ABSTRAK
NILAI-NILAI AKHLAK DALAM KOMUNIKASI EDUKATIF AYAH-ANAK DI DALAM AL-QUR` N
(Studi Tematis Terhadap Kisah zar-Nabi Ibr hīm, Nabi Ibr hīm –Nabi Ism ’il, Nabi Ya’qūb-Nabi Yūsuf)
Oleh: Fitri Hardiyanti
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh dekadensi moral anak muda zaman sekarang yang kian menurun, salah satunya tentang kedurhakaan anak terhadap orangtua. Pendidikan informal dalam keluarga yang tidak sesuai dengan ajaran Islam mengakibatkan hal tersebut terjadi. Salah satu bentuk pendidikan informal yang diberikan orangtua terhadap anak ialah penanaman nilai-nilai akhlak.Dalam penelitian ini akan dibahas tentang penanaman nilai-nilai akhlak dalam komunikasi ayah-anak di dalam al-Quran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komunikasi dan nilai-nilai akhlak dari kisah Azar-Nabi Ibr him, Nabi Ibr him-Ism ’il,Nabi Ya’qūb-Yūsuf dan implikasinya dalam pembelajaran PAI. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Adapun metode yang digunakan adalah metode tafsir maudū’i, teknik
pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah studi pustaka. Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah dilālaħ dan munāsabaħ. Data yang diperoleh dari al-Quran sebagai sumber utama juga dilengkapi dengan tafsir lainnya beserta buku-buku yang ada relevansinya dengan masalah penelitian sebagai sumber sekunder. Dari hasil penelitian ditemukan komunikasi yang ideal dalam kisah Nabi Ibr him-Ism ’il dan Nabi Ya’qūb-Yūsuf karena keduanya memiliki kesamaan iman sehingga dapat mewujudkan komunikasi yang efektif, keduanya mendiskusikan suatu permasalahan dan meminta pendapat lawan bicara sehingga terdapat keterbukaan pikiran dan perasaan. Adapun komunikasi antara Nabi Ibr him dengan azar menjadi suatu pembelajaran bagi seorang anak dalam menghadapi orang tua yang kafir, bentuk komunikasi Nabi Ibr him kepada ayahnya berupa seruan kebaikan, mengingatkan pada kebenaran dan menasehati dengan penuh kelembutan. Dalam penelitian ini juga ditemukan nilai-nilai akhlak dalam komunikasi tersebut diantaranya akhlak kepada Allah: mentaati perintah Allah, berserah diri kepada Allah dan sabar juga rela atas ketetapan Allah. Akhlak kepada manusia: berkata halus dan lembut, merendahkan diri dan mendoakan orang tua, sabar, ikhlas, tidak menyinggung perasaan orang lain dalam berbicara. Kemudian implikasinya dalam pembelajaran PAI Sebagai pengembangan komunikasi edukatif diantaranya: prinsip kasih-sayang, prinsip ketulusan, dan prinsip komunikasi verbal (Qaulan sadidan, Qaulan layyinan, Qaulan ma’rufan dan Qaulan kariman); dan pengembangan sistem instruksional pembelajaran, diantaranya perlu: metode pembelajaran edukatif, guru sebagai role model, dan interaksi pembelajaran intrapersonal-interpersonal
ABSTRACT
MORAL VALUES IN FATHER-CHILD COMMUNICATION EDUCATION IN AL-QUR` N
(A Thematic Study of the Stories of Azar-Prophet Ibr hīm, Prophet Ibr hīm -Ism ’il, Prophet Ya’qūb - Prophet Yūsuf)
By: Fitri Hardiyanti
The research is prompted by moral decadence among today’s younger generation, such as shown in a child’s disobedience to parents. Informal education in the family not in accordance with Islamic teachings causes such disobedience. One of the forms of informal education given by parents to children is the cultivation of moral values. Hence, this research will discuss the cultivation of moral values in the father-child communication contained in al-Quran. It specifically aims to find the communication and moral values in the stories of Azar-Prophet Ibr him, Prophet Ibr him-Ism ’il, Prophet Ya’qūb-Yūsuf and their implications in the teaching and learning of Islamic education. The research adopted qualitative approach, whereas the method employed was maudū’i
tafsir/interpretation, and the data were gathered through literature review. Meanwhile, the
techniques used in data analysis consisted of dilālaħ and munāsabaħ. The data obtained from al-Quran as the primary source are buttressed with other exegeses as well as books relevant to the issue under research as the secondary sources. The results show that there is ideal communication in the stories of Prophet Ibr him-Ism ’il and Prophet Ya’qūb -Yūsuf as both father-child dyads share the same faith so that they can realize effective communication. Both of them discuss an issue and ask the opinion of their interlocutors, thereby opening the mind and feelings. Meanwhile, the communication between Prophet Ibr him and Azar is made a lesson for children in facing a kafir parent, where the communication of Prophet Ibr him to his father takes the form of a call for virtues, warning for the truth, and advice with gentleness. This research also reveals moral values in the communication, namely the morals towards Allah: to be faithful to Allah, surrender to Allah, be patient and accepting Allah’s decrees. The morals to other human beings: speak softly and gently, be polite and pray for one’s parents, be patient, be willing, and not insult others in speech. Then, the implications for the teaching and learning of Islamic education in terms of development of educative communication are as follows: the principles of affection, the principles of sincerity, and the principles of verbal communication (Qaulan sadidan, Qaulan layyinan, Qaulan ma’rufan and Qaulan kariman); and regarding development of instructional system, the following are required:
educative learning method, teacher as role model, and intrapersonal-interpersonal learning interaction.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan penelitian pustaka ini menggunakan salah satu jenis
pendekatan yaitu jenis penelitian kualitatif. Menurut Sukmadinata (2013, hal. 60)
penelitian kualitatif (Qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial,
sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok.
Penelitian dengan pendekatan kualitatif ini menekankan analisis proses
dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah.
Penelitian kualitatif lebih ditekankan pada kedalaman berpikir formal dari peneliti
dalam menjawab permasalahan yang dihadapi (Gunawan, 2013, hal. 80).
Sukmadinata (2013, hal. 60) menyatakan bahwa Penelitian kualitatif
mempunya dua tujuan utama, yaitu pertama, menggambarkan dan
mengungkapkan (to describe and explore) dan kedua menggambarkan dan
menjelaskan (to describe and to explain). Sehingga penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian kualitatif karena kajian yang dibahas ini mengkaji
nilai-nilai akhlak dalam komunikasi ayah-anak di dalam al-Qur` n.
B. Instrumen Penelitian
Kualitas hasil penelitian ditentukan dari kualitas instrumen penelitan
karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada
alat ukur yang baik. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013, hal.
148).
Dalam penelitian kualitatif ini yang menjadi isntrumen atau alat penelitian
adalah peneliti itu sendiri, peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
Maka dari itu dalam penelitian ini, yang menjadi isntrumennya ialah
peneliti sendiri. Peneliti memulai kajian dengan mencari ayat-ayat yang berkaitan
dengan komunikasi ayah-anak di dalam al-Qur` n. Al-Qur` n sendiri pun menjadi sumber utama dan juga kitab-kitab tafsir, dalam penelitian ini juga buku-buku
yang relevan dengan pembahasan penelitian menjadi sumber penunjangnya.
C. Metode Penelitian
Kata metode berasal dari bahasa Yunani, methodos, yang berarti cara atau
jalan. Dalam bahasa Inggris, kata ini ditulis method, sedangkan bangsa Arab
menerjemahkannya dengan ṭarīqat dan manhaj. Dalam bahasa Indonesia, kata
tersebut mengandung arti: “cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya); cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai suatu
yang ditentukan (Izzan, 2011, hal. 97).
Jadi, metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan
dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah yang diteliti
(Sugiyono, 2013, hal. 6).
Secara konseptual penelitian ini menggunakan metode hermeneutika,
metode hermeneutika merupakan satu upaya pemahaman teks untuk selanjutnya
menangkap makna dan semangat dari suatu teks, kemudian melakukan reproduksi
makna teks tersebut ke zaman saat teks tersebut ditafsirkan (kontekstualisasi)
(Saleh, 2007, hal. 65).
Sedangkan dalam pelaksanaanya, penelitian ini menggunakan metode
tafsir mauḍū’i untuk mengetahui nilai-nilai akhlak dalam komunikasi ayah-anak
di dalam al-Qur` n. Jadi, metode merupakan suatu sarana yang sangat penting dalam suatu penelitian.
Adapun pengertian dari tafsir mauḍū’i adalah menjelaskan konsep
Baik dari segi asbāb al-Nuzūl nya, munāsabaħ nya, makna kosa katanya dll
(Hermawan, 2011, hal. 118).
Sejalan dengan definisi di atas, ada beberapa langkah yang harus
dilakukan oleh seorang yang hendak membahas masalah-masalah tertentu
berdasarkan tafsir mauḍū’i. Langkah-langkah yang dimaksud Abd hayy
al-Farmawi dan Musthafa Muslim ( (dalam Izzan, 2011, hal. 115):
1. Memilih dan menetapkan topik kajian yang akan dibahas berdasarkan
ayat-ayat al-Qur` n. Kajian dalam penelitian ini adalah ayat tentang komunikasi edukatif ntara ayah-anak yang terdapat dalam kisah zar-Nabi Ibr hīm, Nabi
Ibr hīm-Ism ’il, Nabi Ya’qūb-Yūsuf.
2. Mengumpulkan atau menghimpun ayat-ayat al-Qur` n yang membahas topik atau objek tersebut. ayat-ayat yang dikaji dalam penelitian ini ialah ayat yang
berkaitan dengan komunikasi edukatif ayah-anak yang terdapat dalam kisah
zar-Nabi Ibr hīm, Nabi Ibr hīm-Ism ’il, Nabi Ya’qūb-Yūsuf, sehingga dari ayat tersebut dapat memunculkan nilai-nilai akhlak yang terkandung dalam
komunikasi tersebut. peneliti menghimpun ayat tersebut diantaranya: Q.S.
al-An’ m: [6] 74, Q.S. Maryam [19] 42-48, Q.S. al-Ṣ ff t [37] 102, QS. Yūsuf [12] 4-5, Q.S. Yūsuf [12] 100.
3. Mengurutkan tertib turunnya ayat-ayat itu berdasarkan waktu atau masa
penurunannya.
4. Mempelajari penafsiran ayat-ayat yang telah dihimpun itu dengan penafsiran
yang memadai dan mengacu pada kitab-kitab tafsir yang ada dengan
mengindahkan ilmu munasabah dan hadis.
5. Menghimpun hasil penafsiran di atas sedemikian rupa untuk kemudian
mengistimbatkan unsur-unsur asasi darinya.
6. Membahas unsur-unsur dan makna-makna ayat untuk mengaitkannya
sedemikian rupa berdasarkan metode ilmiah yang benar-benar sistematis.
D. Definisi Oprasional
1. Akhlak
Dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai tabiat/perilaku anak
terhadap ayah dan juga sebaliknya yang mencerminkan bentuk sopan santun
tutur kata dalam berinteraksi.
2. Komunikasi
Dalam penelitian ini mengandung pengetian sebagai bentuk interaksi antara
ayah dengan anak dan sebaliknya sehingga menimbulkan timbal balik
diantara keduanya dalam suatu percakapan
3. Ayah
Dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai orang tua kandung
laki-laki yang mewakili dirinya selaku orang tua dalam hubungan keluarga.
4. Anak
Anak merupakan suatu amanah yang perlu dididik, dalam penelitian ini
mengandung pengertian kedudukan Nabi sebagai keturunan yang berasal dari
orang tua yakni langsung dari ayah dan ibu
E. Jenis data dan Sumber Data
Data ialah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan
informasi atau keterangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukkan
fakta. Dan perolehan data pun harus relevan yaitu data yang ada hubungannya
langsung dengan masalah penelitian, dan data menurut jenisnya ada dua yaitu data
kualitatif dan data kuantitatif (Riduwan, 2003, hal. 5).
Untuk data yang disiapkan dalam penelitian ini bersumber literatur yakni
dengan mengadakan riset pustaka (library research), untuk mengumpulkan data
informasi dengan bantuan bermacam-macam buku yang terdapat di ruang
perpustakaan. Menurut Zed (2008, hal. 2) penelitian kepustakaan memanfaatkan
sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Tegasnya riset
pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan
saja tanpa memerlukan riset lapangan.
Ada dua sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni sumber
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung
dari sumber aslinya. Sumber primer dari penulisan ini ialah al-Qur` n, dan dari sumber ini dicari dan dikumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan komunikasi
edukatif ayah-anak dalam kisah zar-Nabi Ibr hīm, Nabi Ibr hīm-Ism ’il, Nabi
Ya’qūb-Yūsuf di antaranya adalah:
Q.S. al-An’ m: [6] 74, Q.S. Maryam [19] 42-48, Q.S. al-Ṣ ff t [37] 102, Q.S. Yūsuf [12] 4-5, Q.S. Yūsuf [12] 100.
Selain al-Qur` n adapula tafsir-tafsir yang digunakan sebagai sumber data primer dalam penelitian ini yaitu diantaranya:
a. Tafsir Al-Misbāh karya Quraisy Shihab
b. Tafsir Al-Azhār karya Abd al-Malik Karim Amrullah (Hamka)
c. Tafsir An-Nūr karya Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy
2. Data sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung. Adapun data-data sekunder dalam skripsi ini ialah semua buku-buku
yang relevan dengan permasalahan penelitian sebagai penunjang. Data sekunder
ini berfungsi sebagai pelengkap dari data primer yang digunakan dalam
penelitian ini.
F. Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono (2013, hal. 193) hal utama yang mempengaruhi
kualitas data hasil penelitian yaitu, kualitas instrumen penelitian dan kualitas
pengumpulan data. Kualitas pengumpulan data yaitu berkenaan dengan ketepatan
cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik ini merupakan cara
yang dibutuhkan untuk dapat menjawab rumusan masalah penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
studi kepustakaan dan studi dokumentasi, dengan cara mencari data yang
berkaitan dengan pembahasan. Studi kepustakaan dan studi dokumentasi ini
bahwasannya peneliti berhadapan langsung dengan teks bukan dengan
Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini yang berbentuk catatan atau
dokumentasi yang di ambil dari sumber primer yaitu al-Qur` n dan kitab-kitab tafsir juga sumber lainnya seperti buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan
yaitu Nilai-Nilai Akhlak Dalam Komunikasi Ayah-Anak di Dalam al-Qur` n.
G. Analisis Data
Analisis data menurut sugiyono (2013, hal. 334) adalah proses mencari
dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya
dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dilakukan dengan
mengorganisasikan data, menjabarkannya ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari,
dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Dalam penelitian ini dilakukan analisis kandungan ayat-ayat yang sudah
dipilih dan berkaitan dengan pembahasan, ayat tersebut meliputi: Q.S. al-An’ m: [6] 74, Q.S. Maryam [19] 42-48, Q.S. al-Ṣ ff t [37] 102, Q.S. Yūsuf [12] 4-5, Q.S. Yūsuf [12] 100.
Dalam melakukan analisis data terdapat langkah-langkah yang harus
dilaksanakan dalam melakukan analisis data menurut Sugiyono (2013, hal.
338-345) terdapat tiga langkah dalam menganalisis data diantaranya:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Setelah melakukan pengumpulan data dan didapatkan data yang cukup
banyak. Peneliti mencatat secara teliti dan rinci, setelah itu melakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas.
Data yang sudah diperoleh dari sumber utama yaitu al-Qur` n yang didapat melalui teknik pengumpulan data, setelah itu peneliti dapat
menghasilkan data yang banyak. Peneliti mulai merangkum dan memilih hal-hal
yang pokoknya saja karena data yang diperoleh masih tercampur aduk dan dari
2. Data Display (Penyajian data)
Setelah data berhasil direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data, yakni menyajikan data melalui deskripsi yang jelas.
Biasanya penyajian data dalam penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan
teks yang bersifat naratif sebagaimana pernyataan Miles and Huberman (dalam
Sugiyono, 2013, hal. 341) “the most frequent form of display data for qualitative
research data in the past has been narative tax”. Yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif.
Peneliti menganalisis data yang sudah direduksi yakni menganalisis data
yang diambil dari data primer yaitu kandungan ayat-ayat al-Qur` n yang meliputi: Q.S. al-An’ m: [6] 74, Q.S. Maryam [19] 42-48, Q.S. al-Ṣ ff t [37] 102, Q.S. Yūsuf [12] 4-5, Q.S. Yūsuf [12] 100.
Selanjutnya peneliti menganalisis ayat-ayat tersebut sesuai dengan
penafsiran tafsir-tafsir al-Qur` n dengan menggunakan kitab-kitab tafsir yakni tafsir Al-Miṣbāḥ, tafsir Al-Azhār, dan tafsir An-Nūr. Selain itu peneliti pun
membutuhkan kaidah-kaidah yakni kaidah dilālah dan kaidah munāsabaħ.
Dilālah artinya memahami sesuatu dari sesuatu yang lain, sesuatu yang
pertama disebut al-Madlūl dan segala sesuatu yang kedua disebut al-dall
(petunjuk, penerang atau yang memberi dalil) (Yusuf, 2012, hal. 96).
Sedangkan munāsabaħ secara bahasa berarti keserasian dan kedekatan.
Hubungan tersebut dapat berbentuk keterkaitan makna anatara ayat atau surah.
Makna tersebut dapat dipahami, bahwa apabila suatu ayat atau surah sulit
ditangkap maknanya secara utuh, maka menurut metode munasabah ini
mungkin dapat dicari penjelasannya di ayat atau di surat lain yang mempunyai
kesamaan atau kemiripan (Anwar, 2009, hal. 61).
3. Verification
Langkah selanjutnya setelah mereduksi dan meyajikan data dalam
analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dengan
demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab
rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal. Setelah peneliti mereduksi data
Nabi Ibr hīm-Ism ’il, Nabi Ya’qūb-Yūsuf lalu peneliti menyajikan data dan mengaitkannya dengan teori sebagaimana yang sudah dijelaskan dalam bab 2
skripsi ini, selanjutnya peneliti mulai menyimpulkan hasil penelitian untuk
menjawab pertanyaan dari rumusah masalah penelitian ini.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SimpulanBerdasarkan hasil pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa
komunikasi ayah-anak yang terdapat dalam kisah Nabi, menurut pandangan para
mufasir dalam Tafsir al-Miṣbāḥ, Tafsir al-Azhār, dan Tafsir al-Nūr terhadap
kisah Azar-Nabi Ibrāhīm dalam Q.S. al-An’ām [6]: 74, Q.S. Maryam [19]:
42-48; kisah Nabi Ibrāhīm - Ismā’il dalam Q.S. al-Ṣāffāt [37]: 102; juga kisah Nabi Ya’qūb - Yūsuf dalam Q.S. Yūsuf [12]: 4-5, Q.S. Yūsuf [12]: 100 di dalamnya menjelaskan:
Secara umum nilai-nilai akhlak dalam komunikasi edukatif ayah-anak
dalam al-Quran ialah orang tua baiknya memperhatikan etika berkomunikasi
dengan anak dan menanamkan nilai akhlak di dalam nya sehingga pesan yang
disampaikan lewat nasihat ataupun tata cara berbicara menjadi teladan yang baik
bagi anak. Begitupun sebaliknya sang anak diwajibkan untuk berkata lemah
lembut ketika berkomunikasi dengan orang tuanya sekalipun orang tua tersebut
dzalim.
Adapun kesimpulan secara khusus bentuk komunikasi antara Nabi
Ibrāhim dengan ayahnya berupa seruan dalam kebaikan, mengingatkan kepada
kebenaran, dan menasehati karena orang tua Nabi Ibrāhim termasuk golongan orang-orang yang kafir, sedangkan bentuk komunikasi Nabi Ibrāhim-Ismā’il dan Nabi Ya’qūb-Yūsuf berupa musyawarah yakni mendiskusikan permasalahan untuk mengambil suatu keputusan dan meminta pendapat dari lawan bicara, juga
terdapat nasihat-nasihat untuk menghindarkan diri dari suatu muḍarat.
Bentuk komunikasi antara Nabi Ibrāhīm dengan ayahnya berupa seruan
dalam kebaikan, mengingatkan kepada kebenaran, dan menasehati karena orang
tua Nabi Ibrāhīm termasuk golongan orang-orang yang kafir, sedangkan bentuk
komunikasi Nabi Ibrāhīm-Ismā’il dan Nabi Ya’qūb-Yūsuf berupa musyawarah
yakni mendiskusikan permasalahan untuk mengambil suatu keputusan dan
meminta pendapat dari lawan bicara, juga terdapat nasihat-nasihat untuk
Komunikasi yang terdapat dalam kisah Nabi Ibrāhīm dengan ayahnya
yang bertentangan tentang suatu kepercayaan akidah dapat menjadi teladan bagi
seorang anak agar tetap berbuat baik dan mengingatkan kepada kebenaran.
Beruntung apabila orang tua dan anak memiliki kesamaan iman, seperti dalam
kisah Nabi Ibrāhīm-Ismā’il dan Nabi Ya’qūb-Yūsuf, hal tersebut menjadi contoh
ideal orang tua dan anak dalam berkomunikasi.
Komunikasi yang ideal inilah mewujudkan komunikasi yang efektif
dalam pembelajaran karena di dalamnya terdapat keterbukaan pikiran dan
perasaan. Melalui komunikasi, isi pesan yang disampaikan berupaya agar
nilai-nilai akhlak dapat terealisasikan.
Dalam pembahasan ini pun dipaparkan nilai-nilai akhlak yang terdapat
dalam komunikasi tersebut, terdapat dua ruang lingkup akhlak diantaranya:
akhlak kepada Allah dan akhlak kepada sesama manusia.
1. Akhlak kepada Allah diantaranya: mentaati perintah Allah, berserah diri
kepada Allah dan juga sabar dan rela atas ketetapan Allah. Akhlak kepada
Allah menunjukkan suatu ketaatan seseorang kepada sang pencipta sehingga
dapat membangun keluarga yang harmonis karena menyadari setiap gerak
dan perilakunya dalam pengawasan Allah.
2. Akhlak terhadap sesama manusia diantaranya: dalam berkomunikasi
hendaknya seorang anak menggunakan perkataan yang halus dan lembut,
merendahkan diri, mendoakan orang tua dan berbuat baik walaupun kedua
orang tuanya dzalim. Begitupun sebaliknya orang tua, dalam berkomunikasi
hendaklah berkata halus dan lembut, memiliki sifat sabar dan ikhlas agar
dapat menjadi teladan bagi anak-anaknya. Dalam komunikasi baik anak
maupun orang tua hendaknya menyampaikan pesan yang membuat hati
seorang gembira juga tidak menggunakan kata-kata yang dapat menyakiti
orang yang menerima pesan tersebut.
Komunikasi ayah-anak dalam kisah nabi ini terikat dengan perintah
agama sebagai bukti ketaatan seorang hamba kepada tuhannya, sehingga pesan
yang disampaikan sangat menjunjung tinggi nilai-nilai akhlak dan dalam
Nilai-nilai akhlak dalam komunikasi ayah-anak memiliki implikasi
dalam pembelajaran PAI yang meliputi: sebagai pengembangan komunikasi
edukatif dan pengembangan sistem isntruksional pembelajaran.
pengembangan komunikasi edukatif diantaranya: prinsip kasih-sayang
yakni segala tindakan dalam pembelajaran diharapkan untuk mengedepankan
rasa kasih sayang, selanjutnya prinsip ketulusan yaitu guru yang memberikan
pengajaran dengan rasa penuh ketulusan dapat memberikan rasa kenyamanan
terhadap peserta didik, dan terakhir prinsip komunikasi verbal meliputi Qaulan sadidan, Qaulan layyinan, Qaulan ma’rufan dan Qaulan kariman.
Kemudian pengembangan sistem instruksional pembelajaran, dalam hal
ini perlunya metode pembelajaran edukatif yakni kisah-kisah qurani mempunyai
fungsi edukatif sebagai penanaman nilai-nilai islami, fungsi tersebut dapat
dijadikan metode pengajaran dan juga bahan pelajaran. Kemudian guru sebagai
role model yaitu seorang guru perlu memiliki akhlak yang baik karena guru
menjadi seorang teladan bagi muridnya. Terakhir interaksi pembelajaran
intrapersonal-interpersonal yakni menunjukkan adanya komunikasi yang
melibatkan para pihak secara emosional dan keakraban diantara keduanya, dan
menjadikan komunikasi antara keduanya menjadi harmonis.
B. Saran
1. Bagi program studi IPAI
Penelitian ini berusaha untuk memberikan sumbangan dalam dunia
pendidikan dan dapat menjadi masukan dan informasi tentang nilai-nilai
akhlak dalam komunikasi bagi para calon guru pendidikan agama Islam untuk
menanamkan perilaku akhlaq al-Karīmah.
2. Bagi orang tua
Keluarga merupakan lingkungan pertama anak untuk mendapatkan
pendidikan, sebagai orang tua perlu untuk membangun interaksi yang baik
karena efektivitas pendidikan sangat ditentukan dalam komunikasi yang
edukatif dan tujuan utama para orang tua ialah membiasakan berakhlak mulia
lewat komunikasi tersebut, karena nilai-nilai agama menjadi kerangka
3. Bagi pendidikan formal
Diharapkan dalam proses pembelajaran pada pendidikan formal dapat
mengembangkan komunikasi yang edukatif agar interaksi antara guru dengan
siswa dapat terjalin dengan baik sehingga tujuan dari pelaksanaan pendidikan
agama Islam dapat tercapai melalui komunikasi yang edukatif.
4. Bagi penelitian selanjutnya
Terakhir ditujukan untuk penelitian selanjutnya, yang hendak
melakukan penelitian perihal nilai-nilai akhlak dalam komunikasi di dalam
al-Quran. Dalam penelitian ini, dari komunikasi ayah-anak dalam kisah-kisah
Nabi penulis menemukan komunikasi yang baik pada diri seorang nabi itu
disebabkan karena kedekatannya dengan Allah karena komunikasi dengan
Allah merupakan dasar utama dalam menata hubungan yang sakinah. Salah
satunya tercermin melalui interaksi Ibrahim dengan Tuhannya sehingga