• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Cooperative Learning Metode Teams Games Tournament Dan Numbered Heads Together Terhadap Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS di SMA N 1 Cilimus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Model Cooperative Learning Metode Teams Games Tournament Dan Numbered Heads Together Terhadap Aktivitas Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS di SMA N 1 Cilimus."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE

TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI

SISWA KELAS XI IPS DI SMA N 1 CILIMUS

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Nurhalimah NIM 1302378

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE

TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS

TOGETHER TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI

SISWA KELAS XI IPS DI SMA N 1 CILIMUS

Oleh NURHALIMAH

S.Pd UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2011

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Sekolah Pascasarjana

© Nurhalimah 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,

(3)
(4)

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING METODE

TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER

TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR AKUNTANSI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 CILIMUS KUNINGAN TAHUN PEMBELAJARAN

2014-2015

Nurhalimah, NIM. 1302378, Pembimbing: Dr. Nugraha, SE, Akt, M.Si, CA Program Studi Pendidikan Ekonomi

Sekolah Pascasarjana UPI Bandung Tahun 2015

ABSTRAK

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian adalah aktivitas belajar siswa rendah, hal ini ditunjukkan dengan proses pembelajaran kurang melibatkan keaktifan siswa sehingga pembelajaran lebih berpusat pada guru (teacher center) yang pada akhirnya siswa menjadi pasif dan kurangnya aktivitas belajar. Salah satu upaya untuk meningkatkan aktivitas belajar adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif (cooperative learning) metode teams games tournament dan numbered heads together dengan penerapan turnamen akademik dan nomor berstruktur.

Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan pengaruh model

cooperative learning metode teams games tournament dan numbered heads together terhadap aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi Kelas XI

SMA Negeri 1 Cilimus Kabupaten Kuningan Tahun Ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan terhadap siswa kelas XI IPS V SMA Negeri 1 Cilimus. Data penelitian dikumpulkan melalui observasi terhadap delapan jenis aktivitas yang dilakukan siswa.

Analisis data menggunakan uji mann whitney dan uji multivariat yang menunjukkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games

tournament dengan numbered heads together terhadap delapan jenis aktivitas

belajar siswa, (2) Pengaruh metode numbered heads together lebih tinggi dibandingkan dengan metode teams games tournament terhadap delapan aktivitas belajar siswa (3) Terdapat perbedaan pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament terhadap delapan jenis aktivitas belajar siswa dengan pengaruh yang paling dominan terhadap aktivitas belajar writing siswa (4) Terdapat perbedaan pengaruh model cooperative learning metode numbered

heads together terhadap delapan jenis aktivitas belajar siswa dengan pengaruh

yang paling dominan terhadap aktivitas belajar drawing siswa.

Kata kunci: Metode Teams Games Tournament, Metode Numbered Heads

(5)

THE INFLUENCE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TEAMS GAMES TOURNAMENT METHOD AND NUMBERED HEADS TOGETHER TOWARDS ACCOUNTING LEARNING ACTIVITY AT

THE SECOND GRADE OF SOCIAL SCIENCE SMA NEGERI 1 CILIMUS, KUNINGAN ACADEMIC YEAR 2014/2015

Nurhalimah, 1302378, Advisor: Dr. Nugraha, SE, Akt, M.Si, CA Department of Economic Education

Graduate School of UPI Bandung, 2015

ABSTRACT

The problem which is concerned in this research is the low of students

learning activity, it is shown when learning process involves less students’ activity

so the result that the learning more focus to the teacher-centered, and at the end of it the students are passive and learning activity become minimal. One way to improve learning activity is applying cooperative learning model which are teams games tournament and numbered heads together method.

This research is done to discover cooperative learning model differentiation between teams games tournament and numbered heads together method towards students learning activity in accounting study in second grade of social science SMA Negeri 1 Cilimus, Kuningan academic year 2014/2015. This research used experiment method which was done towards second grade of social science students, SMA Negeri 1 Cilimus. The research of data gathered through observation in eight types of students activity.

The data analysis used mann whitney test and multivariate test, which has shown: (1) there is a diffentiation cooperative learning model between teams games tournament and numbered heads together method, (2) The influence of numbered heads together towards eight types students activity is higher than teams games tournament, (3) There is a dominant influence in cooperative learning model teams games tournament method towards eight types students activty in students writing skill. (4) There is a dominant influence in cooperative learning model numbered heads together towards eight types students activity in students drawing.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Persoalan yang dikaji dalam penelitian adalah aktivitas belajar siswa rendah, hal ini ditunjukkan dengan orientasi pendidikan dan pembelajaran di Indonesia lebih condong pada dimensi kognitif yang didukung oleh hasil pengamatan Mursidin (2011: 64) yang mengatakan bahwa isi kurikulum menekankan pada pencapaian ranah kognitif 65%-80%, pencapaian ranah afektif 15%-25%, dan pencapaian ranah psikomotorik 10%-25%. Ketidakseimbangan dalam pencapaian dan pengembangan potensi kognitif, afektif dan psikomotorik dikhawatirkan menyebabkan tumpulnya emosi dan timpangnya dunia afektif, apabila dunia pendidikan terlalu menitikberatkan kepada aspek intelektualisme saja (McLuhan dalam Purwaningsih: 2013). Pembelajaran yang baik dan berkualitas adalah pembelajaran yang melibatkan siswa dalam aktivitas pembelajaran, hal ini sejalan

dengan E.Mulyasa (2002: 32) yang mengatakan bahwa “pembelajaran dikatakan

berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi,

semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri”. Dalam hal ini

pembelajaran di kelas harus melibatkan aktivitas siswa baik secara fisik, mental maupun sosial dalam menghadapi bahan ajar ataupun masalah yang diberikan oleh guru.

(7)

menjadikan belajar lebih bermakna. Makna dalam hal ini merupakan hasil bentukan siswa sendiri yang bersumber dari apa yang mereka lihat, rasakan, dan alami (Aunurrahman, 2009: 19). Pembelajaran akuntansi akan lebih bermakna jika siswa dapat beraktivitas selama proses pembelajaran di kelas sehingga mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar. Menurut Depdiknas (2003: 6) fungsi dan tujuan mata pelajaran Akuntansi adalah sebagai berikut:

Fungsi mata pelajaran akuntansi yaitu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Tujuan mata pelajaran akuntansi yaitu membekali siswa lulusan SMA dalam berbagai kompetensi dasar, agar mereka menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan siswa.

Fungsi dan tujuan mata pelajaran akuntansi di atas dapat dikatakan bahwa melalui pembelajaran akuntansi siswa diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap rasional, teliti, jujur dan bertanggungjawab melalui prosedur pencatatan, pengelompokkan, pengikhtisaran transaksi keuangan, penyusunan laporan keuangan dan penafsiran perusahaan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) kemudian menguasai dan mampu menerapkan konsep-konsep dasar, prinsip dan prosedur akuntansi yang benar, baik untuk kepentingan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi ataupun untuk terjun ke masyarakat sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan dalam menghadapi tantangan global dan permasalahan yang terjadi di masyarakat.

(8)

harus secara simultan ditingkatkan sehingga pembelajaran akuntansi masih memerlukan upaya peningkatan–peningkatan ke arah berkembangnya kemampuan siswa baik secara kognitif, afektif dan psikomotor.

Pendidikan tradisional dengan “Sekolah Dengar”-nya tidak mengenal, bahkan sama sekali tidak menggunakan asas aktivitas dalam proses belajar mengajar. Para siswa hanya mendengarkan hal-hal yang dipompakan oleh guru. Pada cara itu cara mengajar yang populer adalah metode imposisi yaitu para siswa menelan saja hal-hal yang direncanakan dan disampaikan oleh guru (Oemar Hamalik, 2006: 170). Kegiatan mandiri dianggap tidak ada maknanya, karena guru adalah orang yang serba tahu dan menentukan segala hal yang dianggap penting bagi siswa. Sistem penuangan lebih mudah pelaksanaannya bagi guru dan tidak ada masalah atau kesulitan, guru cukup mempelajari materi dari buku lalu disampaikan kepada siswa. Di sisi lain siswa hanya bertugas menerima dan menelan, mereka diam dan bersikap pasif atau tidak aktif. Pembelajaran tradisional yang tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kreatif harus segera ditinggalkan dan diganti dengan pendekatan-pendekatan atau metode-metode pembelajaran yang berpusat kepada siswa. Maka dari itu, konsep pembelajaran saat ini harus berubah dari guru mengajar menjadi siswa belajar. Siswa tidak lagi diposisikan sebagai objek belajar, melainkan siswa diposisikan sebagai subjek yang belajar sesuai bakat, minat, dan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran seperti inilah yang disebut pembelajaran berpusat kepada siswa (student centered) (Wina Sanjaya, 2008: 99).

Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang penuh dengan aktivitas siswa untuk mengembangkan minat dan bakat siswa, karena salah satu salah satu faktor yang menentukan keberhasilan belajar siswa di sekolah adalah aktivitas belajar siswa, sejalan dengan hal tersebut Kunandar (2010: 277) mengemukakan

bahwa “aktivitas belajar yaitu keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran,

perhatian, dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses pembelajaran dan memperoleh manfaat dari kegiatan

tersebut”. Namun dalam kenyataannya aktivitas belajar siswa di sekolah belum

(9)

hanya dengan model pembelajaran konvensional yaitu dengan ceramah dan teknik latihan. Siswa kemudian hanya bertugas menerima materi tersebut dan bersikap pasif. Padahal Siswa adalah suatu organisme yang hidup, di dalam dirinya beraneka ragam kemungkinan dan potensi yang hidup yang sedang berkembang. Di dalam dirinya terdapat prinsip aktif, keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri. Prinsip aktif inilah yang mengendalikan tingkah laku dan perbuatan itu menuju ke tingkat perkembangan yang diharapkan. Potensi yang hidup itu perlu mendapat kesempatan yang luas untuk berkembang, tanpa pengarahan dikhawatirkan terjadi penyimpangan perkembangan dari tujuan yang telah ditentukan. Jika terjadi penyimpangan maka berakibat terganggunya bahkan rusaknya perkembangan siswa. Dengan kata lain, para siswa tidak menjadi manusia sebagaimana yang dicita-citakan oleh masyarakat.

Kemudian Paul B. Diedrich (dalam Sardiman A.M, 2014: 101)

mengemukakan bahwa “Aktivitas belajar merupakan kegiatan belajar yang harus

dilaksanakan dengan giat, rajin, selalu berusaha dengan sungguh-sungguh melibatkan fisik maupun mental secara optimal yang meliputi visual activities,

oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor

activities, mental activities, emosional activities supaya mendapat prestasi yang gemilang”. Dalam hal ini aktivitas belajar sangat melibatkan seluruh panca indra

yang dimiliki siswa dalam proses pembelajaran yang jika kesemuanya itu dilakukan oleh siswa dapat menghasilkan proses pembelajaran yang sangat baik dan optimal yang akhirnya menghasilkan siswa yang berkualitas. Bentuk aktivitas belajar yang lain adalah diskusi di antara teman, mengerjakan pekerjaan rumah yang diberikan oleh guru, dan lain sebagainya dimana semua aktivitas itu bertujuan untuk memberikan peran aktif kepada siswa dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, besar harapannya seorang siswa yang benar-benar aktif akan memperoleh hasil belajar yang baik.

(10)

dan menyebabkan kelelahan. Menurut Montessori, sang anak menangis karena anak itu ingin aktif sendiri (auto aktivitas) sehingga pada waktunya dia mampu

berdiri sendiri”. Dalam hal ini anak memiliki berbagai kebutuhan, meliputi

kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebtuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah, sehingga variasinya semakin banyak dan semakin luas. Dengan sendirinya perbuatan yang dilakukan semakin banyak dan beraneka ragam pula. Keadaan tersebut didukung juga oleh seorang ahli biologi, Berson menemukan suatu konsep atau teori yang disebut Elan Vital pada manusia. Elan Vital adalah suatu daya hidup dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat segala sesuatu. Seorang yang memiliki elan vital yang besar/kuat memiliki kemampuan berbuat lebih banyak dan luas. Sebaliknya orang yang memiliki elan vital yang kecil/lemah maka daya geraknya dan ruang geraknya juga kecil dan sempit.

Adanya berbagai temuan dan pendapat pada gilirannya menyebabkan pandangan anak (siswa) berubah. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Kalaulah dalam pengajaran tradisional asas aktivitas juga dilaksanakan namun aktivitas tersebut bersifat semu (aktivitas semu). Pengajaran modern tidak menolak seluruhnya pendapat tersebut namun lebih menitikberatkan pada asas aktivitas sejati. Anak (siswa) belajar sambil bekerja (learning by doing). Dengan bekerja mereka memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat. Untuk lebih memperkuat pendapat di atas, ada baiknya kita kutip pendapat dari Mehl-Mills-Douglass, yang mengemukakan tentang the principle of

activity, sebagai berikut: one learns only by some activities in the neural system:

seeing, hearing, smelling. Feeling, thinking, physical or motor activity. The

learner must actively engage in the “learning”, whether it be of information a

skill, an understanding, a habit, an ideal, an attituide, an interest, or the nature of

(11)

mendengar, merasakan, berfikir, aktivitas fisik dan motorik. Pelajar harus aktif dalam pembelajaran karena akan mendapatkan informasi, keterampilan, pemahaman, kebiasaan yang ideal, sikap yang baik, dan keterampilan lainnya. Dalam kemajuan metodologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui satuan program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai.

Berdasarkan dari permasalahan di atas, peneliti melihat bahwasanya seorang guru perlu mengupayakan peningkatan aktivitas belajar siswa agar terjadinya pembelajaran yang berkualitas. Berdasarkan observasi awal dan wawancara dengan guru Akuntansi SMA N 1 Cilimus Kuningan menunjukkan terdapat beberapa masalah yang sering muncul sebagai berikut:

1. Siswa kurang berperan secara aktif karena hanya beberapa orang saja yang mendominasi pembelajaran

2. Siswa merasa cemas dan takut jika ditunjuk untuk maju ke depan kelas mengerjakan soal atau mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompoknya

3. Semangat dan antusias siswa juga masih kurang dalam aktivitas pembelajaran sehingga membutuhkan aktivitas belajar yang menantang dan membuat siswa semangat untuk belajar.

4. Guru akuntansi belum menggunakan metode yang dapat menarik siswa agar senang dan nyaman dalam proses pembelajaran berlangsung. 5. Sudah terdapat kelompok belajar dalam kelas tetapi siswa masih

mengerjakan soal dengan diskusi antar siswa yang kurang optimal karena hanya beberapa siswa saja yang melakukan diskusi dan belajar bersama namun yang lainnya bebas berkeliaran atau bahkan mengobrol. Guru hanya terlihat menunggu dan mengawasi siswa atau bahkan meninggalkannya, sehingga pembelajaran dengan kelompok belum berjalan dengan optimal.

(12)

meningkatkan aktivitas belajar siswa untuk memperbaiki proses pembelajaran. Jika tidak dilakukan penelitian aktivitas belajar maka akan berdampak pada rendahnya aktivitas belajar secara berkesinambungan.

Berdasarkan fenomena di atas, maka diperlukan metode pembelajaran yang mampu melibatkan peran serta siswa secara menyeluruh sehingga kekuatan belajar mengajar tidak hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu saja. Pemilihan metode pembelajaran tersebut di harapkan dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu. Dalam hal ini pembelajaran kooperatif diyakini sebagai praktik pedagogis untuk meningkatkan proses pembelajaran, gaya berfikir tingkat tinggi, perilaku sosial, sekaligus kepedulian terhadap siswa-siswa yang memiliki latar belakang kemampuan, penyesuaian dan kebutuhan yang berbeda-beda (Miftahul Huda, 2014:27). Bahkan Johnson, dkk (2000) menegaskan bahwa “kecuali pembelajaran kooperatif tidak ada satupun praktik pedagogis yang secara simultan mampu memenuhi tujuan

yang beragam seperti ini”. Pembelajaran kooperatif juga sudah banyak diteliti

lebih dari tiga dekade yang lalu. Penelitian-penelitian pada saat itu umumnya berfokus pada perbedaan antara pembelajaran yang menekankan pada kerja sama siswa (cooperative learning) dan pembelajaran yang mengikutsertakan seluruh siswa dalam satu intruksional yang terpusat (traditional whole class) baik itu yang bersifat kompetitif maupun individualistik (Johnson, dkk., 2000: Slavin, 1995).

Pembelajaran kooperatif dipandang sebagai a powerful tool to motivate

learning and has a positive effect on the classroom climate which leads to

encourage greater achievement, to foster positive attitude and higher self esteem,

to develop collaborative skills and to promote greater social support (Ministry Of

(13)

Sebagaimana menurut Isjoni (2010: 16) dalam bukunya yang berjudul

Cooperative learning mengatakan bahwa:

Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak

digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.

Dalam hal ini siswa belajar dalam kelompok dengan sistem saling membantu sehingga setiap siswa dapat menjadi tutor sebaya dan akhirnya semua anggota dalam kelompok dapat memahami konsep dalam pelajaran yang telah dipelajari, dengan demikian model cooperative learning merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented) namun tidak terlepas dari bimbingan dan arahan guru, karena walau bagaimanapun guru yang memberikan tugas dan penilaian di akhir pembelajaran.

Miftahul huda (2014: 111) menyebutkan bahwa “hingga saat ini, ada sekitar 19 metode, 14 teknik, dan 15 struktur pembelajaran kooperatif yang telah

dikembangkan oleh berbagai pakar di belahan dunia”. Sehingga dalam hal ini

sebagai guru yang profesional harus bisa memilih metode yang baik dan benar serta tepat untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di kelas.

Metode pembelajaran kooperatif yang cocok untuk meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa yaitu dengan metode teams games tournaments yang dipadukan dengan numbered heads together. Slavin (2009) menyebutkan bahwa TGT (Temas Games Tournaments) menggunakan turnamen permainan akademik. Dalam permainan itu siswa bertanding mewakili timnya dengan anggota tim-tim yang setara bertanding mewakili timnya dengan anggota tim yang setara dalam kinerja akademik mereka yang lalu. Dalam TGT (Temas Games Tournaments) guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim telah menguasai pelajaran. Sedangkan Iqbal (2009) mengemukakan “Number head together adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang

(14)

Metode teams games tournaments dan numbered heads together diharapkan dapat meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa karena aktivitas belajar merupakan cikal bakal dari tingginya hasil belajar maupun prestasi siswa. Metode

teams games tournament dan numbered heads together sangat cocok untuk

mengatasi masalah pembelajaran yang individual dan ketidakaktifan siswa, mengatasi kebosanan dan kejenuhan serta meningkatkan aktivitas belajar yang bermakna di kelas, kemudian akan membuat siswa percaya diri, kerjasama yang baik dan saling membantu memecahkan persoalan dari yang mudah sampai yang sulit sehingga dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa yang efektif dan efisien. hal ini telah dibuktikan dengan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Siti Maftukhah, Suhartono, Tri Saptuti S.dalam penelitiannya menyebutkan bahwa model cooperative learning teknik numbered heads

together dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV SD N 2

Sidoluhur.

2. Penelitian lain juga mendukung yang dilakukan oleh Istiningrum dan Sukanti yang menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

numbered heads together dapat meningkatkan aktivitas belajar akuntansi

pada siswa kelas X AK 2 SMK YPKK 2 Sleman.

3. Model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa hal ini ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan oleh Febrian Widya Kusuma dan Mimin Nur Aisyah menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together dapat meningkatkan aktivitas belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Negeri 2 Wonosari.

4. Hasil penelitian Akmal Reza juga menunjukkan kolaborasi model pembelajaran Numbered Head Together dengan Problem Possing dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar akuntansi siswa kelas XII IPS 1 SMA Swasta Cerdas Murni Medan Tahun Pelajaran 2013/2014.

(15)

head together dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS siswa

kelas V SD Negari 05 Metro Selatan Tahun pelajaran 2012/2013.

6. Model pembelajaran kooperatif tipe teams games turnament (TGT) dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran pada materi redoks, penelitian ini dilakukan oleh Novita Sari, dkk di kelas X TKR D SMK Khatulistiwa Pontianak pada materi reaksi redoks.

7. Kemudian penelitian lain tentang TGT yang dilakukan oleh Juli Maya Sari menunjukkan bahwa model kooperatif teams games tournament dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VC SD Negeri 18 Pontianak Barat dengan kategori peningkatan aktivitas belajar siswa

“Tinggi”.

8. Lia Nurdiana, dkk. Juga menunjukkan hasil penelitiannya yaitu pembelajaran menggunakan metode Cooperative Learning tipe TGT

(Teams Games Tournament) aktivitas belajar siswa lebih baik

dibandingkan dengan menggunakan metode konvesional dalam pembelajran seni musik di SMP Negeri 1 Padang.

9. Endhika Haries, dkk. Juga menunjukkan hasil penelitiannya yaitu Aktivitas belajar biologi dengan penerapan model Pembelajaran Teams

Games Tournament (TGT) disertai Teka teki Silang (Crossword

Puzzles) pada siswa kelas VII A di SMP Mitra Jember semester genap

tahun pelajaran 2012/2013 terjadi peningkatan secara klasikal mulai dari pra siklus aktivitas siswa mencapai 37%, setelah dilakukan siklus 1 secara klasikal meningkat menjadi 62,8% dengan jumlah siswa aktif dan sangat aktif sebesar 22 siswa dari jumlah 35 siswa, karena hasil aktivitas siswa belum optimal maka dilakukan perbaikan pada siklus 2 yang menghasilkan aktivitas secara klasikal sebesar 82,8% dengan jumlah siswa aktif dan sangat aktif sebesar 29 siswa dari jumlah 35 siswa.

Hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa model pembelajaran kooperatif teknik numbered heads together dan teams games

(16)

di kelas, selain dapat memberikan pembelajaran yang aktif juga dapat meningkatkan semangat dan antusias siswa baik dalam diskusi, interaksi, persaingan dalam permainan juga dapat memberikan pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan sehingga peneliti perlu membandingkan kefektifan model pembelajaran kooperatif teknik numbered heads together dan teams games tournament pada aktivitas belajar akuntansi siswa.

Salah satu landasan teoritis pertama tentang belajar kelompok atau pembelajaran kooperatif ini berasal dari pandangan kontruktivis sosial Vygotsky (1978). Menurut Vigotskty (dalam Miftahul Huda, 2014: 24)

“Mental siswa pertama kali berkembang pada level interpersonal di mana

mereka belajar menginternalisasikam dan mentransformasikan interaksi personal mereka dengan orang lain, lalu pada level intra-personal di mana mereka mulai memperoleh pemahaman dan keterampilan baru dari hasil

interaksi ini”. Landasan teoritis dan latar belakang masalah inilah yang menjadi alasan mengapa siswa perlu diajak untuk belajar berinteraksi bersama temannya atau orang dewasa yaitu gurunya yang lebih mampu sehingga mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas yang tidak bisa mereka selesaikan sendiri. Di pelajaran akuntansi siswa diharapkan saling memberikan informasi, dorongan, atau anjuran pada teman satu kelompok yang membutuhkan bantuan melalui interaksi dan aktivitas belajar yang efektif dan efisien dengan model cooperative learning metode teams

(17)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut :

a. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

teams games tournament dengan numbered heads together terhadap

aktivitas belajar visual siswa?

b. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

teams games tournament dengan numbered heads together terhadap

aktivitas belajar oral siswa?

c. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

teams games tournament dengan numbered heads together terhadap

aktivitas belajar listening siswa?

d. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

teams games tournament dengan numbered heads together terhadap

aktivitas belajar writing siswa?

e. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

teams games tournament dengan numbered heads together terhadap

aktivitas belajar drawing siswa?

f. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

teams games tournament dengan numbered heads together terhadap

aktivitas belajar motor siswa?

g. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

teams games tournament dengan numbered heads together terhadap

aktivitas belajar mental siswa?

h. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

teams games tournament dengan numbered heads together terhadap

aktivitas belajar emotional siswa?

i. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

teams games tournament terhadap delapan jenis aktivitas belajar siswa?

j. Apakah ada perbedaan pengaruh model cooperative learning metode

(18)

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1.Tujuan Penelitian

a. Mengetahui perbedaan pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament dengan numbered heads

together terhadap aktivitas belajar visual siswa

b. Mengetahui perbedaan pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament dengan numbered heads

together terhadap aktivitas belajar oral siswa

c. Mengetahui perbedaan pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament dengan numbered heads

together terhadap aktivitas belajar listening siswa

d. Mengetahui perbedaan pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament dengan numbered heads

together terhadap aktivitas belajar writing siswa

e. Mengetahui perbedaan pengaruh model cooperative learning

metode teams games tournament dengan numbered heads

together terhadap aktivitas belajar drawing siswa

f. Mengetahui perbedaan pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament dengan numbered heads

together terhadap aktivitas belajar motor siswa

g. Mengetahui perbedaan pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament dengan numbered heads

together terhadap aktivitas belajar mental siswa

h. Mengetahui perbedaan pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament dengan numbered heads

together terhadap aktivitas belajar emotional siswa

(19)

j. Mengetahui perbedaan pengaruh model cooperative learning metode numbered heads together terhadap delapan jenis aktivitas belajar siswa

1.3.2. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

1) Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada pengembangan ilmu pengetahuan dan pada dunia pendidikan khususnya.

2) Mendukung teori yang telah ada dan memberikan sumbangsih pengetahuan tentang model pembelajaran kooperatif metode teams

games tournament dan numbered heads together sebagai referensi

dan sumber acuan untuk peneliti-peneliti yang akan datang

3) Memberikan informasi bagi pihak terkait tentang model pembelajaran kooperatif metode teams games tournament dan

numbered heads together untuk diaplikasikan dalam proses

pembelajaran guna meningkatkan kualitas pembelajaran akuntansi bagi para siswa

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa

a) Memberikan konstruktivisme model pembelajaran kooperatif metode teams games tournament dan numbered heads together untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa

b) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran akuntansi

c) Melalui model pembelajaran kooperatif metode teams games

tournament dan numbered heads together diharapkan terjadi

(20)

2) Bagi Guru

a) Meningkatkan kompetensi pedagogik guru IPS dalam melakukan aktivitas belajar mengajar yang lebih efektif dan efisien.

b) Membantu guru IPS dalam melakukan perbaikan metode mengajar yang digunakan sebagai alternatif pembelajaran yang bermutu dan bermakna.

c) Memberikan solusi alternatif siswa untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran Akuntansi.

3) Bagi Sekolah

a) Memberikan masukan terkait dalam mengambil kebijakan, terutama kebijakan pembelajaran

b) Membantu sekolah dalam meningkatkan profesionalitas para guru

(21)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament dan number heads together terhadap aktivitas belajar akuntansi siswa. Adapun yang menjadi variabel bebas adalah model

cooperative learning metode teams games tournament dan numbered heads

together. Variabel terikat adalah aktivitas belajar akuntansi siswa.

Penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Cilimus dengan unit analisis adalah siswa jurusan IPS kelas XI pada mata pelajaran akuntansi jasa. Kelas XI IPS 5 dengan jumlah 38 siswa dengan metode teams games tournament dan metode

numbered heads together.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen. “Penelitian eksperimen diartikan sebagai pendekatan penelitian yang paling penuh, artinya memenuhi semua persyaratan untuk menguji hubungan sebab akibat. Penelitian eksperimen merupakan pendekatan penelitian yang cukup khas. Kekhasan tersebut diperlihatkan oleh dua hal yaitu pertama penelitian eksperimen menguji secara langsung pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain. Kedua menguji hipotesis hubungan sebab akibat (Syaodih, 2009: 194).

(22)

Tabel 3.1

Jenis-jenis Penelitian Eksperimen

No. Pre eksperimen Quasi eksperimen True eksperimen

1. Hanya satu kelas

Berdasarkan tabel di atas maka penelitian yang diteliti adalah pre eksperimen yaitu penelitian yang dilakukan hanya satu kelas yakni hanya kelas eksperimen kemudian tidak diberi evaluasi tes dan tidak dilakukan random. Alasan peneliti menggunakan metode penelitian inikarena ingin mengetahui efektivitas model

cooperative learning metode teams games tournament dan number heads together

terhadap aktivitas belajar akuntansi siswa. model cooperative learning metode

teams games tournament dan number heads together belum pernah digunakan

oleh guru mata pelajaran akuntansi di sekolah tersebut sehingga untuk mengetahuinya peneliti harus menggunakan metode penelitian eksperimen.

3.3 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial yang digabungkan dengan desain 2 X 10 yaitu : Dua tipe metode teams games tournament dan

numbered heads together kemudian delapan jenis aktivitas seperti Visual

activities, Oral activities, Listening activities, Writing activities, Drawing

(23)

dua metode teams games tournament dan numbered heads together terhadap salah satu aspek aktivitas belajar siswa . Desain tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Berdasarkan kajian pustaka dan perencanaan operasional penelitian maka variabel dapat didefenisikan secara operasional sebagai berikut:

1. Aktivitas Belajar Siswa

Kunandar ( 2008 : 277) mengemukakan bahwa “Aktivitas siswa

adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dan aktivitas dalam kegiatan pembelajaran guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan memperoleh mamfaat dari hasil tersebut”. Kemudian Paul B. Diedrich (dalam Sardiman A.M, 2000: 101)

(24)

sungguh-sungguh melibatkan fisik maupun mental secara optimal yang meliputi Visual activities, Oral activities, Listening activities, Writing

activities, Drawing activities, Motor activities, Mental activities,

Emosional activities supaya mendapat prestasi yang gemilang”.

2. Model Cooperative Learning Metode Teams Games Tournament

Slavin (2014: 13) Mengungkapkan bahwa metode pembelajaran TGT (teams games tournament) adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan reinforcment. Aktivitas belajar dengan permainan dirancang dalam pembelajaran kooperatif. Metode TGT (teams games tournament) memungkinkan siswa dapat belajar rileks disamping menumbuhkan tanggungjawab, kejujuran, kerjasama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

3. Model Cooperative Learning Metode Numbered Heads Together

Miftahul Huda (2014: 130) secara singkat menyebutkan sintak dari numbered heads together “ Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-kelompok kemudian masing-masing anggota diberi nomor, setelah selesai guru memanggil nomor untuk

mempresentasikan hasil diskusinya”. Dalam hal ini guru tidak

(25)

3.5 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Tahap Pendahuluan

a. Melakukan wawancara dengan guru akuntansi mengenai proses pembelajaran akuntansi yang telah berlangsung

b. Mengidentifikasi dan merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran akuntansi

c. Melakukan penelitian pendahuluan mengenai aktivitas belajar siswa dalam proses pembelajaran akuntansi dengan melakukan observasi sehingga diperoleh informasi yang aktual

d. Mengkaji penelitian terdahulu mengenai aktivitas belajar siswa 2. Tahap Persiapan

a. Menentukan dan membuat desain penelitian

b. Menentukan kelas untuk dijadikan sebagai sebagai subjek penelitian c. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran

d. Merancang instrumen penelitian yaitu pedoman observasi untuk mengukur tingkat aktivitas belajar siswa

e. Mendesain media pembelajaran akuntansi metode teams games

tournament dan numbered heads together dan

mengkonsultasikannya dengan pembimbing

f. Berdiskusi dengan guru bidang studi yang bernama Bapak Kari, S.Pd mengenai proses pembelajaran yang akan dilaksanakan dan cara-cara mengisi lembar observasi

3. Tahap Pelaksanaan

a. Waktu pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan mulai 20 April 2015 – 7 Mei 2015

(26)

c. Peneliti bertindak sebagai pengajar dan melakasanakan pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams

games tournament sebanyak 3x pertemuan dan numbered heads

together sebanyak 3x pertemuan

d. Guru bidang studi bertindak sebagai observer dan mengisi lembar observasi sesuai dengan pengamatan yang dilakukan terhadap delapan jenis aktivitas dengan indikator masing-masing aktivitas belajar siswa pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games tournament sebanyak 3x pertemuan dan numbered heads together sebanyak 3x pertemuan

e. Observer lainnya melakukan dokumentasi baik dengan photo ataupun video selama penelitian proses pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games

tournament sebanyak 3x pertemuan dan numbered heads together

sebanyak 3x pertemuan

3.6 Instrumen Penelitian

a. Lembar Observasi

(27)

Kisi-kisi lembar observasi adalah sebagai berikut:

LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA

Kegiatan Pembelajaran IPS Akuntansi Dengan Menerapkan Model Cooperative Learning Metode Teams Games Tournament Dan Numbered

Heads Together

Nama Sekolah : SMA N 1 Cilimus

Tahun Pelajaran : 2014/2015

Kelas/Semester : XI/2

Materi Pokok : Neraca Saldo dan Jurnal Penyesuaian

Observer :

Hari, Tanggal :

Berilah tanda check list (√) pada indikator sesuai dengan pengamatan anda !!!

No. Nama Aktivitas Belajar Siswa

Visual Oral Listening Writing Drawing Motor Mental Emotional

1

2

3

4

b. Dokumentasi

(28)

3.7 Analsis Data

Analisis terhadap hasil observasi aktivitas siswa berguna untuk menghitung besarnya presentase aktivitas siswa yang berpartisipasi selama kegiatan belajar mengajar (KBM) dirumuskan sebagai berikut:

% Aktivitas = Jumlah siswa yang aktif X 100% Jumlah siswa

Untuk menetukan kategori dipergunakan tolok ukur menurut pendapat Muhammad Ali (2005:177) sebagai berikut :

75,01% - 100% : sangat baik 50,01% - 75,00% : baik 25,01% - 50,00% : cukup baik 0,01% - 25,00% : kurang baik

3.8 Uji Persyaratan Alat Ukur

Uji persyaratan alat ukur dengan menggunakan uji normalitas yaitu untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data. Ketika distribusi normal maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik parametris. Tetapi jika datanya tidak berdistribusi normal maka pengujian hipotesisnya menggunakan statistik nonparametris. a. Menguji Normalitas tingkat aktivitas belajar dilakukan dengan uji

Kolmogrof Smirnof menggunakan SPSS versi 21. Taraf signifikansinya

adalah 0,005 jika probabilitas >0,005 maka data berdistribusi normal. b. Menguji Homogenitas tingkat aktivitas belajar dilakukan dengan uji

Levene menggunakan SPSS versi 21. Taraf signifikansinya adalah 0,005

(29)

3.9 Uji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis menggunakan dua langkah yaitu pertama melakukan uji normalitas dan kedua dengan uji hipotesis, dimana alat ujinya tergantung uji normalitas, jika data itu normal maka menggunakan statistik parametrik dengan uji t namun jika data itu tidak normal maka menggunakan statistik non parametrik yaitu uji mann whitney. Uji dua sampel bebas pada statitistik non parametrik mempunyai tujuan sama dengan uji t pada uji statistik parametrik, yakni ingin mengetahui apakah dua buah sampel yang bebas berasal dari populasi yang sama atau independent, yaitu dua sampel tidak tergantung dengan yang lain. Dalam hal ini digunakan untuk mengetahui perbedaan pengaruh yang diberikan oleh metode numbered heads together dengan metode teams games tournament terhadap delapan aktivitas belajar.

α : 5% Kriteria uji:

Tolak H0 jika nilai signifikansi < alpha

Terima H0 jika nilai signifikansi > alpha

Kemudian untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan pengaruh yang diberikan oleh metode numbered heads together ataupun metode teams

games tournament terhadap delapan aktivitas belajar atau mencari pengaruh

yang paling dominan, maka pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis diskriminan yaitu bentuk regresi dengan variabel terikat berbentuk non-parametrik. Analisis diskriminan merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menentukan bobot dari prediktor yg paling baik untuk membedakan dua atau lebih kelompok kasus, yang tidak terjadi secara kebetulan (Cramer, 2004).

α : 5% Kriteria uji:

Tolak H0 jika nilai signifikansi < alpha , sebaliknya;

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan mengenai pengaruh model cooperative learning metode teams games tournament dengan numbered

heads together terhadap aktivitas belajar diperoleh beberapa kesimpulan yang

merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah. Kesimpulan-kesimpulan tersebut adalah :

1. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games tournament dengan

numbered heads together terhadap aktivitas belajar visual siswa,

metode NHT berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan metode TGT terhadap aktivitas belajar visual siswa

2. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games tournament dengan

numbered heads together terhadap aktivitas belajar oral siswa, metode

NHT berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan metode TGT terhadap aktivitas belajar oral siswa

3. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games tournament dengan

numbered heads together terhadap aktivitas belajar listening siswa,

metode NHT berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan metode TGT terhadap aktivitas belajar listening siswa

4. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games tournament dengan

numbered heads together terhadap aktivitas belajar writing siswa,

(31)

5. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games tournament dengan

numbered heads together terhadap aktivitas belajar drawing siswa,

metode NHT berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan metode TGT terhadap aktivitas belajar drawing siswa

6. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games tournament dengan

numbered heads together terhadap aktivitas belajar motor siswa,

metode NHT berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan metode TGT terhadap aktivitas belajar motor siswa

7. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games tournament dengan

numbered heads together terhadap aktivitas belajar mental siswa,

metode NHT berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan metode TGT terhadap aktivitas belajar mental siswa

8. Ada perbedaan pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan model cooperative learning metode teams games tournament dengan

numbered heads together terhadap aktivitas belajar emotional siswa,

metode NHT berpengaruh lebih tinggi dibandingkan dengan metode TGT terhadap aktivitas belajar emotional siswa

9. Ada perbedaan pengaruh model pembelajaran cooperative learning metode teams games tournament terhadap delapan jenis aktivitas belajar siswa dengan pengaruh yang paling dominan terhadap aktivitas belajar writing siswa.

(32)

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang disimpulkan di atas, maka berikut ini beberapa saran untuk dijadikan sebagai tindak lanjut dari penelitian ini:

1. Pembelajaran metode teams games tournament dan numbered heads

together sangat baik dalam menciptakan aktivitas belajar akuntansi siswa

yang berimplikasi pada proses pembelajaran di kelas seperti menciptakan iklim kelas yang positif dan kondusif, dalam hal ini guru sebagai fasilitator harus menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan

2. Tidak seluruh siswa senang dan gembira dalam turnamen akademik sehingga disarankan untuk lebih optimal lagi dalam melaksanakannya seperti dengan memberikan poin sebagai tambahan nilai lalu diakumulasikan baik secara individu maupun kelompok.

3. Sulitnya mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis sehingga disarankan untuk merangking prestasi siswa dan mengelompokkan siswa dengan berkemampuan tinggi, sedang dan rendah lalu melakukan penyebaran secara merata.

4. Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit menjelaskan penjelasan kepada siswa lainnya, sehingga harus membina siswa agar menyadari bahwa setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya kemudian guru membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberi jawaban

(33)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. dkk. (2011). Paikem Gembrot. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya.

Ali, I. (2009). Numbered Heads Together. [Online]. Tersedia di: http://Alt.Red/clnerwork/numbered.htm. [Diakses Kamis, 06 Maret 2014]. Azis, A. dkk. 2007. Konsep Dasar Ekonomi. Jakarta: Universitas Terbuka.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Djaramah, S. B. (2008a). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djamarah, S. B. dan Zain. A. (2008b). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ghozali, I. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS21

Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Hamalik, Oemar. (2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hardjana, A, M. (1994). Kiat Sukses Studi di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:

Kanisius

Huda, M. (2014). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Intania, A. P. (2012) Teori Konstruktivisme. [Online]. Tersedia di: http://ade-prima.blogspot.com/2012/09/teori-konstruktivisme.html [Diakses Rabu, 05 Maret 2014].

Isjoni. 2013. Cooperative Learning, Bandung: Alfabeta.

Kagan, S. dan Kagan. M. (2009). Cooperative Learning. Calle Amanecer San Clemente: Kagan Publishing.

Kunandar. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kusnendi. (2008). Model-model Persamaan Struktural Satu dan Multigrup

Sampel dengan LISREL. Bandung: Alfabeta.

Mulyasa, E. (2002). Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mursidin. (2011). Moral Sumber Pendidikan. Bogor: Ghalia Indonesia.

(34)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Purwanto, N. (2011). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Slameto. (1995). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sardiman. (2014). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Shalahuddin, M. (1990). Pengantar Psikologi Pendidikan. Surabaya: Bina Ilmu. Slavin, R. E. (2009). Coperative Learning. Bandung: Nusa Media.

Sudarmanto, Y.B. (1993). Tuntunan Metodologi Belajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.

Sudjana, N dan Suwariyah. W. (2010). Model-model mengajar CBSA, Bandung: CV. Sinar Baru.

Solihatin, E dan Raharjo. (2007). Cooperative Learning, Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suhadimanto, A. (2005). Akuntansi, Jakarta: Yudhistira.

Suherman. dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jica.

Sumarso. (2004). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat. Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Suryabrata, S. (2008). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi Pendidikan Dengan Pendektan Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tim Pembina Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik. (2007). Peserta Didik, Padang: Dirjen Pendidikan Tinggi Bekerja Sama dengan HEDS-JICA. Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Tryan. 2009. Numbered Heads Together. [Online]. Tersedia di: FREE Article - 1st of 5 Free Items www.NumberHeadsTogether.com [Diakses Kamis, 06 Maret 2014].

(35)

Jurnal

Baker, D. P. (2013). The Effects Of Implementing The Cooperative Learning Structure, Numbered Heads Together, In Chemistry Classes At A Rural, Low Performing High School. Submitted to the Graduate Faculty of the Louisiana State University and Agricultural and Mechanical College in partial fulfillment of the requirements for the degree of Master of Natural Sciences in The Interdepartmental Program in Natural Sciences.

Haries, E. Dkk. (2013). Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Biologi Menggunakan Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) Disertai Teka – Teki Silang (Crossword Puzzles) Pada Siswa Kelas Vii Smp Mitra Jember. ©Pancaran, Vol. 3, No. 2, Hal 93-102, Mei 2014. Istiningrum dan Sukanti. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Akuntansi Pada Siswa Kelas X AK 2 SMK YPKK 2 Sleman. Juli Mayasari. (2015). Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Dengan Menggunakan

Model Kooperatif Teams Games Tournament Di Sekolah Dasar. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan Pendidikan Dasar Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tanjungpura Pontianak. Khan. S. A. (2008) An Experimental Study To Evaluate The Effectiveness Of

Cooperative Learning Versus Traditional Learning Method. Department Of Education Faculty Of Social Sciences International Islamic University Islamabad, Pakistan.

Maftukhah. S. Dkk. (2013). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered

Heads Together (NHT) Dalam Peningkatan Pembelajaran IPS Kelas IV

SD N 2 Disdoluhur.

Novita Sari, dkk. (2012). Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Dengan Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) di Kelas X TKR D SMK Khatulistiwa Pontianak.

(36)

Pembelajaran Seni Musik Di SMP Negeri 1 Padang Program Studi Pendidikan Sendratasik FBS Universitas Negeri Padang.

Rahmawati, D. (2014). The Effectiveness Of Using Cooperative Learning Type Number Heads Together (Nht) Improving Reading Comprehansion Of The Students At Smp N 20 Tangerang As-Syukriyyah Collage The Second International Conference On Education And Language (2nd Icel) 2014 Issn 2303-1417 Bandar Lampung University (Ubl), Indonesia.

Reza. M. A. (2014). Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran Number Head

Together Dengan Problem Posing Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan

Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XII IPS SMA Swasta Cerdas Murni Medan.

Soviatun Hasanah. (2013). Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Ips Dengan Menerapkan Model Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Bandar Lampung.

Stanne, M. B. Dkk. (2000). Cooperative Learning Methods: A Meta-Analysis. University of Minnesota 60 Peik Hall 159 Pillsbury Drive, S.E. Minneapolis, Minnesota 55455.

Syahrir. (2011). Effects of the Jigsaw and Teams Game Tournament (TGT) Cooperative Learning on the Learning Motivation and Mathematical Skills of Junior High School Students. ISBN : 978 – 979 – 16353 – 7 – 0.

Gambar

Tabel 3.1 Jenis-jenis Penelitian Eksperimen
Tabel 3.3 Desain Faktorial Antar Variabel Penelitian
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”. Hasil observasi atau

Referensi

Dokumen terkait

profil kompetensi profesional antar guru berdasarkan lamanya jam mengajar. 85) “dalam penelitian ex post facto data.. dikumpulkan setelah semua ke jadian yang

Analisis hasil posttest terhadap siswa pada siklus I diperoleh nilai rata- rata dari keseluruhan siswa adalah 76 dan persentase ketuntasan klasikal 74,19% dari 31

Pendapatan rumah tangga dapat diperoleh dari perusahaan dengan cara sebagai berikut: Sewa (rent) , yaitu balas jasa telah menyewakan tanahnya; Upah (wage) , yaitu balas jasa karena

The total allowance for possible losses on earning assets provided by Bank Mandiri compared to the minimum allowance for possible losses on earning assets under the

Dalam pelaksanaan detail pekerjaan proses konstruksi, akan lebih baik jika dilakukan pengawasan dan pemeriksaan yang lebih ketat agar dapat dipastikan tidak

• Biasanya pemeriksaan pendahuluan dilakukan oleh majelis panel hakim  namun dapat juga oleh majelis hakim pleno untuk perkara yang sangat penting dan harus segera diputus..

View, merupakan kumpulan dari kelas yang mewakili unsur unsur dalam antarmuka user (semua hal user dapat melihat dan merespon pada layar, seperti tombol,

Dari plot di atas dapat dilihat bahwa plot tidak membentuk suatu pola tertentu. atau acak, sehingga asumsi