• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM ORGANISASI KESISWAAN :Studi Deskriptif di SMA Negeri 1 Lembang:.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM ORGANISASI KESISWAAN :Studi Deskriptif di SMA Negeri 1 Lembang:."

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

No Daftar FPIPS: 489/UN.40.2.2/PL/2014

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI

DALAM ORGANISASI KESISWAAN

(Studi Deskriptif di SMA Negeri 1 Lembang)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

RESTA ALVIAN FRYDYANA

1000898

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

(2)

DALAM ORGANISASI KESISWAAN

(STUDI DESKRIPTIF DI SMA NEGERI 1 LEMBANG)

oleh

Resta Alvian Frydyana

1000898

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

© Resta Alvian Frydyana 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Maret 2014

Hak Cipta Dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya maupun sebagaian, dengan

(3)

1000898

IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM ORGANISASI KESISWAAN (Studi Deskriptif di SMA Negeri 1 Lembang)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

PEMBIMBING I

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd NIP. 19590714 198601 1 001

PEMBIMBING II

Dr. Prayoga Bestari, S.Pd., M.Si NIP. 19750414 200501 1 001

Mengetahui dan Menyutujui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

(4)

Hari, Tanggal : Selasa, 8 April 2014

Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung

Panitia ujian terdiri dari : 1. Ketua

Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si. NIP. 19700814 199402 1 001 2. Sekretaris

Prof. Dr. H. Sapriya, M. Ed. NIP. 19630802 198803 1 001

3. Penguji : Penguji I

Prof. Dr. Suwarma Al Muchtar., S.H., M.Pd. NIP. 19530211 197803 1 002

Penguji II

Prof. Dr. H. A. Azis Wahab, M.A. NIP. 19430401 196709 1 001

(5)

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Implementasi Nilai-nilai Demokrasi Dalam Organisasi Kesiswaan” (Studi Deskriptif di SMA Negeri 1 Lembang) ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan dalam karya saya ini, atau adaklaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Maret 2014 Yangmembuat pernyataan,

(6)

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, hidayah serta izin-Nya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis juga sadari bahwa dalam penulisan skripsi ini dapat terwujud tidak terlepas berkat bantuan dari berbagai pihak baik yang secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini dengan kerendahan hati

penulis sampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. selaku Rektor Universitas Pendidikan Indonesia yang telah memberikan rekomendasi kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Bapak Prof. Dr. Karim Suryadi, M.Si. selaku Dekan FPIPS UPI yang telah memfasilitasi penulis selama kuliah di UPI.

3. Bapak Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan. Semoga dalam kepemimpinan Bapak, jurusan PKn menjadi yang terbaik dalam segala bidang.

4. Bapak Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd, selaku Pembimbing I yang dengan penuh keikhlasan dan kesabaran, meluangkan segenap waktu dan mencurahkan seluruh perhatian, pengertian dan pikirannya untuk membimbing penulis, dan selalu memotivasi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi.

5. Bapak Dr. Prayoga Bestari, M.Si. selaku Pembimbing II sekaligus sekretaris jurusan yang selalu terbuka menerima keluhan-keluhan penulis, serta telah mengarahkan dan memotivasi penyusun. Terima kasih pula atas nasehat yang telah Bapak berikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Ibu Susan Fitriani, M.Pd, selaku Pembimbing Akademik yang dengan sabar

(7)

ilmu dan mendidik penulis selama masa kuliah, terima kasih atas ilmu yang telah diberikan semoga bermanfaat dan dapat menjadi bekal bagi penulis.

8. Bapak Amar yang selaku staf Tata Usaha Jurusan PKn yang selalu setia melayani setiap kepentingan mahasiswa. Terimakasih banyak pak, Maaf selalu merepotkan bapak.

9. PLH serta Guru-guru SMAN 1 Lembang yang telah banyak membantu dalam

penulisan skripsi ini. Serta kepada siswa-siswi SMAN 1 Lembang yang telah memberikan informasi dalam penulisan skripsi ini.

10. Mamah, Bapak, Deira dan Oval tercinta, terima kasih atas kasih sayang dan do’a yang selalu menyertai Resta sehingga mengantarkan Resta menjadi seorang sarjana untuk kemudian berguna bagi agama, masyarakat, bangsa dan negara. Hanya do’a yang bisa Resta berikan kepada kalian, semoga kalian selalu ada dalam lindungan-Nya. Karya kecil ini Resta persembahkan untuk Mamah, Bapak, Deira dan Oval.

11. Seluruh keluarga besar Alm. Masdju dan Alm. Sambas terima kasih atas kasih sayang yang telah diberikan dan do’a yang telah dipanjatkan.

12. Sahabat sejati Mangprang (Jojo, Ucup, Ray, Ashar, Om Riza, Rais, Nunu, Dwi Retno Ayu, Oci Libela, Reny, Ikur, Soni, Arinal, Mas Odon, Yudi, Dede, Dika, dan prop Fajar) terima kasih atas do’a dan dukungannya. Bersama kalian penulis memaknai, mengerti dan memahami arti dari

persahabatan yang selama ini kita jalani. Selama hamper 4 tahun ini telah

banyak manis dan pahitnya persahabatan. Pesahabatan ini takkan pernah

hilang. Kalian memang sahabat sejati, sahabat yang selalu ada dikala sedih,

terpuruk bahkan putus asa. Ini bukanlah akhir dari persahabatan kita,

karena persahabatan kita tak pernah terhapus zaman dan tak akan lekang

(8)

bersama-sama bimbingan. Terimakasih atas hasil diskusinya.

14. Teman-teman semasa kuliah khususnya anak PKn 2010 B Terra Tramidiya, Risa Fitriani, Sri Utami R, Suci Andriani, Deby, Fitri Salbila, Fitri Nurmawati, Ria, mas Fikri, Dini Nuramalina, Yunita, Anna, Yuche, Aneu, Friska, Sely, Deti, Rika, Siska Fera mari kita raih masa depan.

15. Teman-teman semasa KKN di Kujangsari yaitu Elsa, Nira, Erlin, Fedy,

Amran, Fina, Hasan, Selvi, Sari, Fadly, dan Syifa terima kasih atas dukungan dan do’anya. Selama 40 hari bersama kalian saya belajar banyak hal mengenai arti dari kehidupan.

16. Teman-teman PLP SMAN 1 Lembang Sugara, Rini, Neti, Suci, Kanah, Dinar, Agus, Ivan, Fikri, Firman dan Yani terima kasih atas keceriaan yang kalian berikan.

17. Elsa Cahya Santya terimakasih kekasih atas bantuan, do’a yang diberikan hal tersebut memberikan semangat bagi penulis.

18. Teman-teman geng (Rivan, Gilang, Empur, dan Ating) terimakasih atas bantuannya agar skripsi ini dapat terselesaikan.

19. Semua pihak yang telah membantu, terima kasih atas bantuannya, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.

Bandung, Maret 2014

(9)

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT yang telah memeberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penuils

dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Implementasi Nilai-Nilai

Demokrasi Dalam Organisasi Kesiswaan (Studi Deskriptif di SMA Negeri 1

Lembang”.

Skripsi ini mendeskripsikan penerapan nilai-nilai demokrasi melalui

organisasi kesiswaan. Penerapan nilai-nilai demokrasi sangat diperlukan di dalam

kegiatan sehari-hari guna menjadikan warga negara yang baik (to be good

citizenship). Dalam prosesnya di sekolah membutuhkan sebuah wadah agar para

siswa dapat membiasakan diri di kehidupan yang demokratis, diantaranya melalui

organisasi kesiswaan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis dengan senang hati menerima masukan, saran, dan kritikan

yang bersifat konstruktif untuk dijadikan perbaikan dalam penulisan karya ilmiah

dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis penelitian ini menjadi

sumbangan yang cukup berarti bagi perkembangan dunia pendidikan.

Bandung, Maret 2014

(10)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi Dalam Organisasi Kesiswaan ABSTRAK

RESTA ALVIAN FRYDYANA (1000898). IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM ORGANISASI KESISWAAN (STUDI DESKRIPTIF DI SMA NEGERI 1 LEMBANG).

Sering kita menyaksikan dan mendengar peserta didik yang perilakunya tidak menunjukan sikap yang demokratis, misalnya tidak dapat menerima pendapat orang lain, tidak terjadinya kerjasama, tidak menerima perbedaan ras, dan tidak terjadinya musyawarah. Dengan kata lain masih banyak peserta didik yang tidak menunjukkan sikap demokrasi, dan menghambat perkembangan pendidikan. Pembinaan merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan perilaku demokrasi siswa tersebut.

Bertitik tolak dari permasalahan tersebut di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: pertama, seperti apa gambaran tingkat penerapan nilai-nilai demokrasi siswa di SMA Negeri 1 Lembang?, kedua apa partisipasi dan peranan pengurus organisasi kesiswaan dalam konteks pembinaan kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang?, ketiga upaya apakah yang diterapkan pihak sekolah agar siswa mampu belajar untuk berada di kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang?, keempat apa kendala yang dihadapi sekolah dalam usaha menerapkan kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang?.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang dikembangkan melalui metode deskriptif analitis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur.

(11)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Dengan adanya penerapan nilai-nilai demokrasi tersebut akan terwujud suatu budaya demokrasi yang diharapkan, maka hal tersebut akan berdampak kepada kualitas pendidikan itu sendiri.

ABSTRACT

RESTA ALVIAN FRYDYANA (1000898). IMPLEMENTATION OF

DEMOCRATIC VALUES IN STUDENSTSHIP ORGANIZATION

(DESCRIPTIVE STUDY IN SMA 1 LEMBANG).

Often we see and hear the students whose behavior does not indicate a democratic attitude, for example, can not accept the opinions of others, the absence of cooperation, not accept racial differences, and the absence of consensus. In other words there are many students who do not show the attitude of democracy, and inhibit the development of education. Coaching is one way to improve the behavior of the student democracy. democratic life in SMA 1 Lembang fourth ?, what problems in the school in an effort to implement democratic life in SMA 1 Lembang ?.

The approach used in this study is a qualitative approach that was developed through descriptive analytical method. Data collection techniques used were observation, interviews, documentation studies and literature studies.

(12)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi Dalam Organisasi Kesiswaan

student organization) mediator, b) and c) motivator coordinator. 3) development efforts undertaken, namely a) provide basic knowledge, and b) extracurricular optimization. 4) Constraints school namely, the existence of indifference; b) an individualist; and c) off the responsibility of the student officers

(13)

DAFTAR ISI

A. Pengertian, Unsur-unsur, dan Prinsip Organisasi Kesiswaan ...9

1. Pengertian Organisasi ...9

2. Unsur-unsur Organisasi ...12

3. Prinsip-prinsip Organisasi ...13

4. Organisasi Kesiswaan ...24

B. Hakikat dan Prinsip Nilai Demokrasi ...29

1. Hakikat Nilai Demokrasi ...29

2. Prinsip Nilai Demokrasi ...33

3. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Demokrasi ...34

4. Kaitan Nilai Demokrasi dengan Pendidikan Kewarganegaraan ....36

C. Implementasi Nilai Demokrasi dalam Organisasi Kesiswaan ...41

(14)

Resta Alvian Frydyana, 2014

2. Bentuk Penerapan Nilai Demokrasi Dalam Organisasi

Kesiswaan ...44

BAB III METODE PENELITIAN ...48

A. Pendekatan dan Metode Penelitian ...48

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ...51

C. Prosedur Penelitian ...53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...77

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...77

1. Sejarah Perkembangan SMA Negeri 1 Lembang ...77

2. Struktur Organisasi SMA Negeri 1 Lembang ...77

3. Denah Lokasi SMA Negeri 1 Lembang ...79

4. Keadaan Fasilitas Sivitas Akademika SMA Negeri 1 Lembang ...80

B. Deskripsi Hasil Penelitian ...80

1. Hasil Observasi ...80

a. Rapat OSIS...80

b. Kaderisasi Anggota Ekstrakulikuler ...81

c. Menerima Perbedaan Ras, Suku dan Agama ...81

d. Menaati Tata Tertib Sekolah ...82

e. Melibatkan Diri Dalam Pemecahan Masalah Bersama ...82

2. Hasil Wawancara ...82

a. Hasil Wawancara Dengan PLH SMA Negeri 1 Lembang ...83

b. Hasil Wawancara Dengan Wakasek Kesiswaan ...85

c. Hasil Wawancara Dengan Pembina OSIS ...86

d. Hasil Wawancara Dengan Guru PKn ...88

e. Hasil Wawancara Dengan Siswa ...89

3. Hasil Dokumentasi ...98

C. Pembahasan Hasil Penelitian ...101

(15)

2. Peranan dan Partisipasi Pengurus Organisasi Kesiswaan dalam

Konteks Membangun Kehidupan Demokrasi ...106

3. Upaya yang Diterapkan Pihak Sekolah Agar Siswa Mampu Belajar Untuk Berada di Kehidupan Demokrasi ...110

4. Kendala yang Dihadapi Sekolah dalam Usaha Menerapkan Kehidupan Demokrasi di Organisasi Kesiswaan ...115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...118

A. Kesimpulan ...118

B. Saran ...119

DAFTAR PUSTAKA

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Asumsi tentang pendidikan sebagai sarana dan instrumen untuk mengalihkan ilmu pengetahuan bukan hanya telah mereduksi makna hakiki dan fungsi pendidikan, tetapi juga menyepelekan warga didik dan arah ke depan. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki karakter, integritas, dan kompetensi yang bermakna dalam kehidupan. Namun yang terjadi selama ini pendidikan masih terjebak pada pandangan dan praktek yang tidak membangun ruang pembelajaran yang bisa memperkaya nilai-nilai kemanusiaan, keluhuran, kejujuran, dan keadaban. Dengan demikian, sistem dan praktek pendidikan di negeri kita untuk mencerdaskan kehidupan bangsa gagal dalam membangun karakter bangsa dan kemuliaan hidup.

Pendidikan dewasa ini harus bisa berfungsi ikut membangun kapasitas

bangsa sebagai manusia pembelajar, sehingga bisa andal dan percaya diri dalam percaturan global sekarang serta rancangan ke masa depan. Dalam konteks ini, bukan hanya kukuh dan lumintu dalam visi serta cita etis pendidikan yang humanis dan religius, melainkan juga pendidikan mempunyai daya dan tata kelola untuk memperkaya kehidupan yang demokratis.

(17)

Langkah konkret yang menarik untuk direalisasi bersama, terutama oleh insan pendidik dan pihak-pihak yang berkecimpung di dunia pendidikan, adalah menciptakan ruang hidup dan praktek pendidikan sebagai sebuah kehidupan yang nyata.

Kehidupan sekolah merupakan jembatan atau transisi bagi anak dalam rangka penanaman nilai-nilai demokrasi dalam diri seorang anak. Hal ini dilakukan sekolah merupakan pengganti orang tua dalam mendidik seorang anak. Penanaman-penanaman nilai-nilai demokrasi ini biasanya dilakukan dengan mengajarkan kepada anak tentang nilai-nilai demokrasi misalnya melalui

pembelajaran di kelas.

Tetapi seiring dengan perkembangan waktu sering kali dirasakan kurang. Oleh karena itu, dalam rangka untuk mengaplikasikan nilai-nilai demokrasi yang telah diajarkan maka sekolah memberikan sarana kepada siswa berupa

organisasi-organisasi. Organisasi ini bertujuan mengajarkan kepada siswa untuk lebih bersifat demokratis, bertanggung jawab, serta menghargai sehingga diharapkan dapat berguna sebagai bekal siswa yang nantinya akan terjun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dari organisasi-organisasi yang ada tersebut OSIS merupakan salah satu organisasi yang dapat melaksanakan nilai-nilai demokrasi di sekolah, karena OSIS merupakan suatu organisasi yang berada dalam lingkungan sekolah. Menurut Winarno (2010: 22) bahwa:

Selama ini di Sekolah Menengah Atas sudah dilaksanakan pendidikan demokrasi melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ataupun mata pelajaran sebelumnya, PPKn, PMP, ataupun Civics, terlihat adanya perilaku demokratis yang ditunjukkan siswa di sekolah (di dalam kelas, di luar kelas atau lingkungan sekolah). Perilaku yang tampak di dalam kelas diantaranya ketika sedang proses belajar mengajar berlangsung terutama dalam diskusi siswa terlihat berani mengemukakan pendapat, menghargai pendapat teman-teman dan mau mendengarkan temannya yang sedang mengemukakan pendapatnya. Sedangkan perilaku demokratis siswa yang tampak di luar kelas atau lingkungan sekolah diantaranya bebas berpendapat dalam rapat OSIS, bebas memilih dan dipilih menjadi pengurus OSIS, adanya kerja sama antar individu atau kelompok dalam

(18)

menyelesaikan masalah, adanya kepercayaan kepada guru, kepala sekolah dan staf petugas sekolah.

Dari pemaparan diatas dikatakan bahwa penerapan nilai-nilai demokrasi ini sebenarnya sudah dilakukan dari dahulu. Hal tersebut dapat terlihat pada kehidupan sehari-hari siswa di sekolah yang dapat dilihat di dalam kelas, luar kelas atau lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah salah satu bentuk

demokrasinya yaitu dengan adanya OSIS yang dimana didalam kehidupannya sangatlah kental dengan demokrasi. Mulai dari rapat OSIS, bebas memilih dan dipilih menjadi pengurus OSIS, adanya kerja sama antar individu atau kelompok dalam menyelesaikan masalah, adanya kepercayaan kepada guru, kepala sekolah dan staf petugas sekolah itu adalah salah satu bentuk demokrasi yang terjadi di lingkungan sekolah terutama yang diwadahi Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS).

Sekolah atau lembaga pendidikan merupakan usaha sadar yang bertujuan mengembangkan kepribadian dan kemampuan siswa, maka sekolah merupakan salah satu wadah untuk mewujudkan pembentukan manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Bab II pasal 34 UU RI No 20 (2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Jika kita kaji, maka dalam undang-undang tersebut tersurat bahwasannya

(19)

sebuah hapalan bukan sebagai pembekalan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu, haruslah para siswa diberikan pendidikan yang akan membentuk siswa memiliki sikap demokrasi. Bisa dalam pembelajaran di kelas maupun dalam kegiatan-kegiatan di luar kelas seperti adanya organisasi kesiswaan di sekolah. Dalam arti lain pendidikan demokrasi haruslah ditanamkan sedini mungkin. Winataputra (2006: 12) dalam disertasinya memberikan penjelasan bahwa:

Pendidikan demokrasi adalah upaya sistematis yang dilakukan negara dan masyarakat untuk memfasilitasi individu warga negara memahami, menghayati, mengamalkan dan mengembangkan konsep, prinsip dan nilai demokrasi sesuai dengan status perannya dalam masyarakat.

Pandangan di atas memberikan implikasi bahwa pendidikan demokrasi sangat perlu, agar warga negaranya mengerti, menghargai kesempatan dan tanggung jawab sebagai warga negara yang demokratis. Pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan dan praktik demokrasi, tetapi juga menghasilkan warga negaranya yang berpendirian teguh, mandiri, memiliki sikap selalu ingin tahu, dan berpandangan jauh ke depan. Pendidikan demokrasi jangan hanya dilihat sebagai subyek, akan tetapi harus dikaitkan dengan banyak hal yang dipelajari siswa, mungkin dalam pelajaran sejarah, kewarganegaraan, etika atau ekonomi dan lebih banyak terjadi di luar sekolah. Dengan kata lain pendidikan demokrasi yang baik adalah yang bagian dari pendidikan yang baik secara umum.

Untuk di sekolah, pendidikan demokrasi bisa didapatkan di pembelajaran di kelas maupun diluar kelas. Pembelajaran demokrasi di dalam kelas tidak hanya dalam penyampaian materi saja tetapi bisa diaplikasikan dengan model

(20)

kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh organisasi kesiswaan maupun kehidupan demokrasi lainnya yang terjadi di lingkungan sekolah.

Berikut ini adalah contoh bukti dari kegiatan-kegiatan yang menunjukkan bahwa organisasi kesiswaan adalah wadah untuk menerapkan nilai-nilai demokrasi di luar kelas, dan data ini diperoleh penulis saat melakukan pra penelitian.

Tabel 1.1

Aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi kesiswaan

NO

1 Pemilihan Ketua OSIS Menggunakan hak pilih

Tidak menggunakan hak pilih

2 Rapat Kegiatan OSIS Dapat berjalan dengan musyawarah

Sumber: Diolah oleh peneliti tahun 2013

(21)

menggunakan hak suaranya, padahal di dalam kegiatan tersebut sangatlah mencirikan nilai-nilai demokrasi. Lalu beberapa aktivitas lain yang dalam pelaksanaannya belum menunjukkan penerapan yang baik menuju sempurna. Berikut ini adalah data mengenai hak suara yang dipakai oleh para siswa:

Tabel 1.2

Presentase penggunaan hak suara

NO HAK SUARA PRESENTASE

1 Yang menggunakan hak suara

90 %

2 Yang tidak menggunakan hak suara

10 %

Sumber: Data Ketua OSIS tahun 2012-2013

Dari data tersebut sangat disayangkan bahwa yang tidak menggunakan hak suara cukup banyak, ini menunjukkan bahwa nilai-nilai demokrasi belum terlaksanakan dalam pengaplikasiannya secara sempurna.

Berdasarkan paparan di atas terlihat bahwa masalah sikap dan perilaku demokratis pada generasi muda dalam hal ini siswa di SMA Negeri 1 Lembang menarik untuk dicermati, oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas hal ini secara lebih mendalam. Hal ini didasarkan karena sikap dan prilaku demokratis ini nantinya akan tercipta kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karena alasan tersebut penulis akan melakukan penelitian dengan judul: IMPLEMENTASI NILAI-NILAI DEMOKRASI DALAM ORGANISASI KESISWAAN (Studi Deskriptif di SMA NEGERI 1 Lembang).

B. Identifikasi Masalah

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian penulis ialah:

(22)

Mengingat luasnya kajian permasalahan pada penulisan ini, maka penulis membatasi masalah kedalam beberapa rumusan, antara lain:

1. Bagaimana penerapan nilai-nilai demokrasi dalam Organisasi Kesiswaan di SMA Negeri 1 Lembang?

2. Apa partisipasi dan peranan pengurus organisasi kesiswaan dalam konteks pembinaan kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang?

3. Upaya apakah yang diterapkan pihak sekolah agar siswa mampu belajar untuk berada di kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang?

4. Apa kendala yang dihadapi pihak sekolah dalam usaha menerapkan

kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh data penerapan nilai-nilai demokrasi melalui organisasi kesiswaan. 2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus antara lain:

a. Untuk mengetahui penerapan nilai-nilai demokrasi dalam Organisasi Kesiswaan di SMA Negeri 1 Lembang.

b. Untuk mengetahui partisipasi dan peranan pengurus organisasi kesiswaan dalam konteks pembinaan kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang.

c. Untuk mengetahui upaya yang diterapkan sekolah agar siswa mampu belajar untuk berada di kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang.

(23)

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Dari Segi Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan mengenai penerapan nilai-nilai demokrasi melalui organisasi kesiswaan.

2. Manfaat Dari Segi Kebijakan

Secara kebijakan penelitian ini diharapkan dapat mengurangi pemikiran

dasar orang banyak yang menganggap bahwa pendidikan demokrasi di Indonesia hanya sebatas hapalan semata dan tidak di aplikasikan. Apabila masalah ini dibiarkan saja maka ditakutkan masyarakat tidak akan percaya lagi kepada pendidikan di Indonesia.

3. Manfaat Dari Segi Praktis

Secara praktis, penelitian ini berguna untuk sebagai berikut:

a. Diketahuinya nilai-nilai demokrasi telah diterapkan dengan benar di Organisasi Kesiswaan di SMA Negeri 1 Lembang.

b. Diketahuinya partisipasi dan peranan pengurus organisasi kesiswaan dalam konteks pembinaan kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang.

c. Diketahuinya upaya yang diterapkan sekolah agar siswa mampu belajar untuk berada di kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang.

d. Diketahuinya kendala yang dihadapi sekolah dalam usaha menerapkan kehidupan demokrasi di SMA Negeri 1 Lembang.

4. Manfaat Dari Segi Isu

Secara isu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

bagaimana pihak sekolah berusaha untuk mengaplikasikan nilai-nilai demokrasi melalui organisasi kesiswaan.

(24)

1. Judul

2. Latar belakang penulisan

3. Nama dan kedudukan tim pembimbing 4. Pernyataan tentang keaslian karya ilmiah 5. Kata pengantar

6. Abstrak 7. Daftar isi 8. Daftar lampiran 9. Bab I. Pendahuluan

10. Bab II. Kajian pustaka 11. Bab III. Metode penelitian

12. Bab IV. Hasil penelitian atau pembahasan 13. Bab V. Penutup

(25)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu tindakan dan usaha untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan agar lebih maju dan berkembang. Sehingga, nantinya hasil penelitian dapat dijadikan dasar bagi peningkatan dan

pengembangan ilmu pengetahuan. Mengingat hasil penelitian begitu penting peranannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, maka peneliti harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti sesuai dengan metode ilmiah, menurut kerangka yang sistematis dan berencana.

Kegiatan penelitian akan terlaksana dengan baik apabila sesuai dengan prosedur penelitian. Oleh karena itu, sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan terlebih dahulu harus dipersiapkan segala sesuatunya dengan baik, teliti dan teratur sesuai dengan prosedur penelitian. Prosedur dan persiapan yang peneliti lakukan melalui menentukan metode, teknik pengumpulan data, persiapan penelitian dan teknik pengolahan dan analisis data.

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang akan diteliti dalam penelitian memerlukan pengamatan dan penelitian yang mendalam, maka pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Moleong (2005: 8) mengungkapkan tentang penelitian kualitatif sebagai berikut:

(26)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Memperkuat argumen Moleong mengenai penelitian kualitatif Sugiyono (2013: 1) pun mengemukakan tentang penelitian kualitatif sebagai berikut:

Metode penelitian adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Hal yang sama dikemukakan pula oleh Nasution (1996: 5) bahwa “penelitian kualitatif pada hakikatnya adalah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”.

Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar

alamiahnya.

Adanya keberhasilan dalam suatu penelitiaan dapat ditentukan oleh pendekatan yang digunakannya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, dimana pendekatan kualitatif menurut Nasution (2003: 18) disebut juga dengan pendekatan naturalistik.

Disebut kualitatif karena sifat data yang dikumpulkan bercorak kualitatif, bukan kuantitatif, karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Sedangkan disebut naturalistik karena situasi lapangan peneliti bersifat natural atau wajar sebagaimana adanya, tanpa dimanipulasi dan tanpa diatur dengan eksperimen atau tes.

Pendekatan kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi, sehingga memungkinkan penulis untuk senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian ini. Oleh karena itu, maka

(27)

dibutuhkan ketelitian dari peneliti untuk dapat mengamati secermat mungkin aspek-aspek yang diteliti. Peranan peneliti sangat menentukan sebagai alat penelitian utama (key instrument) yang mengadakan sendiri pengamatan atau wawancara berstruktur. Dalam kaitan ini Nasution (2003: 9) berpendapat bahwa:

Hanya manusia sebagai instrumen dapat memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden. Walaupun digunakan alat rekam atau kamera peneliti tetap memegang peran utama sebagai alat penelitian.

Di dalam penelitian ini penulis juga berperan sebagai instrumen utama

yang berusaha mengungkapkan data secara mendalam dan akurat dengan dibantu oleh beberapa teknik pengumpulan data, sebagaimana yang dikemukakan oleh Moleong (2006: 9), bahwa:

Bagi peneliti kualitatif manusia adalah instrumen utama, karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis penafsir, dan pada akhirnya ia menjadi pelopor penelitiannya.

Karena itu data-data yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah lebih berupa kata-kata daripada angka-angka, namun bukan berarti peneliti mengabaikan data yang bersifat dokumen sepanjang memang menunjang pencapaian tujuan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dilakukan untuk meneliti suatu objek, suatu kondisi yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran yang sistematis terhadap

masalah yang dikaji. Metode deskriptif menurut Hadari Nawawi dalam Nazir (1988: 131) mengemukakan sebagai berikut:

(28)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas bahwa metode deskriptif merupakan metode yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual untuk memecahkan masalah dengan menggambarkan atau melukiskan semua peristiwa atau kejadian yang terjadi selama penelitian.

Peneliti memandang metode ini tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Dengan menggunakan metode ini peneliti dapat mendeskripsikan atau menggambarkan serta menjelaskan tentang implementasi budaya demokrasi di dalam organisasi kesiswaan yang berada di sekolah. Seperti menaati peraturan yang berlaku di sekolah, menerima ikhlas hasil kesepakatan, menghargai pendapat

teman, mengutamakan musyawarah, dan menerima perbedaan latar belakang suku, ras dan agama.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Sukardi (2003: 53) bahwa yang dimaksud dengan lokasi penelitian atau tempat penelitian tidak lain adalah “tempat di mana proses studi yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.”

Adapun penelitian ini berlokasi di SMAN 1 Lembang. Lokasi penelitian dilakukan di SMA tersebut dengan alasan sebagai berikut:

a. SMAN 1 Lembang adalah Sekolah Menengah atas yang memiliki kualitas baik.

b. SMAN 1 Lembang merupakan Sekolah Menengah Atas Favorit di Kecamatan

Lembang.

c. SMAN 1 Lembang sering mengadakan acara-acara yang positif.

d. SMAN 1 Lembang memiliki pembinaan yang cukup baik terhadap organisasi kesiswaan.

(29)

Dalam hal ini terlebih dahulu perlu dijelaskan mengenai subjek penelitian. Nasution (2003: 32) mengemukakan bahwa “subjek penelitian adalah sumber penelitian yang dapat memberikan informasi, dipilih secara purposif dan bertalian

dengan purfose atau tujuan tertentu.” Jadi dalam penelitian kualitatif subjek

penelitiannya adalah pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih sesuai dengan tujuannya. Subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Subjek Penelitian

NO SUBJEK PENELITIAN JUMLAH

1. Kepala Sekolah 1

2. Wakasek Kesiswaan 3

3. Pembina OSIS 1

4. Guru Pendidikan Kewarganegaraan 2

5. Siswa 10

Sumber: Diolah oleh Peneliti 2014

Dari tabel tersebut dipaparkan bahwa subjek penelitian ini ialah Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah urusan kesiswaan, pembina OSIS, guru PKn, serta siswa SMAN 1 Lembang. Subjek penelitian tersebut dipilih oleh peneliti karena dianggap sebagai sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih sesuai dengan tujuannya. Namun, karena penelitian ini memakai pendekatan

kualitatif, subjek penelitian bisa berubah kapan pun sesuai dengan data yang ingin peneliti peroleh di lapangan.

Adapun alasan terperinci dipilihnya pihak-pihak tersebut sebagai subjek penelitian, yakni:

(30)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Dalam hal ini, Kepala Sekolah jadi salah satu pihak yang dianggap akan memberikan informasi. Kepala Sekolah bisa dikatakan pimpinan sekolah, oleh karena itu segala bentuk perilaku, kegiatan atau kebiasaan siswa akan diketahui oleh Kepala Sekolah. Dengan hal tersebut peneliti menjadikan Kepala Sekolah sebagai salah satu subjek penelitian.

b. Wakasek Kesiswaan

Dipilihnya Wakasek Kesiswaan sebagai subjek penelitian dikarenakan segala bentuk kebiasaan siswa di dalam kelas atau luar kelas sebelumnya di saring oleh Wakasek Kesiswaan sebelum diberitakan kepada Kepala Sekolah.

c. Pembina OSIS

Dalam penelitian ini, peneliti menganggap bahwa dalam suatu organisasi termasuk OSIS segala bentuk perilaku dan kebiasaan siswa di Organisasi Kesiswaan akan diketahui oleh pembina. Oleh karena itu, dalam penelitian ini

Pembina OSIS menjadi subjek penelitian yang sangat penting. d. Guru Pendidikan Kewarganegaraan

Pihak ini dijadikan subjek penelitian dikarenakan dalam pendidikan kewarganegaraan terdapat materi budaya demokrasi. Dari hal tersebut peneliti ingin mengetahui pengaruh pembelajaran di kelas apakah dapat terealisasikan di luar kelas terutama di Organisasi Kesiswaan.

e. Siswa

Dalam penelitian ini siswa dijadikan informasi utama atau key informant karena siswa ialah anggota dari Organisasi Kesiswaan. Penelitian ini meneliti Organisasi Kesiswaan yang di dalamnya terdapat siswa, oleh karena itu siswa dipastikan menjadi subjek penelitian.

C. Prosedur Penelitian

(31)

memudahkan penulis dalam melakukan penelitian maka diperlukan beberapa persiapan sebelum melakukan penelitian. Hal tersebut dimaksudkan agar selama melakukan penelitian dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Beberapa persiapan yang dilakukan penulis sebelum melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini, penulis mencoba menyusun rancangan penelitian terlebih dahulu yang tertuang dalam proposal penelitian dan berisikan tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metode,

lokasi serta subjek penelitian. Selanjutnya penulis mengupayakan perizinan dari instansi yang terkait. Adapun prosedur perizinan yang ditempuh oleh peneliti adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada

Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Dekan FPIPS UPI.

b. Mengajukan surat permohonan izin untuk mengadakan penelitian kepada Pembantu Dekan 1 atas nama Dekan FPIPS UPI untuk mendapatkan surat rekomendasinya untuk disampaikan kepada Rektor UPI.

c. Setelah mendapatkan izin Kepala Sekolah SMAN 1 Lembang, kemudian penulis melakukan penelitian ditempat yang telah ditentukan yaitu SMAN 1 Lembang.

2. Tahap Pelaksanaan

Setelah tahap perizinan selesai maka tahap berikutnya adalah pelaksanaan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dari

responden.

(32)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Setelah tahap pra penelitian selesai dan persiapan penelitian dianggap lengkap, penelitian dilaksanakan dalam bentuk wawancara (yang telah dipersiapkan dalam bentuk pedoman wawancara), observasi, studi dokumentasi dan studi literatur.

Pedoman wawancara yang penulis siapkan terdiri dari pedoman wawancara untuk kepala sekolah, wakil kepala sekolah urusan kesiswaan, pembina OSIS, guru Pkn, serta Siswa. Hasil wawancara dan dokumentasi data yang diperoleh disusun dan dideskripsikan dalam bentuk catatan lapangan.

4. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah terjaring dan terkumpul selanjutnya diolah, dianalisis, dan diinterpretasi sehingga data tersebut memiliki makna untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam masalah penelitian. Proses tersebut dilakukan secara terus

menerus sejak awal perolehan data hingga akhir penelitian. Dengan hasil analisis dan interpretasi data tersebut maka dapat dilakukan penarikan kesimpulan serta rekomendasi yang perlu.

D. Definisi Operasional

1. Pengertian Budaya Demokrasi

Demokrasi adalah suatu bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warga negara). Menurut Abraham Lincoln, „demokrasi adalah pemerintahan yang

berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat‟. Adapun maksud demokrasi

(33)

Menurut Macridis & Brown dalam Ubaidillah (2000: 161) menyatakan bahwa inti budaya demokrasi adalah kerja sama, saling percaya, menghargai keanekaragaman, toleransi, kesamaderajatan dan kompromi. Dari pernyataan tersebut yang menjadi focus penelitian ialah perilaku yang ditampilkan siswa di organisasi kesiswaan sebagai wadahnya.

2. Pengertian Organisasi Kesiswaan

Organisasi menurut Veithzal Rifai (2003: 188) mengemukakan “organisasi merupakan suatu unit terkoordinasi yang terdiri dari setidaknya dua orang, berfungsi mencapai satu sasaran tertentu atau serangakaian sasaran”.

Adapun maksud dari organisasi dalam penelitian ini yaitu suatu kelompok resmi di sekolah dimana anggotanya dari siswa untuk siswa yang dibina oleh guru pembina di sekolah tersebut agar dapat mencapai tujuan. Dalam penelitian ini

organisasi berfungsi sebagai wadah siswa untuk mengembangkan potensinya.

E. Instrumen Penelitian

Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi

terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti, kesiapan peneliti untuk memasuki objek penelitian, baik secara akademik ataupun logistiknya.

Menurut Sugiyono (2013: 60) menyatakan bahwa:

(34)

Resta Alvian Frydyana, 2014

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya”.

Dengan demikian, dalam penelitian kualitatif ini belum dapat dikembangkan instrumen penelitian sebelum masalah yang diteliti jelas sama sekali. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif “the researcher is the key instrument”. Jadi, peneliti adalah merupakan instrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono (2013: 60) menyatakan bahwa:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen peneltian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Dalam pernyataan tersebut jelas dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif pada awalnya permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi

instrumen adalah peneliti itu sendiri. Tetapi setelah masalahnya yang akan dipelajari jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen.

Selain itu, menurut Nasution (1996: 79) peneliti sebagai instrumen penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.

2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.

3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa tes atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.

4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat dipahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.

(35)

segera hanya menentukan arah pengamatan, untuk mentes hipotesis yang timbul seketika.

6. Hanya manusia sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa dalam penelitian kualitatif instrument utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrument sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri, baik pada grand tour question, tahap focused and selection, melakukan pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa

mengetahui teknik pengumpulan data yang memenuhi standar data yang diterapkan.

Bermacam-macam teknik pengumpulan data ditunjukan pada gambar 3.1 berikut.

Gambar 3.1

(36)

Resta Alvian Frydyana, 2014 Sumber: Sugiyono (2013: 63)

Berdasarkan gambar tersebut terlihat bahwa secara umum terdapat empat macam teknik pengumpulan data yang akan diaplikasikan di penelitian ini, yaitu observasi, wawancara, dokumentasi, dan studi literatur.

1. Pengumpulan data dengan observasi

Menurut Nasution (1996: 83) menyatakan, bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Dengan pengumpulan data dengan observasi ini peneliti mengharapkan data sesuai yang diinginkan sesuai dengan fakta yang berada di lapangan.

Selanjutnya menurut Marshall dalam Sugiyono (2013: 64) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the

Macam teknik pengumpulan

data

Dokumentasi Wawancara

(37)

meaning attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa observasi begitu penting karena dari observasi tersebut peneliti mendapat dasar ilmu pengetahuan.

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Akan lebih baik jika informasi yang diperoleh selama proses observasi semakin banyak yang terkumpul, seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 58) bahwa “dalam observasi kita tidak hanya mencatat suatu kajian atau peristiwa, akan tetapi juga segala sesuatu atau sebanyak mungkin hal-hal yang diduga lainnya”. Dari pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa segala bentuk yang didapat di lapangan, peneliti harus mencatat hal tersebut agar data yang diperoleh sangat

terperinci.

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Sugiyono (2008: 203) bahwa „Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan‟. Dari pemaparan tersebut dipahami bahwa penelitian ini

menggunakan pengamatan yang baik dan ingatan yang tajam agar segala sesuatu yang di dapat di lapangan berguna untuk hasil penelitian.

(38)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Gambar 3.2

Macam-macam teknik observasi

Sumber: Sugiyono (2013: 65)

Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa observasi dibagi menjadi tiga, yaitu observasi partisipatif, observasi yang secara terang-terangan dan tersamar, dan observasi yang tak berstruktur. Namun dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan observasi partisipatif.

Dalam observasi partisipatif, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-sehari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini,

Macam-macam

observasi

Observasi terus terang dan tersamar

Observasi partisipatif

Observasi tak terstrutur

Observasi yang lengkap Observasi yang

pasif

Observasi yang moderat

(39)

maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat makna setiap perilaku yang tampak.

Seperti telah dikemukakan Sanafiah Faisal dalam Sugiyono (2013: 65) observasi partisipatif dapat digolongkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut:

a. Passive participation: means the research is present at the scene of action but does not interact or participation.

b. Moderate participation: means that the researcher maintans a balance between being insider and being outsider.

c. Active participation: means that the researcher generally does what others in the setting do.

d. Complete participation: means the researcher is a natural participation.

Dari pernyataan diatas dikatakan bahwa observasi partisipatif terdapat empat golongan, yaitu partisipasi pasif (passive participation), partisipasi moderat (moderate participation), partisipasi aktif (active participation), dan partisipasi lengkap (complete participation).

Jadi, dalam partisipasi pasif ini peneliti datang di tempat kegiatan orang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Kemudian dalam observasi partisipasi moderat terdapat keseimbangan anatara peneliti menjadi orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya. Lalu di dalam observasi partisipasi aktif, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum sepenuhnya lengkap. Dan di dalam partisipasi lengkap dilakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya terhadap apa yang dilakukan narasumber. Jadi suasananya sudah natural, peneliti tidak terlibat melakukan penelitian. Hal ini merupakan keterlibatan peneliti yang tertinggi terhadap aktifitas kehidupan yang diteliti.

Menurut Nasution (2003: 59) mengemukakan “data observasi yang berupa

(40)

Resta Alvian Frydyana, 2014

itu MQ Patton, sebagaimana dikutip oleh Nasution (2003: 59) mengemukakan manfaat observasi sebagai berikut:

a. dengan berada di lapangan, peneliti lebih mampu mamahami konteks data dalam keseluruhan situasi. Jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c. peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap biasa dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara.

d. peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh responden dalam wawancara, karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komprehensif.

f. dalam lapangan, peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan, akan tetapi juga memperoleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan suasana situasi sosial.

Dengan demikian dalam hal pengamatan yang dilakukan selama observasi di lokasi penelitian yaitu SMAN 1 Lembang, peneliti mengamati secara langsung terhadap objek penelitian yaitu kondisi lingkungan fisik dari siswa yang berada di sekolah tersebut, hal ini untuk mencatat apa yang dilihat dan didengar tentang hal-hal yang berhubungan dengan bahan-bahan yang ditemukan. Pada saat dilaksanakannya proses pengumpulan data melalui observasi penulis harus benar-benar teliti dalam mengamati objek yang ditelitinya.

Adapun tahapan observasi menurut Spradley dalam Sugiyono (2013: 69) seperti tabel berikut:

Tabel 3.2 Tahapan observasi

(41)

1. Observasi deskriptif Memasuki situasi sosial: ada

3. Observasi terseleksi Mengurai fokus: menjadi komponen yang lebih rinci

Sumber: Sugiyono (2013: 70)

Dalam tahapan observasi ini selanjutnya diperinci oleh Sugiyono (2013: 69) yang mengemukakan sebagai berikut:

a. Observasi Deskriptif

Observasi deskriptif dilakukan peneliti pada saat memasuki situasi sosial tertentu sebagai objek penelitian. Pada tahap ini peneliti belum membawa masalah yang akan diteliti, maka peneliti melakukan penjelajah umum, dan menyeluruh, melakukan deskripsi terhadap semua yang dilihat, didengar, dan dirasakan.

b. Observasi Reduksi

Pada tahap ini peneliti sudah melakukan mini tour observation, yaitu suatu observasi yang telah dipersempit untuk memfokuskan pada aspek tertentu. Observasi ini juga dinamakan observasi terfokus, karena pada tahap ini peneliti melakukan analisis taksonomi sehingga dapat menemukan fokus.

c. Observasi terseleksi

Pada tahap ini peneliti telah menguraikan fokus yang ditemukan sehingga datanya lebih rinci. Dengan melakukan analisis komponensial terhadap fokus, maka pada tahap ini peneliti telah menemukan karakteristik, kontras-kontras/perbedaan dan kesamaan antar kategori, serta menemukan hubungan antara satu kategori dengan kategori lain.

(42)

Resta Alvian Frydyana, 2014

2. Pengumpulan data dengan wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Menurut Mulyana (2002: 180) mengemukakan “wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu”. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi seperti yang diutarakan Nasution (2003: 73).

Dalam penelitian kualitatif, sering menggabungkan teknik observasi

partisipatif dengan wawancara mendalam. Selama melakukan observasi, peneliti juga melakukan interview kepada orang-orang ada di dalamnya. Dengan wawancara mendalam ini diharapkan dapat diperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua responden dengan susunan kata dan urutan yang disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden. Hal tersebut dimungkinkan sebab sebagaimana dikemukakan Mulyana (2002: 181), bahwa:

Wawancara mendalam bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya (agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sebagainya) responden yang dihadapi.

(43)

Wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi. Melalui wawancara ini peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam, sebagaimana Alwasilah (2002: 154) mengemukakan bahwa melalui wawancara, peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (in depth information) karena beberapa hal, antara lain:

a. peneliti dapat menjelaskan atau memparafrase pertanyaan yang tidak dimengerti.

b. peneliti dapat mengajukan pertanyaan susulan (follow up questions).

c. responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan.

d. responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa mendatang.

Dengan demikian, wawancara ini digunakan untuk memperkuat hasil observasi. Observasi ini dilakukan di SMAN 1 Lembang dan subjek penelitiannya adalah orang-orang yang ada di dalamnya. Dengan wawancara ini tidak hanya memperkuat hasil observasi tetapi mendapatkan informasi dan data yang lengkap.

Selain itu, menurut Sugiyono (2013: 81) mengemukakan agar hasil wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah

melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat sebagai berikut:

a. Buku catatan: berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.

b. Tape recorder: berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.

c. Camera: berfungsi untuk memotret apabila peneliti sedang melakukan pembicaraan dengan informan/sumber data. Dengan adanya foto ini, maka dapat meningkatkan keabsahan penelitian akan lebih terjamin, karena peneliti benar-benar melakukan pengumpulan data.

(44)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Dengan adanya alat-alat tersebut akan memudahkan peneliti dalam pengumpulan data yang lengkap dan terperinci. Dan dapat menjadi suatu keabsahan penelitian yang lebih terjamin.

3. Pengumpulan data dengan dokumen

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan kajian dokumen untuk memperoleh data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Endang Danial dan Nanan Wasriah (2007: 66) mengemukakan bahwa:

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti peta, data statistik, jumlah dan nama pegawai, data siswa, data penduduk; grafik, gambar, surat-surat, poto, akte, dsb.

Dengan pengumpulan data dengan dokumen ini peneliti dapat mempermudah keabsahan data karena adanya dokumen. Yang hal tersebut dapat berimbas terhadap hasil penelitian ini.

Teknik ini sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena banyak hal dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan dan bahkan untuk meramalkan. Teknik ini dilakukan dengan cara melihat, menganalisa data-data yang berupa dokumentasi. Studi dokumenter dengan mengumpulkan dokumentasi sekolah atau arsip-arsip yang ada di sekolah. Studi dokumen ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

4. Studi literatur

(45)

budaya demokrasi. Faisal (1982: 30) mengemukakan bahwa “hasil studi literatur bisa dijadikan masukan dan landasan dalam menjelaskan dan merinci masalah-masalah yang akan diteliti; termasuk juga memberi latar belakang mengapa masalah tadi penting diteliti”. Dengan kata lain dari pernyataan tersebut dipahami bahwa studi literatur dapat menjadi rujukan peneliti di lapangan, dan dapat menjelaskan atau memperinci masalah yang akan di teliti oleh peneliti.

Teknik ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tambahan yang erat dan dapat menunjang masalah yang dikaji atau diteliti. Literatur yang digunakan dalam penelitian ini merupakan literatur yang berkaitan erat dengan penerapan

budaya demokrasi di dalam organisasi kesiswaan.

G. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus

dari awal sampai akhir. Menurut Moleong (2005: 103) mengemukakan bahwa “analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja”. Dengan demikian analisis data itu dilaksanakan dalam suatu proses. Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dikerjakan secara intensif, yaitu sesudah meninggalkan lapangan. Sebab, apabila pelaksanaan analisis data hanya dilaksanakan di akhir penelitian maka hal tersebut akan merepotkan penulis sendiri, hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Nasution (2003: 129) “analisis data harus dimulai sejak awal. Data yang diperoleh

harus segera dituangkan dalam bentuk tulisan dan dianalisis”. Oleh karena itu,

penulis pun telah melakukan proses analisis data selama melakukan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah proses analisis data diakhir penelitian.

Selanjutnya Bogdan dalam Sugiyono (2013: 88) mengemukakan bahwa

“analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang

(46)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Analisis kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti

memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Fokus penelitian ini masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti masuk dan selama di lapangan.

Menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2013: 91) terdapat tiga jalur analisis data kualitatif, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification).

1. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian, menyederhanakan, mengabstraksikan serta mentransformasikan data yang muncul dari catatan-catatan lapangan, dikutip dari Nasution (2003: 133). Mereduksi data berarti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, mencari tema dan pola, serta membuang yang dianggap tidak perlu. Reduksi data dilakukan dengan pertimbangan bahwa data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dipilih dan dipilah sesuai dengan kebutuhan dalam pemecahan masalah penelitian. Dalam mereduksi data

(47)

2. Penyajian data (data display)

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga makin mudah dipahami. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian naratif, bagan, hubungan antar kategori, diagram alur (flow chart), dan lain sejenisnya. Penyajian data dalam bentuk-bentuk tersebut akan memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja penelitian selanjutnya. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat disimpulkan dan memiliki makna tertentu. Prosesnya dapat dilakukan dengan cara

menampilkan dan membuat hubungan antar fenomena untuk memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu ditindak lanjuti untuk mencapai tujuan penelitian.

Lebih lanjut Sugiyono (2013: 95) menjelaskan bahwa dengan

mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami tersebut. Berkaitan dengan metode penelitian yang penulis pilih yaitu deskriptif, maka display data yang dilakukan oleh penulis lebih banyak dituangkan dalam bentuk uraian singkat.

3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing/verification)

Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan

(48)

Resta Alvian Frydyana, 2014

sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa kausal atau interaktif, hipotesis atau teori”.

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data yang dimaksudkan agar peneliti bisa membaca makna dibalik data yang diperoleh di lapangan. Kesimpulan tersebut di verifikasi selama proses penelitian berlangsung agar teruji validitasnya sehingga mampu ditarik menjadi kesimpulan diakhir.

H. Validitas Data

Dalam penelitian kualitatif temuan atau data dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Kebenaran realitas dalam penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti

mengkontruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan latar belakangnya. Oleh karena itu jika ada lima orang peneliti dengan latar belakang berbeda meneliti objek yang sama akan mendapatkan lima temuan dan semuanya dinyatakan valid jika yang ditemukan tersebut tidak berbeda dengan apa yang terjadi sesungguhnya pada objek yang diteliti.

Menurut Milles dan Huberman dalam Sugiyono (2013: 120)

mengemukakan bahwa “uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji

credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability

(reliabilitas) dan conformability (objektivitas)”.

1. Credibility

(49)

referensi yang cukup, analisis kasus negatif, dan member check”. Serangkaian aktivitas uji kredibilitas data tersebut penulis terapkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Memperpanjang masa observasi

Untuk absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjangan masa observasi peneliti di lapangan akan mengetahui keadaan secara mendalam serta dapat menguji ketidakbenaran data, baik yang disebabkan oleh diri peneliti itu sendiri ataupun oleh subjek penelitian.

Menurut Sugiyono (2013: 122) menegaskan bahwa “dengan perpanjangan pangamatan ini berarti hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin

terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi”.

Dari pemaparan tersebut dipahami bahwa usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu yang seefisien mungkin, misalnya pertemuan hanya berupa percakapan informal, hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih mendalami dan memahami kondisi sumber data.

b. Pengamatan secara seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang penerapan budaya demokrasi dalam organisasi kesiswaan.

(50)

Resta Alvian Frydyana, 2014

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang dikumpulkan.

Lebih lanjut Moleong (2005: 330) mengemukakan bahwa triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan melalui sumber lainnya.

1) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Seperti gambar 3.3 berikut.

Gambar 3.3 Triangulasi Sumber

Kepala Sekolah Siswa

Pembina OSIS Sumber: Diolah oleh Peneliti 2014

(51)

yang dilakukan oleh peneliti ini dapat diuji keabsahan data yang diperoleh di lapangan.

2) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Seperti gambar 3.4 berikut.

Gambar 3.4

Triangulasi Teknik

Wawancara Observasi

Dokumen Sumber: Moleong (2005: 331)

Dari dari gambar tersebut dapat dipahami bahwa di dalam triangulasi teknik ini terdapat tiga teknik yang akan di cek datanya yaitu teknik wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumen. Hal ini dilakukan agar dalam hasil penelitian terdapat hasil yang sinkron dalam penelitian yang telah dilakukan.

3) Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 3.1 Subjek Penelitian
Gambar 3.1 Macam-macam teknik pengumpulan data
+6

Referensi

Dokumen terkait

Saya berkhayal melakukan hal yang sama dengan yang pasien lakukan untuk dapat merasakan yang pasien rasakan.. Saya mencoba melihat permasalahan

Tugas Sarjana yang berjudul “Pengaruh Bilangan Reynold Terhadap Kecepatan Sudut Turbin Gorlov Hydrofoil NACA 0012-34 Sudut Kemiringan 45°” ini dimaksudkan untuk memenuhi

 Melakukan gerakan pemanasan yang berorientasi pada kegiatan inti  Mendemonstrasikan materi inti yang akan dilakukan/dipelajari.. B Kegiatan

Tujuan penggunaan teknologi pengolahan sinyal yaitu untuk mengetahui arah kedatangan sinyal dari user yang dimaksud sehingga meningkatkan penerimaan sinyal.. Salah satu

area Visnu Cibuaya II ini mempunyai beberapa keistimewaan dalam pahatan-maupun bahannya~ Bahan yang di- gunakan dalam pembuatan area tersebut adalah ba:tu hitam yang biasa

Membantu teman pada saat kesulitan dalam bekerja 38. Mengerjakan pekerjaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan adsorpsi batang jagung dengan variasi bentuk dalam menyerap ion logam kadmium (Cd 2+ ) 50 ppm pada larutan

Dampak selanjutnya adalah ketika mereka tidak lagi bisa melihat pada cahaya yang suram dan akan menderita penyakit yang disebut night blindness (buta senja) atau xerophthalmia.