilakukan ketika menghitung nilai CVR dan koefisien korelasi untuk mengetahui kualitas butir soal yang dikembangkan. Tes diagnostik two-tier

multiple choice yang berhasil dikembangkan berjumlah 14 butir soal. Berdasarkan

hasil pengolahan data sebanyak 14 miskonsepsi dari hasil tes esai digunakan dalam penyusunan opsi pengecoh untuk tingkat pertama dan melengkapi pengecoh untuk tingkat kedua, sedangkan sebanyak 21 miskonsepsi dari hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka digunakan dalam penyusunan opsi pengecoh untuk tingkat kedua. Sebanyak 14 butir soal yang dikembangkan nilai CVR nya berkisar pada rentang 0,2–1. Hasil CVR menunjukkan 12 butir soal diterima dan dua butir soal ditolak. Sebanyak 12 butir soal yang diterima diuji reliabilitasnya dan didapat koefisien korelasi sebesar 0,596 yang menunjukkan bahwa reliabilitas soal termasuk kategori cukup. Dari 12 butir soal yang sudah valid dan cukup reliabel dilakukan uji coba terbatas kepada 79 siswa kelas XII. Miskonsepsi yang dapat terungkap dari hasil uji coba terbatas adalah: (1) penurunan tekanan uap terjadi karena partikel zat terlarut berupa nonvolatil dengan demikian larutannya menjadi mudah menguap; (2) ketika larutan membeku partikel pelarut dan terlarutnya merapat dan tersebar merata supaya seimbang; (3) penurunan titik beku terjadi karena titik beku zat terlarut lebih rendah daripada titik beku pelarutnya sehingga butuh suhu yang lebih rendah supaya semua partikel dalam larutan membeku; (4) konsentrasi larutan berbanding lurus dengan penurunan titik beku karena semakin banyak partikel terlarut yang menghalangi partikel pelarutnya untuk membeku; (5) ketika suatu larutan mendidih pelarut mendidih terlebih dahulu kemudian terlarutnya mendidih; (6) kenaikan titik didih larutan terjadi karena larutan memiliki lebih banyak partikel yang harus dididihkan daripada pelarut murni; (7) konsentrasi larutan berbanding lurus dengan kenaikan titik didih karena partikel terlarut butuh energi yang lebih besar untuk bertumbukan sehingga suhu yang dibutuhkan supaya larutan mendidih menjadi lebih tinggi; (8) pada peristiwa osmosis awalnya pelarut yang pindah ke larutan sama dengan pelarut yang pindah ke pelarut murni namun akhirnya perpindahan pelarut hanya terjadi dari pelarut murni ke larutan; dan (9) sifat koligatif larutan elektrolit dikalikan faktor i sedangkan sifat koligatif larutan nonelektrolit tidak dikalikan faktor i.

Kata Kunci: Tes Diagnostik, Two-Tier Multiple Choice, Miskonsepsi, Sifat

(5)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

This study aimed to produce a two-tier multiple choice diagnostic test that developed through an essay test, open-ended question test, and reliability test. This study used a mixed method (qualitative and quantitative). Qualitative methods used when describing the contribution of the result of an essay test and open-ended question test to the development of an option on a two-tier test multiple choice. Quantitative methods used when calculating the value of the CVR and the correlation coefficient to determine the quality of the items were developed. The total of two-tier multiple choice items that successfully developed were 14. Based on the result of this study, as many as 14 misconceptions find from essay test were used to develop the distracter on first-stem and second-stem, while as many as 21 misconceptions find from open-ended question test were used to develop the distracter on second-stem. A total of 14 items were developed having a CVR value in the range of 0.2-1. CVR results show that 12 items accepted and rejected two items. A total of 12 items were accepted then tested its reliability and the correlation coefficient obtained were 0.596 which indicates that this product were sufficiently reliable. The 12 items that valid and sufficiently reliable were pilot tested to 79 students of XIIth grade. Misconceptions that can be revealed from the result of pilot test were: (1) vapor pressure depression occurs due to the solute particles are non-volatile thus the solution being volatile; (2) when a solution freeze, the solvent and solute particles solidify together and spread evenly in order to balance the system; (3) freezing point depression occurs due to the f.p. of the solute is lower than the f.p. of the solvent thus it took a lower temperature for all particles in solution solidify; (4) concentration of the solution is proportional to the freezing point depression as more solute particles that block the solvent particles to freeze; (5) when a solution boil, the solvent boiling first followed by its solute; (6) boiling point elevation occurs because the solution has more particles to be boiled rather than pure solvent; (7) concentration of the solution is proportional to the boiling point elevation because the solute particles need greater energy to collide so that the temperature needed in order to boil the solution is higher; (8) when osmosis occurs, initially the solvent moved in two direction (into pure solvent and also into solution) with the same rate migration but when the system reach the balance, solvent movement occurs only from pure solvent to the solution; and (9) colligative properties of electrolyte solution multiplied by van’t Hoff factor (i) while the colligative properties of non -electrolyte solution is not multiplied by a van’t Hoff factor (i).

(6)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Pembatasan Masalah ... 5

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. Tes Diagnostik ... 6

2. Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice ... 9

3. Miskonsepsi ... 12

4. Deskripsi Materi Sifat Koligatif Larutan ... 13

B. Penelitian Terkait yang Relevan ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

A. Desain Penelitian ... 22

B. Lokasi, Objek, dan Sampel Penelitian ... 25

(7)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Instrumen Penelitian... 26

E. Proses Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice ... 27

F. Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 37

A.Kontribusi Hasil Tes Esai dan Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka ... 37

B.Kelayakan Produk Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice ... 60

C.Miskonsepsi yang Terungkap dari Hasil Uji Coba Terbatas ... 64

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(8)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Harga Konstanta Kenaikan Titik Didih Molal (Kb) dari Beberapa

Pelarut ... 16

Tabel 2.2 Harga Konstanta Penurunan Titik Beku Molal (Kf) dari Beberapa Pelarut ... 17

Tabel 2.3 Faktor van’t Hoff dari 0,0500 M Larutan Elektrolit pada 25°C ... 20

Tabel 3.1 Analisis KD 3.1 dan 3.2 Kurikulum 2013 ... 27

Tabel 3.2 Kajian Literatur Miskonsepsi pada Materi Sifat Koligatif Larutan ... 29

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Validitas Butir Soal... 32

Tabel 3.4 Nilai Minimum CVR sesuai Jumlah Validator ... 33

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Soal ... 35

Tabel 3.6 Conceptual Understanding Identification ... 35

Tabel 4.1 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Nomor 1... 38

Tabel 4.2 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Nomor 2... 40

Tabel 4.3 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Nomor 3... 41

Tabel 4.4 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Nomor 4... 43

Tabel 4.5 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Nomor 5... 45

(9)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.7 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple

Choice Nomor 7... 48

Tabel 4.8 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple

Choice Nomor 8 ... 49

Tabel 4.9 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple

Choice Nomor 9 ... 51

Tabel 4.10 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple

Choice Nomor 10 ... 52

Tabel 4.11 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple

Choice Nomor 11 ... 54

Tabel 4.12 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple

Choice Nomor 12 ... 55

Tabel 4.13 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple

Choice Nomor 13 ... 58

Tabel 4.14 Kontribusi Hasil Tes Esai dan Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka terhadap Penyusunan Butir Soal Tes Diagnostik Two-Tier Multiple

Choice Nomor 14 ... 59

(10)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram P–T Air dan Larutan dengan Pelarut Air ... 15 Gambar 2.2 Gaya Dorong untuk Transfer Pelarut yang Analog dengan Gejala

Osmotik ... 18 Gambar 3.1 Alur Penelitian... 24 Gambar 4.1 Hasil Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice untuk Uji Reliabilitas

... 63 Gambar 4.2 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 1... 65

Gambar 4.3 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 2... 66

Gambar 4.4 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 3... 67

Gambar 4.5 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 4... 68

Gambar 4.6 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 5... 69

Gambar 4.7 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 6... 69

Gambar 4.8 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 7... 70

Gambar 4.9 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 8... 71

Gambar 4.10 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 9... 72

Gambar 4.11 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

Choice Nomor 10... 73

Gambar 4.12 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

(11)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.13 Persentase Pola Respon Siswa pada Butir Soal Two-Tier Multiple

(12)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A ... 82

Lampiran A.1 Matriks Kompetensi Dasar, Indikator, Butir Soal Tes Esai, dan Jawaban yang Diharapkan... 83

Lampiran A.2 Instrumen Tes Esai ... 93

Lampiran A.3 Matriks Kompetensi Dasar, Indikator, dan Butir Soal Pilihan Ganda Beralasan Terbuka ... 99

Lampiran A.4 Instrumen Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka ... 109

Lampiran A.5 Matriks Kompetensi Dasar, Indikator, dan Butir Soal Two-Tier Multiple Choice ... 120

Lampiran A.6 Lembar Validasi Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice ... 128

Lampiran A.7 Instrumen Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice ... 140

Lampiran A.8 Kunci Identifikasi Miskonsepsi Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice pada Materi Sifat Koligatif Larutan ... 147

Lampiran B... 155

Lampiran B.1 Rekapitulasi Hasil Tes Esai ... 156

Lampiran B.2 Rekapitulasi Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka ... 168

Lampiran B.3 Hasil Validasi Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice dan Perhitungan Nilai CVR ... 183

Lampiran B.4 Revisi Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice dari Hasil Validasi ... 191

Lampiran B.5 Hasil Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice dan Perhitungan Reliabilitas ... 199

Lampiran B.6 Hasil Uji Coba Terbatas ... 203

Lampiran C... 212

Lampiran C.1 Surat Izin Penelitian ... 213

Lampiran C.2 Dokumentasi Pengumpulan Data Penelitian ... 216

(13)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan terutama ilmu pengetahuan alam atau sains. Pendidik kimia memiliki potensi besar untuk melahirkan generasi bangsa yang paham tentang alam dan fenomena-fenomena yang terjadi disekitarnya. Fenomena-fenomena tersebut dapat dijelaskan secara mikroskopis dengan ilmu kimia serta dapat disimbolkan.

Penjelasan secara mikroskopis menuntut siswa memiliki kemampuan berfikir abstrak karena pada bagian ini siswa dihadapkan dengan partikel-partikel yang tidak bisa mereka lihat namun keberadaannya dapat dibuktikan. Beberapa konsep kimia sulit dipahami oleh siswa karena konsepnya bersifat kompleks dan abstrak (Johnstone, 1991, 1993; Nakhleh, 1992; Gabel, 1999). Salah satu cara untuk mengatasi kesulitan tersebut adalah disajikannya konsep-konsep kimia dalam bentuk representasi berkesinambungan antara level submikroskopik, level makroskopik, dan simbolik. Dalam proses pembelajaran, baik ketika membaca maupun ketika menerima informasi yang ditransfer oleh gurunya, siswa dimungkinkan mengalami salah pemahaman yang nantinya akan menimbulkan miskonsepsi (Yarroch, 1985; Andersson, 1986; Ben-Zvi dkk., 1986; Gabel dkk., 1987; Johnstone, 1991, 1993; Nakhleh & Krajcik, 1994).

(14)

2

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(Suyanti, 2010, hlm. 167; Dahar, 2011, hlm. 153; Chandrasegaran dkk., 2007, hlm. 294).

Taber (dalam Tan dkk., 2005, hlm. 181) menyatakan bahwa miskonsepsi pada diri siswa harus dapat segera teridentifikasi supaya guru dapat melaksanakan pembelajaran remediasi untuk mengubah miskonsepsi tersebut menjadi konsep yang benar. Untuk mendiagnosis miskonsepsi, diperlukan suatu instrumen berupa tes diagnostik yang dapat mengidentifikasi miskonsepsi yang ada dalam pemahaman siswa (Tüysüz, 2009; Chandrasegaran dkk., 2007; Tan dkk., 2001; Tan dkk., 2005; Tan & Treagust, 1999). Tes diagnostik yang digunakan harus valid dan reliabel (Abdurrahman, 2012, hlm. 18).

Pengidentifikasian miskonsepsi merupakan proses diagnosis. Proses tersebut sebaiknya dilakukan dalam pembelajaran, terutama dalam pembelajaran kimia agar guru segera mengetahui jika ada konsep yang tidak tepat pada diri siswa. Metode yang digunakan untuk menentukan pemahaman siswa tentang suatu konsep diantaranya, peta konsep (Novak dalam Tüysüz, 2009, hlm. 626), wawancara (Carr dalam Tüysüz, 2009, hlm. 626) dan tes diagnostik two-tier

multiple choice (Tan & Treagust, 1999, hlm. 76).

Instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice berbentuk pilihan ganda terdiri atas dua tingkat. Tingkat pertama merupakan pertanyaan pilihan ganda yang terdiri dari lima pilihan jawaban. Tingkat kedua merupakan lima pilihan alasan dari jawaban pertanyaan tingkat pertama (Tan dkk., 2005, hlm. 181). Tes diagnostik two-tier multiple choice dikembangkan melalui tiga tahap oleh Tüysüz (2009, hlm. 627) (berdasarkan aturan pengembangan tes diagnostik two-tier

multiple choice oleh Treagust). Tahap pertama adalah mewawancarai siswa

tentang materi terkait menggunakan pertanyaan terbuka. Tahap kedua adalah mengembangkan tes pilihan ganda beralasan terbuka dari hasil wawancara. Tahap ketiga adalah pengembangan tes two-tier multiple choice dari hasil tes tahap kedua (tes pilihan ganda beralasan terbuka).

(15)

3

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

waktu untuk mendiagnosis miskonsepsi yang terdapat pada siswanya, mengingat rata-rata jumlah siswa di Indonesia pada satu kelas sebanyak 32 orang (Depdikbud , 2013, hlm. 7). Jika menggunakan metode peta konsep maka guru akan membutuhkan waktu lebih banyak untuk memeriksa dan mempertimbangkan skor untuk peta konsep yang telah dibuat oleh siswanya. Jika menggunakan metode two-tier multiple choice selain menghemat waktu untuk pelaksanaan diagnosis miskonsepsi pada siswa, guru juga menghemat waktu ketika memeriksa hasil diagnosis tersebut. Hal serupa juga diungkapkan oleh Tan dan Treagust (1999, hlm. 76) yang menyatakan bahwa tes diagnostik two-tier multiple choice lebih mudah dilaksanakan dan diberi skor dibandingkan dengan instrumen diagnostik lainnya sehingga memberikan manfaat lebih bagi guru.

Salah satu materi yang dimungkinkan munculnya miskonsepsi pada pemahaman siswa adalah materi sifat koligatif larutan. Berdasarkan salah satu penelitian di luar Indonesia, di Tanzania (Luoga dkk., 2013) ditemukan sepuluh miskonsepsi yang sering terjadi pada materi sifat koligatif larutan. Tidak menutup kemungkinan siswa di Indonesia juga mengalami miskonsepsi pada materi sifat koligatif larutan.

Di Indonesia, instrumen diagnostik yang dapat mendiagnosis miskonsepsi pada materi sifat koligatif larutan tidak banyak dijumpai. Hal tersebut terjadi karena penyusunan instrumen tes diagnostik yang baik membutuhkan waktu lama (Arifin, 2009, hlm. 143). Di lain pihak guru membutuhkan instrumen tes diagnostik yang baik untuk mengidentifikasi miskonsepsi siswanya pada materi sifat koligatif larutan. Oleh karena alasan-alasan yang telah dipaparkan, peneliti merasa perlu untuk mengembangkan instrumen diagnostik berbentuk two-tier

multiple choice untuk mendiagnosis miskonsepsi siswa pada materi sifat koligatif

larutan supaya guru dapat dengan mudah sedini mungkin mengetahui miskonsepsi yang terdapat pada siswa dan segera melakukan tindakan remediasi yang tepat.

B. Rumusan Masalah Penelitian

(16)

4

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

diagnostik two-tier multiple choice untuk mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi sifat koligatif larutan?” Rumusan masalah tersebut diturunkan menjadi tiga pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kontribusi hasil tes esai dan hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka terhadap pengembangan instrumen tes two-tier multiple choice? 2. Apakah tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan memenuhi

kriteria tes yang baik dilihat dari validitas isi dan reliabilitasnya?

3. Bagaimana miskonsepsi siswa pada materi sifat koligatif larutan yang dapat terungkap oleh tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dipaparkan maka penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa instrumen tes diagnostik two-tier

multiple choice yang dapat mengungkap miskonsepsi siswa kelas XII pada materi

sifat koligatif larutan dan memenuhi kriteria instrumen tes yang baik dilihat dari segi validitas isi dan reliabilitasnya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil temuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Guru

Tersedia instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice pada materi sifat koligatif larutan yang memenuhi kriteria instrumen tes yang baik dilihat dari segi validitas isi dan reliabilitasnya. Instrumen ini praktis dari segi waktu, biaya, dan proses analisis ketika digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi siswa pada materi sifat koligatif larutan sehingga guru dapat segera memberikan remediasi kepada siswanya yang mengalami miskonsepsi.

2. Bagi Peneliti Lain

(17)

5

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

multiple choice pada materi sifat koligatif larutan atau pada materi lain yang

berkaitan.

E. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan penelitian yang telah dipaparkan, agar penelitian lebih terarah maka dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

1. Tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan pada materi sifat koligatif larutan berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) 3.1 dan 3.2 kelas XII Kurikulum 2013, dan

2. Kelayakan produk akhir yang berupa instrumen tes diagnostik two-tier

multiple choice pada materi sifat koligatif larutan ditentukan dari validitas isi

dan reliabilitasnya.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri atas lima bagian. Bab pertama yang merupakan pendahuluan terdiri atas latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah, dan struktur organisasi skripsi. Bab kedua yang merupakan kajian pustaka terdiri dari kajian pustaka dan penelitian terkait yang relevan. Pada subbab kajian pustaka dibahas mengenai tes diagnostik, tes diagnostik two-tier multiple choice, miskonsepsi, dan deskripsi materi sifat koligatif larutan. Bab ketiga yang merupakan metode penelitian terdiri atas desain penelitian, lokasi serta objek dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan tes two-tier multiple choice, dan analisis data. Bab keempat yang merupakan hasil penelitian dan pembahasan terdiri atas kontribusi hasil tes esai dan hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka, kelayakan produk tes diagnostik

two-tier multiple choice, dan miskonsepsi yang terungkap dari hasil uji coba

(18)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan mixed methods. Mixed methods adalah metode penelitian hasil dari penggabungan metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Creswell (2003, hlm. 18-20) menyatakan bahwa data yang dikumpulkan dalam mixed methods adalah data yang berupa informasi numerik serta data yang berupa informasi teks, sehingga data akhir yang didapat akan merepresentasikan baik informasi kualitatif maupun kuantitatif yang berhubungan. Agar mixed methods dapat terlaksana dengan baik, maka peneliti sejak awal menentukan dengan tegas bagian-bagian yang menjadi tanggungjawab metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif (Susetyo, 2013, hlm. 33).

Metode penelitian kualitatif dilaksanakan ketika mendeskripsikan hasil tes esai dan hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka untuk penyusunan tes diagnostik

two-tier multiple choice serta ketika mendeskripsikan kontribusi hasil tes esai dan

hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka terhadap pengembangan instrumen tes

two-tier multiple choice. Sedangkan metode penelitian kuantitatif dilaksanakan

pada saat perhitungan Content Validity Ratio (CVR) butir soal tes two-tier

multiple choice dari validasi instrumen yang dilakukan oleh ahli, saat perhitungan

reliabilitas produk akhir dan saat menghitung jumlah miskonsespsi pada materi sifat koligatif larutan yang dapat terungkap dari hasil uji coba terbatas tes diagnostik two-tier multiple choice.

Tes diagnostik two-tier multiple choice dikembangkan melalui tiga tahap oleh Tüysüz (2009, hlm. 627) (berdasarkan aturan pengembangan tes diagnostik

two-tier multiple choice oleh Treagust). Tahap pertama adalah mewawancarai siswa

(19)

23

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice yang dilakukan oleh peneliti tahapannya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Tüysüz. Hanya saja tahap wawancara diganti dengan tahap tes esai. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kurangnya waktu yang dibutuhkan untuk mewawancara sampel penelitian yang banyak., sehingga dilakukan tes esai sebagai pengganti wawancara dengan fungsi yang sama.

Alur penelitian ini digambarkan pada Gambar 3.1. Alur penelitian pada Gambar 3.1 dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap pendahuluan

a. Analisis Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 pada materi sifat koligatif larutan dilakukan sebagai acuan untuk penyusunan tes esai. Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 yang digunakan adalah KD 3.1 dan 3.2 yaitu:

3.1Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

3.2Membedakan sifat koligatif larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit (Depdikbud, Lampiran E-4, 2013, hlm. 6).

b. Analisis miskonsepsi yang mungkin terjadi pada materi sifat koligatif larutan menggunakan data dari jurnal penelitian yang relevan.

2. Tahap pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dalam penelitian ini berupa pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice pada materi sifat koligatif larutan. Pengembangan instrumen ini dilakukan melalui tiga tahap:

a. Tes esai, tes ini dikembangkan dari hasil analisis Kompetensi Dasar pada Kurikulum 2013 pada materi sifat koligatif larutan. Tes esai ini diujikan terhadap 36 siswa yang dipilih secara acak. Data hasil tes esai dianalisis dan diinterpretasikan untuk penyusunan tes pilihan ganda beralasan terbuka. b. Tes pilihan ganda beralasan terbuka, tes ini dikembangkan dari data hasil tes

(20)

24

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lainnya pengecoh) yang harus dipilih salah satu oleh siswa dengan menyertakan alasan mereka memilih opsi tersebut. Tes pilihan ganda beralasan terbuka ini diujikan terhadap 81 siswa yang dipilih secara acak. Data hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka dianalisis dan diinterpretasikan untuk penyusunan tes diagnostik two-tier multiple choice.

Gambar 3.1 Alur Penelitian

c. Pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice, tes ini dikembangkan berdasarkan jawaban-jawaban yang tidak tepat dari siswa pada tes pilihan ganda beralasan terbuka. Alasan-alasan siswa yang kurang tepat dari hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka dijadikan opsi “miskonsepsi” pada opsi alasan. Jumlah butir soal tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebanyak 14 buah. Tes ini berbentuk pertanyaan pilihan ganda dengan empat opsi jawaban (satu opsi kunci dan tiga opsi lainnya pengecoh) pada tingkat pertama dan empat opsi alasan (satu opsi kunci dan tiga opsi lainnya miskonsepsi) pada tingkat kedua. Tes diagnostik

two-tier multiple choice ini divalidasi kontennya oleh ahli (tiga dosen kimia

(21)

25

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Tes diagnostik two-tier multiple choice yang telah divalidasi oleh ahli, masing-masing butir soalnya dihitung nilai CVRnya untuk diputuskan apakah soal tersebut dapat diterima atau tidak. Setelah didapat 12 butir soal yang diterima tes ini diujikan terhadap 40 siswa yang dipilih secara acak untuk kemudian dihitung nilai reliabilitasnya.

b. Kontribusi hasil tes esai dan tes pilihan ganda beralasan terbuka terhadap pengembangan tes diagnostik two-tier multiple choice dihitung. Hal ini dilakukan dengan cara menghitung berapa persen jawaban siswa dari hasil tes esai dan tes pilihan ganda beralasan terbuka yang digunakan untuk menyusun opsi jawaban dan opsi alasan pada soal tes diagnostik two-tier multiple choice. c. Tes diagnostik two-tier multiple choice sebanyak 12 butir soal yang sudah valid dan reliabel diujikan terhadap 79 siswa untuk dianalisis miskonsespsi pada materi sifat koligatif larutan apa saja yang dapat terungkap dari hasil uji coba terbatas produk tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan oleh peneliti.

B. Lokasi, Objek, dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil berlokasi di beberapa SMA Negeri di Kota Bandung. Objek penelitian ini adalah tes diagnostik two-tier

multiple choice yang dikembangkan melalui tiga tahap yaitu tes esai (tahap

pertama), tes pilihan ganda beralasan terbuka (tahap kedua), dan tes diagnostik

two-tier multiple choice (tahap ketiga). Secara keseluruhan sampel penelitian ini

berjumlah 236 siswa yang telah mempelajari materi sifat koligatif larutan, dengan rincian 36 siswa untuk tes esai, 81 siswa untuk tes pilihan ganda beralasan terbuka, 40 siswa untuk uji reliabilitas produk tes diagnostik two-tier multiple choice, dan 79 siswa untuk uji coba terbatas produk tes diagnostik two-tier multiple choice.

C. Definisi Operasional

(22)

26

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Tes diagnostik adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan tindak lanjut berupa perlakuan yang tepat dan sesuai dengan kelemahan yang dimiliki siswa (Daryanto, 2008, hlm. 13-15). Tes diagnostik yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik two-tier

multiple choice.

2. Tes diagnostik two-tier multiple choice adalah tes diagnostik yang berbentuk pilihan ganda dua tingkat dimana tingkat pertama berisi pertanyaan dengan lima opsi jawaban dan tingkat kedua berisi lima opsi alasan untuk jawaban yang dipilih pada tingkat pertama (Tüysüz, 2009, hlm. 627). Pada penelitian ini, tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan berbentuk pilihan ganda dua tingkat dimana tingkat pertama berisi pertanyaan dengan empat opsi jawaban dan tingkat kedua berisi empat opsi alasan untuk jawaban yang dipilih pada tingkat pertama.

3. Miskonsepsi adalah konsepsi siswa yang dibangun dari pengalamannya sehari-hari yang tidak sesuai dengan konsep ilmiah (Dahar, 2011, hlm. 153). Miskonsepsi pada penelitian ini adalah miskonsepsi pada materi sifat koligatif larutan.

D. Instrumen Penelitian

Untuk mengumpulkan data penelitian pengembangan tes diagnostik two-tier

multiple choice, instrumen-instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi tes esai, tes pilihan ganda beralasan terbuka, dan tes diagnostik two-tier

multiple choice. Kepentingan dari masing-masing instrumen tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Tes esai berfungsi untuk mengetahui konsep siswa tentang materi sifat koligatif larutan, data dari tes esai ini juga dijadikan opsi jawaban pada tes pilihan ganda beralasan terbuka dan melengkapi opsi alasan pada tes two-tier

multiple choice. Instrumen ini digunakan untuk menjawab pertanyaan

(23)

27

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Tes pilihan ganda beralasan terbuka berfungsi untuk mendapatkan data dari jawaban siswa yang merupakan alasan atas pemilihan opsi jawaban pada tingkat pertama, yang kemudian akan dikembangkan menjadi opsi alasan pada soal two-tier multiple choice. Instrumen ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama mengenai kontribusi hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka terhadap pengembangan instrumen tes two-tier multiple

choice.

c. Lembar validasi berfungsi untuk memvalidasi butir soal two-tier multiple

choice yang berhasil dikembangkan. Data dari lembar validasi ini akan diolah

menggunakan rumus CVR sehingga nanti akan didapat butir soal yang diterima dan butir soal yang ditolak. Instrumen ini digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua mengenai kelayakan produk tes two-tier multiple

choice dilihat dari validitasnya.

d. Tes diagnostik two-tier multiple choice berfungsi untuk uji reliabilitas dan uji coba terbatas. Hal ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua mengenai kelayakan produk tes two-tier multiple choice dilihat dari reliabilitasnya. Serta untuk menjawab pertanyaan penelitian ketiga mengenai miskonsepsi apa saja yang dapat terungkap dari hasil uji coba terbatas produk tes diagnostik two-tier multiple choice pada materi sifat koligatif larutan.

E. Proses Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice

Tahap pengembangan instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice yang dilakukan pada penelitian ini adalah tes esai, tes pilihan ganda beralasan terbuka, dan tes diagnostik two-tier multiple choice. Untuk dilakukan tes esai, sebelumnya disusun instrumen tes esai. Untuk menyusun tes esai peneliti melakukan analisis KD 3.1 dan 3.2 kurikulum 2013 serta kajian literatur tentang miskonsepsi pada materi sifat koligatif larutan.

Analisis KD 3.1 dan 3.2 kurikulum 2013 untuk diturunkan menjadi indikator dapat dilihat di Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Analisis KD 3.1 dan 3.2 Kurikulum 2013

(24)

28

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Analisis KD 3.1 dan 3.2 Kurikulum 2013

Kompetensi Dasar Indikator

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

1. Menyimpulkan pengertian sifat koligatif larutan berdasarkan data hasil percobaan.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

2. Menyebutkan syarat larutan yang memiliki sifat koligatif larutan.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

3. Menjelaskan penyebab terjadinya penurunan tekanan uap.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

4. Menghubungkan pengaruh konsentrasi terhadap penurunan tekanan uap.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

5. Menghitung penurunan tekanan uap dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut. 3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena

sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

6. Menjelaskan penyebab terjadinya penurunan titik beku.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

7. Menghubungkan pengaruh konsentrasi terhadap penurunan titik beku.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

8. Menghitung penurunan titik beku dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

9. Menjelaskan penyebab terjadinya kenaikan titik didih.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

10. Menghubungkan pengaruh konsentrasi terhadap kenaikan titik didih.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

11. Menghitung kenaikan titik didih dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

12. Menjelaskan penyebab adanya tekanan osmotik pada larutan.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

13. Menghubungkan pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmotik larutan.

(25)

29

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.1 Analisis KD 3.1 dan 3.2 Kurikulum 2013

Kompetensi Dasar Indikator

sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

larutan dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

3.1 Menganalisis penyebab adanya fenomena sifat koligatif larutan pada penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,

penurunan titik beku, dan tekanan osmosis.

15. Menyimpulkan sifat koligatif mana yang paling mudah diaplikasikan untuk menentukan massa molekul relatif zat terlarut.

3.2 Membedakan sifat koligatif larutan elektrolit dan larutan nonelektrolit.

16. Menjelaskan penyebab perbedaan sifat koligatif larutan elektrolit dan

nonelektrolit pada konsentrasi yang sama.

Dari analisis KD 3.1 dan 3.2 didapat 16 indikator yang terdiri dari 15 indikator untuk KD 3.1 dan satu indikator untuk KD 3.2. Indikator ini digunakan sebagai acuan menyusun tes esai. Serta dilakukan kajian literatur tentang miskonsepsi pada materi sifat koligatif larutan. Hasilnya dapat dilihat di Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kajian Literatur Miskonsepsi pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Indikator Label Konsep Miskonsepsi

1. Menyimpulkan pengertian sifat koligatif larutan berdasarkan data hasil percobaan.

1. Pengertian sifat koligatif larutan.

1. ―

2. Menyebutkan syarat larutan yang memiliki sifat koligatif larutan.

2. Syarat larutan yang memiliki sifat koligatif larutan.

2. Titik beku air tidak berubah atau meningkat dengan penambahan alkohol (Luoga dkk., 2013, hlm. 576).

3. Menjelaskan penyebab terjadinya penurunan tekanan uap.

3. Penyebab terjadinya penurunan tekanan uap.

3. ―

4. Menghubungkan pengaruh konsentrasi terhadap penurunan tekanan uap.

4. Hubungan pengaruh konsentrasi terhadap penurunan tekanan uap.

4. ―

5. Menghitung penurunan tekanan uap dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

5. Perhitungan penurunan tekanan uap dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

5. ―

6. Menjelaskan penyebab terjadinya penurunan titik beku.

6. Penyebab terjadinya penurunan titik beku.

6. a. Penurunan titik beku terjadi disebabkan karena interaksi antara partikel pelarut dan partikel terlarut (Luoga dkk., 2013, hlm. 576). 6. b. Penurunan titik beku

(26)

30

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.2 Kajian Literatur Miskonsepsi pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Indikator Label Konsep Miskonsepsi

karena partikel terlarut mencegah penguapan (Luoga dkk., 2013, hlm. 576).

7. Menghubungkan pengaruh konsentrasi terhadap penurunan titik beku.

7. Hubungan pengaruh konsentrasi terhadap penurunan titik beku.

7. ―

8. Menghitung penurunan titik beku dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

8. Perhitungan penurunan titik beku dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

8. ―

9. Menjelaskan penyebab terjadinya kenaikan titik didih.

9. Penyebab terjadinya kenaikan titik didih.

9. a. Kenaikan titik didih terjadi disebabkan karena interaksi antara partikel pelarut dan partikel terlarut (Luoga dkk., 2013, hlm. 576). 9. b. Kenaikan titik didih terjadi disebabkan karena partikel terlarut mencegah penguapan (Luoga dkk., 2013, hlm. 576). 10. Menghubungkan pengaruh

konsentrasi terhadap kenaikan titik didih.

10. Hubungan pengaruh konsentrasi terhadap kenaikan titik didih.

10. ―

11. Menghitung kenaikan titik didih dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

11. Perhitungan kenaikan titik didih dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

11. ―

12. Menjelaskan penyebab adanya tekanan osmotik pada larutan.

12. Penyebab adanya tekanan osmotik pada larutan.

12. ―

13. Menghubungkan pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmotik larutan.

13. Hubungan pengaruh konsentrasi terhadap tekanan osmotik pada larutan.

13. ―

14. Menghitung tekanan osmotik larutan dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

14. Perhitungan tekanan osmotik pada larutan dan aplikasinya untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

14. ―

15. Menyimpulkan sifat koligatif mana yang paling mudah diaplikasikan untuk menentukan massa molekul relatif zat terlarut.

15. Aplikasi dari sifat koligatif larutan yang paling mudah digunakan untuk menghitung massa molekul relatif terlarut.

15. ―

16. Menjelaskan penyebab perbedaan sifat koligatif larutan elektrolit dan

nonelektrolit pada konsentrasi yang sama.

16. Penyebab perbedaan sifat koigatif larutan elektrolit dan nonelektrolit pada konsentrasi yang sama.

(27)

31

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah dilakukan analisis KD 3.1 dan 3.2 kurikulum 2013 dan kajian literatur miskonsepsi pada materi sifat koligatif larutan, disusun tes esai yang dapat dilihat pada Lampiran A.1 (hlm. 83–92). Tes esai yang telah disusun ini berjumlah 31 butir soal yang terdiri dari 29 butir soal untuk KD 3.1 dan dua butir soal untuk KD 3.2. Tes esai ini diujikan kepada 36 siswa (11 laki-laki dan 25 perempuan) menggunakan instrumen tes esai yang dapat dilihat pada Lampiran A.2 (hlm. 93– 98). Butir soal tes esai sebanyak 31 yang telah disusun dibagi kedalam tiga set soal. Sehingga masing-masing set soal berjumlah 10–11 butir soal. Hal ini dilakukan karena pertimbangan ketersediaan waktu pada saat tes esai yang hanya 90 menit. Dengan waktu 90 menit diasumsikan siswa hanya dapat menjawab sekitar 10 butir soal tes esai. Tes esai ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung.

Rekapitulasi dari hasil tes esai dapat dilihat pada Lampiran B.1 (hlm.156–167). Rekapitulasi hasil tes esai yang didapat dijadikan acuan untuk menyusun tes pilihan ganda beralasan terbuka yang dapat dilihat pada Lampiran A.3 (hlm.99– 108). Tes pilihan ganda beralasan terbuka yang telah disusun ini berjumlah 32 butir soal terdiri dari 29 butir soal untuk KD 3.1 dan tiga butir soal untuk KD 3.2. Tes pilihan ganda beralasan terbuka ini diujikan kepada 81 siswa (27 laki-laki dan 54 perempuan) menggunakan instrumen tes pilihan ganda beralasan terbuka yang dapat dilihat pada Lampiran A.4 (hlm. 99–119).

Butir soal tes pilihan ganda beralasan terbuka sebanyak 32 yang telah disusun dibagi kedalam empat set soal. Sehingga masing-masing set soal berjumlah 8-10 butir soal. Hal ini dilakukan karena pertimbangan ketersediaan waktu pada saat tes pilihan ganda bealasa terbuka yang hanya 90 menit. Dengan waktu 90 menit diasumsikan siswa hanya dapat menjawab sekitar 8-10 butir soal tes pilihan ganda beralasan terbuka. Tes pilihan ganda beralasan terbuka ini dilaksanakan di salah satu SMA Negeri di Kota Bandung.

Rekapitulas dari hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka dapat dilihat pada Lampiran B.2 (hlm.168–182). Rekapitulasi hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka yang didapat dijadikan acuan untuk menyusun tes diagnostik two-tier

(28)

32

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lampiran A.5 (hlm.120–127). Tes diagnostik two-tier multiple choice yang telah disusun ini berjumlah 14 butir soal (13 butir soal untuk KD 3.1 dan satu butir soal untuk KD 3.2).

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan. Analisis data terhadap instrumen-instrumen yang diujikan adalah sebagai berikut:

1. Data Hasil Tes Esai

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis hasil tes esai adalah: a. memeriksa jawaban setiap responden;

b. menganalisis jawaban setiap responden; dan

c. menyusun data hasil tes esai untuk dijadikan opsi jawaban pada tes pilihan ganda beralasan terbuka dan untuk melengkapi opsi alasan pada tes diagnostik two-tier multiple choice.

2. Data Hasil Tes Pilihan Ganda Beralasan Terbuka

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka adalah:

a. memeriksa jawaban setiap responden;

b. menganalisis jawaban dan alasan setiap responden; dan

c. menyusun data jawaban alasan terbuka dari siswa yang tidak tepat untuk dijadikan opsi alasan pada tingkat kedua untuk tes diagnostik two-tier multiple

choice.

3. Data Hasil Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice

Setelah instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice disusun kemudian divalidasi oleh ahli (tiga dosen kimia dan dua guru kimia SMA). Masing-masing butir soal kemudian dihitung CVRnya dari hasil validasi oleh ahli. Hal ini dilakukan untuk mengetahui validitas isi dari setiap butir soal dan menentukan butir soal mana saja yang diterima dan butir soal mana saja yang ditolak.

Validitas isi memiliki arti bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila sesuai dengan isi kurikulum yang sudah ditentukan (Arifin, 2009, hlm. 248). Setiap soal

(29)

33

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dinilai valid jika seorang ahli menyatakan adanya kesesuaian antara KD dan indikator serta adanya kesesuaian antara indikator dengan butir soal. Lebih lanjut kriteria suatu butir soal dinilai valid disajikan dalam Tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 Kriteria Penilaian Validitas Butir Soal

Kesesuaian antara KD dengan Indikator

Kesesuaian antara

Indikator dengan Butir Soal Kriteria Bobot

Tidak Tidak Tidak Valid 0

Ya Tidak Tidak Valid 0

Tidak Ya Tidak Valid 0

Ya Ya Valid 1

Menurut Lawshe (1975, hlm. 567) nilai CVR dihitung berdasarkan rumus berikut:

………...………(3.1)

dimana,

ne = jumlah validator yang menyatakan valid

N = jumlah keseluruhan validator

Nilai CVR adalah bentuk desimal dari persentase ahli yang menyatakan “valid” dari masing-masing butir soal, maka:

a. Jika jumlah validator yang menyatakan valid kurang dari setengah jumlah keseluruhan validator, maka nilai CVR adalah negatif.

b. Jika jumlah validator yang menyatakan valid setengah dari jumlah keseluruhan validator dan setengahnya menyatakan tidak valid, maka nilai CVR adalah nol.

c. Jika seluruh validator menyatakan valid, maka nilai CVR adalah 1,00 (nilai diatur menjadi 0,99 untuk mengurangi manipulasi).

(30)

34

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

[image:30.595.182.440.104.359.2]

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3.4 Nilai Minimum CVR Sesuai Jumlah Validator

Jumlah Validator Nilai Minimum CVR

5 0,99

6 0,99

7 0,99

8 0,75

9 0,78

10 0,62

11 0,59

12 0,56

13 0,54

14 0,51

15 0,49

20 0,42

25 0,37

30 0,33

35 0,31

40 0,29

Setelah divalidasi oleh ahli dan masing-masing soal dihitung nilai CVRnya maka ditentukan butir soal mana yang ditolak dan butir soal mana yang diterima. Setelah didapat sejumal butir soal tes diagnostik two-tier multiple choice yang valid maka diujikan kepada sejumlah siswa untuk menguji reliabilitas soal. Reliabilitas adalah tingkat konsistensi dari suatu alat ukur.

Suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila diteskan pada kelompok yang sama pada waktu dan kesempatan yang berbeda (Arifin, 2009, hlm. 258). Reliabilitas suatu alat ukur dapat diketahui dengan cara menghitung koefisien korelasinya. Untuk menghitung koefisien korelasi tersebut dapat digunakan beberapa metode diantaranya adalah metode tes-tes ulang, metode ekivalen, metode tes tunggal, dan metode konsistensi internal (Firman, 2000, hlm. 108). Metode yang paling praktis dari segi perhitungan, pelaksanaan, dan biaya adalah metode konsistensi internal.

Untuk menghitung koefisien korelasi dari metode konsistensi internal digunakan teknik Kuder-Richardson atau KR20. Teknik ini dipilih karena cocok

untuk tes yang jawabannya benar salah (dikotomi) (Usman & Akbar, 2006, hlm. 290). Sebelum dilakukan perhitungan nilai reliabilitas instrumen tes diagnostik

(31)

35

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa menjawab benar pada kedua tigkat pada suatu butir soal maka mendapat skor 1, namun apabila salah satu tingkat atau kedua tingkat salah, maka mendapat skor 0.

Dalam Usman dan Akbar (2006, hlm. 291) dipaparkan untuk menghitung koefisien korelasi digunakan persamaan KR20 sebagai berikut:

………(3.2)

dimana,

rtt = koefisien korelasi

k = jumlah butir soal

p = proporsi jumlah siswa yang menjawab benar q = proporsi jumlah siswa yang menjawab salah (1-p)

= varians skor tes

Setelah didapat nilai koefisien korelasi kemudian nilai tersebut dilihat tafsirannya pada Tabel 3.5 untuk menentukan reliabilitas produk tes diagnostik

[image:31.595.217.460.398.497.2]

two-tier multiple choice.

Tabel 3.5 Kriteria Reliabilitas Soal

Koefisien korelasi Tafsiran

0,81 – 1,00 sangat tinggi

0,61 – 0,80 tinggi

0,41 – 0,60 cukup

0,21 – 0,40 rendah

0,00 – 0,20 sangat rendah

(Arifin, 2009, hlm. 257) Setelah didapat produk instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice yang sudah valid dan reliabel kemudian dilakukan uji coba terbatas untuk dianalisis miskonsespsi pada materi sifat koligatif larutan apa saja yang dapat terungkap. Instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice dilengkapi dengan Conceptual

Understanding Identification (CUI) yang berfungsi untuk mendeskripsikan

masing-masing pola respon jawaban-alasan siswa pada masing-masing butir soal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.6, kolom yang berwarna merah adalah pola respon siswa (Bayrak, 2013, hlm. 23).

Tabel 3.6 Conceptual Understanding Identification

(32)

36

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Jawaban

A B C D

Alasan

I A.I B.I C.I D.I

II A.II B.II C.II D.II

III A.III B.III C.III D.III

IV A.IV B.IV C.IV D.IV

Masing-masing miskonsepsi yang dapat terungkap dari hasil uji coba kemudian dibuat dalam bentuk persentase. Jumlah siswa yang memilih setiap pola respon jawaban-alasan pada setiap butir soal diubah ke dalam bentuk persen. Besar persentase dapat dihitung menggunakan rumus berikut

...(3.3) dimana,

P = persentase pola respon tertentu

PR = jumlah siswa yang memilih pola respon tertentu n = jumlah siswa yang mengikuti tes uji coba

(33)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, diperoleh kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan penilitian sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini dari keseluruhan jawaban yang muncul dari hasil tes esai, 14 miskonsepsi digunakan dalam penyusunan opsi pengecoh untuk tingkat pertama dan melengkapi pengecoh untuk tingkat kedua. Sedangkan dari keseluruhan jawaban yang muncul dari hasil tes pilihan ganda beralasan terbuka, 21 miskonsepsi digunakan dalam penyusunan opsi pengecoh untuk tingkat kedua.

2. Tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan memenuhi kriteria yang baik dilihat dari segi validitas isi dan cukup baik dilihat dari segi reliabilitas. Berdasarkan validitas isi, 14 butir soal yang dikembangkan diperoleh 12 butir soal yang memenuhi kriteria validitas isi dengan nilai CVR sebesar 1. Nilai CVR tersebut berada di atas nilai minimum untuk validator yang berjumlah lima. Berdasarkan kriteria reliabilitas, 12 butir soal yang sudah valid memiliki nilai koefisen korelasi sebesar 0,596. Nilai tersebut menunjukkan bahwa butir-butir yang dikembangkan memiliki reliabilitas yang cukup.

(34)

78

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendidih; (6) kenaikan titik didih larutan terjadi karena larutan memiliki lebih banyak partikel yang harus dididihkan daripada pelarut murni; (7) konsentrasi larutan berbanding lurus dengan kenaikan titik didih karena partikel terlarut butuh energi yang lebih besar untuk bertumbukan sehingga suhu yang dibutuhkan supaya larutan mendidih menjadi lebih tinggi; (8) pada peristiwa osmosis awalnya pelarut yang pindah ke larutan sama dengan pelarut yang pindah ke pelarut murni namun akhirnya perpindahan pelarut hanya terjadi dari pelarut murni ke larutan; dan (9) sifat koligatif larutan elektrolit dikalikan faktor i sedangkan sifat koligatif larutan nonelektrolit tidak dikalikan faktor i.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Guru sebaiknya menggunakan instrumen tes diagnostik two-tier multiple

choice untuk mengidentifikasi miskonsepsi yang ada pada pemahaman siswa

dan segera meremediasinya supaya menjadi konsep yang benar.

2. Hasil miskonsepsi yang didapat dari proses diagnosis menggunakan instrumen tes diagnostik two-tier multiple choice sebaiknya dijadikan bahan pertimbangan guru untuk memilih metode pengajaran yang sesuai pada materi yang sama di tahun ajaran berikutnya.

3. Uji coba terbatas produk sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali supaya soal dapat direvisi sehingga reliabilitas soal tes diagnostik two-tier multiple choice yang dikembangkan dapat lebih baik.

4. Peneliti lain dapat mengembangkan butir soal tes diagnostik two-tier multiple

choice untuk konsep lainnya pada materi sifat koligatif larutan yang belum

(35)

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M. (2012). Anak berkesulitan belajar: Teori, diagnosis, dan

remediasinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Andersson, B. (1986). Pupils’ explanations of some aspects of chemical reactions. Science Education, 70 (5), hlm. 549–563.

Arifin, Z. (2009). Evaluasi pembelajaran: Prinsip, teknik, prosedur. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Bayrak, B. K. (2013). Using two-tier test to identifyprimary students’ conceptual understanding and alternative conceptions in acid base. Mevlana International

Journal of Education, 3 (2), hlm. 19–26.

Ben-Zvi, R., Eylon, B., & Silberstein J. (1986). Is an atom of copper malleable?.

Journal of Chemical Education, 63 (1), hlm. 64–66.

Brady, J. E. (1994). Kimia universitas: Asas dan struktur. Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F., & Mocerino, M. (2007). The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary

school students’ ability to describe and explain chemical reactions using

multiple level of representation. Chemistry Education Research and Practice, 8 (3), hlm. 293–307.

Chang, R. & Overby, J. (2011). General chemistry: The essential concepts. Sixth Edition. NewYork: McGraw-Hill.

Creswell, J. W. (2003). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed

methods approaches. Second Edition. Thousand Oaks: Sage Publications, Inc.

Dahar, R. W. (2011). Teori-teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Daryanto (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

(36)

80

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Standar proses: Untuk satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Jakarta:

Depdikbud.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (2013). Lampiran E-4: C-1 kompetensi inti dan kompetensi dasar kimia. Dalam Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Standar proses: Untuk satuan pendidikan pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah (hlm. 1–7). Jakarta: Depdikbud.

Firman, H. (2000). Penilaian hasil belajar dalam pengajaran kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pendidikan Indonesia.

Gabel, D. (1999). Improving teaching and learning through chemistry education research: A look to the future. Journal of Chemical Education, 76 (4), hlm. 548–554.

Gabel, D. L., Samuel, K. V., & Hunn D. (1987). Understanding the particulate nature of matter. Journal of Chemical Education, 64 (8), hlm. 695–697.

Johnstone, A. H. (1991). Why is science difficult to learn? Things are seldom what they seem. Journal of Computer Assissted Learning, (7), hlm. 75–83.

Johnstone, A. H. (1993). The development of chemistry teaching: A changing response to changing demand. Journal of Chemical Education, 70 (9), hlm. 701–705.

Lawshe, C. H. (1975). A quantitative approach to content validity. Personnel

Psychology, (28), hlm. 563–575.

Luoga, N. E., Ndunguru, P. A., & Mkoma, S. L. (2013). High school students’

misconceptions about colligative properties in chemistry. Tanzania Journal of

Natural & Applied Sciences, 4 (1), hlm. 575–581.

Nakhleh, M. B. (1992). Why some students don’t learn chemistry: Chemical misconceptions. Journal of Chemical Education, 69 (3), hlm. 191–196.

Nakhleh, M. B. & Krajcik, J. S. (1994). Influence of levels of information as

presented by different technologies on students’ understanding of acid, base, and pH concepts. Journal of Research in Science Teaching, 31 (10), hlm. 1077–1096.

Pinarbasi, T., Sozbilir, M., & Canpolat, N. (2009). Prospective chemistry teachers’

(37)

81

Wiji Lestari Khasannah, 2014

Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Siswa Kelas XII Pada Materi Sifat Koligatif Larutan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Silberberg, M. S. (2007). Principle of general chemistry. New York: McGraw-Hill.

Silverius, S. (1991). Evaluasi hasil belajar dan umpan balik. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sukardi, M. (2012). Evaluasi pendidikan, prinsip, dan operasionalnya. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Susetyo, B. (2013). Metode riset campur sari: Konsep, strategi, dan aplikasi. Jakarta: PT Indeks.

Suyanti, R. D. (2010). Strategi pembelajaran kimia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Tan, K. D. dkk. (2001). Development and application of a two-tier multiple choice

diagnostic instrument to assess high school students’ understanding of

inorganic chemistry qualitative analysis. Journal of Research in Science

Teaching, 39 (4), hlm. 283–301.

Tan, K. D. dkk. (2005). The ionization energy diagnostic instrument: A two-tier multiple-choice instrument to determine high school students’ understanding of ionization energy. Chemistry Education Research and Practice, 6 (4), hlm. 180–197.

Tan, K. D. & Treagust, D. F. (1999). Evaluating students’ understanding of

chemical bonding. School Science Review, 81 (294), hlm. 75–83.

Tüysüz, C. (2009). Development of two-tier diagnostic instrument and assess students’ understanding in chemistry. Scientific Research and Essay, 4 (6),

hlm. 626–631.

Usman, H. & Akbar, R. P. S. (2006). Pengantar statistika. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Whitten, dkk. (2004). General chemistry. Seventh Edition. Australia: Thomson-Brooks/Cole.

Yarroch, W. L. (1985). Student understanding of chemical equation balancing.

Gambar

Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.1 Analisis KD 3.1 dan 3.2 Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Indikator
Tabel 3.1 Analisis KD 3.1 dan 3.2 Kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Indikator
Tabel 3.2 Kajian Literatur Miskonsepsi pada Materi Sifat Koligatif Larutan Indikator Label Konsep Miskonsepsi
+4

Referensi

Dokumen terkait

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Batasan Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Batasan Istilah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian ... Identifikasi dan Rumusan Masalah ... Rumusan Masalah ... Maksud dan Tujuan Penelitian ... Maksud Penelitian ... Tujuan

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang Masalah... Identifikasi Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Penjelasan Istilah ... Sistematika

Skripsi ini terdiri atas lima bab, bab pertama yaitu pendahuluan berisi subbab tentang latar belakang yang mengemukakan alasan mendasar diadakannya penelitian, kemudian rumusan

Bab pertama yaitu pendahuluan. Adapun sub bab yaitu sebagai berikut; latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,

Bab pendahuluan memuat latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Pada bab ini

Dalam bab pendahuluan materinya sebagian besar berupa penyempurnaan dari latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, dan

Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini yaitu: Bab I Pendahuluan, yaitu merupakan gambaran awal penelitian yang terdiri dri latar belakang, rumusan, masalah, tujuan